Anda di halaman 1dari 36

DFS-ADM-101: Sistem Penilaian dan Administrasi Jabatan Statistisi T-01.

1
DAFTAR ISI DAFTAR ISI
DAFTAR ISI .................................................................................................................. 2
PEDOMAN UMUM MODUL ......................................................................................... 3
BAB I PENGENALAN JABATAN FUNGSIONAL STATISTISI ............................... 5
TUJUAN INSTRUKSIONAL: ..................................................................................... 5
PENDAHULUAN ....................................................................................................... 5
1.1. Dasar Hukum Jabatan Fungsional Statistisi............................................... 6
1.2. Tugas dan Tanggung Jawab Pejabat Statistisi .......................................... 7
1.3. Jenis dan Jenjang Jabatan Fungsional Statistisi ....................................... 7
1.4. Unsur dan Sub-Unsur Kegiatan ................................................................. 8
1.5. Latihan/Diskusi ........................................................................................... 9
BAB 2 SISTEM PENILAIAN ................................................................................... 11
TUJUAN INSTRUKSIONAL: ................................................................................... 11
PENDAHULUAN ..................................................................................................... 11
2.1. Tata Cara Pengusulan Penilaian Angka Kredit ........................................ 12
2.2. Organisasi Tim Penilai .............................................................................. 13
2.3. Prosedur Penilaian ................................................................................... 18
2.4. Angka Kredit Minimal................................................................................ 19
2.5. Latihan/Diskusi ......................................................................................... 20
BAB 3 PERSYARATAN ADMINISTRATIF STATISTISI ........................................ 21
TUJUAN INSTRUKSIONAL: ................................................................................... 21
PENDAHULUAN ..................................................................................................... 21
3.1. Pengangkatan Pejabat Fungsional Statistisi ............................................ 22
3.3. Pengangkatan Kembali ke dalam Jabatan Statistisi ................................ 27
3.4. Contoh Kasus ........................................................................................... 28
3.5. Latihan/Diskusi ......................................................................................... 29
BAB 4 KENAIKAN PANGKAT/JABATAN STATISTISI ........................................ 31
TUJUAN INSTRUKSIONAL: ................................................................................... 31
PENDAHULUAN ..................................................................................................... 31
4.1. Ketentuan Dan Persyaratan Kenaikan Pangkat/Jabatan............................ 31
4.2. Dokumen yang Dilampirkan untuk Kenaikan Pangkat/Jabatan ................... 32
4.3. Tata Cara Kenaikan Pangkat/Jabatan ......................................................... 33
4.4. Contoh Kasus ............................................................................................... 34
4.5. Latihan/Diskusi ............................................................................................. 34
BAB 5 PENUTUP .................................................................................................... 35

T-01. 2 DFS-ADM-101: Sistem Penilaian dan Administrasi Statistisi


PEDOMAN UMUM MODUL
PEDOMAN UMUM MODUL

Agar pelaksanaan diklat dapat berjalan dengan baik, maka peserta diklat
harus membaca dan mengikuti setiap petunjuk yang tertuang dalam buku modul serta
mengerjakan tugas-tugas terstruktur yang akan diberikan oleh pengajar, dalam tahap-
tahap pertemuan diklat.

Deskripsi Singkat
Sistem penilaian dan administrasi jabatan statistisi merupakan materi yang
diberikan dalam rangka memberikan pemahaman dan pengertian bagi pejabat
statistisi. Materi-materi yang dicakup meliputi penjelasan jenis dan jenjang jabatan,
unsur kegiatan, serta mekanisme pengangkatan, dan pemberhentian dalam dan dari
jabatan statistisi. Selain itu, materi ini juga memberikan pengertian tentang sistem
penilaian dan tata cara administrasi yang baik bagi pejabat statistisi.

Manfaat
Dengan mempelajari dan mengetahui sistem penilaian dan administrasi
jabatan statistisi, diharapkan peserta dapat memperoleh beberapa manfaat, antara
lain:
a. memperoleh kejelasan tentang jenis dan jenjang jabatan yang ada,
b. memperoleh kejelasan tentang tatacara dan sistem penilaian yang diterapkan
dalam jabatan statistisi,
c. dapat lebih mudah dalam melaksanakan tugas.

Tujuan Instruksional Umum


Setelah mengikuti pembelajaran ini peserta diharapkan mampu memahami
tentang jenis, jenjang jabatan, dan tata cara penilaian yang diterapkan dalam jabatan
statistisi, serta bagaimana penyusunan administrasi yang baik.

Tujuan Instruksional Khusus


Pembelajaran ini disusun dengan harapan agar peserta pelatihan setelah
mengikuti pembelajaran mampu:
a. menjelaskan jenis dan jenjang jabatan statistisi,
b. menjelaskan sistem penilaian dan mekanisme pengangkatan maupun
pemberhentian dalam jabatan statistisi,
c. melaksanakan administrasi jabatan statistisi,

DFS-ADM-101: Sistem Penilaian dan Administrasi Jabatan Statistisi T-01. 3


d. memiliki tanggung jawab dan tertib administrasi.

Pokok Bahasan
Modul ini terdiri dari lima bab. Setiap bab akan membahas satu atau sebagian
dari pokok bahasan. Adapun pokok bahasan dalam modul ini meliputi:
a. Tugas dan Tanggung Jawab Pejabat Statistisi
b. Sistem Penilaian Angka Kredit
c. Sistem Administrasi Penetapan Angka Kredit
d. Sistem Administrasi Jabatan Statistisi

Metode Pembelajaran dan Alokasi Waktu


Agar pembelajaran diklat dapat berjalan sesuai dengan tujuan, maka
pembelajaran untuk mata diklat Sistem Penilaian dan Administrasi Jabatan statistisi
dilakukan dalam bentuk:
a. ceramah dan tanya jawab,
b. diskusi, dan
c. praktikum/simulasi/studi kasus.

Waktu yang diperlukan dalam pembelajaran ini adalah 4 sesi, setara dengan 8 jam
pelajaran. Untuk satu jam pelajaran setara dengan 45 menit.

Mata Diklat Terkait


Mata diklat Sistem Penilaian dan Administrasi Jabatan statistisi terkait dengan
mata diklat Pembuatan Dokumentasi dan Pelaporan. Praktikum yang diberikan pada
mata diklat Sistem Penilaian dan Administrasi Jabatan Statistisi adalah membuat
dokumentasi kegiatan yang dilakukan selama pelatihan dan akan disajikan sebagai
bahan laporan pada mata diklat Pembuatan Dokumentasi dan Pelaporan.

T-01. 4 DFS-ADM-101: Sistem Penilaian dan Administrasi Statistisi


BAB I PENGENALAN JABATAN FUNGSIONAL STATISTISI BAB 1
PENGENALAN JABATAN FUNGSIONAL
STATISTISI

TUJUAN INSTRUKSIONAL:
Setelah mempelajari Bab ini peserta diklat diharapkan dapat:
‫ ٭‬Memahami secara utuh tentang Jabatan Statistisi
‫ ٭‬Memahami tugas dan tanggung jawab Pejabat Statistisi
‫ ٭‬Memahami unsur dan sub-unsur kegiatan yang harus dilakukan oleh seorang
Pejabat Statistisi
‫ ٭‬Mampu mengidentifikasi kegiatan yang dilakukan

PENDAHULUAN

K
emajuan teknologi telah memberikan tantangan yang sangat berarti bagi
seorang pegawai negeri. Untuk itu diperlukan adanya suatu jabatan khusus
sesuai dengan kompetensi yang dimilikinya. Terlebih dalam rangka pemberian
pelayanan prima pada masyarakat.
Sejak tahun 2003 di lingkungan pegawai negeri sipil telah diberlakukan Jabatan
Statistisi. Hal tersebut tertuang dalam Surat Keputusan Menteri Negara
Pendayagunaan Aparatur Negara nomor 37/KEP/M.PAN/4/2003 serta Keputusan
Bersama Kepala Badan Pusat Statistik dan Kepala Badan Kepegawaian Negara
nomor 003/KS/2003 nomor 25 tahun 2003.
Sementara itu, seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
informasi khususnya yang berkaitan dengan statistik dan cara penyajian datanya,
maka kegiatan yang dilakukan oleh seorang statistisi juga mengalami perkembangan.
Perkembangan tersebut perlu mendapatkan perhatian guna mendukung kompetensi
pegawai negeri sipil dalam memberikan layanan pada masyarakat.
Sebutan atau istilah Statistisi dalam modul ini selalu merujuk pada Jabatan
Fungsional Statistisi (JFS). Pada dasarnya, statistisi merupakan salah satu jabatan
fungsional yang berwenang dalam melakukan kegiatan statistik pada instansi
pemerintah. Sebagai sebuah jabatan, statistisi merupakan jabatan karir yang hanya
dapat diduduki oleh pegawai negeri sipil (PNS).
Pada hakekatnya, statistisi adalah pegawai negeri sipil yang diberi tugas,
wewenang, tanggung jawab, dan hak secara penuh oleh pejabat yang berwenang
untuk melakukan kegiatan statistik pada instansi pemerintah. Dengan demikian,

DFS-ADM-101: Sistem Penilaian dan Administrasi Jabatan Statistisi T-01. 5


statistisi merupakan pejabat fungsional yang berkedudukan sebagai Terampilteknis
fungsional penyelenggaraan kegiatan statistik di lingkungan instansi pemerintah.
Terdapat dua batasan pokok dalam memahami statistisi, yaitu institusi
penyelenggaranya adalah instansi pemerintah dan lingkup kerjanya yang berbasis
statistika. Penyelenggaraan di luar instansi pemerintah, bukan kegiatan statistisi.
Demikian pula, segala kegiatan yang tidak berbasis statistik juga bukan termasuk
kegiatan statistik. Adapun kegiatan statistik didefinisikan sebagai kegiatan
pengumpulan, pengolahan, penyusunan, penyajian, penyebarluasan dan analisis
data, termasuk pula mengadakan studi guna penyempurnaan metodologi dari
kegiatan statistik tersebut serta pembentukan model-model statistik guna keperluan
perencanaan dan kebijakan berbagai bidang.

