Anda di halaman 1dari 12

TUGAS KELOMPOK

MEKANISME PROSES MANAJEMEN RESIKO PERUSAHAAN

PT Perkebunan Nusantara X (Persero).

MANAJEMEN RESIKO

DOSEN PENGAMPU

Dr. Meina Wulansari Yusniar, S.E, M.Si

DISUSUN OLEH

Muhammad Fauzan (2110312210051)

Laila Agustiah (2110312220042)

Rahmat Sya’ban (2010312310110)

PROGRAM STUDI MANAJEMEN

UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT

BANJARMASIN

2023
PT PERKEBUNAN NUSANTARA XIII (PERSERO).

PT Perkebunan Nusantara XIII atau biasa disingkat menjadi PTPN XIII, adalah anak usaha PTPN III
yang bergerak di bidang perkebunan. PTPN XIII mengelola kebun inti kelapa sawit seluas 55.440,49
ha (48,91%), dan plasma seluas 57.908,60 ha (51,09%), dengan didukung oleh 9 Pabrik Minyak Sawit
(PMS) berkapasitas 440 Ton Tbs/Jam dan 2 Unit Pengolahan Biodiesel (UPB) berkapasitas 6.000 liter
per hari. PTPN XIII juga mengelola kebun inti karet seluas 14.487,46 ha (32,86%), dan plasma seluas
29.595,04 ha (67,14%), dengan didukung oleh 2 Pabrik Pengolahan Karet (PKR) berkapasitas 63
ton/KK/hari, dan 1 Pabrik Karet Sheet berkapasitas 10 ton/KK/hari.

Struktur Organisasi

Prinsip, Kerangka Kerja dan Proses Manajemen Risiko


Sebagai Perusahaan yang bergerak dalam bidang agro industri kelapa sawit dan karet, seluruh
kegiatan bisnis PT Perkebunan Nusantara XIII dihadapkan pada pengaruh internal dan eksternal yang
membuat ketidakpastian terkait apakah dan kapan Perusahaan dapat mencapai tujuannya. Efek
ketidakpastian pencapaian pada sasaran ini disebut Risiko. Manajemen Risiko adalah aktivitas
terkoordinasi untuk mengarahkan dan mengendalikan risiko pada sebuah organisasi.
Agar manajemen risiko dapat berjalan lebih efektif, sebuah organisasi pada berbagai tingkatan harus
patuh pada prinsip-prinsip, kerangka kerja dan proses manajemen risiko yang dapat dilihat pada
diagram berikut:

a. Prinsip Manajemen RIsiko


Dalam mencapai tujuan dalam melindungi dan meningkatkan nilai Perusahaan, terdapat 8 (delapan)
prinsip yang merupakan dasar dalam pelaksanaan manajemen risiko dan harus menjadi
pertimbangan utama dalam menetapkan kerangka dan proses manajemen risiko.
1. Terintegrasi
Manajemen risiko adalah bagian integral dari semua aktivitas perusahaan.
2. Terstruktur dan Komprehensif
Pendekatan terstruktur dan komprehensif terhadap manajemen risiko berkontribusi
terhadap hasil yang konsisten dan terstruktur.
3. Disesuaikan
Kerangka kerja dan proses manajemen risiko disesuaikan dan proporsional dengan konteks
eksternal dan internal organisasi yang berkaitan dengan sasarannya.
4. Inklusif
Pelibatan yang sesuai dan tepat waktu memungkinkan pengetahuan, pandangan dan
persepsi dari pemangku kepentingan untuk dipertimbangkan dengan harapan menghasilkan
peningkatan kesadaran dan terinformasinya manajemen risiko secara mendalam.
5. Dinamis
Risiko dapat muncul, berubah atau hilang seiring perubahan konteks eksternal dan internal
organisasi. Manajemen risiko mengantisipasi, mendeteksi, mengakui dan menanggapi
perubahan serta peristiwa tersebut tepat waktu.
6. Informasi Terbaik Yang Tersedia
Masukan untuk manajemen risiko didasarkan pada data historis dan saat ini, serta peluang
di masa depan. Manajemen risiko secara eksplisit memperhitungkan segala batasan dan
setiap ketidakpastian yang terkait dengan informasi dan peluang. Informasi yang
disampaikan tepat waktu, jelas dan tersedia untuk pemangku kepentingan yang relevan.
7. Faktor Manusia dan Budaya
Perilaku dan budaya manusia secara signifikan mempengaruhi semua aspek manajemen
risiko pada setiap tingkat dan tahap.
8. Perbaikan Berkelanjutan
Manajemen risiko diperbaiki secara berkelanjutan melalui pembelajaran dan pengalaman.

