Anda di halaman 1dari 26

TUGAS TEKNOLOGI BAHAN

JENIS JENIS MATERIAL

Disusun Oleh

: Guci Agung A. (C. 131.13.0128)

Jurusan Teknik sipil


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SEMARANG

1.Jenis Batu Bata


Batu Bata Tanah Liat, terbuat dari tanah liat dengan 2 kategori yaitu bata biasa
dan bata muka.
Bata biasa , memiliki permukaan dan warna yang tidak menentu, bata ini
digunakan untuk dingding dengan menggunakan morta(campuran semen)
Ssebagai pengikat. Bata jenis ini sering disebut sebagai bata merah.
Bata muka , memiliki permukaan yang baik dan licin dan memupnyai warna dan
corak yang sragam . Disamping dipergunakan sebagai dinding juga digunakan
sebagai penutup d dan sebagai dekoratif.
Batu Bata Pasir Kapur, sesuai dengan namanya batu bata ini dibuat dari
campuran kapur dan pasir dengan perbandingan 1 : 8 serta air yang ditekankan
kedalama campuran sehingga membentuk batu bata.

-Bata merah

Bata merah adalah bata yang dibuat dari tanah yang dicetak kemudian dibakar
dengan suhu tinggi sehingga menjadi benar-benar kering, mengeras dan
berwarna kemerah-merahan. Tanah yang digunakan pun bukanlah sembarang
tanah, tapi tanah yang agak liat sehingga bisa menyatu saat proses pencetakan.
Karena itulah, rumah yang dindingnya dibangun dari material bata merah akan
terasa lebih nyaman dan adem. Selain lebih kuat dan kokoh serta tahan lama,
sehingga jarang sekali terjadi keretakan dinding yang dibangun dari material
bata merah. Selain itu Material ini sangat tahan terhadap panas sehingga dapat
menjadi perlindungan tersendiri bagi bangunan Anda dari bahaya api.
Batu bata merah dibuat dari tanah liat yang dicetak, kemudian dibakar. Tidak
semua tanah lihat bisa digunakan. Hanya yang terdiri dari kandungan pasir
tertentu.
Umumnya memiliki ukuran: panjang 17-23 cm, lebar 7-11 cm, tebal 3-5 cm.
Berat rata-rata 3 kg/biji (tergantung merek dan daerah asal pembuatannya).
Bahan baku yang dibutuhkan untuk pasangan dinding bata merah adalah semen
dan pasir ayakan. Untuk dinding kedap air diperlukan campuran 1:2 atau 1:3
(artinya, 1 takaran semen dipadu dengan 3 takaran pasir yang sudah diayak).
Untuk dinding yang tidak harus kedap air, dapat digunakan perbandingan 1:4
hingga 1:6.
-Batako
Batako, material dinding dari batako ini umumnya dibuat dari campuran semen
dan pasir kasar yang dicetak padat atau dipress. Selain itu ada juga yang
membuatnya dari campuran batu tras, kapur dan air. Bahkan kini juga beredar
batako dari campuran semen, pasir dan batubara. Dengan bahan pembuatan
seperti yang telah disebutkan, batako memiliki kelemahan yaitu kekuatannya
lebih rendah dari bata merah, sehingga cenderung terjadi keretakan dinding,
terutama jika bagian kosong-nya tidak diisi dengan adukan spesi. Pemakaian
material batako untuk dinding juga membuat bangunan lebih hangat bahkan
cenderung pengap dan panas, tidak seperti bata merah yang terbuat dari
material tanah. Batako cenderung lebih ringan daripada bata merah. Teksturnya
pun terlihat lebih halus dari bata merah.
-Batako putih (Tras)
Batako putih dibuat dari campuran tras, batu kapur, dan air. Campuran tersebut
dicetak, lalu dibakar. Tras merupakan jenis tanah berwarna putih / putih
kecoklatan yang berasal dari pelapukan batu-batu gunung berapi.

Umumnya memiliki ukuran panjang 25-30 cm, tebal 8-10 cm, dan tinggi 14-18
cm.
Untuk dinding seluas 1 m2, kira-kira membutuhkan:
Batako tras = 25 buah
Semen = 0,215 sak
Pasir ayak (pasir pasang) = 0,025 m3
-Batako Semen PC / Batako pres
Batako pres dibuat dari campuran semen PC dan pasir atau abu batu.
Ada yang dibuat secara manual (menggunakan tangan), ada juga yang
menggunakan mesin. Perbedaannya bisa dilihat pada kepadatan permukaan
batakonya.
Umumnya memiliki ukuran panjang 36-40 cm, tebal 810 cm, dan tinggi 18-20
cm.
Untuk dinding seluas 1 m2, kira-kira membutuhkan:
Batako pres = 15 buah
Semen PC = 0,125 sak
Pasir ayak (pasir pasang} = 0,015 m3

2.Bata ringan
Bata ringan atau disebut hebel atau celcon. Material bata ringan ini dibuat
dengan menggunakan mesin pabrik. Bata ini cukup ringan, halus dan memilki
tingkat kerataan yang baik. Bata ringan ini diciptakan agar dapat memperingan
beban struktur dari sebuah bangunan konstruksi, mempercepat pelaksanaan,
serta meminimalisasi sisa material yang terjadi pada saat proses pemasangan
dinding berlangsung.
Bata hebel dibuat dengan mesin di pabrik. Bata ini cukup ringan, halus, dan
memiliki tingkat kerataan yang baik.
Bisa langsung diberi aci tanpa harus diplester terlebih dulu, dengan
menggunakan semen khusus. *Bahan dasar acian/semen tersebut adalah pasir
silika, semen, filler, dan zat aditif. Untuk menggunakannya, semen ini hanya
dicampur dengan air. Tetapi bisa juga menggunakan bahan seperti pemasangan
batako.
Umumnya memiliki ukuran 60 cm x 20 cm dengan ketebalan 810 cm.
Untuk dinding seluas 1 m2, kira-kira membutuhkan:
Bata hebel/celcon = 8 buah
Semen instan = 11,43 kg
Air = 0,150,16 liter
-Bata Ringan AAC
Bata Ringan ACC adalah beton selular dimana gelembung udara yang ada
disebabkan oleh reaksi kimia, yaitu ketika bubuk aluminium atau aluminium
pasta mengembang seperti pada prosess pembuatan roti saat penambahan
ragi untuk mengembangkan adonan. Material pembuatan bata ringan AAC
memakai pasir khusus yaitu silika (> 95% SiO2) dan harus digiling sampai
ukuran mikro.
Sama halnya seperti pada pembuatan roti pada AAC tingkat ekspansi adonan
juga tidak bisa di kontrol secara tepat sehingga biasanya akan mengembang
keluar dari cetakan. Oleh karena itu harus dipotong untuk mendapatkan dimensi
yang dibutuhkan. Gelembung udara yang relatif banyak memungkinkan

dihasilkannya AAC dengan kerapatan yang rendah yaitu sekitar 700 800 kg /
m.
Pada AAC susunan gelembung udara yang terbentuk saling terhubung antara
satu sama lainnya, hal ini mengakibatkan air mudah meresap ke dalam beton,
oleh karena itu pada pengaplikasiannya harus diberikan perlindungan kedap air
seperti plaster kedap air.
Untuk menghasilkan kuat tekan yang cukup proses pengeringan (curing) pada
AAC harus menggunakan tabung autoklaf bertekanan tinggi. Namun
sayangnya proses curing tersebut menghancurkan proses hidrasi dari semen
yang sedang terjadi. Oleh karena alasan ini juga bata ringan AAC harus benarbenar terlindungi dari kelembaban.
Densitas yang rendah dan susuanan gelembung udara pada bata ringan AAC
mengharuskan penggunaan pen/dowel untuk pemasangan baut/paku pada
dinding. Insulasi suara juga kurang untuk densitas yang serupa jika
dibandingkan dengan bata ringan CLC yang di curing secara alami.
Seluruh proses produksi bata ringan AAC berbeda dengan CLC dan
membutuhkan pabrikasi dan peralatan canggih serta investasi modal yang besar
yaitu 10-30 juta USD dan kapasitas yg di hasilkan juga tinggi sekitar 300 m3 per
hari bahkan lebih.
Seperti yang diuraikan di atas, maka sangat tidak mungkin untuk menghasilkan
AAC pada lokasi proyek maupun untuk memproduksi panel prefab
dengan bentuk dan ukuran yang diinginkan. Pengunaan baja penguat beton
(rebar) harus dilindungi dengan bahan anti korosi.
Diperlukan sekelompok tim ahli yang berpengalaman untuk mengoperasikan
pabrik tersebut untuk menghasilkan pro-duct yang berkualitas, namun bata
ringan AAC menawarkan densitas terendah dan memiliki rasio terbaik atas
kepadatan berbanding dengan kuat tekan terhadap semua jenis beton.

