Anda di halaman 1dari 5

3.2.2.1.2.

Aggregate Anorganik Buatan

3.2.2.1.2 a. Terak Tanur Tinggi

Terak tanur tinggi dari industri pengecoran dan industri baja, bila telah dalam keadaan beku
berupa batu keras yang terutama mengandung senyawa kapur karena bahan semula adalah batu
kapur.kekerasan tekan ini sama dengan kekerasan batu kapur,Oleh karena itu terak dapat dipakai
sebagai bahan agregat.Perkembangan teknologi setelah PD II,antara lain mengolah terak menjadi bahan
yang lebih berguna,ialah dengan cara mendinginkan secara mendadak terak cair ( panas ) ke dalam air
atau menyemprotkan air melalui suatu orifice sehingga membentuk (slag wool). pendinginan mendadak
terak cair ke dalam air akan mendapat butir terak yang keropos,semacam batuan apung disebut
"Expanded Slag". butiran-butiran keropos ini dipakai sebagai agregat ringan,mengenai slag wool,dipakai
terutama untuk bahan isolasi atau dipakai sebagai pengganti glass wool terutama untuk pembuatan
lembaran plastik yang diperkuat dengan serat ini,terak yang didinginkan dengan cepat bila digiling halus
juga dapat dipakai sebagai Pozolan buatan.

b. A. L. W. A

ALWA singkatan dari Artificial Lightweight Aggregat merupakan agregat buatan. Alwa pada
umumnya mencakup juga expanded slag atau biasa dibuat dari lempung bekah. lempung atau tanah liat
yang mineral nya mengandung senyawa air yang terikat,atau senyawa belerang bila dibakar pada
suhu,kalsinasi nya akan mengembang sehingga berpori.sifat ini dimanfaatkan untuk pembuatan agregat
lempung bekah.Agregat lempung bekah ini merupakan agregat ringan (semacam batu apung)
buatan.Industri agregat ringan buatan ini banyak terdapat terutama di Amerika Serikat dan Kanada,dan
beberapa negara Eropa,serta Jepang. keuntungan menggunakan agregat ringan beton yang
dibuat,daripadanya memiliki berat volume lebih rendah dari beton biasa sehingga memungkinkan untuk
dicapai berat beton kurang dari 1800 kg/m³ bahkan lebih rendah dari 1200 kg/m³. di Indonesia industri
ini belum berkembang tetapi telah dirintis cara pembuatannya oleh Lembaga Penelitian dan
Pengembangan Pemukiman (dulu DPMB) dengan proyek percobaannya di Cilacap.sejenis ALWA yang
bahannya dari batu alam,ialah bakaran batu obsidian (gelas alam) atau bakaran perlit.hasil bakaran dari
mineral yang terakhir ini menghasilkan butir-butir kecil yang sangat ringan menyerupai gabus,sedang
hasil bakaran batu obsidian menghasilkan agregat ringan yang seperti kerupuk ringannya.

c. Fly Ash dan Sisa Bakaran Batu Bara

Fly ash atau sisa bakaran batu bara biasanya terdapat sebagai abu sisa pembakaran
bahan bakar batu bara,industri semen,dan lain-lainnya.Fly ash dari industri semen,tercampur dengan
abu kapur dan silikat.di Indonesia penggunaan abu sisa pembakaran batu bara belum
dikembangkan,salah satu sumber bahan buangan ini adalah dari PLTU Suralaya di Cilegon,Banten.Jenis
abu ini bersifat pozolan sehingga dapat dipergunakan dalam pembuatan beton atau unsur bangunan
dari kapur dan semen. Di negara industri maju penggunaan jenis abu ini sudah merupakan hal yang
biasa,bahkan abu itu juga dipakai untuk campuran semen. Sisa bakaran batu bara kadang-kadang
berupa lelehan terak yang kropos tercampur arang dan dapat pula dimanfaatkan sebagai agregat kasar
untuk pembuatan bata beton.Bata beton dari pembakaran batu bara ini dapat mencapai kuat tekan
yang menyamai beton biasa dan dengan berat volume antara 1500 kg/m³ atau 1800 kg/m³.

3.2.2.2. Aggregate Organik

Pada umumnya agregat organik,berasal dari kayu atau limbah pertanian,dan sebagian lagi
merupakan limbah industri,misalnya serat majun dari industri tekstil,serat sisal atau jute dari industri
karung (goni).