1.1. Dasar
1.1. Dasar Hukum
Hukum Jabatan
Jabatan Fungsional
Fungsional Statistisi
Statistisi

Dalam menjawab tantangan teknologi informasi dan komunikasi,


pembentukan jabatan statistisi tetap memerlukan landasan atau dasar hukum.
Adapun dasar hukum pembentukan dan pengelolaan Jabatan Statistisi adalah:

a. Peraturan Presiden (PERPRES) Nomor 116 Tahun 2014 tentang Perubahan


Kedua atas Keputusan Presiden Nomor 87 Tahun 1999 tentang Rumpun
Jabatan Fungsional Pegawai Negeri Sipi;
b. Peraturan Presiden Nomor 110 tahun 2016 Tentang Tunjangan Jabatan
Fungsional Statistisi;
c. Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi
Nomor 13 Tahun 2019 tentang Pengusulan, Penetapan, dan Pembinaan
Jabatan Fungsional Pegawai Negeri Sipil.
d. Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi
Nomor 19 Tahun 2013 tentang Jabatan Fungsional Statistisi dan Angka
Kreditnya;
e. Peraturan Bersama Kepala BPS dan Kepala BKN nomor 27 Tahun 2014
nomor 1 tahun 2014 tentang Ketentuan Pelaksanaan Peraturan Menteri
Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 19 Tahun
2013 tentang Jabatan Fungsional Statistisi dan Angka Kreditnya;
f. Peraturan Kepala BPS nomor 141 Tahun 2014 tentang Petunjuk Teknis
Organisasi dan Tata Kerja Tim Penilai Angka Kredit Jabatan Fungsional
Statistisi;
g. Peraturan Kepala BPS nomor 142 Tahun 2014 tentang Pedoman
Penyusunan Formasi Jabatan Fungsional Statistisi.
h. Peraturan Kepala BPS nomor 143 Tahun 2014 tentang Petunjuk Teknis
Petunjuk Teknis Pelaksanaan Pengangkatan, Kenaikan Pangkat/Jabatan,
Pembebasan Sementara, Pengangkatan Kembali dan Pemberhentian Dalam
dan Dari Jabatan Fungsional Statistisi;
i. Peraturan Kepala BPS nomor 59 Tahun 2014 tentang Petunjuk Teknis
Penilaian Angka Kredit Statistisi.

T-01. 6 DFS-ADM-101: Sistem Penilaian dan Administrasi Statistisi


1.2. Tugas
1.2. Tugas dan
dan Tanggung
Tanggung Jawab
Jawab Pejabat
Pejabat Statistisi
Statistisi

Berdasarkan Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan


Reformasi Birokrasi Nomor 19 Tahun 2013, tugas pokok statistisi adalah melakukan
kegiatan statistik. Adapun unsur kegiatan Statistisi yang dapat dinilai angka kreditnya
adalah:

a. Pendidikan;
b. Penyediaan data dan informasi statistik;
c. Analisis dan pengembangan statistic;
d. Pengembangan profesi,
e. Penunjang tugas Statistisi.

1.3. Jenis dan


1.3. Jenis dan Jenjang
Jenjang Jabatan
Jabatan Fungsional
Fungsional Statistisi

Berdasarkan Pasal 5 Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara


dan Reformasi Birokrasi Nomor 13 Tahun 2019 Kategori Jabatan Fungsional terdiri
atas jabatan fungsional keahlian dan jabatan fungsional keterampilan begitu juga
dengan statistisi. Dalam Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan
Reformasi Birokrasi Nomor 19 Tahun 2013 dipisahkan menjadi dua yaitu statistisi
Keterampilan dan ahli. Adapun Pembagian nomenklatur jejang jabatan berdasarkan
Permenpan dan RB tahun 2013 TAhun 2019 yaitu:

a. Jabatan Fungsional Statistisi kategori keahlian, terdiri atas:

1) Statistisi Ahli Utama;


2) Statisti Ahli Madya;
3) Statistisi Ahli Muda;
4) Statistisi Ahli Pertama.

b. Jabatan Fungsional Statistisi Kategori Keterampilan, terdiri atas:

1) Statistisi penyelia;
2) Statistisi Mahir;
3) Statistisi Terampil.

Berdasarkan jenjang kepangkatan dalam sistem kepegawaian, maka Pejabat


Fungsional Statistisi Keterampilan memiliki golongan ruang II/c hingga III/d. Jenjang
Jabatan Fungsional Statistisi Keterampilan, pangkat dan golongan ruang dalam
sistem kepegawaian sebagai berikut:

a. Statistisi Terampil, terdiri dari:

DFS-ADM-101: Sistem Penilaian dan Administrasi Jabatan Statistisi T-01. 7


1) Pengatur, golongan II/c; dan
2) Pengatur Tingkat I, golongan ruang II/d

b. Statistisi Mahir, terdiri dari:

1) Penata Muda, golongan ruang III/a dan


2) Penata Muda Tingkat I, golongan ruang III/b

c. Statistisi Penyelia:

1) Penata, golongan ruang III/c dan


2) Penata Tingkat I, golongan ruang III/d

Sementara itu, jenjang Fungsional Statistisi kategori keahlian, pangkat dan


golongan ruang kepangkatan dalam sistem kepegawaian, golongan ruang III/a hingga
IV/e. Jenjang Jabatan Fungsional Statistisi kategori keahlian tersebut sebagai berikut:

a. Statistisi Ahli Pertama terdiri dari:

1) Penata Muda, golongan ruang III/a; dan


2) Penata Muda Tingkat I, golongan ruang III/b

b. Statistisi Ahli Muda, terdiri dari:

1) Penata, golongan ruang III/c; dan


2) Penata Tingkat I, golongan ruang III/d.

c. Statistisi Ahli Madya, terdiri dari:

1) Pembina, golongan ruang IV/a;


2) Pembina Tingkat I, golongan ruang IV/b; dan
3) Pembina Utama Muda, golongan IV/c.

d. Statistisi Ahli Utama, terdiri dari:

1) Pembina Utama Madya, golongan ruang IV/d;


2) Pembina Utama, golongan ruang IV/e.

1.4. Unsur
1.4. Unsurdan
danSub-Unsur
Sub-UnsurKegiatan
Kegiatan

Sesuai dengan tugas pokoknya kegiatan seorang statistisi juga dapat dirinci
berdasarkan unsur kegiatannya.

T-01. 8 DFS-ADM-101: Sistem Penilaian dan Administrasi Statistisi


a. Penyediaan data dan informasi statistik.

Penyediaan data dan informasi statistik dimulai dari perancangan,


pengumpulan, pengolahan, hingga penyusunan publikasi hasil sensus/survei,
kompilasi administrasi maupun observasi/pengamatan. Unsur kegiatan ini memiliki
sub unsur:

1) persiapan;
2) pengumpulan data;
3) pengolahan;
4) penyajian dan publikasi.

b. Analisis dan pengembangan statistik.

Melakukan analisis statistik dari tingkat sederhana sampai mendalam,


memberikan konsultasi statistik, pengarahan statistik, dan penyebarluasan hasil
pengumpulan data statistik. Sub Unsur kegiatan ini adalah :

1) Analisis statistik
2) Pengembangan statistik

Selain kegiatan yang termasuk dalam tugas pokoknya, kegiatan statistisi lain
yang dapat dijadikan bagian dalam pengukuran prestasi kerjanya adalah unsur
pendidikan, pengembangan profesi, dan pendukung kegiatan statistisi. Unsur
pendidikan meliputi pendidikan sekolah dan memperoleh gelar/ijazah serta
pendidikan dan pelatihan fungsional di bidang statistik yang memperoleh surat tanda
tamat pendidikan dan pelatihan.

Unsur pengembangan profesi dimaksudkan untuk memberikan kesempatan


bagi seorang statistisi mengembangkan profesionalitasnya. Sub unsur dalam
pengembangan profesi ini adalah membuat karya/tulisan ilmiah di bidang statistik,
menyusun petunjuk teknis pelaksanaan pengelolaan kegiatan statistik, dan
melakukan penerjemahan/penyaduran buku dan bahan-bahan lain di bidang statistik.

Sementara itu, unsur pendukung kegiatan statistisi meliputi kegiatan


mengajar atau melatih di bidang statistik, mengikuti seminar/lokakarya/ konferensi,
menjadi anggota tim penilai angka kredit JFS, menjadi anggota organisasi profesi,
memperoleh piagam kehormatan, dan memperoleh gelar kesarjanaan lainnya.

1.5. Latihan/Diskusi
1.5. Latihan/Diskusi

1. Sebutkan Tingkat dan Jenjang yang tersedia pada Jabatan Fungsional Statistisi!
Apa yang membedakannya?
2. Sebutkan tugas pokok seorang Pejabat Fungsional Statistisi!

DFS-ADM-101: Sistem Penilaian dan Administrasi Jabatan Statistisi T-01. 9


3. Sebutkan unsur dan sub-unsur kegiatan yang harus Saudara lakukan sebagai
seorang Fungsional statistisi!
4. Ali seorang Pegawai Negeri Sipil pada instansi pemerintah. Ia ditugaskan dalam
Pengolahan Data Elektronik (PDE). Apakah ia dapat diangkat menjadi seorang
Fungsional statistisi?
5. Tulus seorang calon Fungsional statistisi Terampil dengan golongan III/a, telah
menyelesaikan kegiatan sebagai berikut:
a. Mengikuti pelatihan penjenjangan fungsional Statistisi dan memperoleh
STTPP dengan lama pelatihan 200 jam.
b. Melakukan pengumpulan data survey rumah tangga nelayan
c. Menjadi moderator pada seminar diseminasi statistik pariwisata.
d. Sebagai pengajar pada pelatihan pembuatan instrumen penelitian di
lingkungan instansinya.
Bantulah Tulus dalam mengelompokkan kegiatannya ke dalam unsur dan sub-
unsur!