-Bata Ringan CLC

Bata ringan CLC adalah beton selular yang mengalami proses curing secara
alami, CLC adalah beton konvensional yang mana agregat kasar (kerikil)
digantikan oleh udara, dalam prosesnya mengunakan busa organik yang sangat
stabil dan tidak ada reaksi kimia ketika proses pencampuran adonan, foam/busa
berfungsi sebagai media untuk membungkus udara.
Pabrikasi dan peralatan yang digunakan untuk menghasilkan CLC juga standard,
sehingga produksi dengan mudah dapat pula diintegrasikan ke dalam
pabrikasi beton konvensional. Hanya pasir, semen, air dan foam yang digunakan
dan kepadatan yand didapatkan dapat disesuaikan mulai dari 350 sampai 1.800
kg / m dan kekuatan dapat juga dicapai dari serendah 1,5 sampai lebih 30 N /
mm .
Pasir sungai berukuran 2, 4, 6 dan 8mm dapat digunakan, tergantung pada
kepadatan yang diinginkan. Semen portland menawarkan kinerja paling optimal
tetapi kebanyakan jenis lain semen juga bisa digunakan. kepadatan beton bisa
disesuaikan, berbagai ukuran dan maupun panel prefab dapat diproduksi, di atas
kepadatan dari 1.200 kg / m (setengah dari berat beton konvensional) untuk
aplikasi struktural dapat mengunakan rangka baja.
Pada CLC Gelembung udara yang dihasilkan benar-benar terpisah satu sama lain,
sehingga penyerapan air jauh lebih sedikit dan baja tidak perlu dilapisi dengan
lapisan anti korosi, beton dengan kepadatan diatas 1.200 kg/m3 juga tidak
memerlukan pla-ster, seperti pada AAC, hanya cukup di cat saja. Penyerapan air
lebih rendah daripada di AAC dan masih cukup baik dibandingkan dengan beton
konvensional.

CLC sama halnya dengan beton konvensional kekuatan akan bertambah seiring
dengan waktu melalui kelembapan alamiah pada tekanan atmosfir
saja. Meskipun tidak seringan AAC, CLC tetap menawarkan penurunan berat
badan yang cukup besar dibandingkan dengan beton konvensional dan isolasi
termal 500% lebih tinggi dan tahan api.
Paku dan Sekrup dapat dengan mudah dipaku ke CLC terus tanpa harus
menggunakan pen, CLC juga dapat dipotong atau digergaji. Bahkan panel
dinding rumah seluruhnya dapat dicetak hanya dalam sekali tuang.
Beton CLC menawarkan banyak ruang lingkup pengaplikasian, mulai dari isolasi
atap rumah pada kepadatan serendah 350 kg / m sampai dengan produksi
panel dan lantai beton dengan kepadatan 1800 kg / m.

Sl.N
Parameter
o.

CLC
Cellular Lightweight
Concrete
Semen, Pasir, Busa
senyawa, air

1.

Bahan Dasar

2.

Proses Produksi Tidak Memerlukan Oven


& Set up
Autoclave

Kepadatan
4001200Kering
800-1000
600
1800
3
Kg/m
Kekuatan tekan
4.
10-15 25-35
60-250
(28 hari) Kg/m 3
Partisi
Isolas
Beban
5.
Penggunaan
Non-beban
i
bantalan
bantalan
500x250x90/190mm
Ukuran Blok
Setiap bentuk & ukuran
6.
pracetak
dalam rentang kepadatan
400-1800 Kg / m 3
Keuntungan kekuatan
7.
Penuaan
dengan usia sebagai beton
biasa
Konduktivitas
0,098 untuk 400 Kg / m 3
8.
termal Unit
0,151 untuk 700 Kg / m 3
(W/mk)
0,238 untuk 1000 Kg / m 3
9.
Isolasi Suara
Unggul
Dapat dipotong, dipaku,
10. Mudah bekerja
dibor sebagai kayu
11. Eco-ramah
Bebas polusi dengan
3.

AAC
Autoclaved Aerated Concrete
Contoh: Hebel, Siporex, Ytong,
dll
Semen, Kapur, Pasir, Lime,
Aluminium Pasta
Hanya diproduksi di Pabrik
yang mahal dilengkapi dengan
Oven Autoclaves
650

750

40

40

Mengingat beban Diperkuat


non-blok
panel
625x250x100/200mm Tidak
Layak
Tidak ada
0132-0,151 untuk 650 Kg / m

Unggul
Dapat dipotong, angsa, dipaku,
dibor sebagai kayu
Bebas polusi proses dengan
5

kebutuhan Energi minimal kebutuhan energi tinggi

3.JENIS GENTENG
Genteng merupakan salah satu jenis penutup atap rumah yang paling umum
digunakan di Indonesia. Genteng seperti penutup atap lainnya berfungsi sebagai
pelindung dari panas dan hujan. Selain itu tampilan genteng menjadi hal yang
penting dalam membantu penampilan aksen sebuah rumah. Dengan mengetahui
jenis genteng beserta kelebihan dan kekurangannya, diharapkan dapat memilih
genteng yang tepat untuk rumah kita.
Di bawah ini akan kami ulas jenis-jenis genteng yang biasa digunakan di
Indonesia beserta karakteristiknya, antara lain :
1. Genteng Tanah Liat / Genteng Kodok.
Genteng kategori ini terbuat dari tanah liat yang ditekan / di-press, kemudian
dipanaskan menggunakan bara api dengan derajat kepanasan tertentu. Daya
tahan genteng jenis ini sangat kuat. Untuk pemasangan diperlukan teknik
pemasangan kunci / kaitan genteng pada rangka penopang. Selain tampilan
alami berwarna oranye kecoklatan hingga merah terakota, Anda juga bisa
mewarnai genteng tanah liat. Kini, telah tersedia berbagai macam pilihan warnawarni yamg menarik.
Kelebihan dari genteng tanah liat adalah :
Harganya relatif murah.
Mempunyai beban yang ringan shingga meminimalisir beban atap.
Memiliki kuat tekan sehingga dapat diinjak.
Kelemahan dari genteng ini adalah :
Diperlukan ketelitian pada saat pemasangan reng sehingga tidak terjadi
kebocoran di dalam rumah.
Mudah berlumut atau berjamur jika tidak dilapisi cat atau glasur.
Menggunakan pola pemasangan zig zag dengan sistem sambungan inlock.
2.Genteng Metal atau Genteng Berbahan Logam.
Genteng jenis ini memiliki ukuran yang lebih besar dari genteng tanah liat, yaitu
sekitar 60-120 cm, dengan ketebalan 0,3 mm. Pemasangan genteng ini tidak
jauh beda dengan genteng dari tanah liat. Karena memiliki ukuran yang lebih
lebar maka dapat mempercepat waktu pemasangan pada sebuah rumah.
Genteng jenis ini biasanya memerlukan sekrup untuk pemasangannya agar tidak
mudah terbawa angin karena bobotnya lumayan ringan. Pilihan warna genteng
metal yang tersedia sangat variatif dan menarik. Kombinasi warna atap dan
dinding fasade bangunan dapat menciptakan harmoni warna yang menarik.
Keunggulannya dari genteng metal ini adalah :
Mudah dan cepat dalam pemasangannya.
Hemat material karena bentangnya yang lebih lebar.
Dilapisi bahan anti karat.
Menggunakan bahan anti pecah jadi lebih aman dari kebocoran.
6

Teknologi baru yang membuat genteng tidak menimbulkan panas dan tidak
mudah terbakar.
Dilapisi bahan anti lumut sehingga tidak perlu khawatir untuk mengecet ulang
yang tentunya memerlukan biaya tambahan.
Kelemahannya yang perlu diperhatikan adalah :
Ketika pemasangannya, karena jika tidak rapi maka akan sangat tidak indah
dilihat.
3. Genteng Aspal.
Material genteng yang satu ini bersifat solid namun tetap ringan, terbuat dari
campuran lembaran bitumen (turunan aspal) dan bahan kimia lain. Ada dua
model yang tersedia di pasaran, yaitu :
Model datar bertumpu pada multipleks yang menempel pada rangka.
Model bergelombang yang pemasangannya cukup disekrup pada balok gording.
Kelebihananya adalah :
Ringan 1/6 dari berat genteng beton atau keramik.
Bisa digunakan untuk kemiringan genteng 22,5 sampai 90.
Mudah dan praktis dalam pemasangannya.
Tahan terhadap api dan mampu menahan tekanan angin.
Memiliki pilihan warna dan dilindungi lapisan anti jamur dan anti pudar.
Kelemahannya adalah :
Pada harganya yang relatif mahal.
4. Genteng Kaca.
Genteng ini dipakai agar sinar matahari dapat masuk ke dalam ruangan secara
langsung sehingga menghemat konsumsi listrik untuk penerangan. Material
genteng ini terbuat dari kaca. Genteng ini mempunyai bentuk yg terbatas
sehingga kompatibel / sesuai dengan beberapa jenis genteng tertentu saja.
Keunggulannya adalah :
Bahannya yang bersifat transparan.
Bisa memberikan pencahayaan alami di dalam rumah.
Kaca memiliki kesan modern sehingga cocok dipadukan di rumah yang bergaya
modern dan minimalis.
Kekurangannya adalah :
Bahannya yang mudah pecah.
Penggunaan yang berlebihan akan berakibat meningkatnya suhu ruangan
dibawahnya.
5. Genteng Keramik.
Genteng ini memiliki warna yang cukup banyak karena pada saat proses
finishingnya dilapisi pewarna pada bagian atasnya (glazur). Bahan utama
genteng ini adalah keramik.
Kelebihan dari genteng ini adalah :
Lebih tahan lama dan kuat menahan beban manusia.
Warna akan tahan lama karena diproses dengan pembakaran dengan suhu 1100
C.
Sistem interlock yang memungkinkan adannya celah untuk mengaitkan.