3.2.2.2.1. Limbah atau Pecahan Kayu.

Agregat dari limbah industri kayu,berupa serbuk gergaji atau potongan kayu.serbuk kayu atau
serbuk gergaji dapat dipakai sebagai bahan agregat untuk pembuatan papan ringan dengan bahan
perekat semen atau gips perekat.Penggunaannya untuk dinding penyekat atau plafon,terutama untuk
konstruksi yang terlindung dari basah/air.Limbah kayu,biasanya dipecah dulu menjadi pecahan kayu
kecil sampai 1 cm,kemudian dibuat papan dengan tebal 1 sampai 5 cm. Papan kayu campur semen
dikenal di Indonesia dengan nama Jumen (kayu semen). Produk papan semacam ini,pertama dibuat oleh
pabrik kayu lapis di Gresik dan sekarang dibuat di Kalimantan Timur.kayu yang panjang,atau jenis kayu
yang kurang berguna untuk konstruksi dibuat serat dengan cara diserut sehingga menyerupai serat serat
kayu,disebut wol kayu. dicampur dengan perekat semen menjadi papan wol kayu.produk semacam ini
pernah dibuat oleh salah satu perusahaan di Bogor (PT BINAWIRAMIX).Penggunaan papan wol kayu
terutama untuk dinding penyekat dan plafon.serat serat kayu,misalnya serat sisal,jute atau sejenisnya
dipakai untuk membuat lembaran tipis untuk plafon.demikian juga sisa limbah tekstil yang diberi nama
majun,dipakai juga untuk pembuatan itu.Pemakaian serat ijuk atau serat sabut kelapa mungkin juga
dilakukan,tetapi jenis serat ini agak terlalu kaku,sehingga dalam pembuatan perlu waktu yang lebih lama
atau perlu dipress (diberi pemberat) untuk mencegah agar serta tidak timbul ke permukaan sampai
semen atau perekatnya mengeras.Sekam padi dipakai dalam dua bentuk,yaitu bentuk asli,dicampur
dengan semen lalu dicetak berbentuk Bata atau lainnya,sehingga menjadi unsur bangunan.Bentuk
kedua,sekam ini dibakar cukup tinggi sehingga menjadi abu pada pembakaran yang tinggi ini (kurang
lebih 900° Celcius atau 1100° celcius) Sekam yang banyak mengandung silika ini dapat bersifat aktif
seperti pozolan sehingga bila dicampur dengan kapur padam,dapat mengeras dalam air.Pemakaian
limbah kayu atau serat kayu secara langsung sebagai agregat,kadang-kadang sedikit menimbulkan
kesulitan yaitu,pengerasan semennya terhambat lebih lama.hal ini disebabkan terutama karena dalam
kayu itu terdapat zat gula atau asam organik dan atau asam tanin yang menghambat pengerasan semen.
untuk mengurangi keadaan ini maka sebaiknya serat kayu tadi sebelum dipakai dicuci dengan zat yang
mengganggu itu (mineralisasi). Salah satu cara mineralisasi yang murah dan mudah,ialah dengan
merendamnya di dalam air kapur (susu kapur) paling sedikit satu malam,agar asam atau zat gula tadi
bereaksi dulu dengan susu kapur,kemudian serat atau limbah kayu tadi ditiriskan atau dicuci Dan
dikeringkan untuk selanjutnya dipakai atau dicampur dengan perekat semennya.karena sifat agregat
organik pada umumnya tidak tahan terhadap suasana basa (tercampur semen dan kapur) maka unsur
bangunan dari agregat organik ini tidak baik bila selalu basah.unsur tersebut akan rapuh (rusak) akibat
terurainya agregat organik tadi oleh sifat basa dari kapur.

3.2.2.2.2. Pulp Kayu

kemajuan terbaru pemakaian limbah kayu untuk unsur bangunan semen,ialah pemakaian
bubur kayu (pulp) dicampur dengan semen,dicampur atau tanpa serat asbes.lembaran pulp semen ini
dikenal dengan nama Pulp Cement Board (PCB).ia dibuat berupa lembaran tipis 3-10 mm,untuk dinding
penyekat atau plafon yang terlindung dari lembab.