b. Kerangka Kerja Manajemen Risiko


Kerangka kerja manajemen risiko bertujuan untuk membantu Perusahaan dalam
mengintegrasikan manajemen risiko ke dalam aktivitas dan fungsi Perusahaan. Efektifitas
menajemen risiko tergantung pada integrasinya ke dalam tata kelola Perusahaan, termasuk
pengambilan keputusan yang memerlukan dukungan dan komitmen dari pemangku
kepentingan terutama Direktur/SEVP.
Pengembangan kerangka kerja meliputi integrasi, desain, implementasi, evaluasi dan
perbaikan manajemen risiko di seluruh organisasi.

1. Kepemimpinan dan Komitmen


Direktur/SEVPharus memastikan bahwa pelaksanaan kegiatan manajemen risiko telah
terintegrasi dalam seluruh kegiatan Perusahaan dan harus memberikan contoh kepem
impinan dan komitmen yang konsisten dengan cara :
a) Melakukan penyesuaian dan implementasi seluruh komponen kerangka kerja.
b) Menerbitkan kebijakan beserta produk turunan lainnya termasuk rencana kerja untuk
pengembangan manajemen risiko.
c) Memastikan teralokasinya sumber daya yang dibutuhkan untuk mengelola risiko dan
pengembangannya.
d) Menentukan dan memastikan kejelasan wewenang, tanggung jawab dan akuntabilitas
pada setiap level jabatan di Perusahaan.

2. Integrasi
Integrasi adalah proses dan upaya-upaya yang dilakukan untuk memastikan bahwa
manajemen risiko menjadi proses yang tidak terpisahkan dari seluruh proses bisnis yang ada
di dalam Perusahaan. Hal-hal yang dapat diperhatikan terkait dengan integrasi ini adalah :
a) Mengintegrasikan manajemen risiko sangat bergantung kepada pemahaman terhadap
struktur Perusahaan dan konteksnya karena risiko harus dikelola di setiap bagian struktur
Perusahaan. Struktur dapat berbeda, bergantung ke tujuan, sasaran serta kompleksitasnya.
b) Proses integrasi manajemen risiko merupakan proses yang dinamis dan
berkesinambungan serta disesuaikan dengan kebutuhan dan budaya Perusahaan.
c) Manajemen Risiko harus menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari strategi, tujuan dan
sasaran, tata kelola, kepemimpinan dan komitmen, serta kegiatan operasional Perusahaan.
d) Menentukan akuntabilitas dan peran pengawasan manajemen risiko merupakan bagian
tak terpisahkan dari tata kelola yang dibutuhkan.
e) Dengan adannya integrasi maka secara umum setiap insan Perusahaan mempunyai
tanggung jawab dalam mengelola risiko

3. Desain
Dalam merencanakan Kerangka manajemen risiko, Perusahaan harus memperhatikan
beberapa hal sebagai berikut :
a) Pemahaman organisasi dan konteksnya.
b) Penegasan komitmen manajemen risko.
c) Penetapan peran, kewenangan, tanggung jawab dan akuntabilitas organisasi.
d) Alokasi sumber daya.
e) Persiapan komunikasi dan konsultasi.