Kelemahannya adalah :
Diperlukan ketelitian pada saat pemasangan reng sehingga tidak terjadi
kebocoran di dalam rumah.
Selain itu diperlukan kemiringan atap minimum 30 agar air hujan dapat
mengalir sempurna dan genting tidak dapat terlepas ketika diterpa angin (jika
dipasang pada sudut kemiringan 45 60 .
Perlu bantuan baut ketika memasangnya agar genting tidak terlepas dan lebih
kuat.
6. Genteng Beton.
Genteng jenis ini terbuat dari beton, yaitu campuran pasir, semen, kerikil, dan
bahan aditif. Bentuknya yang bergelombang dan ada juga yang datar. Bentuk
datar muncul seiring dengan gaya arsitektur rumah yang modern dan minimalis
sehingga perlu adanya penyesuaian bentuk atap yang lebih sederhana.
Keunggulannya adalah :
Kuat dan tahan lama dan daya tahan terhadap tekanan tinggi sehingga tidak
mudah goyah oleh angin.
Kekurangannya adalah :
Memiliki tekstur yang kasar dan mudah timbul lumut pada permukaannya.
7. Genteng Policarbonat.
Polycarbonate berbentuk lembaran datar dengan pilihan warna bervariatif dan
dijual per roll. Polycarbonate ada dua jenis yaitu :
Polycarbonate rata dengan rongga
Polycarbonate bergelombang tanpa rongga.
Polycarbonate biasanya digunakan di garasi, kanopi atau untuk atap tambahan.
Harga Polycarbonate tergantung merk dan jenis. Pemasangan polycarbonat
untuk rangka kayu menggunakan paku,sedangkan untuk rangka baja
menggunakan mur baut.
Tips sederhana memilih kualitas polikarbonat (polycarbonate) adalah dengan
menekan kuat dengan jari penampang berongga pada lembaran polikarbonat,
jika berkualitas jelek maka konstruksi berongga polikarbonat yang ditekan tadi
tidak akan kuat menahan tekanan jari ('penyok'), anda bisa lakukan test ini pada
beberapa merk polikarbonat yang berbeda lebih disarankan lagi anda lakukan
test ini pada polikarbonat dengan harga yang termahal dan pada harga yang
termurah untuk lebih jelas melihat perbedaannya.
Kelebihan dari polycarbonate adalah :
Dapat meredam radiasi matahari
Dicetak dalam bentuk lembaran,sehingga mudah bila dipakai di luasan yang
besar.
Cepat dalam pemasangan
Mudah di dapat di pasaran
Kedap air
Bebas rayap
Kekurangan dari Polycarbonate adalah :
Harganya mahal.
polycarbonate berongga rentan terhadap jamur dan sulit dibersihkan.
8

8. Genteng Sirap.
Genteng sirap berasal dari kayu ulin yang dikenal juga dengan nama kayu besi
atau kayu bulian. Kayu ulin berasal dari daerah Kalimantan dan memiliki
ketahanan yang sangat baik terhadap perubahan suhu, kelembaban, dan
pengaruh air laut, sehingga banyak dimanfaatkan sebagai bahan bangunan,
seperti konstruksi rumah, jembatan, tiang listrik, bantalan kereta api, dan
perkapalan.
Bentuk atap sirap biasanya berupa lembaran tipis memanjang yang dihasilkan
dari belahan kayu ulin. Atap sirap dari kayu ulin ini berwarna coklat kehitaman.
Ukuran 1 lembar atap sirap biasanya (p x l x t) = 58 x 6 x 0,3 dan 58 x 6 x 0,5
(masing-masing dalam satuan cm). Lembaran tipis tersebut dikemas dalam
ikatan.
Saat ini Pemerintah memperketat perdagangan dan pemanfaatan kayu ulin,
sehingga peredaran atap sirap dari kayu ulin sangat berfluktuatif, bahkan
terkadang sulit menemukan atap sirap di pasaran. Oleh karena itu kini mulai
diproduksi atap sirap dari bahan kayu merbau sebagai alternatif pengganti atap
sirap dari kayu ulin. Merbau merupakan salah satu jenis kayu keras dan biasanya
dimanfaatkan dalam konstruksi bangunan, jembatan, parket (flooring), pintu dan
jendela, dan lain-lain. Berbeda dengan atap sirap ulin, atap sirap merbau ini
berwarna coklat kekuningan.
Kelebihan dari atap sirap :
Bahannya cukup ringan.
Bersifat isolisasi terhadap panas.
Kekurangan menggunakan atap sirap :
Pemasangannya cukup sulit sehingga biaya yang akan digunakan akan
bertambah
Bila lembaran sirap belum cukup kering sudah di pasang akan membilut dan
berubah bentuk menjadi cekung.
9. Genteng Asbes (Fiber Semen).
Asbestos / asbes, merupakan gabungan enam mineral silikat alam. Penutup atap
dari bahan asbes sangat akrab dengan masyarakat, selain harganya murah dan
pemasangannya mudah, karena atap asbes memiliki bobot yang ringan sehingga
tidak membutuhkan konstruksi gording yang khusus.
Kelebihan genteng asbes adalah :
Lebih murah dibandingkan genting.
Pemasangan relatif lebih mudah.
Tidak membutuhkan banyak kayu reng tidak mudah bocor dan ruangan menjadi
sejuk karena sifat asbes yang tidak menyerap panas.
Kekurangan genteng asbes adalah :
Penggunaan asbes sebagai atap rumah menurut para ahli kesehatan sebetulnya
kurang baik karena dapat menyebabkan penyakit.Hal ini terjadi karena serat
asbes dalam bentuk partikel mudah lepas dan beterbangan, sehingga bila
terhirup penghuninya akan dapat menyebabkan penyakit kanker paru-paru.
10. Genteng Atap Kain Terpal.

Genteng jenis ini umumnya hanya digunakan pada atap sebuah balkon, atau
cocok juga diterapkan untuk atap sebuah jendela. Terbuat dari bahan kain terpal
serta plastik padat yang elastis. Jenis ini bertumpu pada kerangka besi yang
sudah dibentuk sesuai dengan keinginan. Dikuatkan atau ditempel dengan
menggunakan baut dan sekrup supaya dapat menempel kuat pada dinding. Jenis
ini keunggulan lainnya adalah sistemnya uang mudah untuk dibongkar pasang.

4.Alumunium
Aluminium adalah logam yang paling banyak terdapat di kerak bumi, dan unsur
ketiga terbanyak setelah oksigen dan silikon. Aluminium terdapat di kerak bumi
sebanyak kira-kira 8,07% hingga 8,23% dari seluruh massa padat dari kerak
bumi, dengan produksi tahunan dunia sekitar 30 juta ton pertahun dalam bentuk
bauksit dan bebatuan lain (corrundum, gibbsite, boehmite, diaspore, dan lainlain) (USGS). Sulit menemukan aluminium murni di alam karena aluminium
merupakan logam yang cukup reaktif.
Aluminium tahan terhadap korosi karena fenomena pasivasi. Pasivasi adalah
pembentukan lapisan pelindung akibat reaksi logam terhadap komponen udara
sehingga lapisan tersebut melindungi lapisan dalam logam dari korosi.
Aluminium murni adalah logam yang lunak, tahan lama, ringan, dan dapat
ditempa dengan penampilan luar bervariasi antara keperakan hingga abu-abu,
tergantung kekasaran permukaannya. Kekuatan tensil aluminium murni adalah
90 MPa, sedangkan aluminium paduan memiliki kekuatan tensil berkisar 200-600
MPa. Aluminium memiliki berat sekitar satu pertiga baja, mudah ditekuk,
diperlakukan dengan mesin, dicor, ditarik (drawing), dan diekstrusi.
Resistansi terhadap korosi terjadi akibat fenomena pasivasi, yaitu terbentuknya
lapisan aluminium oksida ketika aluminium terpapar dengan udara bebas.
Lapisan aluminium oksida ini mencegah terjadinya oksidasi lebih jauh.
Aluminium paduan dengan tembaga kurang tahan terhadap korosi akibat reaksi
galvanik dengan paduan tembaga.
Aluminium juga merupakan konduktor panas dan elektrik yang baik. Jika
dibandingkan dengan massanya, aluminium memiliki keunggulan dibandingkan
dengan tembaga, yang saat ini merupakan logam konduktor panas dan listrik
yang cukup baik, namun cukup berat.
Aluminium murni 100% tidak memiliki kandungan unsur apapun selain
aluminium itu sendiri, namun aluminium murni yang dijual di pasaran tidak
pernah mengandung 100% aluminium, melainkan selalu ada pengotor yang
terkandung di dalamnya. Pengotor yang mungkin berada di dalam aluminium
murni biasanya adalah gelembung gas di dalam yang masuk akibat proses
peleburan dan pendinginan/pengecoran yang tidak sempurna, material cetakan
akibat kualitas cetakan yang tidak baik, atau pengotor lainnya akibat kualitas
bahan baku yang tidak baik (misalnya pada proses daur ulang aluminium).
Umumnya, aluminium murni yang dijual di pasaran adalah aluminium murni
99%, misalnya aluminium foil.
Pada aluminium paduan, kandungan unsur yang berada di dalamnya dapat
bervariasi tergantung jenis paduannya. Pada paduan 7075, yang merupakan
bahan baku pembuatan pesawat terbang, memiliki kandungan sebesar 5,5% Zn,
2,5% Mg, 1,5% Cu, dan 0,3% Cr. Aluminium 2014, yang umum digunakan dalam
penempaan, memiliki kandungan 4,5% Cu, 0,8% Si, 0,8% Mn, dan 1,5% Mg.
10

Aluminium 5086 yang umum digunakan sebagai bahan pembuat badan kapal
pesiar, memiliki kandungan 4,5% Mg, 0,7% Mn, 0,4% Si, 0,25% Cr, 0,25% Zn,
dan 0,1% Cu.

