Anda di halaman 1dari 37

MODUL PELATIHAN

PEGAWAI PEMERINTAH DENGAN PERJANJIAN KERJA

STRUKTUR ORGANISASI DAN


TATA KERJA

TIM PENULIS

IR. RADEN AGUNG EKO PITONO, MT


KATARINA NIKMAT, SE., M.AP
EMAN SIRADE, S. FIL

BADAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA DAERAH


PROVINSI NTT
2023
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
Penyertaannya Tim Penulis dapat menyelesaikan penyusunan Modul Struktur Organisasi
dan Tata Kerja (SOTK) bagi Pejabat Pemerintah Dengan Perjanjian Kerja (PPPK) dengan
baik. Tujuan penulisan modul ini adalah sebagai referensi PPPK untuk meningkatkan
Pengetahuan, Keterampilan dan Sikap Perilaku PPPK terkait Visi dan Misi, Tugas dan
Fungsi Organisasi serta Tugas dan Fungsi Unit Organisasi. Peserta Latsar PPPK dapat
difasilitasi melalui modul ini agar mampu menjelaskan dan mengaplikasikan tugas
tanggung jawab sebagai pelayan publik sesuai tugas dan fungsi organisasinya.
Peserta Latsar PPPK diharapkan mendalami modul ini sehingga dapat: 1)
Menjelaskan Visi dan Misi Organisasinya; 2) Menjelaskan Tugas dan Fungsi
Organisasinya dan 3) Menjelaskan Tugas dan Fungsi Unit Organisasinya.
Sadar bahwa modul ini masih jauh dari sempurna, maka dimohon kesediaan pembaca
agar dapat memberikan saran konstruktif demi penyempurnaannya. Semoga modul ini
dapat bermanfaat bagi aparatur kediklatan dan semua pembaca khususnya ASN PPPK
pengemban karir Jabatan Fungsional tertentu.
Akhir kata kami ucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah mendukung
kelancaran penyusunan Modul Pengenalan Jabatan bagi PPPK ini, semoga Tuhan
memberkati kita semua.

Tim Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ………………………………………………………………….. ii


DAFTAR ISI …………………………………………………………………………… iii
BAB I. PENDAHULUAN ……………………………………………………………... 1
A. Latar Belakang …………………………………………………………………... 1
B. Deskripsi Singkat ………………………………………………………………... 2
C. Tujuan Pembelajaran ……………………………………………………………... 2
D. Metodologi Pembelajaran ………………………………………………………… 2
E. Sistematika Modul ………………………………………………………………... 3
BAB II. VISI DAN MISI ORGANISASI …………………………………………….. 4
A. Konsep Dasar Perencanaan Pembangunan ………………………………………... 4
B. Visi dan Misi ……………………………………………………………………… 7
C. Perumusan Visi dan Misi Pembangunan Daerah ………………………………….. 8
BAB III. TUGAS DAN FUNGSI ORGANISASI ……………………………….…… 19
A. Perangkat Daerah …………………………………………………………………. 19
B. Perangkat Daerah Provinsi ………………………………………………………… 20
C. Perangkat Daerah Kabupaten ……………………………………………………… 22
BAB IV. TUGAS DAN FUNGSI UNIT ORGANISASI ………….............................. 27
A. Unit Organisasi Perangkat Daerah ………………………………………………… 27
B. Unit Organisasi Perangkat Daerah Provinsi ……………………………………….. 28
C. Unit Organisasi Perangkat Daerah Kabupaten …………………………………….. 30
BAB V. PENUTUP ………………...…………………………………………………… 33
DAFTAR PUSTAKA ……..……………………………………………………………. 34

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Ketika kita memasuki sebuah gedung kantor terutama kantor Pemerintah
(Dinas/Badan), tentu pada bagian depan atau lobi kantor kita akan melihat papan
Struktur Organisasi yang memperlihatkan tentang garis hirarki yang mendeskripsikan
berbagai komponen dimana setiap individu atau Sumber Daya Manusia pada lingkup
organisasi tersebut kemudian memiliki posisi dan fungsinya masing-masing, mulai dari
Kepala Dinas/Badan, Sekretaris, Kepala Bidang/Kepala Bagian sampai Kelompok
Jabatan Fungsional. Sepintas tentu kita melihat papan itu sebagai sesuatu yang lumrah
pada sebuah organisasi. Akan tetapi bagi orang yang kritis atau yang baru pertama kali
melihat pasti akan bertanya apa maksud dari sturktur organisasi tersebut?
Strukutur Organisasi pada sebuah organisasi pada umumnya dan kantor
Pemerintah pada khususnya sesungguhnya merupakan sistem yang digunakan untuk
mendefinisikan hierarki dalam sebuah organisasi dengan tujuan menetapkan cara
sebuah organisasi dapat beroperasi, dan membantu organisasi tersebut dalam mencapai
tujuan yang telah ditetapkan di masa depan. Lebih dari itu Struktur organisasi dibuat
untuk kepentingan perusahaan dengan menempatkan orang-orang yang berkompeten
sesuai dengan bidang dan keahliannya.
Dalam konteks birokrasi pemerintahan untuk mewujudkan tata kelola
pemerintahan yang efektif dan efisien guna meningkatkan kinerja pemerintahan dan
pelayanan publik, maka setiap Pemerintah Daerah wajib membentuk Organisasi
Perangkat Daerahnya. Pembentukan Organisasi Perangkat Daerah ini berpedoman
pada Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJP) dan Rencana Pembangunan
Jangka Menengah Daerah (RPJMD). Perangkat Daerah dalam melaksanakan
pembangunan diwajibkan menyusun Rencana Strategis (Renstra) sebagaimana yang
telah diamanatkan dalam Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang
Pemerintahan Daerah, Pasal 272 ayat (1) Perangkat Daerah menyusun rencana strategis
dengan berpedoman pada RPJMD. Adapun isi Rencana Strategis memuat tujuan,
sasaran, program, dan kegiatan pembangunan dalam rangka pelaksanaan Urusan
Pemerintahan Wajib dan/atau Urusan Pemerintahan Pilihan sesuai dengan tugas dan
fungsi setiap Perangkat Daerah. Dengan demikian pembentukan organisasi perangkat
daerah tidak sekedar dibentuk tetapi mengacu pada Visi dan Misi daerah yang tertuang
dalam RPJMD.

1
Struktur organisasi pada sebuah perangkat daerah tersusun secara hirarkis dari
atas sampai ke bawah sekaligus menunjukan garis komando dan koordinasi kerja serta
tata kerja yang dilakukan secara berjenjang. Adapun fungsi dari stuktur organisasi
adalah: memberi kejelasan tanggung jawab, menjelaskan kedudukan dan koordinasi
fungsi pekerjaan, menjelaskan bagaimana jalur hubungan antar masing-masing hierarki
dan menjelaskan uraian tugas yang dibebankan secara jelas.
Stuktur organisasi dan tata kerja ini perlu dipelajari terutama bagi para Pegawai
ASN untuk memahami secara utuh posisi, peran dan tanggung jawabnya pada
kantor/dinas/badan dimana dia berada. Dengan pemahaman yang utuh tersebut
kemudian para pegawai menyadari dan melakukan tugas-tugas sesuai dengan perannya
pada setiap bagian/bidang atau sub bagian/sub bidang sesuai guna mendukung
pencapaian kinerja organisasinya.

B. Deskripsi Singkat
Modul ini disusun untuk membekali Peserta dengan pengetahuan tentang visi
dan misi, dan tugas fungsi organisasi serta tugas dan fungsi unit organisasi. Internalisasi
terhadap tugas dan fungsi organisasi serta fungsi unit organisasi diharapkan dapat
membentuk tekad dan niat bagi para peserta untuk melaksanakan tugas dan fungsinya
secara efektif dan efisien demi pencapaian visi dan misi organisasinya.

C. Tujuan Pembelajaran
1. Hasil Belajar:
Setelah mengikuti pembelajaran ini, Peserta mampu memahami akan visi
misi dan tugas fungsi organisasi serta tugas dan fungsi unit organisasi.
2. Indikator Hasil Belajar:
Diharapkan peserta pelatihan dapat:
1) Menjelaskan visi dan misi organisasi;
2) Menjelaskan tugas dan fungsi organisasi; dan
3) Menjelaskan tugas dan fungsi unit organisasi.
D. Metodologi Pembelajaran
Metode pembelajaran dalam modul ini terdiri dari Ceramah, Diskusi dan
Penugasan. Dengan Ceramah diharapkan dapat memberikan pengetahuan yang
komprehensif tentang Struktur organisasi, visi dan misi, dan tugas fungsi organisasi
serta tugas dan fungsi unit organisasi. Melalui Diskusi dan penugasan diharapkan akan
membawa pada proses pembelajaran dua arah dimana para peserta baik secara
kelompok ataupun individu dapat mendiskusikan dan mengerjakan penugasan yang
diberikan dalam rangka mengidentifikasi posisi dan perannya dalam organisasi dalam
mendukung pencapaian visi dan misi organisasinya. Proses pembelajaran
menggunakan pendekatan orang dewasa (andragogy).

2
E. Sistematika Modul
Materi dalam modul ini terdiri dari 3 Materi Pokok yaitu:
1) Materi Pokok 1 Visi Misi Organisasi
2) Materi Pokok 2 Tugas Dan Fungsi Organisasi
3) Materi Pokok 3 Tugas Dan Fungsi Unit Organisasi
Sistematika Modul ini adalah sebgaia berikut:
BAB I PENDAHULUAN
A. Deskripsi Singkat
B. Tujuan Pembelajaran
C. Metodologi Pembelajaran
D. Sistematika Modul
BAB II VISI DAN MISI ORGANISASI
A. Konsep Dasar Perencanaan Pembangunan
B. Visi dan Misi
C. Perumusan Visi dan Misi Pembangunan Daerah
BAB III TUGAS DAN FUNGSI ORGANISASI
A. Unit Organisasi Perangkat Daerah
B. Unit Organisasi Perangkat Daerah Provinsi
C. Unit Organisasi Perangkat Daerah Kabupaten

