Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN PRAKTIKUM ENTOMOLOGI

PERTEMUAN 7 : Identifikasi Sarcoptes dan Cyclops sp

Nama : Royfanza Reynaldi


NIM : 2000029145
Golongan : B2

FAKULTAS KESEHATAN
MASYARAKAT UNIVERSITAS AHMAD
DAHLAN YOGYAKARTA
2021
A. HASIL PENGAMATAN

Keterangan Gambar :

Captulum
Palpus
Abulacral
First Leg
Second Leg
Scale
Third Leg
Fourth Leg
Anus
Bulu Cambuk
Birstles

Gambar Sarcoptes scabiei jantan


Gambar Sarcoptes scabiei betina

Keterangan Gambar :

Capitulum
Palpus
First Leg
Abulacral
Second Leg
Scab
Third Leg
Fourth Leg
Birstles
Bulu cambuk
Gambar Cyclops jantan

Keterangan Gambar :

Single Eye
Paragnath
Mandible
2 Pasang antenna
Maxilliped
Maxilla
Thorax 5 segmen
Abdomen 4 segmen
Anus
Dua ekor
Tail
Furca
Gambar Cyclops betina

Keterangan Gambar :

Single Eye
Pasang antenna
Thorax 5 segmen
Ovary
Uterus
Oviduct
Spermatheca
Furca
Egg
Anus
Dua ekor
Tail
Abdomen 4 segmen
Sarcoptes scabiei memiliki bentuk oval dan pipih, berwarna putih kotor, tranrulen
dengan bagian punggung lebih panjang dibandingkan dengan perut, tidak berwarna. Pada
stadium dewasa memiliki 4 pasang kaki, yaitu 2 pasang kaki depan dan 2 pasang lainnya
adalah kaki belakang (Hay, 2012).

Secara morfologi, Sarcoptes scabiei mempunyai tubuh yang berukuran kecil,


badannya memiliki bentuk yang oval, punggung cembung, bagian perut rata, mempunyai
warna tubuh putih, tembus ke cahaya dan tidak mempunyai mata. tungau jantan tidak
mempunyai alat penghisap yang dapat berfungsi sebagai alat kawin atau Adanal sucker.
Tungau ini mempunyai ukuran 200-450 mikron, yang dimana pada tungau ini memiliki
bentuk lonjong, bagian dorsal konveks sedangkan, bagian ventral pipih Sarcoptes dibedakan
dengan genus lainnya berdasar adanya leg sucker (pulvilus).

Sarcoptes Scabiei betina dewasa memiliki ukuran panjang sekitar 0.3 ± 0.5 mm dan
lebar sekitar 0.3 mm, sedangkan Sarcoptes Scabiei jantan memiliki ukuran panjang sekitar
0.25 mm dan lebar 0.2 mm (Arlian, 2017). Pada badannya terdapat bentuk oval dan gepeng.
Stadium dewasa terdapat 4 pasang kaki, 2 pasang merupakan pasangan kaki depan dan 2
pasang lainnya kaki belakang (Susanto, H., 2020).

Ukuran pada betina memiliki ukuran 300-350 mikron, sedangkan jantan berukuran
150-200 mikron. Pada Sarcoptes scabiei betina terdapat cambuk pada pasangan kaki k-3 dan
ke-4. Sedangkan pada jantan terdapat bulu cambuktersebut hanya akan dijumpai pada
pasangan kaki ke-3 saja (Hay, 2012).

Peran medis Sarcoptes scabiei dalm bidang kesehatan yaitu dapat menyebabkan
penyakit scabies. Scabies merupakan suatu penyakit kulit yang masih sering dijumpai di
Indonesia dan masih tetap menjadi permasalahan kesehatan pada masyarakat (Jauhari, 2015).

Sarcoptes scabiei menginfeksi vektornya dengan cara menembus kulit, menghisap


cairan limfe maupun memakan sel-sel epidermis vektor. Skabies dapat menular dari manusia
ke manusia, manusia ke hewan bahkan dari hewan ke manusia (zoonosis). Penularan penyakit
skabies dapat melalui kontak langsung maupun tidak langsung. Cara diagnosa skabies
didasarkan pada gambaran gejala klinik dalam prakteknya sulit ditetapkan karena berbagai
penyakit kulit lainnya memberikan gambaran klinis yang mirip dengan skabies. Diagnosis
harus dipadukan dengan pemeriksaan laboratorik (Setiawan, 2016).
Penyakit Scrabies ditularkan secara langsung melalui kontak kulit langsung,
contohnya berjabat tangan, tidur bersama, dan melakukan hubungan seksual. Adapun secara
perantara melalui benda, contohnya pakaian, handuk, bantal, dan selimut (Tan, 2017).

