Anda di halaman 1dari 35

PENGENALAN JABATAN

Bagi Peserta Latihan Dasar


Pegawai Pemerintah Dengan Perjanjian Kerja

OLEH:
TIM PENYUSUN
JACK BENGNGU
JHON TAKESAN
YOHANES ALI
GREG M. TAE

BADAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA


DAERAH PROVINSI NTT 2022

Modul Pengenalan Jabatan |i


KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa,
karena atas berkat dan rahmat-Nya, penulis diberikan kesehatan, kemudahan dalam
menyusun Modul Pengenalan Jabatan bagi Pejabat Pemerintah Dengan
Perjanjian Kerja (PPPK) dapat diselesaikan dengan baik. Tujuan penulisan
modul ini adalah sebagai referensi PPPK untuk meningkatkan Pengetahuan,
Ketrampilan dan Sikap Perilaku PPPK tentang Tugas Jabatan, Uraian Jabatan dan
Tanggung Jawab dalam Jabatannya.
Peserta Latsar PPPK dapat difasilitasi melalui modul ini agar mampu
menjelaskan dan mengaplikasikan tugas tanggung jawab sebagai pelayan publik di
bidang tugas jabatannya. Peserta Latsar PPPK diharapkan mendalami modul ini
dan atas bekal hasil belajar yang diperoleh peserta dapat:
1) Menjelaskan Tugas dan Uraian Jabatannnya;
2) Menjelaskan Tanggung Jawab dalam Jabatannnya;
3) Menjalankan tugas jabatannya.
Dengan demikian Peserta Latsar PPPK memiliki kemampuan untuk:
1) Mengetahui dan Memahami Jabatannya
2) Mengetahui dan Memahami Tanggung Jawab dalam Jabatannnya.
3) Melaksanakan Tugas Jabatan dalam pelayanan publik selama maupun sesudah
mengikuti Pendidikan dan Pelatihan Dasar .
Sadar bahwa modul ini masih jauh dari sempurna. Kami mohon kesediaan pembaca
memberikan saran konstruktif demi penyempurnaannya. Semoga modul ini dapat
bermanfaat bagi aparatur kediklatan dan semua pembaca khususnya ASN PPPK
pengemban karir Jabatan Fungsional tertentu .
Akhir kata kami ucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah
mendukung kelancaran penyusunan Modul Pengenalan Jabatan bagi PPPK ini,
semoga Tuhan memberkati kita semua.

Tim Penulis

Modul Pengenalan Jabatan | ii


DAFTAR ISI
HALAMAN DEPAN……………………………………………………………... i
KATA PENGANTAR…………………………………………………………….. ii
DAFTAR ISI……………………………………………………………………… iii
DAFTAR TABEL………………………………………………………………… v
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang……………………………………………………… 1
1.2. Deskripsi Singkat…………………………………………………… 3
1.3. Tujuan Pembelajaran…………………………………….................. 3
1.3.1 Hasil Belajar………………………………………………... 3
1.3.2 Indikator Hasil Belajar…………………...…………………. 3
1.3.3 Kegiatan Pembelajaran……………………………...……… 3
1.4. Materi Pokok Dan Sub Materi Pokok………………………………. 4
BAB II TUGAS DAN URAIAN JABATAN
2.1.Kedudukan Hukum PPPK dalam UU ASN………………................ 6
2.2.Pengenalan Tugas Jabatan PPPK………………………………….. 8
2.3.Pengenalan Uraian Jabatan PPPK………………………................. 9
2.4.Latihan……………………………………………………………… 13
2.5.Rangkuman…………………………………………………………. 13
2.6.Evaluasi ……………………………………………………………. 14
2.7.Umpan Balik………………………………………………..………. 14
BAB III TANGGUNG JAWAB DALAM JABATAN PPPK
3.1.Konsep Tanggung Jawab…………………………………………… 15
3.2.Aspek-Aspek Tanggung Jawab………………………….................. 17
3.3.Jenis Tanggung Jawab……………………………………………… 18
3.4.Ciri-Ciri Tanggung Jawab……………………………….................. 19
3.5.Latihan……………………………………………………………… 19
3.6.Rangkuman ………………………………………………………… 20
3.7.Evaluasi………………………………………………….................. 20
3.8.Umpan Balik………………………………………………………... 20
BAB IV PEDOMAN PELAKSANAAN PEKERJAAN

Modul Pengenalan Jabatan | iii


4.1.Standar Pelayanan dan Standart Operating Procedure SOP)……… 22
4.1.1. Standar Pelayanan………………………………………….. 22
4.1.2. Standart Operating Procedure SOP)………………………. 24
4.2.Implementasi Standar Pelayanan Dan SOP Dalam Pelayanan Publik…. 25
4.3.Latihan……………………………………………………………… 26
4.4.Rangkuman………………………………………………………..... 26
4.5.Evaluasi…………………………………………………………….. 27
4.6.Umpan Balik………………………………………………………... 27
BAB V PENUTUP
5.1.Kesimpulan…………………………………………………………. 28
5.2.Saran………………………………………………………………... 28
DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………………………. 29

Modul Pengenalan Jabatan | iv


DAFTAR TABEL

Tabel 1……………..……………………………………………………………... 5
Tabel 2.………………………………………...………………………………….. 8

Modul Pengenalan Jabatan |v


BAB I
PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang
Untuk mewujudkan tujuan nasional, dibutuhkan Pegawai Aparatur Sipil
Negara (ASN) yang diserahi tugas untuk melaksanakan tugas pelayanan publik,
tugas pemerintahan, dan tugas pembangunan tertentu. Tugas pelayanan publik
dilakukan dengan memberikan pelayanan atas barang, jasa, dan/atau pelayanan
administratif yang disediakan pegawai ASN. Adapun tugas pemerintahan
dilaksanakan dalam rangka penyelenggaraan fungsi umum pemerintahan yang
meliputi pendayagunaan kelembagaan, kepegawaian, dan ketatalaksanaan.
Sedangkan dalam rangka pelaksanaan tugas pembangunan tertentu dilakukan
melalui pembangunan bangsa (cultural and political development) serta melalui
pembangunan ekonomi dan sosial (economic and social development) yang
diarahkan untuk meningkatkan kesejahteraan dan kemakmuran seluruh
masyarakat. Untuk dapat menjalankan tugas pelayanan publik, tugas
pemerintahan, dan tugas pembangunan tertentu, pegawai ASN harus memiliki
profesi dan manajemen ASN yang berdasarkan Sistem Merit. Sistem Merit
adalah kebijakan dan manajemen ASN yang berdasarkan pada kualifikasi,
kompetensi, dan knerja secara adil dan wajar dengan tanpa membedakan latar
belakang politik, ras, warna kulit, agama, asal usul, jenis kelamin, status
pernikahan, umur, atau kondisi kecacatan.
Sistem merit tersebut merupakan perbandingan antara kualifikasi,
kompetensi, dan kinerja yang dibutuhkan oleh jabatan dengan kualifikasi,
kompetensi, dan kinerja yang dimiliki oleh calon dalam rekrutmen,
pengangkatan, penempatan, dan promosi pada jabatan yang dilaksanakan secara
terbuka dan kompetitif, sejalan dengan tata kelola pemerintahan yang baik3 .
Undang-Undang (UU) Nomor 5/2014 tentang Aparatur Sipil Negara (UU ASN)
telah disahkan dan ditetapkan oleh pemerintah, serta diundangkan pada tanggal
15 Januari 2014. UU ASN mengatur hal baru mengenai kedudukan pegawai
diluar ASN, yaitu Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja (PPPK),

