Anda di halaman 1dari 5

Nama : Akta Muhamad Ilyas R

Nim : H43221089
Gol : B

Resume Electrical Safety

1. Electricity Is Dangerous

Kejutan listrik dapat menyebabkan cedera atau kematian. Ada empat jenis utama
cedera listrik: elektrokusi (kematian akibat kejutan listrik), kejutan listrik, luka bakar,
dan jatuh. Kalian akan menerima sengatan listrik jika sebagian tubuh kalian
menyentuh sirkuit listrik, dengan Menyentuh kabel hidup dan ground listrik, atau
menyentuh kabel hidup dan kabel lain dengan tegangan yang berbeda.

2. Dangers of Electrical Shock

Efek Arus Listrik pada Tubuh Manusia

1. Di Bawah 1 Miliamperes:
- Biasanya tidak terasa.

2. 1 Miliamperes:
- Sensasi geli-geli samar.

3. 5 Miliamperes:
- Kejutan ringan terasa; tidak menyakitkan tetapi mengganggu.
- Individu rata-rata dapat melepaskan genggaman.
- Reaksi otot yang tidak sadar yang kuat dapat menyebabkan cedera lain.

4. 6–25 Miliamperes (untuk wanita) / 9–30 Miliamperes (untuk pria):


- Kejutan menyakitkan, hilangnya kendali otot.
- Rentang arus "pembekuan" atau "tidak bisa melepaskan."
- Individu tidak dapat melepaskan, tetapi bisa terpental dari sirkuit jika otot
ekstensor terstimulasi.

5. 50–150 Miliamperes:
- Rasa sakit hebat.
- Penahanan pernapasan (berhenti bernapas).
- Kontraksi otot yang parah.
- Kematian mungkin terjadi.

6. 1,000–4,300 Miliamperes:
- Aksi pemompaan jantung yang ritmis berhenti.
- Kerusakan otot dan saraf terjadi.
- Kematian sangat mungkin terjadi.

7. 10,000 Miliamperes:
- Henti jantung dan luka bakar parah terjadi.
- Kematian hampir pasti.
8. 15,000 Miliamperes:
- Terendah saat berlebihan pada yang biasanya mengakibatkan pengaman ata
pemutus sirkuit membuka sirkuit.

Bahaya kejutan listrik bergantung pada tiga faktor kunci: jumlah arus listrik
yang mengalir melalui tubuh, durasi arus tersebut, dan jalur yang diambil oleh
arus tersebut. Semakin besar arusnya, semakin besar risikonya. Selain itu,
semakin lama kontak dengan arus listrik berlangsung, semakin besar
kemungkinan cedera serius. Jalur arus melalui tubuh juga memengaruhi efeknya;
arus yang melibatkan organ vital seperti jantung atau otak bisa sangat berbahaya.
Keselamatan selalu menjadi prioritas utama saat berhadapan dengan potensi
bahaya listrik.

3. Burns Caused by Electricity

Cedera nonfatal terkait kejutan listrik yang paling umum adalah luka bakar. Luka
bakar yang disebabkan oleh listrik dapat berjenis tiga: electrical burns, arc burns, dan
thermal contact burns.

⚫ electrical burns

Luka bakar listrik dapat terjadi ketika seseorang menyentuh kabel atau peralatan
listrik yang digunakan atau dirawat secara tidak benar. Biasanya, luka bakar semacam
itu terjadi pada tangan. Luka bakar listrik merupakan salah satu cedera yang paling
serius yang dapat dialami seseorang. Mereka harus segera mendapatkan perhatian
medis. Selain itu, pakaian juga bisa terbakar dan menyebabkan luka bakar termal
akibat panas dari api.

⚫ arc burns

arc burns terjadi ketika arus yang kuat dan ber-ampere tinggi membentuk busur
melalui udara. Pembentukan busur adalah pelepasan listrik yang bersinar yang terjadi
saat tegangan tinggi ada di antara konduktor dan arus mengalir melalui udara.
Biasanya, situasi ini disebabkan oleh kegagalan peralatan akibat penyalahgunaan atau
kelelahan. Suhu yang sangat tinggi, mencapai hingga 35.000°F, dapat tercapai dalam
ledakan busur ini.

