Anda di halaman 1dari 7

RESUME

SEWA GUNA USAHA (LEASING)

Dosen Pengampu : SOFYAN JAFAR,S.H.,M.H.

Disusun Untuk Mmenuhi Tugas Mata Kuliah Hukum Lembaga Pembiayaan

Oleh : Kelompok 1

Aulia Ananda 210510145

Gadis Afriani Br Harahap 210510121

Erna Harmadani 210510084

Nisa Ulkhaira 210510050

Rifky Izzulhaq Marza 210510059

Muhammad Iqbal 210510170

Sahrul Muarif Hsb 210510068

Annisa Fitri 210510042

Arinil Haq 210510307

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS MALIKUSSALEH

2023
1. Pengertian dan Pengaturan Sewa Guna Usaha (Leasing)
- Pengertian Sewa Guna Usaha
Istilah sewa guna usaha adalah terjemahan dari kata leasing yang merupakan
istilah dari bahasa Inggris, leasing berasal dari kata lease yang artinya sewa atau kata
lainnya sewa menyewa. Namun antara sewa guna usaha (leasing) berbeda dengan
sewa menyewa biasa. Ada beberapa bentuk dan unsur yang membedakan antara sewa
menyewa biasa dengan sewa guna usaha, karena didalam sewa guna usaha terdapat
ciri-ciri objeknya yang berupa barang modal, adanya hak opsi, penghitungan nilai sisa
atas objeknya, dan pembayaran secara berkala dalam batas waktu yang telah
ditentukan.
Sewa guna usaha secara umum merupakan suatu equipment funding, yaitu
kegiatan pembiayaan yang berbentuk barang modal atau alat-alat yang digunakan
suatu perusahaan dalam menjalankan produksinya.54 Pada Peraturan Presiden
Republik Indonesia Nomor 9 Tahun 2009 tentang Lembaga Pembiayaan, Sewa Guna
Usaha (Leasing) adalah kegiatan pembiayaan dalam bentuk penyediaan barang modal
baik secara Sewa Guna Usaha dengan hak opsi (Finance Lease) maupun Sewa Guna
Usaha tanpa hak opsi (Operating Lease) untuk digunakan oleh Penyewa Guna Usaha
(Lessee) selama jangka waktu tertentu berdasarkan pembayaran secara angsuran.
Perjanjian sewa guna usaha juga disebut sebagai perjanjian pengikatan hak bersyarat,
yang mana perjanjian leasing merupakan perjanjian dimana pemberi leasing (lessor)
menyerahkan haknya kepada si penyewa (lessee)untuk menguasai barang modal
tersebut dengan hak opsi atau tanpa hak opsi dengan imbalan dalam bentuk uang sewa
atau dengan pembayaran lainnya.Perjanjian apapun dalam sewa guna usaha harus
menjelaskan pokok-pokok perjanjian dengan tegas, sehingga bentuk hukum peraturan
mana yang berlaku. Kewajiban dan hak para pihak jelas dan tidak memberikan
kesempatan atau peluang kepada hakim yang mengadili perselisihan tentang
perjanjian itu untuk memberikan interprestasi lain atau melaksanakan perjanjian itu
lain dari pada yang dimaksudkan pihak –pihak.
Seorang yang baru memulai suatu usahanya yang hanya mempunyai modal
sedikit, dalam hal ini perusahaan leasing menyediakan alat perlengkapan usaha yang
dapat disewa oleh perusahaan yang bersangkutan, dengan berdasarkan perjanjian
leasing, dengan demikian perusahaan leasing tersebut telah memberikan pinjaman
(kredit) kepada si penyewa. Ada saatnyapada waktu berakhirnya perjanjian hak opsi
akan diberikan kepada lessee untuk membeli alat-alat usaha yang disewanya tersebut
dengan harga yang murah.
Pada batas waktu akhir penyewaan, ada beberapa pilihan yang dimiliki oleh
lessee, yaitu:
1). Mengembalikan barang/asset kepada lessor;
2). Berfungsi sebagai agen dari lessor untuk menjual barang/asset kepada pihak
ketiga; dan atau
3). Memperbaharui kontrak sewa atau masuk ke dalam penyewaan tahap kedua.
- Pengaturan Sewa Guna Usaha
Keputusan Menteri Keuangan Nomor 1169 Tahun 1991 tentang kegiatan
sewa guna usaha (leasing) tanggal 27 November 1991. dalam keputusan tersebut
diatur tentang kegiatan usaha. Perjanjian sewa guna usaha, pelaksanaan hak opsi,
perlakuan akuntansi, perlakuan perpajakan, pelaporan dan sanksi pelanggaran.
Kegiatan sewa guna usaha dapat dilakukan dengan hak opsi (finance lease) atau tanpa
hak opsi (operating lease). Dikatakan dengan hak opsi apabila jumlah pembayaran
sewa guna usaha selama masa sewa pertama ditambah dengan nilai sisa barang
modal, harus dapat menutup harga perolegan barang modal dan keuntungan lessor.
Masa sewa ditetapkan sekurang-kurangnya 2 (dua) tahun untuk barang modal
golongan I, 3 (tiga) tahun untuk golongan II dan Ill dan 7 (tujuh) tahun untuk
golongan bangunan. Dalam perjanjian dimuat ketentuan hak opsi bagi lessee.
Dikatakan tanpa hak opsi apabila jumlah pembayaran sewa gu na usaha selama masa
sewa pertama tidak dapat menutupi harga perolehan barang modal yang disewa
gunakan ditambah keuntungan oleh lessor. Dalam perjanjian tidak dimuat ketentuan
hak opsi bagi lessee. Lessee dilarang menyewagunausahakan kembali kepada pihak
lain barang modal yang telah disewanya.
Setiap transaksi sewa guna usaha wajib diikat dalam suatu perjanjian sewa
guna usaha (lease agreement). Dalam perjanjian harus dimuat sekurang - kurangnya.
i. Jenis transaksi sewa guna usaha
ii. Nama dan alamat masing- masing pihak.
iii. Nama, Jenis, Tipe dan Lokasi penggunaan barang modal
iv. Harga perolehan, nilai pembiayaan, pembayaran sewa, angsuran pokok
pembiayaan, imbalan jasa, nilai sisa, simpanan jaminan, masa sewa,
ketentuan asuransi atas barang modal yang disewakan.
v. Ketentuan pengakhiran transaksi yang dipercepat, penetapan kerugian
yang harus ditanggung lessee dalam hal barang modal yang disewa
dengan hak opsi hilang, rusak, atau tidak berfungsi karena sebab
apapun.
vi. Opsi bagi lessee dalam hal transaksi dengan hak opsi.
vii. Tanggung jawab para pihak atas barang modal yang disewakan.

