Anda di halaman 1dari 12

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Beakang

Matematika memiliki peranan penting dalam segala aspek kehidupan terutama

dalam meningkatkan daya pikir manusia, sehingga matematika merupakan salah

satu mata pelajaran yang diwajibkan di setiap jenjang sekolah mulai dari SD sampai

SMA. Menurut Abdurrahman (2003) “Matematika adalah bahasa simbolis yang

fungsi praktisnya untuk mengekspresikan hubungan-hubungan kuantitatif dan

keruangan sedangkan fungsinya adalah untuk memudahkan berpikir”. Dalam

pendidikan, kemampuan siswa diasah melalui penyelesaian masalah, sehingga

siswa mampu meningkatkan berbagai kompetensi yang dimilikinya. Hal ini sesuai

dengan apa yang disampaikan oleh Dahar (2011: 121) yang menyatakan bahwa

kemampuan untuk memecahkan masalah pada dasarnya merupakan tujuan utama

proses pendidikan.

Berdasarkan wawancara sebelumnya, prestasi siswa SD dalam pembelajaran

matematika masih tergolong rendah terutama dalam hal menyelesaikan masalah

matematis. Dari data yang diperoleh, sebanyak 73,3% siswa masih memiliki

kemampuan pemecahan masalah yang relatif kurang. Hal ini disebabkan oleh

beberapa hal yang diantaranya siswa kurang berminat dalam pembelajaran

matematika, proses pembejaran yang masih mengandalkan guru sebagai pemberi

seluruh informasi materi matematika, dan sarana pembelajaran yang masih

kuraang. Jika dilihat dari aspek kurikulum, kemampuan dalam menyelesaikan


pemecahan masalah menjadi salah satu tujuan dalam pembelajaran matematika di

sekolah yaitu melatih cara berpikir dan bernalar dalam menarik kesimpulan,

mengembangkan kemampuan memecahkan masalah, serta mengembangkan

kemampuan menyampaikan informasi atau mengkomunikasikan ide-ide melalui

lisan, tulisan, gambar, grafik, peta, diagram, dan sebagainya (Depdiknas, 2006: 6).

Peserta didik seharusnya memiliki kemampuan memecahkan masalah yang

meliputi kemampuan memahami masalah, merancang model matematika,

menyelesaikan model dan menafsirkan solusi yang diperolah.

Sumarmo (2010:5) menyatakan bahwa kemampuan pemecahan masalah

merupakan salah satu doing math (ketrampilan bermatematika) yang dapat

digolongkan dalam kemampuan berpikir tingkat tinggi. Hal senada juga

diungkapkan oleh Minarmi (2012: 3) bahwa kemampuan dalam memecahkan atau

menyelesaikan masalah merupakan bagian dari inti dalam bermatematika.

Kenyataannya dalam mempelajari matematika pada akhirnya bertujuan untuk

menyelesaikan sebuah masalah. Kemampuan menyelesaikan masalah ini erat

kaitannya dalam motivasi untuk bermatematika.

Branca, (1980) menyebutkan bahwa kemampuan pemecahan masalah sangat

penting dimiliki oleh setiap siswa karena (a) pemecahan masalah merupakan tujuan

umum pengajaran matematika, (b) pemecahan masalah yang meliputi metoda,

prosedur dan strategi merupakan proses inti dan utama dalam kurikulum

matematika, dan (c) pemecahan masalah merupakan kemampuan dasar dalam

belajar matematika. Ruseffendi (1991: 103) mengatakan bahwa kemampuan

pemecahan masalah sangat penting dalam matematika, bukan saja bagi mereka
yang dikemudian hari akan mendalami atau mempelajari matematika, melainkan

juga bagi mereka yang akan menerapkannya dalam bidang studi lain dan dalam

kehidupan sehari-hari

Dalam menyelesaikan masalah matematika di Indonesia terdapat sebuah

permasalahan seperti yang dipaparkan oleh Mullis et al (2007:55) “selama beberapa

tahun belakangan dari hasil TIMSS dan PISA menujukkan hasil capaian belajar

matematika siswa di Indonesia khususnya tentang pemecahan masalah matematis

masih rendah dan berada pada posisi di bawah Malaysia dan Singapura.

