Anda di halaman 1dari 8

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

Dalam bab ini disajikan hasil analisis data dan pembahasan sesuai dengan
teori-teori dari literatur yang telah diuraikan pada Bab II serta metode penelitian
yang telah diuraikan pada Bab III. Hasil pengolahan data yang diuraikan pada bab
ini meliputi: Pengujian sifat-sifat fisis, klasifikasi tanah berdasarkan AASHTO
(American Assosiation of State Highway and Transportation Officials) dan USCS
(Unified Soil Classification System), pengujian permeabilitas laboratorium metode
falling head, dan permeabilitas lapangan serta selisih perbandingan antara nilai
permeabilitas laborattorium dengan nilai permeabilitas lapangan.

4.1 Hasil Pengujian Sifat-sifat Fisis Tanah

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan terhadap sampel tanah tat


terganggu (undisturbed) yang diambil dari hasil pengeboran (uji boring) pada
tubuh bendungan Sianjo-Anjo, Kecamatan Simpang Kanan - Aceh Singkil. Hasil
sifat-sifat fisis tanah yang terdiri dari kadar air (water content), berat isi (unit
weight), berat jenis (specific gravity), batas cair (liquid limit), batas plastis (plastic
limit) dan analisis saringan (sieve analylis). Hasil pengujian sifat-sifat fisis tanah
diperlihatkan pada Tabel 4.1 di bawah ini.

Tabel 4.1 Hasil Pengujian Sifat-sifat Fisis Tanah


Batas Persen
Kadar Berat isi lolos
Kode Kedalaman Berat konsistensi
air #200
sampel (m) γb γd jenis LL PL
(%)
(gr/cm3) (gr/cm3) (%) (%) (%)
BH01 2,5-3,0 20,427 1,655 1,374 2,661 30,75 27,66 31,48
BH02 2,5-3,0 15,429 1,311 1,136 2,651 23,21 21,63 36,30
BH03 2,5-3,0 23,175 1,654 1,343 2,630 26,22 21,54 36,48
BH04 3,0-3,5 28,637 1,722 1,338 2,622 33,79 23,70 58,68

29
30

4.2 Hasil Klasifikasi Tanah Berdasarkan sistem AASHTO dan USCS

Menurut sistem klasifikasi AASHTO, tanah diklasifikasikan kedalam


tujuh kelompok besar yaitu; A-1 sampai dengan A-7. Tanah yang diklasifikasikan
kedalam A-1, A-2 dan A-3 adalah tanah berbutir kasar yang kurang dari 35%
jumlah butiran tanah lolos ayakan No. 200. Tanah yang lebih dari 35% butirannya
lolos ayakan No. 200 diklasifikasikan kedalam kelompok A-4, A-5, A-6 dan A-7,
maka tanah ini termasuk dalam klasifikasi lanau-lempung.
Untuk menentukan klasifikasi tanah dengan sistem AASHTO dapat dilihat
pada contoh di bawah ini berdasarkan hasil penelitian yaitu sebagai berikut:

1. Berdasarkan hasil analisis saringan, yaitu: Data dari hasil analisis


saringan pada Tabel 4.1 menunjukkan bahwa tanah yang lolos saringan
No.200 (Ø 0,074 mm) yaitu untuk BH01 kedalaman 2,5-3,0 meter
sebesar 31,48%, BH02 (2,5-3,0) sebesar 36,30%, BH03 (2,5-3,0)
sebesar 36,48%, dan BH04 (3,0-3,5) sebesar 58,68%. dari ke empat
titik tersebut BH01 tergolong ke dalam jenis tanah kerikil dan pasir
berlanau atau berlempung dengan simbol A-2-4, karena persentase lolos
saringan nomor 200 kurang dari 35%. Sedangkan BH02, BH03, dan
BH04 tergolong ke dalam tanah berlanau atau disimbolkan A-4, karena
persen lolos saringan nomor 200 lebih dari 35%.
2. Berdasarkan batas cair (LL) dan indeks plastisitas (PI), yaitu data dari
Tabel 4.1 pada titik BH01 menunjukkan bahwa nilai batas cair (LL)
sebesar 30,75% yang kurang dari 40%, dan indek plastis (PI) sebesar
3,09% yang lebih kecil dari 10%, tanah ini dimasukkan dalam
kelompok A-2-4. Untuk BH02 dengan nilai LL = 23,21%, PI = 1,58%,
BH03 nilai LL = 21,54%, PI = 2,16% dan BH04 nilai LL = 33,79, PI =
10,09%. Dari ketiga titik tersebut maka tanah dikelompokkan kedalam
tanah berlanau (A-4), karena nilai liquid limit (LL) kurang dari 40%
dan nilai plasticity index (PI) maksimal 10%.

