Anda di halaman 1dari 7

Bahaya Listrik dan Pencegahannya

Seringkali kita mendengar adanya kebakaran yang dipicu oleh listrik. Banyak orang kehilangan nyawa
akibat kena sengatan listrik. Masalah utama dalam mempelajari kelistrikan adalah tidak terlihat dan
tidak bisa diraba, bahkan kita tidak mau merabanya. Kita tahu ada listrik setelah melihat akibatnya,
misal lampu menyala, kipas berputar, dan radio bersuara.
Ada tiga bahaya yang diakibatkan oleh listrik, yaitu kesetrum (sengatan listrik), panas atau
kebakaran, dan ledakan. Kesetrum atau sengatan listrik akan dirasakan jika arus listrik melalui tubuh
kita. Biasanya arus akan mulai dirasakan jika arus yang mengalir lebih dari 5 mA. Pada arus yang
kecil, aliran arus hanya akan mengakibatkan kesemutan atau kehilangan kemampuan untuk
mengendalikan tangan. Pada arus yang besar, arus listrik bisa membakar kulit dan daging kita. Yang
paling bahaya adalah jika arus tersebut mengalir melalui jantung atau otak. Perlu dicatat bahwa yang
membahayakan adalah aliran arus listrik, bukan tegangan listrik. Walaupun tegangannya tinggi, bisa
saja tidak membahayakan asalkan arusnya sangat kecil.
Bahaya kedua adalah panas atau kebakaran. Panas muncul karena adanya aliran arus melalui suatu
resistansi. Besarnya panas sebanding dengan kwadrat arus, besarnya resistansi, dan waktu. Jika kita
menggunakan kabel yang terlalu kecil maka resistansinya besar sehingga kawat bisa mengalami
pemanasan. Kawat yang panas bisa menyebabkan terbakarnya isolasi kabel sehingga mengakibatkan
terjadinya hubungsingkat. Kontak atau sambungan tak sempurna juga bisa menyebabkan timbulnya
panas yang membakar isolasi kabel. Menutup lampu, menutup kipas angin, menutup layar komputer
dengan bahan yang mudah terbakar juga membahayakan.
Bahaya ketiga adalah ledakan. Saat terjadi hubungsingkat, arus listrik yang mengalir akan sangat
besar. Arus yang sangat besar bisa menyebabkan kenaikan temperatur yang sangat cepat sehingga
menyebabkan naiknya tekanan udara secara cepat. Untuk instalasi perumahan, bahaya ini mungkin
tidak terlalu besar karena arus hubungsingkat yang mungkin terjadi tidak terlalu besar.
Instalasi dan Barang Standar
Untuk mengurangi bahaya akibat penggunaan listrik, di Indonesia telah ada Peraturan Umum
Instalasi Listrik (PUIL). Di dalam PUIL, telah diatur bagaimana mengurangi risiko muculnya tegangan
sentuh yang membahayakan orang. Menurut peraturan, seharusnya semua instalasi listrik harus
mendapatkan sertifikat laik operasi (SLO) yang dikeluarkan oleh pihak yang berwenang. Sayangnya,
banyak sekali instalasi listrik tidak memiliki SLO. Kalaupun memiliki SLO, seringkali kita melakukan
perubahan instalasi tanpa melapor kepada pihak yang berwenang. Tak jarang malah instalasi listrik
diubah oleh orang yang bukan ahlinya.
Cara pertama untuk mengamankan instalasi listrik adalah dengan memasang pentanahan yang baik.
Pentanahan biasanya dilakukan dengan menanam batang tembaga sedalam tiga meter ke tanah.
Diusahakan tahanan pentanahan yang didapat kurang dari 25 Ohm. Jika penanaman sedalam tiga
meter masih menghasilkan tahanan yang tinggi, kita harus menanam lagi batang tembaga lain dan
menyambungkannya ke batang tembaga yang pertama. Jika tersedia, batang pentanahan ini harus
disambung dengan batang pentanahan penangkal petir. Setelah itu, kawat netral yang datang dari
PLN harus disambung ke batang atau elektroda pentanahan yang telah dibuat. Setelah itu, semua
bagian logam dari peralatan (yang pada keadaan normal tidak dialiri arus) harus disambung ke
elektroda pentanahan tersebut.
Tujuan utama dari pentanahan ini ada tiga. Pertama, menjamin bahwa tegangan titik netral relatif
terhadap tanah sama dengan atau mendekati nol. Kedua, menjamin bahwa semua bagian logam
peralatan tegangannya selalu mendekati nol sehingga aman jika tersentuh oleh tubuh kita. Ketiga,
jika terjadi hubung singkat antara kawat dengan bagian logam peralatan, arus listrik bisa mengalir
cukup besar sehingga bisa terdeteksi oleh pengaman sehingga bisa segera diputus. Dengan
pemutusan yang segera, pemanasan bisa dihindari sehingga mencegah terjadinya kebakaran.
Selain harus dipasang oleh ahlinya, demi keamanan kita harus menggunakan peralatan listrik yang
sesuai standar. Ukuran kabel harus sesuai dengan kebutuhannya. Bahan isolasi yang dipakai harus
sesuai dengan peruntukannya. Kabel yang terlalu kecil bisa menyebabkan kabel mengalami
pemanasan lebih yang bisa menimbulkan kebakaran. Isolasi yang tidak sesuai akan mudah sobek dan
mudah terbakar jika kawat di dalam kabel mengalami pemanasan.
Pengaman atau MCB juga harus sesuai ukurannya dan benar pemasangannya. Gunakan stop kontak
yang sesuai dengan standar. Jangan melakukan pencabangan terlalu banyak di suatu titik. Kontak
yang tidak sempurna bisa menyebabkan terjadinya pemanasan dan membakar bahan isolasi. Jangan
pernah mencabut kontak tusuk (colokan) peralatan listrik dengan menarik kabelnya. Idealnya, semua
peralatan listrik yang beredar di Indonesia harus memenuhi Standar Nasional Indonesia (SNI). Dalam
praktek, banyak sekali beredar peralatan yang tidak sesuai standar. Banyak konsumen memilih
peralatan hanya berdasarkan harga.
Kebiasaan Aman

