D
I
S
U
S
U
N
OLEH:
KELOMPOK 9 (Semester 4)
1.Alda : K.21.01.045
2. Sasmita :K.21.01.040
3. Zulfita Angraini : K.21.01.043
4. Wika Fitriana M.N Saing : K.21.01.041
Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah yang telah memberikan banyak
kemudahan dan limpahan rezeki-Nya sehingga kami mampu menyelesaikan tugas
kelompok dalam membuat makalah yang bertajuk “Pengkajian MTBS,
pengobatan MTBS, pendidikan kesehatan pada anak dan keluarga MTBS. Kami
sadar betul dalam penggarapan makalah ini tak lepas dari bantuan banyak pihak,
termasuk Ibu Hera Heriyanti S.Kep., Ns.,M.Kep yang sudah membimbing
kelompok 9 dari mulai penggarapan sampai rampungnya makalah.
Selain itu, makalah yang kami garap masih jauh dari kata sempurna karena
keterbatasan pengalaman dan pengetahuan kami. Kiranya, kami berharap adanya saran dan
kritik untuk makalah yang baru kami buat. Terakhir, kami berharap semoga makalah bisa
memberi manfaat yang banyak bagi pembaca.
DAFTAR ISI
Halaman judul.............................................................................................i
Kata pengantar............................................................................................ii
Daftar isi......................................................................................................iii
BAB I
PENDAHULUAN......................................................................................1
a. Latar belakang......................................................................................2
b. Rumus masalah......................................................................................2
c. Tujuan.....................................................................................................2
BAB II
PEMBAHASAN.......................................................................................3
BAB III
PENUTUP........................................................................................................4
a. Kesimpulan..............................................................................................4
b. Saran.........................................................................................................4
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................5
BAB I
PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang
MTBS (Manajemen Terpadu Balita Sakit) sejak tahun 1997. MTBS (Manajemen
Terpadu Balita Sakit) merupakan bentuk pelayanan kesehatan yang diberikan
untuk balita sakit dengan tujuan untuk meningkatkan derajat kesehatan serta
kualitas pelayanan kesehatan. Dikatakan terpadu karena bentuk pengelolaannya
dilaksanakan secara bersamaan dan penanganan kasusnya tidak terpisah yang
meliputi manajemen anak sakit, pemberian nutrisi, pemberian imunisasi,
pencegahan penyakit, serta konseling ibu. Bentuk pengelolaan ini dapat
dilaksanaan pada pelayanan tingkat pertama seperti di puskesmas dan polindes
(Hidayat, 2008).
Balita adalah anak usia diatas satu tahun atau anak dibawah usia 5 tahun (Muaris,
2006). Menurut Person, sakit adalah ketidakseimbangan fungsi normal tubuh
manusia, termasuk sejumlah sistem biologis dan kondisi penyesuaian. Balita sakit
adalah anak usia 1 sampai 5 tahun yang mengalami ketidakseimbangan fungsi
normal tubuh, termasuk sistem biologis. Ketika balita sakit akan berpengaruh pada
keluarga diantaranya perubahan peran, masalah keuangan serta perubahan
kebiasaan sosial dalam keluarga (Asmadi, 2008).
Dalam Handayani, 2012 pencapaian MTBS diharapkan mampu mencapai target
sebesar 100%, namun pada kenyataannya di Puskesmas Kabupaten Kulonprogo
pada tahun 2009 baru mencapai angka 49,30%, tahun 2010 sebesar 45,90% dan
tahun 2011 mencapai 55,6 % dimana hasil tersebut belum mampu mencapai target
tersebut diatas. Pendapat lain mengatakan 2
bahwa, menurut Agha, 2007 dalam penelitiannya mengatakan bahwa 31,2 %
penatalaksanaan MTBS mendapatkan dukungan pria (ayah).
