PENELITIAN
PENELITIAN
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Matematika sangatlah penting, dapat dilihat dari diwajibkannya mata
pelajaran matematika pada pendidikan tingkat dasar sampai tingkat menengah
hampir di setiap kurikulum pada tiap tingkatan yang telah tercantum dalam
Permendikbud no. 21 tahun 2016 dalam bentuk kompetensi inti dan kompetensi
dasar. Amir (2013: 14) mengatakan bahwa “matematika diajarkan dengan tujuan
mempersiapkan peserta didik agar dapat menggunakan matematika dan pola pikir
matematika dalam kehidupan sehari-hari”. Matematika tidak pernah lepas dalam
kehidupan sehari-hari, contohnya ketika dalam transaksi jual beli dibutuhkan
perhitungan menggunakan ilmu matematika, sampai perhitungan bahasa mesin pada
komputer maupun gadget juga membutuhkan ilmu matematika. Matematika
diajarkan mulai tingkat dasar menunjukkan harapan yang besar supaya siswa
berhasil dalam menguasai ilmu matematika.
Keberhasilan siswa dalam pelajaran matematika dapat dilihat dari
keberhasilan dalam menyelesaikan masalah atau soal-soal yang disajikan dalam
pembelajaran matematika. Penguasaan matematika dapat dilihat apabila siswa
menguasai dan trampil menyelesaikan masalah menggunakan tahap-tahap
tertentu, paling sederhana mereka dapat menguraikan langkah-langkah
menyelesaikan masalah sekurang-kurangnya tiga langkah penyelesaian soal.
Sehingga, penguasaan langkah-langkah penyelesaian masalah juga dijadikan target
keberhasilan seorang guru mengajar matematika (Hamzah dan Muhlisrarini,
2014: 49). Jadi, dapat diambil kesimpulan bahwa pemecahan masa (problem
solving) menjadi salah satu dari tujuan belajar matematika.
Masalah dalam matematika salah satunya berbentuk soal, namun tidak
semua soal matematika merupakan masalah. Jika masalah disajikan kepada siswa
dan siswa tersebut langsung dapat mengetahui cara menyelesaikan masalah yang
benar, maka soal tersebut bukan masalah dan soal tersebut biasanya disebut soal
rutin atau exercise (Latihan) (Kusmanto, 201: 97). Suatu masalah biasanya memuat
situasi yang mendorong sesorang untuk menyelesaikannya. Akan tetapi, tidak
tahu secara langsung apa yang harus dikerjakan untuk menyelesaikannya. Dalam
memecahkan masalah atau menyelesaikan masalah tersebut diperlukan kegiatan
mental (proses berpikir) sehingga siswa dapat menemukan jawaban atau mengambil
keputusan. Shadiq (2014: 105) mengatakan bahwa “pemecahan masalah (problem
solving) adalah proses berpikir untuk menentukan apa yang harus dilakukan ketika
tidak tahu apa yang harus kita lakukan”. Kegiatan mental (proses berpikir) tidak
hanya diperlukan dalam menyelesaikan masalah matematika saja, akan tetapi juga
diperlukan dalam menghadapi masalah kehidupan sehari-hari.
Perlu diketahui bahwa kemampuan pemecahan masalah pada setiap
siswa berbeda. Perbedaan yang paling sering diteliti adalah perbedaan berdasarkan
gender. Budi Cahyono menyebutkan faktor-faktor intern yang mempengaruhi
kemampuan pemecahan masalah siswa meliputi: kecerdasan, motivasi, minat, bakat,
dan kemampuan matematika maupun perbedaaan gender (Cahyono, 2015: 1).
Menurut Zubaidah Amir M. Z. Perbedaan tersebut terletak pada bagaimana cara
siswa laki-laki dan perempuan dalam menyelesaikan soal (Amir, 2015: 27).
Ada banyak faktor yang mempengaruhi kemampuan pemecahan
masalah siswa. Pengalaman, minat dan motivasi, kemampuan memahami masalah,
dan kebiasaan berpikir berpengaruh positif terhadap kemampuan pemecahan
masalah soal matematika siswa (Handayani Z, 2017: 329). Penelitian lain
menjelaskan bahwa pemecahan masalah dipengaruhi oleh faktor-faktor situasional
dan personal. Faktor faktor situasional misalnya: stimulus, sifat-sifat masalah,
sulit/mudah, baru/lama, penting–kurang penting, melibatkan sedikit atau banyak
masalah lain. Faktor-faktor sosio-psikologis misalnya: fokus masalah, motivasi,
kebiasaan dan emosi.” (Hidayati, dalam Kudsiyah et al., 2017: 112).
Minat di sini menunjukkan
perbuatan terhadap suatu tujuan dan merupakan dorongan untuk melakukan
perbuatan tersebut. Hal ini sejalan dengan pendapat Purwanto (2007) yang
menyatakan bahwa dalam diri manusia terdapat dorongan- dorongan (motif-motif)
yang bisa mendorong manusia untuk berinteraksi dengan dunia luar, motif
menggunakan dan menyelidiki dunia luar (manipulate and exploring motives). Dari
manipulasi dan eksplorasi yang dilakukan individu tersebut terhadap dunia luar itu,
kemudian menimbulkan minat terhadap sesuatu tersebut. Minat adalah rasa lebih
suka atau senang dan rasa ketertarikan pada suatu hal atau aktivitas, tanpa
perintah dari siapapun. Minat dapat timbul dengan sendirinya, yang diikuti dengan
rasa suka terhadap sesuatu. Menurut Slameto (2010: 180) minat adalah
kecenderungan untuk tetap memperhatikan beberapa kegiatan yang diminati
seseorang, diperhatikan terus menerus yang disertai rasa senang.
