Disusun Oleh
-Bata merah
Bata merah adalah bata yang dibuat dari tanah yang dicetak kemudian dibakar
dengan suhu tinggi sehingga menjadi benar-benar kering, mengeras dan
berwarna kemerah-merahan. Tanah yang digunakan pun bukanlah sembarang
tanah, tapi tanah yang agak liat sehingga bisa menyatu saat proses pencetakan.
Karena itulah, rumah yang dindingnya dibangun dari material bata merah akan
terasa lebih nyaman dan adem. Selain lebih kuat dan kokoh serta tahan lama,
sehingga jarang sekali terjadi keretakan dinding yang dibangun dari material
bata merah. Selain itu Material ini sangat tahan terhadap panas sehingga dapat
menjadi perlindungan tersendiri bagi bangunan Anda dari bahaya api.
Batu bata merah dibuat dari tanah liat yang dicetak, kemudian dibakar. Tidak
semua tanah lihat bisa digunakan. Hanya yang terdiri dari kandungan pasir
tertentu.
Umumnya memiliki ukuran: panjang 17-23 cm, lebar 7-11 cm, tebal 3-5 cm.
Berat rata-rata 3 kg/biji (tergantung merek dan daerah asal pembuatannya).
Bahan baku yang dibutuhkan untuk pasangan dinding bata merah adalah semen
dan pasir ayakan. Untuk dinding kedap air diperlukan campuran 1:2 atau 1:3
(artinya, 1 takaran semen dipadu dengan 3 takaran pasir yang sudah diayak).
Untuk dinding yang tidak harus kedap air, dapat digunakan perbandingan 1:4
hingga 1:6.
-Batako
Batako, material dinding dari batako ini umumnya dibuat dari campuran semen
dan pasir kasar yang dicetak padat atau dipress. Selain itu ada juga yang
membuatnya dari campuran batu tras, kapur dan air. Bahkan kini juga beredar
batako dari campuran semen, pasir dan batubara. Dengan bahan pembuatan
seperti yang telah disebutkan, batako memiliki kelemahan yaitu kekuatannya
lebih rendah dari bata merah, sehingga cenderung terjadi keretakan dinding,
terutama jika bagian kosong-nya tidak diisi dengan adukan spesi. Pemakaian
material batako untuk dinding juga membuat bangunan lebih hangat bahkan
cenderung pengap dan panas, tidak seperti bata merah yang terbuat dari
material tanah. Batako cenderung lebih ringan daripada bata merah. Teksturnya
pun terlihat lebih halus dari bata merah.
-Batako putih (Tras)
Batako putih dibuat dari campuran tras, batu kapur, dan air. Campuran tersebut
dicetak, lalu dibakar. Tras merupakan jenis tanah berwarna putih / putih
kecoklatan yang berasal dari pelapukan batu-batu gunung berapi.
Umumnya memiliki ukuran panjang 25-30 cm, tebal 8-10 cm, dan tinggi 14-18
cm.
Untuk dinding seluas 1 m2, kira-kira membutuhkan:
Batako tras = 25 buah
Semen = 0,215 sak
Pasir ayak (pasir pasang) = 0,025 m3
-Batako Semen PC / Batako pres
Batako pres dibuat dari campuran semen PC dan pasir atau abu batu.
Ada yang dibuat secara manual (menggunakan tangan), ada juga yang
menggunakan mesin. Perbedaannya bisa dilihat pada kepadatan permukaan
batakonya.
Umumnya memiliki ukuran panjang 36-40 cm, tebal 810 cm, dan tinggi 18-20
cm.
Untuk dinding seluas 1 m2, kira-kira membutuhkan:
Batako pres = 15 buah
Semen PC = 0,125 sak
Pasir ayak (pasir pasang} = 0,015 m3
2.Bata ringan
Bata ringan atau disebut hebel atau celcon. Material bata ringan ini dibuat
dengan menggunakan mesin pabrik. Bata ini cukup ringan, halus dan memilki
tingkat kerataan yang baik. Bata ringan ini diciptakan agar dapat memperingan
beban struktur dari sebuah bangunan konstruksi, mempercepat pelaksanaan,
serta meminimalisasi sisa material yang terjadi pada saat proses pemasangan
dinding berlangsung.
Bata hebel dibuat dengan mesin di pabrik. Bata ini cukup ringan, halus, dan
memiliki tingkat kerataan yang baik.
Bisa langsung diberi aci tanpa harus diplester terlebih dulu, dengan
menggunakan semen khusus. *Bahan dasar acian/semen tersebut adalah pasir
silika, semen, filler, dan zat aditif. Untuk menggunakannya, semen ini hanya
dicampur dengan air. Tetapi bisa juga menggunakan bahan seperti pemasangan
batako.
Umumnya memiliki ukuran 60 cm x 20 cm dengan ketebalan 810 cm.
Untuk dinding seluas 1 m2, kira-kira membutuhkan:
Bata hebel/celcon = 8 buah
Semen instan = 11,43 kg
Air = 0,150,16 liter
-Bata Ringan AAC
Bata Ringan ACC adalah beton selular dimana gelembung udara yang ada
disebabkan oleh reaksi kimia, yaitu ketika bubuk aluminium atau aluminium
pasta mengembang seperti pada prosess pembuatan roti saat penambahan
ragi untuk mengembangkan adonan. Material pembuatan bata ringan AAC
memakai pasir khusus yaitu silika (> 95% SiO2) dan harus digiling sampai
ukuran mikro.
Sama halnya seperti pada pembuatan roti pada AAC tingkat ekspansi adonan
juga tidak bisa di kontrol secara tepat sehingga biasanya akan mengembang
keluar dari cetakan. Oleh karena itu harus dipotong untuk mendapatkan dimensi
yang dibutuhkan. Gelembung udara yang relatif banyak memungkinkan
dihasilkannya AAC dengan kerapatan yang rendah yaitu sekitar 700 800 kg /
m.
