Anda di halaman 1dari 6

REVIEW JURNAL PEMBELAJARAN BAHASA ARAB DI ERA POSMETODE

Puad Hasyim, Hasyim Asy’ari

Judul : PEMBELAJARAN BAHASA ARAB DI ERA POSMETODE

Jurnal : Arabiyat (Jurnal Pendidikan Bahasa Arab dan Kebahasaaan)

Download : http://103.229.202.68/dspace/handle/123456789/31600

Volume & Halaman : Vol. 2 No. (1) Hal. 59-74

Tahun : 2015

Penulis : Muhbib Abdul Wahab

Reviewer : Puad Hasim

Tanggal : 25 November 2017

Abstrak :

Dalam abstrak penulis memberikan poin penting dari materi yang dibahas, penulis
menyatakan bahwa Tulisan ini bertujuan menjawab dua persoalan penting, yaitu: (1) peta
pekembangan metodologi pembelajaran bahasa Arab dari dekade 1960-an hingga sekarang,
dan (2) pengembangan pembelajaran bahasa Arab di era posmetode dengan mengoptimalkan
peran strategis guru dalam proses pembelajaran bahasa Arab. Tulisan ini mengandalkan
sumber-sumber bibliografis dari berbagai buku dan artikel di jurnal ilmiah tentang linguistik
dan pembelajaran bahasa arab. Pembacaan data-data pemikiran para akademis dan pakar
bahasa Arab dilakukan dengan pedekatan historis-kritis dan pemaknaan substansinya dengan
analisi isi. Konsep B. Kumaravadivelu dalam Beyond Methods: Macrostrategies for
Language Teaching (2013) yang menghendaki guru bahasa memainkan tiga peran kunci:
sebagai teknisi pasif, praktisi reflektif, dan intelektual transformatif ternyata sangat
diperlukan dalam pembelajaran bahasa Arab, karena pada dasarnya tidak ada metode yang
paling cocok dan paling ideal untuk berbagai tujuan dan situasi pembelajaran bahasa Arab.

Pendahuluan :

Pada paragraf pertama penulis menegaskan bahwa pembelajaran bahasa asing,


khususnya bahasa Inggris, dewasa ini memasuki era posmetode (‘ashr ma ba’da at-thariqah).
Yaitu era dimana metode tidak lagi dipandang sebagai faktor utama yang menentukan
keberhasilan proses pembelajaran bahasa di satu segi, dan di segi lain guru bahasa diberikan
kebebasan dan ruang yang lebih besar untuk menetapkan strategi dan teknik
pembelajarannya.

Selanjutnya, menurut pencermatan penulis. Metodologi pembelajaran bahasa Arab


yang ditulis oleh para ulama dan sarjana bahasa Arab mulai dari tahun 1968 sampai 2013
nampaknya belum didasarkan pada hasil riset yang serius, memadai dan komprehensif,
melainkan baru didasarkan pada hasil pembacaan, adaptasi dan kontekstualisasi dari tulisan
atau karya-karya yang berkembang di dunia Barat. Oleh karena itu pembahasan tentang
metodologi pembelajaran bahasa Arab di era posmetode ini menghendaki penelitian dan
diskusi yang intens di topang oleh pembacaan akademik yang komprehensif dari berbagai
perspektif.

Penulis berpendapat bahwa metodologi pembelajaran bahasa Arab bukan ilmu


tunggal melainkan ilmu majemuk, ilmu hasil per-paduan dan sinergi berbagai disiplin ilmu.
Sehingga metodologi pembelajaran bahasa Arab sangat bergantung pada seberapa jauh
pengambangan metodologi mampu menyinergikan dan melahirkan metode-metode baru
sesuai dengan perkembangan dan tuntutan zaman.

Pada bagian pendahuluan ini juga disampaikan bahwa tulisan ini bertujuan untuk
mendiskusikan dan menjawab dua permasalahan penting dan menarik yaitu: (1) peta
perkembangan metodologi bahasa Arab dari dekade 1960-an hingga 2013 yang belum jelas
penarasiannya, dan (2) pengembangan pembelajaran bahasa Arab di era posmetode dengan
mengoptimalkan peran strategis guru sebagai teknisi pasif, praktisi reflektif, dan intelektual
transformatif yang konsepnya dimajukan B. Kumaravadivelu (2013). Asumsi yang mendasari
tulisan ini adalah hasil riset Ahmad Hazratzad & Mehrnaz Gheitanchian (2010) bahwa untuk
menghadapi tantangan abad ke-21, calon guru atau pendidik bahasa harus dipersiapkan
dengan bekal aneka keterampilan dan teknik yang diperlukan agar dapat memahami
perkembangan pendidikan kontemporer dan meraih pengetahuan linguistik dan kultural yang
ekstensif, sehingga rasa percaya diri tinggi dalam memainkan perannya sebagai guru dalam
kelas bahasa yang berorientasi komunikasi. Pembelajaran di era posmetode menghendaki
ooptimalisasi peran guru secara lebih kompleks dan profesional.

