DOSEN PEMBIMBING :
Ns. HALIMAH, S.Kep., M.Kep., Sp.Kep.Anak
DISUSUN OLEH:
RADEN ARDI PURWANTO
NIM. PO 71202230051
A. Definisi MTBS
Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS) atau dalam bahasa inggris yaitu
Integrated Management Of Childhood Illness (IMCI) adalah suatu manajemen
melalui pendekatan teintegrasi/ terpadu dalam tatalaksana balita sakit yang datang
di pelayanan kesehatan, baik mengenai beberapa klasifikasi penyakit, status gizi,
status imunisasi, maupun penanganan balita sakit tersebut dan konseling yang
diberikan (Depkes RI, 2008).
Untuk mencegah sebagian besar kematian tersebut terdapat cara yang cukup
efektif yaitu dengan perawatan anak yang menderita penyakit penyakit seperti
pneumonia, diare, campak, malaria tersebut dirawat jalan terutama puskesmas
dengan pendekatan Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS). Pengertian lain
Manajemen Terpadu Balita Sakit merupakan suatu pendekatan keterpaduan dalam
tatalaksana balita sakit yang datang berobat ke fasilitas kesehatan dasar meliputi
upaya kuratif terdapat penyakit pneumonia, diare, campak, malaria dan malnutrisi
dan upaya promotif serta preventif yang meliputi: imunisasi, pemberian vitamin A,
dan konseling pemberian makan yang bertujuan untuk menurunkan angka kematian
bayi dan balita dan menekan mordibilitas karena penyakit tersebut (Depkes RI,
2006). MTBS bukan merupakan suatu program kesehatan tetapi suatu pendekatan
cara menatalaksana balita sakit. World Health Organization (WHO) telah mengakui
bahwa pendekatan MTBS sangat cocok diterapkan di negara-negara berkembang
dalam upaya menurunkan kematian, kesakitan dan kecacatan pada bayi dan balita
(Prasetyawati, 2012).
B. Tujuan MTBS
Menurunkan secara signifikan angka kesakitan dan kematian global yang
terkait dengan penyebab utama penyakit pada balita, melalui peningkatan kualitas
pelayanan kesehatan dasar dan memberikan kontribusi terhadap pertumbuhan
perkembangan kesehatan anak.Penerapan MTBS dengan baik dapat meningkatkan
upaya penemuan kasus secara dini, memperbaiki manajemen penanganan dan
pengobatan, promosi serta meningkatkan pengetahuan bagi ibu-ibu dalam merawat
anaknya dirumah serta upaya mengoptimalkan system rujukan dari masyarakat ke
fasilitas pelayanan primer dan rumah sakit sebagai rujukan (Modul MTBS 1, 2008).
C. Manfaat MTBS
Kegiatan MTBS merupakan upaya yang ditujukan untuk menurunkan angka
kesakitan dan kematian sekaligus meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan dasar
seperti di Puskesmas.
MTBS telah digunakan oleh lebih dari 100 negara dan terbukti dapat:
1. Menurunkan angka kematian balita
2. Memperbaiki status gizi
3. Meningkatkan pemanfaatan pelayanan kesehatan.
4. Memperbaiki kinerja tenaga kesehatan
5. Memperbaiki kualitas pelayanan dengan biaya lebih murah Selain itu, kegiatan
MTBS memiliki tiga komponen yang khas yang menguntungkan, yaitu:
a. Meningkatkan keterampilan tenaga kesehatan dalam tata laksana kasus balita
sakit (selain dokter, tenaga kesehatan non dokter dapat pula memeriksa dan
menanganipasien apabila sudah dilatih)
b. Memperbaiki sistem kesehatan (perwujudan terintegrasinya banyak program
kesehatan dalam satu kali pemeriksaan MTBS)
c. Memperbaiki praktek keluarga dan masyarakat dalam perawatan di rumah
danupaya pencarian pertolongan kasus balita sakit (meningkatkan
pemberdayaan masyarakat dalam pelayanan kesehatan).
