Anda di halaman 1dari 10

LINGKUNGAN HIDUP SERING KALI DIABAIKAN

DALAM PENDIDIKAN PANCASILA

Rahman Sucipto (2212850024) DKV-A

Email: rahmanisiyk@gmail.com

ABSTRAK

Indonesia saat ini sedang darurat sampah, menempati urutan ke-5


di dunia sebagai negara penyumbang sampah terbanyak. Hal ini tercatat
dalam laporan Bank Dunia yang berjudul The Atlas of Sustainable
Development Goals 2023. Mirisnya masih banyak pihak yang membuang
sampah sembarangan. Selain itu, kelestarian lingkungan hidup juga sering
kali diabaikan dalam pendidikan Pancasila. Dalam pembuatan artikel ini
metode yang digunakan adalah metode kualitatif dan kajian pustaka. Bisa
dilihat zaman sekarang alam semakin rusak. Hal ini juga didukung dengan
krisis kesadaran orang-orang tentang betapa pentingnya menjaga
kelestarian alam. Direktur Pengurangan Sampah Kementerian Lingkungan
Hidup dan Kehutanan Sinta Saptarina Soemiarno juga mengatakan, 72%
masyarakat Indonesia tidak peduli terhadap sampah. Tanpa disadari
menjaga kelestarian lingkungan merupakan bagian dari implementasi
ideologi Pancasila. Maka, diperlukan mengkaji dan membaca ulang
hubungan Pancasila dengan isu lingkungan hidup saat ini. Selain itu
mendiskusikan keberagaman alam ke dalam kebijakan publik juga
diperlukan untuk menciptakan keadilan sosial yang inklusif dan berdampak
pada keadilan lingkungan. Hal ini agar pembacaan Pancasila tidak hanya
berfokus pada kesejahteraan manusia, namun juga mempertimbangkan
aspek lingkungan hidup dalam menunjang kehidupan bermasyarakat
yang berkelanjutan.

Kata kunci: Indonesia Darurat Sampah, Lingkungan Hidup, Pancasila, Krisis


Kesadaran, Keadilan Lingkungan.
ABSTRACT

Indonesia is currently in a waste emergency, ranking 5th in the world


as the country that contributes the most waste. This was recorded in a
World Bank report entitled The Atlas of Sustainable Development Goals
2023. Sadly, there are still many people who litter. In addition, environmental
sustainability is also often ignored in Pancasila education. In making this
article the method used is qualitative method and literature review. It can
be seen today that nature is increasingly damaged. This is also supported
by the crisis of people's awareness of how important it is to preserve nature.
Sinta Saptarina Soemiarno, Director of Waste Reduction at the Ministry of
Environment and Forestry, also said that 72% of Indonesian people do not
care about waste. Without realizing it, preserving the environment is part of
the implementation of the Pancasila ideology. Therefore, it is necessary to
review and reread the relationship between Pancasila and current
environmental issues. In addition, discussing the diversity of nature into
public policy is also needed to create social justice that is inclusive and has
an impact on environmental justice. This is so that the reading of Pancasila
does not only focus on human welfare, but also considers environmental
aspects in supporting sustainable social life.

Keywords: Indonesia Waste Emergency, Environment, Pancasila, Crisis of


Consciousness, Environmental Justice.
PENDAHULUAN

Indonesia saat ini sedang darurat sampah, menempati urutan ke-5


di dunia sebagai negara penyumbang sampah terbanyak, baik sampah
anorganik maupun organik. Hal ini tercatat dalam laporan Bank Dunia yang
berjudul The Atlas of Sustainable Development Goals 2023.

Gambar 1. TPA Bantar Gebang Bekasi.


Sumber: id.wikipedia.org/22Kartika

Menurut data Kementrian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK),


pada tahun 2022, Indonesia menghasilkan sampah mencapai 19,35 juta ton.
Berdasarkan jenisnya, sampah yang dihasilkan berupa 41,55% sisa
makanan, 18,55% plastik, 13,27% kayu/ranting, 11,04% kertas, 2,86% logam,
2,54% kain, 1,96% kaca, 1,68% karet/kulit dan 6,55% sampah jenis lainnya.

Mirisnya masih banyak pihak yang membuang sampah


sembarangan, seperti ke pinggir jalan, selokan, sungai, laut, dan bahkan di
lingkungan sekitar kita. Padahal tindakan tersebut dapat menyebabkan
banjir, mencemari tanah, rusaknya ekosistem laut sehingga ikan-ikan mati,
polusi udara dari pembakaran sampah, menggangu keindahan, menjadi
sarang penyakit, dan juga merupakan salah satu penyebab dari krisis iklim
global yang terjadi saat ini.

