Anda di halaman 1dari 36

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Efektivitas Pembelajaran

1. Efektivitas

Efektivitas ialah menunjukkan taraf tercapainnya suatu tujuan, suatu usaha

dikatakan efektif kalau usaha itu mencapai tujuannya. Secara ideal efektivitas dapat

dinyatakan dengan ukuran-ukuran yang pasti. Menurut Departemen Pendidikan dan

Kebudayaan RI dalam Kamus Bahasa Indonesia, efektivitas, (berjenis kata benda)

berasal dari kata dasar efektif (kata sifat) yang mengandung beberapa pengertian

antara lain, (1) Ada efeknya (akibatnya, pengaruhnya dan kesannya), (2) Manjur atau

mujarab, (3) Dapat membawa hasil, berhasil guna, (4) Mulai berlaku (undang-undang

atau peraturan).

Efektivitas pendidikan kaitannya dengan produktivitas, terdiri dari tiga dimensi

yaitu: (a) the economic’s production function, (b) the Administrator production

function; (c) the psikologist’s production function. (Thomas Mulyasa, 2002: 83).

Artinya bahwa fungsi ekonomi, selama belajar apa hasil yang diperoleh, fungsi

pelayanan bagi pelaksanaan proses pembelajaran, dan fungsi perubahan perilaku

peserta didik yang dinyatakan dalam prestasi belajar atau hasil belajar siswa.

Efektivitas adalah sasaran dan ukuran (waktu, kualitas, kuantitas) sejauh mana telah

tercapai. (Slamet PH, 2000: 12)

9
Berdasarkan penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa efektivitas adalah

taraf tercapainnya suatu tujuan atau suatu usaha yang dikatakan efektif apabila usaha

itu merupakan perbandingan antara kondisi ideal yang menyatakan sejauh mana telah

tercapai sasaran dan ukuran (waktu, kualitas, kuantitas). Efektivitas pendidikan juga

berkaitan dengan produktivitas, terdiri dari tiga dimensi yaitu: (1) fungsi ekonomi,

selama belajar apa hasil yang diperoleh; (2) fungsi pelayanan bagi pelaksanaan proses

pembelajaran; (3) fungsi perubahan perilaku peserta didik yang dinyatakan dalam

prestasi belajar atau hasil belajar siswa.

2. Pengertian Belajar

Belajar adalah suatu aktivitas atau suatu proses untuk memperoleh

pengetahuan, meningkatkan keterampilan, memperbaiki perilaku, sikap, dan

mengkokohkan kepribadian. (Suyono, 2014: 9). Adapun pengertian belajar menurut

W.S.Winkel (2002) adalah suatu aktivitas mental yang berlangsung dalam interaksi

aktif antara seseorang dengan lingkungan, dan menghasilkan perubahan-perubahan

dalam pengetahuan, pemahaman, keterampilan, dan nilai sikap yang bersifat relative

konstan dan berbekas. (Ahmad, 2013: 4). Selanjutnya Chance (2003: 36)

mendefinisikan “learning is a change in behavior that is due to experience”.

Sementara Hamalik (2003) bahwa belajar adalah memodifikasi atau

memperteguh perilaku melalui pengalaman (learning is defined as the modificator or

strengthening of behavior trough experiencing). (Ahmad, 2013: 3-4). Kingsley

membagi hasil belajar menjadi tiga macam, yaitu: (1) keterampilan dan kebiasaan; (2)

10
pengetahuan dan pengertian; dan (3) sikap dan cita-cita. (Ahmad, 2013: 3).

Pengertian tentang hasil belajar Menurut Nawawi dalam K.Brahim (2007: 39)

menyatakan bahwa hasil belajar dapat diartikan sebagai tingkat keberhasilan siswa

dalam mempelajari materi pelajaran di sekolah yang dinyatakan dalam skor yang

diperoleh dari hasil tes mengenal sejumlah materi pelajaran tertentu. (Ahmad, 2013:

5).

Berdasarkan berbagai pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa belajar

adalah suatu proses perubahan tingkah laku baik fisik maupun mental yang diperoleh

dari latihan atau adaptasi dengan lingkungannya. Dengan demikian belajar adalah

merupakan proses aktif dan proses mereaksi terhadap semua situasi yang ada di

sekitar individu. Proses tersebut adalah proses yang diarahkan kepada tujuan berbagai

pengalaman seperti proses melihat, mengamati, memahami sesuatu yang dipelajari.

Perubahan tingkah laku dalam belajar bukan disebabkan oleh proses pertumbuhan

yang bersifat fisiologis atau proses kematangan.

3. Pembelajaran

Pembelajaran merupakan perpaduan dari dua aktivitas belajar dan mengajar.

Aktivitas belajar secara metodologis cenderung lebih dominan pada siswa, sementara

mengajar secara intruksional dilakukan oleh guru. (Ahmad, 2013: 18-19).

Pembelajaran adalah proses interaksi edukatif (kegiatan bersama yang sifatnya

mendidik) antara guru dengan siswa dimana berlangsung proses transferring

(pengalihan) nilai dengan memanfaatkan secara optimal, selektif, dan efektif, semua

11
sumber daya pengajaran untuk mencapai tujuan pengajaran (instruksional). Dalam

pengertian lain pembelajaran adalah kegiatan guru untuk mengkoordinasikan semua

unsur pengajaran yang merangsang timbulnya minat dan kegiatan belajar siswa

sehingga terjadi perubahan tingkah laku, sikap, dan nilai pada siswa meliputi

perubahan kognitif, efektif, dan psikomotor. Kualitas pendidikan dipengaruhi oleh

bahwa: (1) kualitas manajemen sekolah atau kepemimpinan kepala sekolah; (2)

kualitas kurikulum; (3) kualitas anggaran; (4) kualitas sarana dan prasarana; (5)

kualitas siswa dan guru. (Simanjuntak, 2000: 4)

Pembelajaran adalah upaya pendidik untuk membantu peserta didik melakukan

kegiatan belajar. (Sudjana, 2000: 6). Proses belajar mengajar yang efektif dapat

menemukan eksperimentasi-eksperimentasi baru, menumbuhkan daya nalar, daya

pikir, dan rasa keingintahuan, menumbuhkan demokrasi, memberikan toleransi

kreativitas berpikir, serta memberikan keterbukaan terhadap kemungkinan-

kemungkinan baru. (Slamet PH, 2000: 18).

Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran

adalah proses interaksi edukatif (kegiatan bersama yang sifatnya mendidik) antara

guru dengan siswa dimana berlangsung proses transferring (pengalihan) nilai dengan

memanfaatkan secara optimal, selektif, dan efektif, semua sumber daya pengajaran

untuk mencapai tujuan pengajaran (instruksional), atau proses belajar mengajar yang

efektif dapat menemukan eksperimentasi-eksperimentasi baru, menumbuhkan daya

nalar, daya pikir, dan rasa keingintahuan, menumbuhkan demokrasi, memberikan

toleransi kreativitas berpikir, serta memberikan keterbukaan terhadap kemungkinan-

12
kemungkinan baru.

4. Efektivitas Pembelajaran

Efektif artinya dapat membawa hasil, berhasil guna. Efektivitas berarti

keberhasilan usaha dan tindakan. (Jamarah, 2006: 130). Para peserta didik atau guru

senantiasa meningkatkan efektivitas belajar. Belajar akan lebih efektif jika peserta

didik memiliki kesadaran dan tanggung jawab belajar, belajar dengan efisien, begitu

pula para pengajar harus punya tanggung jawab untuk mencerdaskan para peserta

didiknya, dengan berusaha mengevaluasi setiap memberikan pelajaran yang diberikan

kepada peserta didiknya, berhasil atau tidaknya efektivitas pembelajaran vokal yang

diberikan terhadap peserta didik, kalau ada kendala hendaklah guru berusaha

memberikan yang terbaik untuk anak didiknya.