4. Implementasi
Ketepatan bentuk dan penerapan kerangka kerja akan memastikan bahwa proses
Manajemen Risiko akan menjadi bagian dari setiap aktifitas di seluruh organisasi termasuk
dalam pengambilan keputusan serta berubah mengikuti perubahan konteks internal dan
eksternal yang terjadi. Perusahaan dapat menerapkan kerangka kerja manajemen risiko
yang sudah dibentuk dengan cara :
a) Membangun kesesuaian rencana termasuk waktu dan sumber daya.
b) Mengidentifikasi dimana, kapan dan bagaimana berbagai macam keputusan yang akan
dibuat di perusahaan dan oleh siapa.
c) Memodifikasi proses pengambilan keputusan apabila dibutuhkan.
d) Memastikan pengaturan pengelolaan risiko yang dibuat secara jelas dipahami dan dapat
dilakukan.
e) Keberhasilan implementasi dari kerangka kerja membutuhkan keterlibatan dan kesadaran
dari setiap pemangku kepentingan.
Hal ini mampu membuat perusahaan mengidentifikasi ketidakpastian dalam pengambilan
keputusan.

5. Evaluasi
Dalam rangka pelaksanaan evaluasi efektifitas kerangka kerja maka Perusahaan harus :
a) Mengukur kemajuan penerapan kerangka kerja manajemen risiko secara berkala dikaitkan
dengan tujuan yang telah ditetapkan, rencana, indikator dan budaya yang diharapkan.
b) Memastikan kesesuaian kerangka kerja dalam mendukung pencapaian sasaran
perusahaan.

6. Perbaikan
Proses perbaikan kerangka kerja memperhatikan :
a) Adaptasi
Perusahaan sebaiknya secara berkelanjutan memantau dan mengadaptasi kerangka kerja
manajemen risiko untuk mengatasi perubahan eksternal dan internal.

b) Perbaikan berkesinambungan

Perusahaan sebaiknya secara berkesinambungan meningkatkan kesesuaian dan efektivitas


kerangka kerja manajemen risiko serta bagaimana proses manajemen risiko diintegrasikan.

c. Proses Manajemen Risiko


Proses manajemen risiko merupakan penerapan secara sistematis atas kebijakan, prosedur
dan praktik pada aktivitas komunikasi dan konsultasi, penetapan konteks, serta penilaian,
perlakuan, pemantauan, peninjauan, pencatatan, dan pelaporan risiko.

1. Komunikasi dan Konsultasi (Communication and Consultation)


Komunikasi dan konsultasi merupakan sarana untuk membantu para pemangku
kepentingan dalam memahami risiko, dasar pengambilan keputusan, dan alasan
mengapa tindakan tertentu diperlukan. Komunikasi dimaksudkan untuk mendorong
kesadaran dan pemahaman risiko, sedangkan konsultasi meliputi pencarian umpan balik
dan informasi yang diperlukan untuk mendukung pengambilan keputusan. Komunikasi
dan konsultasi yang sejalan akan memfasilitasi pertukaran informasi yang faktual, tepat
waktu, relevan, akurat, dan dapat dipahami, dengan mempertimbangkan kerahasiaan
dan integritas informasi, dan hak privasi individu.
Sasaran proses komunikasi dan konsultasi adalah:
a. Menyatukan berbagai macam keahlian menjadi satu dalam setiap tahap proses
manajemen risiko.
b. Memastikan perbedaan pandangan telah cukup dipertimbangkan dalam merumuskan
kriteria dan evaluasi risiko.
c. Menyediakan informasi yang memadai untuk memfasilitasi proses pengawasan risiko
dan pengambilan keputusan.
d. Membangun keterlibatan dan rasa memiliki diantara pemangku kepentingan yang
terdampak risiko.

2. Lingkup, Konteks dan Kriteria


Tujuan penentuan ruang lingkup, konteks dan kriteria adalah untuk melakukan
penyesuaian pada proses manajemen risiko agar memungkinkan pelaksanaan risk
assesment berjalan efektif, serta melakukan perlakukan risiko yang sesuai konteks,
ruang lingkup dan kriteria.
a) Penentuan Ruang Lingkup
Manajemen risiko dapat diterapkan diberbagai tingkat sehingga diperlukan
kejelasan tentang ruang lingkup cakupan, sasaran relevan perlu dipertimbangkan
dan keselarasannya dengan sasaran Perusahaan. Kriteria bersifat dinamis dan secara
rutin dapat diubah jika diperlukan.
Pertimbangan dalam merencanakan ruang lingkup risiko :
1) Sasaran dan keputusan yang akan dibuat.
2) Hasil akhir yang diharapkan dari setiap langkah dalam proses.
3) Waktu dan lokasi termasuk keterbatasannya.
4) Kesesuaian perangkat dan teknik risk assesment.
5) Kebutuhan sumber daya, tanggung jawab dan data yang disimpan.
6) Hubungan dengan proyek, proses atau kegiatan lainnya.

