Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

PENGKAJIAN MTBS PENGOBATAN MTBS PENDIDIKAN


KESEHATAN PADA ANAK DAN KELUARGA MTBS

D
I
S
U
S
U
N
OLEH:
KELOMPOK 9 (Semester 4)
1.Alda : K.21.01.045
2. Sasmita :K.21.01.040
3. Zulfita Angraini : K.21.01.043
4. Wika Fitriana M.N Saing : K.21.01.041

PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN


UNIVERSITAS MEGA BUANA PALOPO
FALKUTAS KESEHATAN
T.A 2022/2023
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah yang telah memberikan banyak
kemudahan dan limpahan rezeki-Nya sehingga kami mampu menyelesaikan tugas
kelompok dalam membuat makalah yang bertajuk “Pengkajian MTBS,
pengobatan MTBS, pendidikan kesehatan pada anak dan keluarga MTBS. Kami
sadar betul dalam penggarapan makalah ini tak lepas dari bantuan banyak pihak,
termasuk Ibu Hera Heriyanti S.Kep., Ns.,M.Kep yang sudah membimbing
kelompok 9 dari mulai penggarapan sampai rampungnya makalah.

Selain itu, makalah yang kami garap masih jauh dari kata sempurna karena
keterbatasan pengalaman dan pengetahuan kami. Kiranya, kami berharap adanya saran dan
kritik untuk makalah yang baru kami buat. Terakhir, kami berharap semoga makalah bisa
memberi manfaat yang banyak bagi pembaca.
DAFTAR ISI

Halaman judul.............................................................................................i
Kata pengantar............................................................................................ii
Daftar isi......................................................................................................iii
BAB I
PENDAHULUAN......................................................................................1
a. Latar belakang......................................................................................2
b. Rumus masalah......................................................................................2
c. Tujuan.....................................................................................................2
BAB II
PEMBAHASAN.......................................................................................3
BAB III
PENUTUP........................................................................................................4
a. Kesimpulan..............................................................................................4
b. Saran.........................................................................................................4
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................5
BAB I
PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

MTBS (Manajemen Terpadu Balita Sakit) sejak tahun 1997. MTBS (Manajemen
Terpadu Balita Sakit) merupakan bentuk pelayanan kesehatan yang diberikan
untuk balita sakit dengan tujuan untuk meningkatkan derajat kesehatan serta
kualitas pelayanan kesehatan. Dikatakan terpadu karena bentuk pengelolaannya
dilaksanakan secara bersamaan dan penanganan kasusnya tidak terpisah yang
meliputi manajemen anak sakit, pemberian nutrisi, pemberian imunisasi,
pencegahan penyakit, serta konseling ibu. Bentuk pengelolaan ini dapat
dilaksanaan pada pelayanan tingkat pertama seperti di puskesmas dan polindes
(Hidayat, 2008).
Balita adalah anak usia diatas satu tahun atau anak dibawah usia 5 tahun (Muaris,
2006). Menurut Person, sakit adalah ketidakseimbangan fungsi normal tubuh
manusia, termasuk sejumlah sistem biologis dan kondisi penyesuaian. Balita sakit
adalah anak usia 1 sampai 5 tahun yang mengalami ketidakseimbangan fungsi
normal tubuh, termasuk sistem biologis. Ketika balita sakit akan berpengaruh pada
keluarga diantaranya perubahan peran, masalah keuangan serta perubahan
kebiasaan sosial dalam keluarga (Asmadi, 2008).
Dalam Handayani, 2012 pencapaian MTBS diharapkan mampu mencapai target
sebesar 100%, namun pada kenyataannya di Puskesmas Kabupaten Kulonprogo
pada tahun 2009 baru mencapai angka 49,30%, tahun 2010 sebesar 45,90% dan
tahun 2011 mencapai 55,6 % dimana hasil tersebut belum mampu mencapai target
tersebut diatas. Pendapat lain mengatakan 2
bahwa, menurut Agha, 2007 dalam penelitiannya mengatakan bahwa 31,2 %
penatalaksanaan MTBS mendapatkan dukungan pria (ayah).
Indonesia juga mengenal sistem patriarki (Syukrie, 2003) dimana masyarakat
menempatkan laki-laki lebih tinggi daripada perempuan dalam segala aspek
kehidupan sosial, ekonomi dan budaya (Pinem, 2009). Di dalam sebuah keluarga
laki-laki nantinya akan menjadi suami sekaligus ayah yang memiliki peran dan
keterlibatan dengan anak-anaknya. Lamb dalam Budi Ariyani dan Koentjoro,
2004 menjelaskan keterlibatan ayah terhadap anak meliputi tiga hal yaitu:
Engangement atau interaksi langsung satu dengan satu anak; Accesibility yaitu
kedekatan dengan anak tanpa harus melakukan interaksi langsung; Responsibility
yang berupa tanggung jawab ayah terhadap anak karena dalam bagian ini ayah
memiliki keterlibatan yang intens mencakup perencanaan, pengambilan keputusan
ayah terhadap anak, termasuk jika anak mengalami sakit. Sehingga ketika anak
mengalami sakit ayah juga memiliki kewajiban untuk mendampingi anak selama
proses pengobatan dan penyembuhan.
Hasil studi pendahuluan yang peneliti lakukan di Puskesmas Dau pada bulan Mei
tahun 2014, dari 537 kunjungan balita sakit di wilayah kerja Puskesmas Dau 97
balita sakit yang mendapatkan pelayanan MTBS. Peneliti juga menemukan
mayoritas pengunjung balita diantarkan ke poli anak oleh ibunya. Sebagian ayah
hanya mengantarkan sampai tempat parkir karena beranggapan bahwa hanya ibu
saja yang memiliki kewajiban atau peran dalam mendampingi anak ketika berobat
atau mendapatkan terapi, sehingga kebanyakan ibu hanya 3