Pada AAC susunan gelembung udara yang terbentuk saling terhubung antara
satu sama lainnya, hal ini mengakibatkan air mudah meresap ke dalam beton,
oleh karena itu pada pengaplikasiannya harus diberikan perlindungan kedap air
seperti plaster kedap air.
Untuk menghasilkan kuat tekan yang cukup proses pengeringan (curing) pada
AAC harus menggunakan tabung autoklaf bertekanan tinggi. Namun
sayangnya proses curing tersebut menghancurkan proses hidrasi dari semen
yang sedang terjadi. Oleh karena alasan ini juga bata ringan AAC harus benarbenar terlindungi dari kelembaban.
Densitas yang rendah dan susuanan gelembung udara pada bata ringan AAC
mengharuskan penggunaan pen/dowel untuk pemasangan baut/paku pada
dinding. Insulasi suara juga kurang untuk densitas yang serupa jika
dibandingkan dengan bata ringan CLC yang di curing secara alami.
Seluruh proses produksi bata ringan AAC berbeda dengan CLC dan
membutuhkan pabrikasi dan peralatan canggih serta investasi modal yang besar
yaitu 10-30 juta USD dan kapasitas yg di hasilkan juga tinggi sekitar 300 m3 per
hari bahkan lebih.
Seperti yang diuraikan di atas, maka sangat tidak mungkin untuk menghasilkan
AAC pada lokasi proyek maupun untuk memproduksi panel prefab
dengan bentuk dan ukuran yang diinginkan. Pengunaan baja penguat beton
(rebar) harus dilindungi dengan bahan anti korosi.
Diperlukan sekelompok tim ahli yang berpengalaman untuk mengoperasikan
pabrik tersebut untuk menghasilkan pro-duct yang berkualitas, namun bata
ringan AAC menawarkan densitas terendah dan memiliki rasio terbaik atas
kepadatan berbanding dengan kuat tekan terhadap semua jenis beton.
Bata ringan CLC adalah beton selular yang mengalami proses curing secara
alami, CLC adalah beton konvensional yang mana agregat kasar (kerikil)
digantikan oleh udara, dalam prosesnya mengunakan busa organik yang sangat
stabil dan tidak ada reaksi kimia ketika proses pencampuran adonan, foam/busa
berfungsi sebagai media untuk membungkus udara.
Pabrikasi dan peralatan yang digunakan untuk menghasilkan CLC juga standard,
sehingga produksi dengan mudah dapat pula diintegrasikan ke dalam
pabrikasi beton konvensional. Hanya pasir, semen, air dan foam yang digunakan
dan kepadatan yand didapatkan dapat disesuaikan mulai dari 350 sampai 1.800
kg / m dan kekuatan dapat juga dicapai dari serendah 1,5 sampai lebih 30 N /
mm .
Pasir sungai berukuran 2, 4, 6 dan 8mm dapat digunakan, tergantung pada
kepadatan yang diinginkan. Semen portland menawarkan kinerja paling optimal
tetapi kebanyakan jenis lain semen juga bisa digunakan. kepadatan beton bisa
disesuaikan, berbagai ukuran dan maupun panel prefab dapat diproduksi, di atas
kepadatan dari 1.200 kg / m (setengah dari berat beton konvensional) untuk
aplikasi struktural dapat mengunakan rangka baja.
Pada CLC Gelembung udara yang dihasilkan benar-benar terpisah satu sama lain,
sehingga penyerapan air jauh lebih sedikit dan baja tidak perlu dilapisi dengan
lapisan anti korosi, beton dengan kepadatan diatas 1.200 kg/m3 juga tidak
memerlukan pla-ster, seperti pada AAC, hanya cukup di cat saja. Penyerapan air
lebih rendah daripada di AAC dan masih cukup baik dibandingkan dengan beton
konvensional.
CLC sama halnya dengan beton konvensional kekuatan akan bertambah seiring
dengan waktu melalui kelembapan alamiah pada tekanan atmosfir
saja. Meskipun tidak seringan AAC, CLC tetap menawarkan penurunan berat
badan yang cukup besar dibandingkan dengan beton konvensional dan isolasi
termal 500% lebih tinggi dan tahan api.
Paku dan Sekrup dapat dengan mudah dipaku ke CLC terus tanpa harus
menggunakan pen, CLC juga dapat dipotong atau digergaji. Bahkan panel
dinding rumah seluruhnya dapat dicetak hanya dalam sekali tuang.
Beton CLC menawarkan banyak ruang lingkup pengaplikasian, mulai dari isolasi
atap rumah pada kepadatan serendah 350 kg / m sampai dengan produksi
panel dan lantai beton dengan kepadatan 1800 kg / m.
Sl.N
Parameter
o.
CLC
Cellular Lightweight
Concrete
Semen, Pasir, Busa
senyawa, air
1.
Bahan Dasar
2.
Kepadatan
4001200Kering
800-1000
600
1800
3
Kg/m
Kekuatan tekan
4.
10-15 25-35
60-250
(28 hari) Kg/m 3
Partisi
Isolas
Beban
5.
Penggunaan
Non-beban
i
bantalan
bantalan
500x250x90/190mm
Ukuran Blok
Setiap bentuk & ukuran
6.
pracetak
dalam rentang kepadatan
400-1800 Kg / m 3
Keuntungan kekuatan
7.
Penuaan
dengan usia sebagai beton
biasa
Konduktivitas
0,098 untuk 400 Kg / m 3
8.
termal Unit
0,151 untuk 700 Kg / m 3
(W/mk)
0,238 untuk 1000 Kg / m 3
9.
Isolasi Suara
Unggul
Dapat dipotong, dipaku,
10. Mudah bekerja
dibor sebagai kayu
11. Eco-ramah
Bebas polusi dengan
3.
