Anda di halaman 1dari 2

ONTOLOGI: HAKIKAT APA YANG DIKAJI

Pembahasan ontologi adalah pembahasan yang menyangkut segala yang ada baik itu fisika
maupun metafisika. Namun dalam kajian ini akan ditekankan pada aspek metafisika, asumsi,
peluang, beberapa asumsi dalam ilmu, dan batas-batas penjelajahan ilmu.

1. Metafisika
Metafisika adalah ujud-ujud yang bersifat gaib (supernatural) yang berada di balik alam
nyata ini yang bersifat lebih tinggi dan lebih berkuasa. Lawan dari supernaturalisme adalah
naturalisme yang menolak bahwa terdapat ujud-ujud yang bersifat supernatural. Salah satu
paham yang berdasar pada naturalisme ini adalah matrialisme yang berpendapat bahwa gejala-
gejala alam tidak disebabkan oleh pengaruh kekuatan yang bersifat gaib melainkan oleh
kekuatan yang terdapat dalam alam itu sendiri yang dapat dipelajari dan diketahui.
Kamun mekanistik, memandang bahwa alam ini termasuk makhluk hidup hanya
merupakan gejala fisika-kimia semata. Sedang kaum vitalistik memandang hidup adalah sesuatu
yang unik yang berbedea secara substantif dengan proses tersebut di atas. Titik temu dari kedua
kubu itu adalah sifat pragmatis dari ilmu.

2. Asumsi
Dalam asumsi terdapat tiga masalah yang rumit namun menarik yaitu; pilihan bebas,
deterministik, dan probabilistik.
Deterministic berpaham bahwa pengetahuan adalah bersifat empiris yang dicerminkan
oleh zat dan gerak yang bersifat universal. Pilihan bebas menyatakan bahwa manusia
mempunyai kebebasan dalam menentukan pilihannya tidak terikat kepada hokum alam yang
tidak memberikan alternatif. Sedangkan probabilistic posisi tengah yang terletak antara
keduanya.
Betulkah bahwa pengetahuan bersifat umum? Aliran eksistensialis berpendapat bahwa
adalah merupakan kekejaman untuk meletakan hakimat manusia yang bersifatkahas dan
individual di bawah tiarani pengetahuan yang bersifat umu. Pengetahuan manusia bersifat
individual yang berorientasi kepada pengalaman pribadi.

3. Peluang
Ilmu memberikan pengetahaun kepada kita sebagai dasar untuk mengambil keputusan
yang diambil dari penasiran kesimpulan. Dengan demikian, keputusan terletak di tangan kita
bukan pada teori-toeri keilmuan.
Sekiranya hari mendung, maka terdapat peluang 0.8 akan turun hujan. Kita tidak boleh
bepergian, atau kita akan tetap pergi karena ada peluang 0.2 untuk tidak turun hujan.

4. Beberapa Asumsi Dalam Ilmu


Ilmu sekedar merupakan pengetahuan yang mempunyai kegunaan praktis yang dapat
membantuk kehidupan manusia secara pragmatis. Dimanakah terdapat celah-celah perbedaan
dalam ilmu? Perbedaannya terletak dalam fundasi di mana dibangun teori ilmiah di atasnya
yakni tentang asumsi dalam dunianya.
Dalam analisis mekanistis terdapat empat komponen yaitu; zat, gerak, ruang, dan waktu.
Keempat komponen itu menurut Newton berisifat absolut. Menurut Einstein keempat
komponen itu bersifat relatif.
Dalam ilmu social lebih rumit. Siapakah manusia itu? Jawabannya tergantung kepada
situasinya. Dalam kegiatan ekonomi maka dia makhluk ekonomi, dalam politik maka dia
political animal, dalam dunia pendidikan dia homo educandum. Dan kotak-kotak manusia makin
lama makin banyak dan makin sempit.

1
Apakah kita perlu membuat kotak-kotak ini dan memberikan pembatasan dalam bentuk
yang lebih sempit? Jawabannya, sekiranya ilmu ingin mendapatkan pengetahuan yang bersifat
analitis, untuk menjelaskan kaitan antar berbagai gejala adalah perlu. Untuk membangun tol
Cileunyi-padalarang, manusia mencoba mendekati permasalah dari berbagai segi; psikologis,
sosiologis, tata kota, kesehatan umum, transportasi, pendidikan, perpustakaan, hiburan,
pertamanan, dll. Ilmu-ilmu itu bersifat otonom dan “berfederasi” dalam suatu pendekatan
multidisipliner. Jadi bukan fusi dengan penggabungan asumsi yang kacau balau.
Dalam pengembangan asumsi harus diperhatikan beberapa hal:
1. Asusmsi itu harus relevan dengan bidang dan tujuan pengkajian disiplin keilmuan.
Asumsi harus operasional dan merupakan dasar pengkajian teoritis.
2. Asumsi harus disimpulkan dari: keadaan sebagaimana adanya, bukan keadaan
bagaimana seharusnya.

5. Batas-batas Penjelajahan Ilmu


Apakah yang menjadi karakteristik obyek ontologis ilmu yang membedakanilmu dari
pengetahuan-pengetahaun yang lainnya? Jawabannya, ilmu menjelajahi pengalaman manusia
dan berhenti di pengalaman manusia. Surga dan neraka, asal kejadian manusia bukan wilayah
jelajah ilmu karena di luar empiris manusia. Jika ilmu memasukan daerah di luar batas
pengalaman empirisnya, bagaimana kita melakukan pembuktian secara metodologis.
Ruang penjelajahan ilmu kita menjadi berkapling-kapling. Pada fase awal hanya terdapat
ilmu-ilmu alam (natural philosophy) dan ilmu-ilmu social (moral philosophy) dewasa ini
terdapat lebih 650 cabang keilmuan. Dengan semakin sempitnya daerah penjelajahan bidang
ilmu seringkali kita diperlukan pandangan dari disiplin ilmu-ilmu lain. Saling memandang ini
disebut multi-disipliner.

Anda mungkin juga menyukai