mengantarkan anaknya ke poli anak sendirian tanpa didampingi suaminya. Belum


adanya penelitian tentang hubungan dukungan ayah dengan penatalaksanaan
balita sakit menggunakan pendekatan MTBS sebagai salah satu upaya untuk
meningkatkan derajat kesehatan balita, maka peneliti ingin mengetahui adanya
“hubungan dukungan ayah dengan penatalaksanaan balita sakit menggunakan
pendekatan MTBS.

1.2 Rumusan Masalah


1.Apa pengertian dari MTBS?
2. Apakah tujuan dari MTBS?
3. Bagaimana penilaian dan klafikasi anak sakit?
4.Bagaimana proses manajemen kasus?

1.3 Tujuan Penelitian


1. Untuk mengetahui pengertian dari MTBS
2. Untuk mengetahui penentuan Tindakan pengobatan
3. Untuk mengetahui pemberian konseling
4. Untuk mengetahui pemberian pelayanan dan Tindakan lanjut
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Definisi
Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS) merupakan pendekatan keterpaduan dalam
tatalaksana balita sakit yang datang berobat ke fasilitas rawat jalan pelayanan kesehatan dasar
yang meliputi upaya kuratif terhadap penyakit pneumonia, diare, campak, malaria, infeksi
telinga, malnutrisi, dan upaya promotif dan preventif yang meliputi imunisasi, pemberian
vitamin A dan konseling pemberian makan yang bertujuan untuk menurunkan angka
kematian bayi dan anak balita serta menekan morbiditas karena penyakit tersebut (Pedoman
Penerapan Manajemen Terpadu Balita Sakit di Puskesmas, Modul-7. 2004). Balita (bawah
lima tahun) yaitu anak umur 0-5 tahun (tidak termasuk umur 5 tahun) (MTBS, Modul 1,
2004).

2.2 Penentuan Tindakan & Pengobatan


Pada tahap ini kegiatan yang dilakukan adalah menentukan tindakan dan pengobatan
setelah diklasifikasikan berdasarkan kelompok gejala yang ada.
 Pneumonia
Tindakan yang dpat dilakukan pada maslah pneumonia dalam manajemen
terpadu balita sakit sebagai berikut.
Apabila didapatkan pneumonia berat atau penyakit sangat berat maka tindakan yang pertama
adalah :
 Berikan dosis petama antibiotika
 Pilihan pertama kontrimoksazol (Trimetoprim + sulfametoksazol) dan pilihan kedua
adalah amoksilin
 Lakukan rujukan segera
 Dehidrasi
Pada klasifikasi dehidrasi tindakan dapat dikelompokkan berdasarkan derjat dari dehidrasi,
apabila klasfikasinya dehidrasi berat maka tindakannya adalah sbb:
1. Berikan cairan intravena secepatnya, apabila anak dapat minum berikan oralit
melalui mulut sambil infus dipersiapkan, berikan 100 ml/kg ringer laktat atau NaCl
2. Lakukan monitoring setiap 1-2 jam tentang status dehidrasi, apabila belum
membaik berikan tetesan intravena
3. Berikan oralit (kurang dari 5 ml/kg/jam) segera setelah anak mau minum
4. Lakukan monitoring kembali sesudah 6 jam pada bayi atau pada anak sesudah 3
jam dan tentukan kembali status dehidrasi kemudian ditentukan status dehidrasi dan
lakukan sesuai dengan derjat dehidrasi
5. Anjurkan untuk tetap memberikan ASI