T-01. 10 DFS-ADM-101: Sistem Penilaian dan Administrasi Statistisi


BAB 2 SISTEM PENILAIAN BAB 2
SISTEM PENILAIAN

TUJUAN INSTRUKSIONAL:
Setelah mempelajari Bab ini peserta diklat diharapkan dapat:
‫ ٭‬Memahami tata cara penilaian angka kredit dalam Jabatan Fungsional Statistisi
‫ ٭‬Memahami mekanisme penilaian

PENDAHULUAN
istem dalam pengertian luas dapat diartikan sebagai seperangkat komponen,

S elemen, unsur, dan subsistem dengan segala atributnya, yang satu sama lain
saling terkait, saling mempengaruhi, dan saling tergantung sehingga menjadi
satu kesatuan yang terintegrasi atau sebagai suatu totalitas, serta mempunyai
peranan dan tujuan tertentu (LAN, 1997). Pengertian sistem ini berkaitan dengan
sistem administrasi ketatanegaraan ataupun organisasi.
Sementara itu dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, pengertian sistem
adalah: perangkat unsur yg secara teratur saling berkaitan sehingga membentuk
suatu totalitas.
Dua pengertian tersebut memiliki unsur yang sama, yaitu adanya komponen yang
saling terkait untuk mencapai tujuan tertentu. Demikian juga dalam sistem penilaian
Jabatan Fungsional Statistisi juga mengacu pada komponen yang menyusunnya dan
menjadi satu kesatuan. Dalam sistem penilaian terdapat empat hal yang perlu
diperhatikan.
a. Siapa yang dinilai
b. Apa yang dinilai
c. Siapa yang menilai
d. Bagaimana cara penilaiannya

Keempat hal tersebut akan menjadi pembahasan pada bab ini. Dalam hal
apa yang akan dinilai selalu terkait dengan siapa yang dinilai. Demikian juga dengan
siapa yang menilai dan bagaimana cara penilaiannya.
Sebagai suatu jabatan karir, maka prestasi dan kegiatan seorang statistisi
harus terukur. Pengukuran pejabat fungsional adalah angka kredit. Dalam hal ini
angka kredit diartikan sebagai nilai dari tiap butir kegiatan dan atau akumulasi nilai
butir-butir kegiatan yang harus dicapai oleh statistisi dan digunakan sebagai salah
satu syarat untuk pengangkatan dan kenaikan pangkat/jabatan.
Berdasarkan Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan
Reformasi Birokrasi Nomor 19 Tahun 2013 tampak bahwa penilaian yang dilakukan

DFS-ADM-101: Sistem Penilaian dan Administrasi Jabatan Statistisi T-01. 11


dalam jabatan statistisi berbeda dengan cara penilaian jabatan fungsional yang lalu.
Untuk jabatan statistisi yang baru, penilaiannya dilakukan dengan berorientasi pada
keluaran (output) dan bukan usaha (effort).

2.1. Tata Cara Pengusulan Penilaian Angka Kredit


2.1. Tata Cara Pengusulan Penilaian Angka Kredit
Sebagai sebuah jabatan fungsional, pengangkatan ataupun kenaikan pangkat
seorang pejabat fungsional statistisi didasarkan pada penetapan angka kredit. Untuk
dapat memperoleh penetapan angka kredit, diperlukan adanya pengajuan angka
kredit yang dilakukan oleh Pejabat Fungsional Statistisi. Adapun angka kredit itu
sendiri merupakan nilai dari setiap butir kegiatan dan atau akumulasi nilai butir-butir
kegiatan yang harus dicapai oleh seorang fungsional statistisi.
Untuk kelancaran penilaian dan penetapan angka kredit, setiap Statistisi wajib
mencatat, menginventarisir seluruh kegiatan yang dilakukan dan mengusulkan Daftar
Usulan Penilaian Angka Kredit (DUPAK). Dalam melakukan inventarisir ini perlu juga
dilengkapi dengan dokumen pendukung sebagai bukti fisik.
Setiap Statistisi mengusulkan secara hirarkhi Daftar Usulan Penilaian Angka
Kredit (DUPAK) paling sedikit 1 (satu) kali dalam setahun. Pengajuan usul ini
mengikuti hierarki atau tata cara yang telah ditetapkan.
Pejabat yang berwenang menetapkan angka kredit diatur dalam Peraturan
Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 19 Tahun
2013 pasal 18, yaitu:
a. Kepala BPS bagi Statistisi Madya pangkat Pembina Utama Muda golongan
ruang IV/c sampai dengan Statistisi Utama, pangkat Pembina Utama
golongan ruang IV/e di lingkungan BPS dan instansi selain BPS.
b. Pejabat eselon I yang membidangi kegiatan statistik yang ditunjuk oleh
Kepala BPS atau Pejabat di bawahnya yang ditunjuk paling rendah eselon II
bagi:
1) Statistisi Pelaksana pangkat Pengatur golongan ruang II/c sampai dengan
Statistisi Penyelia pangkat Penata Tingkat I golongan ruang III/d; dan
2) Statistisi Pertama pangkat Penata Muda golongan ruang III/a sampai
dengan Statistisi Madya pangkat Pembina Tingkat I golongan ruang IV/b,
c. Kepala BPS Provinsi bagi:
1) Statistisi Pelaksana pangkat Pengatur golongan ruang II/c sampai dengan
Statistisi Penyelia pangkat Penata Tingkat I golongan ruang III/d; dan
2) Statistisi Pertama pangkat Penata Muda golongan ruang III/a sampai
dengan Statistisi Madya pangkat Pembina Tingkat I golongan ruang IV/b,
di lingkungan BPS Provinsi dan BPS Kabupaten/Kota.
d. Pejabat eselon I yang membidangi kegiatan statistik atau pejabat di
bawahnya yang ditunjuk paling rendah eselon II di instansi pusat selain BPS
bagi:

T-01. 12 DFS-ADM-101: Sistem Penilaian dan Administrasi Statistisi


1) Statistisi Pelaksana pangkat Pengatur golongan ruang II/c sampai dengan
Statistisi Penyelia pangkat Penata Tingkat I golongan ruang III/d; dan
2) Statistisi Pertama pangkat Penata Muda golongan ruang III/a sampai
dengan Statistisi Madya pangkat Pembina Tingkat I golongan ruang IV/b,
di lingkungan instansi masing-masing.
e. Sekretaris Daerah Provinsi atau Pejabat eselon II yang ditunjuk bagi:
1) Statistisi Pelaksana pangkat Pengatur golongan ruang II/c sampai dengan
Statistisi Penyelia pangkat Penata Tingkat I golongan ruang III/d; dan
2) Statistisi Pertama pangkat Penata Muda golongan ruang III/a sampai
dengan Statistisi Madya pangkat Pembina Tingkat I golongan ruang IV/b,
di lingkungan provinsi.
f. Sekretaris Daerah Kabupaten/Kota atau Pejabat eselon II yang ditunjuk bagi:
1) Statistisi Pelaksana pangkat Pengatur golongan ruang II/c sampai dengan
Statistisi Penyelia pangkat Penata Tingkat I golongan ruang III/d; dan
2) Statistisi Pertama pangkat Penata Muda golongan ruang III/a sampai
dengan Statistisi Madya pangkat Pembina Tingkat I golongan ruang IV/b,
di lingkungan kabupaten/kota.
Penilaian dan penetapan angka kredit Statistisi dilakukan paling kurang 2
(dua) kali dalam 1 (satu) tahun, yaitu 3 (tiga) bulan sebelum periode kenaikan pangkat
PNS.

2.2. Organisasi
2.2. OrganisasiTim
TimPenilai
Penilai
Dalam menjalankan kewenangannya pejabat yang berwenang menetapkan
angka kredit dibantu oleh Tim Penilai yang terdiri dari:
a. Tim Penilai Pusat
b. Tim Penilai BPS
c. Tim Penilai BPS Propinsi
d. Tim Penilai Instansi
e. Tim Penilai Propinsi
f. Tim Penilai Kabupaten/Kota
Tim Penilai Statistisi terdiri dari unsur teknis yang membidangi statistik, unsur
kepegawaian, dan Statistisi.
Tim penilai ini memiliki masa kerja 3 (tiga) tahun dengan keanggotaan yang
berjumlah gasal. Keanggotaan tim penilai ini terdiri dari seorang ketua, seorang wakil
ketua, seorang sekretaris, dan paling kurang empat anggota yang tidak merangkap
sebagai ketua, wakil ketua, dan sekretaris.

DFS-ADM-101: Sistem Penilaian dan Administrasi Jabatan Statistisi T-01. 13


2.2.1. Susunan keanggotaan Tim Penilai Statistisi
Tim Penilai merupakan tim penilai yang menentukan penilaian prestasi kerja
Pejabat Statistisi, adapun susunannya sebagai berikut:
Fungsi Tim Penilai BPS adalah:
a. seorang Ketua merangkap anggota;
b. seorang Wakil Ketua merangkap anggota;
c. seorang Sekretaris merangkap anggota dari unsur kepegawaian; dan
d. paling kurang 4 (empat) orang anggota, paling kurang 2 (dua) orang dari
Statistisi.
Apabila jumlah anggota Tim Penilai Statistisi sebagaimana dimaksud pada
poin (d) tidak dapat dipenuhi, maka anggota Tim Penilai dapat diangkat dari PNS lain
yang memiliki kompetensi untuk menilai prestasi kerja Statistisi

2.2.2. Tim Penilai Pusat

Tim Penilai Pusat dibentuk, ditetapkan oleh dan bertanggung jawab kepada
Kepala BPS serta berkedudukan di BPS Pusat.
Tugas Pokok Tim Penilai Pusat adalah:
a. Membantu Kepala BPS dalam menetapkan Angka Kredit bagi Statistisi
Madya pangkat Pembina Utama Muda golongan ruang IV/c sampai dengan
Statistisi Utama, pangkat Pembina Utama golongan ruang IV/e di lingkungan
BPS dan instansi selain BPS; dan
b. Melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan oleh Kepala BPS yang
berhubungan dengan penetapan Angka Kredit.
Fungsi Tim Penilai Pusat adalah:
a. Memeriksa dan meneliti butir-butir kegiatan dalam DUPAK;
b. Memeriksa kebenaran dokumen-dokumen DUPAK yang dianggap perlu;
c. Menyampaikan berita acara hasil penilaian kepada pejabat yang ditunjuk
oleh Kepala BPS;
d. Menyampaikan laporan kegiatan tahunan kepada pejabat yang ditunjuk oleh
Kepala BPS.

2.2.3. Tim Penilai BPS

Tim Penilai BPS dibentuk, ditetapkan oleh dan bertanggung jawab kepada
Kepala BPS serta berkedudukan di BPS Pusat.
Tugas Pokok Tim Penilai BPS adalah:

T-01. 14 DFS-ADM-101: Sistem Penilaian dan Administrasi Statistisi


a. Membantu Pejabat eselon I yang membidangi Kegiatan Statistik yang
ditunjuk oleh Kepala BPS atau Pejabat di bawahnya yang ditunjuk paling
rendah eselon II dalam menetapkan Angka Kredit bagi
1) Statistisi Pelaksana pangkat Pengatur golongan ruang II/c sampai
dengan Statistisi Penyelia pangkat Penata Tingkat I golongan ruang III/d;
dan b)
2) Statistisi Pertama pangkat Penata Muda golongan ruang III/a sampai
dengan Statistisi Madya pangkat Pembina Tingkat I golongan ruang IV/b,
di lingkungan BPS Pusat; dan
b. Melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan oleh Pejabat eselon I yang
membidangi Kegiatan Statistik yang ditunjuk oleh Kepala BPS atau Pejabat
di bawahnya yang ditunjuk paling rendah eselon II yang berhubungan
dengan Penetapan Angka Kredit.
Fungsi Tim Penilai BPS:
a. Memeriksa dan meneliti butir-butir kegiatan dalam DUPAK;
b. Memeriksa kebenaran dokumen-dokumen DUPAK yang dianggap perlu;
c. Menyampaikan berita acara hasil penilaian kepada Pejabat yang ditunjuk
oleh Kepala BPS;
d. Menyampaikan laporan kegiatan tahunan kepada Pejabat yang ditunjuk oleh
Kepala BPS.

