Anda di halaman 1dari 14

3. BAHAN-BAHAN BANGUNAN DARI SEMEN 3.

1 PENDAHULUAN Bahan bangunan dari semen dan atau dengan bahan pengikat hidrolis cukup banyak macamnya, baik yang dibuat secara pracetak, atau cast in situ. Di dalam tulisan ini, jenis dari unsur bangunan tersebut akan dibatasi dan diutamakan yang kini telah banyak terdapat di Indonesia serta kemungkinan pengembangannya, dengan memanfaatkan bahan baku ynag terdapat di daerah. Ditinjau dari jenis bahan perekat serta campuran yang umum dipakai yang terutama terdiri dari: bahan perekat hidrolis, agregat atau bahan pengkurusnya, dan air, dengan tau tanpa bahan tambahan lain, maka bahan bangunan ini, termasuk kelompok bahan bangunan beton. Oleh karena itu, meskipun di dalam penamaan atau dalam perdagangan sering kali menggunakan nama tertentu, kesemuanya itu, adalah bahan bangunan beton. Jenis-jenis bahan bangunan beton itu, ditinjau dari berat volumenya, dapat dibagi menjadi kelompok besar, yaitu bahan bangunan beton berat (heavy weight) dan bahan bangunan beton ringan (light weight). Batasan mengenai berat ini, biasanya dengan angka berat volume 1200 kg/m3, dimana yang beratnya lebih dari 1200 kg/m3 termasuk unsur bangunan beton berat, dan yang kurang dari 1200 kg/m3 termasuk unsur kelompok beton ringan. Mengenai bentuk unsur bangunan beton ini, tergantung pula cara pemakaiannya, ada yang tebal, tipis, bentuk balok, bentuk lembaran, bentuk pipa, kepingan, bentuk blok atau bata, dan lain sebagainya. Demikian banyak bentuk atau macamnya sehingga di pasaran kita kenal misalnya: 1. Yang berbentuk bata atau blok Batako ( bata trass kapur), bata tanah semen ( soil cement block), bata beton, bata untuk lantai atau jalan (paving block), dan lain-lain. 2. Bata yang berbentuk kepingan, atau ubin Ubin semen biasa, ubin teraso, yang penemaan ubin-ubin ini juga cukup banyak dari corak permukaan ubinnya. Genteng beton, atau kepingan semen asbes, dibuat semacam sirap.

3. Bentuk lembaran Serat semen, untuk langit-langit, semen asbes, baik untuk langit-langit, atap (rata atau gelombang), atau untuk dinding. 4. Bentuk pipa / buis beton Pipa beton tanpa tulangan, atau pipa beton yang bertulang. 5. Bentuk balok atau tiang Tiang beton untuk kabel listrik, tiang pancang, atau balok jembatan. 6. Bentuk-bentuk khusus, didasarkan pada pesanan Bak-bakan beton, closet, septictank, talang, balok tanda jalan, saluran terbuka dan lain-lain. Disamping pengelompokan menurut bentuknya, terdapat juga penamaan unsur bangunanini menurut proses, sifat atau bahan yang dipakai, dimana kita mengenal di pasaran adanya: Bata kapur pasir, CELCO, atau cellular concrete, JUMEN atau lembaran atau potongan yang terbuat dari pecahan kayu dan semen, papan semen wol kayu, beton bermis (beton dari batu apung), bata sekam padi, verro cement, dan lain-lain. Perkembangan industry beton di Indonesia, dengan adanya produk semen Portland yang telah cukup besar, makin meningkat pada waktu ini, terutama di kota-kota besar, karena dengan unsur bangunan ini, pembuatannya dapat dilakukan lebih cepat, dibanding dengan unsur-unsur bangunan keramik. Dibandingkan dengan unsur bangunan yang lain, unsur bangunan beton memiliki sifatsifat yang lebih baik, yaitu harganya relative murah, tahan cuaca (tidak mudah berkarat), dibuatnya lebih mudah. Salah satu keberatan di dalam menggunakan unsur bangunan ini, untuk konstruksi tertentu, ialah beratnya. Sedang sifat berat ini pada umumnya erat hubungannya dengan sifat kekuatannya. Biasanya unsur yang berat, memiliki kekuatan yang lebih tinggi. Penggunaan unsur-unsur bangunan beton yang tepat, ternyata pula akan mengurangi biaya pemeliharaan, sebaliknya bila penggunaannya tidak sesuai dengan sifat-sifat unsur itu, juga mengakibatkan pemborosan.