3
BAB II
VISI MISI ORGANISASI

A. Konsep Dasar Perencanaan Pembangunan


Perencanaan pembangunan daerah sebagaimana telah diamanatkan melalui
Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan
Nasional dan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah,
mewajibkan pemerintah daerah untuk menyusun perencanaan pembangunan daerah
sebagai bagian dari sistem perencanaan pembangunan nasional.
Dalam Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan
Pembangunan Nasional melalui Bab I Ketentuan Umum Pasal 1 Ayat 23 menyebut
bahwa Kepala Satuan Kerja Perangkat Daerah yang bertanggung jawab terhadap
pelaksanaan tugas dan fungsi perencanaan pembangunan di Daerah Provinsi,
Kabupaten, atau Kota adalah kepala badan perencanaan pembangunan Daerah yang
selanjutnya disebut Kepala Bappeda.
Perencanaan pembangunan daerah merupakan proses penyusunan tahapan-
tahapan kegiatan yang melibatkan berbagai unsur pemangku kepentingan, guna
pemanfaatan dan pengalokasian sumber daya yang ada dalam rangka meningkatkan
kesejahteraan sosial dalam suatu lingkungan wilayah/daerah dalam jangka waktu
tertentu.
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah pada
Bagian Kedua Perencanaan Pembangunan Daerah dalam Pasal Pasal 263 ayat (1)
Dokumen perencanaan pembangunan Daerah terdiri atas:
a. RPJPD;
b. RPJMD; dan
c. RKPD.
Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) sesuai dengan Undang-
Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah pada Bagian Kedua
Perencanaan Pembangunan Daerah, Pasal 263 ayat (2) RPJPD sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) huruf a merupakan penjabaran dari visi, misi, arah kebijakan, dan sasaran
pokok pembangunan Daerah jangka panjang untuk 20 (dua puluh) tahun yang
disusun dengan berpedoman pada Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional
(RPJPN) dan rencana tata ruang wilayah.
Sedangkan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) sesuai
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah pada Bagian
Kedua Perencanaan Pembangunan Daerah, Pasal 263 ayat (3) RPJMD sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf b merupakan penjabaran dari visi, misi, dan program

4
kepala daerah yang memuat tujuan, sasaran, strategi, arah kebijakan, pembangunan
Daerah dan keuangan Daerah, serta program Perangkat Daerah dan lintas Perangkat
Daerah yang disertai dengan kerangka pendanaan bersifat indikatif untuk jangka waktu
5 (lima) tahun yang disusun dengan berpedoman pada RPJPD dan RPJMN.
Adapun Rencana Kerja Perangkat Daerah (RKPD), sesuai Undang-Undang
Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah pada Bagian Kedua Perencanaan
Pembangunan Daerah dalam Pasal 263 ayat (4) RKPD sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) huruf c merupakan penjabaran dari RPJMD yang memuat rancangan kerangka
ekonomi Daerah, prioritas pembangunan Daerah, serta rencana kerja dan pendanaan
untuk jangka waktu 1 (satu) tahun yang disusun dengan berpedoman pada Rencana
Kerja Pemerintah dan program strategis nasional yang ditetapkan oleh Pemerintah
Pusat.
Dasar penetapan ke 3 dokumen perencanaan pembangunan daerah diatas diatur
melalui Pasal 264 ayat (1) RPJPD dan RPJMD sebagaimana dimaksud dalam Pasal 263
ayat (1) huruf a dan huruf b ditetapkan dengan Peraturan Daerah (Perda). Pada ayat (2)
RKPD sebagaimana dimaksud dalam Pasal 263 ayat (1) huruf c ditetapkan dengan
Peraturan Kepala Daerah (Perkada).
Secara diagram penjelasan tentang Dokumen Perencanaan Pembangunan
Daerah dan Dasar Penetapannya dapat dilihat pada diagram 1. Dokumen Perencanaan
Pembangunan Daerah
Diagram 1.
Dokumen Perencanaan Pembangunan Daerah

Selanjutnya, Perangkat Daerah dalam melaksanakan pembangunan diwajibkan


menyusun Rencana Strategis (Renstra) sebagaimana yang telah diamanatkan dalam
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah, Pasal 272 ayat
(1) Perangkat Daerah menyusun rencana strategis dengan berpedoman pada RPJMD.

5
Adapun isi Rencana Strategis tersebut termuat dalam ayat (2) Rencana strategis
Perangkat Daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) memuat tujuan, sasaran,
program, dan kegiatan pembangunan dalam rangka pelaksanaan Urusan Pemerintahan
Wajib dan/atau Urusan Pemerintahan Pilihan sesuai dengan tugas dan fungsi setiap
Perangkat Daerah.
Tujuan, sasaran, program, dan kegiatan pembangunan juga harus diselaraskan
dengan rencana strategis kementerian atau lembaga pemerintah nonkementerian untuk
tercapainya sasaran pembangunan nasional (ayat ke (3) Pasal 272 Undang-Undang
Nomor 23 tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah
Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) akan dilaksanakan
melalui Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD). Sedangkan
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) dijabarkan kedalam
Rencana Strategis Perangkat Daerah (Renstra PD) dan diterjemahkan kedalam Rencana
Kerja Perangkat Daerah (RKPD). Adapun RPJMD yang akan menjadi dasar
pencapaian kinerja daerah jangka menengah, dilaksanakan melalui Renstra PD.
Dengan demikian maka keberhasilan pencapaian visi & misi kepala daerah ditentukan
oleh keberhasilan pencapaian Renstra PD.
Seluruh program selama lima tahun pada Renstra PD akan memedomani
program prioritas dalam RPJMD. RPJMD dilaksanakan melalui RKPD. Sedangkan
Renja SKPD menerjemahkan program prioritas (RKPD) kedalam kegiatan prioritas,
untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Diagram 2.
Diagram 2.
Arsitektur Dokumen Rencana Pembangunan Daerah

6
B. Visi dan Misi
Visi adalah rumusan umum mengenai keadaan yang diinginkan pada akhir
periode perencanaan (UU Nomor 25 tahun 2004 tentang Sistem Perencanan
Pembangunan Nasional Bab I Ketentuan Umum Pasal 1 ayat 12). Pada ayat 13. Misi
adalah rumusan umum mengenai upaya-upaya yang akan dilaksanakan untuk
mewujudkan visi. Sedangkan Strategi adalah langkah-langkah berisikan program-
program indikatif untuk mewujudkan visi dan misi (ayat 14). Dimana strategi ditempuh
melalui kebijakan dimana yang dimaksud kebijakan adalah arah/tindakan yang diambil
oleh Pemerintah Pusat/Daerah untuk mencapai tujuan (ayat 15). Sedangkan program
dan kegiatan adalah instrumen kebijakan yang berisi satu atau lebih kegiatan yang
dilaksanakan oleh instansi pemerintah/lembaga untuk mencapai sasaran dan tujuan
serta memperoleh alokasi anggaran, atau kegiatan masyarakat yang dikoordinasikan
oleh instansi pemerintah (ayat 16).
Adapun Visi, Misi, Tujuan, Sasaran, Strategi, Arah Kebijakan, Program dan
Kegiatan secara grafis dapat dilihat pada Diagram 3, Piramida Perencanaan Dalam UU
Nomor 25 tahun 2004 tentang Sistem perencanaan Pembangunan Nasional
Diagram 3.
Piramida Perencanaan Dalam UU Nomor 25 tahun 2004
tentang Sistem perencanaan Pembangunan Nasional

Hubungan Kinerja Pembangunan Antara Kepala Daerah Dengan Kepala


Perangkat Daerah menggambarkan bahwa dari Visi dan Misi Kepala Daerah
melahirkan Tujuan dan Sasaran pembangunan dimana tujuan dan sasaran
pembangunan daerah menuntun program pembangunan daerah dimana dalam program
pembangunan daerah tersebut terdapat program prioritas dari visi dan misi Kepala
Daerah. Selain mengarahkan program pembangunan daerah tujuan dan sasaran
pembangunan tersebut juga mengarahkan program perangkat daerah dan selanjutnya
menjadi dasar penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah
(RPJMD).

7
Dari sisi kinerja pembangunan Kepala Perangkat Daerah Tujuan dan Sasaran
Pembangunan Daerah merupakan arah bagi penyusun program dan kegiatan yang akan
dilaksanakan di perangkat daerah masing-masing. Perumusan program dan kegiatan
perangkat daerah daerah tersebut tertuan dalam Rencana Strategis (Renstra) Perangkat
Daerah.
Hubungan kinerja pembangunan daerah antara Kepala Daerah dengan Kepala
Perangkat Daerah lebih jelasnya dapat dilihat pada Diagram 4.
Diagram 4.
Hubungan Kinerja Pembangunan Daerah Antara Kepala Daerah Dengan
Kepala Perangkat Derah

C. Perumusan Visi dan Misi Pembangunan Daerah


Perumusan Visi dan Misi Pembangunan Daerah merupakan salah satu tahapan
penting penyusunan dokumen perencanaan sebagai hasil analisis sebelumnya. Oleh
karena itu perumusan visi dan misi daerah harus jelas menunjukkan apa yang menjadi
cita-cita bersama masyarakat dearah atau stakeholder pembangunan daerah, yang
merefleksikan kekuatan dan potensi khas daerah sekaligus menjawab permasalah dan
isu strategis daerah.
C.1. Perumusan Visi
Merujuk pada Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 86 Tahun 2017,
dijelaskan bahwa kriteria suatu rumusan visi, adalah:
1. Menggambarkan arah yang jelas tentang kondisi masa depan yang ingin di capai
dalam 5 (lima) tahun mendatang (clarity of direction);
2. Menjawab permasalahan pembangunan daerah dan/atau isu strategis yang perlu
diselesaikan dalam jangka menengah;

8
3. Disertai dengan penjelasan yang lebih operasional sehingga mudah dijadikan acuan
bagi perumusan kebijakan, strategi dan program (articulative);
4. Disertai dengan penjelasan mengapa visi tersebut dibutuhkan di daerah, relevansi
visi dengan permasalahan dan potensi pembangunan di daerah; dan
5. Sejalan dengan visi dan arah pembangunan jangka panjang daerah.
Perumusan Visi jangka panjang dilakukan untuk dokumen perencanaan jangka
panjang (RPJPD) sedangkan penjabaran Visi untuk dokumen perencanaan jangka
menengah (RPJMD). Berdasarkan Peraturan Menteri Dalam Negeri Republik
Indonesia Nomor 86 Tahun 2017, Perumusan Visi tergambar dalam Diagram 5.
Tabel 1
Penyusunan Penjelasan Visi

Substansi yang termuat dalam visi dan misi adalah dalam rangka:
a. meningkatkan kesejahteraan masyarakat;
b. memajukan daerah;
c. meningkatkan pelayanan kepada masyarakat;
d. menyelesaikan persoalan daerah;
e. menyerasikan pelaksanaan pembangunan daerah kabupaten/kota dan provinsi
dengan nasional; dan
f. memperkokoh Negara Kesatuan Republik Indonesia dan kebangsaan.
Pedoman utama penyusunan visi kepala daerah (saat mencalonkan) adalah
bagaimana menyesuaikannya dengan sasaran pokok sesuai dengan arah kebijakan
pembangunan lima tahun periode berkenaan. Untuk mencapai indikator dan target dari
sasaran pokok yang sama, kepemimpinan yang berbeda dapat menghasilkan visi dan
misi yang berbeda pula tergantung tekanan dan prioritas pembangunan masing-masing.
Berdasarkan Peraturan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia Nomor 86
Tahun 2017 Tabel T-B.44 Perumusan Visi tergambar dalam Diagram 6