Selain membiasakan hanya menggunakan peralatan standar yang dijamin keamanannya, hal-hal
berikut bisa mengurangi risiko bahaya listrik:
1. Jangan menggunakan pencukur listrik dan hair dryer di kamar mandi. Yakinkan tangan dalam
keadaan kering saat menggunakan peralatan listrik;
2. Jangan memasang stop kontak di tempat yang mungkin basah;
3. Jangan mencolokan banyak peralatan dalam suatu stop kontak atau pembagi;
4. Jangan mencabut kontak tusuk dengan kabelnya;
5. Matikan listrik atau cabut stop kontaknya saat peralatan tidak digunakan;
6. Jangan gantung pakaian pada lampu atau peralatan listrik lainnya; dan
7. Panggil ahlinya jika curiga ada gangguan pada peralatan listrik.

Sedangkan bahaya sekunder adalah bahaya-bahaya yang diakibatkan listrik secara tidak langsung.
Namun bukan berarti bahwa akibat yang ditimbulkannya lebih ringan
dari yang primer. Contoh bahaya sekunder antara lain adalah tubuh/bagian tubuh terbakar baik
langsung maupun tidak langsung, jatuh dari suatu ketinggian, dan lain-lain.

1. Dampak Sengatan Listrik Bagi Manusia


Dampak sengatan listrik antara lain adalah :
• Gagal kerja jantung (Ventricular Fibrillation), yaitu berhentinya denyut jantung atau denyutan yang
sangat lemah sehingga tidak mampu mensirkulasikan darah dengan baik. Untuk mengembalikannya
perlu bantuan dari luar.
• Gangguan pernafasan akibat kontraksi hebat (suffocation) yang dialami oleh paruparu.
• Kerusakan sel tubuh akibat energi listrik yang mengalir di dalam tubuh,
• Terbakar akibat efek panas dari listrik

2. Tiga Faktor Penentu Tingkat Bahaya Listrik


Ada tiga faktor yang menentukan tingkat bahaya listrik bagi manusia, yaitu tegangan (V), arus (I) dan
tahanan (R). Ketiga faktor tersebut saling mempengaruhi antara satu dan lainnya yang ditunjukkan
dalam hukum Ohm.
Tegangan (V) dalam satuan volt (V) merupakan tegangan sistem jaringan listrik atau sistem tegangan
pada peralatan. Arus (I) dalam satuan ampere (A) atau mili- ampere
(mA) adalah arus yang mengalir dalam rangkaian, dan tahanan (R) dalam satuan ohm, kilo ohm atau
mega ohm adalah nilai tahanan atau resistansi total saluran yang tersambung pada sumber tegangan
listrik. Sehingga berlaku:
I = V/R; R= V/I; V= I x R
Bila dalam hal ini titik perhatiannya pada unsur manusia, maka selain kabel (penghantar), sistem
pentanahan, dan bagian dari peralatan lain, tubuh kita termasuk bagian dari tahanan rangkaian
tersebut