⚫ thermal contact burns.

Luka bakar termal dapat terjadi jika terjadi ledakan saat listrik menginisiasi
campuran bahan yang mudah terbakar di udara. Pemicuan ini dapat terjadi akibat
penumpukan uap yang mudah terbakar, gas, atau debu yang dapat terbakar.
4. Overview of the Safety Model

Untuk menjaga keamanan, kita dapat mengikuti tiga tahap dalam model
keselamatan: mengenali, mengevaluasi, dan mengendalikan bahaya. Tanpa
langkah-langkah ini, risiko cedera atau kematian akibat kejutan listrik, kebakaran
listrik, atau jatuh bisa meningkat. Dengan menggunakan model keselamatan ini, kita
dapat:

1. Mengenali Bahaya: Diskusikan dan rencanakan pengenalan bahaya bersama rekan


kerja untuk memahami risiko di lingkungan kerja.

2. Mengevaluasi Bahaya: Identifikasi potensi bahaya dan secara teliti mengevaluasi


tingkat risiko cedera dari masing-masing bahaya. Jangan abaikan atau asumsikan
bahwa risikonya rendah.

3. Mengendalikan Bahaya: Kendalikan bahaya listrik melalui dua cara utama: (1)
menciptakan lingkungan kerja yang aman dan (2) menerapkan praktik kerja yang
aman.

5. Safety Model Stage 1—Recognizing Hazards

Langkah pertama dalam melindungi diri adalah mengenali berbagai bahaya yang
mungkin muncul dalam pekerjaan. Untuk melakukannya, kita perlu memahami situasi
apa saja yang bisa membahayakan kita. Berikut beberapa bahaya umum yang perlu
diwaspadai:

1. Bahaya Kabel yang Tidak Memadai: Bahaya listrik sering kali muncul saat ada
masalah dengan kabel yang tidak memadai. Ini terjadi ketika ukuran kawat kabel
terlalu kecil untuk menangani arus yang mengalir melalui mereka, melebihi kapasitas
(ampacity) kawat tersebut. Hal ini dapat menyebabkan pemanasan berlebihan pada
kawat, meningkatkan risiko kebakaran.

2. Bahaya Komponen Listrik Terbuka: Saat kabel atau komponen listrik lainnya
terbuka, ini dapat menjadi situasi yang berbahaya. Ini bisa terjadi jika penutup kabel
atau kotak pemutus dilepas.

3. Perhatikan Batasan: Memahami "batasan" adalah aspek penting untuk menjaga


keselamatan dari sengatan listrik, kilatan listrik, atau ledakan.

4. Bahaya Saluran Listrik di Atas Kepala: Saluran listrik di atas kepala biasanya tidak
diisolasi dengan baik, dan ini dapat menjadi bahaya yang tidak disadari.

5. Bahaya Isolasi yang Rusak: Insulasi yang rusak atau tidak memadai dapat menjadi
sumber bahaya listrik. Isolasi biasanya terbuat dari plastik atau karet yang
mengelilingi kabel dan mencegah kontak dengan konduktor atau manusia.

6. Dan Banyak Lainnya: Terdapat berbagai bahaya lain seperti grounding yang tidak
tepat, beban berlebih, kondisi basah, atau penggunaan Alat Pelindung Diri (APD)
yang tidak lengkap.
6. Safety Model Stage 2—Evaluating Hazards

Setelah mengenali bahaya, langkah berikutnya adalah mengevaluasi risiko yang


terkait dengan bahaya tersebut. Perhatikan tanda-tanda atau petunjuk adanya bahaya,
pertimbangkan seberapa seriusnya bahaya tersebut, dan putuskan apakah tindakan
perlu diambil. Jangan pernah mengabaikan tanda-tanda masalah yang mungkin timbul.
Tetap waspada dan lakukan evaluasi dengan cermat.