Sebagai contoh misalnya, jangan menggunakan unsur bangunan beton yang menggunakan agregat organic (wol kayu atau pecahan kayu, seperti JUMEN) untuk kontruksi yang mudah terkena air, karena unsur semacam itu akan lekas rapuh. 3. 2. BAHAN BAKU Bahan baku bagi unsur bangunan beton yang utama ada tiga yaitu bahan perekat; agregat bahan pengisi; air. Penggunaan bahan tambahan untuk beberapa hal dipakai juga, antara lain pigmen, pembentuk busa, serta admixtures. Apabila air dipandang merupakan bahan yang umum dan mudah didapat, maka bahan utamanya ada dua jenis saja yaitu bahan perekat dan agregat. Sebagai bahan perekat, dipakai bahan perekat hidrolis yaitu bahan perekat yang akan mengeras dengan perantaraan air 3.2.1 BAHAN PEREKAT Sebagai bahan perekat yang umum dipakai terutama adalah dari jenis semen Portland tetapi untuk beberapa unsur bangunan masih dapat juga dibuat dari bahan perekat yang lain, dengan tujuan atau untuk sifat bahan bangunan yang khusus, atau karena bahan perekat yang lain itu dapat lebih murah harganya. Secara singkat bahan perekat yang dapat dipakai untuk ini ialah: 3.2.1.1 Gips perekat Ini terbuat dari gips alam yang dibakar pada suhu rendah (150oC atau 170oC) sehingga menjadi gips hemihidrat (CaSO4.H2O) atau gips tadi dibakar dengan campuran bahan lain, dibuat Sorrel Cement. Pemakaian gips perekat ini, biasanya untuk pembuatan unsur bangunan yang ringan serta yang tidak terkena air (untuk konstruksi dalam yang terlindung dari air), antara lain untuk pembuatan gypsum board. Di Indonesia penggunaan gips perekat untuk pembuatan bahan bangunan tidak dilakukan karena harga gips lebih mahal dari semen Portland.

Di Amerika Serikat, yang memiliki endapan gips alam cukup besar, bahan ini dipakai untuk pembuatan gypsum board, dicampur dengan serat tumbuh-tumbuhan atau serbuk gergaji, sebagai agregatnya. 3.2.1.2. Kapur padam Harga kapur padam reletiflebih murah daripada semen Portland. Untuk jenis bahan bangunan tertentu, kapur padam dipakai juga untuk bahan perekatnya. Kapur padam untuk bahan ini dipakai yang bermutu tinggi (kadar bagian yang aktif lebih dari 80%serta halus) Penggunaannya misalnya untuk pembuatan : a. Bata kapur pasir ( silicat brick ) b. Bata tanah stabilisasi dan atau bata tras kapur. Jenis bata tras kapur ini, telah dibuat di Indonesia, terutama dikenal di Jawa Barat, sejak tahun 1952. 3.2.1.3. Semen Portland Bahan perekat ini, merupakan bahan perekat yang paling banyak dipakai, demikian pula di Indonesia. Hampir semua jenis bahan bangunan beton, dibuat dengan bahan perekat ini. Perkembangannya produksi semen Portland di Indonesia, sangat menunjang pertumbuhan industry bahan bangunan dari beton ini, sehingga kita dapat mendapatkandi pasaran macammacam jenis bahan bangunan dari beton. Jenis semen Portland yang dipakai umummnya adalah semen Portland jenis I ( type I) untuk tujuan umum, karena jenis ini adalahjenis yang termurah dibanding jenis yang lain, serta banyak dibuat. Meskipun demikian, semen Portland jenis ( type yang lain), juga dapat dipergunakan. 3.2.1.4. Semen alumunium Jenis semen ini, dipakai untuk pembuatan elemen bangunan yangperlu pengerasan cepat ( 1 hari selesai ) tanpa perawatan yang khusus.