AAC
Autoclaved Aerated Concrete
Contoh: Hebel, Siporex, Ytong,
dll
Semen, Kapur, Pasir, Lime,
Aluminium Pasta
Hanya diproduksi di Pabrik
yang mahal dilengkapi dengan
Oven Autoclaves
650
750
40
40
Unggul
Dapat dipotong, angsa, dipaku,
dibor sebagai kayu
Bebas polusi proses dengan
5
3.JENIS GENTENG
Genteng merupakan salah satu jenis penutup atap rumah yang paling umum
digunakan di Indonesia. Genteng seperti penutup atap lainnya berfungsi sebagai
pelindung dari panas dan hujan. Selain itu tampilan genteng menjadi hal yang
penting dalam membantu penampilan aksen sebuah rumah. Dengan mengetahui
jenis genteng beserta kelebihan dan kekurangannya, diharapkan dapat memilih
genteng yang tepat untuk rumah kita.
Di bawah ini akan kami ulas jenis-jenis genteng yang biasa digunakan di
Indonesia beserta karakteristiknya, antara lain :
1. Genteng Tanah Liat / Genteng Kodok.
Genteng kategori ini terbuat dari tanah liat yang ditekan / di-press, kemudian
dipanaskan menggunakan bara api dengan derajat kepanasan tertentu. Daya
tahan genteng jenis ini sangat kuat. Untuk pemasangan diperlukan teknik
pemasangan kunci / kaitan genteng pada rangka penopang. Selain tampilan
alami berwarna oranye kecoklatan hingga merah terakota, Anda juga bisa
mewarnai genteng tanah liat. Kini, telah tersedia berbagai macam pilihan warnawarni yamg menarik.
Kelebihan dari genteng tanah liat adalah :
Harganya relatif murah.
Mempunyai beban yang ringan shingga meminimalisir beban atap.
Memiliki kuat tekan sehingga dapat diinjak.
Kelemahan dari genteng ini adalah :
Diperlukan ketelitian pada saat pemasangan reng sehingga tidak terjadi
kebocoran di dalam rumah.
Mudah berlumut atau berjamur jika tidak dilapisi cat atau glasur.
Menggunakan pola pemasangan zig zag dengan sistem sambungan inlock.
2.Genteng Metal atau Genteng Berbahan Logam.
Genteng jenis ini memiliki ukuran yang lebih besar dari genteng tanah liat, yaitu
sekitar 60-120 cm, dengan ketebalan 0,3 mm. Pemasangan genteng ini tidak
jauh beda dengan genteng dari tanah liat. Karena memiliki ukuran yang lebih
lebar maka dapat mempercepat waktu pemasangan pada sebuah rumah.
Genteng jenis ini biasanya memerlukan sekrup untuk pemasangannya agar tidak
mudah terbawa angin karena bobotnya lumayan ringan. Pilihan warna genteng
metal yang tersedia sangat variatif dan menarik. Kombinasi warna atap dan
dinding fasade bangunan dapat menciptakan harmoni warna yang menarik.
Keunggulannya dari genteng metal ini adalah :
Mudah dan cepat dalam pemasangannya.
Hemat material karena bentangnya yang lebih lebar.
Dilapisi bahan anti karat.
Menggunakan bahan anti pecah jadi lebih aman dari kebocoran.
6
Teknologi baru yang membuat genteng tidak menimbulkan panas dan tidak
mudah terbakar.
Dilapisi bahan anti lumut sehingga tidak perlu khawatir untuk mengecet ulang
yang tentunya memerlukan biaya tambahan.
Kelemahannya yang perlu diperhatikan adalah :
Ketika pemasangannya, karena jika tidak rapi maka akan sangat tidak indah
dilihat.
3. Genteng Aspal.
Material genteng yang satu ini bersifat solid namun tetap ringan, terbuat dari
campuran lembaran bitumen (turunan aspal) dan bahan kimia lain. Ada dua
model yang tersedia di pasaran, yaitu :
Model datar bertumpu pada multipleks yang menempel pada rangka.
Model bergelombang yang pemasangannya cukup disekrup pada balok gording.
Kelebihananya adalah :
Ringan 1/6 dari berat genteng beton atau keramik.
Bisa digunakan untuk kemiringan genteng 22,5 sampai 90.
Mudah dan praktis dalam pemasangannya.
Tahan terhadap api dan mampu menahan tekanan angin.
Memiliki pilihan warna dan dilindungi lapisan anti jamur dan anti pudar.
Kelemahannya adalah :
Pada harganya yang relatif mahal.
4. Genteng Kaca.
Genteng ini dipakai agar sinar matahari dapat masuk ke dalam ruangan secara
langsung sehingga menghemat konsumsi listrik untuk penerangan. Material
genteng ini terbuat dari kaca. Genteng ini mempunyai bentuk yg terbatas
sehingga kompatibel / sesuai dengan beberapa jenis genteng tertentu saja.
Keunggulannya adalah :
Bahannya yang bersifat transparan.
Bisa memberikan pencahayaan alami di dalam rumah.
Kaca memiliki kesan modern sehingga cocok dipadukan di rumah yang bergaya
modern dan minimalis.
Kekurangannya adalah :
Bahannya yang mudah pecah.
Penggunaan yang berlebihan akan berakibat meningkatnya suhu ruangan
dibawahnya.
5. Genteng Keramik.
Genteng ini memiliki warna yang cukup banyak karena pada saat proses
finishingnya dilapisi pewarna pada bagian atasnya (glazur). Bahan utama
genteng ini adalah keramik.
Kelebihan dari genteng ini adalah :
Lebih tahan lama dan kuat menahan beban manusia.
Warna akan tahan lama karena diproses dengan pembakaran dengan suhu 1100
C.
Sistem interlock yang memungkinkan adannya celah untuk mengaitkan.
Kelemahannya adalah :
Diperlukan ketelitian pada saat pemasangan reng sehingga tidak terjadi
kebocoran di dalam rumah.
Selain itu diperlukan kemiringan atap minimum 30 agar air hujan dapat
mengalir sempurna dan genting tidak dapat terlepas ketika diterpa angin (jika
dipasang pada sudut kemiringan 45 60 .
Perlu bantuan baut ketika memasangnya agar genting tidak terlepas dan lebih
kuat.