9
Tabel T-B.44
Penyusunan Penjelasan Misi

C.1.1. Perumusan Visi Jangka Panjang


C.1.1.1. Visi Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah Provinsi NTT
Tahun 2005 - 2025
Berdasarkan kondisi wilayah dan masyarakat Nusa Tenggara Timur, dan
menurut perkembangan selama dasawarsa terakhir, serta memperhatikan berbagai
kemajuan, tantangan dan ancaman pembangunan selama dua dasawarsa ke depan maka
visi Pembangunan Daerah Nusa Tenggara Timur 2005-2025 dirumuskan sebagai
berikut:
NUSA TIMUR YANG MAJU, MANDIRI, ADIL DAN MAKMUR BINGKAI
NEGARA KESATUAN REPUBLIK INDONESIA
Adapun visi ini bermaksud memberdaya-gunakan secara efektif, efisien dan
sinergis semua modal dasar yang dimiliki Nusa Tenggara Timur untuk mengelola dan
menyelesaikan permasalahan pembangunan jangka panjang atas dasar amanat
pembangunan menurut Pembukaan UUD 1945.
Visi ini merupakan jabaran secara struktural dan berkelanjutan dari visi
Pembangunan Nasional untuk mencapai tujuan pembangunan nasional sebagaimana
diamanatkan dalam Pembukaan UUD 1945. Kedudukan dan susunan kedua visi
tersebut merupakan satu kesatuan yang tidak terpisahkan karena merujuk pada tujuan
yang sama.
Visi Pembangunan Jangka Panjang Daerah Provinsi Nusa Tenggara Timur
masih bersifat umum, abstrak dan tidak operasional karena itu perlu secara bertingkat
ke bawah dilakukan penjabaran ke tataran operasional melalui berbagai dokumen
perencanaan pembangunan. Hanya dengan cara tersebut maka dapat ditentukan
petunjuk keberhasilan pembangunan untuk mempermudah proses evaluasi, khususnya
pengukuran dan interpretasi kemajuan, kemandirian dan keadilan yang dicapai dalam
rentang waktu program tersebut.
Kemajuan
Kemajuan, kemandirian dan keadilan adalah kualitas karakter dari konsep yang
lazim dipergunakan dalam pembangunan. Tiga konsep dasar tersebut menjadi
prerequisite integral dari satu visi pembangunan artinya keberhasilan pembangunan

10
selain memenuhi ukuran dan makna secara ekonomi, sosial, budaya, politik, IPTEKS
dan pertahanan keamanan, juga kemajuan harus bermuara pada kemandirian dalam
interaksi global dan memberikan keadilan kepada semua lapisan, kelompok dan
anggota masyarakat dan bangsa. Visi pembangunan nasional dan daerah tidak ingin
mencapai kemajuan yang tidak berkeadilan, atau kemajuan yang berasal dari
mewariskan ketergantungan pada sumber-sumber pembiayaan atau sumber-sumber
perubahan eksternal bangsa, sekalipun tidak terhindarkan interaksi, interelasi dan
interkoneksitas antar bangsa dan negara baik secara regional maupun internasional.
Kemajuan suatu bangsa dan masyarakat dapat diukur dari berbagai bidang dan
aspek. Ukuran kemajuan secara ekonomi menggunakan tingkat kemakmuran yang
berindikator tingkat pendapatan dan distribusinya menurut golongan pendapatan.
Peranan industri manufaktur sebagai penggerak kemajuan ekonomi juga dapat diduga
melalui jumlah dan besaran sumbangannya terhadap kemakmuran. Bahkan industri
IPTEK digunakan untuk mengukur tingkat daya saing bangsa.
Pengukuran kemajuan masyarakat juga diukur dari aspek sosial. Pada umumnya
ukuran itu menggunakan variable nilai tambah sebagai fungsi sinergi modal sosial.
Nilai tambah sosial merupakan sumbangan peran faktor kualitas sumberdaya manusia
berindikator IPM dan diukur dari tingkat daya saing bangsa/masyarakat berindikator
rerata, kumulatif tingkat pendidikan masyarakat dan APM serta jumlah produk
IPTEKS yang dipatenkan serta jumlah industri manufaktor hasil kajian penelitian dan
pengembangan yang diekspor. Kualitas kesehatan masyarakat juga dapat digunakan
sebagai indikator kemajuan sosial antara lain dengan indikan angka morbiditas dan
kualitas kesehatan. Kemajuan dari aspek kependudukan diukur dari pertumbuhan
penduduk yang terus menurun karena penurunan angka kelahiran, kematian dan
migrasi.
Kemajuan suatu masyarakat dari segi politik dapat diukur dari kualitas
kehidupan berdemokrasi dalam segala bidang kehidupan masyarakat, kesehatan
organisasi kelembagaan politik baik lembaga perwakilan, lembaga penghubung atau
partai politik dan kualitas pelaku politik di lembaga suprastruktur politik maupun
subordinasinya. Kemajuan politik secara proyeksi dapat diduga menggunakan kualitas
partisipasi masyarakat dalam kegiatan perpolitikan dan kualitas produk lembaga
politik.
Kemandirian
Kemandirian tidak mengandung pengertian kesendirian dan keterisolasian dari
interaksi, interelasi dan interkoneksi antar bangsa dan masyarakat. Dalam pergaulan
antar bangsa yang semakin mengglobal, tidak ada lagi masyarakat yang mampu hidup
dalam kesendirian dan keterisolasian. Bahkan manajemen transformatif menggunakan

11
networking sebagai variable yang dapat memberi nilai tambah yang lebih bermakna di
banding keunggulan sendiri.
Kemandirian adalah hak dan tanggung jawab untuk menentukan nasibnya
sendiri, yaitu apa yang dianggap baik dan bermanfaat bagi dirinya dan bagaimana cara
mencapainya agar bangsa dapat bertumbuh dan hidup sejajar dengan bangsa lain.
Karena itu kemandirian tidak diinterpretasi secara fisik-geografis melainkan secara
filosofis yaitu hak dan tanggung jawab menentukan nasib sendiri.
Pembangunan daerah selain bertujuan mencapai kemajuan tetapi juga harus
mencapai kemandirian. Kemandirian masyarakat mensyaratkan kemampuan dan daya
saing ekonomi wilayah selain ketersediaan sumberdaya manusia berkualitas yang dapat
bersaing dalam interaksi regional, nasional dan internasional. Kemandirian sudah harus
mengalihkan titik berat pilihan landasan dari kekuatan modal sumberdaya alam (natural
resources capital) ke modal sumberdaya manusia (human resources capital) untuk
menghasilkan kemampuan ekonomi yang dipergunakan untuk mencapai kemandirian.
Fakta ekonomi menunjukkan masyarakat belum mandiri dalam kehidupan di
bidang ekonomi. Pembiayaan pembangunan daerah masih sangat tergantung pada
sumber-sumber pembiayaan eksternal. Wilayah ini belum mandiri dalam bidang
ekonomi dan hal ini berdampak pada posisi tawar politik dalam interaksi politik.
Kemandirian antara lain diukur dari berapa besar ketergantungan pembangunan
pada kekuatan sendiri dan seberapa kuat keberhasilan pembangunan ekonomi
mendukung kemajuan dan kemandirian masyarakat dan wilayah ini. Kemandirian juga
dapat diukur dari sikap masyarakat dan bangsa untuk dengan semangatnya
menyelesaikan sendiri semua persoalan di berbagai bidang. Kemandirian dalam politik
tercermin dalam sikap terhadap penyelesaian masalah politik internal maupun antar
bangsa. Namun sering ketidakmandirian secara ekonomi melemahkan kemandirian
politik bahkan dapat merambat ke bidang-bidang yang lain.
Keadilan dan Kemakmuran
Keadilan menunjuk pada suatu keadaan dimana di dalam kehidupan masyarakat
di segala bidang tidak dipraktekkan diskriminasi golongan, strata, gender dan wilayah;
standar ganda, ketidaksamaan akses terhadap penguasaan faktor perubahan, dan
sebagainya. Program Pembangunan Jangka Panjang Nusa Tenggara Timur adalah
program pembangunan kerakyatan artinya pembangunan dari, oleh dan untuk
kepentingan rakyat.
Pembangunan yang berkeadilan tidak berwajah komutatif melainkan lebih
bersifat distributif – demokratis. Pembangunan berkeadilan menunjuk pada adanya
kesempatan yang sama pada semua individu untuk mengalami, mengikuti,
berpartisipasi dalam berbagai bidang untuk mencapai peningkatan kualitas hidup.

12
Pengukuran keadilan dalam bidang pendidikan menggunakan indicator
pemerataan kesempatan memperoleh pendidikan khususnya pendidikan dasar yang
merupakan hak, terutama bagi golongan margin ekonomi, gender dan isolasi geografis.
Keadilan dalam bidang kesehatan diukur dari kesempatan setiap individu untuk
memperoleh layanan kesehatan dengan mutu yang sama termasuk akses ke sumber-
pelayanan kesehatan. Keadilan di bidang hukum menunjuk pada kesempatan setiap
subyek hukum baik individu maupun institusi untuk diperlakukan sama di hadapan
hukum, untuk memperoleh perlindungan hukum atas hak-haknya dan untuk
memperoleh rasa adil.
Keadilan politik diukur dari kualitas kehidupan demokrasi politik dalam
berbagai dimensi dan aktivitas politik. Dalam bidang pertahanan dan keamanan,
keadilan diukur dari kedudukan dan peranserta setiap individu dalam tugas bela Negara
dan pertahanan keamanan. Salah satu yang terpenting adalah keadilan dalam
menikmati, memelihara hasil pembangunan dan memikul resiko pembangunan di
berbagai bidang.
Adil dan makmur merupakan kondisi ideal yang diharapkan setiap masyarakat
NTT di masa akan datang, maka untuk mewujudkannya regulasi pemerintah tentang
memberikan kepada setiap masyarakat NTT segala sesuatu menjadi haknya yang
semestinya diterima secara sosial, politik, ekonomi dan hukum sehingga masyarakat
mendapat kesempatan untuk melaksanakan hak dan kewajibannya secara sadar dan
bertanggungjawab ke arah kemakmuran masyarakat merata melalui produksi terus
menerus meningkat dan pendapatan masyarakat tersebar secara merata serta adil
kepada semua penduduk sehingga daya beli masyarakat dapat bertambah pula.
Kemakmuran dapat dicapai melalui membangun ekonomi yang kokoh secara bertahap,
kongkrit dan realistis serta berkelanjutan.