 Klasifikasi diare pesisten


Pada klasifikasi ini tindakan ditentukan oleh derajat dehidrasi, kemudian apabila ditemukan
adanya klorea maka pengobatan yang adapat dianjurkan adalah : pilihan pertama antibiotika
kotrimokzasol dan pilihan kedua adalah tetrasiklin.

 Klasifikasi Resiko Malaria


Penanganan tindakan dan pengobatan pada klasifikasi resiko malaria dapat ditentukan dari
tingkat klasifikasi, adapun tindakannya adalah sbb :

1. Pemberian kinin (untuk malaria dengan penyakit berat) secara intra muskular
2. Pemberian obat anti malaria oral (untuk malaria saja) dengan pilihan pertama adalah
klorokuin + primakuin dan pilihan kedua adalah sulfadoksin primetamin + primakuin
(untuk anak ≥ 12 bulan) dan tablet kina (untuk anak ≤ 12 bulan)
3. Setelah pemberian maka lakukan pengamatan selama 30 menit sesudah pemberian
klorokuin dan apabila dalam waktu tersebut terdapat muntah maka ulangi pemberian
klorokuin
 Klasifikasi Campak
Pada klasifikasi campak dapat dilakukan tindakan sebagai berikut :
Apabila campak dijumpai dengan komplikasi berat maka tindakannya adalah pemberian
vitamin A, antibiotik yang sesuai, saleo mata tetrasiklin atau kloramefnikol apabila dijumpai
kekeruhan pada kornea, pemberian paracetamol apabila disertai demam tinggi (38,5 derajat
celcius), kemudian apabila campak disertai komplikasi mata dan mulut ditambahkan dengan
gentian violet dan apabila hanya campak saja tidak ditemukan penyakit atau komplikasi lain
maka tindakannya hanya diberikan vitamin A.

 Klasifikasi Demam Berdarah Dengue


Pada klasifikasi demam berdarah dengue tindakan yang dapat dilakukan antara lain apabila
ditemukan maka segera berikan cairan intra vena, pertahankan kadar gula darah, apabila
dijumpai demam tinggi maka berikan paracetamol dan berikan cairan atau oralit apabila
dilakukan rujukan selama perjalanan.
Ketentuan pemberian cairan pra rujukan pada demam berdarah

1. Benrikan cairan ringer laktak apabila memungkinkan beri glukosa 5% kedalam ringer
laktak melalui intra vena apabila tidak diberikan cairan oralit atau cairan peroaral
selama perjalan.
2. Apabila tidak ada berikan cairan NaCL 10-20 ml/kgbb dalam 30 menit
3. Monitor selama setelah 30 menit dan apabila nadi teraba berikan cairan intra vena
dengan tetesan 10 ml/kgbb dalam 1 jam dan apabila nadi tidak teraba berikan cairan
15-20 ml/kgbb dalam /1 jam