Berdasarkan pemaparan di atas dapat diketahui bahwa minat belajar
berkaiatan dengan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa. Oleh karena
itu, penelitian ini dilakukan untuk melihat bagaimana perbedaan minat dan
kemampuan pemecahan masalah siswa di SMA Negeri 1 Gomo Berdasarkan
Gender.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang dijelaskan di atas, maka rumusan
masalah yang akan diteliti adalah sebagai berikut :
Adakah perbedaan minat dan kemampuan pemecahan masalah siswa SMA Negeri 1
Gomo Berdasarkan Gender ?
C. Tujuan Penelitian
Berdasakan latar belakang dan rumusan masalah di atas, tujuan dari penelitian ini
sebagai berikut :
1. Mengetahui ada tidaknya perbedaan minat belajar siswa laki-laki dan siswa
perempuan SMA Negeri 1 Gomo
2. Mengetahui ada tidaknya perbedaan kemampuan pemecahan masalah siswa
laki-laki dan siswa perempuan SMA Negeri 1 Gomo
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Kajian Teori
1. Minat Belajar
2. Bakat
3. Belajar.
1. Perasaan Senang
Apabila seorang siswa memiliki perasaan senang pada pelajaran tertentu maka
tidak akan ada rasa terpaksa untuk belajar. Misalnya yaitu perasaan senang
mengikuti pelajaran, tidak ada merasa bosan, serta hadir saat pelajaran.
2. Keterlibatan Siswa
Keterlibatan seseorang akan objek yang mengakibatkan orang itu senang serta
tertarik untuk melakukan atau mengerjakan kegiatan dari objek tersebut.
3. Ketertarikan
Berhubungan dengan daya dorong siswa terhadap ketertarikan pada sesuatu
benda, orang, kegiatan atau biasa berupa pengalaman afektif yang dirangsang
pada kegiatan itu sendiri. Misalnya sangat antusias saatmengikuti pelajaran,
dan tidak menunda tugas yang diberikan oleh guru.
4. Perhatian Siswa
Minat dan perhatian adalah dua hal yang dianggap sama dalam penggunaan
sehari-hari, perhatian siswa yaitu konsentrasi siswa padapengamatan dan
pengertian, dengan mengesampingkan yang lain. Peserta didik yang memiliki
minat terhadap objek tertentu maka dengan sendirinya akan memperhatikan
objek tersebut. Misalnya peserta didik mendengarkan penjelasan guru dan
mencatat materi 2. Penggunaan Metode Penggunaan metode pengajaran yang
baik membuat para siswa dapat menangkap dengan baik. Siswa akan
merangsang minat untuk dapat belajar dengan sungguh-sungguh, penggunaan
metode merupakan faktor penting dalam membuka cakrawala pengetahuan
dan pandangan yang luas, sebagai sarana pengaplikasian ilmu secara
sistematis. Penggunaan metode pengajaran yang tidak sesuai dengan apa yang
diberikan, akan memalingkan dari materi yang akan diajarkan serta
menimbulkan kebosanan dalam diri mereka. Zakiyah Darajat mengemukakan
“Metode mengajar sebagai proses belajar mengajar yang tepat harus dapat
membuat proses belajar mengajar sebagai pengalaman hidup yang
menyenangkan dan berarti bagi anak didik.”
5. Ketertarikan
Berhubungan dengan daya dorong siswa terhadap ketertarikan pada sesuatu
benda, orang, kegiatan atau biasa berupa pengalaman afektif yang dirangsang
pada kegiatan itu sendiri. Misalnya sangat antusias saatmengikuti pelajaran,
dan tidak menunda tugas yang diberikan oleh guru.
6. Perhatian Siswa
Minat dan perhatian adalah dua hal yang dianggap sama dalam penggunaan
sehari-hari, perhatian siswa yaitu konsentrasi siswa padapengamatan dan
pengertian, dengan mengesampingkan yang lain. Peserta didik yang memiliki
minat terhadap objek tertentu maka dengan sendirinya akan memperhatikan
objek tersebut. Misalnya peserta didik mendengarkan penjelasan guru dan
mencatat materi 2. Penggunaan Metode Penggunaan metode pengajaran yang
baik membuat para siswa dapat menangkap dengan baik. Siswa akan
merangsang minat untuk dapat belajar dengan sungguh-sungguh, penggunaan
metode merupakan faktor penting dalam membuka cakrawala pengetahuan
dan pandangan yang luas, sebagai sarana pengaplikasian ilmu secara
sistematis. Penggunaan metode pengajaran yang tidak sesuai dengan apa yang
diberikan, akan memalingkan dari materi yang akan diajarkan serta
menimbulkan kebosanan dalam diri mereka. Zakiyah Darajat mengemukakan
“Metode mengajar sebagai proses belajar mengajar yang tepat harus dapat
membuat proses belajar mengajar sebagai pengalaman hidup yang
menyenangkan dan berarti bagi anak didik.”
B. Pengajuan Hipotesis
Hipotesis pada penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Ada Perbedaan Minat belajar Siswa Laki-laki dan siswa Perempuan SMA
Negeri 1 Gomo
2. Ada Perbedaan Kemampuan Pemecahan Masalah Siswa Laki-laki dan
siswa Perempuan SMA Negeri 1 Gomo
BAB III