D. Sasaran MTBS
Sasaran MTBS adalah anak umur 0-5 tahun dan dibagi menjadi dua kelompok
sasaran, yaitu:
1. kelompok usia 1 hari sampai 2 bulan (usia < 2 bulan)
2. kelompok usia 2 bulan sampai 5 tahun
E. Tatalaksana MTBS
Pelaksanaan Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS) meliputi beberapa
langkah, dalam penanganan penyakit pneumonia, diare, malaria, campak, dan
malnutrisi pada balita. Berikut adalah penjelasan langkah- langkah manajemen
terpadu balita sakit:
1. Menilai dan membuat klasifikasi anak sakit
“Menilai anak” berarti melakukan penelian terhadap tanda dan gejala sakit yang
mucul pada anak usia 2 bulan-5 tahun dengan cara anamnesis dan pemerikasaan
fisik (Depkes RI, 2006). Proses anamnesis dan pemeriksaan fisik tersebut
dimulai dari:
a. Menanyakan umur anak
b. Menayakan kepada ibu mengenai masalah kesehatan yang dihadapi anaknya
c. Memeriksa tanda bahaya umum.
Tanda bahaya umum pada anak sakit meliputi (Depkes RI, 2006).
a. Anak tidak bisa minum atau menetek
Anak menunjukan tanda “tidak bisa minum atau menetek” jika anak terlalu
lemah untuk minum atau tidak bisa menghisap atau menelan apabila diberi
minuman atau diteteki.
b. Anak selalu memutahkan semuanya
Anak yang sama sekali tidak bisa menelan apapun, mempunyai tanda
“memutahkan semuannya”. Apabila saja yang masuk (makan atau cairan)
akan dikeluarkan lagi. Apabila anak masih dapat menelan sedikit cairan, tidak
menunjukan tanda bahya umum.
c. Anak kejang
Pada saat kejang, lengan dan kaki anak menjadi kaku karena otot- ototnya
berkontraksi.
d. Anak letargis atau tidak sadar
Anak yang letargis atau tidak sadar sulit dibangunkan seperti biasanya, ia
kelihatan mengantuk atau menatap hampa (pandangan kosong) dan terlihat ia
tidak memperlihatkan keadaan sekitarnya.
2. Menanyakan kepada ibu mengenai 4 keluhan utama yang dialami anaknya yang
terdiri atas: batuk dan sukar bernafas, diare, demam, dan masalah telinga.
3. Memeriksa dan mengklasifikasi status gizi dan anemia.
4. Memeriksa status imunisasi dan pemberian vitamin A pada anak dan
menentukan apakah anak membutuhkan imunisasi dan atau vitamin pada
kunjungan tersebut.
5. Menilai masalah atau keluhan lain yang dihadapi anak. (Depkes RI, 2006).
Setelah melakukan penilaian tanda dan gejala yang muncul maka dilanjutkan
dengan membuat klasifikasi.“Membuat Klasifikasi” berarti membuat sebuah
keputusan mengenai kemungkinan penyakit atau masalah serta tingkat
keparahannya (Depkes RI, 2006).
Penentuan klasifikasi dilakukan setelah penilaian tanda dan gejala yang
muncul yang di klasifikasikan berdasarkan kelompok kegawatan. Adapun
klasifikasinya adalah sebagai berikut: klasifikasi pneumonia, dehidrasi, diare
persisten, disentri, malaria, campak, DBD, masalah telinga, dan klasifikasi status
gizi (Aziz Alimul Hidayat, 2008).
