Anda di halaman 1dari 6

HARAPAN MASYARAKAT ACEH PASCA 10 TAHUN BENCANA

TSUNAMI

Kartika Sari, Maya Khairani, Arum Sulistyani, Risana Rachmatan


Program Studi Psikologi Fakultas kedokteran Universitas Syiah Kuala Banda Aceh
kartika.kamaruzzaman@gmail.com

Abstrak
Sepuluh tahun yang lalu Aceh dilanda Tsunami bersama dengan delapan negara lainnya.
Gelombang tsunami telah merenggut lebih dari seperempat juta jiwa pada beberapa negara
Asia Afrika yaitu Indonesia, Malaysia, Thailand, Myanmar, Bangladesh, Srilangka, India,
Maladewa, Somalia, dan Kenya. Dampak tsunami tidak hanya menimbulkan kerusakan fisik,
tetapi juga berdampak secara psikologis untuk penyintas. Perasaan takut, bingung, cemas,
tegang dan sedih adalah perasaan-perasaan yang selalu muncul pasca tsunami. Namun,
seiring berjalannya waktu, para penyintas tsunami memiliki harapan agar kehidupan menjadi
lebih baik. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat harapan pada masyarakat
Aceh yang mengalami kehilangan pada peristiwa bencana tsunami tahun 2004. Penelitian ini
melibatkan 191 subjek, yaitu 35,60% laki-laki dan 64,40% perempuan yang mengunjungi
kuburan massal di Siron (Aceh Besar) dan Ulee Lheu (Banda Aceh) pada peringatan 10 tahun
Tsunami. Data dikumpulkan dengan menggunakan kuesioner Harapan (Hope) berdasarkan
teori Snyder et al (1991) yang sebelumnya sudah diadaptasi ke dalam Bahasa Indonesia.
Berdasarkan perhitungan statistik diperoleh hasil skor rata-rata harapan masyarakat Aceh
adalah 70,2 dengan 17,8% subjek memiliki harapan yang tergolong tinggi dan 65,97%
memiliki harapan yang tergolong sedang serta 16,23% memiliki harapan yang tergolong
rendah.
Kata kunci: harapan, masyarakat Aceh, 10 tahun pasca bencana tsunami