Berdasarkan sistem USCS, tanah dikelompokan kedalam dua kelompok


besar, yaitu tanah berbutir kasar, dimana kurang dari 50% lolos ayakan No.200,
31

dan tanah berbutir halus, jika lebih dari 50% lolos saringan No. 200. Untuk
mendapatkan klasifikasi tanah berdasarkan sistem USCS, dapat dilihat pada
contoh di bawah ini. Berdasarkan hasil penelitian yaitu sebagai berikut:

1. Berdasarkan data dari Tabel 4.1, analisa saringan pada titik BH01
menunjukkan bahwa tanah yang lolos saringan nomor 200 adalah
31,48%, untuk BH02 sebesar 36,30%, dan BH03 sebesar 36,48%, maka
ketiga titik tersebut mendapatkan nilai kurang dari 50% sehingga tanah
tersebut termasuk ke dalam fraksi tanah yang berbutir kasar. Pada titik
BH04 persentase lolos saringan nomor 200 lebih besar dari 50% yaitu
58,68%, sehingga tanah tersebut digolongkan ke dalam tanah berbutir
halus.
2. Berdasarkan Gambar 4.1, nilai indek plastisitas (plasticiy index) pada
titik BH01 sebesar 3,09%, dan BH02 nilai PI = 1,58%. Maka dari nilai
indek plastisitas BH01 dan BH02, maka tanah tergolong ke dalam jenis
pasir berlanau atau campuran pasir-lanau (SM), karena nilai PI lebih
kecil dari 4%. Titik BH03 memperoleh nilai indek plastisitas (PI)
sebesar 4,68%. Dari hasil tersebut menunjukan nilai PI lebih besar dari
4% dan batas atterberg berada pada garis arsir, maka tanah pada titik
BH03 memiliki simbol ganda, sehingga dikelompokkan kedalam jenis
tanah lanau berlempung dan pasir berlempung (SM dan SC). Pada titik
BH04 nilai indek plastisitas (PI) = 10,09%. Dari hasil menunjukkan
nilai PI lebih kecil dari 50% dan tergolong kedalam tanah berbutir
halus, sehingga jenis tanah seperti ini diperlukan analisa terhadap grafik
hubungan nilai indek plastisitas dengan nilai batas cair yang
diperlihatkan dalam gambar 4.1 halaman 33
32

BH03
BH04

Gambar 4.1 : Grafik hubungan indek plastisitas dan batas cair

Dari grafik diatas terlihat, bahwa pada titik BH04 tanah tergolong ke
dalam jenis tanah ML dan OL. Untuk memperoleh simbol tunggal, maka
dilakukan perbandiangan antara sistem USCS dengan sistem AASHTO. Dari hasil
analisa klasifikasi tanah sistem AASTO tanah tergolong ke dalam jenis tanah
lanau (A-4), sehingga dapat disimpulkan bahwa klasifikasi tanah sistem USCS
tergolong kedalam tanah lanau tak organik, pasir sangat halus atau pasir halus
berlanau (ML).
Adapun hasil klasifikasi tanah pada tubuh bendungan Sianjo-Anjo,
Kecamatan simpang kanan, Kabupaten Aceh singkil dapat dilihat pada Tabel 4.2
berikut ini.

Tabel 4.2 Hasil klasifikasi tanah menurut sistem AASHTO dan USCS

Kode Kedalaman Klasifikasi Tanah Sistem


sampel (m) AASHTO USC
(A-2-4)
(SM)
BH01 2,5-3,0 Keriki dan pasir yang
Pasir berlanau, campuran pasir lanau
mengandung lanau atau lempung
(A-4) (SM)
BH02 2,5-3,0 Tanah berlanau Pasir berlanau, campuran pasir lanau
(SM, SC)
(A-4)
BH03 2,5-3,0 Tanah berlanau
Pasir berlanau, campuran pasir lanau
dan pasir-lempung
(ML)
(A-4)
BH04 3,0-3,5 Tanah berlanau
Lanau tak organik dan pasir sangat
halus, pasir halus berlanau
33

4.3 Hasil Pengujian Mekanis

Adapun pengujian sifat mekanis yang dilakukan di laboratorium meliputi


pengujian kuat geser langsung (direct shear) dan pengujian permeabilitas tanah
tekanan menurun (falling head). Berikut ini adalah uraian hasil dari masing-
masing pengujian tersebut.

a. Percobaan kuat geser langsung (direct shear) di laboratorium dilakukan


dengan dilaksanakan sesuai dengan standar SNI 3420-2016. Tujuan
dilakukan pengujian kuat geser adalah untuk memperoleh nilai sudut
geser dalam efektif (φ) pada tubuh bendungan Sianjo-Anjo, Kecamatan
Simpang Kanan – Aceh Singkil. Hasil dari kuat geser langsung (direcr
shear) dapat di lihat pada Tabel 4.3 berikut.