Modul Pengenalan Jabatan |1


sehingga berdasarkan UU ASN kategori pegawai ASN dibedakan menjadi dua
jenis, meliputi Pegawai Negeri Sipil atau PNS dan PPPK. Sebagaimana
dijelaskan dalam UU tersebut, PPPK adalah warga negara Indonesia yang
memenuhi syarat tertentu, yang diangkat berdasarkan perjanjian kerja untuk
jangka waktu tertentu dalam rangka melaksanakan tugas pemerintahan4 . PPPK
diangkat oleh Pejabat Pembina Kepegawaian (PPK)5 sesuai dengan kebutuhan
instansi pemerintah dan ketentuan yang diatur dalam UU ASN. Dalam rangka
implementasi tata kelola kepegawaian bagi pegawai ASN, maka dibutuhan suatu
Manajemen ASN, yang merupakan pengelolaan ASN untuk menghasilkan
pegawai ASN yang profesional, memiliki nilai dasar, etika profesi, bebas dari
intervensi politik, bersih dari praktik korupsi, kolusi, dan nepotisme6 .
Manajemen ASN dapat dikategorikan menjadi dua, yaitu Manajemen PNS dan
Manajemen PPPK yang perlu diatur secara menyeluruh dengan menerapkan
norma, standar, dan prosedur. Pemerintah telah menerbitkan Peraturan
Pemerintah (PP) 11/2017 tentang Manajemen PNS, yaitu pengelolaan PNS
untuk menghasilkan PNS yang profesional, memiliki nilai dasar, etika profesi,
bebas dari intervensi politik, bersih dari praktik korupsi, kolusi, dan nepotisme7
. Kegiatan Manajemen PNS meliputi penyusunan dan penetapan kebutuhan,
pengadaan, pangkat dan jabatan, pengembangan karier, pola karier, promosi,
mutasi, penilaian kinerja, penggajian dan tunjangan, penghargaan, disiplin,
pemberhentian, jaminan pensiun dan jaminan hari tua, dan perlindungan8
Terkait dengan pengelolaan kepegawaian bagi PPPK, pemerintah juga
telah menerbitkan PP 49/2018 tentang Manajemen PPPK, yaitu pengelolaan
PPPK untuk menghasilkan pegawai pemerintah dengan perjanjian kerja yang
profesional, memiliki nilai dasar, etika profesi, bebas dari intervensi politik,
bersih dari praktek korupsi, kolusi dan nepotisme. Ruang lingkup Manajemen
PPPK sendiri meliputi penetapan kebutuhan, pengadaan, penilaian kinerja, gaji
dan tunjangan, pengembangan kompetensi, pemberian penghargaan, disiplin,
pemutusan hubungan perjanjian kerja, dan perlindungan. Sebagai wujud
implementasi ketentuan PP 49/2018, maka diperlukan suatu aturan teknis yang
lebih mudah dalam penerapannya. Guna melaksanakan ketentuan Pasal 94 ayat

Modul Pengenalan Jabatan |2


(1) UU ASN serta Pasal 74 ayat (3) dan Pasal 106 PP 11/2017 tentang
Manajemen PNS, telah ditetapkan Peraturan Presiden (Perpres) tentang jenis
jabatan yang dapat diisi oleh PPPK. Hal tersebut untuk membatasi jenis jabatan
apa saja serta kriteria jabatan yang diperlukan dalam menentukan jabatan yang
dapat diisi oleh PPPK, sehingga meminimalisir adanya potensi diskriminasi
maupun kecemburuan sosial diantara pegawai ASN dengan PPPK. Tulisan
hukum ini akan memberikan penjelasan secara deskriptif normatif mengenai
jenis-jenis jabatan ASN di lingkungan instansi pemerintah yang dapat diisi oleh
PPPK serta kriteria jabatan yang dipersyaratkan guna menduduki jabatan ASN
tertentu di lingkungan instansi pemerintah, dalam perspektif peraturan
perundangundangan yang berlaku.

1.2.Deskripsi Singkat
Dalam Mata Diklat Pengenalan Jabatan ini membekali peserta tentang
Pengetahuan, Ketrampilan dan Sikap Perilaku berkenaan dengan Tugas dan
Uraian Jabatan dan Tanggung Jawab dalam Jabatannya dengan berpedoman
pada regulasi dan standar kode etik profesi ASN. Substansi pembahasan
berfokus pada Pemahaman Tugas Pokok, Tanggug Jawab dalam Tugas jabatan
yang pada akhirnya memampukan peserta melaksanakan tugas jabatan dengan
baik sesuai stndar norma regulasi yang berlaku.

1.3.Tujuan Pembelajaran
1.3.1. Hasil Belajar
Setelah mengikuti pembelajaran ini, Peserta mampu menjelaskan dan
mengaplikasikan tugas dan tanggung jawab sebagai pelayan publik
sesuai dengan jabatannya
1.3.2. Indikator Hasil Belajar
1. menjelaskan tugas dan uraian jabatannya
2. menjelaskan tanggung jawab dalam jabatannya
3. menjalankan tugas jabatannya

Modul Pengenalan Jabatan |3


1.3.3. Kegiatan Pembelajaran
Mata Pelatihan ini terdiri dari tiga kegiatan belajar,
yakni sebagai berikut:
1. Tugas dan Uraian Jabatan
2. Tanggung Jawab Dalam Jabatan
3. Pedoman Pelaksanaan Pekerjaan
Untuk membantu Anda dalam mempelajari modul
ini, ada silahkan memperhatikan beberapa petunjuk belajar
berikut ini:
1. Bacalah dengan cermat bagian pendahuluan modul ini sampai
Saudara memahami secara tuntas tentang apa, untuk apa, dan
bagaimana mempelajari modul ini
2. Baca sepintas bagian demi bagian dan temukan kata-kata kunci
dari kata-kata yang dianggap baru. Carilah dan baca pengertian kata-
kata kunci tersebut
3. Tangkaplah pengertian demi pengertian dari isi modul ini melalui
pemahaman sendiri dan tukar pikiran dengan peserta diklat lain atau
dengan narasumber/fasilitator Saudara
4. Untuk memperluas wawasan, baca dan pelajari sumber-sumber
lain yang relevan Saudara dapat menemukan bacaan dari berbagai
sumber, termasuk dari internet
5. Mantapkan pemahaman Saudara dengan mengerjakan latihan dalam
modul serta mengikuti kegiatan diskusi dalam kegiatan tutorial
dengan peserta diklat lain
6. Jangan dilewatkan untuk mencoba menjawab soal-soal yang
dituliskan pada setiap akhir kegiatan belajar.
Hal ini berguna untuk mengetahui apakah Anda sudah
memahami dengan benar kandungan modul ini. Selamat belajar!

Modul Pengenalan Jabatan |4


1.4.Materi Pokok dan Sub Materi Pokok
Materi Pokok dan Sub Materi Pokok dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 1: Materi Pokok dan Sub Materi Pokok

Materi Pokok Sub Materi Pokok


Tugas dan 1. Kedudukan Hukum PPPK dalam UU ASN
Uraian Jabatan 2. Konsep Tugas dan Uraian Jabatan
3. Pengenalan Tugas Jabatan PPPK
Tanggung 1. Konsep Tanggung Jawab
Jawab Dalam 2. Aspek-Aspek Tanggung Jawab
Jabatan 3. Jenis Tanggung Jawab
4. Ciri-Ciri Tanggung Jawab
5. Faktor Yang Mempengaruhi Tanggung
Jawab
6. Tanggung Jawab Dalam Jabatan PPPK
Pedoman 1. Standar Pelayanan Dan Standart Operating
Pelaksanaan Procedure (SOP)
Pekerjaan 2. Implementasi Standar Pelayanan Dan SOP Dalam
Pelayanan Publik