 Klaifikasi masalah telinga


Tindakan dan pengobatan pada klasifikasi masalah telingah dapat dilakukan antara lain
berikan dosis pertam untuk antkbiotika yang sesuai pemberian parasetamol apabila kronis
ditambah dengan mengeringkan telingh dengan kain penyerap.
 Klasifikasi status gizi
Pada kalsifikasi statu gizi dapat dilakukan tindakan pemberian vitamin A apabilaa anak
kelihatan sangat kurus dan bengkak pada kedua kaki dan apabila dijumpai aadanya anemia
maka dapat dilakukan pemberian zat besi dan pabila daerah resiko tinggi malaria dapat
diberikan anti malaria oral piratel pamoat hanya diberikan anak berumur 4 bulan atau lebih
dan belum pernah diberikan dalam 6 bulan terakhir serta hasil pemeriksaan tinja positif
2.3 Pemberian konseling
Pada pemberian konseling yang dilakukan manajemen terpadu balita sakit umur 2 bulan
sampai dengan 5 tahun pada umumnya adalah konseling tentang:
 Konseling pemberian makan pada anak
1. Lakukan evaluasi tentang cara memberikan makanan pada anak menyatakan cara
meneteki anak, berapa kali sehari apakah pada malam hari menetek, kemudian anak
mendapat makan atau minum lain, apabila anak berat badan berdasarkan umur sangat
rendah menyatakan berapa banyak makan atau minum yang diberikan pada anak apakah
anak dapat makan sendiri dan bagaimana caranya apakah selama sakait makan ditambah
dan lain-lain.
2. Menganjurkan cara pemberian makan pada ibu
 Konseling pemberian cairan selama sakit
Pada konseling ini kasusnya setiap anak sakit dilakukan dengan cara menganjurkan ibu
agar memberi ASI lebih sering dan lebih lama setiap meneteki serta meningkatkan
kebututhan cairan seperti memberikan kua sayur, air tajin atau air matang.
 Konseling kunjungan ulang
Pada pemberian konseling tentang kunjungan ilang yang harus dilakukan pada ibu atau
keluarga apabila ditemukan tanda-tanda klasifikasi berikut dalam waktu yang ditentukan
ibu harus segera kepetugasan kesehatan.
2.4 Pemberian Pelayanan dan Tindak Lanjut
1. Pnemonia
Pemberian tindak lanjut pada masalah dilakukan sesudah 2 hari dengan melakukan
pemeriksaan tentang tanda adanya gejala pnemonia apabila didapatkan tanda bahaya umum
atau tarikan dinding dada ke dalam maka berikan 1 dosis antibiotika pilihan kedua atau
suntikan kloramfenikol dan segara lakukan rujukan, namun apabila frekuensi nafas atau
nafsu makan tidak menunjukkan perbaikan gantilah antibiotika pilihan ketiga
kemudianapabila nafas melambat atau nafsu makan membaik lanjutkan pemberian
antibiotika sampai 5 hari.
2. Diare persistem
Pada tindak lanjut masalah ini dilakukan sesudah 5 hari dengan cara mengevaluasi diare
apabila diare belum berhenti maka pelayanan tindak lanjut adalah memberikan obat yang
diperlukan dan apabila sudah berhenti maka makan sesuai umur.
3. Disentri
Pelayanan tindak lanjut untuk disentri dilakukan sesudah 2 hari dengan mengevaluasi
jumlah darah dalam tinja berkurang tentang tanda disentri apabila anak masi mengalami disentri
maka lakukan tindakan sesuai tindaka dehidrasi berdasarkan derajatnya.
4. Resiko malaria
Pelayan tindak lanjut pada resiko malaria dilkukan sesudah 2 hari apabila demam lagi dalam
14 hari dengan melakukan penilaian sebagai berikut: apabila ditemukan malaria oral pilihan
kedua bahaya umum atau kakuk kuduk maka lakukan tindakan sesuai protap.
5. Campak
Pelayanan tindak lanjut pada klasifikasi campak ini dilakukan sesudah 2 hari dengan
mengevaluasi atau memperhatikan tentang gejala yang pernah dimilikinya apabila mata masi
bernanah maka lakukan evaluasi kepada keluarga atau ibu dengan menjelaskan cara
mengobati infeksi mata jika sudah benar lakukan rujukan dan apabila kurang benar maka
ajari dengan benar
 Demam berdarah
Pada klasifikasi pelayanan tindak lanjut dilakukan sesudah 2 hari dengan melakukan
evaluasi tanda dan gejala yang ada,apabila ditemuakan tanda bahaya umum dan adanya
kaku kuduk maka lakukan tindakan sesui dengan pedoman tindakan pada penyakit demam
berdarah dengan penyakit berat,akan tetapi apabila ditemukan penyebab lain dari demam
berdarah maka berikan pengobatan yang sesuai dan apabila masih ada tanda demam
berdarah maka lakukan tindakan sebagaimana tindakan demam berdarah dan dalam waktu
7 hari masi ditemukan demam lakukan pemeriksaan lebih lanjut.
 Masalah telinga
Pada pelanyanan tindak lanjut masalah telinga ini dilakukan sesudah 5 hari dengan
mengetahui nana evaluasi tanda dan gejala yang ada,apabilah pada waktukunjungan
didapatkan pembengkakan dan nyeri dibelakang telinga dan demam tinggi maka segera
lakukan rujukan,dan apabilah masih terdapat nyeri dan keluarkan cairan atau nana maka
lakukan pengobatan antibotika selama 5 hari dengan mengerinkan bagian telinga,apabila
sudah benar anjurkan tetap mempertahankan apabila masih kurang ajari tentang cara
mengeringkannya,kemudian apabila keadaan telinga sudah tidak timbul nyeri atau tidak
keluar cairan maka lanjutkan pengobatan antibiotika sampai habis.
KASUS BAYI MUDA

