Anda di halaman 1dari 25

PROPOSAL PENULISAN ILMIAH

ANALISIS FAKTOR FAKTOR KONDISI SANITASI PEDAGANG AYAM


POTONG DENGAN KEBERADAAN LALAT DI LINGKUNGAN PASAR
KERENG BANGKIRAI
Diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan dalam memenuhi Tugas Mata
Kuliah Penulisan Ilmiah
Peminatan Kesehatan Lingkungan

Diajukan Oleh
Ahmad Aditya Sidik Zulkarnain
2000029187

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS AHMAD DAHLAN
YOGYAKARTA
2023

i
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL ........................................................................................... i

DAFTAR ISI .......................................................................................................... ii

BAB I ...................................................................................................................... 1

PENDAHULUAN.................................................................................................. 1

A. Latar Belakang ............................................................................................. 1

B. Rumusan Masalah ........................................................................................ 4

C. Tujuan Penelitian.......................................................................................... 4

D. Manfaat Penelitian ....................................................................................... 4

E. Keaslian Penelitian ....................................................................................... 6

BAB II .................................................................................................................... 9

TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................................ 9

A. Telaah Pustaka .............................................................................................. 9

B. Kerangka Teori ........................................................................................... 17

C. Kerangka Konsep ....................................................................................... 18

D. Hipotesis Penelitian.................................................................................... 19

DAFTAR PUSTAKA........................................................................................... 21

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Lingkungan adalah salah satu faktor yang berperan penting terhadap
timbulnya suatu riwayat penyakit (Flies et al., 2019). Sanitasi memiliki pengaruh
penting terhadap terciptanya kesehatan manusia. Terdapatnya pelaksanaan dan
pengawasan sanitasi ke tempat-tempat umum menjadi hal yang dapat melindungi
masyarakat dari sesuatu yang dapat menularkan penyakit atau gangguan kesehatan
(Rahmayani, 2018). Sanitasi lingkungan dapat menjadi patokan dalam keadaan
kesehatan suatu lingkungan yang meliputi perumahan, pembuangan kotoran,
penyediaan air bersih, dan sebagainya. Tujuan dari sanitasi lingkungan yaitu ingin
masyarakat hidup sehat dan nyaman, contohnya yaitu adanya sarana pembuangan
kotoran manusia, sarana pembuangan sampah, saluran pembuangan air limbah,
dan penyediaan air bersih (Sidhi et al., 2016)

Pasar merupakan suatu fasilitas bersama yang keberadaannya penting untuk


kebutuhan masyarakat termasuk kebutuhan sehari hari. Indonesia memiliki kurang
lebih 13.650 pasar tradisional dengan 12.6 juta pedagang yang aktif, yang mana
lebih dari 50 juta orang atau hampir 25% dari populasi di Indonesia melakukan
aktivitas dipasar. Selain itu diperkirakan 60% masyarakat membeli makanan
untuk kebutuhan sehari hari di pasar. Seiring dengan banyaknya kegiatan dipasar,
banyak yang menggambarkan bahwa pasar adalah tempat yang kotor, kumuh, dan
banyak terdapat vektor penyakit salah satunya yaitu lalat (Ardiansyah et al., 2019)

Lalat adalah vektor yang sangat menyukai tempat basah, tinja, serta bahan
busuk, tempat yang berbau menyengat. Oleh sebab itu lalat tertarik pada makanan
segar seperti daging ayam, sayuran, dan buah buahan untuk tempat berkembang
biak. Lalat merupakan vektor mekanis pembawa penyakit, yang mana banyak
terdapat disekitar manusia. Penyakit yang dibawa oleh lalat antara lain yaitu
disentri, kolera, tipus perut, dan diare (Arif, 2016).

1
2

Diare merupakan penyakit yang sudah menjadi hal biasa bagi masyarakat di
Indonesia. Karena banyaknya penyebaran penyakit ini menunjukan tingkatan
cemaran yang tidak sedikit. Bakteri salmonella merupakan salah satu penyebab
food borne disease yang mana menggangu saluran pencernaan manusia dan lebih
parah lagi dapat menyebabkan kematian. Selain itu infeksi oleh salmonella dapat
menyebabkan demam thiphoid, yang mana sekitar 11-20 juta orang didunia
terinfeksi penyakit ini dan sekitar 161.000 meninggal dunia (WHO, 2017).