6. Genteng Beton.
Genteng jenis ini terbuat dari beton, yaitu campuran pasir, semen, kerikil, dan
bahan aditif. Bentuknya yang bergelombang dan ada juga yang datar. Bentuk
datar muncul seiring dengan gaya arsitektur rumah yang modern dan minimalis
sehingga perlu adanya penyesuaian bentuk atap yang lebih sederhana.
Keunggulannya adalah :
Kuat dan tahan lama dan daya tahan terhadap tekanan tinggi sehingga tidak
mudah goyah oleh angin.
Kekurangannya adalah :
Memiliki tekstur yang kasar dan mudah timbul lumut pada permukaannya.
7. Genteng Policarbonat.
Polycarbonate berbentuk lembaran datar dengan pilihan warna bervariatif dan
dijual per roll. Polycarbonate ada dua jenis yaitu :
Polycarbonate rata dengan rongga
Polycarbonate bergelombang tanpa rongga.
Polycarbonate biasanya digunakan di garasi, kanopi atau untuk atap tambahan.
Harga Polycarbonate tergantung merk dan jenis. Pemasangan polycarbonat
untuk rangka kayu menggunakan paku,sedangkan untuk rangka baja
menggunakan mur baut.
Tips sederhana memilih kualitas polikarbonat (polycarbonate) adalah dengan
menekan kuat dengan jari penampang berongga pada lembaran polikarbonat,
jika berkualitas jelek maka konstruksi berongga polikarbonat yang ditekan tadi
tidak akan kuat menahan tekanan jari ('penyok'), anda bisa lakukan test ini pada
beberapa merk polikarbonat yang berbeda lebih disarankan lagi anda lakukan
test ini pada polikarbonat dengan harga yang termahal dan pada harga yang
termurah untuk lebih jelas melihat perbedaannya.
Kelebihan dari polycarbonate adalah :
Dapat meredam radiasi matahari
Dicetak dalam bentuk lembaran,sehingga mudah bila dipakai di luasan yang
besar.
Cepat dalam pemasangan
Mudah di dapat di pasaran
Kedap air
Bebas rayap
Kekurangan dari Polycarbonate adalah :
Harganya mahal.
polycarbonate berongga rentan terhadap jamur dan sulit dibersihkan.
8
8. Genteng Sirap.
Genteng sirap berasal dari kayu ulin yang dikenal juga dengan nama kayu besi
atau kayu bulian. Kayu ulin berasal dari daerah Kalimantan dan memiliki
ketahanan yang sangat baik terhadap perubahan suhu, kelembaban, dan
pengaruh air laut, sehingga banyak dimanfaatkan sebagai bahan bangunan,
seperti konstruksi rumah, jembatan, tiang listrik, bantalan kereta api, dan
perkapalan.
Bentuk atap sirap biasanya berupa lembaran tipis memanjang yang dihasilkan
dari belahan kayu ulin. Atap sirap dari kayu ulin ini berwarna coklat kehitaman.
Ukuran 1 lembar atap sirap biasanya (p x l x t) = 58 x 6 x 0,3 dan 58 x 6 x 0,5
(masing-masing dalam satuan cm). Lembaran tipis tersebut dikemas dalam
ikatan.
Saat ini Pemerintah memperketat perdagangan dan pemanfaatan kayu ulin,
sehingga peredaran atap sirap dari kayu ulin sangat berfluktuatif, bahkan
terkadang sulit menemukan atap sirap di pasaran. Oleh karena itu kini mulai
diproduksi atap sirap dari bahan kayu merbau sebagai alternatif pengganti atap
sirap dari kayu ulin. Merbau merupakan salah satu jenis kayu keras dan biasanya
dimanfaatkan dalam konstruksi bangunan, jembatan, parket (flooring), pintu dan
jendela, dan lain-lain. Berbeda dengan atap sirap ulin, atap sirap merbau ini
berwarna coklat kekuningan.
Kelebihan dari atap sirap :
Bahannya cukup ringan.
Bersifat isolisasi terhadap panas.
Kekurangan menggunakan atap sirap :
Pemasangannya cukup sulit sehingga biaya yang akan digunakan akan
bertambah
Bila lembaran sirap belum cukup kering sudah di pasang akan membilut dan
berubah bentuk menjadi cekung.
9. Genteng Asbes (Fiber Semen).
Asbestos / asbes, merupakan gabungan enam mineral silikat alam. Penutup atap
dari bahan asbes sangat akrab dengan masyarakat, selain harganya murah dan
pemasangannya mudah, karena atap asbes memiliki bobot yang ringan sehingga
tidak membutuhkan konstruksi gording yang khusus.
Kelebihan genteng asbes adalah :
Lebih murah dibandingkan genting.
Pemasangan relatif lebih mudah.
Tidak membutuhkan banyak kayu reng tidak mudah bocor dan ruangan menjadi
sejuk karena sifat asbes yang tidak menyerap panas.
Kekurangan genteng asbes adalah :
Penggunaan asbes sebagai atap rumah menurut para ahli kesehatan sebetulnya
kurang baik karena dapat menyebabkan penyakit.Hal ini terjadi karena serat
asbes dalam bentuk partikel mudah lepas dan beterbangan, sehingga bila
terhirup penghuninya akan dapat menyebabkan penyakit kanker paru-paru.
10. Genteng Atap Kain Terpal.
Genteng jenis ini umumnya hanya digunakan pada atap sebuah balkon, atau
cocok juga diterapkan untuk atap sebuah jendela. Terbuat dari bahan kain terpal
serta plastik padat yang elastis. Jenis ini bertumpu pada kerangka besi yang
sudah dibentuk sesuai dengan keinginan. Dikuatkan atau ditempel dengan
menggunakan baut dan sekrup supaya dapat menempel kuat pada dinding. Jenis
ini keunggulan lainnya adalah sistemnya uang mudah untuk dibongkar pasang.