Indonesia juga mengenal sistem patriarki (Syukrie, 2003) dimana masyarakat
menempatkan laki-laki lebih tinggi daripada perempuan dalam segala aspek
kehidupan sosial, ekonomi dan budaya (Pinem, 2009). Di dalam sebuah keluarga
laki-laki nantinya akan menjadi suami sekaligus ayah yang memiliki peran dan
keterlibatan dengan anak-anaknya. Lamb dalam Budi Ariyani dan Koentjoro,
2004 menjelaskan keterlibatan ayah terhadap anak meliputi tiga hal yaitu:
Engangement atau interaksi langsung satu dengan satu anak; Accesibility yaitu
kedekatan dengan anak tanpa harus melakukan interaksi langsung; Responsibility
yang berupa tanggung jawab ayah terhadap anak karena dalam bagian ini ayah
memiliki keterlibatan yang intens mencakup perencanaan, pengambilan keputusan
ayah terhadap anak, termasuk jika anak mengalami sakit. Sehingga ketika anak
mengalami sakit ayah juga memiliki kewajiban untuk mendampingi anak selama
proses pengobatan dan penyembuhan.
Hasil studi pendahuluan yang peneliti lakukan di Puskesmas Dau pada bulan Mei
tahun 2014, dari 537 kunjungan balita sakit di wilayah kerja Puskesmas Dau 97
balita sakit yang mendapatkan pelayanan MTBS. Peneliti juga menemukan
mayoritas pengunjung balita diantarkan ke poli anak oleh ibunya. Sebagian ayah
hanya mengantarkan sampai tempat parkir karena beranggapan bahwa hanya ibu
saja yang memiliki kewajiban atau peran dalam mendampingi anak ketika berobat
atau mendapatkan terapi, sehingga kebanyakan ibu hanya 3
1. Pemberian kinin (untuk malaria dengan penyakit berat) secara intra muskular
2. Pemberian obat anti malaria oral (untuk malaria saja) dengan pilihan pertama adalah
klorokuin + primakuin dan pilihan kedua adalah sulfadoksin primetamin + primakuin
(untuk anak ≥ 12 bulan) dan tablet kina (untuk anak ≤ 12 bulan)
3. Setelah pemberian maka lakukan pengamatan selama 30 menit sesudah pemberian
klorokuin dan apabila dalam waktu tersebut terdapat muntah maka ulangi pemberian
klorokuin
Klasifikasi Campak
Pada klasifikasi campak dapat dilakukan tindakan sebagai berikut :
Apabila campak dijumpai dengan komplikasi berat maka tindakannya adalah pemberian
vitamin A, antibiotik yang sesuai, saleo mata tetrasiklin atau kloramefnikol apabila dijumpai
kekeruhan pada kornea, pemberian paracetamol apabila disertai demam tinggi (38,5 derajat
celcius), kemudian apabila campak disertai komplikasi mata dan mulut ditambahkan dengan
gentian violet dan apabila hanya campak saja tidak ditemukan penyakit atau komplikasi lain
maka tindakannya hanya diberikan vitamin A.
1. Benrikan cairan ringer laktak apabila memungkinkan beri glukosa 5% kedalam ringer
laktak melalui intra vena apabila tidak diberikan cairan oralit atau cairan peroaral
selama perjalan.
2. Apabila tidak ada berikan cairan NaCL 10-20 ml/kgbb dalam 30 menit
3. Monitor selama setelah 30 menit dan apabila nadi teraba berikan cairan intra vena
dengan tetesan 10 ml/kgbb dalam 1 jam dan apabila nadi tidak teraba berikan cairan
15-20 ml/kgbb dalam /1 jam
A. CONTOH KASUS
An “B” umur 2 tahun, masuk RS akibat berak-berak lebih dari sepuluh hkali disertai
muntah lima kali yang dialami sejak 1 jam yang lalu. Di rumah ibu sudah memberi obat
berak-berak namun tidak berhenti, akhirnya membawa anaknya masuk RS.