Efektivitas ialah taraf tercapainnya suatu tujuan, suatu usaha dikatakan

efektif kalau usaha itu mencapai tujuannya. Secara ideal efektivitas dapat dinyatakan

dengan ukuran-ukuran pasti. (Hassan, 2013: 883). Kegiatan belajar mengajar agar

lebih efektif harus memperhatikan: (1) Proses belajar mengajar; (2) Bahan

pengajaran; (3) Tujuan belajar; (4) Metode pengajaran; (5) Salah satu sumber belajar

adalah guru; (6) Asas ditaktik terdiri dari keaktifan siswa, pemusatan kemampuan dan

perhatian siswa, efisien, praktis, dan media. (Wijayah Kusuma, 2009: 165)

Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa efektivitas

pembelajaran adalah keberhasilan usaha atau tindakan taraf tercapainnya suatu

tujuan, suatu usaha yang dikatakan efektif kalau usaha itu mencapai tujuannya.

Belajar akan lebih efektif jika peserta didik memiliki kesadaran dan tanggung jawab

13
belajar, belajar dengan efisien, begitu pula para pengajar harus mempunyai tanggung

jawab untuk mencerdaskan para peserta didiknya, dengan berusaha mengevaluasi

setiap memberikan pelajaran yang diberikan kepada peserta didiknya.

B. Pembelajaran Vokal

1. Pengertian vokal

Bunyi yang berasal dari suara manusia adalah vokal. Istilah lain vokal

diasumsikan oleh masyarakat umum disebut dengan penyanyi atau lagu. vokal adalah

suara lantang manusia. (Soeharto Banoe, 2003: 44). Pengertian vokal dalam kamus

musik artinya bunyi ujaran yang keluarnya melalui alat ucap. Dalam musik, unsur

vokal sangat penting terutama dalam hubungannya dengan menyanyi. kegiatan

bernyanyi adalah kecenderungan manusia untuk mengungkapkan diri, dengan cara

memompa udara ke dalam paru-paru yang dibantu oleh otot-otot perut, otot dada, dan

otot sisi tubuh serta diafragma, lalu udara mulai dihembuskan sedemikian rupa

sehingga menggetarkan pita suara, oleh karena itu bernyanyi dengan baik dapat

dipelajari oleh setiap orang karena dengan cara meniru atau mengucapkan sesuatu

dengan senandung untuk mengungkapkan pikiran dan perasaan anak.

Dari pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa vokal adalah bunyi ujaran yang

keluarnya melalui alat ucap yaitu mulut dan diungkapkan dengan cara bernyanyi

melalui proses keterlibatan mulut, hidung, dan lain-lain, itulah yang disebut

“membentuk suara” atau dalam bahasa asing “voice production”, sehingga

menghasilkan bermacam-macam bunyi vokal yaitu vokal rangkap, dan vokal

14
konsonan. Vokal rangkap yaitu dua bunyi vokal yang digabung, seperti ai, au, oi

sedangkan Vokal konsonan yaitu l, m, n, r, z, dan w.

2. Pembagian Wilayah Suara Manusia

Suara memiliki masing-masing warna suara dengan wilayah nada yang berbeda-

beda. Suara mempunyai wilayah yang menjadi karakternya sendiri dan suara berbeda

antara satu dengan lainnya. Wilayah suara anak-anak, suara wanita dewasa, dan suara

pria dewasa, terdapat perbedaan yang signifikan. Suara yang tidak dibedakan lewat

jenis kelaminnya dan hanya mempunyai dua wilayah suara adalah suara anak-anak.

Menurut Aley (2010: 20) Pembagian wilayah suara sebagai berikut:

1) Suara anak-anak dibagi ada dua jenis yaitu suara tinggi dengan wilayah nada c’-f’

dan suara rendah dengan wilayah nada a-d”.

2) Suara dewasa ada dua jenis yaitu suara pria dewasa dan suara wanita dewasa.

a. Suara pria dewasa yaitu bass (suara rendah), bariton (suara sedang), dan tenor

(suara tinggi).

b. Suara wanita dewasa yaitu alto (suara rendah), mezzosopran (suara sedang), dan

sopran (suara tinggi). Suara wanita sopran (suara tinggi dari nada cˡ s/d a²), suara

wanita mezzo sopran (suara sedang dari nada a s/d f²), suara wanita alto (suara

rendah dari nada f s/d d². Suara pria tenor (suara tinggi dari nada c s/d aˡ), suara

pria bariton (suara sedang dari nada A s/d fˡ), suara pria bass (suara rendah dari

nada F s/d dˡ). (Al.Sukohardi, 2017:16).

15
3. Vokalisi / Pemanasan Suara

Dalam pembentukan suara dengan latihan secara bertahap yaitu latihan

pernafasan dan latihan sikap mulut, bibir, lidah, rahang, pita suara sebagai alat untuk

membentuk suara. (Pusat Musik Liturgi, 2002: 8). Menurut Banoe (2003: 44)

Komposisi musik vokal tanpa menggunakan syair sebagai bahan latihan adalah

vokalisi atau vocalizing. Sebelum menyanyikan lagu yang sesungguhnya, cara untuk

melatih suara yaitu dengan bernyanyi tanpa menggunakan syair. Hal tersebut

membunyikan huruf vokal dan huruf konsonan/mati serta mengikuti irama yang ada.

Akan tetapi usahakan mengakhiri huruf vokal dengan mengucapkan huruf konsonan.

Dari penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa suara manusia adalah

produksi suara yang keluar dari mulut berasal dari tenggorokan, sedangkan

pembagian suara manusia terdapat tiga jenis, untuk pria yaitu suara rendah (bass),

suara sedang (bariton), suara tinggi (tenor), dan untuk wanita yaitu suara rendah

(alto), suara sedang (mezzosopran), suara tinggi (sopran). Sedangkan dalam

pembentukan suara dengan cara latihan secara bertahap yaitu latihan pernafasan,

latihan sikap mulut, bibir, lidah, dan rahang untuk membentuk suara.

C. Macam Teknik Vokal


1. Pengertian Teknik Vokal

Mereka yang hendak menyanyi sebaiknya mempelajari vokal dengan baik.

Penonton dapat menikmati lagu yang dibawakan penyanyi,apabila berhasil dengan

baik bernyanyi menggunakan teknik vokal. Teknik vokal sangatlah penting dalam

16
bernyanyi. Bernyanyi tidak bisa dilakukan hanya dengan asal mengeluarkan suara

saja. Ada beberapa hal penting yang mempengaruhi lagu. Dalam bernyanyi, beberapa

teknik vokal yaitu pernafasan, artikulasi, phrasering, intonasi, resonansi, sikap badan,

dan ekspresi/penghayatan lagu. Teknik vokal tersebut sangat penting dikuasai oleh

penyanyi. (Aley, 2010: 49). Teknik vokal tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:

a. Pernafasan

Pernafasan adalah modal dasar dalam bernyanyi. Selain berguna untuk

menyanyi, pernafasan yang benar sangat baik untuk kesehatan. Tanpa teknik

pernafasan yang benar saat menyanyi, tidak akan dihasilkan suara yang baik. (Harry,

2018: 82). Teknik pernafasan yang digunakan dalam bernyanyi ada empat yaitu

pernafasan dada, pernafasan bahu, pernafasan perut, dan pernafasan diafragma.

(Jamalus, 1988: 52).

1) Teknik pernafasan dada dilakukan dengan cara mengembangkan rongga dada pada

saat bernafas. Udara yang dihimpun dengan cara ini kurang mkasumal sehingga

kurang tepat digunakan sebagai teknik pernafasan untuk bernyanyi. (Harry, 2018: 82).

2) Teknik pernafasan bahu yaitu pernafasan dengan cara mengangkat bahu ke atas,

untuk mengambil nafas pada paru-paru. Cara ini tidak terlalu baik, karena nafas yang

dihasilkan dangkal, dan kalimat yang diucapkan akan terputus-putus. (Paramayuda,

2010: 67)

3) Teknik pernafasan perut yaitu gerakan perut yang semakin mengembang, rongga

perut membesar sehingga udara dari luar masuk memenuhi perut. Rongga dada bebas

17
dari ketegangan. Paru-paru, batang tenggorokkan, selaput suara, alat-alat pengucapan,

dapat leluasa menghasilkan suara yang wajar. Akan tetapi, tidak memberikan

dorongan yang kuat. Pernafasan perut ini tidak baik digunakan untuk bernyanyi.