A. CONTOH KASUS
An “B” umur 2 tahun, masuk RS akibat berak-berak lebih dari sepuluh hkali disertai
muntah lima kali yang dialami sejak 1 jam yang lalu. Di rumah ibu sudah memberi obat
berak-berak namun tidak berhenti, akhirnya membawa anaknya masuk RS.
Saat pengkajian ibu mengatakan anaknya masih berak namun frekuensinya mulai
menurun. BAB masih encer dan tidak berampas. Turgor kulit jelek, mata cekung dan mulut
nampak kering. Hasil pemeriksaan auskultasi peristaltic usus meningkat. Anak nampak rewel
dan sering menangis. Ibu mengatakan sangat mencemaskan keadaan anaknya. Ekspresi wajah
tegang, ibu sering bertanya tentang kondisi anaknya.
Hasil pemeriksaan tanda vital:
·         N : 132 x/mnt
·         P : 32 x/mnt
·         S : 38,2 C
Pengobatan :
·         Infus RL 32 tetes/mnt
·         Puyer 3 X 1 sdt

B. ANALISA DATA
1.  a. DS :
-          Ibu mengatakan anaknya masih berak namun frekuensinya mulai menurun.
-          Ibu mengatakan BAB masih encer dan tidak berampas.
b. DO :
Turgor kulit jelek, mata cekung dan mulut nampak kering, Nadi 132 x/mnt, Pernapasan 32
x/mnt dan suhu 38,2 C, terpasangnya infus RL 32 tetes/mnt.
c. Masalah Keperawatan :
kekurangan volume cairan dan elektrolit.
2.    a. DS :
ibu mengatakan sangat mencemaskan anaknya.
b. DO :
-          ekspresi wajah tegang
-          ibu sering bertanya tentang kondisi anaknya.
c. Masalah Keperawatan :
Kecemasan Keluarga
3.     a. faktor resiko :
suhu tubuh 38,2 C, anak nampak rewel dan sering menangis.
b. Masalah Keperawatan :
resiko hipertermi

4.    a. faktor resiko :


Hasil pemeriksaan auskultasi peristaltic usus meningkat.
b. Masalah keperawatan :
Resiko perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan.
C. DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Kekurangan volume cairan dan elektrolit b.d kehilangan berlebihan melalui feses.
·  Tujuan : dalam waktu 3x24 jam kebutuhan cairan terpenuhi dengan kriteria tidak ada tanda
dehidrasi (turgor kulit bagus, mata tidak cekung dan mulut tidak kering) dan frekuensi BAB
1-2 kali perhari dan Tanda vital dalam batas normal (N: 120-60 x/mnt, S; 36-37 C dan P: 20-
30 x/mnt).
· Intervensi :
-     Pantau tanda dan gejala kekurangan cairan. Rasional: Untuk mengetahui sejauh mana
pasien mengalami kehilangan cairan bila terus-menerus BAB.
-     Observasi tanda-tanda vital. Rasional: Dengan memonitor tanda-tanda vital diharapkan
dapat mengetahui keadaan umum pasien secara rinci sehingga bisa mengobservasi proses
perkembangan penyakit dan tingkat keberhasilan perawatan.
-     Pantau intake dan output. Rasional: upaya untuk menggganti cairan yang keluar bersama
feses.
-     Anjurkan keluarga untuk memberi minum banyak pada klien, 2-3 lt/hr. rasional: Mengganti
cairan dan elektrolit yang hilang secara oral.