Di inggris atau di prancis, sebagai Negara yang banyak menghasilkan alumunium, masih dilakukan, meski tidak terlalu banyak dibanding dengan penggunan semen Portland. Salah satu keburukan penggunaan unsur bangunan dari semen alumunium ialah apabila unsurnya kurang padat, serta suhu pemakaian suhu cukup tinggi ( lebih dari 29o ) dan lembab, sememn ini akan melemahsehingga beton yang terbuat dari padanya juga melemah ( rusak, akibat reaksi balik dari semen itu) Di Indonesia pemakaian semen alumunium masih belum ada karena karena jenis ini masih di impor dan dipakai hanya untuk pembutan beton tahan api. 3.2.2. Agregat Agregat sebagai bahan untuk pembuatan unsurbangunan beton merupakan bahan utama terbesar pemakaiannya. Bahan ini didalam unsur bangunanberjumlah kurang lebih 70% atau 80%, sehingga bahan ini penting sekali peranannya, terhadap unsur yang dibuat. Jenis agregat yang dipakai ada beberapa macam, tergantung dari jenis unsur yangyang dibuat darinya; ada dari jenis agregat alam dan agregat buatan. Dibagi menurut sifat kimianya, ada dari kelompok agregat anorganik , dan atau kelompok organic ( dari tumbuh-tumbuhan). Beberapa jenis agregat untuk pembuatan unsur bangunan adalah: 3.2.2.1. Kelompok agregat anorganik Ditinjau daripada asalnya, kelompok agregat anorganik ini dapat dibagi menjadi dua golongan yaituagregat alam dan agregat buatan. 3.2.2.1.1. Agregat anorganik alam a. Tanah Jenis ini adalah yang paling mudah dan banyak didapat, karena tanah merupakan hasil pelapukan dari pada kulit bumikita ini. Tanah yang dipakai untuk pembuatan unsur bangunan biasanya perlu memiliki sifat-sifat yang tertentu, terutama bukan tanah yang terlalu plastis, melainkan tanah yang mengandung pasir.

Penggunaan tanah sebagai agregat, dipakai untuk pembuatan bata tanah stabilisasi ( tanah yang dimantapkan ) dengan kapur atau dengan semen Portland ( soil cement ) Tanah untuk pembuatan unsur ini, merupakan tanah memasir, yang memiliki kadar butir ( butir tembus 200mesh/ 75 mikron) antara 10% sampai 35%. Tanah laterit yang berkadar oksida besi tinggi biasanya menghasilkan besi yang baikbila dimantapkan dengan kapur padam. Lain daripada itu, butir tanah untuk pembuatan unsur bangunan tanah mantap ini, juga tidak boleh terlalu kasar tetapi butirannya tembus ayakan 5 mm. Tanah yang terlalu halus, sejenis tanah liat tidak baik untuk pembuatan tanah mantap, karena akan memerlukan bahan perekat yang terlalu banyak, serta pengembangan serta penyusutannya besar. b. Tanah yang bersifat tras atau pozolan Jenis tanah ini, terutama terdapat sebagai hasil pelapukan abu atau batuan gunung api. Karena lapuknya abu atau batuan gunung api tadi, dalam tanah mengandung senyawa silica amorph, yang tinggi, dimana senyawa ini, akan aktif bereaksi dengan kapur padam dan air, membentuk senyawa komplek kalsium allumunium silikat hidrat, yang tidak larut dalam air. Penggunaan jenis tanah ini, misalnya telah banyak dilakukan oleh masyarakat di Jawa Barat, untuk pembuatan bata tras kapur. Bila tanah pozolan ini sifatnya baik, akan dapat dibuat bata tras kapur yang dapat mencapai kuat tekan lebih dari 70 kg/cm2. Sebagai prasarat atau pedoman dalam pemakaian tanah pozolan alaam untuk pembuatan bata tras kapur, antara lain ialah: 1. Tanah memiliki butiran halus tembus 0,30 mm kurang lebih 30% Bagian yang halus ini harus memiliki sifat polozan yang memenuhi syarat (dapat mengeras dengan kapur dalam waktu paling lambat 3 x 24 jam) 2. Butiran kasar yang berfungsi sebagai agregat sebenarnya, maksimum besar butirnya tidak melampaui 10 mm, atau kurang lebih 1/5 dari total dinding bata yang tertipis. c. Pasir dan Batu Alam Jenis ini merupakan jenis agregat yang dipakai untuk pembuatan beton konstruksi atau unsur bangunan beton.