Realita ini terlihat dari data hasil penilaian yang dilakukan pada tahun 2019

oleh Organization Econimic Cooperation and Development (OECD) yang bernama

Program for International Student Assesment (PISA) mendapatkan hasil bahwa

skor matematika siswa Indonesia berada di peringkat 72 dari 78 negara. Indonesia

sudah berpartisipasi dalam penilaian ini selama 18 tahun, sejak tahun 2000. Namun

selama itu pula nilai kemampuan siswa tak pernah berada di atas rata-rata.

Berkenaan dengan hal tersebut, terdapat suatu kaitan yang mengikat satu sama

lain antara kemampuan pemecahan masalah matematis dengan motivasi belajar

siswa. Hal ini terkait karena rendahnya motivasi belajar siswa terhadap

pembelajaran matematika. Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Dyah Dwi

Anggraeni (2018) dimana hasil penelitiannya menunjukkan bahwa terdapat

hubungan positif antara motivasi belajar dengan kemampuan pemecahan masalah

matematika.

Wina Sanjaya (2010:249) mengatakan bahwa proses pembelajaran motivasi

merupakan salah satu aspek dinamis yang sangat penting. Sering terjadi siswa yang
kurang berprestasi bukan disebabkan oleh kemampuannya yang kurang, akan tetapi

dikarenakan tidak adanya motivasi untuk belajar sehingga ia tidak berusaha untuk

mengarahkan segala kemampuannya. Dalam proses pembelajaran tradisional yang

menggunakan pendekatan ekspositori kadang-kadang unsur motivasi terlupakan

oleh guru. Guru seakan-akan memaksakan siswa menerima materi yang

disampaikannya. Keadaan ini tidak menguntungkan karena siswa tidak dapat

belajar secara optimal yang tentunya pencapaian hasil belajar juga tidak optimal.

Pandangan moderen tentang proses pembelajaran menempatkan motivasi sebagai

salah satu aspek penting dalam membangkitkan motivasi belajar siswa. Motivasi

belajar merupakan sesuatu keadaan yang terdapat pada diri seseorang individu

dimana ada suatu dorongan untuk melakukan sesuatu guna mencapai tujuan.

Menurut Mc Donald (dalam Kompri, 2016:229) motivasi adalah suatu

perubahan energi di dalam pribadi seseorang yang ditandai dengan timbulnya

afektif (perasaan) dan reaksi untuk mencapai tujuan. Dengan demikian munculnya

motivasi ditandai dengan adanya perubahan energi dalam diri seseorang yang dapat

disadari atau tidak. Woodwort (dalam Wina Sanjaya, 2010:250) bahwa suatu

motive adalah suatu set yang dapat membuat individu melakukan kegiatan-kegiatan

tertentu untuk mencapai tujuan. Dengan demikian motivasi adalah dorongan yang

dapat menimbulkan perilaku tertentu yang terarah kepada pencapaian suatu tujuan

tertentu. Perilaku atau tindakan yang ditunjukkan seseorang dalam upaya mencapai

tujuan tertentu sangat tergantung dari motive yang dimiliknya. Sebagaimana yang

diungkapkan oleh Arden (dalam Sanjaya 2010:250) bahwa kuat lemahnya atau
semangat tidaknya usaha yang dilakukan seseorang untuk mencapai tujuan akan

ditentukan oleh kuat lemahnya motive yang dimiliki orang tersebut.

Motivasi dalam belajar sangatlah penting bagi siswa. Apabila dalam diri siswa

sudah terdapat motivasi maka proses belajar mengajar di kelas akan berjalan

dengan lancar serta tercapai tujuannya. Siswa yang termotivasi dalam belajarnya

dapat dilihat dari karakteristik tingkah laku yang menyangkut minat, ketajaman,

perhatian, konsentrasi dan ketekunan. Siswa yang memiliki motivasi rendah dalam

belajarnya menampakkan keengganan, cepat bosan dan berusaha menghindar dari

kegiatan belajar.

Motivasi bagi siswa adalah serangkaian usaha untuk menyediakan kondisi–

kondisi tertentu, sehingga siswa mau dan ingin melakukan sesuatu dan bila tidak

suka maka akan berusaha untuk meniadakan atau mengelakkan perasaan tidak suka

itu.