Modul Pengenalan Jabatan |5


BAB II
TUGAS DAN URAIAN JABATAN PPPK

2.1. Kedudukan Hukum PPPK dalam UU ASN


Kedudukan hukum PPPK sebagai ASN diatur dalam UU ASN dan
peraturan turunannya yaitu PP 11/2017, PP 49/2018 tentang Manajemen PPPK
dan Peraturan Badan Kepegawaian Negara tentang Petunjuk Teknis Pengadaan
PPPK. Manajemen PPPK sendiri merupakan kegiatan pengelolaan PPPK untuk
menghasilkan pegawai pemerintah dengan perjanjian kerja yang profesional,
memiliki nilai dasar, etika profesi, bebas dari intervensi politik, bersih dari
praktik korupsi, kolusi dan nepotisme. Dengan diterbitkannya UU UU ASN,
berarti mencabut pemberlakuan UU 8/1974 tentang Pokok-Pokok Kepegawaian
sebagaimana telah diubah dengan UU 43/1999. Rezim UU 8/1974 beserta
perubahannya, hanya mengenal istilah “pegawai negeri” yang mencakup PNS,
Anggota Tentara Nasional Indonesia (TNI), dan Anggota Kepolisian Republik
Indonesia (POLRI). Sementara itu, TNI dan POLRI sendiri telah memiliki
pengaturan yang mandiri dan komprehensif sebagai tuntutan dimulainya era
reformasi, dengan diundangkannya UU 34/2004 tentang TNI dan UU 2/2002
tentang POLRI. Lahirnya UU ASN merupakan terobosan baru bagi dunia
kepegawaian dengan munculnya terminologi baru yang disebut PPPK, sehingga
ASN tidak hanya terdiri dari PNS melainkan juga PPPK yang merupakan
pendatang baru dalam lingkungan instansi pemerintah. UU ASN secara tegas
dalam menyebutkan bahwa “Pegawai ASN adalah PNS dan PPPK yang
diangkat oleh Pejabat Pembina Kepegawaian dan diserahi tugas dalam suatu
jabatan pemerintahan atau diserahi tugas negara lainnya dan digaji berdasarkan
peraturan perundang-undangan. Sebagaimana dijelaskan sebelumnya, bahwa
PPPK didefinisikan sebagai warga negara Indonesia yang memenuhi syarat
tertentu, yang diangkat berdasarkan perjanjian kerja untuk jangka waktu tertentu
dalam rangka melaksanakan tugas pemerintahan. Namun demikian, pengelolaan
PPPK tentu memiliki perbedaan jika dibandingkan dengan PNS yang telah
memiliki perangkat aturan yang mapan. Pengelolaan PPPK sendiri diatur lebih

Modul Pengenalan Jabatan |6


lanjut dalam PP 49/2018 tentang Manajemen PPPK, sebagai manifestasi
pelaksanaan ketentuan Pasal 107 UU ASN. Keuntungan menjadi PPPK
dibandingkan dengan PNS adalah : 1) Multi level entry, di mana tidak seperti
PNS yang harus meniti karier dari jenjang jabatan terendah, PPPK dapat masuk
melalui jenjang tertentu bahkan bisa langsung pada jenjang tertinggi pada
jabatan yang dibutuhkan oleh organisasi sesuai kriteria jabatan yang ditentukan
dalam PP 49/2018; 2) Penghasilan yang didapat akan setara dengan PNS.
Berbeda dengan honorer yang mendapat penghasilan kecil hingga di bawah
UMR, PPPK mendapat penghasilan sama dengan PNS jika mengisi jabatan yang
sama dengan PNS; 3) Mendapatkan fasilitas yang sama dengan PNS, seperti
tunjangan kematian dan tunjangan kecelakaan kerja; 4) Batas usia pelamaran
yang lebih panjang, jika seleksi CPNS batas usia pelamaran paling tinggi 35
tahun dan 40 tahun untuk jabatan tertentu, PPPK dapat melamar suatu jabatan
ASN dengan batas usia pelamaran hingga 1 tahun sebelum batas usia pensiun
jabatan yang dilamar; 5) Dapat dikontrak hingga batas usia pensiun jabatan,
minimal 1 tahun dan dapat diperpanjang sesuai kebutuhan organisasi hingga
batas usia pensiun jabatan, dengan mempertimbangkan evaluasi kinerja setiap
tahunnya. Dari segi manajemen kepegawaian, terdapat perbedaan antara PNS
dan PPPK, yang secara garis besar dijelaskan pada tabel berikut:

Modul Pengenalan Jabatan |7


Tabel 2. Perbedaan PNS dan PPPK
PNS PPPK
(PP 11/2017) (PP 49/2018)
1. Menduduki jabatan pemerintahan 1. Menduduki jabatan pemerintahan
2. Mengisi seluruh jabatan ASN 2. Jabatan ASN yang dapat diisi:
3. Berstatus pegawai tetap Jabatan Fungsional & JPT
4. Memiliki NIP secara Nasional Madya dan Utama tertentu
5. Melaksanakan tugas 3. Diangkat dengan perjanjian
pemerintahan kerja sesuai kebutuhan instansi
6. Usia paling rendah 18 tahun 4. Memiliki NIP secara Nasional
dan paling tinggi 35 tahun 5. Melaksanakan tugas
7. Gaji berdasarkan perundang- pemerintahan
undangan 6. Usia paling rendah 20 tahun dan
8. Perlindungan: Pensiun, JHT, paling tinggi setahun sebelum
JamKes, JKK, JKM, BanHK batas usia pensiun (58 tahun)
9. PNS ada jenjang karirnya 7. Masa kerja paling singkat 1 tahun
hingga bisa menempati jabatan 8. Gaji berdasarkan perundang-
pimpinan utama undangan
9. Perlindungan: JHT, JamKes,
JKK, JKM, BanHK
10. PPPK hanya bisa menempati
jabatan pimpinan utama dan
madya lewat open bidding

2.2. Pengenalan Tugas Jabatan PPPK


Sebelum membahas tentang tugas jabatan PPPK perlu didefinisikan
Jabatan. Menurut Peraturan Presiden Tentang Jenis Jabatan Yang Dapat diisi
Oleh PPPK, pasal 1 disebutkan bahwa Jabatan merupakan Kedudukan Yang
Menunjukkan Tugas, tanggung jawab, wewenang, dan hak seseorang pegawai
ASN dalam suatu satuan organisasi. Definisi ini menunjukkan baik PNS
maupun PPPK diangkat dalam jabatan berdasarkan ketentuan peraturan
perundang-undangan. Kedudukan PPPK adalah:
1. Melaksanakan tugas pemerintahan yang bersentuhan langsung dengan
masyarakat (Pendidikan, Kesehatan serta urusan teknis lainnya)
2. Diangkat dengan perjanjian kerja sesuai kebutuhan masing-masing Instansi
3. Memiliki Nomor Induk PPPK (NI PPPK) yang berfungsi sebagai Nomor
Register dalam memudahkan Evaluasi Kinerja PPPK
4. Melaksanakan langsung tugas yang diperintahkan

Modul Pengenalan Jabatan |8


5. Usia paling rendah 20 tahun dan paling tinggi setahun sebelum batas usia
pensiun (58 Tahun)
6. Masa hubungan perjanjian kerja (MHPK) paling singkat 1 tahun dan
paling lama 5 tahun
7. Gaji berdasarkan perundang-undangan
8. Dalam menjalankannya tugasnya PPPK wajib berkoordinasi dengan PNS
9. Seragam PPPK dan PNS wajib berbeda agar tidak ada multitafsir publik
Selanjutnya sesuai amanat UU 5/2014, pasal 11 PPPK sebagai salah satu
profesi dari ASN memiliki tugas:
1. Melaksanakan kebijakan publik yang dibuat oleh Pejabat Pembina
Kepegawaian sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan
2. Memberikan pelayanan publik yang profesional dan berkualitas
3. Mempererat persatuan dan kesatuan Negara Kesatuan Republik Indonesia

2.3. Pengenalan Uraian Jabatan PPPK (Provinsi dan Kabupaten)


Jabatan PPPK dapat diuraikan berdasarkan jenis jabatannya. Secara umum,
jenis Jabatan ASN dalam UU 5/2014 berbeda jauh dengan jabatan PNS saat
ini baik dari segi istilah dan fungsi pokoknya. Kedudukan jabatan PNS pada
sistem birokrasi Indonesia saat ini yang dianggap belum sempurna menjadi satu
pertimbangan pelaksanaan reformasi birokrasi. Berdasarkan UU ASN, pegawai
terdiri dari PNS dan PPPK yang diangkat oleh Pejabat Pembina Kepegawaian
dan diserahi tugas dalam suatu jabatan pemerintahan atau diserahi tugas negara
lainnya dan digaji. Sesuai UU ASN, jabatan di lingkungan ASN terdiri atas
Jabatan Administrasi, Jabatan Fungsional, dan Jabatan Pimpinan Tinggi.
1. Jabatan Administrasi (JA), adalah sekelompok jabatan yang berisi fungsi
dan tugas berkaitan dengan pelayanan publik serta administrasi
pemerintahan dan pembangunan. Jabatan Administrasi terdiri dari Jabatan
Administrator, Jabatan Pengawas, dan Jabatan Pelaksana
2. Jabatan Fungsional (JF), merupakan sekelompok jabatan yang berisi fungsi
dan tugas berkaitan dengan pelayanan fungsional yang berdasarkan pada
keahlian dan keterampilan tertentu. Jabatan Fungsional dalam ASN terdiri