Persyaratan bagi jenis agregat pasir dan batu alam (kerikil alam atau batu pecah), sama dengan persyaratan untuk agregat beton, terutama agregat harus: keras, bersih, kekal, dan memiliki susunan butir yang baik. Untuk ketentuan umum dapat dipakai bahwa besar butir maksimum adalah 1/5 tebal unsur yang dibuat, dan bila dibuat unsur yang berlubang atau berongga dipakai besar butir maksimum 2/3 dari dinding rongga bata itu. Untuk pembuatan bata-bata beton, susunan butir kadang-kadang dibuat hampir sama besar, bila dikehendaki suatu tekstur permukaan bata yang khusus, atau dibuat beberapa variasi. Untuk bata beton yang umum, susunan butir dibuat antara ayakan 0,15 mm samapai ayakan 9,6 mm (10 mm). bila dipakai pedoman angka kehalusan butir (Finenes Modules), untuk pembuatan bata beton diambil Finenes Modules antara 2,70 sampai 3,70. Pasir untuk pembuatan bata beton untuk hamparan jalan (paying brick) biasanya diayak 3 mm atau 5 mm dari bagian yang kasar. Gilingan batu kapur yang keras, bila susunan butirnya baik, dapat menghasilkan bata beton yang teksturnya menarik terutama untuk konstruksi bata yang dibelah (split block) Pasir kwarsa yang kadar silikanya tinggi (lebih dari 85% SiO2) kecuali dipakai untuk pembuatan bata-bata beton yang umum , dipakai untuk bahan baku pembuatan bata kapur pasir (sand-lime brick) dan beton busa (cellular atau gas-concrete) yang pematangannya atau pengerasannya pakai autoclave tekanan tinggi. d. Batu Apung Batu apung atau pimice hasil gunung berapi merupakan batu alam yang keropos. Batuan ini bila digiling dan disusun butirannya dipakai untuk pembuatan beton ringan, yang berat volumenya dapat kurang dari 1200 kg/m3. Karena sifat batu apung yang memiliki rongga, dalam pembuatan beton atau unsur bangunan beton dengan bahan ini, bila tidak hati-hati dalam cara mencampur dan mengaduk bahannya, seringkali menghasilkan beton yang berat, atau memerlukan semen yang lebih banyak.. Pemakaian bahan apung di Indonesia belum meluas, satu dan lain hal karena jenis batuan ini memang kurang. Pada waktu ini yang banyak dipakai adalah endapan batu apung yang terdapat di pantai Banten (letusan gunung Krakatau) dan juga endapan batu apung dari daerah Cicurug Bogor. Dalam pemasaran beton batu apung ini, disebut dengan beton BERMIS yang merupakan singkatan dari Beton Pumice

Dipakainya jenis batu apung dari kedua tempat tersebut, terutama karena endapannya yang cukup banyak dan mudah diambil, serta batu apungnya berwarna agak putih (tidak kotor). Sebenarnya jenis batu apung semacam itu terdapat pula di daerah Ciater, sebelah utara Tangkuban Perahu, Lembang. Tetapi batu apung dari tempat ini, warna hitam kelam, banyak mengandung oksida besi, sehingga bila dipakai untuk pembuatan bata atau beton akan mengeluarkan warna karat besi sehingga teksturnya kurang menarik. e. Serat Asbes Serat asbes, terutama jenis Amosit dan Chrysotile, merupakan serat alam yang paling banyak dipakai untuk industry. Jenis serat ini tahan api dan kuat. Pemakaiannya terutama dalam bidang industry bahan bangunan untuk pembuatan semen asbes. Jenis serat yang dipakai untuk pembuatan semen asbes ini sebenarnya dari jenis serat pendek (mendekati serat yang dibuang) yaitu dengan panjang serat kurang dari 5 mm (grade 5 sampai grade 7). Serat yang lebih panjang, biasanya dipakai untuk pembuatan barang teknik yang lebih mahal (bahan isolasi, lembaran asbes, dan lain-lain) dan yang termahal adalah seratnya masih dapat dipintal dibuat benang serat kain asbes. Yang bubuk (yang halus) dipaki untuk campuran bahan isolasi panas pembalut pipa gas panas atau pipa uap. Di Indonesia kebutuhan serat asbes untuk pembuatan semen asbes masih diimpor, terutama dari Ottawa (Kanada). Serat asbes endapan di Indonesia di P. Halmahera yang berupa serat Chrysotile pendek) belum diusahakan. Salah satu keburukan penggunaan atau pengolahan serat asbes ini, ialah dapat menimbulkan penyakit paru-paru bagi pekerja, karena serat asbes itu terlalu halus (diameter kurang lebih 17x10-6 mm). Pada waktu ini di Negara maju penggunaan serat asbes makin menurun akibat kemungkinan gangguan kesehatan tersebut di atas, sehingga antara lain Negara Skandinavia, Amerika Serikat, dan Kanada sendiri tidak menggunakan semen asbes.