Keberadaan lalat dapat menjadi indikator penting untuk baik atau buruknya
kondisi sanitasi lingkungan sekitar. Lalat mempunyai potensi besar dalam
kontribusi penyebaran bakteri pada daging ayam, karena kemampuannya yang
luar biasa dapat bergerak bebas dan jarak terbang yang panjang (5-7 km). Maka
dari itu lalat dapat menjadi salah satu vektor mekanis yang dapat menyebarkan
bakteri atau mikroganisme, selain itu terdapat laporan bahwa usus lalat
menyediakan lingkungan yang cocok untuk mengangkut bakteri resisten anti-
mikroba (Onwugamba et al., 2018).

Daging ayam memiliki sumber nutrisi dan protein hewani yang berkualitas
tinggi yang diperlukan untuk kebutuhan gizi manusia. Namun daging ayam sangat
mudah rusak atau terkontaminasi oleh bakteri. Banyaknya peminat daging ayam
dikarenakan memiliki harga terjangkau dan kandungan lemak yang rendah
sehingga dapat mengolah dengan cepat. Oleh karena itu perlunya penanganan
khusus untuk daging ayam mentah agar tidak adanya kontaminasi silang (Novianti
et al., 2021). Aktivitas dan pertumbuhan mikroba dapat menentukan apakah
daging ayam dapat dimakan dengan layak dan aman, selain itu waktu simpan
daging ayam sebelum dan sesudah sampai pada konsumen juga merupakan hal
penting. Adanya aktivitas bakteri pada daging ayam dapat dipengaruhi oleh
beberapa hal yaitu suhu, waktu penyimpanan, ketersediaan oksigen, dan kadar air
daging (Hajrawati et al., 2016). Bakteri yang berpotensi terhadap pembusukan
daging ayam yaitu Brochothrix thermosphacta, bakteri asam laktat (BAL),
Enterobacteriaceae, dan Pseudomonas spp. (Höll et al., 2016).
3

Pengguna pasar atau pedagang masih memiliki sikap kurang peduli terhadap
kondisi sanitasi lingkungan sekitarnya. Menurut Rangkuti dkk, hal tersebut
dikarenakan tingkat pengetahuan pedagang yang masih cinderung rendah. Selain
itu tersediannya fasilitias sanitasi pada setiap pedagang pasar juga menjadi hal
utama yang harus diperhatikan untuk mendukung terciptanya lingkungan yang
sehat. Antara lain yaitu menyediakan pembuangan sampah untuk setiap pedagang
serta dipertegas dengan adanya peraturan mengenai yang sanksi terhadap orang
yang membuang sampah sembarangan (Rangkuti, 2020).

Pedagang atau penjual ayam potong masih sangat minim akan peduli terhadap
kesehatan pelanggan, namun tetap ada sebagian pedagang yang peduli akan hal
tersebut. Penanganan daging ayam yang masih cukup rendah akan berdampak
pada kualitas, mutu, dan keamanan daging sehingga dapat menimbulkan penyakit
terhadap masyarakat. Higiene penjual ayam potong berpengaruh kuat terhadap
keamanan pangan, agar bahan pangan tidak tercemar. Sedangkan sanitasi tempat
penjualan dilakukan untuk pengendalian kondisi lingkungan. Permasalahan yang
terjadi ditempat pemotongan ayam di pasar tradisonal adalah penanganan limbah
dan kebersihan tempat. Limbah yang dihasilkan dari proses pemotongan ayam
langsung dibuang ke selokan tanpa dilakukan penanganan terlebih dahulu, hal ini
dapat menyebabkan pencemaran lingkungan. Selain itu kebersihan tempat yang
masih minim akan menjadi tempat berkembang biaknya mikroganisme atau
menjadi sumber penyakit (Sari et al., 2015).
4

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan penjelasan diatas maka didapatkan rumusan masalah seperti berikut:

1. Apakah kebersihan fisik bangunan pedagang ayam potong berpengaruh


terhadap keberadaan lalat di lingkungan Pasar Kereng Bangkirai ?
2. Apakah keberadaan lalat dapat mempengaruhi kesegaran dan ketahanan
daging ayam ?
3. Bagaimana tingkat kepedulian pedagang di lingkungan Pasar Kereng
Bingkirai terhadap keberadaan lalat ?

C. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui apakah terdapat hubungan antara tingkat


sanitasi pedagang ayam potong dengan keberadaan lalat di lingkungan
Pasar Kereng Bangkirai

2. Tujuan Khusus

a) Untuk mengetahui pengaruh kebersihan fisik bangunan pedagang


ayam potong terhadap keberadaan lalat di lingkungan Pasar Kereng
Bangkirai

b) Untuk mengetahui apakah keberadaan lalat dapat mempengaruhi


kesegaran dan ketahanan daging ayam

c) Untuk mengetahui bagaimana tingkat kepedulian pedagang di


lingkungan Pasar Kereng Bingkirai terhadap keberadaan lalat

D. Manfaat Penelitian
Manfaat yang didapatkan dari hasil penelitian ini dapat bermanfaat untuk
beberapa pihak yaitu:
5

1. Untuk Peneliti
Dari penelitian ini saya dapat menambah pengalaman dan pengetahuan
khususnya dalam kesehatan lingkungan. Serta menjadi syarat kelulusan
sarjana kesehatan masyarakat
2. Untuk Pedagang
Hasil penelitian ini saya harapkan dapat menambah atau menyumbang
pemikiran untuk para pedagang ayam potong.
3. Untuk Pihak Akademik
Menjadi sumbangan pemikirian yang dapat dimanfaatkan atau membantu
mempelajari praktek dibidang kesehatan lingkungan.
4. Untuk Dinas Terkait
Sebagai bahan untuk evaluasi dan pembenahan terkait kondisi sanitasi
lingkungan pada wilayah tersebut
6

E. Keaslian Penelitian
Table 1. Penelitian Terdahulu Yang Relevan dan Bertema Sejenis
Persamaan Perbedaan
Link Jurnal
Penulis Judul
Metode, Variabel, skala data, Instrumen, (Italic)
Uji Statistik

Fadhila Keragaman Jenis Metode: Penelitian https://bit.ly/


(2022) Lalat dan eksploratif, dengan 43NE9jw
Ektoparasit metode survey dan
(Jamur) Pada pemeriksaan Jurnal
Kaki Lalat di laboratorium Nasional
Pasar (accidental sampling)
Peterongan Kota
Semarang Variabel:

a. Independent:
Keragaman
Jenis lalat
b. Dependent:
Ektoparasit
(jamur) pada
kaki lalat
Skala Data: Kategorik
(nominal)

Instrumen: Lalat
ditangkap
menggunakan sweep
net, kemudian
dipindahkan ke dalam
cup plastik. Untuk
pemeriksaan
ektoparasit (jamur)
kontaminan yang
dibawa lalat
dilakukan beberapa
cara diantaranya:
persiapan alat
(sterilisasi alat) dan
isolasi jamur
menggunakan media
SDA (sabouraud
dextrose agar)

Uji Statistik: Cross


sectional

Trianto Kelimpahan Metode: Eksperimen Metode: https://bit.ly/


(2020) Nisbi, Frekuensi Eksperimen 45Psrqw
dan Dominansi Variabel:
Jenis Lalat di Jurnal
7

Beberapa Pasar a. Independent: Nasional


Tradisional di Kelimpahan
Kecamatan dan frekuensi
Martapura nisbi
b. Dependent:
Dominasi
lalat di pasar
Tradisional
di
Kecamatan
Martapura
Skala Data: Kategorik
(nominal)

Instrumen: Specimen
lalat

Uji Statistik:
Deskriptif kuantitatif

Iqbal Sanitasi Metode: Kualitatif https://bit.ly/


(2021) Lingkungan dan observasi 3qqMsDz
Dipasar lapangan
Pondopo Tahun Skripsi
2021 Variabel:

a. Independent:
Penyediaan
saran dan
prasarana
pendukung
b. Dependent:
Remediasi
lingkungan
pasar
Skala Data: Kategorik

Instrumen: Pedoman
wawancara, lembar
observasi, lembar
kuisioner, kamera,
recorder, dan alat
tulis.

Uji Statistik: -

Syaripu Pengaruh Metode: Analisis https://bit.ly/


di Kebersihan dan kuantitatif (Accidental 3qzurmt
(2021) Kenyamanan di Sampling)
Pasar Segar Paal Skripsi
Dua Manado Variabel:
terhadap a. Independent:
Kepuasan Kebersihan
dan
8

Konsumen kenyamanan
dipasar
b. Dependent:
Kepuasan
konsumen
Skala Data: Kategorik

Instrumen: Kuesioner
dan studi pustaka

Uji Statistik: Uji


validitas, uji
reliabilitas, uji asumsi
klasik, uji hipotesis
lewat uji t, dan uji F
serta uji analisis
koefisien determinasi
(R2)

Hasana Comparison of Metode: Penelitian https://bit.ly/


(2018) Sellers's Kualitatif dengan 42mxOdW
Awareness to wawancara dan
Environmental observasi Jurnal
Hygiene of Internasional
Market Bulak, Variabel:
Market Klender a. Independent:
and Market Kesadaran
Rawamangun, penjual
East Jakarta b. Dependent:
Kebersihan
lingkungan
pasar
Skala Data: Kategorik

Instrumen: Pedoman
wawancara, lembar
observasi, lembar
kuisioner, kamera,
handphone, dan alat
tulis.