Penilaian dan klasifikasi untuk anak dengan keluhan utama batuk dan sukar
bernafas adalah kemungkinan anak menderita pneumonia ataupun infeksi saluran
pernafasan yang berat lainnya. Penilaian anak yang batuk atau sukar bernafas
meliputi:
1. Sudah berapa lama anak batuk atau sukar bernafas.
Anak dengan batuk atau sukar bernafas selama lebih dari 30 hari berarti anak
menderita batuk kronis. Kemungkinan ini adalah tanda TBC, asma, batuk rejan,
pneumonia, atau penyakit lain. Klasifikasi batuk atau sukar bernapas pada
umumnya klasifikasi mempunyai tiga lajur:
a. Klasifikasi pada lajur merah muda berarti anak memerlukan perhatian dan
harus segera dirujuk. Ini adalah klasifikasi yang berat.
b. Klasifikasi pada lajur kuning berarti anak memerlukan tindakan khusus,
misalnya pemberian antibiotik, antimalaria, cairan dengan pengawasan atau
pengobatan lainnya
c. Klasifikasi pada lajur hijau berarti anak tidak memerlukan tindakan medis
khusus, tenaga kesehatan mengajari ibu cara merawat anak di rumah. Ada
tiga kemungkinan klasifikasi bagi anak dengan batuk atau sekedar bernapas.
2. Nafas cepat
Terjadinya nafas cepat pada anak yang diketahui dengan menghitung frekuensi
nafas dalam 1 menit.Batas nafas cepat tergantung pada umur anak. Batas
frekuensi nafas cepat pada usia anak 2 bulan -<1 tahun adalah ≥ 50 kali per
menit, dan untuk anak usia 1-<5 tahun adalah ≥ 40 kali per menit.
3. Tarikan dinding kedalam
Anak dikatakan mengalami tarikan dinding dada ke dalam jika dinding dada
bagian bawah masuk kedalam saat anak menarik napas.Karena pada pernafasan
normal, seluruh dinding dada (atas dan bawah) dan perut bergerak keluar ketika
anak menarik nafas.Tarikan dinding dada kedalam dikatakan benar-benar ada
terlihat jelas dan berlangsung setiap waktu.Namun jika tarikan dinding dada ke
dalam hanya pada saat anak menangis atau diberi makan, maka tidak dikatakan
terdapat tarikan dinding dada ke dalam.
4. Stridor pada anak yang tenang
Stridor adalah bunti yang kasar yang terdengar pada saat anak menarik nafas.
Stridor terjadi apabila ada pembengkakan pada laring, trakhea, atau epiglotis,
sehingga menyebabkan sumbatan yang menghalangi masuknya udara kedalam
paru dan mengancam jiwa anak. Stridor berbeda dengan wheezing.Stridor terjadi
pada saat menarik nafas, namun wheezing terjadi saat menghembuskan napas
(Depkes RI, 2006).
5. Menentukan tindakan dan memberi pengobatan
“Menentukan tindakan dan member pengobatan” berarti menentukan tindakan
dan member pengobatan di fasilitas kesehatan sesuai dengan klasifikasi jenis
penyakit yang sudah ditentukan (Depkes RI, 2006).
Tindakan dan pengobatan yang dapat dilakukan pada masalah pneumonia sesuai
dengan manajemen terpadu balita sakit adalah apabila didaptkan pneumonia berat
atau penyakit sangat berat, maka tindakan yang pertama adalah sebagai berikut:
1. Berikan Dosis pertama antibiotic
Pilihan pertama adalah kontrimoksazol dan pilihan kedua adalah amoksilin
dengan ketentuan dosis sebagaimana semestinya yang tertera pada tabel berikut.
Tabel : Pemberian Antibiotik Pada Penderita Pneumonia
Depkes RI. 2006. Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS), Modul 1 – 7, Edisi 2
Dirjen Kesehatan RI
Mann, C.J.D. 2011. A New Era for State Medicaid, and Children’s Health Insurance
Measurement. Ademic Pediatrics, 11: S87-S88
Palfrey, J.S. and Brei, T.J. 2011. Children’s Health Care Providers, and Health
Caren Quality Penerapan. Jakarta:EGCPediatrics, 11: S95-S96
Wibowo, Suparto, Hary. 2008. Analisis Manajeman Mutu MTBS yang terkait
dengan Mutu Penerapan Kegiatan Manajeman Terpadu Balita Sakit
(MTBS) di Puskesmas Kabupaten Brebes Semarang: Universitas
Diponegoro