Pencegahan scabies dapat dilakukan dengan sanitasi kandang dan lingkungan,


menghindari kontak langsung dengan penderita dan mencegah penggunaan barang-barang
penderita secara bersama- sama. Pakaian, handuk dan barang-barang lainnya yang pernah
digunakan oleh penderita harus diisolasi dan dicuci dengan air panas. Dianjurkan untuk
pakaian dan barang-barang yang terbuat dari kain lainnya untuk disetrika sebelum digunakan.
Sprai penderita harus sering diganti dengan yang baru maksimal tiga hari sekali. Benda-benda
yang tidak dapat dicuci dengan air (bantal, guling, selimut) disarankan dimasukkan kedalam
kantung plastik selama tujuh hari, selanjutnya dicuci kering atau dijemur di bawah sinar
matahari.

Bentuk tubuh dari Cyclops sp adalah seperti buah pear. Mikroorganisme ini sering
disebut dengan kutu air karena bentuknya mirip dengan kutu yang ditemukan di darat. Tubuh
Cyclops sp terbagi menjadi 2 bagian, yaitu bagian depan dan belakang. Pada bagian depan,
bagian oral luas terdiri dari kepala dan dada lima segmen pertama. Sedangkan pada bagian
belakang yang bentuknya jauh lebih ramping dan terdiri dar segmen thorax pada tubuhnya
yang berjumlah 17 segmen. Cyclops sp dapat berubah bentuknya tergantung dari apa yang
dia makan. Warna Cyclops sp ini bervarias mulai dari biru, hijau, orange hingga merah.
Cyclops sp memiliki mata yang berukuran besar dan warnanya merah atau hitam. Ciri dari
kepalanya. Cyclops sp memiliki 5 pasang kaki. Jumlah ekor ada 2 sebagai perangkap proyek
belakang. Memiliki 2 antena (Bill, 2015).

Pada Cyclops sp betina memiliki organ reproduksi ovinum, utrus, dan kantung telur.
Cyclops sp jantan menggunakan antenanya untuk mencengkram betina. Telur yang disumpan
dikantung berjumlah sekitar 45 telur. Pada saat setiap kawin, betina dewasa menghasilkan 45
telur (Bill, 2015).

Peran medis Cyclops sp dibidang kesehatan yaitu dapat menimbulkan gejala pada
suatu penyakit. Gejala yang ditimbulkan yaitu gejala tidak berat atau dikategorikan ringan,
seperti diare, dan rasa tidak nyaman pada bagian perut (Safar, 2017).

Penyakit menular merupakan hasil perpaduan berbagai faktor yang saling


mempengaruhi. Faktor tersebut yaitu lingkungan (environment), agen penyebab penyakit
(agent) dan penjamu (host). Ketiga faktor ini disebut segitiga epidemologi (epidemiological
triangle). Hubungan ketiga faktor tersebut digambarkan secara sederhana sebagai timbangan,
yaitu agen penyebab penyakit pada satu sisi dan penjamu pada sisi yang lain dengan
lingkungan sebagai penumpunya (Widoyono, 2011).

Pengendalian Cyclops sanggup memakai beberapa metode misalnya fisik, kimia, biologi, &
teknik. Metode pengendalian fisik menggunakan cara menyaring air melalui kain halus telah
relatif buat menghilangkan Cyclops . Ia jua bisa dimatikan menggunakan air mendidih,
lantaran gampang terbunuh sang panas dalam suhu 60°C. Pengendalian secara kimia
menggunakan memakai bahan kimia misalnya penggunaan Klorin buat menghancurkan
Cyclops menggunakan kekuatan 22ppm pada dua jam, meskipun konsentrasi klorin ini
memberi bau & rasa nir lezat dalam air. Temefos membunuh cyclops menggunakan
konsentrasi 1 mg / liter. Pengendalian secara biologis dat dilakukan menggunakan ikan mini
misalnya barbel & Gambusia memakan Cyclops . Jenis predasi ini dipakai pada negara
bagian Karnataka pada India buat memberantas dracunculiasis. Adapun pengendalian secara
teknik yaitu menggunakan penyediaan air minum melalui penyediaan air perpipaan,
penggunaan tubewell & penghapusan stepwell adalah langkah yg efektif pada taraf
masyarakat (Anindiastuti dkk, 2017).
B. DAFTAR PUSTAKA

Bill, D. A. 2015. The Biology of Crustaceae, Behavior and Ecology Vol 7. USA: Academic
Press.

Hay, RJ. 2012. Scabies in the Devoloping Word HS Prevalance, Comflication, and
Management. Clinical Microbiology and Infection. Vol 18 (4).

Jauhari. 2015. Buku Scabies Etiolog, Patogenesis, Pengobatan, Pemberantasan, dan


Pencegahan. Yogyakarta: Kanisius.

Setiawan Prayogi, Betta Kurniawan. 2016. Pengaruh Personal Hygiene Dala Pencegahan
Penyakit Skabies. Vol. 5. No. 5.

Susanto, H. 2020. Kasus scabies (Sarcoptes scabiei) pada kucing di klinik Intimedipet
Surabaya. Jurnal Biosains Pascasarjana, 22(1), 37-45.

Tan,ST, Angelina, dkk. 2017. Scabies Terapi Berdasarkan Siklus. Journal of Health. Vol 4 (7).

Anda mungkin juga menyukai