-Aluminium Murni

Aluminium 99% tanpa tambahan logam paduan apapun dan dicetak dalam
keadaan biasa, hanya memiliki kekuatan tensil sebesar 90 MPa, terlalu lunak
untuk penggunaan yang luas sehingga seringkali aluminium dipadukan dengan
logam lain.
Aluminium Paduan
Elemen paduan yang umum digunakan pada aluminium adalah silikon,
magnesium, tembaga, seng, mangan, dan juga lithium sebelum tahun 1970.
Secara umum, penambahan logam paduan hingga konsentrasi tertentu akan
meningkatkan kekuatan tensil dan kekerasan, serta menurunkan titik lebur. Jika
melebihi konsentrasi tersebut, umumnya titik lebur akan naik disertai
meningkatnya kerapuhan akibat terbentuknya senyawa, kristal, atau granula
dalam logam.
Namun, kekuatan bahan paduan aluminium tidak hanya bergantung pada
konsentrasi logam paduannya saja, tetapi juga bagaimana proses perlakuannya
hingga aluminium siap digunakan, apakah dengan penempaan, perlakuan panas,
penyimpanan, dan sebagainya.

-Paduan Aluminium-Silikon
Paduan aluminium dengan silikon hingga 15% akan memberikan kekerasan dan
kekuatan tensil yang cukup besar, hingga mencapai 525 MPa pada aluminium
paduan yang dihasilkan pada perlakuan panas. Jika konsentrasi silikon lebih
tinggi dari 15%, tingkat kerapuhan logam akan meningkat secara drastis akibat
terbentuknya kristal granula silika.

Gambar 11. Fase paduan Al-Si, temperatur vs persentase paduan

-Paduan Aluminium-Magnesium
Keberadaan magnesium hingga 15,35% dapat menurunkan titik lebur logam
paduan yang cukup drastis, dari 660 oC hingga 450 oC. Namun, hal ini tidak
menjadikan aluminium paduan dapat ditempa menggunakan panas dengan
mudah karena korosi akan terjadi pada suhu di atas 60 oC. Keberadaan
magnesium juga menjadikan logam paduan dapat bekerja dengan baik pada
temperatur yang sangat rendah, di mana kebanyakan logam akan mengalami
failure pada temperatur tersebut.

11

Gambar 12. Diagram fase Paduan Al-Mg, temperatur vs persentase Mg


-Paduan Aluminium-Tembaga
Paduan aluminium-tembaga juga menghasilkan sifat yang keras dan kuat,
namun rapuh. Umumnya, untuk kepentingan penempaan, paduan tidak boleh
memiliki konsentrasi tembaga di atas 5,6% karena akan membentuk senyawa
CuAl2 dalam logam yang menjadikan logam rapuh.

Gambar 13. Diagram Fase Al-Cu, temperatur vs persentase paduan

-Paduan Aluminium-Mangan

Penambahan mangan memiliki akan berefek pada sifat dapat dilakukan


pengerasan tegangan dengan mudah (work-hardening) sehingga didapatkan
logam paduan dengan kekuatan tensil yang tinggi namun tidak terlalu rapuh.
Selain itu, penambahan mangan akan meningkatkan titik lebur paduan
aluminium.

12

Gambar 14. Diagram fase Al-Mn, temperatur vs konsentrasi Mn

-Paduan Aluminium-Seng
Paduan aluminium dengan seng merupakan paduan yang paling terkenal karena
merupakan bahan pembuat badan dan sayap pesawat terbang. Paduan ini
memiliki kekuatan tertinggi dibandingkan paduan lainnya, aluminium dengan
5,5% seng dapat memiliki kekuatan tensil sebesar 580 MPa dengan elongasi
sebesar 11% dalam setiap 50 mm bahan. Bandingkan dengan aluminium dengan
1% magnesium yang memiliki kekuatan tensil sebesar 410 MPa namun memiliki
elongasi sebesar 6% setiap 50 mm bahan.

13

Gamba15. Diagram fase Al-Zn, temperatur vs persentase Zn

-Paduan Aluminium-Lithium

Lithium menjadikan paduan aluminium mengalami pengurangan massa jenis dan


peningkatan modulus elastisitas; hingga konsentrasi sebesar 4% lithium, setiap
penambahan 1% lithium akan mengurangi massa jenis paduan sebanyak 3% dan
peningkatan modulus elastisitas sebesar 5%. Namun aluminium-lithium tidak lagi
diproduksi akibat tingkat reaktivitas lithium yang tinggi yang dapat
meningkatkan biaya keselamatan kerja.
-Paduan Aluminium-Skandium
Penambahan skandium ke aluminium membatasi pemuaian yang terjadi pada
paduan, baik ketika pengelasan maupun ketika paduan berada di lingkungan
yang panas. Paduan ini semakin jarang diproduksi, karena terdapat paduan lain
yang lebih murah dan lebih mudah diproduksi dengan karakteristik yang sama,
yaitu paduan titanium. Paduan Al-Sc pernah digunakan sebagai bahan pembuat
pesawat tempur Rusia, MIG, dengan konsentrasi Sc antara 0,1-0,5% (Zaki, 2003,
dan Schwarz, 2004).

-Paduan Aluminium-Besi

Besi (Fe) juga kerap kali muncul dalam aluminium paduan sebagai suatu
"kecelakaan". Kehadiran besi umumnya terjadi ketika pengecoran dengan
menggunakan cetakan besi yang tidak dilapisi batuan kapur atau keramik. Efek
kehadiran Fe dalam paduan adalah berkurangnya kekuatan tensil secara
signifikan, namun diikuti dengan penambahan kekerasan dalam jumlah yang
sangat kecil. Dalam paduan 10% silikon, keberadaan Fe sebesar 2,08%
mengurangi kekuatan tensil dari 217 hingga 78 MPa, dan menambah skala
Brinnel dari 62 hingga 70. Hal ini terjadi akibat terbentuknya kristal Fe-Al-X,
dengan X adalah paduan utama aluminium selain Fe.

14

Tabel 1. Pengaruh Fe terhadap paduan aluminium. Perhatikan bahwa elongasi


berbanding lurus dengan kekuatan tensil pada tabel di bawah ini, berbeda
dengan kondisi pada umumnya yang berbanding terbalik, menunjukkan efek
merusak Fe terhadap paduan aluminium
% Fe
Kekuatan tensil
Elongasi (%)
Skala kekerasan
(MPa)
pada 50 mm
Brinnel
bahan
0,29
217
14
62
0,79
216
9,8
65
0,90
210
6,0
65
1,13
171
2,5
66
1,60
126
1,5
68
2,08
78
1,0
70
Kelemahan aluminium paduan adalah pada ketahanannya terhadap lelah
(fatigue). Aluminium paduan tidak memiliki batas lelah yang dapat diperkirakan
seperti baja, yang berarti failure akibat fatigue dapat muncul dengan tiba-tiba
bahkan pada beban siklik yang kecil.
Satu kelemahan yang dimiliki aluminium murni dan paduan adalah sulit
memperkirakan secara visual kapan aluminium akan mulai melebur, karena
aluminium tidak menunjukkan tanda visual seperti baja yang bercahaya
kemerahan sebelum melebur.

