Mekanisme Proses Manajemen Resiko Perusahaan
Mekanisme Proses Manajemen Resiko Perusahaan
MANAJEMEN RESIKO
DOSEN PENGAMPU
DISUSUN OLEH
BANJARMASIN
2023
PT PERKEBUNAN NUSANTARA XIII (PERSERO).
PT Perkebunan Nusantara XIII atau biasa disingkat menjadi PTPN XIII, adalah anak usaha PTPN III
yang bergerak di bidang perkebunan. PTPN XIII mengelola kebun inti kelapa sawit seluas 55.440,49
ha (48,91%), dan plasma seluas 57.908,60 ha (51,09%), dengan didukung oleh 9 Pabrik Minyak Sawit
(PMS) berkapasitas 440 Ton Tbs/Jam dan 2 Unit Pengolahan Biodiesel (UPB) berkapasitas 6.000 liter
per hari. PTPN XIII juga mengelola kebun inti karet seluas 14.487,46 ha (32,86%), dan plasma seluas
29.595,04 ha (67,14%), dengan didukung oleh 2 Pabrik Pengolahan Karet (PKR) berkapasitas 63
ton/KK/hari, dan 1 Pabrik Karet Sheet berkapasitas 10 ton/KK/hari.
Struktur Organisasi
2. Integrasi
Integrasi adalah proses dan upaya-upaya yang dilakukan untuk memastikan bahwa
manajemen risiko menjadi proses yang tidak terpisahkan dari seluruh proses bisnis yang ada
di dalam Perusahaan. Hal-hal yang dapat diperhatikan terkait dengan integrasi ini adalah :
a) Mengintegrasikan manajemen risiko sangat bergantung kepada pemahaman terhadap
struktur Perusahaan dan konteksnya karena risiko harus dikelola di setiap bagian struktur
Perusahaan. Struktur dapat berbeda, bergantung ke tujuan, sasaran serta kompleksitasnya.
b) Proses integrasi manajemen risiko merupakan proses yang dinamis dan
berkesinambungan serta disesuaikan dengan kebutuhan dan budaya Perusahaan.
c) Manajemen Risiko harus menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari strategi, tujuan dan
sasaran, tata kelola, kepemimpinan dan komitmen, serta kegiatan operasional Perusahaan.
d) Menentukan akuntabilitas dan peran pengawasan manajemen risiko merupakan bagian
tak terpisahkan dari tata kelola yang dibutuhkan.
e) Dengan adannya integrasi maka secara umum setiap insan Perusahaan mempunyai
tanggung jawab dalam mengelola risiko
3. Desain
Dalam merencanakan Kerangka manajemen risiko, Perusahaan harus memperhatikan
beberapa hal sebagai berikut :
a) Pemahaman organisasi dan konteksnya.
b) Penegasan komitmen manajemen risko.
c) Penetapan peran, kewenangan, tanggung jawab dan akuntabilitas organisasi.
d) Alokasi sumber daya.
e) Persiapan komunikasi dan konsultasi.
4. Implementasi
Ketepatan bentuk dan penerapan kerangka kerja akan memastikan bahwa proses
Manajemen Risiko akan menjadi bagian dari setiap aktifitas di seluruh organisasi termasuk
dalam pengambilan keputusan serta berubah mengikuti perubahan konteks internal dan
eksternal yang terjadi. Perusahaan dapat menerapkan kerangka kerja manajemen risiko
yang sudah dibentuk dengan cara :
a) Membangun kesesuaian rencana termasuk waktu dan sumber daya.
b) Mengidentifikasi dimana, kapan dan bagaimana berbagai macam keputusan yang akan
dibuat di perusahaan dan oleh siapa.
c) Memodifikasi proses pengambilan keputusan apabila dibutuhkan.
d) Memastikan pengaturan pengelolaan risiko yang dibuat secara jelas dipahami dan dapat
dilakukan.
e) Keberhasilan implementasi dari kerangka kerja membutuhkan keterlibatan dan kesadaran
dari setiap pemangku kepentingan.
Hal ini mampu membuat perusahaan mengidentifikasi ketidakpastian dalam pengambilan
keputusan.
5. Evaluasi
Dalam rangka pelaksanaan evaluasi efektifitas kerangka kerja maka Perusahaan harus :
a) Mengukur kemajuan penerapan kerangka kerja manajemen risiko secara berkala dikaitkan
dengan tujuan yang telah ditetapkan, rencana, indikator dan budaya yang diharapkan.
b) Memastikan kesesuaian kerangka kerja dalam mendukung pencapaian sasaran
perusahaan.
6. Perbaikan
Proses perbaikan kerangka kerja memperhatikan :
a) Adaptasi
Perusahaan sebaiknya secara berkelanjutan memantau dan mengadaptasi kerangka kerja
manajemen risiko untuk mengatasi perubahan eksternal dan internal.
b) Perbaikan berkesinambungan
3) Perusahaan melalui pimpinan setiap unit kerja harus menetapkan risk officer untuk setiap unitnya
yang bertugas untuk berkoordinasi dengan Bagian SPI dalam hal mengelola risiko.
4) Untuk memastikan implementasi dan menjaga proses manajemen risiko dapat berjalan secara
baik berdasarkan pengendalian yang efektif dan efisien, maka Direktur/SEVP menetapkan Pedoman
Kebijakan Manajemen Risiko, Standar Operasional Prosedur dan Instruksi Kerja serta melaksanakan
pembinaan dan melakukan koordinasi dalam penerapannya melalui Bagian SPI.
5) Struktur organisasi Perusahaan yang terkait dengan pelaksanaan fungsi manajemen risiko
dirancang sedemikian rupa sehingga pemangku risiko serta auditor internal bersikap independen
antara satu terhadap lainnya
2) Risiko Operasional - risiko yang dijalankan oleh berbagai unit kerja terkait pelaksanaan Rencana
Kerja dan Anggaran Perusahaan (RKAP) dan pencapaian target produksi baik di kebun maupun di
pabrik.
3) Risiko Keuangan - risiko yang disebabkan oleh aktifitas keuangan mencakup risiko pasar, risiko
investasi, risiko likuiditas dan risiko kewajiban finansial Perusahaan.
4) Risiko Kepatuhan - risiko yang disebabkan karena tidak mematuhi atau melaksanakan peraturan
perundang-undangan atau ketetapan lain yang berlaku.
5) Risiko Sumber Daya Manusia – risiko yang meliputi risiko keselamatan kerja, risiko demo pekerja,
risiko fraud dan risiko kapabilitas kerja.
6) Risiko Lingkungan Bisnis –risiko yang muncul dari faktor eksternal Perusahaan seperti risiko
komplain dari customer dan supplier, risiko politik, risiko sosial, risiko lingkungan hidup dan risiko
ekonomi global.