Modul Pengenalan Jabatan |9


dari dua jabatan, yaitu Jabatan Fungsional Keahlian dan Jabatan Fungsional
Keterampilan. Jabatan Fungsional Keahlian meliputi Ahli Pertama, Ahli
Muda, Ahli Madya, dan Ahli Utama. Sementara itu terkait Jabatan
Fungsional Keterampilan terdiri atas Pemula, Terampil, Mahir, dan
Penyelia.
3. Jabatan Pimpinan Tinggi (JPT), adalah sekelompok jabatan tertinggi
pada instansi dan perwakilan. JPT terdiri dari JPT Utama, JPT Madya, dan
JPT Pratama. Jabatan Pimpinan Tinggi berfungsi memimpin dan
memotivasi setiap Pegawai ASN pada Instansi Pemerintah melalui:
a. kepeloporan dalam bidang:
1) keahlian profesional;
2) analisis dan rekomendasi kebijakan; dan
3) kepemimpinan manajemen.
b. pengembangan Kerjasama dengan Instansi lain; dan
c. keteladanan dalam mengamalkan nilai-nilai dasar ASN dan
melaksanakan kode etik dan kode perilaku ASN
Untuk setiap JPT ditetapkan syarat kompetensi, kualifikasi, kepangkatan,
pendidikan dan pelatihan, rekam jejak jabatan dan integritas, serta persyaratan
lain yang dibutuhkan. Ketentuan lebih lanjut mengenai penetapan syarat
kompetensi, kualifikasi, kepangkatan, pendidikan dan pelatihan, rekam jejak
jabatan dan integritas, serta persyaratan lain yang dibutuhkan JPT diatur dengan
Peraturan Pemerintah.
Jenis jabatan ASN sebagaimana diuraikan tersebut di atas, pada
dasarnya dapat diisi oleh semua kalangan pegawai PNS yang memenuhi
persyaratan kompetensi, kualifikasi, kinerja, ataupun persyaratan lain yang
diperlukan. Namun demikian, tidak semua klaster jabatan ASN tersebut dapat
diisi oleh pegawai PPPK sehingga memang terdapat pembatasan yang
bersifat proporsional guna meminimalisir potensi kecemburuan sosial antara
PNS dan PPPK.
Kesempatan bagi PPPK untuk dapat menduduki sebuah jabatan, hanya
terbatas untuk posisi JF dan JPT, sedangkan JA menjadi pengecualian. Menurut
UU ASN, jabatan yang dapat diisi oleh PPPK diatur lebih lanjut dengan

Modul Pengenalan Jabatan | 10


Peraturan Presiden (Perpres). Hal tersebut telah diwujudkan dengan terbitnya
Perpres 38/2020 tentang Jenis Jabatan yang Dapat Diisi Oleh PPPK, yang
dimaksudkan untuk memberikan guideline terkait jenis dan kriteria jabatan
yang dapat diisi oleh PPPK.
Jabatan yang dapat diisi oleh PPPK meliputi Jabatan Fungsional (JF) dan
Jabatan Pimpinan Tinggi (JPT), hanya JPT Utama Tertentu dan JPT Madya
Tertentu. Selain jabatan tersebut, Menteri dapat menetapkan jabatan lain
yang dapat diisi PPPK. Jabatan Lain bukan merupakan jabatan struktural tetapi
menjalankan fungsi manajemen pada instansi pemerintah. Jabatan lain tersebut
bukan Jabatan Administrasi (JA) ataupun JPT, namun dapat disetarakan
dengan JA atau JPT Pratama sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.
Adapun kriteria JF yang dapat diisi oleh PPPK, yaitu
sebagai berikut :
1. Jabatan yang kompetensinya tidak tersedia atau terbatas di kalangan PNS
2. Jabatan yang diperlukan untuk percepatan peningkatan kapasitas organisasi
3. Jabatan yang diperlukan untuk percepatan pencapaian tujuan strategis
nasional
4. Jabatan yang mensyaratkan sertifikasi teknis dari organisasi profesi
5. bukan Jabatan di bidang rahasia negara, pertahanan, keamanan,
pengelolaan aparatur negara, kesekretariatan negara, pengelolaan sumber
daya alam, pengelolaan keuangan negara, dan hubungan luar negeri
6. bukan Jabatan yang menurut UU, PP, dan Perpres harus diisi oleh PNS
Pengisian JF dapat dilakukan pada setiap jenjang jabatan sesuai dengan
penetapan kebutuhan. JF yang dapat diisi oleh PPPK tercantum dalam lampiran
Perpres 38/2020, dimana terdapat 147 jabatan fungsional, mulai dari
administrator, analis, apoteker, dokter, konselor, pelatih olahraga, instruktur,
pranata komputer, dan jabatan fungsional lain hingga widyaiswara. Namun
demikian, “dalam hal terdapat kebutuhan untuk percepatan peningkatan
kapasitas organisasi atau percepatan pencapaian tujuan strategi nasional,
Menteri dapat melakukan perubahan jenis JF yang dapat diisi oleh PPPK
dengan tetap berdasarkan kriteria sebagaimana diatur dalam Perpres, dan

Modul Pengenalan Jabatan | 11


pelaksanaannya dikoordinasikan dengan kementerian/lembaga terkait. Selain
itu, Perpres 38/2020 juga mengatur kriteria JPT (meliputi JPT Utama Tertentu
dan JPT Madya Tertentu) yang dapat diisi oleh PPPK, yaitu :
1. Jabatan yang kompetensinya tidak tersedia atau terbatas di kalangan PNS;
2. Jabatan yang diperlukan untuk percepatan peningkatan kapasitas organisasi;
3. Jabatan yang diperlukan untuk percepatan pencapaian tujuan strategis
nasional;
4. Bukan Jabatan yang berkedudukan sebagai PPK atau PyB;
5. Bukan Jabatan di bidang rahasia negara, pertahanan, keamanan,
pengelolaan aparatur negara, kesekretariatan negara, pengelolaan sumber
daya alam, pengelolaan keuangan negara, dan hubungan luar negeri; dan
6. Bukan Jabatan yang menurut UU, PP, dan Perpres harus diisi oleh PNS.
Jabatan Lain tersebut, dapat berupa penyetaraan terkait kedudukan jabatan
ataupun penyetaraaan hak-hak keuangan dan fasilitas, sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan. Selain keenam poin tersebut, terdapat kriteria
tambahan bagi PPPK yang ingin menduduki Jabatan lain, yaitu:
1. Jabatan pada Instansi Pemerintah yang merupakan satuan kerja organisasi;
2. Jabatan yang tugas dan fungsinya memberikan dukungan teknis pada
anggota lembaga nonstruktural;
3. Jabatan yang tugas dan fungsinya memberikan dukungan teknis
manajemen pada lembaga nonstruktural dan kesekretariatan lembaga negara;
4. Jabatan pimpinan pada perguruan tinggi negeri di bawah kementerian
yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang pendidikan tinggi
atau di bawah kementerian yang menyelenggarakan urusan pemerintahan
di bidang agama, kecuali jabatan pemimpin perguruan tinggi negeri dan
jabatan lain yang membidangi keuangan, kepegawaian, dan barang milik
negara;
5. Jabatan pimpinan pada rumah sakit milik pemerintah daerah;atau
6. Jabatan pada lembaga penyiaran publik.