Uji Statistik: -
9

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Telaah Pustaka

1. Gambaran Umum Lalat


Lalat adalah ordo diptera, ordo diptera merupakan salah satu ordo
terbesar dari serangga dengan keragaman jenis yang tinggi dan
penyebaranya secara kosmopolit atau tersebar secara keseluruhan pada
berbagai daerah. Kebanyakan Diptera bertubuh lunak dan memiliki
kepentingan ekonomi yang relatif besar (Panca Putri, 2018). Sebagian
spesies lalat merupakan spesies yang berperan dalam masalah kesehatan,
yaitu sebagai vektor penularan penyakit. Sebagai vektor mekanis lalat
membawa kuman melalui anggota tubuhnya (Safitri et al., 2017)
a) Morfologi Lalat
Morfologi adalah cabang ilmu biologi yang mempelajari tentang
bentuk dan struktur organisme. Adapun morfologi lalat adalah sebagai
berikut:
 Lalat memiliki ukuran sedang dengan panjang sekitar 6 – 8 mm.
 Berwarna hitam keabu – abuan dengan 4 garis vertikal gelap di
punggung dan dada, dan 1 garis hitam dalam di punggung dan
perut.
 Lalat jantan memiliki 3 ruas perut, sedangkan lalat betina memiliki
6 ruas perut. Lalat betina memiliki ujung perut runcing, sedangkan
lalat jantan memiliki ujung perut tumpul dan lebih gelap.
 Mata lalat jantan besar dan sangat dekat satu sama lain yang
disebut holoptik, sedangkan mata lalat betina saling berjauhan
dengan sebutan dikoptik.
 Antena memiliki tiga ruas, ruas terakhir adalah yang terbesar,
berbentuk silinder, dengan bulu di bagian atas dan bawah.
10

 Mulut atau proboscis lalat sangat disesuaikan dengan fungsinya,


dapat menghisap dan menjilat cairan atau makanan sedikit lembek
dan tidak dapat menusuk atau menggigit. Saat lalat tidak makan,
sebagian mulutnya tertarik ke dalam selubung, tetapi akan
menonjol ke bawah saat makan.
 Ujung proboscis terdiri dari sepasang labella oval, dimana terdapat
saluran kecil yang disebut pseutrakea yaitu tempat makanan dan
cairan diserap. Lalat rumah memiliki pola makan yang sangat
beragam, dan cara makannya bergantung pada kondisi fisik
komponen makanannya.
 Sayap memiliki 4 vena, yang melengkung tajam ke arah kosta vena
ketiga. Vena ini merupakan ciri khas lalat rumah, serta ciri
pembeda dari genus Musca lainnya.
 Tiga pasang kaki lalat memiliki sepasang kuku dan sepasang
bantalan yang disebut pulvilus, yang mengandung kelenjar rambut.
b) Jenis Jenis Lalat
Menurut Kemenkes RI tahun 2012, Jenis jenis lalat yang ada di
Indonesia yaitu:
1) Lalat rumah (musca domestica)
2) Lalat kendang (stomoxys calsitrans)
3) Lalat hijau (calliphoridae)
4) Lalat daging (sacrophaga spp)
5) Lalat mimic (drosophila spp)
c) Siklus Hidup Lalat
Lalat adalah insekta yang mengalami metamorfosa yang sempurna,
dengan tingkat perkembangan telur, larva (belatung), pupa dan dewasa.
Pertumbuhan dari telur sampai dewasa memerlukan waktu 10-12 hari.
Larva akan berubah menjadi pupa setelah 4-7 hari, larva yang telah
matang akan mencari tempat yang kering untuk berkembang menjadi
pupa. Pupa akan berubah menjadi lalat dewasa tiga hari kemudian.
Lalat dewasa muda sudah siap kawin dalam waktu beberapa jam
11