James O.Whittaker (dalam Soemanto, 2006) menyebutkan bahwa motivasi

merupakan kondisi yang mengaktifkan tingkah laku agar mencapai tujuan yang

ditimbulkan oleh motivasi tersebut, sedangkan belajar adalah proses dimana

tingkah laku tersebut diubah melalui latihan atau pengalaman.

Menurut Kompri (2016:233) Kedudukan motivasi dalam belajar tidak hanya

memberikan arah kegiatan belajar secara benar. Lebih dari itu, dengan motivasi

seseorang akan mendapatkan pertimbangan-pertimbangan positif dalam kegiatan

belajar. Motivasi merupakan hal yang sangat penting sebagai berikut:

1. Motivasi memberikan semangat seorang pelajar dalam kegiatan-kegiatan

belajarnya.
2. Motivasi memberi petunjuk pada tingkah laku pelajar tersebut.

Kompri (2016:234) mengatakan bahwa dalam proses pembelajaran motivasi

baik bagi guru dan siswa adalah sangat penting dalam mencapai keberhasilan

belajar sesuai tujuan yang diharapkan. Adapun pentingnya motivasi bagi guru

adalah sebagai berikut:

1. Membangkitkan, meningkatkan dan memelihara semangat siswa untuk belajar

sampai berhasil.

2. Mengetahui dan memahami keragaman motivasi di kelas.

3. Meningkatkan dan menyadarkan guru untuk memilih keragaman peran seperti

sebagai penasehat, fasilitator, instruktur, teman diskusi atau pendidik.

4. Memberi peluang guru untuk unjuk kerja rekayasa pedagogis.

Winarsih (2009:114) mengatakan bahwa pentingnya motivasi bagi siswa

adalah sebagai berikut:

1. Menyadarkan kedudukan pada awal belajar, proses dan hasil akhir.

2. Menginformasikan tentang kekuatan usaha belajar, yang dibandingkan dengan

teman sebaya.

3. Mengarahkan kegiatan belajar.

4. Membesarkan semangat dalam belajar.

5. Menyadarkan tentang adanya perjalanan belajar dan kemudian bekerja yang

berkesinambungan.

Hasil belajar siswa yang belum memuaskan terutama pada kemampuan

pemecahan masalah secara matematis siswa di sekolah berkaitan dengan motivasi

belajar dan juga pola pembelajaran yang masih bersifat konvesional dengan pola
pembelajaran yang berpusat pada guru, hal ini karena proses pembelajarannya lebih

berkonsentrasi pada latihan soal yang lebih bersifat prosedural dan mekanistik.

Siswa jarang diberikan soal-soal yang terkait pemecahan masalah dengan metode

pembelajaran yang kooperatif dimana proses pembelajaran yang kurang melibatkan

keaktifan siswa, siswa tidak terlibat aktif dalam menggali ide atau konsep secara

bermakna, dan siswa hanya menerima ilmu pengetahuan dalam bentuk yang sudah

jadi atau bersifat hapalan saja. Sehingga motivasi belajar siswa di bidang

matematika menurun dengan kata lain banyak siswa yang enggan belajar

matematika dengan pola pembelajaran yang sangan monoton.

Hasil belajar sebagai output nyata untuk mengukur tingkat keberhasilan belajar

siswa. Dengan hasil belajar guru dapat mengetahui siswa yang kurang mencapai

nilai ketuntasan. Oleh karena itu motivasi juga mempengaruhi hasil belajar yang

diperoleh siswa. Berdasarkan hasil observasi awal, motivasi dan hasil belajar

matematika siswa SD Negeri 014647 Mekar Tanjung Asahan, masih relatif rendah.

Hal itu ditunjukkan dari pengamatan yang dilakukan di kelas V yang berjumlah 30

siswa. Ada beberapa permasalahan meliputi, antusias siswa dalam bertanya

sebanyak 6 siswa (20%), antusias siswa dalam menjawab pertanyaan sebanyak 8

siswa (26,7%), siswa yang memiliki kemauan mengerjakan soal di depan kelas

sebanyak 6 siswa (13.3%), dan hasil belajar siswa yang mencapai Kriteria

Ketuntasan Minimal (KKM) dengan nilai 75 sebanyak 8 siswa (26,7%).