Gambar 16: Aluminium cair. Warna kemerahan adalah cetakan yang memanas,
sedangkan aluminium cair tidak menunjukkan perubahan warna walau dalam
keadaan cair

15

Aluminium paduan untuk keperluan penempaan


Tabel 2. Sifat aluminium tempa pada tiga jenis paduan dengan komposisi yang
berbeda-beda. Perlu diperhatikan bahwa elongasi berbanding terbalik dengan
kekuatan tensil.
Paduan
Komposisi (%)
Kekuatan tensil
Elongasi (%)
(MPa)
pada 50 mm
bahan
1100
99,00 Al
90-170
5-35
3003
1,2 Mn
110-200
4-30
3004
1,2 Mn, 1,0 Mg
180-290
5-20
5052
2,5 Mg, 0,2 Cr
195-295
8-30
5056
5,2 Mg, 0,1 Mn,
295-440
10-35
0,1 Cr
Dengan persentase campuran tertentu, akan didapatkan aluminium paduan
dengan kekuatan tensil hingga 400 MPa dengan ductility yang cukup. Aluminium
paduan jenis ini lebih murah biaya produksinya karena tidak memerlukan
perlakuan termal.
Aluminium paduan dengan perlakuan termal
Tabel 3. Sifat aluminium paduan dengan perlakuan panas pada beberapa jenis
paduan dengan komposisi yang berbeda-beda. Perlu diperhatikan bahwa
elongasi berbanding terbalik dengan kekuatan tensil.
Paduan
Komposisi (%)
Kekuatan tensil
Elongasi (%)
(MPa)
pada 50 mm
bahan
2014
4,4 Cu, 0,8 Si,
190-490
10-22
0,8 Mn, 0,4 Mg
2024
4,5 Cu, 0,6 Mn,
190-525
6-20
1,5 Mg
6061
1,0 Mg, 0,6 Si,
125-410
6-25
0,2 Cr
7075
5,5 Zn, 2,5 Mg,
230-580
11-17
1,5 Cu, 0,3 Cr
Aluminium paduan jenis memiliki biaya produksi yang lebih tinggi karena
memerlukan teknik khusus dalam pembentukannya hingga aluminium siap untuk
dipakai. Teknik ini akan menghasilkan paduan dengan kekuatan tensil yang
cukup tinggi, yaitu di atas 400 MPa, sehingga pengurangan massa dapat
dilakukan untuk mengurangi biaya dan mendapatkan kekuatan yang sesuai
untuk aplikasi tertentu.
Perlakuan termal yang umum dilakukan adalah:
Pengerjaan logam dengan menggunakan panas (misal: hot extrusion)
Memanaskan logam hingga mendekati titik leburnya, lalu didinginkan secara
perlahan. Proses ini disebut annealing, dan menghasilkan logam yang lunak.
Pendinginan dengan cepat, baik dengan menggunakan es, air dingin, ataupun air
mendidih sesuai kebutuhan. Proses ini dinamakan quenching.
Disimpan pada temperatur tertentu (umumnya mendekati titik leburnya) selama
beberapa lama (antara 1 jam hingga 40 hari). Proses ini disebut artificial age
hardening.
16

Perlakuan termal dapat berupa kombinasi nomor dua, tiga, dan empat, namun
ada juga yang melakukan penyimpanan selama beberapa lama pada suhu kamar
setelah quenching sebelum siap digunakan. Ada juga yang ditempa pada suhu
kamar sebelum disimpan pada suhu tinggi.
Penyimpanan pada suhu tinggi bermanfaat untuk meningkatkan kekerasan dan
kekuatan tensil. Nilai peningkatan kekuatan tensil dapat mencapai tiga kalinya
jika dibandingkan dengan aluminium paduan tanpa perlakuan termal.
Tabel 4. Perlakuan panas yang berbeda-beda terhadap paduan 2014 (4,4 Cu, 0,8
Si, 0,8 Mn, 0,4 Mg) dan pengaruhnya terhadap sifat mekanik bahan
Perlakuan
Kekuatan
Elongasi (%) Skala
Tensil
pada 50 mm Kekerasan
bahan
Brinnel
Annealing
190
18
45
Quenching, lalu disimpan
435
20
105
pada suhu kamar
Quenching, lalu disimpan
490
13
135
dengan temperatur tertentu
Paduan 7075 merupakan paduan Al-Zn yang paling terkenal. Jika diberi
perlakuan quenching, lalu disimpan dengan temperatur tinggi selama beberapa
waktu, logam paduan akan memiliki kekuatan tensil 580 MPa. Jika tidak diberikan
perlakuan termal, paduan hanya memiliki kekuatan tensil 230 MPa.
Pada penggunaan di lingkungan yang bersifat korosif, permukaan paduan Al-Cu
yang merupakan paduan yang mudah korosi, harus dilapisi dengan aluminium
murni dengan teknik "hot rolling". Hal ini akan mencegah oksidasi Al-Cu lebih
jauh, bahkan ketika logam terpotong karena aluminium bersifat anodik. Meski
pelapisan dengan aluminium dapat mengurangi kekuatan, hal ini umum
dilakukan.
Aluminium paduan cor
Aluminium dapat dicor di cetakan pasir/tanah liat, cetakan besi, atau cetakan
baja dengan diberi tekanan. Logam cor dapat lebih cepat mengeras jika dicor
dengan cetakan logam, sehingga akan menghasilkan efek yang sama seperti
efek quenching, yaitu memperkeras logam.
Pengecoran dengan besi harus dilakukan dengan hati-hati karena dapat
menyebabkan intrusi besi ke dalam paduan, menyebabkan paduan memiliki
komposisi yang tidak diinginkan. Proses pengecoran, selain harus terbebas dari
pengotor pencetaknya, juga harus terbebas dari uap air. Aluminium, dalam
temperatur tinggi, dapat bereaksi dengan uap air membentuk aluminium
hidroksida dan gas hidrogen. Aluminium cair, sepeti logam cair pada umumnya,
dapat melarutkan gas tersebut, dan ketika logam mulai mendingin dan menjadi
padat, gelembung-gelembung hidrogen akan terbentuk di dalam logam,
menyebabkan logam menjadi berpori-pori dan menyebabkan logam semakin
rapuh.
Untuk mencegah keberadaan gas hidrogen dalam logam, pengecoran sebaiknya
dilakukan dalam keadaan kering dan tidak lembab serta logam tidak dilelehkan
pada temperatur jauh di atas titik lelehnya. Hal ini dapat dilakukan dengan
menggunakan tanur listrik, namun hal ini akan meningkatkan biaya produksi.
Komposisi utama aluminium paduan cor pada umumnya adalah tembaga, silikon,
dan magnesium. Al-Cu memberikan keuntungan yaitu kemudahan dalam
pengecoran dan memudahkan pengerjaan permesinan. Al-Si memmberikan
kemudahan dalam pengecoran, kekuatan, ketahanan pada temperatur tinggi,
dan pemuaian yang rendah. Sifat pemuaian merupakan sifat yang penting dalam
17

logam cor dan ekstrusi, yang pada umumnya merupakan bagian dari mesin. AlMg juga memberikan kekuatan, dan lebih baik dibandingkan Al-Si karena
memiliki ketahanan yang lebih tinggi hingga logam mengalami deformasi plastis
(elongasi). Namun konsentrasi lebih dari 10% dapat mengurangi kemudahan
dalam pengecoran.

5.Baja Ringan
Berikut ini jenis-jenis material Baja Ringan yang ada dipasaran :
1. Galvalume
Galvalume dikembangkan menggunakan konsep dasar perlindungan
eloktrolisa atau reaksi pengorbanan diri (sacrificial) dari suatu logam
(zinc) untuk melindungi logam lain (baja). Selain itu, metode ini juga
dilengkapi dengan lapisan pelindung (barrier) berupa Al untuk
menghentikan seandainya terjadi korosi. Komposisi terbaiknya adalah
55% Al, - 43.5% Zinc - 1.5% Silikon
2. Zincalume
Zincalume adalah merk dagang dari salah satu produsen yang cukup
ternama dan juga termasuk pioner dalam produk baja ringan, saat ini
konsumen mengira bahwa zincalume itu jenis material baja ringan
padahal ini salah karena kandungan material dalam zincalume ini sama
komposisinya dengan kandungan material Galvalume dengan kata lain
zincalume sama dengan galvalume.
3. Galvanis
Galvanis, umumnya dikembangkan berdasarkan konsep pelapisan (barrier
protection), yaitu melapisi baja dengan material logam lain yang sangat
tahan terhadap korosi, namun ada juga yang dikembangkan dengan
metode katoda. Lapisan pelindung berkomposisi umumnya 98% Zinc dan
0.2 Al.
Kekuatan dan ketahanan baja ringan, tergantung ukuran ketebalan
material dan anti karatnya. Untuk iklim indonesia, Zincalume /Galvalume
dengan pelapisan aluminium zinc minimum 150 gr/m2 atau Galvanis
dengan pelapisan Zinc minimum 180 gr/m2, servis lifenya bisa 25-30
tahun,profil ini memakai baja ringan G550 sebagai bahan profil rangka.
G550 adalah standar awal penggunaan material baja ringan ini dapat
diartikan secara teknis daya tahan titik leleh minimum (diakibatkan oleh
gaya tarik) adalah 550 MPa (MegaPascal atau KNm) dan tegangan
maksimum 550 MPa. Acuan standar awal adalah teknologi yang pertama
kali digunakan dan diadopsi dari negara-negara yang sudah maju.
18

Paat saat ini banyak perusahaan-perusahaan yang memproduksi rangka


atap baja ringan di Indonesia telah menggunakan material dengan
standar nasional SNI (Standar Nasional Indonesia). Biasanya untuk
menandai hal ini disertakan spesifikasi material pada profil bajanya.
Dilihat dari komposisi lapisan pelindung Al(Alumunium) pada Zincalume/
galvalume lebih besar dibandingkan Galvanis, ini berarti
Zincalume/Galvalume mempunyai sifat tahan karat/ korosi yang lebih
bagus daripada Galvanis karena salah satu sifat Al (Alumunium) adalah
menghentikan seandainya terjadi karat/korosi.