Pembahasan :

Pada bagian pembahasan, penulis membagi sub pokok bahasan menjadi tiga bagian
yaitu :
Peta Perkembangan Metodologi Pembelajaran Bahasa Arab

Perkembangan metodologi pembelajaran bahasa Arab mengalami keterlambatan


kurang lebih dua dasawarsa dibandingkan dengan metode pembelajaran bahasa Inggris. Hal
ini disebabkan oleh terlambatnya para sarjana bahasa Arab dalam menekuni dan
mengembangkan ilmu metodologi.

Buku pertama yang membahas metode pembelajaran bahasa Arab adalah al-
Muwajjih al-Fanni li Mudarrisi al-Lughah al-Arabiyyah (1968) karya Abdul Alim Ibrahim.
Buku ini menjelaskan dua teori yaitu Nazhariyat al-Wahdah (all in one system, pembelajaran
dengan sistem terpadu) dan Nazhariyat al-furu’ (teori pembelajaran dengan
pemisahan/pencabangan unsur-unsur bahasa).

Pada 1970-an dan 1980-an mulai bermunculan beberapa buku bahasa Arab tentang
metodologi pengajaran bahasa Arab. Misalnya buku Thuruq Ta’lim al-Lughah al-Arabiyyah
(1985) karya Muhammad Abdul Qadir Ahmad. Pada 1978 Fathi Ali Yunus menerbitkan hasil
risetnya berjudul Tashmim Manhaj Ta’lim al-Lughah al-Arabiyyah li al-Ajanib. Riset ini
menghasilkan kesimpulan bahwa tujuan pembelajaran bahasa Arab pada umumnya adalah
untuk menguasai empat keterampilan berbahasa (Istima’, Kalam, Qiraah, dan Kitabah). Dan
faktor penyebab penutur asing mempelajari bahasa Arab adalah untuk memahami budaya
Arab dan memperluas cakrawala pemikiran dan melakukan perjalanan wisata ke Negara-
negara Arab.

Dalam dekade ini juga muncul buku yang berjudul al-Lughat al-Ajnabiyyah:
Ta’limuha wa Ta’allumuha (1988). Dalam buku ini mulai dibedakan antara pembelajaran
bahasa asing tradisional (thariqah al-qawa’id wa at-tarjamah) dan metode pembelajaran
bahasa Asing modern yang meliputi: (1) at-thariqah al-tarkibiyyah/al-binyawiyyah (metode
struktural), (2) at-thariqah at-tawashuliyyah (metode komunikatif), dan (3) at-thariqah al
‘amaliyyah (metode praktik-pragmatik).

Di awal abad ke-20 muncul metode baru sebagai reaksi kritis dari metode qawa’id wa
tarjamah yang dinilai tidak berhasil. Metode-metode itu adalah Metode langsung (direct
method, at-thariqah al-mubasyirah). metode reformasi (at-thariqah al-Ishlahiyyah, reform
method), thariqah al-qira’ah (1930-1940-an), metode audio lingual (at-thariqah as-
sam’iyyah as-syafawiyyah, 1940-150-an), Metode komunikatif (at-thariqah at-
tawashuliyyah), metode diam (at-thariqah al-shamitah, silent way). Setelah itu muncul pula
metode natural (at-thariqah at-thabi’iyyah), metode sugestopedia (at-thariqah al-Iha’iyyah)
dan metode community language learning (thariqah ta’allum al-lughah fi al-mujtama’).

Di penghujung 1980-an, terbitlah Ta’lim al-‘Arabiyyah li ghair an-nathiqina biha:


Manahijuhu wa asalibu karya Rusydi Ahmad Thu’aimah. Buku ini bukan hanya membahas
pendekatan dan metode pengajaran melainkan juga membahas prinsip-prinsip penyusunan
dan pengembangan kurikulum pembelajaran bahasa Arab berikut ragam kurikulumnya.

Di era 1980-an karya tentang pembelajaran bahasa Arab terkadang disandingkan


dengan pendidikan agama, seperti Asasiyyat Ta’lim al-lughah al-arabiyyah wa at-tarbiyyah
ad-diniyyah. Pada dekade 1990-an 2000-an pembahasan tentang metodologi pembelajaran
bahasa Arab cenderung difokuskan pada empat keterampilan bahasa. Selain itu pada dekade
ini mulai ada upaya untuk mengenalkan teori-teori yang melandasi pembelajaran bahasa
Arab, baik melalui penerjemahan dari bahasa Inggris ke dalam bahasa Arab maupun
penulisan karya langsung.

