Disusun oleh :
1. Cep M. Hilmi
2. Dethia shifa Aula
3. Ilma Nurfaizah
4. Muhammad Mustopa Kamal
5. Sely Siti Rosidah
Puji syukur kami haturkan kehadirat Allah Swt. yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-
Nya sehingga kami bisa menyelesaikan makalah ini tentang "MELESTARIKAN LINGKUNGAN
(2)".
Tidak lupa juga kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah turut
memberikan kontribusi dalam penyusunan makalah ini. Tentunya, tidak akan bisa maksimal jika
tidak mendapat dukungan dari berbagai pihak.
Sebagai penyusun, kami menyadari bahwa masih terdapat kekurangan, baik dari penyusunan
maupun tata bahasa penyampaian dalam makalah ini. Oleh karena itu, kami dengan rendah hati
menerima saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ini.
Kami berharap semoga makalah yang kami susun ini memberikan manfaat dan juga
inspirasi untuk pembaca.
TERIMAKASIH
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...........................................................................................................i
DAFTAR ISI.........................................................................................................................ii
BAB 1. P ENDAHULUAN..................................................................................................1
BAB 2. PEMBAHASAN......................................................................................................2
BAB 3. PENUTUP................................................................................................................7
3.1 Kesimpulan................................................................................................................7
3.2 Saran..........................................................................................................................7
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................................8
ii
BAB 1
PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
Mampu melafalkan ayat-ayat sesuai kaidah ilmu tajwid dan hadis-hadis tentang kelestarian
lingkungan, mengomunikasikan dalam berbagai media dengan semangat disiplin, peduli
terhadap lingkungan sekitar dan mengamalkannya dalam kehidupan .
BAB 2
PEMBAHASAN
1
2.1 Pengertian Melestarikan Lingkungan (2)
Lingkungan hidup tidak saja bersifat fisik seperti tanah, udara, air, cuaca dan sebagainya,
namun dapat juga berupa sebagai lingkungan kemis maupun lingkungan sosial. Lingkungan
sosial meliputi semua faktor atau kondisi di dalam masyarakat yang dapat menimbulkan
pengaruh atau Perubahan sosiologis, ekonomi, politik dan sosial budaya. Al-Qur'an sangat
menganjurkan kepada manusia untuk melestarikan lingkungan. Secara implisit, banyak ayat al-
Qur'an menjelaskan bahwa Allah swt, senantiasa memelihara dan melindungi makhluk-Nya,
termasuk binatang dengan cara memberikan makanan dan memotoring tempat tinggalnya.
Adapun manusia sebagai makhluk Allah Swt, diperintahkan untuk selalu berbuat baik dan
dilarang untuk berbuat kerusakan di atas bumi.
3. Melakukan Penghijauan
2
َأَلْم َتَر ِإَلى َر ِّبَك َك ْيَف َم َّد الخل َو َلْو َشاَء َلَج َعَتُه َس اِكَّنا ُثَّم َج َعْلَنا الَّش ْم َس َع َلْيِه َد ِلياًل
ُثَّم َقَبْص َناُه ِإَلْيَنا َقْبًض ا َيِس يًر ا
“Bagaimana Dia memanjangkan dan memendekkan bayang-bayang dari tiap-tiap benda yang terkena sinar matahari. Kalau
Allah menghendaki, niscaya Dia menjadikan bayang-bayang itu tetap, tidak berpindah-pindah. (46) Kemudian Kami
menariknya (bayang-bayang itu) kepada Kami sedikit demi sedikit”.
َو ُهَو اَّلِذ ي َج َعَل َلُك ُم الليل لباسا والنوم ُسَباًنا َو َج َعَل الَّنَهاَر َتْشوًر ا
“Dan Dialah yang menjadikan malam untukmu (sebagai) pakaian, dan tidur untuk istirahat, dan Dia menjadikan siang
untuk bangkit berusaha”.
وَُهَو اَّلِذ ي َأْر َس َل الِّر َياَح َبَش ًر ا َبْيَن َيَدْي َرْح َم ِتِه َو َأنَز ْلَنا ِم َن الَّس َم اِء َم اًء َطُهوًر ا
“Dan Dialah yang meniupkan angin (sebagai) pembawa kabar gembira sebelum kedatangan rahmat-Nya (hujan); dan Kami
turunkan dari langit air yang sangat bersih”.