2. Kelebihan dan Kelemahan Sewa Guna Usaha


Kelebihan:
- Tidak membutuhkan jaminan di awal atau di muka
- Lebih fleksibel karena sistem bayarnya secara angsuran atau dicicil
- Pelayanan cepat
- Capital saving karena lebih memudahkan perusahaan atau individu yang
sedang membutuhkan barang modal atau aset tanpa harus mengeluarkan uang
dalam jumlah besar sekaligus
- Sumber pembiayaan alternative
- Pembiayaan penuh
- Kapitalisasi biaya
- Tidak ada kepemilikan, sehingga tidak perlu membayar pajak

Kekurangan:
- Barang atau aktiva yang dibiayai belum menjadi milik nasabah atau lessee
walaupun di akhir masa
- Pengeluaran jangka panjang, karena harus menanggung biaya risiko, biaya
asuransi, dan pajak
- Biaya bunga atas lease biasanya lebih tinggi dari pada biaya bunga atas hutang
- Resiko keusangan
- Seandainya terjadi pembatalan suatu perjanjian sewa guna usaha, maka
kemungkinan biaya yang ditimbulkan cukup besar
- Resiko yang melekat pada peralatan atau barang modal itu sendiri
- Fluktuasi bunga.
- Dalam memilih sewa guna usaha, perlu dipertimbangkan kelebihan dan
kekurangan yang ada agar dapat memutuskan apakah sewa guna usaha cocok
untuk kebutuhan perusahaan atau individu.

3. Para Pihak Dalam Sewa Guna Usaha


Dalam proses sewa guna usaha, terdapat beberapa pihak yang terlibat, yaitu:
- Lessor: pihak yang menyediakan atau memiliki barang modal yang disewakan
kepada lessee. Lessor dapat berupa perusahaan pembiayaan, bank, atau pihak
lain yang memiliki izin usaha dari Menteri Keuangan.
- Lessee: pihak yang menggunakan atau menerima pembiayaan berupa barang
modal dari lessor. Lessee dapat berupa perorangan, kelompok, atau
perusahaan yang membutuhkan barang modal untuk kegiatan usahanya.
- Supplier: pihak yang menyediakan atau menjual barang modal kepada lessor.
Supplier dapat berupa produsen, distributor, atau pedagang barang modal.
- Asuransi: pihak yang menanggung risiko kerusakan, kehilangan, atau
pencurian barang modal yang menjadi objek sewa guna usaha. Asuransi dapat
berupa perusahaan asuransi atau lembaga lain yang menyediakan jasa
perlindungan aset.