4.Alumunium
Aluminium adalah logam yang paling banyak terdapat di kerak bumi, dan unsur
ketiga terbanyak setelah oksigen dan silikon. Aluminium terdapat di kerak bumi
sebanyak kira-kira 8,07% hingga 8,23% dari seluruh massa padat dari kerak
bumi, dengan produksi tahunan dunia sekitar 30 juta ton pertahun dalam bentuk
bauksit dan bebatuan lain (corrundum, gibbsite, boehmite, diaspore, dan lainlain) (USGS). Sulit menemukan aluminium murni di alam karena aluminium
merupakan logam yang cukup reaktif.
Aluminium tahan terhadap korosi karena fenomena pasivasi. Pasivasi adalah
pembentukan lapisan pelindung akibat reaksi logam terhadap komponen udara
sehingga lapisan tersebut melindungi lapisan dalam logam dari korosi.
Aluminium murni adalah logam yang lunak, tahan lama, ringan, dan dapat
ditempa dengan penampilan luar bervariasi antara keperakan hingga abu-abu,
tergantung kekasaran permukaannya. Kekuatan tensil aluminium murni adalah
90 MPa, sedangkan aluminium paduan memiliki kekuatan tensil berkisar 200-600
MPa. Aluminium memiliki berat sekitar satu pertiga baja, mudah ditekuk,
diperlakukan dengan mesin, dicor, ditarik (drawing), dan diekstrusi.
Resistansi terhadap korosi terjadi akibat fenomena pasivasi, yaitu terbentuknya
lapisan aluminium oksida ketika aluminium terpapar dengan udara bebas.
Lapisan aluminium oksida ini mencegah terjadinya oksidasi lebih jauh.
Aluminium paduan dengan tembaga kurang tahan terhadap korosi akibat reaksi
galvanik dengan paduan tembaga.
Aluminium juga merupakan konduktor panas dan elektrik yang baik. Jika
dibandingkan dengan massanya, aluminium memiliki keunggulan dibandingkan
dengan tembaga, yang saat ini merupakan logam konduktor panas dan listrik
yang cukup baik, namun cukup berat.
Aluminium murni 100% tidak memiliki kandungan unsur apapun selain
aluminium itu sendiri, namun aluminium murni yang dijual di pasaran tidak
pernah mengandung 100% aluminium, melainkan selalu ada pengotor yang
terkandung di dalamnya. Pengotor yang mungkin berada di dalam aluminium
murni biasanya adalah gelembung gas di dalam yang masuk akibat proses
peleburan dan pendinginan/pengecoran yang tidak sempurna, material cetakan
akibat kualitas cetakan yang tidak baik, atau pengotor lainnya akibat kualitas
bahan baku yang tidak baik (misalnya pada proses daur ulang aluminium).
Umumnya, aluminium murni yang dijual di pasaran adalah aluminium murni
99%, misalnya aluminium foil.
Pada aluminium paduan, kandungan unsur yang berada di dalamnya dapat
bervariasi tergantung jenis paduannya. Pada paduan 7075, yang merupakan
bahan baku pembuatan pesawat terbang, memiliki kandungan sebesar 5,5% Zn,
2,5% Mg, 1,5% Cu, dan 0,3% Cr. Aluminium 2014, yang umum digunakan dalam
penempaan, memiliki kandungan 4,5% Cu, 0,8% Si, 0,8% Mn, dan 1,5% Mg.
10
Aluminium 5086 yang umum digunakan sebagai bahan pembuat badan kapal
pesiar, memiliki kandungan 4,5% Mg, 0,7% Mn, 0,4% Si, 0,25% Cr, 0,25% Zn,
dan 0,1% Cu.
-Aluminium Murni
Aluminium 99% tanpa tambahan logam paduan apapun dan dicetak dalam
keadaan biasa, hanya memiliki kekuatan tensil sebesar 90 MPa, terlalu lunak
untuk penggunaan yang luas sehingga seringkali aluminium dipadukan dengan
logam lain.
Aluminium Paduan
Elemen paduan yang umum digunakan pada aluminium adalah silikon,
magnesium, tembaga, seng, mangan, dan juga lithium sebelum tahun 1970.
Secara umum, penambahan logam paduan hingga konsentrasi tertentu akan
meningkatkan kekuatan tensil dan kekerasan, serta menurunkan titik lebur. Jika
melebihi konsentrasi tersebut, umumnya titik lebur akan naik disertai
meningkatnya kerapuhan akibat terbentuknya senyawa, kristal, atau granula
dalam logam.
Namun, kekuatan bahan paduan aluminium tidak hanya bergantung pada
konsentrasi logam paduannya saja, tetapi juga bagaimana proses perlakuannya
hingga aluminium siap digunakan, apakah dengan penempaan, perlakuan panas,
penyimpanan, dan sebagainya.
-Paduan Aluminium-Silikon
Paduan aluminium dengan silikon hingga 15% akan memberikan kekerasan dan
kekuatan tensil yang cukup besar, hingga mencapai 525 MPa pada aluminium
paduan yang dihasilkan pada perlakuan panas. Jika konsentrasi silikon lebih
tinggi dari 15%, tingkat kerapuhan logam akan meningkat secara drastis akibat
terbentuknya kristal granula silika.
-Paduan Aluminium-Magnesium
Keberadaan magnesium hingga 15,35% dapat menurunkan titik lebur logam
paduan yang cukup drastis, dari 660 oC hingga 450 oC. Namun, hal ini tidak
menjadikan aluminium paduan dapat ditempa menggunakan panas dengan
mudah karena korosi akan terjadi pada suhu di atas 60 oC. Keberadaan
magnesium juga menjadikan logam paduan dapat bekerja dengan baik pada
temperatur yang sangat rendah, di mana kebanyakan logam akan mengalami
failure pada temperatur tersebut.