b) Penentuan Konteks Ekternal dan Internal


eksternal dan internal adalah lingkungan dimana Perusahaan menentukan dan
mencapai tujuannya. Konteks proses manajemen risiko seharusnya ditetapkan dari
pemahaman terhadap lingkungan eksternal dan internal tempat Perusahaan
beroperasi serta merefleksikan lingkungan spesifik dari aktivitas yang menjadi
sasaran penerapan manajemen risiko.
Pemahaman konteks sangat penting karena:
1) Manajemen risiko mengambil tempat dalam konteks suatu sasaran dan aktivitas
di dalam Perusahaan.
2) Faktor eksternal dan internal menjadi sumber risiko.
3) Tujuan dan ruang lingkup proses manajemen risiko dapat saling terkait dengan
sasaran Perusahaan secara keseluruhan.

c) Penentuan Kriteria Risiko


Perusahaan menentukan besaran dan tipe risiko yang akan diambil atau tidak
diambil dalam mencapai sebuah tujuan atau target termasuk menentukan kriteria
untuk mengevaluasi tingkat signifikan risiko dan untuk mendukung proses
pengambilan keputusan. Kriteria seharusnya selaras dengan kerangka manajemen
risiko, merefleksikan nilai, sasaran dan sumber daya Perusahaan serta konsisten
dengan kebijakan manajemen risiko.
Pertimbangan dalam menetapkan kriteria risiko antara lain:
1) Sifat dan jenis ketidakpastian yang dapat mempengaruhi hasil keluaran dan
sasaran.
2) Bagaimana konsekuensi (baik positif maupun negatif) dan kemungkinan akan
ditentukan dan diukur.
3) Faktor terkait waktu.
4) Konsistensi penggunaan ukuran.
5) Bagaimana tingkat risiko ditentukan.
6) Bagaimana kombinasi dan urutan berbagai risiko akan diperhitungkan.
7) Kapasitas organisasi.

3. Penilaian Risiko (Risk Assessment)


a) Identifikasi Risiko (Risk Identification)
Tujuan identifikasi risiko adalah untuk menemukan, mengenali dan menguraikan
risiko yang dapat mendukung atau menghambat Perusahaan dalam mencapai
sasarannya. Informasi yang relevan, memadai dan terkini sangat diperlukan dalam
mengidentifikasi risiko. Identifikasi risiko seharusnya dilakukan tanpa memandang
apakah sumber risiko dapat dikendalikan atau tidak.
Faktor-faktor yang dipertimbangkan dalam melaksanakan indentifikasi risiko antara
lain:
1) Sumber risiko.
2) Penyebab dan peristiwa.
3) Ancaman dan peluang.
4) Kerentanan dan kapabilitas.
5) Perubahan konteks eksternal dan internal.
6) Indikator risiko yang timbul.
7) Sifat dan nilai aset serta sumber daya.
8) Konsekuensi dan dampak terhadap sasaran.
9) Batasan pengetahuan dan kehandalan informasi.
10) Faktor terkait waktu.
11) Asumsi dan kepercayaan pihak yang terlibat.

b) Analisis Risiko (Risk Analysis)


Tujuan analisis risiko adalah untuk memahami sifat risiko dan karakteristik serta
tingkat risikonya.
Faktor yang perlu dipertimbangkan dalam melaksanakan analisis risiko antara lain :
1) Kemungkinan peristiwa dan konsekuensi.
2) Sifat dan besaran konsekuensi.
3) Kompleksitas dan konektivitas.
4) Volatilitas terkait waktu.
5) Efektivitas kendali yang ada.
6) Tingkat sensitivitas dan kepercayaan.
c) Registrasi Risiko (Risk Register)
Risk register adalah daftar dari risiko-risiko yang telah diidentifikasi dan analisis. Risk
register menyediakan informasi mengenai risiko dan memungkinkan stakeholders
mengambil keputusan terkait risiko dan pengelolaannya. Risk register juga
membantu menemukan informasi yang dibutuhkan oleh Direktur/SEVP, Dewan
Komisaris dan Komite Manajemen Risiko serta stakeholders lainnya yang relevan.