Kondisi tersebut disebabkan oleh beberapa akar penyebab menurut guru

matematika kelas V, kebanyakan siswa kurang perhatian terhadap pelajaran

matematika, mereka menganggap matematika adalah pelajaran yang sulit


dibandingkan pelajaran lain. Bahkan ada beberapa siswa yang selalu tidak acuh

terhadap mata pelajaran matematika sehingga menyebabkan para siswa selalu

bermalas-malasan untuk mencatat materi yang diberikan oleh guru, dan siswa cepat

merasa putus asa jika ada sedikit kesulitan. Selain akar penyebab dari siswa

tersebut, fasilitas penunjang pembelajaran matematika seperti alat peraga untuk

pembelajaran, dan model pembelajaran yang masih konvensional di SD Negeri

014647 Mekar Tanjung Asahan.

Hasil belajar matematika sangat dipengaruhi oleh model pembelajaran yang

digunakan oleh guru dalam pembelajaran. Penerapan model pembelajaran yang

tidak tepat akan berdampak pada hasil belajar yang kurang memuaskan. Oleh

karena itu guru dituntut untuk dapat menentukan model pembelajaran yang tepat

supaya memperoleh hasil belajar yang optimal.

Pembelajaran hendaknya dapat melibatkan siswa, berorientasi pada proses

bermatematika, siswa lebih banyak diberikan soal-soal yang dapat melatih

kemampuan berpikir tingkat tinggi, belajar merupakan hasil dari dialog dan diskusi

antar siswa dengan guru dan siswa dengan siswa lainnya.

Berdasarkan akar penyebab tersebut, salah satu model pembelajaran

matematika yang dapat digunakan untuk melatih dan meningkatkan kemampuan

dalam menyelesaikan masalah matematis siswa adalah model pembelajaran

Missouri Mathematics Project. Model pembelajaran Missouri Mathematics Project

(MMP) adalah suatu model pembelajaran yang dirancang dalam membantu guru

untuk lebih meningkatkan efektivitas penggunaan latihan-latihan guna siswa

mencapai peningkatan yang luar biasa. Latihan-latihan yang dimaksud disini adalah
lembar kerja siswa yang diberikan saat proses aktifitas pembelajaran sedang

berlangsung. Tujuan dari pemberian lembar kerja agar siswa lebih mudah

memahami materi yang disampaikan oleh guru.

Krismiati (2013) mengemukakan bahwa “model pembelajaran Missouri

Mathematics Project merupakan model pembelajaran yang menekankan pada

penggunaan latihan-latihan soal untuk membantu guru agar siswa dapat mencapai

peningkatan yang luar biasa”. Good & Grouws (dalam Slavin & Cyntia, 2007:31)

menyebutkan bahwa ”Model Missouri Mathematics Project adalah suatu program

yang didesain untuk membantu guru dalam hal efektifitas penggunaan latihan-

latihan agar siswa mencapai peningkatan yang luar biasa”

Agoestanto dan Savitri (2013:72) menyebutkan bahwa “model pembelajaran

Missouri Mathematics Project menuntut keaktifan siswa dalam pembelajaran

karena guru hanya sebagai fasilitator yang mendampingi dan hanya membantu

siswa menemukan pengetahuannya”.

Model pembelajaran Missouri Mathematics Project melatih siswa menjadi

lebih mandiri, dapat bekerjasama, dan berpikir dalam menyelesaikan masalah

matematis. Model pembelajaran Missouri Mathematics Project memiliki langkah-

langkah dalam pelaksanaannya yaitu, review, pengembangan, kerja kelompok,

seatwork, dan homework. Karakteristik dari model pembelajaran Missouri

Mathematics Project adalah dengan memberikan lembar kerja siswa, dimana

dengan adanya lembar kerja siswa tersebut diharapkan mampu dapat meningkatkan

kemampuan menyelesaikan masalah secara matematis baik individu maupun

kelompok.
Dalam model pembelajaran Missouri Mathematics Project, siswa tidak hanya

belajar di dalam kelas saja karena siswa diberikan pekerjaan rumah sehingga siswa

mempunyai waktu belajar yang lebih banyak. Tugas-tugas yang telah dikerjakan

oleh siswa akan dibahas bersama-sama sehingga siswa akan mengetahui apakah

jawaban yang didapatnya benar atau salah.