Tabel 4.3 Hasil pengujian kuat gesr langsung (direct shear)


Sudut geser
Kode Kedalaman
efekti (φ) Jenis tanah
sampel (m)
(derajat)
BH01 2,5-3,0 26,52o Pasir berlanau kodisi tidak padat
BH02 2,5-3,0 30,97o Pasir berlanau kodisi padat
BH03 2,5-3,0 32,33o Pasir berlanau kodisi padat
BH04 3,0-3,5 28,78o Pasir berlanau kodisi tidak padat

b. Percobaan kuat permeabilitas tanah (falling head) di laboratorium


dilaksanakan sesuai dengan standar SNI 03-6870-2002. Tujuan
dilakukan pengujian permeabilitas adalah untuk mendapatkan nilai
koefisien permeabilitas (k) pada tubuh bendungan Sianjo-Anjo,
Kecamatan Simpang Kanan – Aceh Singkil. Nilai koefisien
permeabilitas tanah (k) dapat di lihat pada Tabel 4.4 berikut.

Tabel 4.4 Hasil pengujian permeabilitas tanah


Kedalaman k
Kode sampel Jenis tanah
(m) (mm/s)
BH01 2,5-3,0 2,747 x 10-2 Pasir halus, lanau longgar
BH02 2,5-3,0 1,429 x 10-2 Pasir halus, lanau longgar
BH03 2,5-3,0 3,659 x 10-3 Pasir halus, lanau longgar
BH04 3,0-3,5 2,020 x 10-3 Pasir halus, lanau longgar
34

4. 4 Hasil Pengujian Permeabilitas Lapangan

Nillai permeabilitas tanah di lapangan merupan data sekunder yang


diperoleh dari hasil pengujian permeabilitas lapangan yang dilakukan oleh PT.
Indra Karya. Data nilai permeabilitas lapangan dapat dilihat pada tada tabel 4.5 di
bawah ini.

Tabel 4.5 Hasil pengujian permeabilitas lapangan


Kedalaman k
Kode sampel Jenis tanah
(m) (mm/s)
BH01 2,00 1,944 x 10-2 Pasir halus, lanau longgar
BH02 2,00 1,046 x 10-2 Pasir halus, lanau longgar
BH03 2,00 2,860 x 10-3 Pasir halus, lanau longgar
BH04 2,00 1,578 x 10-3 Pasir halus, lanau longgar

4.5 Perbandingan Nilai Permeabilitas Laboratorium dan Lapangan

Perbandingan nilai permeabilias lapangan dan laboratorium bertujan untuk


mendapat persentasen selisih antara nilai koefisien permeabilitas yang diperoleh
dari hasil uji laboratorium dan lapangan, jika nilai permeabilitas lapangan
mendekati nilai permeabilitas laboratorium, maka nilai permeabilitas lapangan
padat digunakan dan sebaliknya. Tabel 4.6 memperlihatkan hasil dan selisih
perbandingan antara nilai permeabilitas laboratorium dan lapangan. Grafik 4.1
memperlihatkan selisih perbandingan antara nilai koefisien permeabilias (k)
laboratorium dan lapangan yang terdapat pada halaman 35.

Tabel 4.5 Selisih perbandingan antara nilai permeabilitas laboratorium dan


lapangan.
k k Persentase selisih
Kode sampel Laboratorium Lapangan perbandingan
(mm/s) (mm/s) (%)
BH01 2,747 x 10-2 1,944 x 10-2 29%
BH02 1,429 x 10-2 1,046 x 10-2 27%
BH03 3,659 x 10-3 2,860 x 10-3 22%
BH04 2,020 x 10-3 1,578 x 10-3 22%
35

3.000E-03.

2.500E-03. LABORATORIUM

LAPANGAN
2.000E-03.
k (mm/s)

1.500E-03.

1.000E-03.

5.000E-04.