2.2.4. Tim Penilai BPS Provinsi

Tim Penilai BPS Provinsi dibentuk, ditetapkan oleh dan bertanggung jawab
kepada Kepala BPS serta berkedudukan di lingkungan BPS Provinsi.
Tugas Pokok Tim Penilai BPS Provinsi adalah:
a. Membantu Kepala BPS Provinsi dalam menetapkan Angka Kredit bagi:
1) Statistisi Pelaksana pangkat Pengatur golongan ruang II/c sampai
dengan Statistisi Penyelia pangkat Penata Tingkat I golongan ruang
III/d; dan
2) Statistisi Pertama pangkat Penata Muda golongan ruang III/a sampai
dengan Statistisi Madya pangkat Pembina Tingkat I golongan ruang
IV/b,
di lingkungan BPS Provinsi dan BPS Kabupaten/Kota;
b. Melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan oleh Kepala BPS Provinsi
yang berhubungan dengan penetapan Angka Kredit.
Fungsi Tim Penilai BPS Provinsi adalah:
a. Memeriksa dan meneliti butir-butir kegiatan dalam DUPAK;

DFS-ADM-101: Sistem Penilaian dan Administrasi Jabatan Statistisi T-01. 15


b. Memeriksa kebenaran dokumen-dokumen DUPAK yang dianggap perlu;
c. Menyampaikan berita acara hasil penilaian kepada Pejabat Pembina
Kepegawaian BPS Provinsi;
d. Menyampaikan laporan kegiatan tahunan kepada Kepala BPS Provinsi.

2.2.5. Tim Penilai Instansi

Tim Penilai Instansi dibentuk, ditetapkan oleh dan bertanggung jawab kepada
Pejabat Pembina Kepegawaian Pusat serta berkedudukan di lingkungan instansi
yang bersangkutan.
Tugas Pokok Tim Penilai Instansi adalah:
a. Membantu Pejabat eselon I yang membidangi Kegiatan Statistik atau
pejabat di bawahnya yang ditunjuk paling rendah eselon II di instansi pusat
selain BPS dalam menetapkan Angka Kredit bagi:
1) Statistisi Pelaksana pangkat Pengatur golongan ruang II/c sampai
dengan Statistisi Penyelia pangkat Penata Tingkat I golongan ruang
III/d; dan
2) Statistisi Pertama pangkat Penata Muda golongan ruang III/a sampai
dengan Statistisi Madya pangkat Pembina Tingkat I golongan ruang
IV/b,
di lingkungan instansi masing-masing; dan
b. Melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan oleh Pejabat eselon I yang
membidangi Kegiatan Statistik atau pejabat di bawahnya yang ditunjuk
paling rendah eselon II di instansi pusat selain BPS yang berhubungan
dengan penetapan Angka Kredit.
Fungsi Tim Penilai Instansi adalah:
a. Memeriksa dan meneliti butir-butir kegiatan dalam DUPAK;
b. Memeriksa kebenaran dokumen-dokumen DUPAK yang dianggap perlu;
c. Menyampaikan berita acara hasil penilaian kepada Pejabat Pembina
Kepegawaian Pusat;
d. Menyampaikan laporan kegiatan tahunan kepada Pejabat Pembina
Kepegawaian Pusat.

2.2.6. Tim Penilai Provinsi

Tim Penilai Provinsi dibentuk, ditetapkan oleh dan bertanggung jawab kepada
Sekretaris Daerah Provinsi atau Pejabat eselon II yang ditunjuk serta berkedudukan
di lingkungan Pemerintah Provinsi.

T-01. 16 DFS-ADM-101: Sistem Penilaian dan Administrasi Statistisi


Tugas Pokok Tim Penilai Provinsi adalah:
a. Membantu Sekretaris Daerah Provinsi atau Pejabat eselon II yang
ditunjuk dalam menetapkan Angka Kredit bagi:
1) Statistisi Pelaksana pangkat Pengatur golongan ruang II/c sampai
dengan Statistisi Penyelia pangkat Penata Tingkat I golongan ruang
III/d; dan
2) Statistisi Pertama pangkat Penata Muda golongan ruang III/a sampai
dengan Statistisi Madya pangkat Pembina Tingkat I golongan ruang
IV/b,
di lingkungan provinsi; dan
b. Melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan oleh Sekretaris Daerah
Provinsi atau Pejabat eselon II yang ditunjuk yang berhubungan dengan
penetapan Angka Kredit.
Fungsi Tim Penilai Kabupaten/Kota adalah:
a. Memeriksa dan meneliti butir-butir kegiatan dalam DUPAK;
b. Memeriksa kebenaran dokumen-dokumen DUPAK yang dianggap perlu;
c. Menyampaikan berita acara hasil penilaian kepada Gubernur;
d. Menyampaikan laporan kegiatan tahunan kepada Gubernur.

2.2.7. Tim Penilai Kabupaten/Kota

Tim Penilai Kabupaten/Kota dibentuk, ditetapkan oleh dan bertanggung jawab


kepada Sekretaris Daerah Kabupaten/Kota atau Pejabat eselon II yang ditunjuk serta
berkedudukan di lingkungan Pemerintah Kabupaten/Kota.
Tugas Pokok Tim Penilai Kabupaten/Kota:
a. Membantu Sekretaris Daerah Kabupaten/Kota atau Pejabat eselon II yang
ditunjuk dalam menetapkan Angka Kredit bagi:
1) Statistisi Pelaksana pangkat Pengatur golongan ruang II/c sampai
dengan Statistisi Penyelia pangkat Penata Tingkat I golongan ruang
III/d; dan
2) Statistisi Pertama pangkat Penata Muda golongan ruang III/a sampai
dengan Statistisi Madya pangkat Pembina Tingkat I golongan ruang
IV/b,
di lingkungan kabupaten/kota; dan 2)
b. Melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan oleh Sekretaris Daerah
Kabupaten/Kota atau Pejabat eselon II yang ditunjuk yang berhubungan
dengan penetapan Angka Kredit.

DFS-ADM-101: Sistem Penilaian dan Administrasi Jabatan Statistisi T-01. 17


2.2.8. Pesyaratan dan Masa Jabatan Tim Penilai

Syarat untuk dapat diangkat menjadi Anggota Tim Penilai Statistisi, yaitu:
a. menduduki jabatan/pangkat paling rendah sama dengan jabatan/pangkat
Statistisi yang dinilai;
b. memiliki keahlian serta mampu untuk menilai prestasi kerja Statistisi; dan
c. dapat aktif melakukan penilaian.

Masa Jabatan Tim Penilai adalah sebagai berikut:


a. Masa jabatan Anggota Tim Penilai adalah selama 3 (tiga) tahun dan dapat
diangkat kembali untuk masa jabatan berikutnya.
b. Anggota Tim Penilai yang telah menjabat dalam 2 (dua) kali masa jabatan
secara berturut-turut sebagaimana dimaksud pada ayat (2), dapat
diangkat kembali setelah melampaui masa tenggang waktu 1 (satu) masa
jabatan.
c. Ketentuan huruf b tidak berlaku bagi Sekretaris Tim Penilai.
d. Dalam hal terdapat Anggota Tim Penilai yang pensiun atau berhalangan 6
(enam) bulan atau lebih, maka Ketua Tim Penilai Statistisi mengusulkan
penggantian anggota tim secara definitif sesuai masa kerja yang tersisa
kepada pejabat yang berwenang menetapkan Tim Penilai.

2.3. Prosedur
2.3. ProsedurPenilaian
Penilaian
Penilaian Angka Kredit oleh Tim Penilai dilakukan melalui prosedur sebagai
berikut:
a. Menerima Daftar Usul Penetapan Angka Kredit (DUPAK) dan berkas-
berkas pendukung lainnya dari Sekretariat Tim Penilai;
b. Melaksanakan penilaian terhadap Angka Kredit yang diajukan pada setiap
DUPAK sesuai dengan ketentuan proses penilaian;
c. Melakukan sidang penilaian Angka Kredit untuk menyusun Berita Acara
Penilaian Angka Kredit (BAPAK) sebagai hasil penilaian akhir;
d. Menyampaikan BAPAK kepada Sekretariat Tim Penilai untuk penyiapan SK
PAK dan selanjutnya disampaikan kepada Pimpinan Instansi masing-
masing yaitu Menteri/Kepala Lembaga Pemerintah Non Kementerian
(LPNK), Gubernur, Bupati/Walikota atau pejabat yang ditunjuk;
e. Asli SK PAK disampaikan kepada Kepala Badan Kepegawaian Negara
(BKN), dengan tembusan disampaikan kepada:
1) Statistisi yang bersangkutan;
2) Pimpinan Unit Kerja Statistisi yang bersangkutan;
3) Sekretaris Tim Penilai statistisi yang bersangkutan;

T-01. 18 DFS-ADM-101: Sistem Penilaian dan Administrasi Statistisi


4) Pejabat yang berwenang menetapkan Angka Kredit;
5) Badan Pusat Statistik.
Dalam penilaian Angka Kredit statistisi diatur sebagai berikut:
a. Angka Kredit yang diberikan untuk pelaksanaan tugas di atas jenjang
jabatannya sebesar 80 % dari Angka Kredit setiap butir kegiatannya;
b. Angka Kredit yang diberikan untuk pelaksanaan tugas di bawah jenjang
jabatannya sama dengan Angka Kredit setiap butir kegiatannya.
c. Capaian Angka Kredit
1) Target Angka Kredit yang harus dicapai untuk masing-masing jenjang
JF kategori keahlian setiap tahun ditetapkan sebagai berikut:
a) paling sedikit 12,5 (dua belas koma lima) Angka Kredit untuk ahli
pertama;
b) paling sedikit 25 (dua puluh lima) Angka Kredit untuk ahli muda;
c) paling sedikit 37,5 (tiga puluh tujuh koma lima) Angka Kredit untuk
ahli madya; dan
d) paling sedikit 50 (lima puluh) Angka Kredit untuk ahli utama
2) Target Angka Kredit yang harus dicapai untuk masing-masing jenjang
JF kategori keterampilan setiap tahun, yaitu:
a) paling sedikit 5 (lima) Angka Kredit untuk terampil;
b) paling sedikit 12,5 (dua belas koma lima) Angka Kredit untuk
mahir; dan
c) paling sedikit 25 (dua puluh lima) Angka Kredit untuk penyelia
d. Capaian angka kredit ditetapkan paling tinggi 150 persen (seratus lima
puluh persen) setiap tahun dari target angka kredit minimal sesuai dengan
jenjang jabatan.