(Jamalus, 1988: 50).

4) Teknik pernafasan diafragma yaitu pernafasan yang dilakukan dengan cara

mengembangkan rongga dada dan perut secara seimbang sehingga diafragma menjadi

rileks dan tidak tegang. (Harry, 2018: 82). Saat pernafasan diafragma ada tanda yang

bisa dirasakan dan dijadikan pegangan, yaitu (1) Meraba bagian bawah tulang rusuk;

(2) Tegak berdiri; (3) Meletakkan kedua telapak tangan pada sisi kanan dan kiri,

diantara tulang rusuk paling bawah dan perut bagian atas. Dengan gerakan tersebut,

kita akan merasakan telapak tangan terdorong kde luar; (4) Inhalasi melalui hidung

dengan lembut dan perlahan, konsentrasi pada bagian sekitar perut bagian atas yang

kea rah keluar dan mengembang, lalu konsentrasi pada bagian tulang rusuk,

kemudian letakkan tangan kita pada pinggang bagian atas. (Widyastuti, 2007: 9).

Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa teknik pernafasan

adalah modal dasar dalam bernyanyi. Selain berguna untuk menyanyi, pernafasan

yang benar sangat baik untuk kesehatan. Tanpa teknik pernafasan yang benar saat

menyanyi, tidak akan dihasilkan suara yang baik. Teknik pernafasan yang digunakan

dalam bernyanyi ada empat yaitu teknik pernafasan dada, pernafasan bahu,

pernafasan perut, dan pernafasan diafragma. Teknik pernafasan yang paling baik

digunakan untuk bernyanyi adalah teknik pernafasan diafragma, karena dengan

menggunakan pernafasan diafragma paru-paru bertambah besar.

18
b. Artikulasi

Artikulasi adalah dasar ucapan bunyi bahasa yang terjadi dalam mulut. Dalam

bernyanyi agar pesan dari teks lagu dapat dimengerti, pengucapan kalimat lagu harus

jelas. Penyanyi perlu berlatih agar artikulasi dalam bernyanyi jelas, seperti saat

mengucapkan huruf vokal hidup seperti a, i, u, e, o. (Widiyastuti, 2007: 16).

Artikulasi adalah “berbicara” melalui syair lagu yang memiliki irama, notasi, melodi,

birama, dan lirik lagu yang dalam syairnya terdapat pesan, cerita, ikrar, dan lain-lain

yang harus disampaikan kepada pendengar atau penonton yang dapat menyampaikan

isi pesan lagu(Aley, 2010: 49).

Untuk menghasilkan bunyi atau suara yang baik, ada beberapa hal yang harus

diketahui untuk melatih vokal, yaitu: (1) Bibir agar tidak kaku sebaiknya membentuk

seperti corong terompet yang kokoh; (2) Rahang bawah agar lancar dan luwes dilatih

untuk membuka dan menutup; (3) Lidah agar tidak kaku, posisi tetap rata, posisi

lidah diusahakan jangan bergerak dan jangan sampai tertarik ke belakang; (4) Aliran

udara dialirkan ke langit-langit. (Tim Pusat Musik Liturgi, 2002: 16).

c. Phrasering

Phrasering adalah pemenggalan kalimat lirik lagu menjadi bagian-bagian yang

lebih pendek, tetapi tetap mempunyai kesatuan arti. Tujuan phrasering adalah

memenggal kalimat lagu sesuai dengan isi kalimat agar lebih tepat. Dengan demikian,

usaha untuk mengungkapkan suatu lagu dapat lebih mendekati kebenaran yang

terkandung di dalamnya, sesuai dengan pesan lagu tersebut. (Aley, 2010: 61).

Phrasering merupakan nyanyian yang utuh dengan menyanyikan kalimat-kalimat

19
lagu. (Tim Pusat Musik Liturgi, 2011: 69). Sedangkan Phrasering menurut (Hanna

Sri Mudjilah, 2010: 66) merupakan bentuk suatu pola yang bermakna dan benar

dalam pengkalimatan dalam musik.

Berdasarkan penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa Phrasering adalah

pemenggalan kalimat musik menjadi bagian-bagian yang lebih pendek, tetapi tetap

mempunyai kesatuan arti yang membentuk suatu pola yang bermakna dan benar.

Tujuan phrasering adalah memenggal kalimat musik agar lebih tepat, sesuai dengan

isi kalimat. Dengan demikian, usaha untuk mengungkapkan suatu lagu dapat lebih

mendekati kebenaran yang terkandung di dalamnya, sesuai dengan pesan lagu

tersebut.

d.Intonasi

Sering kali terjadi seseorang kalau bernyanyi suaranya terdengar “fals” tidak

selaras dengan bunyi sekitarnya ketika bersama instrumen atau orang lain, sedangkan

yang sudah mahir dapat mengeluarkan suara yang cemerlang, terang, dan resonansi

yang bagus. (Tim Pusat Musik Liturgi, 2011: 41). Untuk mendapatkan suara yang

bagus penyanyi perlu melatih intonasi dalam bernyanyi. intonasi adalah menyanyikan

nada dengan tepat dengan cara membidik nada. Penyanyi harus menjangkau tinggi

rendahnya ketepatan nada. Kontrol pernafasan, musical feeling, dan pendengaran

yang baik adalah syarat-syarat terbentuknya intonasi yang baik. (Aley, 2010: 58).

Intonasi adalah membunyikan nada dengan tepat, baik nada yang tinggi atau nada

yang rendah. Intonasi sering disebut dengan ketepatan dalam membidik nada. Sering

20
melatih pendengaran supaya sensitif terhadap nada-nada yang didengar adalah cara

latihan agar intonasi dapat menjadi baik. (Ali, 2010: 58).

Berdasarkan pendapat Ali (2006: 51) intonasi adalah kemampuan

membunyikan nada dengan tepat oleh seorang penyanyi, baik nada rendah atau nada

tinggi. Dalam proses kegiatan belajar mengajar, intonasi adalah teknik vokal yang

berhubungan dengan ketepatan dalam membidik nada atau pitch kontrol sehingga

suara jernih, enak didengar, dan nyaring. Selain itu intonasi sering disebut dengan

ketepatan dalam membidik nada. Dalam hal ini syarat-syarat yang diperlukan adalah

pendengaran yang baik, rasa musikal, dan kontrol pernafasan. (Yudha Pramudya,

2010:750).

Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa intonasi adalah

menyanyikan nada dengan tepat dengan cara membidik nada, oleh seorang penyanyi,

baik nada rendah atau nada tinggi. Dalam proses kegiatan belajar mengajar, intonasi

adalah teknik vokal yang berhubungan dengan ketepatan dalam membidik nada atau

pitch kontrol sehingga suara jernih, enak didengar, dan nyaring. Penyanyi harus

menjangkau tinggi rendahnya ketepatan nada. Kontrol pernafasan, musical feeling,

dan pendengaran yang baik adalah syarat-syarat terbentuknya intonasi yang baik.

e. Resonansi

Resonansi merupakan bernyanyi dengan suara yang bergema. (Tim Pusat

Musik Liturgi, 2011: 34). Menurut Yudha Pramudya (2010: 93) Resonansi adalah

21
suatu upaya untuk membuat suara bergema atau bergaung indah, bukan hanya

sekedar suara berteriak dengan kuat atau keras, tetapi Apa yang kita ucapkan harus

dapat dimengerti oleh pendengar dan suara bergema harus terdengar indah dan

teratur. Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa resonansi adalah

suatu upaya untuk membuat suara bergema atau bergaung indah. Apa yang kita

ucapkan harus dapat dimengerti oleh pendengar dan suara bergema harus terdengar

indah dan teratur.

f. Sikap badan

Sikap badan adalah posisi badan atau tubuh ketika oleh seseorang yang sedng

bernyanyi. Agar tidak mengganggu saluran pernafasan, hal ini bisa dilakukan sambil

berdiri, jalan, duduk, loncat, dan lain sebagainya. Hal yang sangat penting untuk

menentukan baik tidaknya penampilan anda saat tampil di podium atau di panggung

bergantung pada sikap tubuh dalam bernyanyi. (Aley, 2010:64). Hal yang cukup

penting sewaktu menyanyi adalah sikap tubuh. Seorang penyanyi harus menjaga

dengan berlatih tidak menggerakkan dada ke atas dan tidak selalu mengangkat bahu

suapaya sewaktu menyanyi tidak timbul ketegangan, (Tim Pusat Musik Liturgi, 2011:

16). Cara duduk atau cara berdiri yang benar adalah sikap tubuh yang baik pada saat

bernyanyi, sehingga akan mempengaruhi kualitas suara dan memberikan keleluasaan

pada proses pernafasan. (M.G Widyastuti, 2007: 4).