d) Evaluasi Risiko (Risk Evaluation)


Evaluasi risiko bertujuan mendukung pengambilan keputusan berdasarkan masukan
dari hasil analisis risiko dibandingkan kriteria risiko yang telah ditetapkan untuk
menentukan apakah diperlukan tindakan tambahan.
Evaluasi risiko yang telah dilakukan dapat menjadi dasar pengambil keputusan untuk
:
1) Tidak melakukan tindakan apa pun lebih lanjut.
2) Mempertimbangkan opsi perlakuan risiko.
3) Melakukan analisis lanjutan untuk memahami risiko.
4) Memelihara pengendalian yang ada.
5) Mempertimbangkan kembali sasaran.

4. Perlakuan Risiko (Risk Treatment)


Perlakuan risiko bertujuan untuk memilih dan menerapkan opsi penanganan risiko yang
mencakup proses berulang terhadap suatu kegiatan.
a) Pemilihan Opsi Perlakuan Risiko
Pemilihan opsi perlakuan risiko seharusnya mempertimbangkan keseimbangan
potensi manfaatnya dalam pencapaian sasaran terhadap biaya, upaya, atau kerugian
implementasi.
Opsi perlakuan risiko dapat mencakup satu atau lebih pilihan berikut :
1) Menghindari risiko dengan memutuskan untuk tidak memulai atau melanjutkan
aktivitas yang menimbulkan risiko.
2) Mengambil risiko untuk mengejar peluang.
3) Menghilangkan sumber risiko.
4) Mengurangi kemungkinan.
5) Mengurangi dampak.
6) Membagi risiko (misalnya : membuat kontrak, asuransi).
7) Mempertahankan risiko dengan keputusan terinformasi.
Perlu menjadi perhatian bahwa meskipun perlakuan risiko sudah dirancang dan
diterapkan dengan hati-hati, dapat memberikan hasil keluaran dan dampak yang
tidak diharapkan atau menimbulkan risiko baru yang perlu dikelola dengan
perlakuan lanjutan

b) Perencanaan dan Implementasi Perlakuan Risiko


Tujuan rencana perlakuan risiko untuk menentukan bagaimana opsi perlakuan yang
dipilih dapat diterapkan, sehingga pengaturannya dapat dipahami oleh pihak yang
terlibat dan kemajuannya dapat dipantau.
Rencana perlakuan sebaiknya meliputi informasi sebagai berikut :
1) Alasan pemilihan opsi perlakuan, termasuk manfaat yang diharapkan.
2) Pihak yang memiliki akuntabilitas dan bertanggungjawab dalam hal persetujuan
dan implementasi.
3) Tindakan yang diusulkan.
4) Sumber daya yang dibutuhkan, termasuk kontingensi.
5) Ukuran kinerja.
6) Batasan informasi.
7) Pelaporan dan pemantauan yang diperlukan.
8) Kapan tindakan dapat dilakukan dan diselesaikan.

5. Pemantauan dan Tinjauan (Monitoring and Review)


Pemantauan dan tinjauan bertujuan untuk memastikan dan meningkatkan mutu serta
efektivitas desain, implementasi, dan hasil keluaran proses. Pemantauan yang sedang
berlangsung dan tinjauan berkala terhadap proses serta hasil keluaran manajemen risiko
sebaiknya menjadi bagian terencana dari proses manajemen risiko dengan tanggung
jawab yang jelas. Pemantauan dan tinjauan sebaiknya dilaksanakan pada semua tahap
proses. Pemantauan dan tinjauan mencakup perencanaan, pengumpulan dan analisis
informasi, pencatatan hasil, dan pemberian umpan balik. Hasil pemantauan dan tinjauan
sebaiknya disertakan di seluruh aktivitas manajemen, pengukuran, dan pelaporan
kinerja Perusahaan.