11
-Paduan Aluminium-Mangan
12
-Paduan Aluminium-Seng
Paduan aluminium dengan seng merupakan paduan yang paling terkenal karena
merupakan bahan pembuat badan dan sayap pesawat terbang. Paduan ini
memiliki kekuatan tertinggi dibandingkan paduan lainnya, aluminium dengan
5,5% seng dapat memiliki kekuatan tensil sebesar 580 MPa dengan elongasi
sebesar 11% dalam setiap 50 mm bahan. Bandingkan dengan aluminium dengan
1% magnesium yang memiliki kekuatan tensil sebesar 410 MPa namun memiliki
elongasi sebesar 6% setiap 50 mm bahan.
13
-Paduan Aluminium-Lithium
-Paduan Aluminium-Besi
Besi (Fe) juga kerap kali muncul dalam aluminium paduan sebagai suatu
"kecelakaan". Kehadiran besi umumnya terjadi ketika pengecoran dengan
menggunakan cetakan besi yang tidak dilapisi batuan kapur atau keramik. Efek
kehadiran Fe dalam paduan adalah berkurangnya kekuatan tensil secara
signifikan, namun diikuti dengan penambahan kekerasan dalam jumlah yang
sangat kecil. Dalam paduan 10% silikon, keberadaan Fe sebesar 2,08%
mengurangi kekuatan tensil dari 217 hingga 78 MPa, dan menambah skala
Brinnel dari 62 hingga 70. Hal ini terjadi akibat terbentuknya kristal Fe-Al-X,
dengan X adalah paduan utama aluminium selain Fe.
14
Gambar 16: Aluminium cair. Warna kemerahan adalah cetakan yang memanas,
sedangkan aluminium cair tidak menunjukkan perubahan warna walau dalam
keadaan cair
15
Perlakuan termal dapat berupa kombinasi nomor dua, tiga, dan empat, namun
ada juga yang melakukan penyimpanan selama beberapa lama pada suhu kamar
setelah quenching sebelum siap digunakan. Ada juga yang ditempa pada suhu
kamar sebelum disimpan pada suhu tinggi.
Penyimpanan pada suhu tinggi bermanfaat untuk meningkatkan kekerasan dan
kekuatan tensil. Nilai peningkatan kekuatan tensil dapat mencapai tiga kalinya
jika dibandingkan dengan aluminium paduan tanpa perlakuan termal.
Tabel 4. Perlakuan panas yang berbeda-beda terhadap paduan 2014 (4,4 Cu, 0,8
Si, 0,8 Mn, 0,4 Mg) dan pengaruhnya terhadap sifat mekanik bahan
Perlakuan
Kekuatan
Elongasi (%) Skala
Tensil
pada 50 mm Kekerasan
bahan
Brinnel
Annealing
190
18
45
Quenching, lalu disimpan
435
20
105
pada suhu kamar
Quenching, lalu disimpan
490
13
135
dengan temperatur tertentu
Paduan 7075 merupakan paduan Al-Zn yang paling terkenal. Jika diberi
perlakuan quenching, lalu disimpan dengan temperatur tinggi selama beberapa
waktu, logam paduan akan memiliki kekuatan tensil 580 MPa. Jika tidak diberikan
perlakuan termal, paduan hanya memiliki kekuatan tensil 230 MPa.
Pada penggunaan di lingkungan yang bersifat korosif, permukaan paduan Al-Cu
yang merupakan paduan yang mudah korosi, harus dilapisi dengan aluminium
murni dengan teknik "hot rolling". Hal ini akan mencegah oksidasi Al-Cu lebih
jauh, bahkan ketika logam terpotong karena aluminium bersifat anodik. Meski
pelapisan dengan aluminium dapat mengurangi kekuatan, hal ini umum
dilakukan.
Aluminium paduan cor
Aluminium dapat dicor di cetakan pasir/tanah liat, cetakan besi, atau cetakan
baja dengan diberi tekanan. Logam cor dapat lebih cepat mengeras jika dicor
dengan cetakan logam, sehingga akan menghasilkan efek yang sama seperti
efek quenching, yaitu memperkeras logam.
Pengecoran dengan besi harus dilakukan dengan hati-hati karena dapat
menyebabkan intrusi besi ke dalam paduan, menyebabkan paduan memiliki
komposisi yang tidak diinginkan. Proses pengecoran, selain harus terbebas dari
pengotor pencetaknya, juga harus terbebas dari uap air. Aluminium, dalam
temperatur tinggi, dapat bereaksi dengan uap air membentuk aluminium
hidroksida dan gas hidrogen. Aluminium cair, sepeti logam cair pada umumnya,
dapat melarutkan gas tersebut, dan ketika logam mulai mendingin dan menjadi
padat, gelembung-gelembung hidrogen akan terbentuk di dalam logam,
menyebabkan logam menjadi berpori-pori dan menyebabkan logam semakin
rapuh.
Untuk mencegah keberadaan gas hidrogen dalam logam, pengecoran sebaiknya
dilakukan dalam keadaan kering dan tidak lembab serta logam tidak dilelehkan
pada temperatur jauh di atas titik lelehnya. Hal ini dapat dilakukan dengan
menggunakan tanur listrik, namun hal ini akan meningkatkan biaya produksi.
Komposisi utama aluminium paduan cor pada umumnya adalah tembaga, silikon,
dan magnesium. Al-Cu memberikan keuntungan yaitu kemudahan dalam
pengecoran dan memudahkan pengerjaan permesinan. Al-Si memmberikan
kemudahan dalam pengecoran, kekuatan, ketahanan pada temperatur tinggi,
dan pemuaian yang rendah. Sifat pemuaian merupakan sifat yang penting dalam
17
logam cor dan ekstrusi, yang pada umumnya merupakan bagian dari mesin. AlMg juga memberikan kekuatan, dan lebih baik dibandingkan Al-Si karena
memiliki ketahanan yang lebih tinggi hingga logam mengalami deformasi plastis
(elongasi). Namun konsentrasi lebih dari 10% dapat mengurangi kemudahan
dalam pengecoran.