Kita sebagai warga negara Indonesia tentunya hafal dengan sila-sila


Pancasila kan? Pancasila mengajarkan kita pentingnya nilai-nilai luhur
dalam menjalani kehidupan sehari-hari. Sering kali kelestarian lingkungan
hidup diabaikan dalam pendidikan Pancasila. Lalu, apa kaitannya Pancasila
dengan lingkungan hidup? Nah, ini merupakan hal yang akan kita bahas
dalam artikel ini.

METODE PENELITIAN

Dalam pembuatan artikel ini, saya menggunakan metode kualitatif


dan kajian pustaka. Teknik pengumpulan data diperoleh dengan
melakukan wawancara, observasi media sosial Instagram dan lingkungan
sekitar, dan riset dari internet.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Menjaga kelestarian alam ini merupakan tanggung jawab bersama.


Bisa dilihat zaman sekarang alam semakin rusak. Hal ini juga didukung
dengan krisis kesadaran orang-orang tentang betapa pentingnya
menjaga kelestarian alam. Saya salut dengan akun Instagram
@bule_sampah, @cleanhub.io, dan akun lainnya dari situ kita tahu ternyata
banyak orang luar negeri yang datang ke Indonesia dalam mengatasi
permasalahan sampah. Kita seharusnya malu, sebagai warga lokal justru
malah masih banyak yang acuh tak acuh.

Tidak dapat dipungkiri bahwa sudah ada beberapa aktivis dan


kelompok penggerak lingkungan yang berasal dari warga lokal, salah
satunya seperti yang terkenal saat ini yaitu Pandawara Group. Tetapi jika
dipersentase dengan jumlah warga Indonesia, itu hanya sedikit yang
benar-benar peduli dan sebagian besar lainnya justru tidak peduli. Direktur
Pengurangan Sampah Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan
Sinta Saptarina Soemiarno juga mengatakan, 72% masyarakat Indonesia
tidak peduli terhadap sampah. Sebenarnya tidak penting kita berasal dari
bumi belahan mana dalam mengatasi permasalahan sampah. Balik lagi ini
semua adalah tanggung jawab kita bersama sebagai penghuni bumi,
karena sampah bisa berdampak ke semua yang ada dibumi baik
pencemaran tanah, air, bahkan udara.

Setiap saya bersepeda seringkali menemukan banyak hal menarik,


ambil contoh dari lingkungan terdekat saya. Salah satunya di ISI
Yogyakarta, yang merupakan tempat saya menempuh Pendidikan
Program Studi Desain Komunikasi Visual (DKV) saat ini. Di sini saya
mengalami kesulitan dalam menemukan tempat sampah dan juga tak
jarang melihat sampah disembarang tempat. Seperti di depan gedung
rektorat, saya sering kali melihat banyak sampah dimana-mana, entah itu
bungkus rokok, putung rokok, bungkus makanan, botol plastik, bahkan ada
juga botol miras (minuman keras) tergeletak di atas rumput. Selain itu, di
sekitar kos saya tinggal yang beraada sekitar satu kilometer selatan
kampus, juga banyak didapati sampah baik di selokan, kebun, semak
belukar, pinggir jalan dan tempat lainnya.

Gambar 2. Kondisi lingkungan di sekitar kos.


Sumber: Dokumentasi Pribadi
Ketika saya menanyakan hal ini kepada beberapa teman DKV
seangkatan, mereka juga ada yang mengalami hal yang sama, yaitu sulit
menemukan tempat sampah. “Setiap pulang aku pasti bawa sampah,
gara-gara nggak nemu tong sampah,” John Natanael salah satu teman
DKV seangkatan. Tetapi ada juga yang bilang mudah saja menemukan
tempat sampah untuk di area sekitar gedung DKV, tetapi untuk di sekitar
gedung rektorat dan area lainnya akan sulit ditemukan. Tempat sampah di
ISI Yogyakarta mungkin ada tapi itu hanya sedikit dan belum lagi letaknya
yang kurang strategis sehingga susah ditemukan apalagi untuk dijangkau.

Tak lupa saya juga menanyakan pendapat tentang mengapa masih


banyak orang yang suka membuang sampah sembarangan. “Walau
nggak ada tempat sampah, kalau memang tau diri kan sampahnya bisa
disimpan dulu,” ucap Gabriel salah satu teman DKV seangkatan. Ternyata
kami sepakat bahwa penyebabnya karena faktor dari orang yang malas
dan kurangnya kesadaran tentang betapa pentingnya menjaga
lingkungan. Sebab kalau kita memiliki kesadaran, walau tidak ada tempat
sampah sekalipun kita bisa menyimpannya sampai dapat menemukan
tempat sampah kemudian baru membuangnya.