Saat pengkajian ibu mengatakan anaknya masih berak namun frekuensinya mulai
menurun. BAB masih encer dan tidak berampas. Turgor kulit jelek, mata cekung dan mulut
nampak kering. Hasil pemeriksaan auskultasi peristaltic usus meningkat. Anak nampak rewel
dan sering menangis. Ibu mengatakan sangat mencemaskan keadaan anaknya. Ekspresi wajah
tegang, ibu sering bertanya tentang kondisi anaknya.
Hasil pemeriksaan tanda vital:
· N : 132 x/mnt
· P : 32 x/mnt
· S : 38,2 C
Pengobatan :
· Infus RL 32 tetes/mnt
· Puyer 3 X 1 sdt
B. ANALISA DATA
1. a. DS :
- Ibu mengatakan anaknya masih berak namun frekuensinya mulai menurun.
- Ibu mengatakan BAB masih encer dan tidak berampas.
b. DO :
Turgor kulit jelek, mata cekung dan mulut nampak kering, Nadi 132 x/mnt, Pernapasan 32
x/mnt dan suhu 38,2 C, terpasangnya infus RL 32 tetes/mnt.
c. Masalah Keperawatan :
kekurangan volume cairan dan elektrolit.
2. a. DS :
ibu mengatakan sangat mencemaskan anaknya.
b. DO :
- ekspresi wajah tegang
- ibu sering bertanya tentang kondisi anaknya.
c. Masalah Keperawatan :
Kecemasan Keluarga
3. a. faktor resiko :
suhu tubuh 38,2 C, anak nampak rewel dan sering menangis.
b. Masalah Keperawatan :
resiko hipertermi
1. Kekurangan volume cairan dan elektrolit b.d kehilangan berlebihan melalui feses.
· Tujuan : dalam waktu 3x24 jam kebutuhan cairan terpenuhi dengan kriteria tidak ada tanda
dehidrasi (turgor kulit bagus, mata tidak cekung dan mulut tidak kering) dan frekuensi BAB
1-2 kali perhari dan Tanda vital dalam batas normal (N: 120-60 x/mnt, S; 36-37 C dan P: 20-
30 x/mnt).
· Intervensi :
- Pantau tanda dan gejala kekurangan cairan. Rasional: Untuk mengetahui sejauh mana
pasien mengalami kehilangan cairan bila terus-menerus BAB.
- Observasi tanda-tanda vital. Rasional: Dengan memonitor tanda-tanda vital diharapkan
dapat mengetahui keadaan umum pasien secara rinci sehingga bisa mengobservasi proses
perkembangan penyakit dan tingkat keberhasilan perawatan.
- Pantau intake dan output. Rasional: upaya untuk menggganti cairan yang keluar bersama
feses.
- Anjurkan keluarga untuk memberi minum banyak pada klien, 2-3 lt/hr. rasional: Mengganti
cairan dan elektrolit yang hilang secara oral.
Implementasi Evaluasi
Tgl 13/08/2022 .jam 13: 40 WITB Tgl 14/08/2002 .jam 14:32 WIB
Implementasi Evaluasi
ibu mengatakan sangat
Mendorong keluarga pasien untuk mencemaskan anaknya.
membicarakan kecemasan dan berikan O : ekspresi wajah tegang dan ibu
umpan balik tentang mekanisme koping sering bertanya tentang kondisi
yang tepat. anaknya.
Hasil : ibu membicarakan kecemasannya A : kecemasan belum teratasi.
Menekankan bahwa kecemasan adalahP : lanjutkan intervensi.
masalah umum yang terjadi pada orang tua
yang anaknya mengalami masalah sama.
Hasil : kecemasan ibu berkurang.
Ciptakan lingkungan yang tenang.
Tunjukkan sikap ramah tamah dan tulus
dalam membantu klien.
Hasil: kecemasan ibu berkurang.
Implementasi Evaluasi
Tgl…….jam….. Tgl…….jam…..