setelah keluar dari pupa.Setiap ekor lalat betina mampu menghasilkan


sampai 2.000 butir telur selama hidupnya. Setiap kali bertelur lalat
meletakkan telur secara berkelompok, setiap kelompoknya
mengandung 75-100 telur. Umur lalat di alam diperkirakan sekitar dua
minggu (Permenkes RI, 2017)
d) Perindukan Lalat
Tempat kesenangan lalat adalah tempat lembab, tinja, tumbuhan
yang membusuk, sampah basah, kotoran hewan, dan benda-benda
organik. Kotoran yang bertumpuk (di kandang hewan) disenangi oleh
larva lalat, sedangkan kotoran yang berserakan jarang digunakan
sebagai tempat berkembang biak lalat.
e) Penyakit Yang Dibawa Oleh Lalat
Beberapa penyakit yang ditularkan oleh lalat dapat ditularkan
secara langsung maupun tidak langsung. Penularan secara langsung
contohnya larva migrans dan trypanosomiasis melalui penetrasi larva
serta gigitan lalat dewasa. Penularan tidak langsung yaitu melalui
pemindahan agen patogen oleh lalat melalui makanan dan minuman
yang kita konsumsi (Andiarsa, 2018).
1) Diare
2) Kecacingan
3) Cholera
4) Disentri
f) Cara Pengendalian Lalat
Pengendalian lalat dilakukan untuk mengurangi penularan penyakit
yang dibawa oleh vector lalat yang dapat berbahaya untuk kesehatan
manusia. Menurut (Dirjen PP dan PL Kemenkes RI, 2014) terdapat
beberapa cara pengendalian lalat yaitu:
1) Perbaikan Higiene dan Sanitasi Lingkungan
 Mengurangi atau menghilakan tempat perindukan lalat
 Mengurangi sumber yang menarik lalat
12

 Mencegah kontak antara lalat dengan kotoran yang


mengandung agent penyakit
 Melindungi makanan, peralatan makan, dan orang yang kontak
dengan lalat
2) Pengendalian Lalat Secara Langsung
 Secara fisik, memberantas lalat secara langsung apabila
kepadatannya terlalu tinggi, contohnya seperti fly trap, fly
sticky trap, dan fly grill.
 Secara kimia, menggunakan insektisida dan penggunaannya
harus hati hati dengan dosis yang sudah ditentukan dan tepat.
 Secara biologis, menggunakan binatang pemangsa seperti
cicak, katak, kadal, dan sebagainya.
 Secara kultural, menanamkan kebiasaan hidup bersih dan rapi
untuk menghindari munculnya tempat yang disukai lalat
(Kementerian Kesehatan RI, 2017)
g) Pengukuran Populasi Lalat

Dalam Pengukuran tinggi rendahnya populasi lalat dapat


menggunakan beberapa cara yaitu seperti fly trap dan fly grill. Berikut
ini beberapa cara untuk mengukur populasi (Dhang, 2014) antara lain:

1) Fly Trap
Fly Trap merupakan salah satu perangkap lalat yang
digunakan untuk menjebak lalat dalam jumlah yang banyak dengan
menggunakan umpan menarik lalat agar masuk perangkap.
Peletakan perangkap dapat ditempatkan ditempat yang
memungkinkan adanya lalat dan dapat di amati setiap harinya agar
memperoleh angka kepadatan lalat setiap hari.
2) Fly Sticky Trap
Fly Sticky Trap merupakan perangkap yang permukaannya
dibalut dengan lem untuk menjebak lalat. Perangkap ini dapat
13

digunakan didalam ataupun diluar ruangan. Menghitung populasi


lalat yang tertangkap dapat menggunakan hand counter.
3) Fly Grill
Fly Grill merupakan alat ukur cepat yang melibatkan perhitungan
jumlah lalat yang hinggap diatas fly grill untuk jangka waktu yang
sudah ditentukan. Kelebihan dari perangkap ini karena mudah
digunakan dan kecepatannya. Namun metode ini memberikan
perkiraan yang bervariasi tergantung dimana alat ini ditempatkan,
waktu, cuaca, dan kemampuan yang menggunakan.
2. Sanitasi Pasar
Pasar merupakan tempat jual beli barang untuk melakukan
transaksi demi memenuhi kebutuhan hidup. Pasar dapat dibagi menjadi
beberapa jenis sesuai dengan ukuran, jangkauan, skala geografis, lokasi
jenis, dan berbagai komunitas manusia, serta jenis barang dan jasa yang
diperdagangkan. Salah satunya adalah pasar tradisional dan pasar modern.
Pasar tradisional merupakan tempat bertemunya pembeli dan
penjual secara langsung maupun tidak langsung, dengan proses jual beli
berbagai jenis barang konsumsi melalui tawar menawar. Pasar Rakyat
terdiri atas toko, kios, los, dan/atau tenda (Menteri Perdagangan, 2017).
Pasar modern tidak banyak berbeda dengan pasar tradisional, tetapi
di pasar modern penjual dan pembeli tidak melakukan hubungan secara
langsung karena pembeli melihat label harga yang tercantum di barang.
Pasar berada dalam bangunan dan pelayanannya dilakukan secara mandiri
dan dilayani oleh pramuniaga (Adnyana, 2017).