Modul Pengenalan Jabatan | 12


2.4. Latihan
1. Peserta diminta untuk menjelaskan tentang perbedaan jabatan PNS dan
PPPK berdasarkan dasar hukum
2. Peserta diminta untuk menjelaskan uraian jabatan PPPK
3. Peserta dimita untuk menjelaskan tentang kriteria JF yang dapat diisi oleh
PPPK

2.5. Rangkuman
Kedudukan hukum PPPK sebagai ASN diatur dalam UU ASN dan peraturan
turunannya yaitu PP 11/2017, PP 49/2018 tentang Manajemen PPPK dan
Peraturan Badan Kepegawaian Negara tentang Petunjuk Teknis Pengadaan
PPPK. Manajemen PPPK sendiri merupakan kegiatan pengelolaan PPPK
untuk menghasilkan pegawai pemerintah dengan perjanjian kerja yang
profesional, memiliki nilai dasar, etika profesi, bebas dari intervensi politik,
bersih dari praktik korupsi, kolusi dan nepotisme. Kesempatan bagi PPPK
untuk dapat menduduki sebuah jabatan, hanya terbatas untuk posisi JF dan JPT,
sedangkan JA menjadi pengecualian. Menurut UU ASN, jabatan yang dapat
diisi oleh PPPK diatur lebih lanjut dengan Peraturan Presiden (Perpres). Hal
tersebut telah diwujudkan dengan terbitnya Perpres 38/2020 tentang Jenis
Jabatan yang Dapat Diisi Oleh PPPK, yang dimaksudkan untuk memberikan
guideline terkait jenis dan kriteria jabatan yang dapat diisi oleh PPPK. Jabatan
yang dapat diisi oleh PPPK meliputi Jabatan Fungsional (JF) dan Jabatan
Pimpinan Tinggi (JPT), hanya JPT Utama Tertentu dan JPT Madya Tertentu.
Selain jabatan tersebut, Menteri dapat menetapkan jabatan lain yang dapat
diisi PPPK. Jabatan nain bukan merupakan jabatan struktural tetapi
menjalankan fungsi manajemen pada instansi pemerintah. Jabatan lain tersebut
bukan Jabatan Administrasi (JA) ataupun JPT, namun dapat disetarakan
dengan JA atau JPT Pratama sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.

Modul Pengenalan Jabatan | 13


2.6. Evaluasi
1. Jelaskan Dasar Hukum tentang jabatan PPPK!
2. Bagaimanakah kedudukan PPPK sebagai pegawai ASN?
3. Jenis jabatan apa saja yang dapat diisi oleh PPPK?

2.7. Umpan Balik


Apabila Anda telah mampu menjelaskan Latihan dan Evaluasi pada Bab ini,
berarti Anda telah menguasai topik ini dengan baik. Akan tetapi, jika Saudara
masih ragu dengan pemahaman Anda mengenai materi yang terdapat dalam
Bab ini, maka Saudara perlu melakukan pembelajaran kembali secara lebih
intensif.

Modul Pengenalan Jabatan | 14


BAB III

TANGGUNG JAWAB PPPK DALAM JABATANNNYA

3.1.Konsep Tanggung Jawab


Tanggung jawab memegang peranan penting dalam setiap aspek
kehidupan manusia. Seseorang akan bertindak seenaknya sendiri jika tidak
memiliki tanggung jawab. Sebaliknya, jika memiliki tanggung jawab yang
tinggi maka akan mendorong seseorang untuk menyelesaikan suatu pekerjaan
dengan baik. Lantas apa itu tanggung jawab?
Menurut Munawar (2007) tanggung jawab merupakan perbedaan
antara benar dan yang salah, yang boleh dan yang dilarang, yang dianjurkan
dan yang dicegah, yang baik dan yang buruk, dan sadar bahwa harus menjauhi
segala yang bersifat negatif dan mencoba membina diri untuk selalu
menggunakan hal-hal yang positif. Seseorang tidak lagi tergoda untuk berbuat
sama dengan orang lain, sekalipun orang lain itu berjumlah banyak,
bersikeras untuk dianut, dan ditantang dengan ancaman ataupun hukuman.
Wiyoto (2001) merumuskan tanggung jawab sebagai kemampuan
untuk membuat keputusan yang pantas dan efektif. Pantas berarti merupakan
menetapkan pilihan yang terbaik dalam batas-batas normal sosial dan harapan
yang umum diberikan, untuk meningkatkan hubungan antar manusia yang
positif, keselamatan, keberhasilan, dan kesejahteraan mereka sendiri,
misalnya menanggapi sapaan dengan senyuman. Sedangkan tanggapan
yang efektif berarti tanggapan yang memampukan seseorang mencapai tujuan-
tujuan yang hasil akhirnya adalah makin kuatnya harga diri mereka, mampu
bertanggung jawab jika melakukan tugas rutin, tanpa diberi tahu, dapat
menjelaskan apa yang dilakukannya, tidak menyalahkan orang lain yang
berlebihan, bahkan mampu menentukan pilihan dari beberapa alternatif.
Lebih jauh Mudjiono (2012) mendefinisikan tanggung jawab sebagai
sikap yang berkaitan dengan janji atau tuntutan terhadap hak, tugas, kewajiban
sesuai dengan aturan, nilai, norma, adat-istiadat yang dianut warga masyarakat.
Pernyataan tesebut dipertegas lagi oleh Burhanuddin (2000), bahwa tanggung

Modul Pengenalan Jabatan | 15


jawab adalah kesanggupan untuk menetapkan sikap terhadap suatu perbuatan
yang diemban dan kesanggupan untuk memikul resiko dari sesuatu perbuatan
yang dilakukan.
Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa tanggung jawab
merupakan kemampuan untuk memahami mengenai apa yang bersifat positif
dan negatif, berusaha untuk mencoba untuk tidak melakukan hal yang
negatif dan berusaha melakukan hal yang postif. Tanggung jawab merupakan
mengambil keputusan yang patut dan efektif, merupakan pilihan yang terbaik
dalam batas-batas norma sosial, kesanggupan untuk menentukan suatu sikap
dan memikul resiko terhadap apa yang telah dilakukannya.
Menurut Burhanudin (2000) tanggung jawab adalah kesanggupan
untuk menetapkan sikap terhadap suatu perbuatan atau tugas yang diemban
dan kesanggupan untuk memikul resiko dari suatu perbuatan yang
dilakukan. Aspek-aspek tanggung jawab menurut Burhanudin sebagai berikut:
a. Kesadaran
Memiliki kesadaran akan etika dan hidup jujur, melakukan perencanaan dan
melaksanakannya secara fleksibel, sikap produktif dalam mengembangkan
diri. Agar bisa memahami sikap dalam belajar bagi dirinya sendiri
b. Kecintaan atau Kesukaan Memiliki sikap empati, bersahabat, dalam
hubungan interpersonal. Hal ini dikarenakan individu melihat kebutuhan
yang lain dan memberikan potensi bagi dirinya. Dan untuk menunjukkan
ekspresi cintanya kepada individu lain.
c. Keberanian
Memiliki kemampuan bertindak independen, mampu melihat perilaku dari
segi konsekuensi atas dasar sistem nilai.
Dari aspek- aspek yang telah dijelaskan diatas bahwa aspek tanggung jawab
merupakan kesadaran akan etik, nilai, moral, kemampuan dalam
perencanaan, memiliki sikap produktif untuk mengembangkan diri dalam
kemampuan yang di milikinya serta memiliki hubungan interpersonal yang
baik (empati, bersahabat) dan kemampuan bertindak independen.