7. Safety Model Stage 3—Controlling Hazards: Safe Work Environment

Untuk mengendalikan risiko bahaya, langkah pertama adalah menciptakan


lingkungan kerja yang aman dan kemudian menjalankan pekerjaan dengan cara yang
aman. Idealnya, kita harus menghilangkan semua potensi bahaya dan menciptakan
lingkungan yang sepenuhnya aman. Patuhi peraturan OSHA dan NFPA 70E untuk
menciptakan lingkungan kerja yang aman. Berikut langkah-langkah untuk menjaga
lingkungan kerja Anda lebih aman:

1. Mengunci dan Menandai Sirkuit dan Peralatan: Gunakan prosedur lock-out yang
melibatkan penerapan kunci fisik pada sumber daya sirkuit dan peralatan setelah
dimatikan dan dihilangkan energinya. Sumber tersebut juga harus ditandai dengan tag
yang mudah dibaca untuk memperingatkan pekerja lain di area tersebut bahwa kunci
telah diterapkan.

2. Mengendalikan Bahaya Pengkabelan yang Tidak Memadai: Pastikan penggunaan


ukuran atau jenis kabel yang tepat sesuai dengan kebutuhan arus dalam suatu
rangkaian.

3. Kendalikan Bahaya Bagian Listrik yang Terkena Arus Listrik: Isolasi Komponen
Berenergi: Isolasi dapat dicapai dengan menjaga jarak aman dari bagian yang terkena
arus listrik atau dengan menggunakan pelindung fisik seperti lemari, kotak, sekat, dan
penutup.

4. Kendalikan Bahaya Paparan Kabel Listrik Beraliran Listrik: Gunakan Isolasi yang
Tepat: Gunakan isolasi yang sesuai untuk melindungi kabel listrik yang membawa
arus listrik. Isolasi ini terbuat dari bahan yang tidak menghantarkan listrik.

5. Pengendalian Bahaya Arus Kejut: Pastikan sistem kelistrikan terhubung ke


grounding dengan benar untuk menghindari bahaya arus kejut yang disebabkan oleh
perbedaan potensial.

6. Kendalikan Bahaya Arus Berlebih: Gunakan perangkat proteksi arus yang sesuai
untuk memutus aliran arus jika melebihi batas aman.

7. Kapan Anda Harus Bekerja di atau Dekat Sirkuit Langsung: Saat bekerja di area
berisiko, pastikan untuk mendapatkan izin kerja tertulis, menggunakan Alat Pelindung
Diri (APD) yang sesuai, dan menggunakan peralatan pelindung yang tepat sesuai
dengan tugas yang akan dilakukan.
8. Safety Model Stage 3—Controlling Hazards: Safe Work Practices

Selain menciptakan lingkungan kerja yang aman, penting juga untuk menjalankan
pekerjaan dengan aman. Praktik kerja yang aman membantu mengendalikan risiko
cedera atau kematian akibat bahaya di tempat kerja. Berikut beberapa praktik kerja
yang aman:

1. Rencanakan Pekerjaan Anda dan Rencanakan Keselamatan: Identifikasi, nilai, dan


kelola potensi bahaya yang ada. Rencanakan setiap tugas dengan mempertimbangkan
keselamatan sebagai prioritas utama.

2. Hindari Kondisi Kerja Basah dan Bahaya Lainnya: Selalu beroperasi dengan
asumsi ada kelembaban di area kerja, bahkan jika tidak ada tanda-tanda air yang
terlihat. Bahkan keringat dapat menciptakan kondisi kelembaban yang berpotensi
berbahaya.

3. Hindari Kabel Listrik di Atas Kepala: Saat beroperasi di sekitar saluran udara,
hindari lokasi di mana Anda atau barang yang Anda pegang dapat berkontak dengan
saluran yang tidak memiliki perlindungan atau isolasi.

4. Gunakan Kabel dan Konektor yang Tepat: Pastikan tidak terjadi overloads atau
pembebanan berlebihan pada sirkuit. Gunakan kabel dan konektor yang sesuai untuk
pekerjaan yang dilakukan.

5. Gunakan dan Rawat Alat dengan Benar: Sebelum digunakan, selalu periksa
alat-alat, gunakan alat dengan cara yang benar, dan selalu jaga alat-alat tersebut dalam
kondisi baik.

6. Kenakan APD yang Benar: Gunakan Alat Pelindung Diri (APD) yang sesuai
seperti helm, sepatu keselamatan, dan peralatan pelindung lainnya sesuai dengan
tugas yang akan dilakukan.

Anda mungkin juga menyukai