4. Hubungan hukum dalam perjanjian Sewa Guna Usaha


Perjanjian sewa guna usaha (leasing) yang diadakan oleh Lessor dan Lesseen
dilakukan secara tertulis dalam bentuk perjanjian standar. Isi perjanjian tersebut
ditentukan oleh jenis dari leasing itu sendiri dan hubungan hukum (hak dan
kewajiban) timbal balik antara Lessor dan Lessee. Bagi Lessor, hak dan kewajibannya
adalah memperoleh pembayaran sebagai imbalan jasa dan menyerahkan barang modal
kepada Lessee. Sedangkan hak dan kewajiban Lessee adalah meperoleh kegunaan
dari barang modal dan membayar sewa secara berkala. Tidak dipenuhinya hak dan
kewajiban masing-masing pihak maka dapat disebut wanprestasi. Perjanjian akan
berakhir jika hak dan kewajiban Lessor dan Lessee telah dilaksanakan sesuai dengan
perjanjian sewa guna usaha atau biasa disebut juga dengan Leasing merupakan salah
satu jenis dari lembaga pembiayaan.
Lembaga pembiayaan dapat dikatakan sebagai sumber pembiayaan alternatif
yang kegiatannya ini dilakukan dalam bentuk penyediaan dana atau barang modal
dengan tidak menarik dana secara langsung dari masyarakat dalam bentuk giro,
deposito, tabungan, dan surat sanggup bayar.
Pengertian leasing menurut konsep konvensional sendiri adalah suatu
perjanjian untuk menyewa suatu barang dalam kurun waktu tertentu. Sedangkan
konsep leasing syariah pada dasarnya sama dengan konsep konvensional yang
membedakan hanya terdapatdi akad yang membingkai suatu perjanjian tersebut.
Hubungan hukum dalam perjanjian sewa guna usaha (leasing) adalah
hubungan kontraktual antara dua pihak, yaitu pemberi sewa (lessor) dan penyewa
(lessee). Dalam perjanjian ini, pemberi sewa memberikan hak kepada penyewa untuk
menggunakan aset tertentu, seperti mesin, kendaraan, atau peralatan lainnya, dalam
jangka waktu tertentu dan dengan pembayaran sewa yang disepakati.
Beberapa aspek hubungan hukum dalam perjanjian sewa guna usaha adalah
sebagai berikut:
- Hak dan Kewajiban Pemberi Sewa (Lessor): Pemberi sewa memiliki
kewajiban untuk menyediakan aset yang disewakan dalam kondisi yang baik
dan sesuai dengan persyaratan yang disepakati. Mereka juga bertanggung
jawab untuk menjaga dan merawat aset tersebut selama masa sewa.
- Hak dan Kewajiban Penyewa (Lessee): Penyewa harus membayar sewa sesuai
dengan ketentuan perjanjian dan merawat aset yang disewa dengan baik.
Mereka memiliki hak untuk menggunakan aset tersebut selama masa sewa dan
sesuai dengan perjanjian.
- Jangka Waktu: Perjanjian sewa guna usaha biasanya memiliki jangka waktu
tertentu, yang bisa pendek (misalnya, beberapa bulan) atau panjang (misalnya,
beberapa tahun). Setelah berakhirnya masa sewa, pihak penyewa biasanya
harus mengembalikan aset tersebut ke pemberi sewa.
- Pembayaran Sewa: Pihak penyewa wajib membayar sewa sesuai dengan
perjanjian. Besarnya pembayaran sewa bisa berbeda-beda, tergantung pada
aset yang disewakan, jangka waktu sewa, dan perundingan antara kedua pihak.
- Hak dan Tanggung Jawab Terkait Kerusakan dan Pemeliharaan: Perjanjian
sewa guna usaha biasanya mengatur hak dan tanggung jawab terkait kerusakan
aset, pemeliharaan, dan perbaikan. Penyewa mungkin bertanggung jawab atas
kerusakan yang disebabkan oleh penggunaan yang tidak semestinya,
sementara pemberi sewa mungkin bertanggung jawab untuk pemeliharaan
rutin.
- Pemutusan Perjanjian: Perjanjian sewa guna usaha juga biasanya mengatur
ketentuan terkait pemutusan perjanjian, baik oleh pemberi sewa maupun
penyewa. Pemutusan dapat terjadi jika salah satu pihak melanggar ketentuan
perjanjian atau jika jangka waktu sewa berakhir.
- Hak Kepemilikan: Dalam perjanjian sewa guna usaha, aset tetap dimiliki oleh
pemberi sewa, dan penyewa hanya memiliki hak penggunaan. Ini berbeda dari
pembelian, di mana kepemilikan aset benar-benar dialihkan kepada pembeli.
- Perjanjian sewa guna usaha adalah instrumen hukum yang umum digunakan
dalam dunia bisnis untuk menyewakan aset tanpa harus membelinya.
Hubungan hukum dalam perjanjian ini didasarkan pada prinsip-prinsip kontrak
dan tergantung pada persyaratan yang diatur dalam perjanjian tersebut. Kedua
pihak harus mematuhi ketentuan-ketentuan perjanjian agar hubungan hukum
tersebut berjalan dengan baik.