Modul Pengenalan Jabatan | 16


3.2.Jenis Tanggung Jawab
Menurut Tirtorahardjo, dalam karya ilmiah Parlina (2016) tentang
hubungan Self Regulated Learning dengan Tanggung Jawab, menyebutkan
bahwa tanggung jawab pada intinya terdiri dari tiga jenis yaitu: (1) tanggung
jawab kepada diri sendiri, (2) tanggung jawab kepada masyarakat, dan (3)
tanggung jawab kepada Tuhan. Berikut penjelasan dari ketiga jenis tanggung
jawab berdasarkan wujudnya:
1. Tanggung Jawab Kepada Diri Sendiri
Hakikat manusia sebagai makhluk individu yang mempunyai kepribadian
yang utuh, dalam bertingkah laku, dalam menentukan perasaan, dalam
menentukan keinginannya, dan dalam menuntut hak- haknya. Namun,
sebagai individu yang baik maka harus berani menanggung tuntutan
kata hati, misalnya dalam bentuk penyesalan yang mendalam.
2. Tanggung Jawab Kepada Masyarakat
Selain hakikat manusia sebagai makhluk individu, manusia juga sebagai
makhluk sosial yang berada di tengah-tengah masyarakat dan tidak
mungkin untuk hidup sendiri. Oleh karena itu, manusia dalam berpikir,
bertindak, berbicara dan segala aktivitasnya, manusia terikat oleh
masyarakat, lingkungan dan negara. Maka dari itu segala tingkahlaku
ataupun perbuatannya harus dipertanggungjawabkan kepada
masyarakat.Tanggung jawab kepada masyarakat juga menanggung
tuntutan-tuntutan berupa sanksi-sanksi dan norma-norma sosial, misalnya
seperti cemoohan masyarakat, hukuman penjara, dan lain-lain.
3. Tanggung Jawab Kepada Tuhan
Manusia di alam semesta ini tidaklah muncul dengan sendirinya,
namun ada yang menciptakan yaitu Tuhan YME. Sebagai makhluk ciptaan
Tuhan manusia wajib mengabdi kepadaNya dan juga menanggung tuntutan
norma-norma Agama serta melakukan kewajibannya terhadap Tuhan YME.
Sebagai bentuk perilaku bertanggung jawab kepada Tuhan misalnya yaitu
mempunyai perasaan berdosa dan terkutuk. Jenis tanggung jawab meliputi
tanggung jawab terhadap diri sendiri meliputi tingkah laku, perasaan,

Modul Pengenalan Jabatan | 17


menentukan hak-haknya. Tanggung jawab kepada masyarakat, meliputi
aturan, norma- norma yang ada dimana seseorang berada. Kemudian
tanggung jawab terhadap Tuhan, terkait dengan Agama yang dianutnya.

3.3.Ciri-ciri Tanggung Jawab


Sedangkan ciri-ciri seorang yang bertanggung jawab menurut
Astuti (2005) antara lain yaitu:

1. Melakukan tugas rutin tanpa harus diberi tahu, dia menyadari tanggung
jawabnya untuk mengerjakan tugas. Narwanti (2011) yang menyatakan
bahwa tanggung jawab adalah sikap dan perilaku seseorang untuk
melaksanakan tugas dan kewajibannya, yang seharusnya dia lakukan,
terhadap diri sendiri, masyarakat, lingkungan (alam, sosial, dan budaya),
Negara dan Tuhan Yang Maha Esa.
2. Dapat menjelaskan apa yang dilakukannya, setiap hal yang dilakukan
memiliki alasan yaitu maksud dan tujuannya.
3. Tidak suka menyalahkan orang lain atas kesalahan yang dilakukan
orang tersebut.
4. Bisa bekerja sendiri dengan senang hati
5. Bisa membuat keputusan yang berbeda dari keputusan orang lain
dalam kelompoknya
6. Punya beberapa saran atau minat yang ditekuni
7. Menghormati dan menghargai aturan
8. Dapat berkonsentrasi pada tugas-tugas yang rumit
9. Mengerjakan apa yang dikatakannya akan dilakukan
10. Mengakui kesalahan tanpa mengajukan alasan yang dibuat-buat.
Pendapat lain dari Zubaedi menyatakan bahwa tanggung jawab juga
ditandai dengan adanya sikap rasa memiliki, disiplin, dan empati. Rasa
memiliki maksudnya seseorang itu mempunyai kesadaran akan memiliki
tanggung jawab yang harus dilakukan; disiplin berarti seseorang itu bertindak
yang menunjukkan perilaku yang tertib dan patuh pada berbagai peraturan; dan

Modul Pengenalan Jabatan | 18


empati berarti seseorang itu mampu mengidentifikasi dirinya dalam keadaan
perasaan dan pikiran yang sama dengan orang atau kelompok lain dan tidak
merasa terbebani akan tanggung jawabnya itu.

3.4.Tanggung Jawab Dalam Jabatan PPPK


Berdasarkan uraian umum terkait tanggung jawab di atas maka tanggung
jawab dalam jabatan PPPK tentu saja lebih dititikberatkan pada tanggung
jawab sebagai ASN. Pada dasarnya ASN bertanggungjawab secara
menyeluruh untuk memenuhi kebutuhan kehidupan dalam bermasyarakat.
Guna mencapai tujuan nasional bangsa Indonesia tersebut diperlukan ASN
yang professional, bebas dari intervensi politik, bersih dari praktik korupsi,
kolusi dan nepotisme sehingga mampu untuk menyelenggarakan pelayanan
publik bagi masyarakat serta mampu untuk melaksanakan peran sebagai
perekat persatuan dan kesatuan bangsa berdasarkan Pancasila dan UUD
Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Dengan demikian sebagai PPPK,
memiliki tanggung jawab dalam jabatannya sesuai dengan amanat peraturan
perundang-undangan. Tanggung jawab tersebut melekat dalam tugas
jabatannya sebagai PPPK.
Pada tataran tanggung jawab tersebut maka setiap PPPK harus memiliki
akuntabilitas sebagai pelayan publik. Dalam konteks ASN Akuntabilitas
adalah kewajiban untuk mempertanggungjawabkan segala tindak dan
tanduknya sebagai pelayan publik kepada atasan, lembaga pembina, dan lebih
luasnya kepada publik. Akuntabilitas merujuk pada kewajiban setiap individu,
kelompok atau institusi untuk memenuhi tanggung jawab dari amanah yang
dipercayakan kepadanya.

3.5. Latihan
1. Peserta diminta untuk menjelaskan tentang tanggung jawabnya sebagai
PPPK.
2. Peserta diminta untuk menjelaskan tentang ciri-ciri orang yang bertanggung
jawab.

Modul Pengenalan Jabatan | 19


3. Peserta diminta untuk menjelaskan tentang tanggung jawabnya berdasarkan
uraian tugasnya.

3.6.Rangkuman
Tanggung jawab merupakan kemampuan untuk memahami mengenai apa yang
bersifat positif dan negatif, berusaha untuk mencoba untuk tidak
melakukan hal yang negatif dan berusaha melakukan hal yang postif. Tanggung
jawab merupakan mengambil keputusan yang patut dan efektif, merupakan
pilihan yang terbaik dalam batas-batas norma sosial, kesanggupan untuk
menentukan suatu sikap dan memikul resiko terhadap apa yang telah
dilakukannya. Prinsipnya, ASN bertanggungjawab secara menyeluruh untuk
memenuhi kebutuhan kehidupan dalam bermasyarakat. Guna mencapai tujuan
nasional bangsa Indonesia tersebut diperlukan ASN yang professional, bebas
dari intervensi politik, bersih dari praktik korupsi, kolusi dan nepotisme
sehingga mampu untuk menyelenggarakan pelayanan publik bagi masyarakat
serta mampu untuk melaksanakan peran sebagai perekat persatuan dan kesatuan
bangsa berdasarkan Pancasila dan UUD Negara Republik Indonesia Tahun
1945. Dengan demikian sebagai PPPK, memiliki tanggung jawab dalam
jabatannya sesuai dengan amanat peraturan perundang-undangan. Tanggung
jawab tersebut melekat dalam tugas jabatannya sebagai PPPK.

3.7.Evaluasi
1. Memurut Anda, apa itu tanggung jawab ?
2. Jelaskan jenis-jenis tanggung jawab!
3. tanggung jawab dalam jabatan PPPK tentu saja lebih dititikberatkan pada
tanggung jawab sebagai ASN. Mengapa demikian?

3.8. Umpan Balik


Apabila Anda telah mampu menjelaskan Latihan dan Evaluasi pada Bab ini,
berarti Anda telah menguasai topik ini dengan baik. Akan tetapi, jika Saudara
masih ragu dengan pemahaman Anda mengenai materi yang terdapat dalam

Modul Pengenalan Jabatan | 20


Bab ini, maka Saudara perlu melakukan pembelajaran kembali secara lebih
intensif.