C.1.2. Perumusan Visi Jangka Menengah


C.1.2.1. Visi RPJMD Provinsi NTT 2018-2023
Visi RPJMD Provinsi NTT 2018-2023 menggambarkan cita-cita yang ingin
dicapai oleh Gubernur dan Wakil Gubernur pada kurun waktu lima tahun yang akan
datang, yaitu:
NTT BANGKIT MEWUJUDKAN MASYARAKAT SEJAHTERA DALAM
BINGKAI NEGARA KESATUAN REPUBLIK INDONESIA
Makna
NTT BANGKIT: Bagi bangsa Indonesia, istilah atau kata BANGKIT
mengandung makna filosofis dan historis yang mendalam dan membekas. Ketika
bangsa Indonesia berjuang melawan penindasan dan penjajahan Belanda, para
pendahulu kita sepakat untuk bersatu dan ‘bangkit’ melawan penjajah untuk meraih

13
kemerdekaan bagi Indonesia. Kebangkitan merupakan momentum yang menyatukan
seluruh energi bangsa ke dalam satu semangat yang mempercepat pencapaian cita-cita
kemerdekaan.
Pembangunan bermakna sebagai kebangkitan nasional baru, sehingga
BANGKIT adalah suatu tindakan aktif untuk bergegas keluar dari situasi yang lama
menuju situasi baru yang lebih baik. Bangkit merupakan sebuah ajakan kolektif yang
diharapkan akan menggugah seluruh komponen masyarakat NTT untuk memanfaatkan
semua potensi yang dimiliki dengan semangat restorasi mau bekerja sama dan bekerja
keras mengejar ketertinggalan NTT dalam berbagai dimensi pembangunan. BANGKIT
melambangkan suatu tekad yang bulat untuk keluar dari suatu masa keterpurukan, masa
‘tidur panjang’ untuk bangun berjuang melepaskan diri dari berbagai masalah dan
ketertinggalan yakni kemiskinan, pengangguran, ketergantungan dan ketertinggalan
dalam kualitas pendidikan dan kesehatan dasar, ketertinggalan dalam pengadaan
berbagai infrastruktur dasar serta ketertinggalan dalam pemanfaatan teknologi produksi
dan informasi.
SEJAHTERA: merupakan suatu kondisi kebutuhan dasar masyarakat yang
terpenuhi melalui pelayanan dasar yang inklusif seperti sandang, pangan, perumahan,
air bersih, kesehatan, pendidikan, pekerjaan, rasa aman dari perlakuan atau ancaman
tindak kekerasan fisik maupun non-fisik. Pemenuhan kebutuhan dasar tersebut
ditopang oleh lingkungan hidup dan sumber daya alam yang berkelanjutan, partisipasi
masyarakat dalam kehidupan sosial dan politik, akses terhadap informasi, hubungan
antar rakyat NTT yang beragam dan dinamis serta saling menghargai dan hidup gotong
royong. Untuk itu, rancangan pembangunan NTT ke depan bersifat inklusif, partisipatif
dan bermanfaat bagi semua komponen masyarakat. Situasi SEJAHTERA tidak lain
adalah pengamalan dan pengejawantahan dari sila ke-5 Pancasila, yakni Keadilan
sosial bagi seluruh rakyat Indonesia dan alinea ke-4 Pembukaan UUD 1945, yaitu
Memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa dan ikut
melaksanakan ketertiban dunia. Pembangunan dilandaskan pada prinsip
mengupayakan kemajuan yang merata dan berkeadilan sosial. Setelah Indonesia
merdeka selama 73 tahun, NTT masih merupakan salah satu Provinsi termiskin di
Indonesia. Hampir separuh penduduk pedesaan tidak mendapat layanan air bersih,
pemukiman penduduk tidak memiliki listrik, dan rumah penduduk masuk kategori
tidak layak huni. Indeks Pembangunan Manusia (IPM) NTT masih jauh di bawah rata-
rata nasional.
Bangkit dan sejahtera adalah hubungan sebab akibat yang mengada dalam suatu
wadah Negara Kesatuan Republik Indonesia, dimana pembangunan NTT menjadi
bagian integral dari suatu nation and character building.

14
C.2. Perumusan Misi
Perwujudan visi pembangunan ditempuh melalui misi untuk memberikan arah
dan batasan proses pencapaian tujuan, maka tujuan pembangunan yang tertuang dalam
visi, dijabarkan secara lebih konkret ke dalam misi. Dengan kata lain, misi adalah
rumusan umum mengenai upaya-upaya yang akan dilaksanakan untuk mewujudkan
visi. Rumusan misi yang baik membantu lebih jelas penggambaran visi yang ingin
dicapai dan menguraikan upaya-upaya apa yang harus dilakukan. Rumusan misi dalam
dokumen perencanaan dikembangkan dengan memperhatikan faktor-faktor lingkungan
strategis, baik eksternal dan internal. Hal ini sejalan dengan Peraturan Menteri Dalam
Negeri Nomor 86 tahun 2017 yang menjelaskan bahwa kriteria rumusan misi adalah:
1. Menunjukkan dengan jelas upaya-upaya yang akan dilakukan oleh Pemerintah
Daerah dalam rangka mewujudkan visi daerah;
2. Disusun dengan memperhatikan faktor-faktor lingkungan strategis eksternal dan
internal daerah; dan
3. Disusun dengan menggunakan bahasa yang ringkas, sederhana, dan mudah diingat.

C.2.1. Perumusan Misi Jangka Panjang.


C.2.1.1. Misi RPJPD Provinsi NTT Tahun 2005-2025
Untuk mencapai visi jangka panjang Provinsi NTT, yang memuat tujuan
pembangunan yang sarat dengan makna, maka misi pembangunan merupakan usaha
konkret interpretasi untuk mewujudkan visi pembangunan yang masih umum dan
abstrak, untuk itu disusunlah misi pembangunan NTT selama periode 2005-2025
sebagai berikut :
1). Mewujudkan masyarakat Nusa Tenggara Timur yang bermoral, beretika, berbudaya
dan beradab berdasarkan falsafah Pancasila, dapat dilaksanakan melalui agenda:
▪ Mengupayakan citra penguatan dan penegasan jati diri.
▪ Meningkatkan kualitas manusia NTT yang berbudi pekerti terpuji.
▪ Mempertahankan keberadaan dan keragaman budaya baik dalam bentuk nilai
dan norma maupun dalam perilaku, sifat religiositas, serta mampu menerima,
menghargai dan mengelola keragaman sebagai kekuatan persatuan dan
kesatuan baik secara kelembagaan maupun individu selaku warga masyarakat.
▪ Menghindari dan mencegah benturan dan friksi antar golongan, sebaliknya
meningkatkan persatuan dan solidaritas dengan memantapkan landasan
spiritual, moral dan etika pembangunan wilayah.
▪ Meningkatkan etos kerja yang bermoral baik secara kelembagaan maupun
individu selaku warga masyarakat.
2). Mewujudkan manusia Nusa Tenggara Timur yang berkualitas dan berdaya saing
global, dilakukan melalui agenda :

15
▪ Meningkatkan kualitas dan kuantitas pembangunan di segala bidang yang
maju, mandiri, adil, merata dan setara.
▪ Meningkatkan implementasi karya pembangunan yang berpihak kepada kaum
pinggiran (marginal) sebagai sarana utama pemerataan politik pembangunan.
▪ Meningkatkan pemerataan dan perluasan akses pendidikan serta pelayanan
kesehatan yang menjangkau seluruh lapisan masyarakat.
▪ Meningkatkan mutu, relevansi dan keunggulan pada semua jenis dan jenjang
pendidikan.
▪ Meningkatkan manajemen pembangunan sumberdaya manusia secara
transparan dan akuntabel.
▪ Meningkatkan pola kemitraan antara pemerintah, masyarakat dan dunia usaha
dalam pola pengembangan pendidikan dan pelayanan kesehatan yang
berkualitas.
▪ Meningkatkan jaringan interaksi, interelasi dan interkoneksi ekonomi wilayah.
3). Mewujudkan masyarakat Nusa Tenggara Timur yang demokratis berlandaskan
hukum, dapat dilaksanakan dengan agenda:
▪ Membangun masyarakat yang demokratis berlandaskan hukum melalui proses
karakterisasi dan institusionalisasi dalam segala lingkup baik secara
kelembagaan maupun secara individu sebagai warga masyarakat.
▪ Mengusahakan agar semua atau setiap anggota masyarakat memiliki
kedudukan yang sama dalam bidang politik dan hukum.
▪ Memantapkan fungsi desentralisasi dan otonomi daerah.
▪ Meningkatkan kebebasan pers yang bertanggungjawab.
▪ Meningkatkan kualitas aparatur melalui peningkatan kompetensi, kinerja, etos
kerja, reformasi struktur birokrasi yang efektif dan efisien untuk layanan prima
kepada masyarakat.
4). Mewujudkan Nusa Tenggara Timur sebagai wilayah yang berketahanan ekonomi,
sosial budaya, politik dan keamanan, dapat dilakukan melalui agenda:
▪ Mempertahankan dan meningkatkan pengolahan dan pengelolaan semua
modal pembangunan sumber daya manusia (SDM), ekonomi, sosial budaya,
politik dan keamanan serta lingkungan untuk memperoleh ketahanan dalam
berbagai bidang dan dimensi kehidupan masyarakat yang berharkat dan
bermartabat.
▪ Menumbuhkembangkan jiwa wirausaha pada masyarakat NTT
▪ Mengembangkan ekonomi kerakyatan yang berbasis keunggulan potensi
daerah yang spesifik.
5). Mewujudkan Nusa Tenggara Timur sebagai wilayah yang memiliki
keseimbangan dalam pengelolaan lingkungan, dapat dilakukan melalui agenda:

16
▪ Meningkatkan kemajuan, kemandirian dan keadilan dalam pembangunan yang
berkelanjutan, merata, serasi dan lestari.
▪ Mencegah kerusakan sumber daya alam (SDA) dan lingkungan.
▪ Mengadakan penghijauan yang bertahap dan berkesinambungan.
▪ Meningkatkan rasa cinta masyarakat terhadap alam dan lingkungan
▪ Meningkatkan lingkungan sosial yang tertib, nyaman dan damai.
6). Mewujudkan posisi dan peran Nusa Tenggara Timur dalam pergaulan antar
negara, daerah dan masyarakat, dapat dilakukan melalui agenda :
▪ Memposisikan peran wilayah NTT sebagai pemimpin, konsultan,
defender/pembela, transmiter/penyebar, katalisator dan dinamisator
(penggerak interaksi) antar masyarakat dan antar (daerah) serta antar negara
demi memperlancar dan memaknai interaksi dan perbedaan dalam usaha
mencapai keuntungan bersama sebagai bagian dari solusi masalah dalam
berbagai dimensinya.
▪ Meningkatkan kesadaran masyarakat untuk lebih proaktif di dalam menangkap
berbagai peluang lokal, nasional dan internasional, untuk meningkatkan
kemampuan masyarakat, baik secara kelompok maupun individu.
7). Mewujudkan Nusa Tenggara Timur sebagai provinsi kepulauan dan masyarakat
maritim, dapat dilakukan melalui agenda:
▪ Memantapkan habitus (kebiasaan), tata ruang dan pola hidup kepulauan serta
membimbing masyarakat untuk terbiasa dengan cara hidup antar pulau di
kawasan Nusa Tenggara Timur.
▪ Meningkatkan kesadaran masyarakat untuk mencintai dan memanfaatkan
potensi laut yang bersentuhan langsung dengan upaya pengembangan hidup
masyarakat setiap hari dan pariwisata.
▪ Meningkatkan budaya bahari dalam diri anak-anak dan kaum muda.