6.BESI Dan BAJA


Besi adalah unsur kimia yang mempunyai sifat-sifat kuat, liat, keras, penghantar
listrik dan panas, serta mempunyai titik cair tinggi. Bijih besi ditemukan dengan
cara penambangan yang terdapat dalam keadaan murni atau bercampur. Bijih
besi yang ditemukan dalam keadaan murni yaitu emas, perak, bismut, platina,
dan ada yang bercampur dengan unsur-unsur seperti karbon, sulfur, fosfor,
silikon, serta kotoran seperti tanah liat, pasir, dan tanah.
Besi adalah unsur dalam jadual berkala yang mempunyai simbol Fe dan nombor
atom 26. Besi adalah kumpulan 8 dan kala (period) 4 logam. Besi adalah logam
transisi yang paling banyak dipakai karena relatif melimpah di alam dan mudah
diolah. Besi murni tidak begitu kuat, tetapi bila dicampur dengan logam lain dan
karbon didapat baja yang sangat keras. Biji besi biasanya mengandung hematite
(Fe2O3) yang dikotori oleh pasir (SiO2) sekitar 10 %, serta sedikit senyawa sulfur,
posfor, aluminium dan mangan.
Besi Kasar
Besi kasar adalah hasil pemurnian tingkat pertama dari pada bijih besi.
Kandungan besinya berkisar: 92 s/d 95% dan kadar karbonnya sekitar 3 s/d
4% ,selain itu masih ada sedikit kandungan belerang, pospor dan mangan.
Besi kasar adalah bahan utama pembuatan :
1.
Besi tuang ( cast iron )
Besi tuang (Cast iron) mengandungi 2% 3.5% karbon dan sejumlah kecil
mangan. Bendasing yang terdapat di dalam besi mentah yang dapat
memberikan kesan buruk kepada sifat bahan, seperti belerang dan fosforus,
telah dikurangkan kepada tahap boleh diterima. Ia mempunyai takat lebur pada
julat 14201470 K, yang lebih rendah berbanding dua komponen utamanya, dan
menjadikannya hasil pertama yang melebur apabila karbon dan besi dipanaskan
serentak. Sifat mekanikalnya berubah-ubah, bergantung kepada bentuk karbon
yang diterap ke dalam aloi. Besi tuang 'putih' mengandungi karbon dalam
bentuk cementite, atau besi karbida. Sebagian keras dan rapuh ini mendominasi
sifat- sifat utama besi tuang 'putih', menyebabkannya keras, tetapi tidak tahan
kejutan. Dalam besi tuang 'kelabu', karbon hadir dalam bentuk serpihan halus
grafit, dan ini juga menyebabkan bahan menjadi rapuh kerana ciri-ciri grafit yang
mempunyai pinggir-pinggir tajam yang merupakan kawasan tegasan tinggi. Jenis
besi kelabu yang baru, yang dinamakan 'besi mulur', adalah dicampur dengan

19

kandungan surih magnesium untuk mengubah bentuk grafit menjadi sferoid,


atau nodul, lantas meningkatkan ketegaran dan kekuatan besi.
Sebaimana namanya besi ini dibuat dengan cara dituang atau dicor, bahan ini
diperoleh dari besi gubal, besi gubal ini dilebur untuk memperoleh tingkat
kandungan karbon yang diinginkan kemudian dituang atau dicor atau dicetak
untuk mendapatkan bentuk yang diinginkan. Besi cor kelabu merupakan salah
satu jenis besi cor yang tergolong penggunaannya paling banyak, untuk:
Bagian kendaraan bermotor: blok mesin, tutup silinder, rumah engkol, selubung
silinder, roda daya, tromol rem, dst
Mesin perkakas: gear box, badan mesin, meja, pegangan, dst.

Mesin hidrolis: rumah pompa, turbin, motor, katup, dst

Peralatan pabrik: ragum, kupling, rumah roda gigi, roda gigi, dst
Komposisi Besi Tuang
Komposisi besi tuang adalah unsur-unsur kimia yang digunakan dalam proses
pengolahan dan pengecoran, terutama pada komponen-komponen mesin yang
menggunakan besi tuang.
Komposisi dari besi tuang terdiri dari 5 yaitu:
1)
Karbon
Karbon sebagai unsur paling penting mempunyai pengaruh sangat besar
terhadap sifat mekanik, seperti: kekuatan tarik, regangan patah, kekerasan, dll.
Jumlah karbon di dalam besi tuang sekitar 2-3,7 %, dia menempatkan diri pada
dua kondisi, yaitu membentuk senyawa kimia Fe3C yang dikenal dengan
sementit, dan dalam keadaan bebas yang dikenal dengan grafit.
2)
Silikon
Silikon memiliki pengaruh yang cukup besar terhadap perubahan sifat mekanik.
Karbon dan silikon mempunyai fungsi yang mirip, kedua-duanya mendorong
pembentukan grafit sehingga kandungan kedua unsur ditentukan berdasarkan
harga tingkat kejenuhan karbon (sattigungsgrad). Silikon ditambahkan sekitar
1,4-2,3% untuk menggalakkan pembentukan grafit. Silikon didalam besi
menempatkan diri didalam ferit.
3)
Fosfor
Fosfor bahan ini membuat besi mudah mencair dan bertambah getas. bila
kandungan fosfor lebih dari 0.3 persen besi tuang menjadi kehilangan
kekuatannya dan tidak mudah dikerjakan dan bila besi yang diinginkan amat
halus dan tipis maka kandungan fosfornya bervariasi antara 1% - 1,5% .
fosfor di dalam besi tuang hingga 0,3% akan membentuk senyawa Fe3P dan
mampu alir menjadi lebih tinggi karena suhu eutektik turun hingga 956 0C. fosfor
diperlukan untuk pembuatan benda cor tipis, namun pemberian terlalu banyak
bisa mengakibatkan timbulnya lubang-lubang kecil pada permukaan, maka
kandungan fosfor dibatasi antara 0,2-2,0%.
4)
Mangan
Bahan ini membuat besi tuang kuat dan getas dan kandungan mangan tidak
boleh dari 0,7%. Mangan dibutuhkan untuk merangsang pembentukan struktur
perlit, juga diperlukan untuk mengikat sulfur membentuk senyawa MnS. Jumlah
kandunngan mangan sekitar 0,5-0,7%.
5)
Sulfur
Sulfur bahan ini membuat besi tuang keras dan gatas. adanya bahan ini
membuat besi tuang cepat mengeras , yang berakibat adanya cacat yang
berupa pori2 udara yang terperangkap kandungan belerang umumnya tidak
lebih dari 0.1 persentidak memberikan keuntungan, justru merugikan karena
pada saat cair, besi menjadi kental dan pada saat padat besi menjadi rapuh.
Kandungan sulfur maksimal 0,15%. Sulfur masuk ke dalam besi karena kontak
langsung dengan kokas atau terbawa oleh bahan baku: pig iron (besi kasar), besi
cor bekas atau baja bekas.
20