Implementasi Evaluasi
Tgl 13/08/2022 .jam 13: 40 WITB Tgl 14/08/2002 .jam 14:32 WIB

          Memantau tanda dan gejala S : Ibu mengatakan anaknya masih


kekurangan cairan. berak namun frekuensinya mulai
Hasil : kekurangan cairan teratasi. menurun dan BAB masih encer dan
          Mengobservasi tanda-tanda vital. tidak berampas.
Hasil : N: 132 x/mnt, P: 32 x/mnt dan O
S: : Turgor kulit jelek, mata cekung dan
38,2 C. mulut nampak kering, Nadi 132
x/mnt, Pernapasan 32 x/mnt dan
          memantau intake dan output. suhu 38,2 C, terpasangnya infus RL
Hasil: intake dan output sesuai kebutuhan.
          Menganjurkan keluarga untuk 32 tetes/mnt.
memberi minum banyak pada klien, 2-3 A : kekurangan volume cairan belum
ltr/hr. teratasi.
Hasil: ibu mendengar dan mau P : lanjutkan intervensi.
melakukannya. 2.Kecem
asan
keluarga b.d perubahan status kesehatan anak
·  Tujuan : dalam waktu 1x24 jam kecemasan keluarga berkurang dengan kriteria hasil : ekspresi
wajah tidak tegang dan keluarga tampak tenang.
·  Intervensi :
-     Dorong keluarga pasien untuk membicarakan kecemasan dan berikan umpan balik tentang
mekanisme koping yang tepat. Rasional: mampu mengidentifikasi penyebab kecemasan.
-     Tekankan bahwa kecemasan adalah masalah umum yang terjadi pada orang tua yang
anaknya mengalami masalah sama. Rasional: membantu menurunkan kecemasan dengan
mengetahui bahwa pasien bukan satu-satunya yang mengalami masalah yang demikian.
-     Ciptakan lingkungan yang tenang. Tunjukkan sikap ramah tamah dan tulus dalam
membantu klien. Rasional: mengurangi rangsang eksternal yang dapat memicu kecemasan.

Implementasi Evaluasi
ibu mengatakan sangat
          Mendorong keluarga pasien untuk mencemaskan anaknya.
membicarakan kecemasan dan berikan O : ekspresi wajah tegang dan ibu
umpan balik tentang mekanisme koping sering bertanya tentang kondisi
yang tepat. anaknya.
Hasil : ibu membicarakan kecemasannya A : kecemasan belum teratasi.
          Menekankan bahwa kecemasan adalahP : lanjutkan intervensi.
masalah umum yang terjadi pada orang tua
yang anaknya mengalami masalah sama.
Hasil : kecemasan ibu berkurang.
          Ciptakan lingkungan yang tenang.
Tunjukkan sikap ramah tamah dan tulus
dalam membantu klien.
Hasil: kecemasan ibu berkurang.

3.         Risiko hipertermi b.d proses infeksi


·           Tujuan : Setelah dilakukan tindakan perawatan selama 2x24 jam tidak terjadi peningkatan
suhu tubuh dengan kriteria hasil : suhu tubuh normal (S : 36-37 C) serta anak tidak rewel dan
menangis.
·           Intervensi :
-     Monitor suhu tubuh setiap 2 jam. Rasional : Deteksi dini terjadinya perubahan abnormal
fungsi tubuh ( adanya infeksi)
-     Berikan kompres air hangat. Rasional : Untuk mengurangi / menurunkan rasa panas yang
disebabkan oleh infeksi.
-     Anjurkan pasien dan keluarga untuk memberikan banyak minum. Rasional : Untuk
mengurangi dehidrasi yang disebabkan oleh out put yang berlebihan.
-     Anjurkan keluarga untuk memberikan anak pakaian tipis, longgar dan menyerap keringat.
Rasional : Agar pasien merasa nyaman.
-     Kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian anti piretik. Rasional : Untuk membantu
memulihkan kondisi tubuh dan mengurangi terjadinya infeksi.