Modul Pengenalan Jabatan | 21


BAB IV
PEDOMAN PELAKSANAAN PEKERJAAN

4.1.Standar Pelayanan dan Standar Operating Procedure (SOP)


4.1.1. Standar Pelayanan
Standar pelayanan adalah tolak ukur yang dipergunakan sebagai
pedoman penyelenggaraan pelayanan dan acuan penilaian kualitas
pelayanan sebagai kewajiban dan janji penyelenggara kepada
masyarakat dalam rangka pelayanan yang berkualitas, cepat, mudah,
terjangkau, dan teratur. Adanya Undang-Undang Nomor 25 Tahun
2009 Tentang Pelayanan Publik tentunya memberikan arahan kepada
seluruh penyelenggara pelayanan baik penyelenggara negara, BUMN,
BUMD hingga swasta maupun persorangan untuk menyelenggarakan
pelayanan yang terstandarisasi dengan memenuhi komponen standar
pelayanan.
Setiap penyelenggara pelayanan publik berkewajiban memenuhi 14
komponen standar pelayanan yang meliputi : 1) dasar hukum, peraturan
perundang-undangan yang menjadi dasar penyelenggaraan pelayanan;
2) persyaratan, syarat yang harus dipenuhi dalam pengurusan suatu jenis
pelayanan, baik persyaratan teknis maupun administratif; 3) sistem,
mekanisme dan prosedur, tata cara pelayanan yang dibakukan bagi
pemberi dan penerima pelayanan, termasuk pengaduan; 4) jangka waktu
penyelesaian, jangka waktu yang diperlukan untuk menyelesaiakan
seluruh proses pelayanan dari setiap jenis pelayanan; 5) biaya/tarif,
ongkos yang dikenakan kepada penerima layanan dalam mengurus
dan/atau memperoleh pelayanan dari penyelenggara yang besarnya
ditetapkan berdasarkan kesepakatan antara penyelenggara dan
masyarakat; 6) produk pelayanan, hasil pelayanan yang diberikan dan
diterima sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan; 7) sarana,
prasarana, dan/atau fasilitas, peralatan dan fasilitas yang diperlukan
dalam penyelenggaraan pelayanan, termasuk peralatan dan fasilitas bagi

Modul Pengenalan Jabatan | 22


kelompok rentan; 8) kompetensi pelaksana, kemampuan yang harus
dimiliki oleh pelaksana meliputi pengetahuan, keahlian, keterampilan,
dan pengalaman; 9) pengawasan internal, pengendalian yang dilakukan
oleh pimpinan satuan kerja atau atasan langsung pelaksana; 10)
penanganan pengaduan, saran, dan masukan, tata cara pelaksanaan
penanganan pengaduan dan tindak lanjutnya; 11) jumlah pelaksana,
tersedianya pelaksana sesuai dengan beban kerja; 12) jaminan
pelayanan yang memberikan kepastian pelayanan dilaksanakan sesuai
dengan standar pelayanan; 13) jaminan keamanan dan keselamatan
pelayanan dalam bentuk komitmen untuk memberikan rasa aman, bebas
dari bahaya dan risiko keragu-raguan; dan 14) evaluasi kinerja
pelaksanaan, penilaian untuk mengetahuai seberapa jauh pelaksanaan
kegiatan sesuai standar pelayanan.
Komponen standar pelayanan publik ini didesain untuk memberikan
akses informasi seluas-luasnya kepada publik sehingga masyarakat
dimudahkan menjangkau pelayanan dasar yang mengarah kepada
kesejahteran masyarakat. Di samping itu, dengan terpenuhinya standar
pelayanan tersebut, dapat meminimalisir tindakan-tindakan
maladminsitrasi seperti pungutan liar, penyimpangan prosedur,
penudaan berlarut dan sebagainya yang merupakan celah terjadinya
tindakan korupsi. Adanya standar pelayanan publik memberikan
keterbukaan akses informasi kepada masyarakat sehingga dalam sebuah
pelayanan baik persyaratan, prosedur, biaya dan jangka waktu dapat
diukur dan diketahui masyarakat tanpa mengalami kebingungan serta
menuntut pengawasan masyarakat dalam penyelenggaraannya. Dengan
terpenuhnya standar pelayanan publi tersebut, harapannya adalah
mewujudkan Indonesia menjadi welfare state yang dapat memenuhi
kebutuhan dasar sebagai bentuk mekanisme pemerataan terhadap
kesenjangan yang ada.
Sejurus dengan hal tersebut, Undang-Undang tersebut juga mengatur
9 hak masyarakat/pengguna pelayanan publik. Salah satunya,

Modul Pengenalan Jabatan | 23


masyarakat berhak untuk mengawasi pelaksanaan pelayanan publik.
Hak inilah yang menjadi bekal bagi masyarakat untuk mengawal dan
mengendalikan penyelenggaraan pelayanan publik. Tanpa pengaturan
hak ini pun, sebenarnya fungsi pengawasan pelayanan publik telah
melekat kepada masyarakat. Ini dikarenakan sumber pembiayaan
pelayanan publik yang diselenggarakan oleh pemerintah merupakan
hasil pajak yang disetorkan masyarakat sehingga secara otomatis
masyarakat memiliki andil dan peran dalam penyelenggaraan pelayanan
publik.
4.1.2. Standar Operating Procedure (SOP)
Standard Operating Procedure (SOP) pada dasarnya adalah
pedoman yang berisi prosedur-prosedur operasional standar yang ada di
dalam suatu organisasi yang digunakan untuk memastikan bahwa semua
keputusan dan tindakan, serta penggunaan fasilitas-fasilitas proses yang
dilakukan oleh orangorang di dalam organisasi yang merupakan anggota
organisasi agar berjalan efektif dan efisien, konsisten, standar dan
sistematis (Tambunan, 2013). SOP juga menjadi jalan untuk mencapai
tujuan. SOP adalah jalan atau jembatan yang menghubungkan satu titik
dengan titik lainnya. Karena itu, SOP akan menentukan apakah tujuan
dapat dicapai secara efektif, efisien dan ekonomis. SOP disusun untuk
memudahkan, merapikan, dan menertibkan pekerjaan kita. sistem ini
merupakan suatu proses yang berurutan untuk melakukan pekerjaan dari
awal sampai akhir (Ekotama, 2011). SOP juga lahir dari pengelolaan
usaha sehari-hari. Pengelolaan usaha sehari-hari yang belum tentu
professional kemudian distandarisasi agar professional atau mendekati
professional. Oleh karena itu, SOP disusun untuk mempersingkat proses
kerja, meningkatkan kapasitas kerja, dan menertibkan kinerja supaya
tetap dalam bingkai visi serta misi perusahaan. SOP dibuat untuk
menyederhanakan suatu pekerjaan supaya berfokus pada intinya, tetapi
cepat dan tepat. Dengan cara ini, keuntungan mudah diraih, pemborosan
diminimalisasi dan kebocoran keuangan dapat dicegah. Hal ini biasa

Modul Pengenalan Jabatan | 24


diterapkan pada perusahaan yang kompetitif yakni perusahaan yang
semua pekerjaan bisa diselesaikan secara tepat waktu (Ekotama, 2011:
20). Jadi, SOP dibuat untuk menyederhanakan proses kerja supaya
hasilnya optimal tetapi tetap efisien.
Tujuan SOP adalah sebagai berikut:
1. Menjamin terlaksananya kegiatan-kegiatan organisasi sesuai dengan
kebijakan dan ketentuan organisasi secara efektif dan efisien.
2. Menjamin keandalan pemprosesan dan produksi laporan yang
dibutuhkan organisasi.
3. Menjamin kelancaran proses pengambilan keputusan organisasi
secara efektif dan efisien.
4. Menjamin terlaksananya aspek kontrol kegiatan yang dapat
mencegah terjadinya penyelewengan maupun penggelapan oleh
anggota organisasi maupun pihak-pihak lain.
Sedangkan manfaat dari SOP adalah :
1. Menjadi pedoman kebijakan
2. Menjadi pedoman kegiatan
3. Menjadi pedoman birokrasi
4. Menjadi pedoman administrasi
5. Menjadi pedoman evaluasi kinerja
6. Menjadi pedoman integrasi