Jenis Besi Tuang


Ada beberapa jenis Besi Tuang (Cast Iron) yaitu :
Besi Tuang Putih (White Cast Iron).
Dimana Besi Tuang ini seluruh karbonnya berupa Sementit sehingga mempunyai
sifat sangat keras dan getas. Mikrostrukturnya terdiri dari Karbida yang
menyebabkan berwarna Putih.
Besi Tuang Mampu Tempa (Malleable Cast Iron)
Besi Tuang jenis ini dibuat dari besi tuang Putih dengan melakukan heat
treatment kembali yang tujuannya menguraikan seluruh gumpalan graphit
(Fe3C) akan terurai menjadi matriks Ferrite, Pearlite dan Martensite. Mempunyai
sifat yang mirip dengab Baja.
Besi Tuang Kelabu (Grey Cast Iron).
Jenis Besi Tuang ini sering dijumpai (sekitar 70% besi tuang berwarna abu-abu).
Mempunyai graphite yang berbentuk FLAKE. Sifat dari Besi Tuang ini kekuatan
tariknya tidak begitu tinggi dan keuletannya rendah sekali (Nil Ductility).
Besi Tuang Nodular (Nodular Cast Iron)
Nodular Cast Iron adalah perpaduan besi tuang kelabu. Ciri besi tuang ini bentuk
graphite flake dimana ujung ujung flake berbentuk takik-an yang mempunyai
pengaruh terhadap ketangguhan, keuletan & kekuatan oleh karena untuk
menjadi lebih baik, maka graphite tersebut berbentuk bola (spheroid) dengan
menambahkan sedikit inoculating agent, seperti magnesium atau calcium
silicide. karena besi tuang mempunyai keuletan yang tinggi maka besi tuang ini
di kategorikan ductile cast iron.
Sifat-sifat besi tuang diantaranya :
a. Keras dan mudah melebur dan mencair
b. Getas sehingga tidak dapat menahan lenturan.
c.
Temperatur leleh 1250 0C.
d. Tidak berkarat.
e. Tidak dapat diberi muatan magnet.
f. Dapat dikeraskan dengan cara dipanasi kemudian didinginkan secara
mendadak Menyusut waktu pendinginan.
g. Kuat dalam menaha gaya desak tetapi lemah dalam menahan gaya tarik
.kuat desaknya sekitar 600 Mpa, ada yang kuat tariknya sekitar 50 Mpa.
h. Tidak dapat disambung dengan paku keling atau dilas, dua buah besi tuang
hanya dapat disambung dengan baut dan sekrup.
2.
Besi tempa (wrought iron )
Proses pembuatan material yang tangguh, paduan Malleable yang dikenal
dengan Besi Tempa karena proses pembuatannya. Prosesnya dikenal dengan
puddling, membutuhkan kemampuan tangan buruh. Produksi besi tempa dalam
jumlah ton tidak memungkinkan. Pengembangan proses baru dengan bessemer
converters dan furnaces perapian terbuka meningkatkan kuantitas besi tempa.
Besi tempa tidak lagi diproduksi secara komersial, karena dapat diganti dengan
Low-carbon Steel pada hampir semua aplikasi, yang lebih murah untuk
memproduksinya dan lebih uniform kualitasnya dibandingkan besi tempa.
Puddling Furnace menggunakan arched roof dan depressed hearth yang
dipisahkan oleh dinding dari pembakaran saat arang terbakar. Setelah furnace
panas, Puddler atau Furnace operator, Fettles dengan melapisi perapian dan
dinding dengan pasta oksida Fe, biasanya Hematite Ore.
Klasifikasi Baja
1.
Menurut komposisi kimianya:
a.
Baja karbon (carbon steel), dibagi menjadi tiga yaitu;

Baja karbon rendah (low carbon steel) machine, machinery dan mild
steel
- 0,05 % - 0,30% C.
21

Sifatnya mudah ditempa dan mudah di mesin. Penggunaannya:


- 0,05 % - 0,20 % C : automobile bodies, buildings, pipes, chains, rivets,
screws, nails.
- 0,20 % - 0,30 % C : gears, shafts, bolts, forgings, bridges, buildings.

Baja karbon menengah (medium carbon steel)


- Kekuatan lebih tinggi daripada baja karbon rendah.
- Sifatnya sulit untuk dibengkokkan, dilas, dipotong. Penggunaan:
- 0,30 % - 0,40 % C : connecting rods, crank pins, axles.
- 0,40 % - 0,50 % C : car axles, crankshafts, rails, boilers, auger bits,
screwdrivers.
- 0,50 % - 0,60 % C : hammers dan sledges.

Baja karbon tinggi (high carbon steel) tool steel


- Sifatnya sulit dibengkokkan, dilas dan dipotong. Kandungan 0,60 % - 1,50 % C
Penggunaan
screw drivers, blacksmiths hummers, tables knives, screws, hammers, vise
jaws, knives, drills. tools for turning brass and wood, reamers, tools for turning
hard metals, saws for cutting steel, wire drawing dies, fine cutters.
b.
Baja paduan (alloy steel)
Tujuan dilakukan penambahan unsur yaitu:
1.
Untuk menaikkan sifat mekanik baja (kekerasan, keliatan, kekuatan tarik
dan sebagainya)
2.
Untuk menaikkan sifat mekanik pada temperatur rendah
3.
Untuk meningkatkan daya tahan terhadap reaksi kimia (oksidasi dan
reduksi)
Untuk membuat sifat-sifat spesial
Baja paduan yang diklasifikasikan menurut kadar karbonnya dibagi menjadi:
1.
Low alloy steel, jika elemen paduannya 2,5 %
2.
Medium alloy steel, jika elemen paduannya 2,5 10 %
3.
High alloy steel, jika elemen paduannya > 10 %
Selain itu baja paduan dibagi menjadi dua golongan yaitu baja campuran khusus
(special alloy steel) dan high speed steel.

Baja Paduan Khusus (special alloy steel)


Baja jenis ini mengandung satu atau lebih logam-logam seperti nikel, chromium,
manganese, molybdenum, tungsten dan vanadium. Dengan menambahkan
logam tersebut ke dalam baja maka baja paduan tersebut akan merubah sifatsifat mekanik dan kimianya seperti menjadi lebih keras, kuat dan ulet bila
dibandingkan terhadap baja karbon (carbon steel).

High Speed Steel (HSS) Self Hardening Steel


Kandungan karbon : 0,70 % - 1,50 %. Penggunaan membuat alat-alat potong
seperti drills, reamers, countersinks, lathe tool bits dan milling cutters. Disebut
High Speed Steel karena alat potong yang dibuat dengan material tersebut dapat
dioperasikan dua kali lebih cepat dibanding dengan carbon steel. Sedangkan
harga dari HSS besarnya dua sampai empat kali daripada carbon steel.

Baja Paduan dengan Sifat Khusus


1.
Baja Tahan Karat (Stainless Steel)
Sifatnya antara lain:

Memiliki daya tahan yang baik terhadap panas, karat dan


goresan/gesekan

Tahan temperature rendah maupun tinggi

Memiliki kekuatan besar dengan massa yang kecil

Keras, liat, densitasnya besar dan permukaannya tahan aus


22


Tahan terhadap oksidasi

Kuat dan dapat ditempa

Mudah dibersihkan

Mengkilat dan tampak menarik


2.
High Strength Low Alloy Steel (HSLS)
Sifat dari HSLA adalah memiliki tensile strength yang tinggi, anti bocor, tahan
terhadap abrasi, mudah dibentuk, tahan terhadap korosi, ulet, sifat mampu
mesin yang baik dan sifat mampu las yang tinggi (weldability). Untuk
mendapatkan sifat-sifat di atas maka baja ini diproses secara khusus dengan
menambahkan unsur-unsur seperti: tembaga (Cu), nikel (Ni), Chromium (Cr),
Molybdenum (Mo), Vanadium (Va) dan Columbium.
3.
Baja Perkakas (Tool Steel)
Sifat-sifat yang harus dimiliki oleh baja perkakas adalah tahan pakai, tajam atau
mudah diasah, tahan panas, kuat dan ulet.
Kelompok dari tool steel berdasarkan unsur paduan dan proses pengerjaan
panas yang diberikan antara lain:
Later hardening atau carbon tool steel (ditandai dengan tipe W oleh AISI), Shock
resisting (Tipe S), memiliki sifat kuat dan ulet dan tahan terhadap beban kejut
dan repeat loading. Banyak dipakai untuk pahat, palu dan pisau.
Cool work tool steel, diperoleh dengan proses hardening dengan pendinginan
yang berbeda-beda. Tipe O dijelaskan dengan mendinginkan pada minyak
sedangkan tipe A dan D didinginkan di udara.
Hot Work Steel (tipe H), mula-mula dipanaskan hingga (300 500) C dan
didinginkan perlahan-lahan, karena baja ini banyak mengandung tungsten dan
molybdenum sehingga sifatnya keras.
High speed steel (tipe T dan M), merupakan hasil paduan baja dengan tungsten
dan molybdenum tanpa dilunakkan. Dengan sifatnya yang tidak mudah tumpul
dan tahan panas tetapi tidak tahan kejut.
Campuran carbon-tungsten (tipe F), sifatnya adalah keras tapi tidak tahan aus
dan tidak cocok untuk beban dinamis serta untuk pemakaian pada temperatur
tinggi.
Klasifikasi lain antara lain :
a.
Menurut penggunaannya:

Baja konstruksi (structural steel), mengandung karbon kurang dari 0,7 %


C.

Baja perkakas (tool steel), mengandung karbon lebih dari 0,7 % C.


b.
Baja dengan sifat fisik dan kimia khusus:

Baja tahan garam (acid-resisting steel)

Baja tahan panas (heat resistant steel)

Baja tanpa sisik (non scaling steel)

Electric steel

Magnetic steel

Non magnetic steel

Baja tahan pakai (wear resisting steel)

Baja tahan karat/korosi


Dengan mengkombinasikan dua klasifikasi baja menurut kegunaan dan
komposisi kimia maka diperoleh lima kelompok baja yaitu:
1.
Baja karbon konstruksi (carbon structural steel)
2.
Baja karbon perkakas (carbon tool steel)
3.
Baja paduan konstruksi (Alloyed structural steel)
4.
Baja paduan perkakas (Alloyed tool steel)
5.
Baja konstruksi paduan tinggi (Highly alloy structural steel)
Selain itu baja juga diklasifisikan menurut kualitas:
23

1.
2.
3.