2.4. Angka
2.4. AngkaKredit
KreditMinimal
Minimal
Prestasi seorang pejabat statistisi dinilai berdasarkan angka kredit yang
diperolehnya. Sistem penilaian ini juga berlaku bagi pejabat fungsional lainnya.
Penilaian tersebut berlaku untuk setiap jenjang jabatan. Adapun batasan angka kredit
minimal setiap jenjang telah ditetapkan dalam Permenpan &RB Nomor 19 Tahun
2013.
Batas minimal angka kredit yang harus dimiliki oleh seorang statistisi menurut
tingkat dan jenjangnya sebagaimana dalam tabel berikut.

Jumlah Angka Kredit Kumulatif Minimal untuk Pengangkatan dan


Kenaikan Jabatan/Pangkat Pejabat Statistisi

DFS-ADM-101: Sistem Penilaian dan Administrasi Jabatan Statistisi T-01. 19


Unsur
Tingkat Jenjang Golongan Total
Utama Penunjang

Statistisi Terampil II/b 32 8 40


II/c 48 12 60
II/d 64 16 80
Statistisi Mahir III/a 80 20 100
III/b 120 30 150
Statistisi Penyelia III/c 160 40 200
III/d 240 60 300

Ahli Statistisi Ahli Pertama III/a 80 20 100


III/b 120 30 150
Statistisi Ahli Muda III/c 160 40 200
III/d 240 60 300
Statistisi Ahli Madya IV/a 320 80 400
IV/b 440 110 550
IV/c 560 140 700
Statistisi Ahli Utama IV/d 850 170 850
IV/e 840 210 1050

2.5. Latihan/Diskusi
2.5. Latihan/Diskusi
1. Baim, seorang Pejabat fungsional statistisi pada Kementerian Pertanian,
dengan jenjang jabatan Statistisi Ahli Madya . Saat ini ia hendak mengajukan
usulan penetapan Angka Kredit. Siapa yang berwenang menetapkan Angka
Kredit Baim? Bagaimana yang bersangkutan mengajukan usulan penetapan
Angka Kreditnya?
2. Panji, seorang Pejabat fungsional statistisi pada BPS Kabupaten Halmahera
Barat Propinsi Maluku Utara. Saat ini Panji memiliki jabatan sebagai Statistisi
Terampil dengan pangkat Pengatur (II/c). Jelaskan bagaimana seharusnya
Panji mengajukan Penetapan Angka Kreditnya!

T-01. 20 DFS-ADM-101: Sistem Penilaian dan Administrasi Statistisi


BAB 3 PERSYARATAN ADMINISTRATIF STATISTISI BAB 3
PERSYARATAN ADMINISTRATIF
STATISTISI

TUJUAN INSTRUKSIONAL:
Setelah mempelajari bab ini peserta diklat diharapkan dapat:
 Memahami persyaratan administratif dalam Jabatan Statistisi
 Membedakan persyaratan yang diperlukan dalam administrasi Jabatan Statistisi
 Menjelaskan persyaratan yang diperlukan dalam Administrasi Jabatan Statistisi

PENDAHULUAN

P
ada dasarnya pengertian administrasi memiliki definisi yang cukup banyak. Ada
yang memberikan definisi administrasi dengan “segenap rangkaian perbuatan
penataan pekerjaan pokok yang dilakukan dengan kerjasama sekelompok
manusia untuk mencapai tujuan tertentu” (The Liang Gie, 1979). Adapula yang
memberikan pengertian “suatu proses penyelenggaraan dan pengurusan segenap
tindakan/kegiatan dalam setiap usaha kerjasama sekelompok manusia untuk
mencapai tujuan.” (Sutarto). Sementara itu S.P. Siagian memberikan pengertian
administrasi sebagai “proses kerjasama antara dua orang atau lebih berdasarkan
rasionalitas tertentu untuk mencapai tujuan bersama yang telah ditentukan”.
Selain dari para penulis Indonesia, penulis asing juga memberikan pengertian
yang beragam tentang administrasi. Luther Gullick memberikan pengertian
“Administration has to do with getting things done with the accomplishment og defined
objectives”. John M. Pfiffuer memberikan pengertian “Administration may be defined
as the organization and direction of human and material resources to achieve desired
ends”. Sementara itu William H. Newman memberikan pengertian “administration is
guidance, leadership and control of the effort of a group of individuals toward some
common goals”.
Berdasarkan definisi para ahli administrasi tersebut, pada dasarnya definisi
administrasi memiliki pengertian yang sama yaitu adanya unsur kegiatan, kerjasama,
banyak orang, dan untuk mencapai tujuan bersama. Sementara itu, sebagai sebuah
sistem, administrasi merupakan sistem yang bersifat (LAN, 1997):
a. Abstrak, karena tidak dapat dikenali wujudnya
b. Buatan manusia
c. Terbuka, karena peka terhadap pengaruh lingkungan, baik sosial maupun fisik
d. Hidup, dalam arti berkembang secara terus menerus

DFS-ADM-101: Sistem Penilaian dan Administrasi Jabatan Statistisi T-01. 21


e. Kompleks, karena terdapat banyak bagian yang membentuknya.

Sebagaimana pengertian administrasi di atas, maka sistem administrasi


statistisi adalah sistem yang disusun untuk dapat memenuhi kegiatan statistik. Dalam
administrasi statistisi maka unsur kegiatan telah diatur sesuai dengan tugas dan
tanggung jawab yang diberikan.
Dalam pelaksanaan tugas dan tanggung jawabnya, statistisi perlu bekerja sama
dengan berbagai unsur organisasi. Walaupun sebagai pejabat fungsional yang
bekerja lebih mandiri, tetapi seorang statistisi terbentuk dalam sebuah sistem yang
harus bekerja sama dengan pihak lain. Kerja sama yang harus dilakukan antara lain
dengan atasan pemberi tugas dan penilai.
Sebagai pejabat fungsional, statistisi juga akan melibatkan banyak orang. Selain
pejabat pemberi tugas dan anggota tim kerjanya, seorang statistisi juga harus bekerja
sama dengan sekretariat, khususnya dalam kaitan tata cata pengajuan penilaian.
Pada akhirnya, tujuan bersama dapat tercapai dengan lebih baik, jika sistem
administrasi juga dapat tercipta dengan baik. Tujuan akhir tidak lain adalah
terselesaikannya pekerjaan dengan baik.

3.1. Pengangkatan Pejabat Fungsional Statistisi


Pejabat yang berwenang mengangkat Pegawai Negeri Sipil (PNS) dalam
jabatan statistisi, adalah Pejabat Pembina Kepegawaian yang bersangkutan sesuai
dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Dalam Jabatan Statistisi,
terdapatdua tingkatan yaitu Keterampilan dan tingkat ahli. Setiap tingkat memiliki
persyaratan.
Guna mengisi kebutuhan Pejabat Statistisi, maka dapat dilakukan
pengangkatan dengan melalui beberapa cara. Mengangkat Pejabat Statistisi dari
PNS yang belum pernah atau tidak sedang menduduki jabatan lainnya atau yang
berasal dari jabatan lain.
Pangkat yang ditetapkan bagi Pegawai Negeri Sipil adalah sama dengan
pangkat yang dimiliki, dan jenjang jabatannya ditetapkan sesuai dengan jumlah angka
kredit yang ditetapkan oleh pejabat yang berwenang.

3.1.1. Pengangkatan statistisi Keterampilan

Persyaratan umum yang diperlukan untuk dapat diangkat dalam jabatan


statistisi Keterampilan adalah:
a. berijazah paling rendah Diploma III (DIII) jurusan Statistik atau Diploma III
(DIII) bidang lain sesuai dengan kualifikasi yang ditetapkan oleh Kepala BPS;
b. pangkat paling rendah Pengatur, golongan ruang II/c; dan
c. nilai prestasi kerja paling kurang bernilai baik dalam 1 (satu) tahun terakhir.

T-01. 22 DFS-ADM-101: Sistem Penilaian dan Administrasi Statistisi


Disamping persyaratan umum tersebut, pengangkatan dalam jabatan statistisi harus
pula memperhatikan:
a. Formasi jabatan statistisi yang ditetapkan oleh Menteri Pendayagunaan
Aparatur Negara setelah mendapat pertimbangan Kepala Badan
Kepegawaian Negara; dan
b. Memenuhi jumlah angka kredit minimal yang ditetapkan untuk jenjang
pangkat/jabatannya.

3.1.2. Pengangkatan Statistisi kategori keahlian

Persyaratan umum untuk dapat diangkat dalam jabatan Statistisi kategori


keahlian adalah :
a. berijazah paling rendah Sarjana (S1)/Diploma IV (DIV) jurusan Statistik atau
Sarjana (S1)/Diploma IV (DIV) bidang lain sesuai dengan kualifikasi yang
ditetapkan oleh Kepala BPS;
b. pangkat paling rendah Penata Muda, golongan ruang III/a; dan
c. nilai prestasi kerja paling kurang bernilai baik dalam 1 (satu) tahun terakhir.
Seperti halnya pengangkatan pada Keterampilan, pengangkatan dalam
jabatan Statistisi kategori keahlian harus pula memperhatikan:
a. Formasi jabatan statistisi yang ditetapkan oleh Menteri Pendayagunaan
Aparatur Negara setelah mendapat pertimbangan Kepala Badan
Kepegawaian Negara; dan
b. Memenuhi jumlah angka kredit minimal yang ditetapkan untuk jenjang
pangkat/jabatannya.

3.1.3. Pengangkatan statistisi Dari Jabatan Lain

Pengangkatan Pegawai Negeri Sipil dari jabatan lain ke dalam jabatan


statistisi dapat dipertimbangkan dengan ketentuan sebagai berikut:
a. Memiliki pengalaman di bidang statistik paling kurang 2 (dua) tahun; dan
b. Usia setinggi-tingginya 5 (lima) tahun sebelum mencapai usia pensiun
berdasarkan jabatan terakhirnya.

3.1.4. Alih Jabatan Dari Statistisi Terampil Ke Statistisi Ahli

Statistisi Terampil yang memperoleh ijazah Sarjana (S1)/Diploma IV (DIV)


dapat diangkat dalam jabatan Statistisi Ahli dengan ketentuan sebagai berikut:
a. tersedia formasi untuk jabatan Statistisi Ahli;

DFS-ADM-101: Sistem Penilaian dan Administrasi Jabatan Statistisi T-01. 23


b. telah mengikuti dan lulus Diklat fungsional Statistisi Ahli bagi yang berijazah
Sarjana (S1)/Diploma IV (DIV) selain bidang statistik; dan
c. memenuhi jumlah Angka Kredit kumulatif yang ditentukan.