Bila seseorang dalam waktu 10 tahun secara terus menerus bekerja dengan debu serat asbes ini, akan mendapat kemungkinan besar menderita Asbestosis (kanker paru-paru akibat serat asbes) 2.2.1.2 Agregat anorganik buatan 2.2.1.2. a. Terak tanur tinggi Terak tanur tinggi dari industry pengecoran atau industry baja apabila telah dalam keadaan beku, berupa batu keras, yang terutama mengandung senyawa kapur, karena bahan semula dalah batu kapur. Kekerasan ini sama dengan kekerasan betu kapur, oleh karena itu terak dapat dipakai sebagai bahan agregat. Perkembangan teknologi selain PD II, antara lain mengolah terak menjadi bahan yang lebih berguna, ialah dengan cara mendinginkan secara mendadak terak cair (panas) ke dalam air, atau menyemprotkaan terak cair melalui suatu orifice, sehingga membentuk serat terak (slag wool). Pendinginan mendadak terak cair ke dalam air akan mendapat butir terak yang kropos, semacam batuan apung disebut Expended Slag. Butiran-butiran kropos ini, digunakan sebagai agregat ringan. Mengenai slag wool, diapakai terutama untuk bahan isolasi atau dipakai sebagai pengganti glass wool, terutama untuk pembuatan lembaran plastic yang diperkuat dengan serat ini. Terak yang didinginkan dengan cepat bila digiling halus, juga dapat dipakai sebagai pozolan buatan. b. A.L.W.A ALWA singkatan dari Artificial Lightweight Aggregate merupakan agregat buatan. ALWA pada umumnya mencakup juga Expanded Slag atau biasanya dibuat dari lempung bekah. Lempung tau tanah liat yang mineralnya mengandung senyawa air yang terikat, atau senyawa belerang, pada dibakar pada suhu kalsinasinya akan bekah (mengembang) sehingga berpori. Sifat ini dimanfaatkan, untuk pembuatan agregat lempung bekah.

Agregat lempung bakah ini merupakan agregat ringan (semacam batu apung buatan) Industry agregat ringan buatan ini banyak terdapat terutama di Amerika Serikat dan Kanada, dan beberapa Negara Eropa, serta Jepang. Keuntungan menggunakan agregat ringan, beton yang dibuat daripadanya memiliki volume lebih rendah, sehingga memungkinkan untuk dicapai beton kurang dari 1800 kg/m3 bahkan lebih rendah dari1200 kg/m3. Di Indonesia, industry ini belum berkembang, tetapi telah dirintis pembuatannya oleh Lembaga Penelitian dan Pengembangan Pemukiman (dulu DPMB), dengan proyek percobaan di Cilacap. Sejenis ALWA yng bahannya dari batu alam, ialah bakaran batu Obsidian (gelas alam), atau bakaran perlit. Hasil bakaran dari mineral yang terakhir ini menghasilkan butir-butir kecil yang sangat ringan, menyerupai gabus, sedang hasil bakaran ringan yang seperti kerupuk, ringannya. 3.2.1.2. c. Fly ash dan sisa bakaran batu bara Fly ash atau sisa bakaran batu bara, biasanya terdapat sebagai abu sisa bakaran bahan batu bara, industry semen, dan lain-lain. Fly ash dari industry semen, tercampur dengan abu kapur dan silicat Di Indonesia, pengggunaan abu sisa bakaran batu bara belum dikembangkan. Salah satu buangan ini adalah dari PLTU Suralaya di Cilegon Banten Jenis abu ini bersifat polozan sehingga dapat dipergunakan dalam pembuatan beton atau unsur bangunan dari kapur dan semen. Di Negara industry maju, penggunaan jenis abu ini sudah merupakan hal yang biasa, bahkan abu itu dipakai untuk campuran semen. Sisa bakaran batu bara kadang-kadang berupa lelehan terak yang kropos bercampur arang, dan dapat pula dimanfaatkan sebagai agregat kasar untuk pembuatan bata I