0.000E+00.
BH01 BH02 BH03 BH04
TITIK

Grafik 4.1 Selisih perbandingan antara nilai koefisien permeabilias (k)


Laboratorium dan Lapangan.

Berdasarkan hasil perbandingan yang diperlihatkan pada tabel 4.5 dan


grafik 4.1, bahwa selisih penbandingan antara koefisien permeabilitas (k)
laboratorium dan lapangan sangat mendekati. Persentase selisih antara nilai
koefisien (k) laboratorium dan lapangan terbesar berada pada titik BH01 yaitu
sebesar 29% dan persentase selisih terkecil yaitu berada pada titik BH03 dan
BH04 yaitu 22%. Maka dari hasil tersebut dapat disimpulkan pengunaan nilai
koefisien permeabilitas (k) lapangan dapat digunakan untuk proses analisa dan
penangan yang cocok pada tubuh bendungan.

4.6 Pembahasan

Berdasarkan klasifikasi AASHTO dari hasil pengujian sifat - sifat fisis


tanah pada tubuh bendungan Sianjo-Anjo, Kecamatan Simpang Kanan,
Kabupaten Aceh Singkil. Pada titik BH01 tanah tergolong kedalam jenis tanah
kerikil dan pasir yang mengandung lempung dan lanau (A-2-4) dengan persentase
batas cair LL (30,75%) dan nilai indek plastisitas PI (3,09). Pada titik BH02
persentase lolos saringan nomor 200 (36,3%), LL (23,21%), PI (1,58%). Pada titik
BH03 dengan persentase lolos saringan nomor 200 (36,48%), LL (26,22%), PI
(4,68%). Titik BH04, lolos saringan nomor 200 (58,68%), LL (33,79%), dan PI
(10,09). Dari ke tiga titik tersebut yaitu BH02, BH03 dan BH04, maka tanah
36

tergolong kedalam jenis tanah berlanau atau di simbolkan A-4. Sedangkan pada
sistem klasifikasi tanah USCS, pada titik BH01 dan BH02 tanah tergolong
kedalam jenis tanah pasir berlanau atau campuran pasir-lanau (SM). Pada titik
BH03 batas Atterberg berada di daerah garis arsir pada diagram plastisitas,
sehingga pada titik BH03 memakai simbol ganda (SM,SC) dengan jenis tanah
pasir berlanau, campuran pasir-lanau, dan pasir-lempung. Pada titik BH04 tanah
tergolong kedalam jenis tanah lanau tak organik, pasir sangat halus dan pasir halus
berlanau.
Berdasarkan hasil pengujian kuat geser langsung (direct shear)
menggunakan metode SNI 3420-2016, pada titik BH01 memperoleh nilai sudur
geser efektif (φ) sebesar 26,52o dikatagorikan ke dalam jenis tanah pasir beranau
dengan kondisi tidak padat. Pada BH02 dengan nilai φ = 30,97o dan BH03 dengan
nilai φ = 32,33o, maka tanah dikatagorikan ke dalam jenis pasir berlanau dengan
kondisi padat. Pada titik BH04 tanah tergolong kedalam jenis pasir berlau dengan
kondisi tidak padat (φ = 28,78o).
Berdasarkan nilai koefisien permeabilitas tanah (k) dari hasil uji
laboratorium yang dilakukan sesuai metode SNI 03-6870-2002, pada titik BH01
nilai koefisien permeabilitas (k) sebesar 2,747 x 10-3, BH02 dengan nilai k sebesar
2,790 x 10-3, BH03 dengan nilai k = 8,070 x 10-4, dan BH04 dengan koefisien
permeabilitas (k) sebesar 6,642 x 10-4. Dari hasil dari ke-empat titik tersebut,
maka tanah dikatagorikan kedalam jenis tanah pasir halus atau lanau longgar.
Dengan demikian dari hasil pengujian sifat sifat fisis dan mekanis tanah
pada tubuh bendungan menperoleh karakteristik tanah pembentuk tubuh
bendungan yaitu rata-rata pasir berlanau dengan tingkat permeabilitas dan sudut
geser yang tinggi. Hal ini sangat berlawanan dengan konsep tanah pembentuk
tubuh bendungan yang digunakan sebagai bagunan kedap air. Dari hasil diatas
maka tanah tersebut tidak cocok digunakan sebagai bahan penyusun tubuh
bendungan, sehingga salah satu solusi atau penanganan pada bendungan Sianjo-
Anjo, Kecamatan Simpang Kanan - Aceh Singkil adalah dengan mengantikan
jenis material penyusun tubuh bendungan.

Anda mungkin juga menyukai