Statistisi Terampil yang akan diangkat menjadi Statistisi Ahli diberikan Angka
Kredit sebesar 65% (enam puluh lima persen) Angka Kredit kumulatif dari diklat,
tugas pokok, dan pengembangan profesi ditambah Angka Kredit ijazah Sarjana
(S1)/Diploma IV (DIV) dengan tidak memperhitungkan Angka Kredit dari unsur
penunjang
Statistisi Terampil, pangkat Pengatur Muda Tingkat I, golongan ruang II/b
sampai dengan Pengatur Tingkat I, golongan ruang II/d, yang memperoleh ijazah
Sarjana (S1)/Diploma IV (DIV) dan akan diangkat dalam Statistisi Ahli, harus
ditetapkan terlebih dahulu kenaikan pangkatnya menjadi Penata Muda, golongan
ruang III/a.

3.1.5. Prosedur Pengangkatan Fungsional Statistisi

Prosedur pengangkatan seorang PNS menjadi pejabat statistisi dilakukan dengan


melalui mekanisme berikut:
a. PNS calon Statistisi yang telah memenuhi ketentuan dan persyaratan
sebagaimana dimaksud dalam butir II.A.1., secara hierarki diusulkan oleh
pejabat eselon II unit kerja yang bersangkutan, dengan melampirkan:
1) fotokopi ijazah yang dilegalisasi oleh pejabat yang berwenang;
2) fotokopi Keputusan Kenaikan Pangkat terakhir;
3) fotokopi sertifikat Diklat Statistisi Terampil atau Diklat Statistisi Ahli,
bagi yang berpendidikan bukan di bidang statistik;
4) fotokopi penilaian prestasi kerja paling kurang bernilai baik dalam 1
(satu) tahun terakhir; dan
5) untuk yang akan diangkat melalui mekanisme pengangkatan dari
jabatan lain, ditambah dengan Surat Keterangan dari pejabat eselon III
di unit kerjanya, bahwa yang bersangkutan telah melakukan pekerjaan
dalam bidang Statistik paling kurang 2 (dua) tahun..
b. Bahan penilaian Angka Kredit Statistisi disampaikan oleh pimpinan unit
kerja yang bertanggung jawab di bidang kepegawaian paling rendah eselon
IV setelah diketahui atasan langsung Statistisi yang bersangkutan atau
pejabat lain yang ditunjuk, kepada pejabat yang berwenang mengusulkan
penetapan Angka Kredit.
c. Pejabat yang berwenang mengusulkan Penetapan Angka Kredit Statistisi
menyampaikan usul penetapan Angka Kredit kepada pejabat yang
berwenang menetapkan Angka Kredit.
d. Pejabat Pembina Kepegawaian Pusat/Daerah mengajukan pertimbangan
teknis kepada Kepala BPS dengan menyertakan formasi dan jumlah
statistisi saat ini di instansi masing-masing, Instansi Pembina memberikan
jawaban atas pertimbangan teknis yang diajukan instansi pengusul.

T-01. 24 DFS-ADM-101: Sistem Penilaian dan Administrasi Statistisi


e. Pejabat Unit Kepegawaian menyiapkan dan menyampaikan rancangan
Keputusan Pengangkatan menjadi Pejabat Fungsional Statistisi, sesuai
dengan contoh 4 Lampiran kepada pejabat yang berwenang untuk
ditandatangani.
f. Asli Keputusan Pengangkatan yang telah ditetapkan oleh pejabat yang
berwenang, disampaikan kepada PNS yang bersangkutan dengan
tembusan kepada:
1) Kepala Badan Pusat Statistik;
2) Kepala BKN/Kantor Regional BKN yang bersangkutan;
3) Kepala BKD Provinsi/Kabupaten/Kota atau Biro/Bagian
4) Kepegawaian instansi yang bersangkutan;
5) Pejabat yang berwenang menetapkan Angka Kredit;
6) Kepala Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara/Kepala
7) Biro/Bagian Keuangan Daerah yang bersangkutan; dan
8) Pejabat instansi lain yang berkepentingan.

3.2. Pemberhentian
3.2. Pemberhentiandari Jabatan Fungsional Statistisi
Seorang Pejabat Fungsional Statistisi akan diberhentikan dari jabatannya
apabila: Mengundurkan diri dari jabatan;
a. Diberhentikan sementara sebagai PNS;
b. Menjalani cuti diluar tanggungan negara;
c. Menjalani tugas belajar lebih dari 6 (enam) bulan;
d. Ditugaskan secara penuh di luar jabatan Statistisi; atau
e. Tidak memenuhi persyaratan jabatan.

Statistisi yang diberhentikan selain karena mengundurkan diri dan tidak


memenuhi persyaratan jabatan dapat diangkat kembali sesuai dengan jenjang
jabatan terakhir jika tersedia kebutuhan/formasi. Pengangkatan kembali
menggunakan angka kredit terakhir yang dimiliki pada jenjang jabatannya dan
ditambah dengan angka kredit dari penilaian pelaksanaan tugas Statistisi selama
diberhentikan.
Statistisi yang diberhentikan karena ditugaskan pada Jabatan Pimpinan
Tinggi, Jabatan Administrator, Jabatan Pengawas dan Jabatan Pelaksana, dapat
disesuaikan pada jenjang sesuai dengan pangkat terakhir pada jabatannya paling
kurang 1 tahun setelah diangkat kembali pada jabatan fungsional Statistisi terakhir
yang didudukinya, setelah mengikuti dan lulus uji kompetensi apabila tersedia
formasi.
Statistisi yang diberhentikan karena mengundurkan diri dan tidak memenuhi
syarat jabatan dilaksanakan pemeriksaan dan mendapatkan ijin dari pejabat yang
berwenang sebelum ditetapkan pemberhentiannya dan tidak dapat diangkat kembali
dalam jabatan fungsional Statistis .
Pengunduran diri dari jabatan fungsional Statistisi dapat dipertimbangkan
karena alasan pribadi dan disampaikan secara tertulis kepada pejabat Pembina

DFS-ADM-101: Sistem Penilaian dan Administrasi Jabatan Statistisi T-01. 25


kepegawaian dengan menyertakan alasan. Pejabat Pembina Kepegawaian
menetapkan pemberhentian setelah mendapat persetujuan dari Instansi Pembina.
Kriteria tidak memenuhi persyaratan jabatan dapat dipertimbangkan dalam
hal tidak memenuhi kualifikasi pendidikan yang dipersyaratkan dan tidak memenuhi
standar kompetensi.

3.2.1. Tata Cara pemberhentian

a. Pejabat fungsional Statistisi dapat menyampaikan permohonan


pemberhentian dengan mengisi surat permohonan dan menyiapkan
dokumentasi untuk bahan pertimbangan. Dokumen yang dilampirkan
untuk pemberhentian adalah:
1) Surat mengundurkan diri dari Statistisi atau Salinan keputusan
diberhentikan sementara sebagai PNS atau Salinan keputusan
menjalani cuti di luar tanggungan negara atau Salinan keputusan
menjalani tugas belajar lebih dari 6 (enam) bulan atau salinan
keputusan ditugaskan secara penuh pada jabatan pimpinan tinggi,
jabatan administrator atau jabatan pengawas atau sirat pernyataan
tidak memenuhi persyaratan jabatan.
2) Salinan Penetapan Angka Kredit (PAK) terakhir.
3) Salinan keputusan Kenaikan Pangkat terakhir
4) Salinan keputusan pengangkatan/kenaikan jabatan fungsional
Statistisi terakhir.
b. Pimpinan unit kepegawaian Kementerian/Lembaga/Pemerintah Daerah
meneliti kelengkapan berkas-berkas pemberhentian dari Jabatan
Fungsional Statistisi untuk disampaikan kepada pejabat yang berwenang
c. Pejabat pembina kepegawaian Kementerian/Lembaga/Pemerintah Daerah
paling rendah Jabatan Pimpinan Tinggi Pratama menyampaikan khusus
usulan pengunduran diri dari Statistisi kepada Kepala Badan Pusat
Statistik selaku instansi pembina untuk mendapatkan
rekomendasi/persetujuan pengunduran diri dari pranata computer.
d. Pejabat yang berwenang pada unit kepegawaian Kementerian/Lembaga/
Pemerintah Daerah menyampaikan berkas dimaksud untuk penetapan
surat keputusan pemberhentian dari Jabatan Fungsional Statistisi oleh:
1) Pejabat pembina kepegawaian Kementerian/Lembaga/ Pemerintah
Daerah kepada Presiden bagi pemberhentian dari Jabatan
Fungsional Statistisi Ahli Utama
2) Pejabat yang berwenang kepada pejabat pembina kepegawaian
Kementerian/Lembaga/Pemerintah Daerah bagi pemberhentian dari
Jabatan Fungsional Keterampilan dan Statistisi Ahli Pertama sampai
dengan Statistisi Ahli Madya.

T-01. 26 DFS-ADM-101: Sistem Penilaian dan Administrasi Statistisi


3) Asli surat keputusan pemberhentian dari Jabatan Fungsional Statistisi
yang telah ditetapkan oleh pejabat yang berwenang disampaikan
kepada PNS yang bersangkutan oleh Pimpinan Unit Kepegawaian
dengan tembusan kepada:
a) Kepala BKN bagi PNS Pusat atau Kepala Kantor Regional BKN
bagi PNS Daerah
b) Kepala Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara setempat
bagi PNS Pusat atau Kepala Biro Keuangan Daerah bagi PNS
Daerah
c) Kepala Badan Pusat Statistik u.p. Kepala Biro SDM
d) Kepala Biro/Bagian Kepegawaian Kementerian/Lembaga atau
BKD Provinsi/Kabupaten/Kota yang bersangkutan
e) Pejabat lain yang berkepentingan

3.3. Pengangkatan
3.3. PengangkatanKembali
Kembalike ke dalam
dalam Jabatan
Jabatan Fungsional
Statistisi
Statistisi
Pejabat Fungsional Statistisi yang diberhentikan dari jabatannya apabila:
a. Telah diaktifkan kembali sebagai PNS
b. Telah selesai menjalani cuti di luar tanggungan negara
c. Telah selesai menjalani tugas belajar lebih dari 6 (enam) bulan
d. Telah ditugaskan kembali sebagai Statistisi dari Jabatan Pimpinan Tinggi
Pratama, Administrator, Pengawas atau Jabatan Pelaksana.
Pejabat Fungsional Statistisi dapat diangkat kembali sesuai dengan jenjang
jabatan terakhir apabila tersedia kebutuhan jabatan. Pengangkatan kembali dalam
Jabatan Fungsional Statistisi dilakukan dengan menggunakan angka kredit terakhir
yang dimiliki dalam jenjang jabatannya dan dapat ditambah dengan angka kredit dari
penilaian pelaksanaan pengembangan profesi selama diberhentikan.