Tingkat bahaya listrik bagi manusia, salah satu faktornya ditentukan oleh tinggi rendah arus listrik
yang mengalir ke dalam tubuh kita. Sedangkan kuantitas arus akan ditentukan oleh tegangan dan
tahanan tubuh manusia serta tahanan lain yang menjadi bagian dari saluran. Berarti peristiwa
bahaya listrik berawal dari sistem tegangan yang digunakan untuk mengoperasikan alat. Semakin
tinggi sistem tegangan yang digunakan, semakin tinggi pula tingkat bahayanya. Jaringan listrik
tegangan rendah di Indonesia mempunyai tegangan seperti yang ditunjukkan pada Gambar 1.5 dan
sistem tegangan yang digunakan di Indonesia adalah: fasa-tunggal 220 V, dan fasa-tiga 220/380 V
dengan frekuensi 50 Hz. Sistem tegangan ini sungguh sangat berbahaya bagi keselamatan manusia.

Mengenal Bahaya Listrik Bagi Manusia


Label: Generator
Pada satu sisi, dalam menjalankan aktivitas sehari-hari kita sangat membutuhkan daya listrik. Namun
pada sisi lain, listrik sangat membahayakan keselamatan kita kalau tidak dikelola dengan baik.
Sebagian besar orang pernah mengalami/merasakan sengatan listrik, dari yang hanya merasa
terkejut saja sampai dengan yang merasa sangat menderita. Oleh karena itu, untuk mencegah dari
hal-hal yang tidak diinginkan, kita perlu meningkatkan kewaspadaan terhadap bahaya listrik dan
jalan yang terbaik adalah melalui peningkatan pemahaman terhadap sifat dasar kelistrikan yang kita
gunakan.

Bahaya listrik dibedakan menjadi dua, yaitu bahaya primer dan bahaya sekunder.
Bahaya primer adalah bahaya-bahaya yang disebabkan oleh listrik secara langsung, seperti bahaya
sengatan listrik dan bahaya kebakaran atau ledakan.
Sedangkan bahaya sekunder adalah bahaya-bahaya yang diakibatkan listrik secara tidak langsung.
Namun bukan berarti bahwa akibat yang ditimbulkannya lebih ringan dari yang primer. Contoh
bahaya sekunder antara lain adalah tubuh/bagian tubuh terbakar baik langsung maupun tidak
langsung, jatuh dari suatu ketinggian, dan lain-lain.
Dampak sengatan listrik bagi manusia antara lain adalah:
 Gagal kerja jantung ( Ventricular Fibrillation), yaitu berhentinya denyut jantung atau
denyutan yang sangat lemah sehingga tidak mampu mensirkulasikan darah dengan baik.
Untuk mengembalikannya perlu bantuan dari luar.
 Gangguan pernafasan akibat kontraksi hebat (suffocation ) yang dialami oleh paru-paru.
 Kerusakan sel tubuh akibat energi listrik yang mengalir di dalam tubuh,
 Terbakar akibat efek panas dari listrik.

Tiga Faktor Penentu Tingkat Bahaya Listrik.


Ada tiga faktor yang menentukan tingkat bahaya listrik bagi manusia, yaitu tegangan (V) , arus (I) dan
tahanan (R) . Ketiga faktor tersebut saling mempengaruhi antara satu dan lainnya yang ditunjukkan
dalam hukum Ohm, Tegangan (V) dalam satuan volt (V) merupakan tegangan sistem jaringan listrik
atau sistem tegangan pada peralatan. Arus (I) dalam satuan ampere (A) atau mili- ampere (mA)
adalah arus yang mengalir dalam rangkaian, dan tahanan (R) dalam satuan ohm, kilo ohm atau mega
ohm adalah nilai tahanan atau resistansi total saluran yang tersambung pada sumber tegangan
listrik.
Bila dalam hal ini titik perhatiannya pada unsur manusia, maka selain kabel (peng-hantar), sistem
pentanahan, dan bagian dari peralatan lain, tubuh kita termasuk bagian dari tahanan rangkaian
tersebut.