Memonitor suhu tubuh setiap 2 jam. S : -
Hasil : suhu tubuh dalam batas normal O : suhu tubuh 38,2 C, anak nampak
Anjurkan pasien dan keluarga untuk rewel dan sering menangis.
memberikan banyak minum. A : hipertermi belum terjadi
Hasil: ibu mendengar dan P : pertahankan intervensi.
mau
melakukannya.
Kolaborasi dengan tim medis dalam
pemberian anti piretik..
Hasil: kolaborasi dilakukan.
4. Resiko perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan b.d peningkatan peristaltik usus.
· Tujuan : Setelah dilakukan tindakan perawatan selama 3x24 jam tidak terjadi perubahan
kebutuhan nutrisi dengan kriteria penurunan peristaltik usus.
· Intervensi :
- Monitor intake dan output. Rasional : Untuk mengetahui berapa banyak masukan dan
pengeluaran cairan ke dalam tubuh.
- Hindari makanan buah-buahan dan hindari diet tinggi serat. Rasional : Memungkinkan
aliran usus untuk memastikan kembali proses pencernaan, protein perlu untuk integritas
jaringan.
- Pertahankan tirah baring dan pembatasan aktivitas selama fase akut. Rasional: menurunkan
kebutuhan metabolik.
- Kolaborasi dengan ahli gizi. Rasional : membantu kebutuhan nutrisi pasien dalam
perubahan pencernaan dan fungsi usus.
Implementasi Evaluasi
Tgl…….jam….. Tgl…….jam…..
Memonitor intake dan output. S:-
Hasil : intake dan output sesuai kebutuhan.O : Hasil pemeriksaan auskultasi
Menghindari makanan buah-buahan dan peristaltic usus meningkat.
hindari diet tinggi serat. A : perubahan nutrisi belum terjadi.
Hasil : ibu menghindari makanan tinggi P : pertahankan intervensi.
serat.
Mempertahankan tirah baring dan
pembatasan aktivitas selama fase akut.
Hasil: ibu membatasi aktivitas anak.
Kolaborasi dengan ahli gizi.
Hasil: kolaborasi dilakukan.
D. EVALUASI
1. kebutuhan cairan terpenuhi.
2. keluarga mengungkapkan kecemasan berkurang.
3. Hipertermi belum terjadi.
4. Perubahan nutrisi belum terjadi.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS) adalah suatu pendekatan pelayanan
terhadap balita sakit yang dikembangkan oleh WHO.Dengan MTBS dapat ditangani
secara lengkap kondisi kesehatan balita pada tingkat pelayanan kesehatan dasar, yang
memfokuskan secara integrative aspek kuratif, preventif dan promotif termasuk
pemberian nasihat kepada ibu sebagai bagian dari pemberdayaan masyarakat untuk
meningkatkan kesehatan anak Pemberian antibiotika sangat selektif sesuai klasifikasi
dan dapat dan dapat membatasi beberapa klasifikasi yang akhirnya dapat menekan
biaya pengobatan Melihat keunggulan tersebut maka dapatlah dimengerti mengapa
Indonesia termasuk salah satu pengguna dini dari pendekatan MTBS ini, bahkan
Indonesia sekarang sudah sampai tahap pemantapan implementasi.
B. Saran
Dengan mempelajari makalah mengenai manajemen terpadu balita sakit (MTBS).
diharapkan mahasiswa khususnya perawat dapat mengurangi angka kematin anak mengetahui
hal-hal apa saja yang perlu diperhatikan jika seorang dan memberikan asuhan keperawatan
yang sesuai dengan kebutuhan anak.
DAFTAR PUSTAKA
Alimul, aziz hidayat 2008. Pengantar Ilmu Kesehatan Anak untuk Pendidikan
Kebidanan.
salemba Medika Aprilia Asri R, S. Kep, Ners. Diktat Kuliah Keperawatan Anak 1. 2011.
Dr. Soedjatmiko, SpA (K), Msi, 2009, Materi presentase pada "Pelatihan Program
Kesehatan Balita Bagi Penanggung Jawab Program Kesehatan Anak". Bogor. 2009.