Menurut Permenkes RI No 17 Tahun 2020 tentang pasar sehat,


persyaratan sanitasi pasar yaitu:

a) Umum
1) Mempunyai batas wilayah yang jelas antara pasar dan
lingkungan
2) Tidak terletak pada daerah rawan bencana alam
14

3) Tidak terletak pada daerah rawan kecelakaan atau daerah jalur


pendaratan penerbangan, termasuk sempadan jalan
4) Tidak terletak pada daerah bekas tempat pembuangan akhir
sampah atau bekas lokasi pertambangan.
b) Ruang kantor pengelolan
c) Penataan ruang dagang
1) Tempat penjualan daging, karkas unggas, ikan ditempatkan
ditempat khusus.
2) Setiap los (area berdasarkan zoning) memiliki lorong yang
lebarnya minimal 1,5 m
3) Penjualan serta pemotongan unggas dan ruminisia di Pasar
Rakyat diatur sesuai dengan ketentuan peraturan perundang
undangan.
4) Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) dan bahan berbahaya
lainnya ditempatkan terpisah dan tidak berdampingan dengan
zona makanan dan bahan pangan.
d) Tempat penjualan bahan makanan
1) Mempunyai meja tempat penjualan dengan permukaan yang
rata dengan kemiringan yang cukup sehingga tidak
menimbulkan genangan air dan tersedia lubang pembuangan
air, setiap sisi memiliki sekat pembatas dan mudah dibersihkan,
dengan tinggi minimal 60 cm dari lantai dan terbuat dari bahan
tahan karat dan bukan dari kayu.
2) Memiliki sarana penyimpanan beku dengan suhu maksimum
minus 180C dan sarana penyimpanan dingin dengan suhu
maksimum 400C.
3) Tempat penjajaan atau show case produk dingin diengkapi alat
pendingin dengan suhu pendingin maksimum 70C dan untuk
produk beku dilengkapi dengan alat pendingin dengan suhu
maksimum minus 100C. d.
15

4) Alas pemotong (talenan) tidak mengandung bahan beracun,


kedap air, dan mudah dibersihkan. Menurut Kholifah (2016),
menggunakan talenan berbahan kayu mudah terkontaminasi
dengan bakteri dibandingkan dengan talenan yang berbahan
plastik.
5) Pisau untuk memotong bahan mentah dan bahan matang harus
berbeda dan tidak berkarat.
6) Tersedia tempat untuk pencucian bahan pangan dan peralatan.
7) Tersedia tempat cuci tangan yang dilengkapi dengan sabun dan
air yang mengalir.
8) Saluran pembuangan limbah tertutup, dengan kemiringan
sesuai ketentuan yang berlaku sehingga memudahkan aliran
limbah, serta tidak melewati area penjualan.
9) Tersedia tempat sampah kering dan basah, kedap air, tertutup
dan mudah diangkat.
10) Tempat penjualan bebas vektor penular penyakit dan tempat
perindukannya
e) Area parkir
f) Kontruksi
1) Atap harus kuat, tidak bocor dan tidak menjadi tempat
berkembang biaknya binatang penular penyakit.
2) Permukaan dinding harus bersih, tidak lembab dan berwarna
terang.
3) Lantai terbuat dari bahan yang kedap air, permukaan rata, tidak
licin, tidak retak, dan mudah dibersihkan.
4) Pencahayaan cukup terang dan dapat melihat barang dagangan
dengan jelas minimal 200 lux
g) Air Bersih
h) Toilet
i) Kamar mandi
j) Tempat cuci tangan
16