5.Baja Ringan
Berikut ini jenis-jenis material Baja Ringan yang ada dipasaran :
1. Galvalume
Galvalume dikembangkan menggunakan konsep dasar perlindungan
eloktrolisa atau reaksi pengorbanan diri (sacrificial) dari suatu logam
(zinc) untuk melindungi logam lain (baja). Selain itu, metode ini juga
dilengkapi dengan lapisan pelindung (barrier) berupa Al untuk
menghentikan seandainya terjadi korosi. Komposisi terbaiknya adalah
55% Al, - 43.5% Zinc - 1.5% Silikon
2. Zincalume
Zincalume adalah merk dagang dari salah satu produsen yang cukup
ternama dan juga termasuk pioner dalam produk baja ringan, saat ini
konsumen mengira bahwa zincalume itu jenis material baja ringan
padahal ini salah karena kandungan material dalam zincalume ini sama
komposisinya dengan kandungan material Galvalume dengan kata lain
zincalume sama dengan galvalume.
3. Galvanis
Galvanis, umumnya dikembangkan berdasarkan konsep pelapisan (barrier
protection), yaitu melapisi baja dengan material logam lain yang sangat
tahan terhadap korosi, namun ada juga yang dikembangkan dengan
metode katoda. Lapisan pelindung berkomposisi umumnya 98% Zinc dan
0.2 Al.
Kekuatan dan ketahanan baja ringan, tergantung ukuran ketebalan
material dan anti karatnya. Untuk iklim indonesia, Zincalume /Galvalume
dengan pelapisan aluminium zinc minimum 150 gr/m2 atau Galvanis
dengan pelapisan Zinc minimum 180 gr/m2, servis lifenya bisa 25-30
tahun,profil ini memakai baja ringan G550 sebagai bahan profil rangka.
G550 adalah standar awal penggunaan material baja ringan ini dapat
diartikan secara teknis daya tahan titik leleh minimum (diakibatkan oleh
gaya tarik) adalah 550 MPa (MegaPascal atau KNm) dan tegangan
maksimum 550 MPa. Acuan standar awal adalah teknologi yang pertama
kali digunakan dan diadopsi dari negara-negara yang sudah maju.
18
19
Peralatan pabrik: ragum, kupling, rumah roda gigi, roda gigi, dst
Komposisi Besi Tuang
Komposisi besi tuang adalah unsur-unsur kimia yang digunakan dalam proses
pengolahan dan pengecoran, terutama pada komponen-komponen mesin yang
menggunakan besi tuang.
Komposisi dari besi tuang terdiri dari 5 yaitu:
1)
Karbon
Karbon sebagai unsur paling penting mempunyai pengaruh sangat besar
terhadap sifat mekanik, seperti: kekuatan tarik, regangan patah, kekerasan, dll.
Jumlah karbon di dalam besi tuang sekitar 2-3,7 %, dia menempatkan diri pada
dua kondisi, yaitu membentuk senyawa kimia Fe3C yang dikenal dengan
sementit, dan dalam keadaan bebas yang dikenal dengan grafit.
2)
Silikon
Silikon memiliki pengaruh yang cukup besar terhadap perubahan sifat mekanik.
Karbon dan silikon mempunyai fungsi yang mirip, kedua-duanya mendorong
pembentukan grafit sehingga kandungan kedua unsur ditentukan berdasarkan
harga tingkat kejenuhan karbon (sattigungsgrad). Silikon ditambahkan sekitar
1,4-2,3% untuk menggalakkan pembentukan grafit. Silikon didalam besi
menempatkan diri didalam ferit.
3)
Fosfor
Fosfor bahan ini membuat besi mudah mencair dan bertambah getas. bila
kandungan fosfor lebih dari 0.3 persen besi tuang menjadi kehilangan
kekuatannya dan tidak mudah dikerjakan dan bila besi yang diinginkan amat
halus dan tipis maka kandungan fosfornya bervariasi antara 1% - 1,5% .
fosfor di dalam besi tuang hingga 0,3% akan membentuk senyawa Fe3P dan
mampu alir menjadi lebih tinggi karena suhu eutektik turun hingga 956 0C. fosfor
diperlukan untuk pembuatan benda cor tipis, namun pemberian terlalu banyak
bisa mengakibatkan timbulnya lubang-lubang kecil pada permukaan, maka
kandungan fosfor dibatasi antara 0,2-2,0%.
4)
Mangan
Bahan ini membuat besi tuang kuat dan getas dan kandungan mangan tidak
boleh dari 0,7%. Mangan dibutuhkan untuk merangsang pembentukan struktur
perlit, juga diperlukan untuk mengikat sulfur membentuk senyawa MnS. Jumlah
kandunngan mangan sekitar 0,5-0,7%.
5)
Sulfur
Sulfur bahan ini membuat besi tuang keras dan gatas. adanya bahan ini
membuat besi tuang cepat mengeras , yang berakibat adanya cacat yang
berupa pori2 udara yang terperangkap kandungan belerang umumnya tidak
lebih dari 0.1 persentidak memberikan keuntungan, justru merugikan karena
pada saat cair, besi menjadi kental dan pada saat padat besi menjadi rapuh.
Kandungan sulfur maksimal 0,15%. Sulfur masuk ke dalam besi karena kontak
langsung dengan kokas atau terbawa oleh bahan baku: pig iron (besi kasar), besi
cor bekas atau baja bekas.
20
Baja karbon rendah (low carbon steel) machine, machinery dan mild
steel
- 0,05 % - 0,30% C.
21
Tahan terhadap oksidasi
Mudah dibersihkan
Electric steel
Magnetic steel
1.
2.
3.
7.STAINLESS STEEL
Baja tahan karat atau lebih dikenal dengan Stainless Steel adalah senyawa besi
yang mengandung setidaknya 10,5% Kromium untuk mencegah proses korosi
(pengkaratan logam). Komposisi ini membentuk protective layer (lapisan
pelindung anti korosi) yang merupakan hasil oksidasi oksigen terhadap Krom
yang terjadi secara spontan. Kemampuan tahan karat diperoleh dari
terbentuknya lapisan film oksida Kromium, dimana lapisan oksida ini
menghalangi proses oksidasi besi (Ferum). Tentunya harus dibedakan
mekanisme protective layer ini dibandingkan baja yang dilindungi dengan
coating (misal Seng dan Cadmium) ataupun cat.