4.2.Implementasi Standar Pelayanan Dan SOP Dalam Pelayanan Publik


Kinerja organisasi publik dipengaruhi oleh faktor-faktor yang beraneka
ragam. Dalam konteks penerapan Standar Pelayanan dan SOP dalam lingkungan
organisasi publik. Menurut Winarno (2012) salah satu faktor yang menentukan
pengaruh implementasi kebijakan SOP terhadap kinerja pegawai di lingkungan
organisasi adalah struktur organisasi.
Struktur organisasi-organisasi yang melaksanakan kebijakan memiliki
pengaruh penting pada implementasi. Salah satu aspek struktural paling dasar
dari suatu organisasi adalah prosedur-prosedur kerja ukuran dasarnya. Dengan

Modul Pengenalan Jabatan | 25


menggunakan SOP para pelaksana dapat memanfaatkan waktu yang tersedia.
Selain itu SOP juga menyeragamkan tindakan-tindakan dari para pejabat dalam
organisasi-organisasi. Masih menurut Winarno (2012) SOP mempuinyai
manfaat bagi organisasi-organiasi dengan prosedur-prosedur perencanaan yang
luwes dan kontrol yang besar atas program-programnya.
Penerapan SOP dalam birokrasi merupakan sebuah keharusan dengan
dikeluarkannya Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan
Reformasi Birokrasi Nomor 35 Tahun 2012. Dalam hal pemerintahan, SOP
bermanfaat untuk membantu kinerja pemerintah untuk lebih efektif dan efisien
dalam pelayanan masyarakat.
Penerapan SOP dalam pelayanan pemerintahan perlu diperhatikan
antara struktur organisasi dan pembagian tugas dalam pemerintahan serta
dikaitkan dengan beberapa hal penting dalam penerapan SOP, yakni: efisiensi,
konsistensi, minimalisasi kesalahan, penyelesaian masalah, perlindungan tenaga
kerja (pegawai), peta kerja dan batasan pertahanan
Dari sudut pandang Winarno tentang pengaruh implementasi atau
penerapan kebijakan SOP dalam organisasi ini, disimpulkan bahwa
implementasi kebijakan SOP dalam organisasi berpengaruh terhadap kinerja
pegawai di pemerintahan.
4.3. Latihan
1. Peserta diminta untuk menjelaskan tentang definisi Standar Pelayanan dan
SOP.
2. Peserta diminta untuk memberikan contoh SOP yang ada di unit kerja
masiong-masing.
4.4.Rangkuman
Standar pelayanan adalah tolak ukur yang dipergunakan sebagai pedoman
penyelenggaraan pelayanan dan acuan penilaian kualitas pelayanan sebagai
kewajiban dan janji penyelenggara kepada masyarakat dalam rangka pelayanan
yang berkualitas, cepat, mudah, terjangkau, dan teratur. Adanya Undang-
Undang Nomor 25 Tahun 2009 Tentang Pelayanan Publik tentunya
memberikan arahan kepada seluruh penyelenggara pelayanan baik

Modul Pengenalan Jabatan | 26


penyelenggara negara, BUMN, BUMD hingga swasta maupun persorangan
untuk menyelenggarakan pelayanan yang terstandarisasi dengan memenuhi
komponen standar pelayanan
4.5.Evaluasi
1. Jelaskan perbedaan antara Standar Pelayanan dan SOP!
2. Jelaskan manfaat SOP bagi organisasi pemerintah!
3. Bagaimana implementasi SOP dalam pelayanan oublik?
4.6.Umpan Balik
Apabila Anda telah mampu menjelaskan Latihan dan Evaluasi pada Bab ini,
berarti Anda telah menguasai topik ini dengan baik. Akan tetapi, jika Saudara
masih ragu dengan pemahaman Anda mengenai materi yang terdapat dalam
Bab ini, maka Saudara perlu melakukan pembelajaran kembali secara lebih
intensif.

Modul Pengenalan Jabatan | 27


BAB V
PENUTUP

5.1.Kesimpulan
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa PPPK adalah adalah
salah satu profesi ASN yang diangkat dalam jabatan tertentu. Oleh karena itu
sebagai pegawai ASN seorang PPPK harus mengenal dengan baik jabatannya.
Pengenalan jabatan tersebut berhubungan dengan tugas pelayanan publik sesuai
dengan uraian jabatan.
Dengan demikian, semoga dengan kehadiran modul ini setiap PPPK dapat
memahami hak dan kewajibannya serta dapat melaksanakan tugasnya secara
penuh tanggung jawab. Sebagai penyelenggara pelayanan publik, PPPK
berkewajiban memenuhi komponen-komponen standar pelayanan publik yang
telah diatur dalam peraturan perudang-undangan yang berlaku.

5.2.Rekomendasi
Modul Pengenalan Jabatan ini disusun untuk meningkatkan pengetahuan
peserta pelatihan PPPK, oleh karena itu silahkan mempelajari modul tersebut
dengan penuh tanggung jawab. Untuk melengkapi poin-poin penting terkait
Pengenalan Jabatan PPPK, peserta diharapkan dapat mempelajari referensi lain
yang relevan dengan kompetensi dasar dan indikator hasil belajar dari mata
pelatihan ini.

Modul Pengenalan Jabatan | 28


DAFTAR PUSTAKA

BUKU

Abu, Munawar. 2007. Psikologi perkembangan. Jakarta : PT. Rineka Cipta


Astuti, H., 2005. Psikologi Perkembangan Masa Dewasa, Surabaya: Usaha
Nasional
Burhanuddin, S, 2000. Etika individual pola Dasar Filsafat Moral, Rineka Cipta,
Jakarta
Dimyati dan Mudjiono, 2012. Belajar Dan Pembelajaran. Jakarta : Rineka Cipta
Ekotama, Suryana. 2011. Cara Mudah Bikin SOP Agar Bisnis Lebih Praktis. Media.
Pressindo: Yogyakarta. Handoko
Narwanti, Sri. 2011. Pendidikan karakter. Yogyakarta : Familia
Parlina, 2016. Hubungan antara self regulated learning dengan tanggung jawab
belajar siswa. Fakultas Psikologi UMP
Pearson, G dan Trout, P. 2017. Students Rights, Responsibilities & Behavioral
Consequences. Alaska: Fairbanks North Star Borough School District
Tambunan M Rudi, 2013, Pedoman penyusunan Standard operating prosedur, Edisi
2013, Penerbit Maiesta
Winarno, Budi. 2012. Kebijakan Publik: Teori, Proses, dan Studi Kasus.
Yogyakarta: CAPS
Wiyoto, 2001. Gangguan Fungsi Kognitif. Surabaya: FK UNAIR
Zubaedi, 2011. Desain Pendidikan Karakter : Konsepsi dan Aplikasinya Dalam
Lembaga Pendidikan. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN

Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 Tentang Pelayanan Publik


Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara
Peraturan Pemerintah Nomor 11 Tahun 2017 tentang Manajemen Pegawai Negeri
Sipil
Peraturan Pemerintah Nomor 49 Tahun 2018 tentang Manajemen Pegawai
Pemerintah dengan Perjanjian Kerja

Modul Pengenalan Jabatan | 29


Peraturan Presiden Nomor 38 Tahun 2020 tentang Jenis Jabatan yang Dapat Diisi
Oleh Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja.
Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi
tentang Pedoman Penyusunan Standar Operasional Prosedur Administrasi
Pemerintahan

ARTIKEL

https://id.wikipedia.org/wiki/Pegawai_pemerintah_dengan_perjanjian_kerja,
diakses 21 Desember 2022
https://www.idntimes.com/life/career/acha-satmoko/5-keuntungan-menjadi-
pegawai-pemerintah-dengan-perjanjian-kerja-pppk-c1c2/full, diakses 21
Desember 2022
https://infoasn.id/pppk/perbedaan-antara-pns-dan-pppk-sesuai-peraturan-
pemerintah.html, diakses 21 Desember 2022
https://pemerintah.net/jenis-jabatan-aparatur-sipil-negara-asn/, diakses 21
Desember 2022
https://www.liputan6.com/bisnis/read/3879486/lewat-pppk-non-pns-bisa-duduki-
jabatan-pimpinan-tinggi-utama-dan-madya, diakses 21 Desember 2022

Modul Pengenalan Jabatan | 30

Anda mungkin juga menyukai