k) Pengelolaan sampah
l) Pengelolaan Limbah
m) Binatang pembawa penyakit atau vector
n) Desinfeksi Pasar
o) Upaya dalam pelaksanaan PHBS
3. Pedagang
Pedagang merupakan orang yang menggunakan modal yang cukup
sedikit berusaha pada bidang produksi dan penjualan barang-barang (jasa-
jasa) buat memenuhi kebutuhan kelompok tertentu di masyarakat, usaha
tersebut dilaksanakan di kawasan yang diklaim strategis dalam suasana
lingkungan yang informal atau bebas. Salah satunya yaitu pedagang
daging ayam potong yang berada di pasar atau dipinggir pinggir jalan (Sari
et al., 2015)
4. Daging Ayam
Daging ayam memiliki sumber nutrisi dan protein hewani yang
berkualitas tinggi yang diperlukan untuk kebutuhan gizi manusia. Namun
daging ayam sangat mudah rusak atau terkontaminasi oleh bakteri.
Banyaknya peminat daging ayam dikarenakan memiliki harga terjangkau
dan kandungan lemak yang rendah sehingga dapat mengolah dengan
cepat. Oleh karena itu perlunya penanganan khusus untuk daging ayam
mentah agar tidak adanya kontaminasi silang (Novianti et al., 2021).
Aktivitas dan pertumbuhan mikroba dapat menentukan apakah daging
ayam dapat dimakan dengan layak dan aman, selain itu waktu simpan
daging ayam sebelum dan sesudah sampai pada konsumen juga
merupakan hal penting. Adanya aktivitas bakteri pada daging ayam dapat
dipengaruhi oleh beberapa hal yaitu suhu, waktu penyimpanan,
ketersediaan oksigen, dan kadar air daging (Hajrawati et al., 2016). Bakteri
yang berpotensi terhadap pembusukan daging ayam yaitu Brochothrix
thermosphacta, bakteri asam laktat (BAL), Enterobacteriaceae, dan
Pseudomonas spp. (Höll et al., 2016).
17

B. Kerangka Teori

Pedagang Ayam

Pola Prilaku Kondisi Bangunan

 Mencuci  Kondisi
tangan drainase
 Memakai  Tempat
alat yang pembuanga
bersih n limbah
 Lantai
 Meja

Kondisi Sanitasi

Baik Buruk

Tidak ada lalat Ada Lalat

Bagan 1. Kerangka Teori


18

C. Kerangka Konsep

Variabel Bebas Variabel Terikat


 Sanitasi Pedagang  Keberadaan Lalat
Ayam

Variabel yang di kontrol


 Pola Prilaku
 Kondisi Drainase
 Kondisi Bangunan
 Tempat Pembuangan Limbah

Bagan 2. Kerangka Konsep


19

D. Hipotesis Penelitian

Hipotesis pada penelitian ini menggunakan Hipotesis Alternatif (Ha). Ha


diterima Ketika ada hubungan antara kondisi sanitasi yang buruk dengan
keberadaan lalat di lingkungan pasar kereng bangkirai. Tingkat kesalahan (α) yang
digunakan pada penelitian ini yaitu 0,5 dengan confidence interval (CI) 95%.
Oleh karena itu jika p-value < α maka Ha diterima.
20
21

DAFTAR PUSTAKA

Andiarsa, D. (2018). Lalat: Vektor yang Terabaikan Program? Balaba: Jurnal


Litbang Pengendalian Penyakit Bersumber Binatang Banjarnegara, March,
201–214. https://doi.org/10.22435/blb.v14i2.67

Ardiansyah, I., Wispriyono, B., Werdiningsih, I., & Amalia, R. (2019). Variasi
Warna Pipet pada Stik Perangkap Lalat terhadap Jumlah Lalat yang
Tertangkap Straw Colour Variation of Fly Sticky Trap on Number of
Catched Flies. Jurnal MKMI, 15(2), 188–194. journal.unhas.ac.id

Arif. (2016). STUDI KEPADATAN LALAT DAN KANDUNGAN FORMALIN


PADA IKAN BASAH DI PASAR PANNAMPU KOTA MAKASSAR. 19(1), 1–
23.

Flies, E. J., Mavoa, S., Zosky, G. R., Mantzioris, E., Williams, C., Eri, R., Brook,
B. W., & Buettel, J. C. (2019). Urban-associated diseases: Candidate
diseases, environmental risk factors, and a path forward. Environment
International, 133(October), 105187.
https://doi.org/10.1016/j.envint.2019.105187

Hajrawati, H., M., F., Wahyuni, W., & Arief, I. I. (2016). Kualitas Fisik,
Mikrobiologis, dan Organoleptik Daging Ayam Broiler pada Pasar
Tradisional di Bogor. Jurnal Ilmu Produksi Dan Teknologi Hasil
Peternakan, 4(3), 386–389. https://doi.org/10.29244/jipthp.4.3.386-389

Kementerian Kesehatan RI. (2017). Rencana Aksi Kegiatan Pencegahan Dan


Pengendalian Penyakit Tular Vektor Dan Zoonotik Tahun 2015-2019.
Kementerian Kesehatan RI, 1–58.