3
وَلَقْد َص َّر ْقَناُه َبْيَنُهْم َيْذ ُك ُر وا فأبى أْك َثُر الَّناِس ِإاَّل َك ُفوًر ا
“Dan sungguh, kami telah mempergilirkan hujan itu diantara mereka agar mengambil Pelajaran bahkan mereka
mengingkari (nikmat)”.
Ayat-ayat tersebut menunjukkah bahwa Allah telah mengatur alam semesta sedemikian rupa,
sehingga kita bisa menemukan hikmah dan manfaatnya. Harmoni alam itu menujukkan kekuasaan Allah.
Proses terjadinya bayangan suatu benda bermanfaat untuk menentukan waktu. Bahkan menjadikan
waktu-waktu tertentu sesuai fungsinya, untuk istirahat, untuk mencari nafkah dan sebagainya. Semua
berguna bagi manusia. Demikian pula hembusan angin, pergiliran hujan, air memberi andil
keberlangsungan kehidupan di bumi. Semua menjadi pelajaran bagi orang-orang yang mau belajar.
Keteraturan dan harmoni di alam, memberi pesan agar manusia sebagai khalifah Allah untuk menjaga
kelestarian alam sebaik mungkin.
َو ِم َن الَّناِس َم ْن ُّيْع ِج ُبَك َقْو ُلٗه ِفى اْلَح ٰي وِة الُّد ْنَيا َو ُيْش ِهُد َهّٰللا َع ٰل ى َم ا ِفْي َقْلِبٖه ۙ َو ُهَو َاَلُّد اْلِخَص اِم
Artinya, "Di antara manusia ada yang pembicaraannya tentang kehidupan dunia mengagumkan engkau (Nabi Muhammad)
dan dia menjadikan Allah sebagai saksi atas (kebenaran) isi hatinya. Padahal, dia adalah penentang yang paling keras.”
Dengan ayat ini Allah memberitahukan bahwa orang yang seperti Al-Akhnas itu adalah pendusta, tidak
dapat dipercaya dan bahwa ia adalah musuh Islam dan penentang yang keras terhadap Nabi
Muhammad saw.
َو ِاَذ ا َتَو ّٰل ى َس ٰع ى ِفى اَاْلْر ِض ِلُيْفِس َد ِفْيَها َو ُيْه ِلَك اْلَح ْر َث َو الَّنْس َل ۗ َو ُهّٰللا اَل ُيِح ُّب اْلَفَس اَد
4
Artinya, "Apabila berpaling (dari engkau atau berkuasa), dia berusaha untuk berbuat kerusakan di bumi serta merusak
tanam-tanaman dan ternak. Allah tidak menyukai kerusakan."
َو ِاَذ ا ِقْيَل َلُه اَّتِق َهّٰللا َاَخ َذ ْتُه اْلِع َّز ُة ِباِاْل ْثِم َفَح ْسُبٗه َج َهَّنُم ۗ َو َلِبْئَس اْلِمَهاُد
"Apabila dikatakan kepadanya, “Bertakwalah kepada Allah,” bangkitlah kesombongan yang menyebabkan dia berbuat dosa
(lebih banyak lagi). Maka, cukuplah (balasan) baginya (neraka) Jahanam. Sungguh (neraka Jahanam) itu seburuk-buruk
tempat tinggal."
Dengan nasihat dan peringatan tadi, mereka merasa terhina dan menganggap bahwa nasihat dan
peringatan itu tidak pantas dan tidak layak baginya, karena ketinggian pangkat dan kedudukanya.
Mereka tidak segan-segan berbuat maksiat dan dosa. Seseorang dengan sifat dan tabiat yang sudah
rusak, tentunya tidak akan senang kepada orang yang menasihatinya, karena ia merasa bahwa
perbuatan buruknya itu yang selalu dibungkus dengan kata-kata yang muluk-muluk, diselubungi dengan
gerak-gerik yang menarik, telah diketahui orang, sehingga kalau dapat ia tidak segan menangkap,
memukul, dan kalau perlu membunuh.