3.3.1. Tata Cara Pengangkatan Kembali

a. Statistisi yang sedang diberhentikan menyampaikan permohonan


pengangkatan kembali dalam Jabatan Fungsional Statistisi dengan
mengisi surat permohonan dan menyiapkan dokumen untuk bahan
pertimbangan.
b. Dokumen yang dilampirkan untuk pengangkatan kembali adalah:
1) Salinan keputusan telah diaktifkan kembali sebagai PNS/salinan
keputusan telah selesai menjalani cuti di luar tanggungan
negara/salinan keputusan telah selesai menjalani tugas belajar lebih
dari 6 (enam) bulan/salinan keputusan telah ditugaskan kembali
sebagai Statistisi dari Jabatan Pimpinan Tinggi, Jabatan
Administrator, Jabatan Pengawas dan Jabatan Pelaksana.

DFS-ADM-101: Sistem Penilaian dan Administrasi Jabatan Statistisi T-01. 27


2) Salinan keputusan pemberhentian dari Jabatan Fungsional Statistisi
3) Salinan keputusan Kenaikan Pangkat terakhir
c. Pimpinan unit kepegawaian Kementerian/Lembaga/Pemerintah Daerah
paling rendah pengawas meneliti kelengkapan berkas pengangkatan
kembali untuk disampaikan kepada pejabat yang berwenang
d. Pejabat yang berwenang pada unit kepegawaian
Kementerian/Lembaga/Pemerintah Daerah menyampaikan berkas
dimaksud untuk penetapan surat keputusan pengangkatan kembali dari
Jabatan Fungsional Statistisi oleh:
1) Pejabat Pembina Kepegawaian Kementerian/Lembaga/Pemerintah
Daerah kepada Presiden bagi pengangkatan kembali dalam Jabatan
Fungsional Statistisi Ahli Utama
2) Pejabat yang berwenang kepada Pejabat Pembina Kepegawaian
Kementerian/Lembaga/Pemerintah Daerah bagi pengangkatan
kembali dalam Jabatan Fungsional Statistisi keterampilan dan
Statistisi Ahli Pertama sampai dengan Statistisi Ahli Madya.
e. Asli Surat Keputusan pengangkatan kembali dalam Jabatan Fungsional
Statistisi yang telah ditetapkan oleh pejabat yang berwenang disampaikan
kepada PNS yang bersangkutan oleh Pimpinan Unit Kepegawaian dengan
tembusan kepada:
1) Kepala BKN bagi PNS Pusat atau Kepala Kantor Regional BKN bagi
PNS Daerah
2) Kepala Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara setempat bagi
PNS Pusat atau Kepala Biro Keuangan Daerah bagi PNS Daerah
3) Kepala Badan Pusat Statistik u.p. Kepala Biro SDM
4) Kepala Biro/Bagian Kepegawaian Kementerian/Lembaga atau BKD
Provinsi/Kabupaten/Kota yang bersangkutan
5) Pejabat lain yang berkepentingan.

3.4. Contoh
3.4. ContohKasus
Kasus
1. Selvia, seorang Statistisi Terampil, pangkat/golongan Pengatur (II/c). Yang
bersangkutan memiliki Angka Kredit 65 dan berpendidikan D III. Sejak
minggu pertama bulan Oktober 2014, yang bersangkutan mengikuti Tugas
Belajar di STIS, sehingga dibebaskan sementara, TMT 1 November 2014.
Pada Oktober 2018, Selvia telah menyelesaikan Tugas Belajar, maka yang
bersangkutan dibuatkan SK Pengangkatan kembali TMT 1 November 2018
sebagai Statistisi Terampil dengan Angka Kredit 65. Pada Januari 2019,

T-01. 28 DFS-ADM-101: Sistem Penilaian dan Administrasi Statistisi


dilakukan penilaian terhadap kegiatan yang bersangkutan. Angka Kredit
yang diperoleh 148, dengan rincian sebagai berikut:
Angka kredit awal : 65
Penilaian Ijasah (100-25) : 75
Kegiatan dari Nov – Des 2008 : 8
Setelah penilaian pada bulan Januari 2019, yang bersangkutan dapat
dibuatkan SK kenaikan jabatan, TMT 1 Februari 2019. Yang bersangkutan
juga dapat dinaikkan pangkatnya setingkat lebih tinggi ke pangkat/golongan
Statistisi (III/a) pada 1 April 2019.
2. Sekar, Statistisi Ahli Pertama, TMT 1 Februari 2011, dengan Angka Kredit
101. Pada Januari 2016, dilakukan penilaian terhadap kegiatan yang
bersangkutan dengan total Angka Kredit akhirnya 147. Berhubung pada 1
Februari 2016 yang bersangkutan telah 5 tahun dalam jabatannya, maka
yang bersangkutan dibebaskan sementara, TMT 1 Februari 2016.
Pada Juli 2016, dilakukan penilaian kegiatannya dan memiliki total Angka
Kredit akhir sebesar 156, maka yang bersangkutan dibuatkan SK
pengangkatan kembali, TMT 1 Agustus 2016 dan dapat dinaikkan
pangkatnya setingkat lebih tinggi ke pangkat/golongan Penata Muda Tingkat I
(III/b) pada 1 Oktober 2016.
3. Alya, Statistisi Ahli Pertama, TMT 1 Agustus 2010, dengan Angka Kredit 153.
Pada Juli 2015, dilakukan penilaian terhadap kegiatan yang bersangkutan
dengan total Angka Kredit akhirnya 176. Berhubung pada 1 Agustus 2015
yang bersangkutan telah 5 tahun dalam jabatannya, maka yang bersangkutan
dibebaskan sementara, TMT 1 Agustus 2015.
Pada Juli 2016, dilakukan penilaian kegiatannya dan memiliki total Angka
Kredit akhir sebesar 188, berhubung pada 1 Agustus 2016 telah satu tahun
setelah dibebaskan sementara, masih belum tercapai Angka Kredit yang
telah ditentukan untuk kenaikan pangkat (seharusnya sebesar 200) maka
pada 1 Agustus 2016 yang bersangkutan diberhentikan sebagai pejabat
Statistisi.

3.5. Latihan/Diskusi
3.5. Latihan/Diskusi
1. Sebutkan persyaratan administratif yang harus Saudara penuhi, agar dapat
diangkat dalam Jabatan statistisi!
2. Apa yang membedakan seorang PNS dapat diangkat dalam Jabatan Statistisi
kategori keahlian dengan Keterampilan?
3. Gunarso seorang sarjana lulusan Statistika. Karena keahliannya, ia ditugaskan
menjadi seorang Sekretaris Pimpinan sebuah unit kerja. Apakah Gunarso dapat
diusulkan menjadi seorang Pejabat Statistisi? Mengapa?
4. Aminah seorang Sarjana lulusan Fakultas Pertanian dengan pangkat Penata
Muda Tkt I Golongan III/b. Ia ditempatkan pada unit pengolahan data sebagai

DFS-ADM-101: Sistem Penilaian dan Administrasi Jabatan Statistisi T-01. 29


data entry. Pimpinan unit kerjanya mengusulkan agar Aminah diangkat dalam
Jabatan Statistisi. Dapatkah ia diusulkan menjadi Pejabat statistisi? Pada tingkat
dan jenjang apa Aminah dapat ditempatkan? Mengapa? Bagaimana tata caranya
agar Aminah dapat diangkat menjadi seorang statistisi pada tingkat dan jenjang
tersebut?
5. Aryo, seorang Statistisi Keterampilan dan telah menyelesaikan pendidikan
sarjana pada jurusan statistik. Sementara itu Anissa, juga seorang Statistisi
Keterampilan dan telah menyelesaikan pendidikan sarjana pada jurusan
Agronomi. Keduanya berharap dapat pindah jalur dari Keterampilan menjadi
tingkat ahli. Kedua Statistisi tersebut berada pada jenjang Terampillanjutan.
Bagaimanakah kedua pejabat statistisi tersebut agar dapat diangkat ke dalam
tingkat ahli? mengapa?

T-01. 30 DFS-ADM-101: Sistem Penilaian dan Administrasi Statistisi


BAB 4 KENAIKAN PANGKAT/JABATAN STATISTISI BAB 4
KENAIKAN PANGKAT / JABATAN
STATISTISI

TUJUAN INSTRUKSIONAL:
Setelah mempelajari Bab ini peserta diklat diharapkan dapat:
‫ ٭‬Memahami mekanisme dan sistem kenaikan pangkat dalam Jabatan Statistisi
‫ ٭‬Dapat menyiapkan dokumen kenaikan pangkat dengan tepat.

PENDAHULUAN

Statistisi merupakan jabatan fungsional yang kenaikan pangkatnya


berdasarkan angka kredit yang dikumpulkan. Dalam sistem yang baru, seorang
statistisi dapat memiliki jabatan yang berbeda dengan pangkatnya. Sehingga
kenaikan pangkat dan jabatan dapat terjadi secara berbeda. Pada sistem yang lama,
kenaikan pangkat selalu disertai dengan kenaikan jabatan. Sementara itu dalam
sistem yang baru, kenaikan pangkat tidak selalu diikuti dengan kenaikan jabatan.

4.1. Ketentuan
4.1. Ketentuan dan
Dan Persyaratan
Persyaratan Kenaikan
Kenaikan Pangkat/Jabatan
Pangkat/Jabatan

Dalam kenaikan pangkat, seorang pranata mengikuti ketentuan sebagaimana


ditetapkan dalam jabatan fungsional. Ketentuan dan persyaratan kenaikan
pangkat/jabatan dalam jabatan statistisi adalah sebagai berikut:
a. Statistisi dapat dinaikkan pangkatnya setingkat lebih tinggi apabila memenuhi
persyaratan:
1) paling singkat 2 (dua) tahun dalam pangkat terakhir;
2) memenuhi angka kredit kumulatif yang ditentukan untuk kenaikan
pangkat setingkat lebih tinggi; dan -6- c. setiap unsur penilaian prestasi
kerja paling kurang bernilai baik dalam 2 (dua) tahun terakhir.
b. Statistisi dapat dinaikkan jenjang jabatannya apabila memenuhi persyaratan:
1) paling singkat 1 (satu) tahun dalam jabatan terakhir; b. memenuhi Angka
Kredit kumulatif yang ditentukan untuk kenaikan jenjang jabatan; dan,
2) setiap unsur penilaian prestasi kerja paling kurang bernilai baik dalam 1
(satu) tahun terakhir.