22
Dari berbagai pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa Sikap badan adalah

posisi badan atau tubuh ketika oleh seseorang yang sedng bernyanyi. Agar tidak

mengganggu saluran pernafasan, hal ini bisa dilakukan sambil berdiri, jalan, duduk,

loncat, dan lain sebagainya. Hal yang sangat penting untuk menentukan baik tidaknya

penampilan anda saat tampil di podium atau di panggung bergantung pada sikap

tubuh dalam bernyanyi.

g. Ekspresi atau Penghayatan Lagu

Ekspresi adalah menyatakan sesuatu menggunakan perasaan dengan keras

perubahan tempo atau tingkat kecepatan musik, keras lembutnya suara dengan

perubahan-perubahan volume, dan cara menyambung nada untuk menafsirkan sebuah

komposisi atau lagu. (M.G. Widyastuti, 2007: 34). Ekspresi yaitu menghayati atau

menjiwai dengan hati secara keseluruhan dan penguasaan syair lagu, sehingga

diperlukan beberapa teknik menyanyi yaitu dinamika dan tempo. Dinamika adalah

bernyanyi dengan keras lembutnya suara suatu bagian atau phrase kalimat musik.

(Hanna Sri Mudjilah: 2004: 65). Tempo adalah tanda yang digunakan untuk

menunjukkan cepat atau lambatnya sebuah lagu yang harus dinyanyikan. Tempo

dapat dikelompokkan ke dalam tiga kelompok yaitu lambat, sedang, dan cepat. Tanda

tempo lambat yaitu largo, lebih lambat (largissimo), agak lambat (largeto), sangat

lambat penuh perasaan (adagio), sangat lambat sedih (grave), sangat lambat

berhubung-hubungan (legato). Tanda tempo sedang yaitu sedang (moderato),

cepatnya sedang (allegro moderato), perlahan-lahan (andante), kurang cepat

23
(andantino) dan tanda tempo cepat yaitu cepat (allegro), tempo agak cepat

(allegrato), lebih cepat (allegissimo), cepat sekali (presto), secepat-cepatnya

(prestissimo), cepat dan girang (vivase). (Hanna Sri Mudjilah, 2010: 64)

Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa Ekspresi adalah menyatakan

sesuatu menggunakan perasaan dengan keras perubahan tempo atau tingkat kecepatan

musik, keras lembutnya suara dengan perubahan-perubahan volume, dan cara

menyambung nada untuk menafsirkan sebuah komposisi atau lagu. Ekspresi yaitu

menghayati atau menjiwai dengan hati secara keseluruhan dan penguasaan syair lagu,

sehingga diperlukan beberapa teknik menyanyi yaitu dinamika dan tempo. Dinamika

adalah bernyanyi dengan keras lembutnya suara suatu bagian atau phrase kalimat

musik.

D. Metode Pembelajaran Drill

Metode latihan (drill) atau metode training merupakan suatu cara mengajar

yang baik untuk menanamkan kebiasaan-kebiasaan tertentu, juga sebagai sarana

untuk memperoleh suatu ketangkasan, ketepatan, dan keterampilan. (Sagala, 2006:

112). Menurut Pujiono (2009: 1), metode drill merupakan suatu cara mengajar

dengan memberikan latihan-latihan terhadap apa yang telah dipelajari mahasiswa

sehingga memperoleh suatu keterampilan tertentu. Latihan pada drill mengandung

arti bahwa latihan tersebut selalu diulang-ulang untuk memperoleh suatu

keterampilan yang lebih sempurna.

24
Setiap metode memiliki kekurangan dan kelebihan dan. Adapun kekurangan

dan kelebihan metode drill menurut Muslich (2008: 203) yaitu:

1. Kekurangan metode drill


a. Menimbulkan penyesuaian secara statis pada lingkungan
b. Kadang-kadang latihan yang dilakukan secara berulang-ulang merupakan hal
yang monoton dan mudah membosankan
c. Menghambat bakat dan inisiatif pada kondisi jauh dari penyesuaian diri dan
dan jauh dari pengertian.
2. Kelebihan metode drill
a. Dapat memperoleh kecakapan motoris, seperti melafalkan huruf, menulis,
membuat, dan menggunakan alat-alat.
b. Dapat memperoleh kecakapan mental, seperti dalam pembagian, perkalian,
symbol atau tanda, dan sebagainya.
c. Dapat menambah ketepatan dan kecepatan pelaksanaan serta dapat
membentuk kebiasaan.

Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa Metode Drill adalah

suatu cara mengajar yang baik berupa untuk menanamkan kebiasaan-kebiasaan

tertentu, juga sebagai sarana untuk memperoleh suatu ketangkasan, ketepatan, dan

keterampilan. Latihan pada drill mengandung arti bahwa latihan tersebut selalu

diulang-ulang untuk memperoleh suatu keterampilan yang lebih sempurna.

E. Kemampuan Musikalitas

1. Pengertian Musikalitas

Istilah “musikal” dalam penelitian ini memiliki arti yang tidak sama dengan

yang selama ini dipahami sebagai “pandai bermain alat musik atau bernyanyi“ saja,

akan tetapi lebih ditekankan pada kepekaan terhadap bunyi musik, baik itu tinggi

rendah nada (pitch), ritme (rhythm), maupun melodi (melody). Kepekaan terhadap

bunyi musik ini diyakini bahwa anak-anak dengan kepekaannya, juga akan peka

25
terhadap apa yang terjadi di lingkungan sekitarnya. Anak yang memiliki keterampilan

bermain musik yang baik bukan berarti memiliki kemampuan musikal yang baik

pula. Kemampuan musikal adalah kepekaan untuk merespon stimuli sensitivitas yang

di dalamnya termasuk apresiasi musik dan pemahaman tanpa harus memiliki

keterampilan dalam memainkan instrumen alat musik. (Djohan, 2009:53).

Kemampuan musikal berhubungan dengan kepekaan irama, mampu

berkomunikasi dengan suara, memiliki kemampuan menafsirkan dan memahami

musik, pikiran dan perasaan melalui ekspresi nada, motivasi untuk terlibat dengan

musik, dan mampu terlibat musik dengan orang lain. Hallam (2006:425)

Yang membedakan antara bakat musik dengan kemampuan musikal, yaitu

bakat musik mengarah pada kemampuan kinerja dalam musik, seperti kemampuan

ekspresi musikal melalui permainan alat musik sedangkan kemampuan musikal

mengarah pada pengertian tentang kemampuan penerimaan rangsangan musikal, yang

lebih berkaitan dengan kepekaan, perasaan, dan apresiasi terhadap musik. Sementara

itu Sumaryanto (2000: 3) mendefinisikan kemampuan musikal adalah segala sesuatu

yang berhubungan dengan konsep pemikiran dan ingatan terhadap musik, antara lain

komposisi, irama, nada, kualitas nyanyian, penghayatan emosi, pendengaran, dan

jangkauan suara yang semuanya mengarah pada pengetahuan, potensi, dan sikap yang

bersifat timbal balik terhadap musik itu sendiri.

Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa kemampuan

musikal adalah kepekaan untuk merespon stimuli sensitivitas yang di dalamnya

26
termasuk apresiasi musik dan pemahaman tanpa harus memiliki keterampilan dalam

memainkan instrumen alat musik. Kemampuan musikal berhubungan dengan

kepekaan irama, mampu berkomunikasi dengan suara, memiliki kemampuan

menafsirkan dan memahami musik, pikiran dan perasaan melalui ekspresi nada,

motivasi untuk terlibat dengan musik, dan mampu terlibat musik dengan orang lain.

Yang membedakan antara bakat musik dengan kemampuan musikal, yaitu bakat

musik mengarah pada kemampuan kinerja dalam musik, seperti kemampuan ekspresi

musikal melalui permainan alat musik sedangkan kemampuan musikal mengarah

pada pengertian tentang kemampuan penerimaan rangsangan musikal, yang lebih

berkaitan dengan kepekaan, perasaan, dan apresiasi terhadap musik.

2. Aspek kemampuan musikal

Kemampuan musikal adalah kemampuan pada individu yang melekat pada

respon terhadap unsur-unsur musikal (Sumaryanto, 2000:4). Menurut Gordon AMMA

“Advanced Measures of Music Audiation”. (Hallam, 2006: 426), kemampuan

musikal anak usia 17- 21 tahun termasuk dalam Tindakan Tingkat Lanjut dari

Audiensi Musik (AMMA) yaitu kelas 7 hingga dewasa. Langkah-langkah Advanced

Audiensi Musik (AMMA) adalah tes bakat musik yang valid untuk mahasiswa pim 1

vokal. Tes bakat membutuhkan waktu kurang dari 20 menit untuk menyelesaikan dan

menghasilkan skor tonal, ritme, dan komposisi. AMMA sangat penting dalam

membantu guru musik menyesuaikan instruksi musik dengan kebutuhan individu

siswa mereka. Siswa tidak perlu dapat membaca notasi musik atau memiliki instruksi

musik sebelumnya untuk menggambil AMMA.

27
3. Faktor-faktor yang mempengaruhi kemampuan musikal

Setiap kemampuan yang dimiliki individu tentu memiliki hal-hal yang

mempengaruhi perkembangannya, begitu pula dengan perkembangan musikalitas

pada anak. Menurut Lumbantouran (2009: 28) yang menyebutkan bahwa latar

belakang pengalaman ditinjau tulisannya. musikal merujuk pada sejarah pengalaman

musik yang membentuk kesadaran mendekatkan dirinya pada kegiatan-kegiatan

musik pada umumnya, khususnya bernyanyi sebagai salah satu cabang pokok

kemampuan seni.

Selanjutnya Djohan (2009:76) menyebutkan 5 faktor yang mempengaruhi

musikalitas yaitu inteligensi, ketajaman pendengaran, jenis kelamin, ras, dan latar

belakang budaya. Dari kedua pendapat ahli, dapat disimpulkan bahwa faktor yang

mempengaruhi musikalitas yaitu pengalaman musikal, inteligensi, kemampuan

mendengar, kemampuan meragakan, kemampuan berkreativitas, jenis kelamin, latar

belakang budaya, dan ras.

F. Kemampuan Musikalitas Mendengarkan Melodi Lagu (Ear Traning)

Ear Traning adalah latihan pendengaran menggunakan telinga, dengan

mendengarkan, lalu dibaca, hampir seperti rekaman audio. Menurut N.

Simangnungkalit, latihan bernyanyi dengan telinga disebut latihan menyanyi dengan

telinga, karena pada waktu latihan yang berlatih harus mengutamakan

pendengarannya atau telinganya sendiri umtuk mengontrol suara sendiri apakah

sudah baik atau masih memiliki kekurangan. Latihan pendengaran musik biasanya

28
dilakukan dalam bentuk dikte yang berupa nada yang dinyanyikan kemudian

ditirukan, yang sebelumnya didahului dengan latihan pendengaran dan latihan daya

ingat. Dikte tersebut berupa melody, akor, dan ritme. Latihan pendengaran ini

membutuhkan konsentrasi yang sungguh-sungguh agar kesan musik dapat dimengerti

dan bila dilakukan secara berulang-ulang dapat dijadikan dasar menuju tahap

pelajaran membaca notasi.

Menurut Benward yang dikutip oleh Sumaryanto (2001:35), kemampuan

pendengaran merupakan gabungan dari faktor kebiasaan dan pembawaan. Faktor

kebiasaan dapat dikembangkan melalui latihan teratur, sedangkan faktor pembawaan

murni berasal dari kemampuan diri yang berupa bakat musikalitas.

Dalam proses mempelajari sebuah lagu perlu ditanamkan pengertian tentang

rasa, irama atau ritme, agar siswa dapat menyanyikan sebuah lagu dengan dalam

irama yang sesuai. Selain itu perlu ditanamkan juga pengertian tentang bayangan atau

memori nada, interval, dan melodi sehingga tidak mengalami kesulitan dalam

menyanyikan sebuah lagu dengan benar. Dari penjelasan di atas dapat ditegaskan

bahwa kemampuan mendengar not (Ear Training) adalah tingkat kepekaan siswa

dalam mendengarkan, mengingat, menuliskan, dan menyuarakan kembali unsur-

unsur musikal dalam bentuk notasi musik secara langsung, baik pada melodi, ritme,

maupun akor.

29
Berdasarkan penjelasan di atas disimpulkan bahwa Ear Training adalah latihan

pendengaran menggunakan telinga, dengan mendengarkan, lalu dibaca, hampir

seperti rekaman audio. Latihan pendengaran musik biasanya dilakukan dalam bentuk

dikte yang berupa nada yang dinyanyikan kemudian ditirukan, yang sebelumnya

didahului dengan latihan pendengaran dan latihan daya ingat. Dikte tersebut berupa

melody, akor, dan ritme. Kemampuan mendengar not (Ear Training) ke dalam tiga

indikator kemampuan, yaitu: (1) kemampuan mendengar dan mengingat (ritme) atau

irama, menuliskan serta menyuarakan kembali, (2) kemampuan mendengar dan

mengingat melodi (melody) atau rangkaian nada, menuliskan, serta menyuarakan

kembali, dan (3) kemampuan mendengar dan mengingat akor (kord) atau keselarasan

gabungan nada.

G. Kemampuan Musikalitas Membaca Melodi Lagu (Sight Reading)

Menurut Stanley seperti yang dikutip Sumaryanto (2005: 31-33). Sight

Reading adalah membaca not tanpa persiapan atau kesanggupan sekaligus untuk

membaca dan memainkan notasi musik yang belum pernah dikenal sebelumnya.

(sering disebut dengan istilah prima vista). Menurut Banoe (2003: 379) sight reading

adalah memainkan atau menyanyikan (sight singing) dalam sekali (pertama kali)

baca. Menurut Kodijat (2004: 81) sight reading adalah bermain tanpa persiapan

sebelumnya, pada pandangan pertama. Pendapat lain diungkapkan oleh Syaffiq

(2003:274) bahwa cara memainkan alat musik atau menyanyikan lagu dengan partitur

yang baru dilihat pada saat itu juga dikenal dengan sight reading.

30
Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa sight reading adalah

membaca not tanpa persiapan atau kesanggupan sekaligus untuk membaca dan

memainkan notasi musik yang belum pernah dikenal sebelumnya. (sering disebut

dengan istilah prima vista) dalam sekali (pertama kali) baca.