5. Perbedaan Sewa Guna Usaha Dengan Perjanjian Lainnya.


Sewa Guna Usaha (leasing) adalah sebuah bentuk perjanjian di mana pemilik
aset (lesor) menyewakan aset kepada pihak lain (lessee) untuk digunakan dalam
jangka waktu tertentu dengan pembayaran sewa. Perbedaannya dengan perjanjian
lainnya dapat mencakup beberapa hal:

- Milik aset: Dalam sewa guna usaha, lesor tetap mempertahankan kepemilikan
aset, sedangkan dalam perjanjian lainnya, aset mungkin dapat dialihkan
kepemilikannya kepada lessee.
- Jangka waktu: Sewa guna usaha memiliki jangka waktu yang biasanya tetap,
sedangkan perjanjian lainnya dapat memiliki jangka waktu yang lebih
bervariasi.
- Tujuan penggunaan aset: Dalam sewa guna usaha, aset disewakan untuk
digunakan, sedangkan perjanjian lainnya bisa melibatkan berbagai jenis
perjanjian, seperti jual beli, pinjaman, atau lisensi.
- Pembayaran: Sewa guna usaha melibatkan pembayaran sewa berkala,
sedangkan perjanjian lainnya dapat memiliki struktur pembayaran yang
berbeda, seperti pembayaran tunai upfront atau pembayaran berdasarkan hasil
penjualan.
- Pajak dan akuntansi: Perlakuan pajak dan akuntansi dapat berbeda antara sewa
guna usaha dan perjanjian lainnya, tergantung pada yurisdiksi dan peraturan
yang berlaku.

Perbedaan ini dapat bervariasi tergantung pada peraturan lokal dan perjanjian
yang digunakan dalam situasi tertentu.
KESIMPULAN

Sewa Guna Usaha (leasing) adalah sebuah perjanjian di mana pemilik aset (lesor)
menyewakan aset kepada pihak lain (lessee) untuk digunakan dalam jangka waktu tertentu
dengan pembayaran sewa. Kelebihannya meliputi fleksibilitas pembayaran, pembiayaan
modal tanpa jaminan di muka, dan pelayanan cepat. Namun, ada kekurangan, seperti biaya
bunga yang mungkin lebih tinggi dan ketidakmemilikan aset. Para pihak dalam sewa guna
usaha melibatkan lesor, lessee, supplier, dan perusahaan asuransi.

Dalam perjanjian sewa guna usaha, ada hubungan hukum kontraktual antara lesor dan
lessee, di mana keduanya memiliki hak dan kewajiban masing-masing. Aset tetap dimiliki
oleh lesor, dan lessee hanya memiliki hak penggunaan selama masa sewa. Perjanjian ini
mengatur masalah seperti pembayaran sewa, pemeliharaan, pemutusan perjanjian, dan lain-
lain.

Perbedaan sewa guna usaha dengan perjanjian lainnya termasuk kepemilikan aset,
jangka waktu, tujuan penggunaan, struktur pembayaran, dan perlakuan pajak serta akuntansi
yang berbeda tergantung pada peraturan dan perjanjian yang berlaku.

Sewa guna usaha adalah perjanjian yang melibatkan penyewaan aset untuk
penggunaan jangka waktu tertentu dengan pembayaran sewa, dengan lesor tetap sebagai
pemilik aset. Perjanjian ini memiliki kelebihan dan kekurangan, melibatkan beberapa pihak,
dan memiliki hubungan hukum kontraktual. Perbedaan dengan perjanjian lainnya terletak
pada kepemilikan aset, jangka waktu, tujuan penggunaan, dan perlakuan pajak serta
akuntansi.

Anda mungkin juga menyukai