Bab Iv
Bab Iv
Dalam bab ini disajikan hasil analisis data dan pembahasan sesuai dengan
teori-teori dari literatur yang telah diuraikan pada Bab II serta metode penelitian
yang telah diuraikan pada Bab III. Hasil pengolahan data yang diuraikan pada bab
ini meliputi: Pengujian sifat-sifat fisis, klasifikasi tanah berdasarkan AASHTO
(American Assosiation of State Highway and Transportation Officials) dan USCS
(Unified Soil Classification System), pengujian permeabilitas laboratorium metode
falling head, dan permeabilitas lapangan serta selisih perbandingan antara nilai
permeabilitas laborattorium dengan nilai permeabilitas lapangan.
29
30
dan tanah berbutir halus, jika lebih dari 50% lolos saringan No. 200. Untuk
mendapatkan klasifikasi tanah berdasarkan sistem USCS, dapat dilihat pada
contoh di bawah ini. Berdasarkan hasil penelitian yaitu sebagai berikut:
1. Berdasarkan data dari Tabel 4.1, analisa saringan pada titik BH01
menunjukkan bahwa tanah yang lolos saringan nomor 200 adalah
31,48%, untuk BH02 sebesar 36,30%, dan BH03 sebesar 36,48%, maka
ketiga titik tersebut mendapatkan nilai kurang dari 50% sehingga tanah
tersebut termasuk ke dalam fraksi tanah yang berbutir kasar. Pada titik
BH04 persentase lolos saringan nomor 200 lebih besar dari 50% yaitu
58,68%, sehingga tanah tersebut digolongkan ke dalam tanah berbutir
halus.
2. Berdasarkan Gambar 4.1, nilai indek plastisitas (plasticiy index) pada
titik BH01 sebesar 3,09%, dan BH02 nilai PI = 1,58%. Maka dari nilai
indek plastisitas BH01 dan BH02, maka tanah tergolong ke dalam jenis
pasir berlanau atau campuran pasir-lanau (SM), karena nilai PI lebih
kecil dari 4%. Titik BH03 memperoleh nilai indek plastisitas (PI)
sebesar 4,68%. Dari hasil tersebut menunjukan nilai PI lebih besar dari
4% dan batas atterberg berada pada garis arsir, maka tanah pada titik
BH03 memiliki simbol ganda, sehingga dikelompokkan kedalam jenis
tanah lanau berlempung dan pasir berlempung (SM dan SC). Pada titik
BH04 nilai indek plastisitas (PI) = 10,09%. Dari hasil menunjukkan
nilai PI lebih kecil dari 50% dan tergolong kedalam tanah berbutir
halus, sehingga jenis tanah seperti ini diperlukan analisa terhadap grafik
hubungan nilai indek plastisitas dengan nilai batas cair yang
diperlihatkan dalam gambar 4.1 halaman 33
32
BH03
BH04
Dari grafik diatas terlihat, bahwa pada titik BH04 tanah tergolong ke
dalam jenis tanah ML dan OL. Untuk memperoleh simbol tunggal, maka
dilakukan perbandiangan antara sistem USCS dengan sistem AASHTO. Dari hasil
analisa klasifikasi tanah sistem AASTO tanah tergolong ke dalam jenis tanah
lanau (A-4), sehingga dapat disimpulkan bahwa klasifikasi tanah sistem USCS
tergolong kedalam tanah lanau tak organik, pasir sangat halus atau pasir halus
berlanau (ML).
Adapun hasil klasifikasi tanah pada tubuh bendungan Sianjo-Anjo,
Kecamatan simpang kanan, Kabupaten Aceh singkil dapat dilihat pada Tabel 4.2
berikut ini.
Tabel 4.2 Hasil klasifikasi tanah menurut sistem AASHTO dan USCS
3.000E-03.
2.500E-03. LABORATORIUM
LAPANGAN
2.000E-03.
k (mm/s)
1.500E-03.
1.000E-03.
5.000E-04.
0.000E+00.
BH01 BH02 BH03 BH04
TITIK
4.6 Pembahasan
tergolong kedalam jenis tanah berlanau atau di simbolkan A-4. Sedangkan pada
sistem klasifikasi tanah USCS, pada titik BH01 dan BH02 tanah tergolong
kedalam jenis tanah pasir berlanau atau campuran pasir-lanau (SM). Pada titik
BH03 batas Atterberg berada di daerah garis arsir pada diagram plastisitas,
sehingga pada titik BH03 memakai simbol ganda (SM,SC) dengan jenis tanah
pasir berlanau, campuran pasir-lanau, dan pasir-lempung. Pada titik BH04 tanah
tergolong kedalam jenis tanah lanau tak organik, pasir sangat halus dan pasir halus
berlanau.
Berdasarkan hasil pengujian kuat geser langsung (direct shear)
menggunakan metode SNI 3420-2016, pada titik BH01 memperoleh nilai sudur
geser efektif (φ) sebesar 26,52o dikatagorikan ke dalam jenis tanah pasir beranau
dengan kondisi tidak padat. Pada BH02 dengan nilai φ = 30,97o dan BH03 dengan
nilai φ = 32,33o, maka tanah dikatagorikan ke dalam jenis pasir berlanau dengan
kondisi padat. Pada titik BH04 tanah tergolong kedalam jenis pasir berlau dengan
kondisi tidak padat (φ = 28,78o).
Berdasarkan nilai koefisien permeabilitas tanah (k) dari hasil uji
laboratorium yang dilakukan sesuai metode SNI 03-6870-2002, pada titik BH01
nilai koefisien permeabilitas (k) sebesar 2,747 x 10-3, BH02 dengan nilai k sebesar
2,790 x 10-3, BH03 dengan nilai k = 8,070 x 10-4, dan BH04 dengan koefisien
permeabilitas (k) sebesar 6,642 x 10-4. Dari hasil dari ke-empat titik tersebut,
maka tanah dikatagorikan kedalam jenis tanah pasir halus atau lanau longgar.
Dengan demikian dari hasil pengujian sifat sifat fisis dan mekanis tanah
pada tubuh bendungan menperoleh karakteristik tanah pembentuk tubuh
bendungan yaitu rata-rata pasir berlanau dengan tingkat permeabilitas dan sudut
geser yang tinggi. Hal ini sangat berlawanan dengan konsep tanah pembentuk
tubuh bendungan yang digunakan sebagai bagunan kedap air. Dari hasil diatas
maka tanah tersebut tidak cocok digunakan sebagai bahan penyusun tubuh
bendungan, sehingga salah satu solusi atau penanganan pada bendungan Sianjo-
Anjo, Kecamatan Simpang Kanan - Aceh Singkil adalah dengan mengantikan
jenis material penyusun tubuh bendungan.