Selain itu pada dekade 200-an pembelajaran bahasa Arab lebih dirinci peruntukannya.
Buku Fushul fi Tadris al-Lughah al-Arabiyyah (Ibtida’i-Mutawassith-Tsanawi) Karya Hasan
Ja’far al-Khalifah (2003) memilah peruntukan pembelajaran bahasa Arab untuk
tingkatan/jenjang pendidikan. Selain itu, mulai dibahas pula pengembangan aktivitas
kebahasaan di luar kelas dan pennyiapan berikut pelatihan calon guru bahasa Arab.

Pengembangan metodologi pembelajaran bahasa Arab, sejauh ini tampaknya hanya


terjadi pada pembelajaran konten, unsur-unsur bahasa dan keterampilan bahasa, tetapi tidak
pada metodenya itu sendiri. Dalam kitab-kitab yang bermunculan sampai tahun 2011 belum
ditemukan metode mutakhir di bidang pembelajaran bahasa Arab. Kalaupun ada
perkembangan baru, hanyalah aplikasi sejumlah model pembelajaran aktif dan aplikasi teori
kontruktivisme dalam pembelajaran Arab.

Dengan demikian dapat ditegaskan bahwa perkembangan metodologi pembelajaran


bahasa Arab memang memasuki era posmetode. Jadi paradigma yang perlu dikembangkan
oleh pakar meupun praktisi pembelajaran bahasa bahasa Arab adalah bahwa pembelajaran
bahasa Arab itu menghendaki profesionalitas dari guru dalam melakukan sintesis terhadap
sejumlah metode dan media sehingga performa pembelajaran bahasa Arab dapat lebih
dioptimalkan.

Peran Guru Bahasa Arab di Era Posmetode


Di era posmetode ini pemeran utama dalam pembelajaran bahasa adalah guru dan
peserta didik. Di era ini yang berperan penting dalam pembelajaran bukanlah metode
melainkan profesionalitas, spirit dan kompetensi guru dalam mengajar.

Pendidik bahasa di era ini tidak hanya sebagai pengguna metode namun juga harus
mengamati, memotivasi, meneliti, mengelola, mendayagunakan multimedia dan
multikecerdasan peserta didik, menciptakan lingkungan kondusif dan sekaligus mengevaluasi
keseluruhan proses pembelajaran dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran bahasa yang
diharapkan.

Guru bahasa di era posmetode ini harus bisa memainkan tiga peran strategis, yaitu:
guru sebagai teknisi pasif, guru sebagai praktisi reflektif, dan guru sebagai intelektual
transformatif. Oleh karena itu peran guru dalam pembelajaran bahasa Arab sangat ditentukan
oleh penguasaan kompetensi guru itu sendiri, baik kompetensi profesional, pedagogik, sosial,
maupun personal.

Pengembangan Pembelajaran Bahasa Arab di Era Posmetode

Di era posmetode guru diharapkan bisa mampu mengembangkan pembelajaran


bahasa Arab berbasis informasi dan komunikasi (ICT) dan Pembelajaran Bahasa Arab
Berbasis Riset (PBABR). Dalam prakteknya PBABR dapat dirancang dengan langkah
sebagai berikut. Pertama, penetapan dan pengembangan kurikulum berdasarkan standar
keilmuan yang jelas bukan menurut selera subjektif. Kedua, penyusunan silabi dan bahan ajar
secara akademik dengan didasari riset terhadap sumber-sumber terkait melalui ICT dan
media lainnya. Ketiga, Uploading silabi dan bahan ajar dalam blog. Keempat, pengayaan dan
pengembangan bahan ajar menjadi buku atau karya ilmiah yang memadai. Kelima, diskusi,
seminar dan pematangan karya ilmiah sehihngga siap dan layak diterbitkan.

Simpulan :

Pada bagian kesimpulan penulis menyimpulkan bahwa Pembelajaran bahasa Arab di


Indonesia mengalami perkembangan yang berarti meskipun selalu kalah cepat dengan
perkembangan pembelajaran bahasa Inggris hal itu dikarenakan kita masih belajar dan selalu
menjadi konsumen dari temuan teori dan ilmu-ilmu yang dikembangkan para akademisi
Barat.

Selanjutnya, (Asy’ari, 2018) juga memberikan solusi bagaimana cara untuk


menghadapi era posmetode agar perkembangan pembelajaran bahasa arab bisa memiliki
progres yang signifikan dengan mengungkapkan “untuk lebih mengembangkan dan
memajukkan pembelajaran bahasa Arab ke depan, diperlukan usaha kolektif (Ijtihad jama’i)
yang serius dengan melakukan berbagai riset komprehensif, kolaboratif, dan eksperimen
tentang bagaimana pembelajaran bahasa Arab itu menjadi lebih menarik, mengesankan,
menginspirasi, menyenangkan, dan memahirkan”

Kekuatan penelitian :

1. Penulisan disampaikan secara rinci dan berurut.

Kelemahan penelitian

1. Adanya sebagian kata yang kurang penjelasan sehingga pembaca bisa saja kurang
paham dengan apa yang dimaksud penulis atau harus mencari penjelasan sendiri.

Anda mungkin juga menyukai