6. Pencatatan dan Pelaporan (Recording and Reporting)


Proses dan hasil keluaran manajemen risiko sebaiknya didokumentasikan dan dilaporkan
melalui mekanisme yang sesuai. Pencatatan dan pelaporan bertujuan untuk :
a) Mengkomunikasikan aktivitas manajemen risiko dan hasil keluaran dari manajemen
risiko ke seluruh organisasi.
b) Memberikan informasi untuk pengambilan keputusan.
c) Meningkatkan aktivitas manajemen risiko.
d) Membantu interaksi dengan pemangku kepentingan, termasuk pihak yang memiliki
tanggung jawab dan akuntabilitas untuk aktivitas manajemen risiko.
Pelaporan merupakan bagian integral dari tata kelola perusahaan dan sebaiknya dapat
meningkatkan mutu komunikasi dengan pemangku kepentingan serta mendukung
Direktur/SEVP dan Komite Manajemen Risiko dalam memenuhi tanggung jawab.

Dukungn Struktur Organisasi


1) Struktur organisasi manajemen risiko didasarkan pada filosofi bahwa proses manajemen risiko
yang efektif dapat tercapai apabila Perusahaan berhasil membangun komitmen yang kuat antara
Dewan Komisaris, Direktur dan SEVP dengan tujuan mengintegrasikan proses manajemen risiko ke
dalam seluruh proses bisnis.
2) Perusahaan membentuk sebuah komite yang beranggotakan Dewan Komisaris, Direktur, SEVP,
Kepala Bagian dan Inspektur Wilayah sebagai anggota tetap serta Bagian SPI sebagai fasilitator
pelaksanaan rapat komite tersebut.

3) Perusahaan melalui pimpinan setiap unit kerja harus menetapkan risk officer untuk setiap unitnya
yang bertugas untuk berkoordinasi dengan Bagian SPI dalam hal mengelola risiko.

4) Untuk memastikan implementasi dan menjaga proses manajemen risiko dapat berjalan secara
baik berdasarkan pengendalian yang efektif dan efisien, maka Direktur/SEVP menetapkan Pedoman
Kebijakan Manajemen Risiko, Standar Operasional Prosedur dan Instruksi Kerja serta melaksanakan
pembinaan dan melakukan koordinasi dalam penerapannya melalui Bagian SPI.

5) Struktur organisasi Perusahaan yang terkait dengan pelaksanaan fungsi manajemen risiko
dirancang sedemikian rupa sehingga pemangku risiko serta auditor internal bersikap independen
antara satu terhadap lainnya

Kategori Risiko Perusahaan


1) Risiko Strategis - risiko jangka panjang Perusahaan yang mengarah kepada hal strategis,
pengambilan keputusan investasi, perikatan kerjasama, restrukturisasi yang terkait dengan Rencana
Jangka Panjang perusahaan (RJPP).

2) Risiko Operasional - risiko yang dijalankan oleh berbagai unit kerja terkait pelaksanaan Rencana
Kerja dan Anggaran Perusahaan (RKAP) dan pencapaian target produksi baik di kebun maupun di
pabrik.

3) Risiko Keuangan - risiko yang disebabkan oleh aktifitas keuangan mencakup risiko pasar, risiko
investasi, risiko likuiditas dan risiko kewajiban finansial Perusahaan.

4) Risiko Kepatuhan - risiko yang disebabkan karena tidak mematuhi atau melaksanakan peraturan
perundang-undangan atau ketetapan lain yang berlaku.

5) Risiko Sumber Daya Manusia – risiko yang meliputi risiko keselamatan kerja, risiko demo pekerja,
risiko fraud dan risiko kapabilitas kerja.

6) Risiko Lingkungan Bisnis –risiko yang muncul dari faktor eksternal Perusahaan seperti risiko
komplain dari customer dan supplier, risiko politik, risiko sosial, risiko lingkungan hidup dan risiko
ekonomi global.

Anda mungkin juga menyukai