Hadits Pertama
Bumi yang mati pada hadits tersebut mempunyai beberapa makna. Yaitu bumi yang kering, tidak berair
sehingga gersang tidak menumbuhkan tanaman. Dan bisa juga diartikan bumi yang tidak terawat
sehingga tidak memberi manfaat/ tidak produktif dan tidak bertuan. Rasulullah Saw menyatakan barang
siapa yang mampu menghidupkan bumi yang mati itu maka bumi tadi menjadi miliknya. Dapat dipahami
bahwa, barang siapa mampu menjadikan tanah gersang tadi menjadi produktif dan menghasilkan
manfaat, maka ia berhak mendapatkan bumi tadi, dan itu akan menjadi miliknya. Perlu dipahami, bahwa
tanah dan bumi pada zaman Rasulullah Saw sangat luas dan lebih luas dari pada jumlah penduduk pada
saat itu. Sehingga sangat dimungkinkan banyak tanah yang tidak terawat tentunya tanah tersebut bukan
hak milik siapa-siapa, sehingga Rasulullah Saw menyatakan orang yang merawatnya berhak menjadikan
5
tanah tadi menjadi hak miliknya. Hal tersebut merupakan penghargaan bagi siapa yang peduli terhadap
kelestarian lingkungan alam.
Hadis Kedua
قال رسول هللا ﷺ َم ْن َح َفَر ِبْئًر ا َفَلُه َأْر َبُعْو َن ِذَر اًع ا َع َطًنا ِلَم اِشَيِتِه
Rasulullah Saw bersabda: "barang siapa menggali sumur maka ia berhak 40 hasta sebagai kandang
ternaknya." (HR. Ibnu Majah)
Pada hadits tersebut, Rasulullah Saw menjanjikan hadiah khusus bagi siapa saja yang berupaya dan
mengusahakan adanya air dengan menggali sumur, maka ia berhak atas sebidang tanah. Karena sumur
merupakan sumber air dan kehidupan manusia. Penggalian sumur berarti dibuka sumber kehidupan
bagi seluruh makhluk yang bernyawa termasuk juga hewan. Maka Rasulullah Saw memberi penghargaan
bagi siapa yang peduli terhadap pengadaan air ini dengan diberikannya hak atas tanah disekitar sumur
tersebut seluar 40 hasta atau seluas kurang lebih 1.258 m2. Memahami hadits tersebut, perlu
mengetahui konteks tempat dan zamannyya, dan keadaan saat beliau bersabda. Di jazirah Arab dan
sekitarnya pada umumnya merupakan kawasan gersang dan tandus, tidak banyak kehidupan. Adanya air
merupakan harapan kehidupan baru.
BAB 3 PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Kita tahu bahwa proses melestarikan lingkungan adalah suatu cara untuk menjaga
kelestarian alam dari kerusakan. Dengan menjaga kelestarian lingkungan, kita dapat menikmati
nikmat atau pemberian dari Allah swt yang berupa sumber daya yang di hasilkan dari alam. Kita
sangat membutuhkan sumber daya alam untuk keberlangsungan hidup kita. Oleh karena itu
dengan kita menjaga kelestarian lingkungan, maka sama dengan kita menjaga
keberlangsungan hidup kita sendiri.
Apalagi dengan dikaitkanya dengan ayat ayat Al-Quran dan sunnah (Hadist) Nabi SAW,
kita bisa mengetahui lebih dalam bahwa agama itu sudah mengatur segala macam perkara
yang ada di dunia. Ini patut untuk disyukuri karena kita menganut agama yang Rahmatan
lil'alamin yaitu agama yang memberi rahmat bagi seluruh alam. Adanya sumber yaitu Al Quran
6
dan Hadist kita bisa tahu bahwa, dunia ini sudah ada yang mengaturnya dan kita hanya perlu
berikhtiar untuk menjadikan perkara itu menjadi lebih baik
3.2 Saran
Maka dari itu, dengan kita melestarikan lingkungan ini merupakan salah satu bentuk rasa
syukur kita atas nikmat yang Allah SWT berikan. Dan, bentuk ikhtiar kita diantaranya dengan
cara memperbaiki lingkungan dan mengimani bahwa Al Quran dan Hadist merupakan pedoman
hidup bagi seluruh makhluk – Nya.
DAFTAR PUSTAKA
Hilmi, Cep Muhammad. (2018). Mengembangkan kesadaran melestarikan lingkungan hidup berbasis
humanisme pendidikan agama. Edukasia: Jurnal Penelitian Pendidikan Islam, 12(2), 309-330.
Aula, Dethia shifa. (2022). Urgensi Pelestarian Lingkungan Hidup dalam Al Quran. PILAR, 13(1), 67-87.
Faizah, Ilma Nur. (2013). S'al-Furqan, in the textus receptus Q. 25, is a medium length sura, consisting
of 77 verses. By general consensus, it is late Meccan, apart. Literary Structures of Religious Meaning in
the Qu'ran, 188.
Rosidah, Sely Siti. (2016). Pelestarian Lingkungan dalam Perspektif Sunnah. at-Taqaddum, 6(2), 411-
428.