Abstract
Ten years ago the tsunami-hit Aceh along with eight other countries. Tsunami waves have
claimed more than a quarter of a million people in some Asian and African countries, namely
Indonesia, Malaysia, Thailand, Myanmar, Bangladesh, Sri Lanka, India, the Maldives,
Somalia, and Kenya. The impact of the tsunami not only cause physical damage on survivors,
but also the psychological impact. Feelings of fear, confusion, anxiety, tension and sadness
are feelings that always appears after the tsunami. However, over time, the survivors have
hope for the better life. The purpose of this study was to determine the level of hope of the
people of Aceh who suffered loss in the event ofthe 2004 tsunami. The study involved 191
respondents, 35.60% males and 64.40% of women, who visited a mass grave in Siron(Aceh
Besar) and UleeLheu (Banda Aceh) on the 10th anniversary of the Tsunami. Data were
collected using a Hope Questionnaire based onthe theory of Snyder et al(1991) that had
previously been adapted into Indonesian. Based on statistical calculation results, average
score of Aceh people's hope is 70.2. There are 17.8% of respondents have a relatively high
Hope, and 65.97% have moderate Hope and 16.23% have relatively low Hope.
Keywords: Hope, Aceh Society, 10 years of Tsunami
1. Pendahuluan memunculkan gejala depresi atau rasa
duka cita yang berkepanjangan (Heeke,
Pada tahun 2004, Indonesia dan Stammel, & Knaevelsrud, 2014). Menurut
delapan negara lainnya yang berada di Taufik(dalam Masykur 2006) beberapa
kawasan Samudera India dilanda tsunami. gejala psikologis yang muncul dalam
Gelombang tsunami telah merenggut lebih kejadian gempa dan tsunami Aceh adalah
dari seperempat juta jiwa pada beberapa pertama rasa takut dan cemas. Perasaan
negara Asia Afrika yaitu Indonesia, inimuncul karena kekhawatiran kejadian
Malaysia, Thailand, Myanmar, yang sama akan terulang kembali,
Bangladesh, Srilangka, India, Maladewa, ketidaktahuan kemana harus melangkah,
Somalia, dan Kenya (Gempa bumi & dan kekhawatiran keamanan dan masa
Tsunami Desember 2004). Tsunami terjadi depan. Kedua adalah duka cita yang
dikarenakan gempa bumi yang mendalam (larut dalam kesedihan).
berkekuatan 9,3 SR menimbulkan getaran Kondisi ini membuat emosi semakin
kuat dan patahan ± 1200 km yang meningkat, mudah tersinggung, perubahan
membentang dari Aceh hingga ke mood (suasana hati) yang cepat antara
Andaman. Berdasarkan data dari Badan senang dan sedih, sangat cemas dan
Nasional Penanggulangan Bencana tegang, atau bahkan menjadi depresi.
(BNPB, 2008) terdapat 173.741 jiwa Ketiga adalah Kedua adalah duka cita yang
meninggal dan 116.368 orang dinyatakan mendalamdan kehilangan kontrol yang
hilang. Tsunami di Aceh mengakibatkan ditandai dengan teringat kembali kejadian
ribuan rumah dan bangunan rusak, dan traumatis yang dialami secara berulang-
menyebabkan hampir setengah juta orang ulang. Keempat adalah penyintas tsunami
menjadi pengungsi (Gempa bumi & mengalami phobia, yaitu apapun yang
Tsunami Desember 2004).Sedangkan berkaitan dengan peristiwa traumatis
menurut Djamal (dalam Oken, 2014) tersebut akan memicu ingatan yang
tsunami menyebabkan 126.761 orang menyakitkan, menyedihkan, dan
meninggal dunia, 93.285 orang hilang, menakutkan.
25.572 mengalami luka, dan 125.572
orang kehilangan tempat tinggal. Dampak Dampak bencana yang begitu
tsunami juga mengakibatkan infrastuktur besar, menyebabkan banyaknya lembaga
rusak parah, diantaranya adalah 1.200 donor datang untuk membantu, mulai dari
fasilitas kesehatan rusak, 2.135 bangunan mengevakuasi korban, perbaikan
sekolah hancur, dan 150.000 siswa infrastuktur, dan memberikan bantuan
bersekolah tanpa adanya fasilitas yang bahan makanan hingga mendirikan rumah
memadai (Schultz, 2007). sakit darurat. Seperti yang dilakukan oleh
Tim RS. Dr. Sardjito bersama dengan
Tsunami tidak hanya menimbulkan Fakultas Kedokteran UGM dan Crisis
kerusakan secara fisik, tetapi juga Center Fakultas Psikologi UGM
berdampak secara psikologis untuk mereka memberikan bantuan baik secara medis
yang mengalami peristiwa secara langsung dan psikologis dengan memberikan jasa
maupun tidak langsung. Kehilangan orang- layanan konsultasi psikologi dan psikiatri
orang yang dicintai merupakan sebuah di Meulaboh, Aceh Barat ( Satu tahun
pengalaman yang sangat menyedihkan. kegiatan RS. Dr. Sardjito, Fakultas
Walaupun sebahagian penyintas dapat Kedokteran, dan Fakultas Psikologi UGM
menyesuaikan diri dengan baik akan di Aceh, 2005). Beberapa penelitian
kondisi kehilangan tersebut, namun menyebutkan bahwa agar penyintas dapat
beberapa penyintas lainnya dapat keluar dari keadaan traumatis akibat
memunculkan gejala kehilangan yang akut bencana dengan melakukan behavior
yang nantinya apabila keadaan ini tidak cognitive therapy (Ruzek, dalam
dapat diatasi, maka akan dapat
Retnowati, Ramadiyanti, Suciati, Sokang, (dalam Heeke et al, 2014) sebahagian
& Viola, 2014). Sanchez (dalam Retnowati penyintas percaya atau masih berharap
dkk, 2014) menemukan bahwa konseling bahwa orang yang dicintainya masih
dengan menggunakan drama dapat hidup.Oleh karena itu, penelitian ini ingin
digunakan untuk meningkatkan resiliensi mengetahui bagaimanakah Harapan
dan menumbuhkan harapan pada penyintas Masyarakat Aceh Pasca 10 tahun Bencana
bencana. Menurut Snyder et al (1991) Tsunami.
harapan (hope) adalah seperangkat kognitif
yang didasarkan pada hubungan timbal 2. Metode
balik antara agency (penentu perilaku yang Penelitian ini melibatkan 191
berorientasi tujuan) dan pathway (rencana subjek masyarakat Aceh (laki-laki 68
untuk mencapai tujuan) (dalam Snyder, orang dan perempuan 123 orang).
2000). Selanjutnya, Snyder (2000) Masyarakat Aceh yang dimaksudkan
menyatakan harapan adalah keseluruhan adalah yang berziarah di dua kuburan
dari kemampuan yang dimiliki individu massal terbesar (Ulee Lheu dan Siron),
untuk menghasilkan jalur pencapaian subjek terkena dampak bencana tsunami
tujuan yang diinginkan, bersamaan dengan baik secara langsung maupun tidak
motivasi yang dimiliki untuk langsung, memiliki anggota keluarga yang
menggunakan jalur-jalur tersebut. Harapan meninggal dunia atau hilang pada saat
didasarkan pada harapan positif dalam bencana tsunami, anggota keluarga yang