Sering kali permasalahan kelestarian lingkungan hidup seperti krisis


iklim global justru diabaikan dalam pendidikan Pancasila. Padahal bisa kita
telaah bahwa Pancasila lahir dari keanekaragaman alam yang diwujudkan
sebagai kekayaan budaya tradisional dan pengetahuan lokal yang ada.
Perlu diketahu pula, bahwa krisis iklim global saat ini akan mengancam
keanekaragaman alam yang juga akan menimbulkan banyak
permasalahan kepada negara kita. Lantas, apakah kita akan terus
mengabaikan kerusakan alam yang selalu terjadi hingga saat ini dan
mebiarkan Indonesia hancur begitu saja?

Jadi, apa kaitannya Pancasila dengan lingkungan hidup? Teman-


teman mari lihatlah betapa besarnya alam semesta ini yang telah
diciptakan oleh Tuhan. Seperti bumi kita yang juga merupakan sebuah
anugrah dari Tuhan. Kita harus selalu ingat, bahwa seluruh alam semesta
ini diciptakan untuk semua makhluk hidup. Dengan menjaga lingkungan
tanpa disadari kita telah megamalkan sila pertama Pancasila.
Adanya kebiasaan membuang sampah sembarangan,
pemabakaran hutan dan lahan, penebangan pohon secara liar dan
kegiatan merusak lingkungan lainnya juga melanggar sila kedua Pancasila.
Jika kita mengamalkan nilai sila kedua yaitu manusia yang adil dan
beradab, maka seharusnya kasus-kasus pengrusakan alam tidak akan
terjadi lagi.

Terlepas dari siapa yang benar dan salah, tidak baik bagi kita apabila
saling menyalahkan. Permasalah sampah dan kelestarian lingkungan ini
merupakan tanggung jawab kita bersama. Perlu kita sadari, gotong-royong
dan saling bahu-membahu dalam menjaga dan merawat lingkungan juga
merupakan pengamalan sila ketiga Pancasila. Nah, ketika kita melihat
sampah tidak pada tempatnya, maka kita harus membuangnya ke tempat
sampah, meskipun itu bukan milik kita.

Kemudian anak-anak juga rentan membuang sampah


sembarangan. Maka penting bagi kita untuk mengajarkan mereka agar
membuang sampah pada tempatnya. Selain itu, wawasan lingkungan
hidup ini perlu ditegaskan dalam Pendidikan di Indonesia. Hukum
lingkungan juga harus di tegakkan. Tidak hanya untuk memberikan
hukuman atau sanksi kepada pelaku perusak lingkungan, tetapi juga untuk
mencegah perbuatan yang merusak lingkungan. Hal ini merupakan
penerapan dari sila keempat Pancasila.

Kita juga harus mulai peduli dan serius dalam menjaga kelestarian
lingkungan. Caranya kita bisa memulai dari hal yang sederhana seperti
membuang sampah pada tempatnya. Kita pun bisa mengurangi sampah
plastik dengan melakukan daur ulang dan menghindari penggunaan
benda sekali pakai. Menjaga alam ini sangat penting karena merupakan
penunjang kehidupan manusia dan makhluk hidup lainnya. Jika tidak
dijaga keseimbangannya maka ini juga akan berdampak buruk
kesejahteraan kita. Hal ini merupakan penerapan dari sila kelima Pancasila.

Dengan demikian, tanpa disadari menjaga kelestarian lingkungan


merupakan bagian dari implementasi ideologi Pancasila. Dari situ kita
seharusnya tahu, bahwa membuang sampah sembarangan dan kegiatan
merusak lainnya merupakan salah satu bentuk pelanggaran terhadap
ideologi Pancasila.
KESIMPULAN

Persoalan krisis lingkungan hidup merupakan tanggung jawab


bersama yang seringkali terabaikan dalam Pendidikan Pancasila. Padahal,
jika krisis lingkungan hidup melanda negeri ini, tidak menutup kemungkinan
seluruh memori keberagaman masyarakat Indonesia, termasuk Pancasila,
akan hilang.