Tingkat bahaya listrik bagi manusia, salah satu faktornya ditentukan oleh tinggi rendah arus listrik
yang mengalir ke dalam tubuh kita. Sedangkan kuantitas arus akan ditentukan oleh tegangan dan
tahanan tubuh manusia serta tahanan lain yang menjadi bagian dari saluran. Berarti peristiwa
bahaya listrik berawal dari sistem tegangan yang digunakan untuk mengoperasikan alat. Semakin
tinggi sistem tegangan yang digunakan, semakin tinggi pula tingkat bahayanya. Jaringan listrik
tegangan rendah di Indonesia mempunyai tegangan seperti yang ditunjukkan pada Gambar 1.5 dan
sistem tegangan yang digunakan di Indonesia adalah: fasa-tunggal 220 V, dan fasa-tiga 220/380 V
dengan frekuensi 50 Hz. Sistem tegangan ini sungguh sangat berbahaya bagi keselamatan manusia.

Energi listrik jelas dibutuhkan pada saat ini, tetapi selain memberikan manfaat juga mempunyai
potensi yang dapat membahayakan peralatan dan kita sendiri seperti :
1. Kebakaran
Energi listrik menimulkan panas, dan apabila panas ini berlebihan mengakibatkan isolasi dari kabel
listrik menjadi rusak yang bahkan akan timbul api yang dapat menjadi kebakaran. Kita tahu bahwa
kilang PT Badak adalah kilang pencairan gas alam yang punya resiko terjadinya kebocoran gas yang
mengarah kepusat-pusat distribusi listrik (MCC) atau terminal-terminal listrik yang bisa berakibat
kebakaran / peledakan yang diakibatkan adanya potensi terjadinya percikan api .
2. Peledakan
Pusat-pusat distribusi listrik seperti di SWGR & MCC semua breaker / kontaktor sudah dirancang
untuk dapat mengatasi jika terjadinya kelebihan beban ataupun short circuit. Tetapi oleh sesuatu hal
dapat terjadi ledakan pada breaker kontaktor ini yang disebabkan oleh cara pengoperasian yang
salah , misalnya :
Breaker/kontaktor motor di MCC 4160 Volt ini jenisnya tidak boleh di Switch Off pada keadaan
masih ada beban ( Do not open under load).
3. Radiasi
Unit-unit pembangkit listrik (generator) atau distribusi listrik tegangan tinggi sudah pasti ada radiasi
yang diakibatkan oleh arus induksi dari kawat penghantarnya.
Sampai saat ini efek radiasi listrik terhadap sel-sel penting dalam tubuh manusia masih
diperdebatkan oleh para pakar kelistrikan apakah berbahaya atau tidak.
4. Kematian
Jika seseorang terkena sengatan arus listrik, maka orang itu hanya mampu bertahan sekitar + 3
menit dengan besarnya arus listrik yang mengalir ditubuhnya sebesar 0.40 Ampere, kemudian tidak
dapat ditolong lagi / meninggal .

Pencegahan dan penanggulangannya :


1. Kebakaran :
· Yakinkan isolasi kabel tidak terkelupas / pecah atau sambungan terminal tidak kendor yang bisa
berakibat terjadinya percikan bunga api. Jika mendapati hal-hal yang demikian segera laporkan dan
dibuatkan MWO untuk perbaikan.
· Apabila menjalankan salah satu motor , kemudian motor tersebut trip kembali sebaiknya hanya kita
lakukan maximum 2 kali untuk meresetnya dan segera kita informasikan E/S Crew untuk mengecek /
memperbaikinya.
· Apabila terjadi kebakaran segera isolasi daerah yang terkena dan gunakan alat pemadam
kebakaran yang sesuai untuk memadamkannya.
2. Peledakan :
Yakinkan dulu jenis breaker / kontaktor yang akan kita switch off dan apabila dikehendaki  harus
menyetop dulu motor nya dari breaker / kontaktornya.
3. Radiasi :
Menurut pakar kelistrikan yang setuju bahaya radiasi listrik , batas aman bagi kita pada jarak + 3
meter dan berada selama 4 jam terus menerus pada lingkungan yang terjangkau radiasi.
4. Kematian :
· Jangan mencoba memegang kabel listrik terbuka, jika kabel itu masih dialiri listrik.
· Harus mematikan sumber arus listriknya apabila ada Maintenance Crew akan bekerja pada
peralatan listrik. (Lo-To)

Tindakan yang harus dilakukan apabila terjadi kecelakaan terkena sengatan listrik:


· Jika mungkin putuskan aliran listrik.
· Apabila aliran listrik tidak dapat diputuskan, gunakan potongan kayu atau tali untuk memindahkan
sikorban kecelakaan.
· Bila pernapasan korban terhenti berikanlah penapasan buatan dan bila jantungnya berhenti
lakukan pijatan kearah jantung dan lanjutkan tindakan ini sampai bantuan kesehatan datang.
· Minta bantuan seseorang untuk mendapatkan bantuan pertolongan pertama dokter / ambulance.