H. Kemampuan Musikalitas Menyanyikan Melodi Lagu (Sight Singing)

1. Sight Singing

Sight singing yaitu kemampuan membaca suatu karya musik. Sight singing

adalah latihan menyanyikan nada sesuai dengan melodi. Ada dua sistem yang dapat

digunakan dalam latihan ini, yaitu sistem fixed do dan sistem movable do. Kedua

sistem tersebut dijabarkan sebagai berikut:

a. Sistem fixed do

Sistem fixed do adalah latihan nada dinyanyikan dengan apa adanya, misalkan

nada C akan tetap dibaca do meskipun dalm tangga nada yang berbeda-beda. Contoh

lain, siswa menyanyikan lagu dalam tangga nada F mayor (1 mol) maka nada F tidak

dibaca do melainkan fa. Dalam penelitian ini, dalam menguji kemampuan bernyanyi

siswa menggunakan sistem ini.

b. Sistem moveable do

Sistem movable do adalah do yang bisa berubah-ubah, jadi do bisa terletak

pada nada c,d, e, f, g, dan seterusnya sesuai nada dasar yang digunakan. Florentinus

membagi kemampuan menyanyikan not atau sight singing dalam tiga indikator, yaitu:

(1) Kemampuan menyanyikan melodi atau rangkaian nada, (2) Kemampuan

31
menyanyikan interval nada, dan (3) Kemampuan menyanyikan tangga nada.

(Sumaryanto, 2001:40-42).

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa kemampuan menyanyikan nada

(sight singing) adalah tingkat kelancaran mahasiswa untuk mengubah bentuk notasi

menjadi suara atau vokal tanpa persiapan sebelumnya. Pada pelaksanaan

pembelajaran vokal di mata kuliah PIM 1 Vokal, sight singing, dan ear training

diterapkan secara bervariasi disesuaikan dengan tingkatan kelas pilihan intrumen

mayor mahasiswa vokal.

I. Praktik Instrumen Mayor Vokal / PIM Vokal

Berdasarkan Kurikulum Jurusan Pendidikan Seni Musik tahun 2004, terdapat

sejumlah mata kuliah dengan bobot sks sebesar 148 sks. Praktik Instrumen Mayor

yang disebut PIM merupakan salah satu mata kuliah praktik yang terdapat dalam

kurikulum tersebut dan diselenggarakan di Jurusan Pendidikan Seni Musik Fakultas

Bahasa dan Seni Universitas Negeri Yogyakarta. Bobot sks mata kuliah tersebut

sebesar 2 sks. Mata Kuliah Pim Vokal merupakan mata kuliah wajib ditempuh bagi

mahasiswa yang memilih mata kuliah tersebut. Adapun pelaksanaan perkuliahannya

wajib ditempuh pada semester 1,2,3, dan 4, sedangkan ketika memasuki semester 5

dan 6 mata kuliah tersebut menjadi mata kuliah pilihan, artinya boleh ditempuh dan

boleh tidak ditempuh. Selain Mata kuliah Pim 1 Vokal, mata kuliah lainnya yang

ditawarkan pada Semester Gasal tahun 2017/2018, yaitu Pancasila, Manajemen

Pendidikan, Bahasa Inggris, Teori Musik 1, Solfegio 1, Apresiasi Musik 1, Piano 1,

32
Gitar 1, Vokal 1.

Materi Pembelajaran PIM 1 Vokal berupa modul seperti buku vokalisi

Caesari, Etude Panofka no 1-3, Sieber no 16-17, Vaccai lesson 2-4. Vokalisi Caesari

dan Etude Panofka berupa buku yang berisi melodi lagu dalam penulisan notasi

balok untuk pemanasan vokal. Sieber dan Vaccai merupakan kumpulan etude lagu

disertai dengan lirik lagu klasik dasar dalam penulisan notasi balok. Sementara itu,

bahan lagu yang digunakan untuk PIM 1 Vokal yaitu Lagu Klasik Indonesia dan Lagu

Klasik Barat. Lagu Klasik Indonesia berupa lagu Bahagia dan Sandiwara. Lagu klasik

Barat berupa lagu Vieni Sulmar dan Passing By.

J. Kajian Penelitian yang Relevan

1. Penelitian tesis yang dilakukan oleh Prof. Djohan (2009) yang berjudul

Kemampuan Musikalitas Sebagai Sarana Pengembangan Keterampilan Sosial.

Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan instrumen kepekaan musikalitas

sehingga dapat memberikan kontribusi terhadap perkembangan peran musik dalam

pendidikan serta peningkatan keterampilan sosial pada siswa sekolah dasar.

Penelitian ini dilakukan terhadap 381 siswa kelas 3, 4, dan 5 sekolah dasar di

Jakarta dan Yogyakarta. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kepekaan

musikalitas siswa dapat diukur melalui instrumen kepekaan terhadap musik dan

kemampuan ini memiliki korelasi yang signifikan dengan skor kecerdasan

sosial. Dari Kajian Penelitian ini, berhubungan dengan penelitian saya yaitu

mengenai kemampuan musikalitas. Untuk mengukur kemampuan musikalitas

menggunakan intrumen penelitian tes.

33
2. Penelitian skripsi yang dilakukan oleh Mochamad Usman Wafa (2013) yang

berjudul Efektivitas penggunaan Metode Solfegio untuk Pembelajaran

Keterampilan Bermain Musik di Sekolah Dasar. Pada umumnya proses

pembelajaran musik di Sekolah Dasar belum disertai penerapan metode yang

tepat. Berkaitan dengan hal tersebut penelitian ini secara khusus akan

mengujicobakan metode solfegio pada pembelajaran praktek instrumen musik.

Penelitian ini dilakukan di SD Negeri 01 Sekaran Gunungpati Semarang.

Penelitian ini menggunakan metode tindakan kelas yang didukung dengan strategi

pencarian data yang meliputi: (1) observasi partisipatif, (2) dokumentasi, dan (3)

angket. Analisis yang diperlukan adalah teknik deskriptif dengan prosentase.

Berdasarkan data penelitian diperoleh informasi bahwa metode solfegio dapat

meningkatkan efektivitas, keaktifan, efisiensi dan keterlibatan siswa sehingga

dapat mengatasi kendala-kendala yang dihadapi dalam pembelajaran ketrampilan

bermain musik (ansambel). Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebelum

diterapkan metode solfegio hanya 10% siswa yang mampu belajar musik. Setelah

dilakukan tindakan pembelajaran dengan menggunakan metode solfegio sight

reading terdapat peningkatan kualitas dalam penguasaan musik. Peningkatan

tersebut dapat dilihat dari rincian data berikut: 31% siswa menguasai materi

belajar dengan tingkat sangat baik, 43% siswa menguasai materi belajar dengan

tingkat baik, 26% siswa menguasai materi belajar dengan tingkat sedang. Ketika

diujicobakan metode solfegio ear training. Dari Kajian Penelitian ini berhubungan

dengan penelitian saya, yaitu mengenai solfegio. Untuk mengukur musikalitas

34
juga menggunakan solfegio, hanya saya menggunakan metode eksperimen untuk

memperoleh data penelitian.

3. Penelitian tesis yang dilakukan oleh Dr. Hanna Sri Mudjilah (2012) yang berjudul

Pengembangan Tes Musikalitas Anak. Penelitian ini bertujuan untuk: 1)

mengembangkan instrumen pengukuran untuk mengukur tingkat kemampuan

musikal anak, dan 2) mengetahui karakteristik bentuk instrumen pengukuran yang

dapat mengukur tingkat kemampuan musikal anak. Metode penelitian yang

digunakan dalam penelitian ini adalah metode Research and Development

(penelitian dan pengembangan). Penelitian tentang pengembangan Tes

Kemampuan Musikal Anak, adalah penelitian yang mengembangkan seperangkat

tes yang dapat mengukur tingkat kemampuan musikal anak. Penelitian ini

menghasilkan suatu produk berupa seperangkat instrumen pengukuran Tes

Kemampuan Musikal Anak, lengkap dengan petunjuk manual penggunaannya,

yang dapat digunakan untuk mengevaluasi dan mengetahui seberapa jauh tingkat

kemampuan musikal seorang anak. Dari Kajian Penelitian ini berhubungan dengan

penelitian saya, yaitu mengenai tes musikalitas. Untuk mengukur kemampuan

musikalitas mahasiswa PIM 1 Vokal menggunakan instrumen penelitian berupa

tes.