C.2.2. Perumusan Misi Jangka Menengah.


C.2.2.1. Misi RPJMD Provinsi NTT Tahun 2018-2023
Lima misi Pembangunan Jangka Menengah Daerah Provinsi NTT 2018-2023
sebagai berikut:
Misi 1: Mewujudkan masyarakat sejahtera, mandiri dan adil
Misi pertama ini sekaligus merupakan kerangka acuan bagi empat misi lainnya,
yaitu melakukan berbagai kegiatan pembangunan untuk meningkatkan kesejahteraan
masyarakat NTT dengan prinsip keterbukaan dan melibatkan semua pihak
(inclusive) yakni melibatkan semua pihak (shareholders) dan dengan pendekatan
berkelanjutan yang merujuk kepada empat pilar pembangunan berkelanjutan yaitu
keberlanjutan dalam aspek ekonomi, aspek sosial, aspek lingkungan, dan aspek
kelembagaan.

17
Misi 2: NTT sebagai salah satu gerbang dan pusat pengembangan
pariwisata nasional (ring of beauty)
NTT memiliki berbagai sumberdaya yang melimpah untuk mendukung dan
membangun sektor pariwisata. Karena itu, misi ini diarahkan pada upaya
optimalisasi pemanfaatannya dalam rangka pengembangan sektor pariwisata dengan
pendekatan kewilayahan melalui tourism estate sebagai penggerak utama (prime
mover) ekonomi NTT. Letak geografisnya yang strategis memungkinkan NTT menjadi
salah satu gerbang dan pusat pengembangan pariwisata nasional.
Misi 3: Meningkatkan ketersediaan dan kualitas infrastruktur untuk
mempercepat pembangunan
Misi ini dimaksudkan untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas serta nilai
manfaat infrastruktur secara adil dan merata untuk mendukung berbagai aktivitas
pelayanan publik dan kelancaran berbagai aktivitas sosial ekonomi serta meningkatkan
aksesibilitas ke daerah-daerah perbatasan, daerah terluar, kepulauan dan terisolir.
Misi 4: Meningkatkan kualitas sumber daya manusia
Misi ini dimaksudkan untuk menyiapkan sumber daya manusia yang cerdas,
terampil dan berdaya saing tinggi agar mampu berpartisipasi dalam proses dan
percepatan pembangunan di berbagai bidang.
Misi 5: Mewujudkan reformasi birokrasi pemerintahan untuk meningkatkan
kualitas pelayanan publik
Misi ini dimaksudkan untuk memperkuat reformasi birokrasi dalam
penyelenggaraan tata kelola pemerintahan yang baik, yaitu efektif, bersih, jujur,
transparan, inovatif dan akuntabel yang didukung oleh sumber daya aparatur yang
profesional dan sistem kelembagaan yang efisien dengan memanfaatkan teknologi
informasi. Birokrasi dan aparat diharapkan (dituntut) bekerja dengan profesional dan
berorientasi pada hasil serta memberikan manfaat pembangunan sebesar-besarnya bagi
masyarakat NTT.
D. Evaluasi
Evaluasi ini dimaksudkan untuk mengetahui tingkat pemahaman peserta
pelatihan tentang Tugas dan Fungsi Unit Organisasi dalam bentuk pertanyaan sebagai
berikut:
1. Apa yang dimaksudkan dengan Konsep Dasar Perencanaan Pembangunan?
2. Apa yang dimaksud dengan visi dan misi organisasi?
3. Sebutkan Perumusan Visi dan Misi Pembangunan Daerah ditempat saudara
bekerja!

18
BAB III
TUGAS DAN FUNGSI ORGANISASI

A. Perangkat Daerah
Berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 2016
Tentang Organisasi Perangkat Daerah Bab I Ketentuan Umum Pasal 1 ayat 6 yang
dimaksud Pemerintah Daerah adalah Kepala Daerah sebagai unsur penyelenggara
Pemerintahan Daerah yang memimpin pelaksanaan Urusan Pemerintahan yang
menjadi kewenangan Daerah otonom. Disamping Kepala Daerah sebagai unsur
penyelenggara Pemerintah Daerah, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah yang
selanjutnya disingkat DPRD adalah lembaga perwakilan rakyat Daerah yang
berkedudukan sebagai unsur penyelenggara Pemerintahan Daerah (ayat 7).
Dalam penyelenggaraan Pemerintah Daerah maka dibentuklah perangkat
daerah. Berdasarkan Peraturan Pemerintah (PP) Republik Indonesia Nomor 18 Tahun
2016 Tentang Organisasi Perangkat Daerah Bab I Ketentuan Umum Pasal 1 ayat 1 yang
dimaksud dengan Perangkat Daerah adalah unsur pembantu kepala Daerah dan Dewan
Perwakilan Rakyat Daerah dalam penyelenggaraan Urusan Pemerintahan yang menjadi
kewenangan Daerah. Pada ayat 2. Perangkat Daerah Provinsi adalah unsur pembantu
gubernur dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah provinsi dalam penyelenggaraan
Urusan Pemerintahan yang menjadi kewenangan Daerah provinsi, serta pada ayat 3.
Perangkat Daerah Kabupaten/Kota adalah unsur pembantu bupati/wali kota dan Dewan
Perwakilan Rakyat Daerah kabupaten/kota dalam penyelenggaraan Urusan
Pemerintahan yang menjadi kewenangan Daerah kabupaten/kota.
Pembentukan dan Susunan perangkat daerah selanjutnya ditetapkan melalui
peraturan daerah (PP 18 tahun 2016 tentang Perangkat Daerah Bab II Pasal 3 ayat 1).
Peraturan Daerah tersebut pada prinsipnya harus mendapat persetujuan dari Menteri
untuk daerah Provinsi dan persetujuan Gubernur untuk daerah kabupaten/kota (Pasal 3
ayat 2). Sedangkan pasal 4 Ketentuan mengenai kedudukan, susunan organisasi, tugas
dan fungsi, serta tata kerja Perangkat Daerah ditetapkan dengan Peraturan Kepala
Daerah (Perkada).
Pada Pasal 5 ayat (1) Perangkat Daerah provinsi terdiri atas:
a. sekretariat Daerah;
b. sekretariat DPRD;
c. inspektorat;
d. dinas; dan
e. badan.

19
Sedangkan untuk Perangkat Daerah kabupaten/kota terdiri atas:
a. sekretariat Daerah;
b. sekretariat DPRD;
c. inspektorat;
d. dinas;
e. badan; dan
f. kecamatan.

B. Perangkat Daerah Provinsi


B.1. Sekretariat Daerah Provinsi
Sekretariat Daerah Provinsi merupakan unsur staf, dipimpin oleh Sekretaris
Daerah yang bertanggung jawab kepada Gubernur.
Sekretariat Daerah provinsi dimaksud mempunyai tugas membantu gubernur
dalam penyusunan kebijakan dan pengoordinasian administratif terhadap pelaksanaan
tugas Perangkat Daerah serta pelayanan administratif.
Adapun fungsi Sekretariat Daerah:
a. pengoordinasian penyusunan kebijakan Daerah;
b. pengoordinasian pelaksanaan tugas Perangkat Daerah;
c. pemantauan dan evaluasi pelaksanaan kebijakan Daerah;
d. pelayanan administratif dan pembinaan aparatur sipil negara pada instansi Daerah;
e. pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh gubernur yang berkaitan dengan tugas
dan fungsinya.
B.2. Sekretariat DPRD Provinsi
Sekretariat Daerah Provinsi merupakan unsur pelayanan administrasi dan
pemberian dukungan terhadap tugas dan fungsi DPRD provinsi. Sekretariat DPRD
Provinsi dipimpin oleh sekretaris DPRD provinsi yang dalam melaksanakan tugasnya
secara teknis operasional berada dibawah dan bertanggung jawab kepada pimpinan
DPRD provinsi dan secara administratif bertanggung jawab kepada gubernur melalui
sekretaris Daerah provinsi.
Sekretariat DPRD provinsi mempunyai tugas menyelenggarakan administrasi
kesekretariatan dan keuangan, mendukung pelaksanaan tugas dan fungsi DPRD
provinsi, serta menyediakan dan mengoordinasikan tenaga ahli yang diperlukan oleh
DPRD provinsi dalam melaksanakan hak dan fungsinya sesuai dengan kebutuhan.
Sekretariat DPRD provinsi menyelenggarakan fungsi:
a. penyelenggaraan administrasi kesekretariatan DPRD provinsi;
b. penyelenggaraan administrasi keuangan DPRD provinsi;
c. fasilitasi penyelenggaraan rapat DPRD provinsi; dan
d. penyediaan dan pengoordinasian tenaga ahli yang diperlukan oleh DPRD provinsi.