Implementasi Evaluasi
Tgl…….jam….. Tgl…….jam…..
          Memonitor suhu tubuh setiap 2 jam. S : -
Hasil : suhu tubuh dalam batas normal O : suhu tubuh 38,2 C, anak nampak
          Anjurkan pasien dan keluarga untuk rewel dan sering menangis.
memberikan banyak minum. A : hipertermi belum terjadi
Hasil: ibu mendengar dan P : pertahankan intervensi.
mau
melakukannya.
          Kolaborasi dengan tim medis dalam
pemberian anti piretik..
Hasil: kolaborasi dilakukan.

4.         Resiko perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan b.d peningkatan peristaltik usus.
·           Tujuan : Setelah dilakukan tindakan perawatan selama 3x24 jam tidak terjadi perubahan
kebutuhan nutrisi dengan kriteria penurunan peristaltik usus.
·           Intervensi :
-     Monitor intake dan output. Rasional : Untuk mengetahui berapa banyak masukan dan
pengeluaran cairan ke dalam tubuh.
-     Hindari makanan buah-buahan dan hindari diet tinggi serat. Rasional : Memungkinkan
aliran usus untuk memastikan kembali proses pencernaan, protein perlu untuk integritas
jaringan.
-     Pertahankan tirah baring dan pembatasan aktivitas selama fase akut. Rasional: menurunkan
kebutuhan metabolik.
-     Kolaborasi dengan ahli gizi. Rasional : membantu kebutuhan nutrisi pasien dalam
perubahan pencernaan dan fungsi usus.

Implementasi Evaluasi
Tgl…….jam….. Tgl…….jam…..
          Memonitor intake dan output. S:-
Hasil : intake dan output sesuai kebutuhan.O : Hasil pemeriksaan auskultasi
          Menghindari makanan buah-buahan dan peristaltic usus meningkat.
hindari diet tinggi serat. A : perubahan nutrisi belum terjadi.
Hasil : ibu menghindari makanan tinggi P : pertahankan intervensi.
serat.
          Mempertahankan tirah baring dan
pembatasan aktivitas selama fase akut.
Hasil: ibu membatasi aktivitas anak.
          Kolaborasi dengan ahli gizi.
Hasil: kolaborasi dilakukan.

D.      EVALUASI
1.      kebutuhan cairan terpenuhi.
2.      keluarga mengungkapkan kecemasan berkurang.
3.      Hipertermi belum terjadi.
4.      Perubahan nutrisi belum terjadi.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS) adalah suatu pendekatan pelayanan
terhadap balita sakit yang dikembangkan oleh WHO.Dengan MTBS dapat ditangani
secara lengkap kondisi kesehatan balita pada tingkat pelayanan kesehatan dasar, yang
memfokuskan secara integrative aspek kuratif, preventif dan promotif termasuk
pemberian nasihat kepada ibu sebagai bagian dari pemberdayaan masyarakat untuk
meningkatkan kesehatan anak Pemberian antibiotika sangat selektif sesuai klasifikasi
dan dapat dan dapat membatasi beberapa klasifikasi yang akhirnya dapat menekan
biaya pengobatan Melihat keunggulan tersebut maka dapatlah dimengerti mengapa
Indonesia termasuk salah satu pengguna dini dari pendekatan MTBS ini, bahkan
Indonesia sekarang sudah sampai tahap pemantapan implementasi.
B. Saran
Dengan mempelajari makalah mengenai manajemen terpadu balita sakit (MTBS).
diharapkan mahasiswa khususnya perawat dapat mengurangi angka kematin anak mengetahui
hal-hal apa saja yang perlu diperhatikan jika seorang dan memberikan asuhan keperawatan
yang sesuai dengan kebutuhan anak.
DAFTAR PUSTAKA

Alimul, aziz hidayat 2008. Pengantar Ilmu Kesehatan Anak untuk Pendidikan
Kebidanan.

salemba Medika Aprilia Asri R, S. Kep, Ners. Diktat Kuliah Keperawatan Anak 1. 2011.

Departemen Kesehatan RI, 2008, Modul MTBS Revisi tahun 2008.

Dr. Soedjatmiko, SpA (K), Msi, 2009, Materi presentase pada "Pelatihan Program
Kesehatan Balita Bagi Penanggung Jawab Program Kesehatan Anak". Bogor. 2009.

Stimulasi, Deteksidan Intervensi Dini Gangguan Tumbuh Kembang Balita.

Soetjiningsih, 1998. Tumbuh Kembang Anak. Jakarta: EGC Jakarta:

Anda mungkin juga menyukai