Stainless steel terbuat dari bijih besi, silikon, krom, karbon, nikel, mangan dan
nitrogen. Pembuatan baja stainless terdiri dari serangkaian proses. Bahan baku
yang pertama mencair dalam tungku listrik . Mereka dikenakan setidaknya 12
jam panas intens. Selanjutnya campuran dilemparkan ke balik lempeng mekar
atau billet, sebelum mengambil suatu bentuk semi-padat. Bentuk awal dari baja
ini kemudian diproses melalui 'membentuk' operasi yang mencakup hot-rolling
ke bar, kabel, lembaran dan lempengan. Dari sini, baja dikenakan anil. Sehingga
logam ini dirawat karena tekanan internal dan sepatutnya melunak dan
diperkuat. Segmen dari stainless steel pengolahan juga disebut 'pengerasan
usia' sebagai. Hal ini membutuhkan pemantauan hati-hati dan pemanas suhu
dan waktu pendinginan. Suhu penuaan serius mempengaruhi sifat logam,
sedangkan suhu yang lebih rendah menghasilkan kekuatan tinggi dan
ketangguhan patah rendah, sedangkan suhu tinggi menghasilkan kekuatan yang
lebih rendah, tetapi bahan yang lebih keras. Perlakuan panas yang terlibat dalam
pembuatan stainless steel tergantung pada jenis dan grade baja yang dihasilkan.
Annealing atau perlakuan panas mengarah ke pengembangan skala
JENIS STAINLESS STEEL
Meskipun seluruh kategori SS didasarkan pada kandungan krom (Cr), namun
unsur paduan lainnya ditambahkan untuk memperbaiki sifat-sifat SS sesuai
aplikasi-nya. Kategori SS tidak halnya seperti baja lain yang didasarkan pada
persentase karbon tetapi didasarkan pada struktur metalurginya. Menurut sifat
kimia dari stainless steel lima golongan utama SS adalah Austenitic, Ferritic,
Martensitic, Duplex dan Precipitation Hardening SS.
1. Austenitic Stainless Steel
Austenitic SS mengandung sedikitnya 16% Krom dan 6% Nikel (grade standar
untuk 304), sampai ke grade Super Autenitic SS seperti 904L (dengan kadar
Krom dan Nikel lebih tinggi serta unsur tambahan Mo sampai 6%). Molybdenum
(Mo), Titanium (Ti) atau Copper (Co) berfungsi untuk meningkatkan ketahanan
terhadap temperatur serta korosi. Austenitic cocok juga untuk aplikasi
temperature rendah disebabkan unsur Nikel membuat SS tidak menjadi rapuh
pada temperatur rendah.
Sifat-sifat Dasar Baja Austenitic
Daya tahan korosi yang sangat bagus dalam asam organik, industri, dan
lingkungan laut.
24
25
Bersifat magnetic
Pemakaian Umum
Mata pisau
Alatalat bedah
Tangkai / batang
Kumparan
Peniti
4. Duplex Stainless Steel
Disebut Duplex dikarenakan kandungan Nikel tidak cukup untuk menghasilkan
susunan austenitic secara penuh dan hasil kombinasi susunan ferritic dan
austenitic. Duplex SS seperti 2304 dan 2205 (dua angka pertama menyatakan
persentase Krom dan dua angka terakhir menyatakan persentase Nikel) memiliki
bentuk mikrostruktur campuran austenitic dan ferritic. Duplex ferritic-austenitic
memiliki kombinasi sifat tahan korosi dan temperatur relatif tinggi atau secara
khusus tahan terhadap Stress Corrosion Cracking. Meskipun kemampuan Stress
Corrosion Cracking-nya tidak sebaik ferritic SS tetapi ketangguhannya jauh lebih
baik jika dibandingkan dengan ferritic SS dan lebih buruk dibanding austenitic
SS. Sementara kekuatannya lebih baik dibanding austenitic SS (yang di
annealing) kira-kira 2 kali lipat. Sebagai tambahan, Duplex SS ketahanan
korosinya sedikit lebih baik dibanding 304 dan 316 tetapi ketahanan terhadap
pitting corrosion jauh lebih baik dibanding 316. Ketangguhannya Duplex SS akan
menurun pada temperatur dibawah - 50 oC dan diatas 300 oC. Kebanyakan baja
Duplex mengandung Mo dalam jarak 2,5-4%.
Sifat-sifat Dasar Baja Duplex
Daya tahan yang tinggi untuk menekan keretakan korosi
Daya tahan yang dinaikkan pada serangan ion Klorida
Perenggangan dan kuat luluh yang lebih tinggi dari baja-baja austenitic dan
ferritic
Kemampuan peleburan, kemampuan membentuk yang baik
Pemakaian Umum
Penerapan di laut, terutama sekali pada suhu-suhu yang dinaikkan dengan
rendah (eksplorasi gas lepas pantai)
Instalasi penghilangan zat garam / rasa asin
Perubah panas
Instalasi petro kimia
5. Precipitation Hardening Steel
Precipitation hardening stainless steel adalah SS yang keras dan kuat akibat dari
dibentuknya suatu presipitat (endapan) dalam struktur mikro logam. Sehingga
gerakan deformasi menjadi terhambat dan memperkuat material SS.
Pembentukan ini disebabkan oleh penambahan unsur tembaga (Cu), Titanium
(Ti), Niobium (Nb) dan Alumunium. Proses penguatan umumnya terjadi pada saat
dilakukan pengerjaan dingin (cold work).
Sifat-sifat Dasar Baja Precipitation Hardening
Hambatan korosi yang sedang sampai baik
Kemampuan mengelas yang baik
Bersifat magnetic
Dapat dikeraskan
Pemakaian Umum
Tangkai/batang untuk pompa air dan katup
26