Review Jurnalpembelajaran Bahasa Arab Di Era Posmetode
Review Jurnalpembelajaran Bahasa Arab Di Era Posmetode
Download : http://103.229.202.68/dspace/handle/123456789/31600
Tahun : 2015
Abstrak :
Dalam abstrak penulis memberikan poin penting dari materi yang dibahas, penulis
menyatakan bahwa Tulisan ini bertujuan menjawab dua persoalan penting, yaitu: (1) peta
pekembangan metodologi pembelajaran bahasa Arab dari dekade 1960-an hingga sekarang,
dan (2) pengembangan pembelajaran bahasa Arab di era posmetode dengan mengoptimalkan
peran strategis guru dalam proses pembelajaran bahasa Arab. Tulisan ini mengandalkan
sumber-sumber bibliografis dari berbagai buku dan artikel di jurnal ilmiah tentang linguistik
dan pembelajaran bahasa arab. Pembacaan data-data pemikiran para akademis dan pakar
bahasa Arab dilakukan dengan pedekatan historis-kritis dan pemaknaan substansinya dengan
analisi isi. Konsep B. Kumaravadivelu dalam Beyond Methods: Macrostrategies for
Language Teaching (2013) yang menghendaki guru bahasa memainkan tiga peran kunci:
sebagai teknisi pasif, praktisi reflektif, dan intelektual transformatif ternyata sangat
diperlukan dalam pembelajaran bahasa Arab, karena pada dasarnya tidak ada metode yang
paling cocok dan paling ideal untuk berbagai tujuan dan situasi pembelajaran bahasa Arab.
Pendahuluan :
Pada bagian pendahuluan ini juga disampaikan bahwa tulisan ini bertujuan untuk
mendiskusikan dan menjawab dua permasalahan penting dan menarik yaitu: (1) peta
perkembangan metodologi bahasa Arab dari dekade 1960-an hingga 2013 yang belum jelas
penarasiannya, dan (2) pengembangan pembelajaran bahasa Arab di era posmetode dengan
mengoptimalkan peran strategis guru sebagai teknisi pasif, praktisi reflektif, dan intelektual
transformatif yang konsepnya dimajukan B. Kumaravadivelu (2013). Asumsi yang mendasari
tulisan ini adalah hasil riset Ahmad Hazratzad & Mehrnaz Gheitanchian (2010) bahwa untuk
menghadapi tantangan abad ke-21, calon guru atau pendidik bahasa harus dipersiapkan
dengan bekal aneka keterampilan dan teknik yang diperlukan agar dapat memahami
perkembangan pendidikan kontemporer dan meraih pengetahuan linguistik dan kultural yang
ekstensif, sehingga rasa percaya diri tinggi dalam memainkan perannya sebagai guru dalam
kelas bahasa yang berorientasi komunikasi. Pembelajaran di era posmetode menghendaki
ooptimalisasi peran guru secara lebih kompleks dan profesional.
Pembahasan :
Pada bagian pembahasan, penulis membagi sub pokok bahasan menjadi tiga bagian
yaitu :
Peta Perkembangan Metodologi Pembelajaran Bahasa Arab
Buku pertama yang membahas metode pembelajaran bahasa Arab adalah al-
Muwajjih al-Fanni li Mudarrisi al-Lughah al-Arabiyyah (1968) karya Abdul Alim Ibrahim.
Buku ini menjelaskan dua teori yaitu Nazhariyat al-Wahdah (all in one system, pembelajaran
dengan sistem terpadu) dan Nazhariyat al-furu’ (teori pembelajaran dengan
pemisahan/pencabangan unsur-unsur bahasa).
Pada 1970-an dan 1980-an mulai bermunculan beberapa buku bahasa Arab tentang
metodologi pengajaran bahasa Arab. Misalnya buku Thuruq Ta’lim al-Lughah al-Arabiyyah
(1985) karya Muhammad Abdul Qadir Ahmad. Pada 1978 Fathi Ali Yunus menerbitkan hasil
risetnya berjudul Tashmim Manhaj Ta’lim al-Lughah al-Arabiyyah li al-Ajanib. Riset ini
menghasilkan kesimpulan bahwa tujuan pembelajaran bahasa Arab pada umumnya adalah
untuk menguasai empat keterampilan berbahasa (Istima’, Kalam, Qiraah, dan Kitabah). Dan
faktor penyebab penutur asing mempelajari bahasa Arab adalah untuk memahami budaya
Arab dan memperluas cakrawala pemikiran dan melakukan perjalanan wisata ke Negara-
negara Arab.
Dalam dekade ini juga muncul buku yang berjudul al-Lughat al-Ajnabiyyah:
Ta’limuha wa Ta’allumuha (1988). Dalam buku ini mulai dibedakan antara pembelajaran
bahasa asing tradisional (thariqah al-qawa’id wa at-tarjamah) dan metode pembelajaran
bahasa Asing modern yang meliputi: (1) at-thariqah al-tarkibiyyah/al-binyawiyyah (metode
struktural), (2) at-thariqah at-tawashuliyyah (metode komunikatif), dan (3) at-thariqah al
‘amaliyyah (metode praktik-pragmatik).
Di awal abad ke-20 muncul metode baru sebagai reaksi kritis dari metode qawa’id wa
tarjamah yang dinilai tidak berhasil. Metode-metode itu adalah Metode langsung (direct
method, at-thariqah al-mubasyirah). metode reformasi (at-thariqah al-Ishlahiyyah, reform
method), thariqah al-qira’ah (1930-1940-an), metode audio lingual (at-thariqah as-
sam’iyyah as-syafawiyyah, 1940-150-an), Metode komunikatif (at-thariqah at-
tawashuliyyah), metode diam (at-thariqah al-shamitah, silent way). Setelah itu muncul pula
metode natural (at-thariqah at-thabi’iyyah), metode sugestopedia (at-thariqah al-Iha’iyyah)
dan metode community language learning (thariqah ta’allum al-lughah fi al-mujtama’).
Selain itu pada dekade 200-an pembelajaran bahasa Arab lebih dirinci peruntukannya.
Buku Fushul fi Tadris al-Lughah al-Arabiyyah (Ibtida’i-Mutawassith-Tsanawi) Karya Hasan
Ja’far al-Khalifah (2003) memilah peruntukan pembelajaran bahasa Arab untuk
tingkatan/jenjang pendidikan. Selain itu, mulai dibahas pula pengembangan aktivitas
kebahasaan di luar kelas dan pennyiapan berikut pelatihan calon guru bahasa Arab.
Pendidik bahasa di era ini tidak hanya sebagai pengguna metode namun juga harus
mengamati, memotivasi, meneliti, mengelola, mendayagunakan multimedia dan
multikecerdasan peserta didik, menciptakan lingkungan kondusif dan sekaligus mengevaluasi
keseluruhan proses pembelajaran dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran bahasa yang
diharapkan.
Guru bahasa di era posmetode ini harus bisa memainkan tiga peran strategis, yaitu:
guru sebagai teknisi pasif, guru sebagai praktisi reflektif, dan guru sebagai intelektual
transformatif. Oleh karena itu peran guru dalam pembelajaran bahasa Arab sangat ditentukan
oleh penguasaan kompetensi guru itu sendiri, baik kompetensi profesional, pedagogik, sosial,
maupun personal.
Simpulan :
Kekuatan penelitian :
Kelemahan penelitian
1. Adanya sebagian kata yang kurang penjelasan sehingga pembaca bisa saja kurang
paham dengan apa yang dimaksud penulis atau harus mencari penjelasan sendiri.