Penutup
Telah kita sadari bersama bahwa semua jenis pekerjaan mempunyai resiko terjadinya kecelakaan
yang dapat merusakkan peralatan dan bahkan melayangnya jiwa seseorang, oleh sebab itu
mengetahui sebab dan akibat serta bahaya yang ditimbulkan dari suatu system atau peralatan
sangatlah diperlukan.

Sebelum bekerja persiapkan hal-hal sebagai berikut:


· Siapkan alat kerja yang kondisinya baik dan sesuai dengan pekerjaan yang akan dilakukan.
· Periksa lokasi tempat kerja apakah terdapat bahaya yang mengancam keselamatan para
pekerja dan kemungkinan kerusakan pada peralatan.
· Pergunakan peralatan perlindungan diri yang sesuai dengan pekerjaan yang akan dilakukan.
· Lakukan pembinaan team work yang baik agar pekerjaan dapat dikerjakan dengan lancar.
· Lakukan safety talk yang tujuannya agar para pekerja terhindar dari kecelakaan.

Penyebab terjadinya kebakaran banyak disebabkan oleh korsleting listrik. Untuk itu ada beberapa
hal yang harus di perhatikan untuk mencegah bahaya kebaran yang disebabkan korsleting listrik.
Di bawah ini kami informasikan tips mencegah bahaya kebakaran akibat korsleting listrik:
1. Percayakan pemasangan instalasi rumah/bangunan anda pada instalatir yang terdaftar sebagai
anggota AKLI (Assosiasi Kontraktor Listrik Indonesia) dan terdaftar di PLN. Secara legal instalatir
mempunyai tanggung jawab terhadap keamanan instalasi.
2. Jangan menumpuk steker atau colokan listrik terlalu banyak pada satu tempat karena sambungan
seperti itu akan terus menerus menumpuk panas yang akhirnya dapat mengakibatkan korsleting
listrik.
3. Jangan menggunakan material listrik sembarangan yang tidak standar walaupun harganya murah.
Tetapi memiliki sertifikat Sistim Pengawasan Mutu (SPM) yang berlabel tulisan atau,
4. Jika sering putus jangan menyambungnya dengan serabut kawat yang bukan fungsinya karena
setiap sekring telah diukur kemampuan menerima beban tertentu.
5. Lakukan pemeriksaan secara rutin terhadap kondisi isolasi pembungkus kabel, bila ada isolasi yang
terkupas atau telah menipis agar segera dilakukan penggantian. Gantilah instalasi rumah/bangunan
anda secara menyeluruh minimal lima tahun sekali. pekerjaan pemeriksaan dan penggantian
sebaiknya dilakukan oleh instalatir anggota AKLI dan terdaftar di PLN.
6. Gunakan jenis dan ukuran kabel sesuai peruntukan dan kapasitas hantar arusnya.
7. Bila terjadi kebakaran akibat korsleting listrik akibat pengaman Mini Circuit breaker (MCB) tidak
berfungsi dengan baik, matikan segera listrik dari kWh meter. Jangan menyiram sumber kebakaran
dengan air bila masih ada arus listrik.
8. Anda juga perlu mengetahui bahwa hubungan arus pendek atau korsleting adalah kontak
langsung antara kabel positif dan negatif yang biasanya dibarengi dengan percikan bunga api, dan
bunga api inilah yang memicu kebakaran. PLN telah memasang MCB yang terpadu dengan kWh dan
OA Kast yang berfungsi sebagai pembatas bila pemakaian beban melebihi kapasitas daya sekaligus
sebagai pengaman bila terjadi hubungan arus pendek.
9. Hindari pemakaian listrik secara illegal karena disamping membahayakan keselamatan jiwa,
tindakan itu juga tergolong tindak kejahatan yang dipidanakan.
Jadi sebelum hal-hal yang tak diinginkan terjadi seperti musibah kebakaran menimpa Anda,
sebaiknya kita melakukan tindak pencegahan. Bukankah mencegah itu lebih baik daripada
mengobati!

Anda mungkin juga menyukai