3.2.3. Bahan Tambahan

Bahan tambahan dalam pembuatan unsur bangunan beton sama dengan bahan tambah
untuk beton yang biasa.Penggunaan bahan tambah kelompok Admixture (Accelerator, water proofing
agent,retarder dan lain-lain) biasanya jarang dilakukan terutama untuk daerah yang tropis.Yang paling
banyak dipakai ialah jenis bahan tanah pewarna (pigmen) bila unsur yang dibuat itu perlu
berwarna,misalnya untuk pembuatan ubin lantai,persyaratan pigmen untuk unsur bangunan
beton,terutama ialah jenis pigmen yang terbuat dari oksida logam pewarna organik,seperti pewarna
untuk tekstil tidak dapat dipakai,karena pewarna organik ini akan luntur akibat sifat basa dari kapur dan
semen.Untuk bahan bangunan yang berpori kecil misalnya beton gas atau beton busa,dipakai bahan
tambah pembentuk busa yang terbuat dari serbuk aluminium atau dari hidrolized albumin.Pemakaian
serbuk logam aluminium secara langsung dicampur dengan bahan perekat bubur kapur atau semen dan
agregat,Karena basa keras dari kapur,maka aluminium akan bereaksi membentuk oksida dan
membesarkan gas H2 yang menimbulkan gelembung halus di dalam masanya.bila dipakai hidrolized
albumin,maka cairan ini perlu direaksikan dulu dengan udara.dibentuk busa terlebih dahulu caranya
ialah menyemprotkan cairan ini bersama-sama dengan udara,sehingga terjadi emulsi udara (busa). Busa
tadi kemudian dicampur kan dengan adukan agregat,air dan perekatnya,lalu diaduk sampai busanya
merata,dan adukan yang mengandung busa tadi dicetak.Tanah atau bahan alam yang bersifat
pozolan,disamping dipakai sebagai agregat berfungsi juga sebagai bahan tambah karena sifatnya yang
dapat mengeras bila dicampur kapur dan air,maka dengan penambahan pergaulan itu pembuatan unsur
bangunan beton dapat lebih murah,seba akan dapat mempertinggi kekuatan serta dapat mengurangi
pemakaian semen portland.

3.3. UNSUR BANGUNAN BERBENTUK BATA ATAU BLOK

3.3.1. Bata Tanah stabilisasi

jenis ini adalah jenis bata yang termudah atau termurah,dan bahan utamanya adalah
tanah dengan bahan perekat kapur atau semen portland.Tanah yang dipakai untuk pembuatan bata
tanah stabilisasi atau tanah mantap,alah tanah yang berpasir tetapi sedikit mengandung lempung.Tanah
yang baik untuk ini,kandungan lempungnya (butiran tembus ayakan 74 micron) kurang lebih antara 10
atau 35%.Tanah yang terlalu sedikit lempungnya atau banyak pasirnya kurang baik,karena akan
memerlukan bahan perekat yang banyak serta terlalu regas. Butiran tanah dikeringkan dulu lalu diayak
paling kasar dengan ayakan 5 mm, kemudian dicampur dengan bahan perekatnya,diaduk kering terlebih
dulu. Pemberian/pencampuran dengan air diberikan sedemikian rupa,sehingga tidak terlalu basah tetapi
juga tidak terlalu kering.tetapi bila dicampur nanti dapat dipadatkan,akan mencapai kepadatan atau
berat yang tertinggi. Jadi yang penting disini,pemberian air sedemikian banyaknya,sehingga massa
campuran dapat mencapai apa yang disebut "maksimum moisture density". Pemadatan atau
pencetakan bata-bata jenis ini,sebaiknya dilakukan dengan alat mekanis sehingga didapat pemadatan
yang optimal,salah satu alat sederhana yang baik untuk mencetak jenis bata ini misalnya alat Pres Ungkit
Cinva Ram,Pencetakan dengan cara dipukul pakai palu kayu,dengan kekuatan tangan saja biasanya
kurang memberikan kepadatan yang baik serta kepadatan kurang merata.Bata tanah stabilisasi ini
setelah selesai dicetak kemudian dapat disusun di tempat yang terlindung atau sebaiknya lembab, bila
bata telah mulai kering harus dijaga selalu lembab, misalnya dengan diperciki air atau ditutup dengan
karung lembab. Pengeringan bata di terik matahari Sebaiknya tidak dilakukan karena penguapan air
akan terlalu cepat dan hidrasi bahan perekatnya akan terhambat sehingga bata mudah retak,pemakaian
jenis bata ini kurang tahan air meskipun ia tidak akan hancur bila direndam air,bila perekatnya yang
telah mengering dengan baik. oleh karena itu,konstruksi dinding dengan bata ini bila dipakai untuk di
tempat yang berair atau sebagai kaki tembok perlu pelindung lapisan yang rapat air,misalnya pakai
lapisan trasram untuk kaki tembok atau bila dipakai di kamar mandi perlu diplester dengan aduk rapat
air.Sebagai aduk pasangan,untuk memasang batu stabilisasi ini,campuran aduk dapat dibuat sama
dengan diatas atau sedikit lebih gemuk tetapi tidak menggunakan kerikil.