Kita perlu mengkaji dan membaca ulang hubungan Pancasila


dengan isu lingkungan hidup saat ini. Selama ini kita hanya peduli pada
kesejahteraan manusia dan mirisnya kita sering mengorbankan
kesejahteraan ekologis, merusak alam semata-mata demi kepentingan
dan keuntungan manusia. Kita juga perlu mendiskusikan keberagaman
alam ke dalam kebijakan publik untuk menciptakan keadilan sosial yang
inklusif dan berdampak pada keadilan lingkungan. Hal ini agar pembacaan
Pancasila tidak hanya berfokus pada kesejahteraan manusia, namun juga
mempertimbangkan aspek lingkungan hidup dalam menunjang
kehidupan bermasyarakat yang berkelanjutan.

Kita harus sadar, peduli dan serius terhadap krisis lingkungan hidup,
baik dari sisi pemerintah maupun masyarakat. Di sini, pemerintah
mempunyai peran penting dalam mengedukasi dan memberikan
pembinaan yang tepat kepada masyarakat. Media massa juga seharusnya
memberikan informasi yang lebih penting mengenai perubahan iklim
global dan dampak negatifnya, daripada menayangkan aksi kekerasan,
klenik, mitos, kawin cerai artis, dan tayangan tidak mendidik lainnya. Pada
intinya ini memerlukan komitmen seluruh masyarakat Indonesia dalam
menyikapi krisis lingkungan hidup guna menciptakan kesadaran ekologis
serta kesatuan visi dan misi masyarakat dalam pengelolaan lingkungan
hidup. Jadi, jika kita masih memandang Pancasila sebagai pedoman hidup,
maka sudah selayaknya kita memikirkan kembali kehidupan seperti apa
yang akan kita wujudkan bersama.
DAFTAR PUSTAKA

Mahaswa, Rangga Kala 2023. “Pancasila dan Lingkungan Hidup”,


https://app.komp.as/Ha698oRSpqWPrXRg8, diakses 15 Oktober 2023
pukul 22:29.

Finaka, Andrean W. dkk 2018. “Indonesia Darurat Sampah Plastik”,


https://indonesiabaik.id/infografis/indonesia-darurat-sampah-
plastik, diakses 15 Oktober 2023 pukul 22:53.

Komunikasi LCDI 2023. “Darurat Sampah di Indonesia”, https://lcdi-


indonesia.id/2023/03/07/darurat-sampah-di-indonesia/, diakses 15
Okteber 2023 pukul 22:58.

Indraswari, Debora Laksmi 2023. “Darurat Pengelolaan Sampah di


Indonesia”, https://app.komp.as/sDTPe7iyXZGq9sVMA, diakses 15
Okteber 2023 pukul 23:00.

Hudzaifi, Nino Nafan 2023. ”Buruk Tata Kelola Sampah & PR Besar Calon
Presiden Indonesia”, https://www.cnbcindonesia.com/opini
/20230525111021-14- 440475/buruk-tata-kelola-sampah-pr-besar-
calon-presiden-indonesia, diakses 16 Oktober 2023 pukul 21:06.

Finaka, Andrean W. dkk 2023. “Indonesia Darurat Sampah Plastik di Laut”,


https://indonesiabaik.id/infografis/indonesia-darurat-sampah-
plastik-laut, diakses 16 Oktober 2023 pukul 21:10.

Ahdiat, Adi 2023. ”10 Negara Penghasil Sampah Terbesar di Dunia, Ada
Indonesia”, https://databoks.katadata.co.id/datapublish/2023/06/26
/10-negara-penghasil-sampah-terbesar-di-dunia-ada-indonesia,
diakses 17 Oktober 2023 pukul 21:10.

Annur, Cindy Mutia 2023. ” RI Hasilkan 19 Juta Ton Timbulan Sampah pada
2022, Mayoritas Sisa Makanan”, https://databoks.katadata.co.id
/datapublish/2023/03/09/ri-hasilkan-19-juta-ton-timbulan-sampah
-pada-2022-mayoritas-sisa-makanan, diakses 17 Oktober 2023
pukul 21:10.

Dewi, Anita Permata; Susilo, Tunggul 2022. “KLHK: 72 persen masyarakat


Indonesia tidak peduli sampah”, https://www.antaranews.com
/berita/2723985/klhk-72-persen-masyarakat-indonesia-tidak-
peduli-sampah#mobile-src, diakses 17 Oktober 2023 pukul 21:10.

Net. Newsroom. ”Inilah Akar Permasalahan Lingkungan Hidup”. Youtube


Video, durasi 1:52, diakses 15 Oktober 2023 p dari https://youtu.be/
ruH03WooR_8? si=hvZKjQXA0BG9C3Yz.

Anda mungkin juga menyukai