20
B.3. Inspektorat Daerah Provinsi
Inspektorat Daerah provinsi merupakan unsur pengawas penyelenggaraan
Pemerintahan Daerah. Dipimpin oleh inspektur, yang dalam melaksanakan tugasnya
bertanggung jawab kepada gubernur melalui sekretaris Daerah.
Inspektorat Daerah provinsi sebagaimana mempunyai tugas membantu gubernur
dalam membina dan mengawasi pelaksanaan Urusan Pemerintahan yang menjadi
kewenangan Daerah dan Tugas Pembantuan oleh Perangkat Daerah.
Menyelenggarakan fungsi:
a. perumusan kebijakan teknis bidang pengawasan dan fasilitasi pengawasan;
b. pelaksanaan pengawasan internal terhadap kinerja dan keuangan melalui audit,
reviu, evaluasi, pemantauan, dan kegiatan pengawasan lainnya;
c. pelaksanaan pengawasan untuk tujuan tertentu atas penugasan dari gubernur;
d. penyusunan laporan hasil pengawasan;
e. pelaksanaan administrasi inspektorat Daerah provinsi; dan
f. pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh gubernur terkait dengan tugas dan
fungsinya.
B.4. Dinas Daerah Provinsi
Dinas Daerah provinsi merupakan unsur pelaksana Urusan Pemerintahan yang
menjadi kewenangan Daerah. Dipimpin oleh kepala dinas Daerah provinsi yang
berkedudukan di bawah dan bertanggung jawab kepada gubernur melalui sekretaris
Daerah provinsi.
Dinas Daerah provinsi mempunyai tugas membantu gubernur melaksanakan
Urusan Pemerintahan yang menjadi kewenangan Daerah dan Tugas Pembantuan yang
ditugaskan kepada Daerah provinsi.
Dinas Daerah provinsi menyelenggarakan fungsi:
a. perumusan kebijakan sesuai dengan lingkup tugasnya;
b. pelaksanaan kebijakan sesuai dengan lingkup tugasnya;
c. pelaksanaan evaluasi dan pelaporan sesuai dengan lingkup tugasnya;
d. pelaksanaan administrasi dinas sesuai dengan lingkup tugasnya; dan
e. pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh gubernur terkait dengan tugas dan
fungsinya.
B.5. Badan Daerah Provinsi
Badan Daerah provinsi merupakan unsur penunjang Urusan Pemerintahan yang
menjadi kewenangan Daerah provinsi. Badan Daerah provinsi dipimpin oleh kepala
badan Daerah provinsi yang berkedudukan di bawah dan bertanggung jawab kepada
gubernur melalui sekretaris Daerah provinsi.
Badan Daerah provinsi mempunyai tugas membantu gubernur melaksanakan
fungsi penunjang Urusan Pemerintahan yang menjadi kewenangan Daerah provinsi.

21
Badan Daerah provinsi dalam melaksanakan tugas menyelenggarakan fungsi:
a. penyusunan kebijakan teknis sesuai dengan lingkup tugasnya;
b. pelaksanaan tugas dukungan teknis sesuai dengan lingkup tugasnya;
c. pemantauan, evaluasi, dan pelaporan pelaksanaan tugas dukungan teknis sesuai
dengan lingkup tugasnya;
d. pembinaan teknis penyelenggaraan fungsi penunjang Urusan Pemerintahan Daerah
sesuai dengan lingkup tugasnya; dan
e. pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh gubernur sesuai dengan tugas dan
fungsinya.
Yang dimaksud unsur penunjang Urusan Pemerintahan yang menjadi
kewenangan Daerah provinsi meliputi:
a. perencanaan;
b. keuangan;
c. kepegawaian;
d. pendidikan dan pelatihan;
e. penelitian dan pengembangan; dan
f. fungsi penunjang lainnya sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Badan Daerah provinsi yang melaksanakan fungsi penunjang lainnya dibentuk
dengan kriteria:
a. diperintahkan oleh peraturan perundang-undangan; dan
b. memberikan pelayanan yang menunjang pelaksanaan tugas dan fungsi semua
Perangkat Daerah provinsi.
Untuk menunjang koordinasi pelaksanaan Urusan Pemerintahan dan
pembangunan dengan Pemerintah Pusat, Daerah provinsi dapat membentuk badan
penghubung Daerah provinsi di ibu kota negara. Pembentukan badan penghubung
Daerah provinsi ditetapkan dengan Perda provinsi.

B. Perangkat Daerah Kabupaten


C.1. Sekretariat Daerah Provinsi
Sekretariat Daerah Kabupaten/Kota merupakan unsur staf. Sekretariat Daerah
kabupaten/kota dipimpin oleh sekretaris Daerah kabupaten/kota dan bertanggung
jawab kepada bupati/wali kota.
Sekretariat Daerah kabupaten/kota mempunyai tugas membantu bupati/wali
kota dalam penyusunan kebijakan dan pengoordinasian administratif terhadap
pelaksanaan tugas Perangkat Daerah serta pelayanan administratif.
Sekretariat Daerah kabupaten/kota dalam melaksanakan tugas dan kewajiban
menyelenggarakan fungsi:

22
a. pengoordinasian penyusunan kebijakan Daerah;
b. pengoordinasian pelaksanaan tugas satuan kerja Perangkat Daerah;
c. pemantauan dan evaluasi pelaksanaan kebijakan Daerah;
d. pelayanan administratif dan pembinaan aparatur sipil negara pada instansi Daerah;
dan
e. pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh bupati/wali kota terkait dengan tugas
dan fungsinya.
C.2. Sekretariat DPRD Kabupaten/Kota
Sekretariat DPRD kabupaten/kota merupakan unsur pelayanan administrasi dan
pemberian dukungan terhadap tugas dan fungsi DPRD kabupaten/kota. Sekretariat
DPRD kabupaten/kota dipimpin oleh sekretaris DPRD kabupaten/kota yang dalam
melaksanakan tugasnya secara teknis operasional berada di bawah dan bertanggung
jawab kepada pimpinan DPRD kabupaten/kota dan secara administratif bertanggung
jawab kepada bupati/wali kota melalui sekretaris Daerah kabupaten/kota.
Sekretaris DPRD kabupaten/kota diangkat dan diberhentikan dengan keputusan
bupati/wali kota atas persetujuan pimpinan DPRD kabupaten/kota setelah
berkonsultasi dengan pimpinan fraksi.
Sekretariat DPRD kabupaten/kota mempunyai tugas menyelenggarakan
administrasi kesekretariatan dan keuangan, mendukung pelaksanaan tugas dan
fungsi DPRD kabupaten/kota, serta menyediakan dan mengoordinasikan tenaga ahli
yang diperlukan oleh DPRD kabupaten/kota dalam melaksanakan hak dan fungsinya
sesuai dengan kebutuhan.
Sekretariat DPRD kabupaten/kota dalam melaksanakan tugas menyelenggara
kan fungsi:
a. penyelenggaraan administrasi kesekretariatan DPRD kabupaten/kota;
b. penyelenggaraan administrasi keuangan DPRD kabupaten/kota;
c. fasilitasi penyelenggaraan rapat DPRD kabupaten/kota; dan
d. penyediaan dan pengoordinasian tenaga ahli yang diperlukan oleh DPRD
kabupaten/kota.

C.3. Inspektorat Daerah Kabupaten/Kota


Inspektorat Daerah kabupaten/kota merupakan unsur pengawas
penyelenggaraan Pemerintahan Daerah. Inspektorat Daerah kabupaten/kota dipimpin
oleh inspektur. Inspektur Daerah kabupaten/kota dalam melaksanakan tugasnya
bertanggungjawab kepada bupati/wali kota melalui sekretaris Daerah kabupaten/kota.
Inspektorat Daerah kabupaten/kota mempunyai tugas membantu bupati/wali
kota membina dan mengawasi pelaksanaan Urusan Pemerintahan yang menjadi
kewenangan Daerah dan Tugas Pembantuan oleh Perangkat Daerah.

23
Inspektorat Daerah kabupaten/kota dalam melaksanakan tugas menyelengga-
rakan fungsi:

a. perumusan kebijakan teknis bidang pengawasan dan fasilitasi pengawasan;


b. pelaksanaan pengawasan internal terhadap kinerja dan keuangan melalui audit,
reviu, evaluasi, pemantauan, dan kegiatan pengawasan lainnya;
c. pelaksanaan pengawasan untuk tujuan tertentu atas penugasan bupati/wali kota;
d. penyusunan laporan hasil pengawasan;
e. pelaksanaan administrasi inspektorat kabupaten/kota; dan
f. pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh bupati/wali kota terkait dengan tugas
dan fungsinya.

C.4. Dinas Daerah Kabupaten/Kota


Dinas Daerah kabupaten/kota merupakan unsur pelaksana Urusan Pemerintahan
yang menjadi kewenangan Daerah. Dinas Daerah kabupaten/kota dipimpin oleh kepala
dinas Daerah kabupaten/kota yang berkedudukan di bawah dan bertanggung jawab
kepada bupati/wali kota melalui sekretaris Daerah kabupaten/kota.
Dinas Daerah kabupaten/kota mempunyai tugas membantu bupati/wali kota
melaksanakan Urusan Pemerintahan yang menjadi kewenangan Daerah dan Tugas
Pembantuan yang diberikan kepada kabupaten/kota.
Dinas Daerah kabupaten/kota dalam melaksanakan tugas menyelenggarakan
fungsi:
a. perumusan kebijakan sesuai dengan lingkup tugasnya;
b. pelaksanaan kebijakan sesuai dengan lingkup tugasnya;
c. pelaksanaan evaluasi dan pelaporan sesuai dengan lingkup tugasnya;
d. pelaksanaan administrasi dinas sesuai dengan lingkup tugasnya; dan
e. pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh bupati/wali kota terkait dengan tugas
dan fungsinya.

C.5. Badan Daerah Kabupaten/Kota


Badan Daerah kabupaten/kota merupakan unsur penunjang Urusan Pemerintahan
yang menjadi kewenangan Daerah kabupaten/kota. Badan Daerah kabupaten/kota
dipimpin oleh kepala badan Daerah kabupaten/kota yang berkedudukan di bawah dan
bertanggung jawab kepada bupati/wali kota melalui sekretaris Daerah kabupaten/kota.
Badan Daerah kabupaten/kota mempunyai tugas membantu bupati/wali kota dalam
melaksanakan fungsi penunjang Urusan Pemerintahan yang menjadi kewenangan Daerah
kabupaten/kota.
Badan Daerah kabupaten/kota dalam melaksanakan tugas menyelenggara-kan
fungsi:

24
a. penyusunan kebijakan teknis sesuai dengan lingkup tugasnya;
b. pelaksanaan tugas dukungan teknis sesuai dengan lingkup tugasnya;
c. pemantauan, evaluasi, dan pelaporan pelaksanaan tugas dukungan teknis sesuai
dengan lingkup tugasnya;
d. pembinaan teknis penyelenggaraan fungsi-fungsi penunjang Urusan Pemerintahan
Daerah sesuai dengan lingkup tugasnya; dan
e. pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh bupati/wali kota sesuai dengan tugas dan
fungsinya.
Unsur penunjang Urusan Pemerintahan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
meliputi:
a. perencanaan;
b. keuangan;
c. kepegawaian serta pendidikan dan pelatihan;
d. penelitian dan pengembangan; dan
e. fungsi penunjang lainnya sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
Badan Daerah kabupaten/kota yang melaksanakan fungsi penunjang lainnya
dibentuk dengan kriteria:
a. diperintahkan oleh peraturan perundang-undangan; dan
b. memberikan pelayanan yang menunjang pelaksanaan tugas dan fungsi semua
Perangkat Daerah kabupaten/kota.
Pembentukan badan Daerah kabupaten/kota berdasarkan pedoman yang ditetapkan
oleh Menteri setelah mendapat pertimbangan tertulis dari menteri yang menyelenggarakan
Urusan Pemerintahan di bidang aparatur negara.