3.2.2. Bata Tras-Kapur

Bata tras kapur sebenarnya juga sejenis dengan bata tanah stabilisasi,tetapi disini dipakai
jenis tanah khusus yang memiliki sifat tras-pzolan. Tanah semacam ini,merupakan tanah hasil pelapukan
dari abu gunung berapi atau lakukan dari batu lelehan. Jenis tanah ini di Indonesia akan terdapat
disekitar Gunung yang telah pernah mengeluarkan lahar panas pada ribuan tahun yang lalu,sehingga
akan terdapat misalnya di daerah jajaran pegunungan di Sumatera,Jawa dan sebagian Pulau
Sulawesi,atau Kepulauan Sunda kecil.yang telah banyak diusahakan terhadap jenis tanah ini ialah di
Jawa Barat, misalnya di sekitar Bandung,daerah Sukabumi Bogor, dan lainnya.Tras alam untuk
pembuatan bata tras kapur ini biasanya telah mengandung butiran yang kasar,sehingga butiran
ini,dipakai sebagai agregat kasar.Cara pembentukan bata Tras kapur yang baik bila dilakukan dengan
tenaga manusia,sebaiknya dilakukan sama seperti pembuatan bata tanah stabilisasi,yaitu pakai
campuran dengan jumlah air yang optimal sehingga dapat dicapai kepadatan yang optimal pula.Alat pres
cinva ram merupakan alat yang baik untuk membuat bata jenis ini.bila dipakai alat mekanis,sebaiknya
pula dipakai alat pres getar seperti yang dipakai untuk pembuatan bata beton.Cara perawatannya,bata
setelah dicetak sebaiknya juga dirawat seperti bata tanah stabilisasi yaitu tertimbun di tempat yang
teduh dan lembab sampai cukup kerasnya,penjemuran di terik matahari akan mempercepat penguapan
air dan akan mengurangi kekuatan batanya.Sifatnya bata tras kapur biasanya tidak rapat air dan
penyerapan tinggi,selain daripada itu sifat susut muainya agak besar sehingga kurang baik bila dipakai di
tempat yang selalu terjadi perubahan kering dan basah yang terlalu besar. Meskipun demikian bila
dipakai tras yang baik, jenis bata ini merupakan bata yang tahan air tidak rusak oleh air yang
kotor,bahkan ia akan meningkat kekerasannya bila selalu basah. untuk dipakai di tempat yang selalu
basah (dinding kamar mandi atau kaki tembok) memerlukan lapisan khusus dari aduk rapat air atau
diberi pasangan trasram. Standar mutu untuk pemakaian bata tras kapur pasangan dinding telah
tersedia,yaitu kekuatan bata kapur minimum harus rata-rata 20 kg/cm² untuk dinding yang tidak
menahan beban,dan minimum 70 kg/cm² untuk jenis yang menahan beban.Bata kapur dikenal sejak
tahun 1952 di Bandung,sebagai hasil pengembangan Balai Penelitian Bahan dan Balai Penelitian Masalah
Jalan pada waktu itu. nama yang terkenal pada waktu itu,adalah BATACO yang sebenarnya berasal dari
nama perusahaan pada waktu itu di daerah Lembang,bernama Bata Company.nama Bataco ini sekarang
mungkin berubah menjadi batako diartikan bata kapur.

Anda mungkin juga menyukai