pencapaian tujuan. Snyder, Irving, dan meninggal dunia atau hilang tersebut
Anderson (1991) menyatakan harapan berdomisili di Banda Aceh pada saat
adalah keadaan termotivasi yang positif terjadinya bencana tsunami, berusia 18
didasarkan pada hubungan interaktif antara tahun keatas, dan bersedia menjadi subjek
agency (energi yang mengarah pada penelitian. Teknik sampling penelitian ini
tujuan) dan pathway (rencana untuk menggunakan teknik insidental, yaitu
mencapai tujuan) (dalam Snyder, 2000). teknik penentuan sampel berdasarkan
Intervention of hope banyak digunakan kebetulan, ataudengan kata lain siapa saja
pada aspek medis. Cheavens (dalam yang secara kebetulan/insidental bertemu
Retnowati dkk, 2014) menemukan bahwa dengan peneliti dapat digunakan sebagai
intervention of hope secara signifikan sampel, apabila dipandang orang yang
dapat meningkatkan kemampuan berpikir, kebetulan ditemui tersebut cocok sebagai
menjadikan hidup seseorang menjadi sumber data (Sugiyono, 2013).
bermakna dan meningkatkan kepercayaan
diri. Dengan menumbuhkan harapan Data pada penelitian ini
positif, maka dapat menurunkan gejala dikumpulkan dengan menggunakan skala
cemas dan depresi. harapan Dispositional Hope Scale (DHS)
yang disusunoleh Snyder et al (1991).
Pasca 10 tahun tsunami masyarakat Skala DHS terdiridari 12 item dengan
Aceh berada pada periode post-trauma. delapan alternatif jawaban
Harapan penyintas untuk dapat bertemu
dengan orang yang dicintai masih tetap 3. Hasil dan Pembahasan
ada. Seperti yang disampaikan oleh salah 3.1.Hasil
seorang penyintas tsunami yang
mengatakan bahwa ia berharap Aceh lebih Berdasarkan hasil penelitian diketahui
maju dan taat beragama, semua orangtua bahwa sebagian besar subjek penelitian
berharap anak-anak mereka kembali (J, berusia 20-30 tahun yaitu (56%), 31-40
penyintas tsunami, dalam Setiawan 2014). tahun yaitu (14%), dan 41-50 tahun (13%).
Keadaan ini sejalan dengan yang
dikemukakan oleh Robins dan Sluzki
17,8% dan kategori rendah yaitu sebesar
16,23%.
Penyintas yang berada pada kategori tinggi
dapat disimpulkan sebagai individu yang tidak
memiliki rasa takut ketika berhadapan dengan
kesulitan (Snyder, dalam Grissom 2005).
Selanjutnya Snyder menyatakan individu
Gambar 1. Data Usia Subjek tersebut melihat kesulitan tersebut sebagai
sebuah hal yang biasa dalam kehidupan.
Berdasarkan hasil penelitian diketahui Individu pada kategori ini memiliki tujuan
bahwa kategorisasi harapan (hope) yang jelas dan menerapkan berbagai strategi
sebagian besar berada pada kategori dalam pencapaian tujuan tersebut. Sebaliknya
sedang 65,97%, tinggi 17,8%, rendah bagi individu yang berada pada kategori
16,23%. rendah, mereka tidak memiliki tujuan ataupun
goal yang jelas. Individu juga tidak memiliki
kemampuan untuk tetap fokus terhadap tujuan
yang telah dibuat, menjalani proses untuk
kemudian menilai sejauh mana kemajuan, dan
tidak mampu mengantisipasi hambatan yang
muncul.
Bagi penyintas yang berada pada kategori
sedang yang merupakan mayoritas pada
penelitian ini, dapat diartikan sebagai individu
yang tidak selalu mampu menghadapi
kesulitan, dan tidak selalu memiliki strategi
Gambar 2. Kategorisasi Harapan dalam upaya pencapaian sebuah tujuan.
Snyder, Lopez, Shorey, Rand dan Feldman
(2003) meyebutkan individu ini sebagai
3.2.Pembahasan “fairly frequent hopeful thinking”.
Pasca 10 tahun bencana tsunami, Selanjutnya Snyder (dalam Michenbaum,
penyintas masih mengunjungi kuburan 2006) menyatakan individu tetap
massal Siron dan Ulele Lheu. Menurut
Kristensen, Tonnessen, Weisaeth, Heir (2012)
memiliki kendali atas kehidupan mereka,
dengan mengunjungi tempat kejadian suatu berharap bahwa mereka akan
bencana, akan meningkatkan pemahaman menemukan makna dibalik setiap
individu mengenai kejadian, individu akan pengalaman, dan bahwa dalam setiap
merasa dekat dengan orang yang telah tiada,
peristiwa tragis sekalipun, kehidupan
merasa adanya kebersamaan akan rasa
kehilangan dengan keluarga lainnya, mengenal tidak berhenti dan manusia tetap
budaya setempat, dan koping dengan memiliki harapan dan dapat
pengalaman yang menakutkan. Selanjutnya memperbaiki kehidupannya.
Dengan mengunjungi tempat terjadinya
bencana juga dapat mengurangi perasaan
bersalah (Hull, Alexander, &Klein dalam
Kristensen dkk, 2012). 4. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian, kategorisasi Hasil penelitian menunjukkan bahwa
harapan penyintas mayoritas berada pada mayoritas penyintas berada pada kategori
kategori sedang sebesar 65,97%. Selebihnya
sedang yaitu sebesar 65,97%. Hal ini
berada pada kategori tinggi yaitu sebesar
menjelaskan bahwa walaupun peristiwa
tsunami sudah 10 tahun berlalu, Meichenbaum, D (2006). Trauma,
peristiwa ini masih meninggalkan bekas Spirituality, and Recovery: toward
untuk setiap individu yang mengalami. Spiritually Integrated
Penyintas memiliki harapan untuk Psychotherapy. University of
menjalani hidup yang lebih baik, akan Waterloo: Canada
tetapi karakteristik individu juga Maskyur, A.M (2006). Potret psikososial
memberikan pengaruh bagaimana korban gempa 27 Mei 2006 (Sebuah
mereka menjalani kehidupan pasca studi kualitatif di kecamatan Wedi
tsunami. dan Gantiwarno, Klaten). Jurnal
Psikologi Universitas Diponegoro,
3(1).
5. Daftar Pustaka
Oken, M (2014). Banda Aceh kini kian
Badan Pusat Statistik Kota Banda Aceh berkembang setelah satu dekade
(2015). Penduduk Kota Banda Aceh berlalu. Diunduh
tahun 2010-2013. Diunduh http://www.harianaceh.co.id/2014.
http://bandaacehkota.bps.go.id/
Retnowati, S, Ramadiyanti, D.W, Suciati,
Grissom, D.J (2005). Hope and Low Level A.A, Sokang A.Y, Viola A (2014).
literacy of Haitians in Petit Goave: Hope Intervention against
Implications for Hope theory and Depression in the Survivors of Cold
adult literacy. (Dissertation). LavaFlood from Merapi Mount.
University of Central Florida. Procedia - Social and Behavioral
Sciences 165, 170 – 178.
Gempa bumi dan tsunami 26 Desember
2004. Badan Meterologi, Satu tahun kegiatan RS. Dr. Sardjito,
Klimatologi, dan Geofisika Pusat Fakultas kedokteran, dan Fakultas
gempa bumi dan tsunami. Diunduh Psikologi UGM di Aceh (2005).
https://inatews.bmkg.go.id/new/abou Diunduh http://bencana-
t_inatews.php?urt=2 kesehatan.net/