Novianti, H. R., Marlina, E. T., & Badruzzaman, D. Z. (2021). Kajian


Mikrobiologis Daging Ayam Giling yang Dijual di Supermarket Wilayah
Jatinangor. Jurnal Teknologi Hasil Peternakan, 2(2), 82.
https://doi.org/10.24198/jthp.v2i2.36170

Onwugamba, F. C., Fitzgerald, J. R., Rochon, K., Guardabassi, L., Alabi, A.,
22

Kühne, S., Grobusch, M. P., & Schaumburg, F. (2018). The role of ‘filth
flies’ in the spread of antimicrobial resistance. Travel Medicine and
Infectious Disease, 22(February), 8–17.
https://doi.org/10.1016/j.tmaid.2018.02.007

Panca Putri, Y. (2018). Taksonomi Lalat di Pasar Induk Jakabaring Kota


Palembang. Sainmatika: Jurnal Ilmiah Matematika Dan Ilmu Pengetahuan
Alam, 15(2), 105. https://doi.org/10.31851/sainmatika.v15i2.2299

Rahmayani, R. (2018). Hubungan pengetahuan, sikap dan tindakan hygiene


sanitasi pedagang makanan jajanan di pinggir jalan. AcTion: Aceh Nutrition
Journal, 3(2), 172. https://doi.org/10.30867/action.v3i2.84

RI, P. 2017. (2017). Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No 50


Tahun 2017. 87(1,2), 149–200.

Safitri, V., Hastutiek, P., & Arimbi, A. (2017). Identification of Bacteria on the
Fly Exoskeleton in Some Markets in Surabaya. Journal of Parasite Science,
1(1), 1. https://doi.org/10.20473/jops.v1i1.16232

Sari, A. I., Mulyadi, A., & Dedi, A. (2015). Hubungan Higiene dan Sanitasi
Pedagang dengan Kontaminasi Salmonella pada Daging Ayam Potong di
Pasar Tradisional Pekanbaru Correlation Between Hygiene and Sanitation
Tradesrs With Salmonella Contamination at Chicken Meats in Traditional
Marekets of Pekan. Jurnal Ilmu Lingkungan, 9(2), 173–182.

Sidhi, A. N., Raharjo, M., Astorina, N., Dewanti, Y., Lingkungan, B. K.,
Masyarakat, F. K., & Diponegoro, U. (2016). Bakteriologis Air Bersih
Terhadap Kejadian. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 4(3), 665–
676. https://media.neliti.com/media/publications/137879-ID-hubungan-
kualitas-sanitasi-lingkungan-da.pdf
23

CORETAN

Judul:
FAKTOR KEBERADAAN VEKTOR LALAT PADA PEDAGANG DAGING
AYAM DI PASAR KERENG BENGKIRAI
FAKTOR FAKTOR PENYEBAB KEBERADAAN LALAT PADA PENJUAL
AYAM POTONG DI PASAR A DENGAN SANITASI LINGKUNGAN
FAKTOR-FAKTOR TINGKAT KEPADATAN LALAT PADA LOS TEMPAT
PENJUALAN AYAM POTONG DI PASAR KERENG BENGKIRAI
ANALISIS FAKTOR FAKTOR SANITASI PEDAGANG AYAM POTONG
DENGAN KEBERADAAN LALAT DI LINGKUNGAN KERENG
BANGKIRAI
HUBUNGAN SANITASI LINGKUNGAN LOS TEMPAT PENJUALAN
AYAM POTONG DENGAN TINGKAT KEPADATAN LALAT DI
LINGKUNGAN PASAR KERENG BENGKIRAI

Tentang personal higine atau sanitasi lingkungan?

Latar Belakang:
Daftar Pustaka:
Adnyana, Y. (2017). Keadaan sanitasi pasar dan tingkat kepadatan lalat tahun
2017 (Skripsi, Politeknik kesehatan Denpasar). Diakses dari
http://repository.poltekkes-denpasar.ac.id/1895/
Dhang, P. 2014. Urban insect Pests: Sustainable Management Strategies. Manila:
CAB International
Dirjen PP dan PL Kemenkes RI. 2014. Pedoman Pengendalian Lalat. (Direktorat
Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan, Ed.) Jakarta:
Kementerian Kesehatan RI
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2020 tentang
Pasar Sehat.
Peraturan Menteri Perdagangan Republik Indonesia Nomor 37 Tahun 2017
tentang Pedoman Pembangunan dan Pengelolaan Sarana Perdagangan.

Anda mungkin juga menyukai