DFS-ADM-101: Sistem Penilaian dan Administrasi Jabatan Statistisi T-01. 31


3) Angka kredit sebagaimana disebut dalam butir 1.b. dan 2.b. di atas,
paling rendah 80% (delapan puluh persen) Angka Kredit berasal dari
unsur utama, tidak termasuk sub unsur pendidikan sekolah, dan paling
tinggi 20% (dua puluh persen) Angka Kredit berasal dari unsur
penunjang.
4) Bagi statistisi ahli harus memenuhi angka kredit dari unsur
pengembangan profesi untuk masing-masing golongan ruang sebagai
berikut:
a) dari golongan ruang III/b ke III/c: 2
b) dari golongan ruang III/c ke III/d: 4
c) dari golongan ruang III/d ke IV/a: 6
d) dari golongan ruang IV/a ke IV/b: 8
e) dari golongan ruang IV/b ke IV/c: 10
f) dari golongan ruang IV/c ke IV/d: 12
g) dari golongan ruang IV/d ke IV/e: 14
Contoh:
Revalina, SST., Statistisi Muda dalam golongan ruang III/c TMT 1 April
2016, dengan angka kredit 275,521, dimana angka kredit dari unsur
pengembangan profesi sebesar 3,000. Pada bulan Februari 2020 yang
bersangkutan memperoleh angka kredit sebesar 315,211 dimana angka
kredit dari unsur pengembangan profesi sebesar 7,000. Dengan
demikian, yang bersangkutan dapat diusulkan kenaikan pangkat ke III/d
karena telah memenuhi syarat yaitu wajib memperoleh angka kredit dari
unsur pengembangan profesi minimal sebesar 4,000.

4.2. Dokumen
4.2. Dokumen yang
yang Dilampirkan
Dilampirkan untuk Kenaikan
untuk Kenaikan Pangkat/Jabatan
Pangkat/Jabatan
a. Kenaikan Pangkat:
1) asli Penetapan Angka Kredit (PAK);
2) fotokopi Keputusan Kenaikan Pangkat terakhir;
3) fotokopi Keputusan Pengangkatan/Kenaikan Jabatan Fungsional
Statistisi terakhir; dan
4) fotokopi penilaian prestasi kerja 2 (dua) tahun terakhir.
b. Kenaikan Jabatan:
1) fotokopi Keputusan Penetapan Angka Kredit (PAK);
2) fotokopi Keputusan Kenaikan Pangkat (KKP) terakhir;

T-01. 32 DFS-ADM-101: Sistem Penilaian dan Administrasi Statistisi


3) fotokopi Keputusan Pengangkatan/Kenaikan Jabatan Fungsional
Statistisi terakhir; dan
4) fotokopi penilaian prestasi kerja 1 (satu) tahun terakhir.

4.3. 4.3.Prosedur Kenaikan


Tata Cara Kenaikan Pangkat/Jabatan
Pangkat/Jabatan
4.3.1. Kenaikan Pangkat
Kenaikan pangkat diatur dengan cara sebagai berikut:
a. Pimpinan Unit Kepegawaian instansi Pemerintah Pusat/Daerah dengan
jabatan serendah-rendahnya eselon III, setelah menerima salinan PAK,
meneliti seluruh berkas kelengkapan kenaikan pangkat, dan apabila telah
memenuhi persyaratan yang diperlukan, selanjutnya menyampaikan
kepada:
1) Pejabat Pembina Kepegawaian Pusat untuk usulan kenaikan Pangkat
PNS Pusat menjadi Pembina Golongan Ruang IV/a sampai dengan
Pembina Utama Golongan Ruang IV/e;
2) Sekretaris Utama Lembaga Pemerintah/Sekretaris Jenderal
Departemen, untuk usulan kenaikan pangkat PNS Pusat menjadi
Pengatur Golongan Ruang II/c sampai dengan Penata Tingkat I
Golongan Ruang III/d;
3) Pejabat Pembina kepegawaian daerah provinsi (gubernur) atau pejabat
Pembina kepegawaian daerah kabupaten/kota (Bupati/Walikota) untuk
usulan kenaikan pangkat PNS daerah menjadi Pembina golongan
ruang IV/a sampai dengan Pembina Utama golongan ruang IV/e;
4) Sekretaris Daerah, untuk usulan kenaikan pangkat PNS Daerah
menjadi Pengatur Golongan Ruang II/c sampai dengan Pembina
Utama Muda Golongan Ruang III/d..
b. Pejabat Pembina Kepegawaian Pusat/Sekretaris Jenderal/ Sekretaris
Utama/Sekretaris Daerah memeriksa kelengkapan persyaratan yang
diperlukan, dan setelah melalui pertimbangan teknis dari Kepala Badan
Kepegawaian Negara bagi PNS Pusat atau kepada Kepala Kantor Regional
Badan Kepegawaian Negara yang bersangkutan bagi PNS Daerah,
selanjutnya meneruskan usulan tersebut untuk ditetapkan dan
ditandatangani oleh pejabat yang berwenang sesuai dengan ketentuan
Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 2003 sebagaimana telah diubah
dengan Peraturan pemerintah Nomor 63 Tahun 2009.
c. Asli Keputusan Kenaikan Pangkat yang telah ditetapkan oleh pejabat yang
berwenang, oleh Pimpinan Unit Kepegawaian disampaikan kepada PNS
yang bersangkutan dengan tembusan:
1) Kepala Badan Pusat Statistik;
2) Kepala BKN bagi PNS yang di Instansi Pusat atau Kepala Kantor
Regional BKN bagi PNS di daerah;

DFS-ADM-101: Sistem Penilaian dan Administrasi Jabatan Statistisi T-01. 33


3) Kepala BKD Propinsi/Kabupaten/Kota atau Biro/Bagian Kepegawaian
instansi yang bersangkutan;
4) Kepala Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara setempat bagi
PNS Pusat atau Kepala Biro Keuangan Daerah bagi PNS Daerah;
5) Pimpinan Unit Statistisi yang bersangkutan..

4.3.2. Kenaikan Jabatan


a. Statistisi yang telah menerima PAK, melengkapi berkas persyaratan untuk
kenaikan jabatan, yang selanjutnya secara hierarki diusulkan kepada
Pejabat Unit Kepegawaian;
b. Asli Keputusan kenaikan jabatan yang telah ditetapkan oleh pejabat yang
berwenang oleh Pimpinan Unit Kepegawaian disampaikan kepada PNS
yang bersangkutan dengan tembusan kepada:
1) Kepala Badan Pusat Statistik;
2) Kepala BKN/Kantor Regional BKN yang bersangkutan;
3) Kepala BKD Propinsi/Kabupaten/Kota atau Biro/Bagian Kepegawaian
instansi yang bersangkutan;
4) Pejabat yang berwenang menetapkan angka kredit;
5) Kepala Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara/Kepala
Biro/Bagian Keuangan Daerah yang bersangkutan; dan
6) Pejabat instansi lain yang berkepentingan..

4.4. 4.4.Contoh Kasus


Contoh Kasus

Selvia, seorang Statistisi Terampil sebagaimana dalam contoh kasus 1 pada bab 3.
Pada tahun 2017, yang bersangkutan masih tingkat III di Sekolah Tinggi Ilmu Statistik
(STIS). Berhubung sudah 4 tahun dalam pangkat terakhirnya, maka yang
bersangkutan dapat dinaikkan pangkatnya menjadi Pengatur Tingkat I (II/d) pada 1
April 2007.

4.5. 4.5.Latihan/Diskusi
Latihan/Diskusi

1. Dalam contoh kasus 4.4. tersebut di atas, mengapa Selvia dapat dinaikkan
pangkatnya tanpa penilaian Angka Kredit?
2. Sebutkan persyaratan seorang statistisi dapat dinaikkan pangkatnya?
3. Sebutkan persyaratan seorang statistisi dapat dinaikkan jabatannya?
4. Bagaimana seharusnya tata cara kenaikan pangkat/jabatan seorang statistisi di
instansi Saudara?

T-01. 34 DFS-ADM-101: Sistem Penilaian dan Administrasi Statistisi


BAB 5 PENUTUP BAB 5
PENUTUP

Dalam uraian pada bab-bab terdahulu, peserta diklat diharapkan dapat


memperoleh pemahaman tentang jabatan statistisi. Hal-hal yang dapat dipahami
adalah tugas dan tanggung jawab, jenjang dan kepangkatan, sistem penilaian,
persyaratan administrasi, dan sistem kenaikan pangkat. Sebagai salah satu sarana
untuk mengukur keberhasilan pembelajaran tersebut, di bawah ini disiapkan bahan
yang menjadi tugas selama pelatihan. Pada akhirnya diharapkan dapat membantu
peserta diklat.
Bahan tugas ini merupakan simulasi yang diharapkan akan dilakukan oleh
peserta diklat selama pelatihan. Kesulitan-kesulitan yang dihadapi oleh peserta
pelatihan diharapkan dapat diselesaikan pada akhir pelatihan. Dengan demikian,
peserta akan dapat mengaplikasikannya dalam tugas sebagai pejabat statistisi.

Petunjuk:
Selama pelatihan dilaksanakan, buatlah daftar kegiatan yang dilakukan dan
masukkan dalam unsur dan sub-unsur kegiatan sebagaimana pada lampiran.
1. Buatlah surat permohonan pengajuan menjadi pejabat statistisi dengan dilampiri
berkas-berkasnya.
2. Catat dan lengkapilah semua kegiatan selama pelatihan dengan laporan yang
sesuai dan lengkapi dengan form-form yang diperlukan.
3. Pembagian peran dapat dilakukan oleh peserta pelatihan sendiri. Atasan
Langsung dapat diperankan oleh Sekretaris Kelas atau ketua kelompok.
Pembina Kepegawaian dapat diperankan oleh Ketua Kelas.

DFS-ADM-101: Sistem Penilaian dan Administrasi Jabatan Statistisi T-01. 35


DAFTAR BACAAN DAFTAR BACAAN
Liang Gie, The. Sutarto. 1979. Pengertian, Kedudukan, dan Perincian Ilmu
Administrasi. Edisi kedua, Cet. keempat. Yogyakarta: Karya Kencana.
Lembaga Administrasi Negara (LAN) Republik Indonesia. 1997. Sistem Administrasi
Negara Republik Indonesia. Jilid I/ Edisi ketiga. Jakarta: PT. Toko Gunung Agung.
Pfiffuer, John M., Robert Presslus. 1967. Public Administration. New York: The
Ronald Press Company.

T-01. 36 DFS-ADM-101: Sistem Penilaian dan Administrasi Statistisi

Anda mungkin juga menyukai