Heeke, C, Stammel, N, Knaevelsrud, C Schultz, K (2007). Listening across


(2014). When hope and grief cultural and linguistic borders:
intersect: Rates and risks of learning from teaching in Banda
prolonged grief disorder among Aceh, Indonesia after tsunami.
bereaved individuals and relatives of Journal education change. 9, 37-51.
disappeared persons in Colombia. DOI 10.1007/s10833-007-9040-z
Journal of affective disorder, 173,
Setiawan, A (2014). Harapan warga Aceh
59-64.Diaksestanggal 13 Februari
pasca 10 tahun tsunami tragedi
2015.
tsunami. Diunduh
Kristensen, P., Tonnessen, A., Weisaeth, http://m.news.viva.co.id/
L., Heir, T (2012). Visiting the site
Snyder, C.R (2000). Handbook of Hope:
of death: Experiences of the
Theory, measures and applications.
bereaved after the 2004 Southeast
Florida: Academic Press.
Asian tsunami. Death Studies, 36,
462-476. Snyder, C.R., Lopez, S.J., Shorey, H.S.,
Rand, K.L., Feldman, D.B (2003).
Hope Theory, Measurement, and Sugiyono (2013). Metode penelitian
application to School Psychology. kombinasi (Mixed Methods).
SchoolPsychology Quarterly, 18(2), Bandung: Penerbit Alfabeta.
122-139.

Anda mungkin juga menyukai