Batu beton dari terak bakaran batu bara ini, dapat mencapai kuat tekan yang menyamai beton biasa, dan dengan berat volume antara 1500 kg/m3 atau 1800 kg/m3 3.2.2.2 Agregat organic Pada umumnya agregat organic, bersal dari kayu atau limbah pertanian, dan sebagian lagi limbah industry, misalnya serat majun dari industry tekstile, serat sisal, atauu jute dari industry karung (goni) 3.2.2.2.1. .limbah atau pecahan kayu Agregat dari limbah industry kayu, berupa serbuk gergaji, dapat dipakai sebagai bahan agregat untuk pembuatan papan ringan dengan bahan perekat semen , atau gips perekat. Penggunaannya untuk dinding penyekat atau plafon , terutama untuk konstruksi yang terlindung dari basah atau air. Limbah kayu, biasanya dipecah dulu, menjadi pecahan kayu kecil ( sampai 1cm, kemudian dibuat papan dengan tebal 1-5cm). Papan kayu campur semen, dikenal di Indonesia dengan nama JUMEN ( kayu semen ). Produk papan semacam ini , pertama dibuat oleh pabrik kayu lapis di gresik dan sekarang dibuat di Kalimantan timur. Kayu yang panjang , atau jenis kayu yang kurang berguna untuk konstruksi, dibuat serat dengan cara diserut, sehingga menyerupai serat-serat kayu ( wol kayu), dicampur dengan perekat semen menjadi papan wol kayu. Produk semacam ini pernah dibuat oleh salah satu perusahaan di Bogaor ( PT. BINAWIRAMEX). Penggunan papan wol kayu., terutama untuk dinding penyekat dan plafon. Serat-serat kayu misalnya serat sisal, jute atau sejenisnya dipakai untuk membuat lembaran tipis, untuk plafon. Demikian juga untuk limnbah tekstil yang diberi nama majun , dipakai juga untuk pembuatan itu.

Pemakaian serat ijuk atau serat sabut kelapa, mungkin juga dilakukantetapi jenis serat ini agak terlalu kaku, sehingga dalam pembuatan perlu waktu yang lebih lama, atau perlu di press ( diberi pemberat) untuk mencegah agar serta tidak timbul kepermukaan sampai semen atau perekatnya mengeras. Sekam padi, dipakai dalam dua bentuk, yaitu bentuk asli, dicampur dengan semen, lalu dicetak bentuk bata atau lainnya, sehingga menjadi bentuk bangunan. Bentuk kedua, sekam ini dibakar cukup tinggi , sehingga menjadi abu. Pada pembakaran yang tinggi ini ( kurang lebh 900oC atau 1100oc) sekam yang banyak mengandung silica ini, dapat bersifat aktip seperti pozolan sehinggan bila dicampur dengan kapur padam, dalam mengeras dalam air. Pemakaian limbah kayu atau serat kayu secara langsung sebagai aggregate, kadangkadang sedikit menimbulkan kesulitan, yaitu pengerasan semennya terhambat ( lebih lama ), hal ini disebabkan terutama dalam kayu itu terdapat zal gula atau asam organic dan atau asam tannin yang menghambat pengerasan semen. Untuk mengurangi keadaan ini, maka sebaiknya serat kayu tadi sebelum dipakai dicuci zat yang mengganggu itu (disebut mineralisasi ). Salah satu cara mineralisasi yang murah dan mudah ialah dengan merendamnya didalam air kapur ( susu kapur ) paling sedikit satu malam agar asam atau zat gula tadi bereaksi dulu dengan susu kapur, kemudian serat atau limbah tadi ditiriskan atau dicuuci dan dikeringkan, untuk selanjutnyadipakai atau dicampur dengan perekat semennya. Karena sifst aggregate organic, pada umumnya tidak tahan terhadap suasana basa ( dimana dicampur semen dan kapur), maka unsur bangunan dari aggregate organic ini, tidak baik bila selalu basah. Unsur tersebut akan rapuh ( rusak ) akibat terurainya aggregate organic tadi oleh sifat basa dri kapur. 3.2.2.2.2. pulp kayu Kemajuan terbaru pemakaian limbah kayu untuk unsur bangunan semen ialah pemakaian bubur kayu (pulp ) dicampur dengan semen, dicampur atau tanpa serat