C.6. Kecamatan
Kecamatan dibentuk dalam rangka meningkatkan koordinasi penyelenggaraan
pemerintahan, pelayanan publik, dan pemberdayaan masyarakat desa atau sebutan lain dan
kelurahan.
Kecamatan dipimpin oleh camat atau sebutan lain yang berkedudukan di bawah dan
bertanggung jawab kepada bupati/wali kota melalui sekretaris Daerah kabupaten/kota.
Camat mempunyai tugas:
a. menyelenggarakan Urusan Pemerintahan umum;
b. mengoordinasikan kegiatan pemberdayaan masyarakat;
c. mengoordinasikan upaya penyelenggaraan ketenteraman dan ketertiban umum;
d. mengoordinasikan penerapan dan penegakan Perda dan Peraturan Bupati/Wali kota;
e. mengoordinasikan pemeliharaan prasarana dan sarana pelayanan umum;
f. mengoordinasikan penyelenggaraan kegiatan pemerintahan yang dilakukan oleh
Perangkat Daerah di tingkat kecamatan;

25
g. membina dan mengawasi penyelenggaraan kegiatan desa atau sebutan lain dan/atau
kelurahan;
h. melaksanakan Urusan Pemerintahan yang menjadi kewenangan kabupaten/kota yang
tidak dilaksanakan oleh unit kerja Pemerintahan Daerah kabupaten/kota yang ada di
kecamatan; dan
i. melaksanakan tugas lain yang diperintahkan oleh peraturan perundang-undangan.
Selain melaksanakan tugas, camat melaksanakan tugas yang dilimpahkan oleh
bupati/wali kota untuk melaksanakan sebagian Urusan Pemerintahan yang menjadi
kewenangan Daerah kabupaten/kota. Camat dalam melaksanakan tugasnya dibantu oleh
perangkat kecamatan.

C.7. Kelurahan
Kelurahan merupakan perangkat kecamatan yang dibentuk untuk membantu atau
melaksanakan sebagian tugas camat. Kelurahan dibentuk dengan Perda kabupaten/kota
berpedoman pada Peraturan Pemerintah.
Kelurahan dipimpin oleh kepala kelurahan yang disebut lurah selaku perangkat
kecamatan dan bertanggung jawab kepada camat.
Lurah mempunyai tugas membantu camat dalam:
a. melaksanakan kegiatan pemerintahan kelurahan;
b. melakukan pemberdayaan masyarakat;
c. melaksanakan pelayanan masyarakat;
d. memelihara ketenteraman dan ketertiban umum;
e. memelihara sarana dan prasarana serta fasilitas pelayanan umum;
f. melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh camat; dan
g. melaksanakan tugas lain sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

D. Evaluasi
Evaluasi ini dimaksudkan untuk mengetahui tingkat pemahaman peserta pelatihan
tentang Tugas dan Fungsi Unit Organisasi dalam bentuk pertanyaan sebagai berikut:
1. Apa yang dimaksudkan dengan Organisasi?
2. Apa yang menjadi tugas dan fungsi organisasi?
3. Sebutkan tugas dan fungsi organisasi ditempat saudara bekerja!

26
BAB IV
TUGAS DAN FUNGSI UNIT ORGANISASI

A. Unit Organisasi Perangkat Daerah


Unit Organisasi Perangkat Daerah dibentuk berdasarkan Peraturan Pemerintah
Nomer 18 tahun 2016 tentang Perangkat Daerah Pasal 19 Ayat 1 yaitu Pada dinas Daerah
provinsi dapat dibentuk unit pelaksana teknis dinas Daerah provinsi untuk melaksanakan
kegiatan teknis operasional dan/atau kegiatan teknis penunjang tertentu.
Pada dasarnya pembentukan unit organisasi yang terkait Unit Pelaksana Teknis
Daerah (UPTD) Provinsi dibentuk berdasarkan pengertian yang tertera pada pasal dan
ayat tersebut diatas.
Klasifikasi Unit Pelaksana Teknis Dinas Daerah provinsi dibedakan dalam 2
(dua) klasifikasi. Klasifikasi unit pelaksana teknis dinas Daerah provinsi terdiri atas:
1. unit pelaksana teknis dinas Daerah provinsi kelas A untuk mewadahi beban kerja yang
besar; dan
2. unit pelaksana teknis dinas Daerah provinsi kelas B untuk mewadahi beban kerja yang
kecil.
Pembentukan unit pelaksana teknis dinas Daerah provinsi ditetapkan dengan
Peraturan Gubernur setelah dikonsultasikan secara tertulis kepada Menteri. Selanjutnya
unit pelaksana teknis dinas Daerah provinsi terdapat unit pelaksana teknis dinas Daerah
provinsi di bidang pendidikan berupa satuan pendidikan Daerah provinsi. Satuan
pendidikan Daerah provinsi berbentuk satuan pendidikan formal.
Sedangkan Kabupaten/Kota Pada dinas Daerah kabupaten/kota dapat dibentuk
unit pelaksana teknis dinas Daerah kabupaten/kota untukmelaksanakan kegiatan teknis
operasional dan/atau kegiatan teknis penunjang tertentu.
Unit pelaksana teknis dinas Daerah kabupaten/kota sebagaimana dibedakan
dalam 2 (dua) klasifikasi. Klasifikasi unit pelaksana teknis dinas Daerah kabupaten/kota
terdiri atas:
1. unit pelaksana teknis dinas Daerah kabupaten/kota kelas A untuk mewadahi beban
kerja yang besar; dan
2. unit pelaksana teknis dinas Daerah kabupaten/kota kelas B untuk mewadahi beban
kerja yang kecil.
Pembentukan unit pelaksana teknis dinas Daerah kabupaten/kota ditetapkan
dengan Peraturan Bupati/Wali Kota setelah dikonsultasikan secara tertulis kepada
gubernur sebagai wakil Pemerintah Pusat.
Ketentuan lebih lanjut mengenai klasifikasi unit pelaksanateknis dinas Daerah
kabupaten/kota dan pembentukan unit pelaksana teknis dinas Daerah kabupaten/kota

27
diatur dengan Peraturan Menteri setelah mendapat pertimbangan tertulis dari menteri
terkait dan menteri yang menyelenggarakan Urusan Pemerintahan di bidang aparatur
negara.

B. Unit Organisasi Perangkat Daerah Provinsi


B. 1. Satuan Polisi Pamong Praja Daerah
Khusus untuk Urusan Pemerintahan di bidang ketenteraman dan ketertiban umum
serta perlindungan masyarakat dilaksanakan oleh dinas Daerah provinsi yang
menyelenggarakan sub urusan ketenteraman dan ketertiban umum; dan dinas Daerah
provinsi yang menyelenggarakan sub urusankebakaran.
Dinas Daerah provinsi yang menyelenggarakan sub urusan ketenteraman dan
ketertiban umum disebut satuan polisi pamong praja Daerah provinsi.

B.2. Unit Pelayanan Terpadu Satu Pintu Daerah


Untuk meningkatkan kualitas pelayanan perizinan dan nonperizinan kepada
masyarakat, Daerah membentuk unit pelayanan terpadu satu pintu Daerah provinsi yang
melekat pada dinas Daerah provinsi yang menyelenggarakan Urusan Pemerintahan di
bidang Penanaman Modal.
Besaran unit pelayanan terpadu satu pintu daerah provinsi mengikuti besaran dari
Dinas yang menyelenggarakan Urusan Pemerintahan di bidang Penanaman Modal.
Pelimpahan kewenangan pelayanan perizinan dan non perizinan kepada unit
pelayanan terpadu satu pintu ditetapkan dengan Peraturan Gubernur. Dalam rangka
menunjang kelancaran pelaksanaan pelayanan terpadu satu pintu, pada bidang yang
menyelenggarakan pelayanan terpadu satu pintu dapat dibentuk tim teknis sesuai
kebutuhan.
Berdasarkan hasil perhitungan nilai variabel Urusan Pemerintahan di bidang
penanaman modal memperoleh nilai kurang dari 401 (empat ratus satu), diwadahi
dalam dinas penanaman modal dan pelayanan terpadu satu pintu tipe C yang membawahi
paling banyak 3 (tiga) bidang.
Dinas penanaman modal dan pelayanan terpadu satu pintu dapat menerima
tambahan Urusan Pemerintahan lainnya yang serumpun dengan hasil perhitungan nilai
variabel kurang dari 401(empat ratus satu). Pembinaan unit pelayanan terpadu satu pintu
dilaksanakan oleh Menteri.

B.3. Rumah Sakit


Unit pelaksana teknis dinas Daerah provinsi terdapat unit pelaksana teknis dinas
Daerah provinsi di bidang kesehatan berupa rumah sakit Daerah provinsi sebagai unit
organisasi bersifat fungsional dan unit layanan yang bekerja secara profesional.
Pembentukan Rumah sakit Daerah provinsi dipimpin oleh direktur rumah sakit
Daerah provinsi. Rumah sakit Daerah provinsi bersifat otonom dalam penyelenggaraan

28
tata kelola rumah sakit dan tata kelola klinis serta menerapkan pola pengelolaan keuangan
badan layanan umum Daerah. Dalam hal rumah sakit Daerah provinsi belum menerapkan
pengelolaan keuangan badan layanan umum Daerah, pengelolaan keuangan rumah sakit
Daerah provinsi tetap bersifat otonom dalam perencanaan, pelaksanaan, dan
pertanggungjawaban keuangan.
Rumah sakit Daerah provinsi dalam penyelenggaraan tata kelola rumah sakit dan
tata kelola klinis dibina dan bertanggung jawab kepada dinas yang menyelenggarakan
Urusan Pemerintahan di bidang kesehatan.
Pertanggungjawaban dilaksanakan melalui penyampaian laporan kinerja rumah
sakit kepada kepala dinas yang menyelenggarakan Urusan Pemerintahan di bidang
kesehatan. Pembinaan tata kelola rumah sakit dan tata kelola klinis serta
pertanggungjawaban dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturanperundang-undangan
di bidang kesehatan.
Ketentuan lebih lanjut mengenai organisasi dan tata hubungan kerja rumah sakit
Daerah provinsi serta pengelolaan keuangan rumah sakit Daerah provinsi diatur dengan
Peraturan Presiden.