Baja kualitas biasa


Baja kualitas baik
Baja kualitas tinggi

7.STAINLESS STEEL
Baja tahan karat atau lebih dikenal dengan Stainless Steel adalah senyawa besi
yang mengandung setidaknya 10,5% Kromium untuk mencegah proses korosi
(pengkaratan logam). Komposisi ini membentuk protective layer (lapisan
pelindung anti korosi) yang merupakan hasil oksidasi oksigen terhadap Krom
yang terjadi secara spontan. Kemampuan tahan karat diperoleh dari
terbentuknya lapisan film oksida Kromium, dimana lapisan oksida ini
menghalangi proses oksidasi besi (Ferum). Tentunya harus dibedakan
mekanisme protective layer ini dibandingkan baja yang dilindungi dengan
coating (misal Seng dan Cadmium) ataupun cat.
Stainless steel terbuat dari bijih besi, silikon, krom, karbon, nikel, mangan dan
nitrogen. Pembuatan baja stainless terdiri dari serangkaian proses. Bahan baku
yang pertama mencair dalam tungku listrik . Mereka dikenakan setidaknya 12
jam panas intens. Selanjutnya campuran dilemparkan ke balik lempeng mekar
atau billet, sebelum mengambil suatu bentuk semi-padat. Bentuk awal dari baja
ini kemudian diproses melalui 'membentuk' operasi yang mencakup hot-rolling
ke bar, kabel, lembaran dan lempengan. Dari sini, baja dikenakan anil. Sehingga
logam ini dirawat karena tekanan internal dan sepatutnya melunak dan
diperkuat. Segmen dari stainless steel pengolahan juga disebut 'pengerasan
usia' sebagai. Hal ini membutuhkan pemantauan hati-hati dan pemanas suhu
dan waktu pendinginan. Suhu penuaan serius mempengaruhi sifat logam,
sedangkan suhu yang lebih rendah menghasilkan kekuatan tinggi dan
ketangguhan patah rendah, sedangkan suhu tinggi menghasilkan kekuatan yang
lebih rendah, tetapi bahan yang lebih keras. Perlakuan panas yang terlibat dalam
pembuatan stainless steel tergantung pada jenis dan grade baja yang dihasilkan.
Annealing atau perlakuan panas mengarah ke pengembangan skala
JENIS STAINLESS STEEL
Meskipun seluruh kategori SS didasarkan pada kandungan krom (Cr), namun
unsur paduan lainnya ditambahkan untuk memperbaiki sifat-sifat SS sesuai
aplikasi-nya. Kategori SS tidak halnya seperti baja lain yang didasarkan pada
persentase karbon tetapi didasarkan pada struktur metalurginya. Menurut sifat
kimia dari stainless steel lima golongan utama SS adalah Austenitic, Ferritic,
Martensitic, Duplex dan Precipitation Hardening SS.
1. Austenitic Stainless Steel
Austenitic SS mengandung sedikitnya 16% Krom dan 6% Nikel (grade standar
untuk 304), sampai ke grade Super Autenitic SS seperti 904L (dengan kadar
Krom dan Nikel lebih tinggi serta unsur tambahan Mo sampai 6%). Molybdenum
(Mo), Titanium (Ti) atau Copper (Co) berfungsi untuk meningkatkan ketahanan
terhadap temperatur serta korosi. Austenitic cocok juga untuk aplikasi
temperature rendah disebabkan unsur Nikel membuat SS tidak menjadi rapuh
pada temperatur rendah.
Sifat-sifat Dasar Baja Austenitic
Daya tahan korosi yang sangat bagus dalam asam organik, industri, dan
lingkungan laut.

24

Kemampuan mengelas yang sangat bagus (semua proses)


Kemampuan membentuk, kemampuan pembuatan dan sifat kenyal yang sangat
bagus
Sifat-sifat suhu tingginya bagus dan suhu rendahnya sangat bagus (kekerasan
tinggi pada semua suhu)
Tidak mengandung magnit (jika dikuatkan)
Dapat dikeraskan hanya dengan dibentuk profil logam dengan temperatur
dingin (logam-logam campuran ini tidak dapat dikeraskan dengan perlakuan
panas)
Pemakaian Umum
Alat pengatur cahaya floppy disk komputer (304)
Per kunci keyboard komputer (301)
Bak cuci dapur (304D)
Alat pemrosesan makanan
Aplikasi kearsitekan
Alat kimia dan tanaman
2. Ferritic Stainless Steel
Kelompok logam campuran ini biasanya hanya mengandung Kromium, dengan
keseimbangan kebanyakan Fe. Logam-logam campuran ini merupakan baja-baja
stainless Kromium yang sederhana dengan kandungan Kromium 10,5 - 18 %
seperti grade 430 dan 409. Jenis Ferritic agak sedikit kurang mempunyai sifat
kenyal daripada jenis austenitic. Ketahanan korosi tidak begitu istimewa dan
relatif lebih sulit di fabrikasi / machining. Tetapi kekurangan ini telah diperbaiki
pada grade 434 dan 444 dan secara khusus pada grade 3Cr12.
Sifat-sifat Dasar Baja Ferritic
Cukup untuk peningkatan daya tahan korosi yang bagus dengan kandungan
Chromium
Tidak dapat dikeraskan dengan perlakuan panas dan selalu digunakan dalam
magnet yang dikuatkan
Kemampuan mengelasnya sedikit
Kemampuan membentuknya tidak sebagus austenitic
Pemakaian Umum
Pusat floppy disk komputer (430)
Trim automotive (430)
Alat pembuangan uap automotive (409)
Alat colliery (3Cr12)
Tangki air panas (444)
3. Martensitic Stainless Steel
SS jenis ini memiliki unsur utama Krom (masih lebih sedikit jika dibanding Ferritic
SS) dan kadar karbon relatif tinggi (0,1 - 1,2%) misal grade 410 dan 416. Grade
431 memiliki Krom sampai 16% tetapi mikrostrukturnya masih martensitic
disebabkan hanya memiliki Nikel 2%. Merupakan baja pertama yang
dikembangkan secara komersial (sebagai cutlery).
Sifat-sifat Dasar Baja Martensitic
Daya tahan korosinya sedang
Dapat dikeraskan dengan perlakuan panas dan oleh karena itu tingkat
kekerasan dan daya tahannya tinggi
Kemampuan mengelasnya kurang

25

Bersifat magnetic
Pemakaian Umum
Mata pisau
Alatalat bedah
Tangkai / batang
Kumparan
Peniti
4. Duplex Stainless Steel
Disebut Duplex dikarenakan kandungan Nikel tidak cukup untuk menghasilkan
susunan austenitic secara penuh dan hasil kombinasi susunan ferritic dan
austenitic. Duplex SS seperti 2304 dan 2205 (dua angka pertama menyatakan
persentase Krom dan dua angka terakhir menyatakan persentase Nikel) memiliki
bentuk mikrostruktur campuran austenitic dan ferritic. Duplex ferritic-austenitic
memiliki kombinasi sifat tahan korosi dan temperatur relatif tinggi atau secara
khusus tahan terhadap Stress Corrosion Cracking. Meskipun kemampuan Stress
Corrosion Cracking-nya tidak sebaik ferritic SS tetapi ketangguhannya jauh lebih
baik jika dibandingkan dengan ferritic SS dan lebih buruk dibanding austenitic
SS. Sementara kekuatannya lebih baik dibanding austenitic SS (yang di
annealing) kira-kira 2 kali lipat. Sebagai tambahan, Duplex SS ketahanan
korosinya sedikit lebih baik dibanding 304 dan 316 tetapi ketahanan terhadap
pitting corrosion jauh lebih baik dibanding 316. Ketangguhannya Duplex SS akan
menurun pada temperatur dibawah - 50 oC dan diatas 300 oC. Kebanyakan baja
Duplex mengandung Mo dalam jarak 2,5-4%.
Sifat-sifat Dasar Baja Duplex
Daya tahan yang tinggi untuk menekan keretakan korosi
Daya tahan yang dinaikkan pada serangan ion Klorida
Perenggangan dan kuat luluh yang lebih tinggi dari baja-baja austenitic dan
ferritic
Kemampuan peleburan, kemampuan membentuk yang baik
Pemakaian Umum
Penerapan di laut, terutama sekali pada suhu-suhu yang dinaikkan dengan
rendah (eksplorasi gas lepas pantai)
Instalasi penghilangan zat garam / rasa asin
Perubah panas
Instalasi petro kimia
5. Precipitation Hardening Steel
Precipitation hardening stainless steel adalah SS yang keras dan kuat akibat dari
dibentuknya suatu presipitat (endapan) dalam struktur mikro logam. Sehingga
gerakan deformasi menjadi terhambat dan memperkuat material SS.
Pembentukan ini disebabkan oleh penambahan unsur tembaga (Cu), Titanium
(Ti), Niobium (Nb) dan Alumunium. Proses penguatan umumnya terjadi pada saat
dilakukan pengerjaan dingin (cold work).
Sifat-sifat Dasar Baja Precipitation Hardening
Hambatan korosi yang sedang sampai baik
Kemampuan mengelas yang baik
Bersifat magnetic
Dapat dikeraskan
Pemakaian Umum
Tangkai/batang untuk pompa air dan katup

26

Anda mungkin juga menyukai