4. Penelitian skripsi yang dilakukan oleh Andhika Dian Pamungkas (2015) yang

berjudul Upaya Peningkatan Teknik Vokal Siswa Dalam Pembelajaran Paduan

Suara Melalui Metode Drill. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan dan

mengetahui upaya peningkatan teknik vokal kelompok paduan suara siswa kelas

35
VIII SMP Negeri 2 Gombong melalui metode drill. Permasalahan dalam penelitian

ini adalah, artikuasi yang kurang jelas, intonasi yang kurang tepat serta pernafasan

yang kurang tepat sehingga pemenggalan kata atau phrasering dalam lagu tidak

tepat. Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas model Kemmis dan Mc

Taggart. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa penggunaan metode Drill dalam

proses pembelajaran paduan suara pada kelompok paduan suara siswa kelas VIII

SMP Negeri 2 Gombong dapat meningkatkan kemampuan teknik vokal siswa

dalam bernyanyi. Hal tersebut dapat dibuktikan dengan perolehan nilai rata-rata

dari hasil evaluasi bernyanyi. Rata-rata nilai yang diperoleh adalah pra siklus

71,50, siklus I 80,00, dan siklus II 86,50. Dari Kajian Penelitian ini berhubungan

dengan penelitian saya, yaitu mengenai metode drill. Dalam belajar bernyanyi

metode drill dapat meningkatkan kemampuan musikalitas ear training, sight

reading, dan sight singing.

5. Penelitian yang dilakukan oleh Elindra Yetti dan Icha Khairiah (2017) yang

berjudul Peningkatan Kemampuan Musikalitas Melalui Bermain Alat Musik Dol.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui proses dan hasil bermain alat musik dol

untuk meningkatkan kemampuan musikal anak di PAUD Al-khair Kecamatan Air

Napal Kabupaten Bengkulu Utara-Bengkulu, Tahun 2016. Metode penelitian yang

digunakan adalah penelitian tindakan dengan model Kemmis & Mc Taggart.

Subjek penelitian adalah anak kelompok B sebanyak 17 orang. Penelitian

dilakukan dalam dua siklus yang terdiri dari sembilan kali pertemuan pada setiap

siklus. Teknik pengumpulan data dilakukan melalui observasi, wawancara dan

36
studi dokumen. Teknik analisis data dalam penelitian ini adalah analisis data

kualitatif dan analisis data kuantitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa

kemampuan musikal anak kelompok B di PAUD Al-khair mengalami peningkatan

setelah mereka melakukan kegiatan bermain alat musik dol. Skor kemampuan

musikal anak tercatat sebesar 36,5 pada tahap pra-siklus. Skor kemampuan

musikal meningkat menjadi 52,4 pada akhir siklus I, dan terus mengalami

peningkatan menjadi 59,2 pada akhir siklus II. Hasil penelitian ini memberi

implikasi bahwa bermain alat musik dol dapat dijadikan media sebagai salah satu

cara untuk meningkatkan kemampuan musikalitas pada anak-anak usia dini. Dari

Kajian Penelitian ini, berhubungan dengan penelitian saya, karena dalam

meningkatkan kemampuan musikalitas memerlukan media atau metode

pembelajaran. Sehingga kemampuan musikalitas dalam bernyanyi atau bermain

musik dapat meningkat. Siswa atau mahasiswa juga akan lebih berusaha apabila

media atau metode pembelajaran itu menarik umtuk dipelajari.

6. Penelitian yang dilakukan oleh Rizki Nurilawati dan Pamuji (2016) yang berjudul

Penerapan Metode Latihan Olah Vokal Terhadap Keterampilan Bernyanyi Anak

Tunanetraa SMALB. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui

penerapan metode latihan vokal terhadap keterampilan menyanyi siswa tunanetra

di SMALB-A YPAB Surabaya. Penelitian ini menggunakan pendekatan

kuantitatif, penelitian pra eksperimental dengan desain one group pre test-post test.

Sejumlah siswa kelas XI terlibat dalam penelitian ini. Data dikumpulkan dengan

metode tes dan menggunakan uji tanda analisis statistik non parametrik.

37
Berdasarkan analisis data pre test-post test diperoleh perubahan positif. Nilai rata-

rata pada pra tes adalah 49,998, dan naik 82,224, setelah diberikan intervensi

selama 8 pertemuan. Data penelitian menunjukkan n = 5, dengan X = 4,5, = 5%

(0,05), dan μ = 2,5 yang dianalisis dengan metode uji tanda. Kemudian,

perhitungan Z adalah (Zh) = 1,79 dan dibandingkan dengan uji dua sisi tanda 1,64,

jadi Zh> Z tabel, 1,79> 1,64 yang menafsirkan bahwa, ada efek metode latihan

vokal terhadap keterampilan menyanyi siswa tunanetra di SMALB-A YPAB

Surabaya. Dari Kajian penelitian ini, berhubungan dengan penelitian saya, karena

dalam berlatih vokal memerlukan metode pembelajaran untuk meningkatkan

kemampuan musikalitas anak dalam bernyanyi.

7. Penelitian yang dilakukan oleh Ayok Ariyanto (2016) yang berjudul Mengatasi

Kesulitan Belajar Melalui Metode Drill. Tujuan penelitian ini adalah untuk

mengetahui pengaruh penerapan metode drill dalam mengatasi kesulitan belajar.

Objek penelitian adalah siswa kelas I SD Islam Al-Hakim Boyolangu. Teknik

pengumpulan data melalui tes, observasi, wawancara, dan catatan lapangan. Data

yang dikumpulkan terkait dengan aplikasi metode pengeboran dianalisis secara

kualitatif. Dari penelitian ini, ditemukan bahwa: (1) penerapan pembelajaran

dengan menggunakan metode pengeboran dapat meningkatkan prestasi belajar

siswa. (2) keaktifan siswa dalam mengikuti proses pembelajaran meningkat, dapat

dilihat dari hasil pengamatan terhadap aktivitas siswa, bahwa ada peningkatan dari

siklus I ke siklus II, yaitu 60,71% meningkat menjadi 82,69%. Untuk hasil tes juga

meningkat dari rata-rata siswa 79,44 menjadi 93,88. Demikian juga dalam hal

38
kelengkapan juga telah meningkat dari 83,3% menjadi 100%. Maka dapat

disimpulkan bahwa penerapan metode pengeboran dapat mengatasi kesulitan

belajar matematika siswa kelas rendah. Dari Kajian Penelitian ini, berhubungan

dengan penelitian saya karena dalam berlatih vokal memerlukan metode

pembelajaran untuk meningkatkan kemampuan musikalitas anak dalam bernyanyi

yaitu dengan menggunakan metode pembelajaran drill.

8. Penelitian yang dilakukan oleh Nurmansyah, Agus Syahrani, dan Asfar Muniir

(2013) yang berjudul Penerapan Metode Drill Dalam Meningkatkan Keterampilan

Membaca Notasi Angka Pada Pembelajaran Pianika. Tujuan dari penelitian ini

adalah agar penerapan metode drill dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam

membaca angka notasi pada pembelajaran piano. Penelitian ini menggunakan

metode deskriptif, dengan pendekatan kualitatif. Metode penelitian yang

digunakan adalah penelitian tindakan kelas dengan siklus perencanaan, tindakan,

pengamatan, dan refleksi. Subjek penelitian ini adalah kelas VII khususnya kelas

VII B SMPN 2 Sambas. Pengumpulan data yang diterapkan dalam penelitian ini

adalah proses pembelajaran data dan siswa dalam keterampilan membaca angka

notasi. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa penerapan metode drill dapat

meningkatkan keterampilan siswa dalam membaca angka notasi pada

pembelajaran piano. Hasilnya dapat dilihat dari persentase ketuntasan pada siklus

1 dan siklus 2. Persentase penguasaan siswa ada yang meningkat dari 64,10%

menjadi 89,74%. Dari Kajian Penelitian di atas berhubungan dengan penelitian

saya yaitu pengaruh penerapan metode pembelajaran drill dalam meningkatkan

39
kemampuan membaca notasi angka pada pianika. Sedangkan dalam penelitian

saya penerapan metode pembelajaran drill untuk meningkatkan kemampuan

musikalitas dalam bernyanyi.