B.4. Pendidikan
Perangkat Daerah yang melaksanakan Urusan Pemerintahan bidang pendidikan dan
Urusan Pemerintahan yang hanya diotonomikan kepada Daerah provinsi dapat dibentuk
cabang dinas di kabupaten/kota. Wilayah kerja cabang dinas dapat meliputi 1 (satu) atau
lebih kabupaten/kota.
Cabang dinas dibedakandalam 2 (dua) klasifikasi. Klasifikasi cabang dinas terdiri
atas:
(1) cabang dinas kelas A untuk mewadahi beban kerja yang besar; dan
(2) cabang dinas kelas B untuk mewadahi beban kerja yang kecil.
Pembentukan cabang dinas ditetapkan dengan Peraturan Gubernur setelah
dikonsultasikan secara tertulis dengan Menteri. Dalam rangka percepatan dan efisiensi
pelayanan publik Urusan Pemerintahan, cabang dinas mendapat pelimpahan wewenang
dari gubernuryang ditetapkan dengan Peraturan Gubernur.
Cabang dinas dalam melaksanakan tugas dan fungsinyaberkoordinasi dengan
Perangkat Daerah kabupaten/kota yang melaksanakan Urusan Pemerintahan sesuai
dengan tugas cabang dinas. Ketentuan lebih lanjut mengenai cabang dinas diatur dengan
Peraturan Menteri setelah mendapat pertimbangan tertulis dari menteri terkait dan menteri
yang menyelenggarakan Urusan Pemerintahan di bidang aparatur negara.
Pada Perangkat Daerah yang sudah dibentuk cabang dinas di kabupaten/kota,
Perangkat Daerah tersebut tidak mempunyai unit organisasi terendah, kecuali sekretariat.

29
B.5. Badan Penghubung Daerah
Untuk menunjang koordinasi pelaksanaan Urusan Pemerintahan dan
pembangunan dengan Pemerintah Pusat, Daerah provinsi dapat membentuk badan
penghubung Daerah provinsi di ibu kota negara. Pembentukan badan penghubung
Daerah provinsi ditetapkan dengan Perda provinsi.
Pembentukan badan Daerah provinsi dan pembentukan badan penghubung Daerah
provinsi berdasarkan pedoman yang ditetapkan oleh Menteri setelah mendapat
pertimbangan tertulis dari menteri yang menyelenggarakan Urusan Pemerintahan di bidang
aparatur negara.

C. Unit Organisasi Perangkat Daerah Kabupaten


C. 1. Satuan Polisi Pamong Praja Daerah
Khusus untuk Urusan Pemerintahan di bidang ketenteraman dan ketertiban umum
serta perlindungan masyarakat, dilaksanakan oleh dinas Daerah kabupaten/kota yang
menyelenggarakan sub urusan ketenteraman dan ketertiban umum; dan dinas Daerah
kabupaten/kota yang menyelenggarakan sub urusan kebakaran.
Dinas kabupaten/kota yang menyelenggarakan sub urusan ketenteraman dan
ketertiban umum disebut satuan polisi pamong praja Daerah kabupaten/kota.
C.2. Unit Pelayanan Terpadu Satu Pintu Daerah
Untuk meningkatkan kualitas pelayanan perizinan kepada masyarakat, Daerah
membentuk unit pelayanan terpadu satu pintu Daerah kabupaten/kota yang melekat
pada dinas Daerah kabupaten/kota yang menyelenggarakan Urusan Pemerintahan
di bidang penanaman modal.
Besaran unit pelayanan terpadu satu pintu daerah kabupaten/kota mengikuti
besaran dari Dinas yang menyelenggarakan Urusan Pemerintahan di bidang
penanaman modal.
Pelimpahan kewenangan pelayanan perizinan dan non perizinan kepada unit
pelayanan terpadu satu pintuditetapkan dengan Peraturan Bupati/Walikota.
Dalam rangka menunjang kelancaran pelaksanaan pelayanan terpadu satu pintu,
pada bidang yang menyelenggarakan pelayanan terpadu satu pintu dapat dibentuk tim
teknis sesuai kebutuhan. Dalam hal berdasarkan hasil perhitungan nilai variabel Urusan
Pemerintahan di bidang penanaman modalmemperoleh nilai kurang dari 401 (empat
ratus satu),diwadahi dalam dinas penanaman modal dan pelayanan terpadu satu pintu tipe
C yang membawahi paling banyak 3 (tiga) bidang.
Pembinaan unit pelayanan terpadu satu pintu dilaksanakan oleh Gubernur sebagai
wakil pemerintah pusat.

30
C.3. Pendidikan
Selain unit pelaksana teknis dinas Daerah kabupaten/kota terdapat unit pelaksana
teknis dinas Daerah kabupaten/kota di bidang pendidikan berupa satuan pendidikan
Daerah kabupaten/kota. Satuan pendidikan Daerah kabupaten/kota berbentuk satuan
pendidikan formal dan nonformal.
C. 4. Rumah Sakit dan Pusat Kesehatan Masyarakat
Selain unit pelaksana teknis dinas Daerah kabupaten/kota, terdapat unit pelaksana
teknis dinas Daerah kabupaten/kota di bidang kesehatan berupa rumah sakit Daerah
kabupaten/kota dan pusat kesehatan masyarakat sebagai unit organisasi bersifat fungsional
dan unit layanan yang bekerja secara profesional.
Rumah sakit Daerah kabupaten/kota dipimpin oleh direktur rumah sakit Daerah
kabupaten/kota. Rumah sakit Daerah kabupaten/kota bersifat otonom dalam
penyelenggaraan tata kelola rumah sakit dan tata kelola klinis serta menerapkan pola
pengelolaan keuangan badan layanan umum Daerah.
Dalam hal rumah sakit Daerah kabupaten/kota belum menerapkan pengelolaan
keuangan badan layanan umum Daerah, pengelolaan keuangan rumah sakit Daerah
kabupaten/kota tetap bersifat otonom dalam perencanaan, pelaksanaan, dan
pertanggungjawaban keuangan. Rumah sakit Daerah kabupaten/kota dalam
penyelenggaraan tata kelola rumah sakit dan tata kelola klinis, dibina dan bertanggung
jawab kepada dinas yang menyelenggarakan Urusan Pemerintahan di bidang kesehatan.
Pertanggungjawaban, dilaksanakan melalui penyampaian laporan kinerja rumah
sakit kepada kepala dinas yang menyelenggarakan Urusan Pemerintahan di bidang
kesehatan. Pembinaan tata kelola rumah sakit dan tata kelola klinis serta
pertanggungjawaban, dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan di bidang kesehatan. Ketentuan lebih lanjut mengenai organisasi dan tata
hubungan kerja rumah sakit Daerah kabupaten/kota serta pengelolaan keuangan rumah
sakit Daerah kabupaten/kota diatur dalam Peraturan Presiden.
Pusat kesehatan masyarakat dipimpin oleh kepala pusat kesehatan masyarakat.
Ketentuan lebih lanjut mengenai organisasi dan tata hubungan kerja pusat kesehatan
masyarakat diatur dengan peraturan menteri yang menyelenggarakan Urusan
Pemerintahan di bidang kesehatan setelah mendapat pertimbangan tertulis dari Menteri
dan menteri yang menyelenggarakan Urusan Pemerintahan di bidang aparatur negara.

31
D. Evaluasi
Evaluasi ini dimaksudkan untuk mengetahui tingkat pemahaman peserta pelatihan
tentang Tugas dan Fungsi Unit Organisasi dalam bentuk pertanyaan sebagai berikut:
1. Apa yang dimaksudkan dengan Unit Organisasi?
2. Apa yang menjadi tugas dan fungsi unit organisasi?
3. Sebutkan tugas dan fungsi unit organisasi ditempat saudara bekerja!

32
BAB V
PENUTUP

Struktur Organisasi merupakan suatu bagan yang tersusun dan terhubung secara
formal, sistematik dan terstruktur antara tiap bagian/posisi di setiap Organisasi
Perangkat Daerah untuk kegiatan operasionalnya sekaligus menjadi tata kerja
Organisasi Perangkat Daerah didalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Tujuan
yang dimaksud adalah pencapaian visi dan misi organisasi tersebut pada khususnya dan
visi dan misi daerah pada umumya. Karena itu penyusunan struktur organisasi tersebut
pertama-tama harus mengacu pada RPJPD dan RPJMD. Selanjutnya, setiap Perangkat
Daerah dalam melaksanakan pembangunan diwajibkan menyusun Rencana Strategis
(Renstra). Adapun isi Rencana Strategis Perangkat Daerah memuat tujuan, sasaran,
program, dan kegiatan pembangunan dalam rangka pelaksanaan Urusan Pemerintahan
Wajib dan/atau Urusan Pemerintahan Pilihan sesuai dengan tugas dan fungsi setiap
Perangkat Daerah. Renstra ini selanjutnya dan diterjemahkan kedalam Rencana Kerja
Perangkat Daerah (RKPD). Dengan kata lain RPJMD yang akan menjadi dasar
pencapaian kinerja daerah jangka menengah, dilaksanakan melalui Renstra PD.
Dengan demikian maka keberhasilan pencapaian visi & misi kepala daerah ditentukan
oleh keberhasilan pencapaian Renstra PD.
Guna mencapai semua tujuan inilah kemudian setiap pemerintah daerah
membentuk stuktur organisasi pemerintahannya baik di tingkat Provinsi ataupun
tingkat Kabupaten sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan. Struktur
organisasi ini kemudian diterjemahkan kedalam unit yang lebih kecil lagi pada setiap
organisasi Perangkat Daerah sebagai pedoman tata kerja dalam sebuah hubungan yang
sistematis, hirarkis dan terstruktur. Struktur organisasi perangkat daerah ini tidak
disusun begitu saja tetapi ditetapkan dengan Peraturan Daerah dan Peraturan
Gubernur/Peraturan Bupati.

33
DAFTAR PUSTAKA

Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan


Nasional.
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah.
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 2016 Tentang Organisasi
Perangkat Daerah.
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 86 Tahun 2017 Tentang Tata Cara Perencanaan,
Pengendalian Dan Evaluasi Pembangunan Daerah, Tata Cara Evaluasi Rancangan
Peraturan Daerah.
Pemerintah Provinsi NTT, Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah Provinsi NTT
Tahun 2005 – 2025.
Pemerintah Provinsi NTT, Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Provinsi
NTT 2018-2023.

34

Anda mungkin juga menyukai