semen asbes. Lembaran pulp semen ini dikenal dengan nama Pulp Cemment Board (PCB). Ia dibuat berupa lembaran tipis 3 sampai 10 mm, untuk dinding penyekat atau plafon, yang terlindung dari lembab. 3.2.3. bahan tambahan Bahan tambahan dalam pembutuatan unsur beton, sama dengan bahan tambah untuk beton yang biasa. Penggunaan bahan tambah kelompok Admixture ( accelelator, water proofing agent, retarder dan lain-lain) biasanya jarang dilakukan, terutama untuk daerah yang tropis. Yang paling banyak dipakai ialah jenis bahan tambah, pewarna ( pigmen ) bila unsur yang dibuat itu, perlu berwarna, misalnya untuk pembuatan ubin lantai. Persyaratan pigmen untuk bangunan beton, tertama ialah jenis pigmen yang terbuat dari pigmen oksida logam berwarna. Pewarna logam organic, seperti pewarna untuk tekstil, tidak dapat dipakai, karena pewarna organic ini akan luntur, akibat sifat basa dari kapur dan semen. Untuk bahan bangunan yang berpori kecil misalnya beton gas, atau beton busa, dipakai bahan tambah pembentuk busa, yang terbuat antara lain dari serbuk allumunium, atau dari hidrolisit albumin. Pemakaian serbuk logam allumunium, secara langsung dicampur dengan bahan perekat ( bubur kapur atau semen ) dan aggregate. Karena basa keras dari kapur maka allumunium akan bereaksi membentuk oksida dan membesarkan gas H2, yang menimbulkan gelembung halus didalam masanya. Bila dipakai hidrolisit albumin, maka cairan ini, perlu direaksikan dulu dengan udara dibentuk busa terlebih dulu. Caranya ialah menyemprotkan cairan, bersamasama dengan udara, sehingga terjadi emulsi udara ( busa ). Busa tadi kemudian

dicampurkan dengan adukan agregat, air, dan perekatnya, lalu diaduk sampai busanya merata, dan adukan yang mengandung busa tadi diaduk. Tanah atau bahan alam yang mengandung pozolan, disamping dipakai sebagai agregat, berfungsi juga sebagai bahan tambah. Karena sifatnya yang dapat mengeras bila dicampur kapur dan air, maka dengan penambahan pozolan itu, pembuatan unsur bangunan beton dapat lebih murah, sebab akan dapat mempertinggi kekuatan, serta dapat mengurangi semen Portland. 3. UNSUR BANGUNAN BERBENTUK BATA ATAU BLOK 3.1. bata tanah stabilisasi. Jenis ini adalah jenis bata yang termudah atau termurah, dan bahan utamanya adalah tanah, dengan bahan perekat semen atau Portland. Tanah yang dipakai untuk pembuatan bata tanah stabilisasi atau tanah mantap, ialah tanah yang berpasir, tetapi sedikit mengandung lempung. Tanah yang baik untuk ini kandungan lempungnya (butiran tembus sayakan 74 mikron) kurang lebih antara 10-35%. Tanah yang terlalu sedikit lempungnya atau banyak pasirnya kurang baik, karena akan memerlukan bahan perekat yang banyak, serta terlalu regas. Butiran tanah dikeringkan dulu, lalu diayak paling kasar dengan ayakan 5mm, kemudian dicampur dengan bahan perekatnya, diaduk kering terlebih dulu. Pemberian atau pencampuran dengan air, diberikan sedemikian rupa sehingga

Anda mungkin juga menyukai