9. Penelitian skripsi yang dilakukan oleh Putut Sulasmono (2013) yang berjudul

Peningkatan Kemampuan Vokal Melalui Metode Solfegio di Sekolah Menengah

Pertama Negeri 2 Kayen Pati. Tujuan Penelitian ini adalah untuk mengetahui

peningkatan kemampuan vokal setelah diberikan metode solfegio pada peserta

didik kelas VIII A di SMP Negeri 2 Kayen Kabupaten Pati tahun 2009/2010 dan

untuk mengetahui peningkatan aktivitas belajar vokal setelah diberikan metode

solfegio peserta didik kelas VIII A di SMP Negeri 2 Kayen abupaten Pati tahun

2009/2010. Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis deskriptif

kualitatif dan kuantitatif, rancangan penelitian tindakan kelas dilakukan dua siklus

setiap siklusnya empat pertemuan, pada semester dua tahun pelajaran 2009/2010.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 40 peserta didik mencapai kriteria baik

jumlahnya 33 peserta didik (82,5 %). Penelitian menunjukkan bahwa penerapan

metode solfegio di kelas VIII A SMP 2 Kayen Kabupaten pati dapat

meningkatkan kemampuan vokal peserta didik. Berdasarkan analisa data keadaan

dipengaruhi adanya respon yang baik dari peserta didik terhadap latihan intonasi,

ritme serta harmoni. Penelitian menunjukkan bahwa penerapan metode solfegio

di kelas VIII A SMP 2 Kayen Kabupaten Pati, peningkatan aktivitas belajar pada

kegiatan visual activities, listening activities, oral activities serta motor activities

pemberian latihan-latihan dengan metode solfegio memberikan stimulus yang

40
menyenangkan terhadap aktivitas belajar sehingga terjadi perubahan pengalaman

belajar. Nilai rata-rata aktivitas belajar vokal peserta didik dengan nilai 3.86

dengan skor 40 – 52 (50) predikat aktivitas belajar sangat baik. Dari Kajian

Penelitian ini berhubungan dengan penelitian saya, yaitu dalam meningkatkan

kemampuan olah vokal menggunakan metode pembelajaran, Penerapan metode

pembelajaran dalam penelitian ini menggunakan metode solfegio, sedangkan

dalam penelitian saya menggunakan metode pembelajaran drill untuk

meningkatkan kemampuan musikalitas mahasiswa dalam bernyanyi.

10. Penelitian yang dilakukan oleh Arip Prehatiningsih, Warananingtyas Palupi, Muh.

Munif Syamsuddin (2016) yang berjudul Pengaruh Permainan Musikal Terhadap

Kreativitas Musik Anak Usia 5-6 tahun. Penelitian ini bertujuan untuk

mengetahui pengaruh permainan musikal terhadap kreativitas musik anak usia 5-6

tahun. Penelitian ini adalah penelitian eksperimental semu yang bersifat

kuantitatif menggunakan Nonequivalent Control Group Design. Sampel dalam

penelitian ini adalah 38 siswa usia 5-6 tahun di TK Negeri Pembina Sukoharjo.

Data dikumpulkan dengan menggunakan tes untuk mengukur kreativitas musik

anak-anak. Data dianalisis menggunakan independent sample t-test dengan

menggunakan SPSS 15 for windows. Temuan penelitian menunjukkan bahwa ada

pengaruh permainan musikal. Penelitian ini merupakan Quasi Experimental

Design dengan desain Nonequivalent Control Group Design yang dilaksanakan

selama 12 bulan, mulai bulan Januari hingga bulan desember 2016. Sampel dalam

penelitian ini adalah 38 anak usia 5-6 tahun TK Negeri Pembina Sukoharjo.

41
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes yang

diadaptasi dari Barbot & Lubart (2012). Validitas instrumen menggunakan

content validity. Analisis data menggunakan t-test dengan SPSS for windows

untuk mengetahui pengaruh permainan musikal terhadap kreativitas bermusik

anak usia 5-6 tahun. Penelitian ini menggunakan uji prasyarat yang terdiri dari uji

normalitas dan uji homogenitas. Kedua uji prasyarat dilakukan dengan tujuan

untuk mengetahui data yang diperoleh terdistribusi normal dan homogen sehingga

masuk dalam kategori statistik parametrik. Uji normalitas dalam penelitian ini

menggunakan teknik analisis shapiro-wilk, dengan dasar keputusan bahwa data

yang normal akan menunjukkan 𝝆�>0,05. Berdasarkan pengujian, didapatkan

hasil bahwa data berdistribusi normal. Oleh sebab itu, dapat disimpulkan bahwa

sampel yang diambil, mewakili populasi. Uji homogenitas dalam penelitian ini

menggunakan teknik analisis levene test for equality of variance, dengan dasar

pengambilan keputusan bahwa data dinyatakan homogen jika 𝝆�>0,05.

Berdasarkan pengujian, didapatkan hasil bahwa data homogen, sehingga dapat

disimpulkan bahwa populasi dalam penelitian ini mempunyai varian yang sama.

Uji hipotesis dalam penelitian ini menggunakan independent sample t-test. Dari

Kajian Penelitian di atas berhubungan dengan penelitian saya yaitu tengang

pengaruh permainan musikal tehadap kreativitas musik anak usia 5-6 tahun.

Permainan musikal dapat meningkatkan kreativitas musik. Seperti halnya dalam

belajar bernyanyi, dengan memiliki kemampuan musikalitas yang baik akan

42
membuat kita bernyanyi menjadi lebih baik.

K. Kerangka Berpikir

Dalam penelitian ini efektivitas pembelajaran vokal dengan menggunakan

metode pembelajaran drill untuk meningkatkan kemampuan musikalitas

mendengarkan melodi lagu (ear training), musikalitas membaca melodi lagu (sight

reading), dan musikalitas menyanyikan kembali melodi lagu (sight singing)

mahasiswa PIM 1 Vokal. Apakah dengan metode pembelajaran drill ini dapat

meningkatkan kemampuan musikalitas mahasiswa vokal atau sebaliknya menurunkan

kemampuan musikalitas mahasiswa. Jika metode pembelajaran drill dapat

meningkatkan kemampuan musikalitas mahasiswa vokal maka kemampuan

musikalitas mahasiswa vokal akan lebih meningkat. Namun jika metode

pembelajaran drill tidak dapat meningkatkan kemampuan musikalitas mahasiswa

vokal maka kemampuan musikalitas rendah.

L. Hipotesis Penelitian

Berdasarkan kerangka berpikir yang menjadi panduan penelitian, maka

diajukan hipotesis dengan pernyataan sebagai berikut: Metode pembelajaran yang

digunakan yaitu metode pembelajaran drill, efektif untuk meningkatkan kemampuan

musikalitas mahasiswa PIM 1 Vokal di Universitas Negeri Yogyakarta. Hipotesis

yang dibangun berdasarkan teori yang relevan dengan masalah penelitian. Konstruk

hipotesis menjelaskan sebab dan akibat penelitian dan mendukung indikasi yang jelas

tentang generalisasi penelitian. Hipotesis yang dinyatakan dengan spesifik

43
mengakibatkan rentang hasil dapat dibatasi dan faktor pengubah lain yang

mempengaruhi penelitian dapat dikurangi.

Rumusan Masalah Hipotesis Asosiatif adalah Efektifkah metode

pembelajaran drill untuk meningkatkan kemampuan musikalitas mahasiswa PIM 1

Vokal. Hipotesis Penelitian yaitu Metode pembelajaran drill efektif untuk

meningkatkan kemampuan musikalitas mahasiswa PIM 1 Vokal. Pembelajaran vokal

dengan metode pembelajaran drill efektif untuk meningkatkan kemampuan

musikalitas mendengarkan melodi lagu (ear training), musikalitas membaca melodi

lagu (sight reading), dan musikalitas menyanyikan kembali melodi lagu (sight

singing) mahasiswa PIM 1 Vokal.

44

Anda mungkin juga menyukai