Berdasarkan beberapa hal tersebut di atas maka peneliti akan melakukan

penelitian dengan mengambil judul “Pengembangan Model Pembelajaran Missouri

Mathematics Project Untuk Meningkatkan Kemampuan Memecahkan Masalah

Matematis dan Motivasi Belajar Siswa di SD.”

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah yang telah diberikan,

maka yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:

1. Bagaimana peningkatan kemampuan memecahkan masalah matematis siswa

dengan pembelajaran model kooperatif tipe MMP pada pelajaran matematika di

SD?

2. Bagaimana peningkatan motivasi siswa dengan pembelajaran model kooperatif

tipe MMP pada pelajaran matematika di SD?

3. Bagaimana kepraktisan model MMP terhadap kemampuan penyelesaian masalah

matematis dengan pembelajaran kooperatif tipe MMP di SD ?

4. Bagaimana keefektifan model pembelajaran MMP dalam meningkatkan

kemampuan penyelesaian masalah matematis dengan pembelajaran kooperatif

tipe MMP di SD ?
C. Tujuan Penelitan

Berdasarkan rumusan pertanyaan penelitian di atas, tujuan penelitian ini

adalah:

1. Mendeskripsikan peningkatan kemampuan penyelesaian masalah matematis

siswa dengan pembelajaran kooperatif tipe MMP di SD

2. Mendeskripsikan peningkatan motivasi siswa dengan pembelajaran kooperatif

tipe MMP di SD.

3. Menemukan model pembelajaran kooperatif tipe MMP yang praktis digunakan

dalam pembelajaran matematika di SD.

4. Menemukan model pembelajaran kooperatif tipe MMP yang efektif digunakan

dalam pembelajaran matematika di SD.

C. Tujuan Penelitan

Berdasarkan rumusan pertanyaan penelitian di atas, tujuan penelitian ini

adalah:

1. Mendeskripsikan proses dan hasil pengembangan perangkat pembelajaran

kooperatif tipe MMP yang baik pada pelajaran matematika.

2. Mengetahui keefektifan pembelajaran kooperatif tipe MMP untuk meningkatkan

kemampuan matematis siswa.

3. Membandingkan motivasi belajar siswa yang mengikuti pembelejaran kooperatif

tipe MMP dengan siswa yang mengikuti pembelajaran secara konvensional pada

pelajaran matematika.
D. Kegunaan Penelitian

1. Manfaat Teoritis

a. Memberikan kontribusi pengetahuan dan wawasan kepada pembaca,

khususnya bagi guru tentang pembelajaran tipe pembelajaran Missouri

Mathematics Project yang bertujuan untuk meningkatkan kemampuan

matematis dan motivasi belajar.

b. Sebagai referensi awal bagi peneliti untuk dijadikan pemikiran awal dalam

melakukan penelitian berikutnya.

2. Manfaat Praktis

a. Manfaat bagi siswa, membuat siswa lebih tertarik dan antusias dalam belajar

Matematika karena adanya perubahan pemikiran tentang pelajaran

Matematika yang sebelumnya merupakan hal yang kurang dikuasai menjadi

pelajaran yang disukai, dan membuktikan belajar itu tidak sulit bahkan

menyenangkan.

b. Manfaat bagi guru, penelitian ini dapat membantu guru memperbaiki

pembelajaran mata pelajaran Matematika, sebagai masukan untuk

meningkatkan minat dan perhatian siswa terhadap mata pelajaran Matematika

dan dapat meningkatkan rasa percaya diri guru serta menciptakan

pembelajaran lebih aktif, kreatif, dan menyenangkan.

c. Memberikan kesempatan kepada guru untuk mengembangkan model

pembelajaran serta meningkatkan mutu pembelajaran mata pelajaran

Matematika di Sekolah Dasar.

Anda mungkin juga menyukai