Anda di halaman 1dari 2

Nama : Anisah Asma Nadia

NIM : 17231067
Kelas : B
Tugas : Naskah Public Speaking

Form Waste to Worth


Indonesia.. Kita tahu Indonesia terkenal dengan keindahan dan kekayaan alam yang luar
biasa. Tapi kita bisa lihat sekarang sampah tersebar dimana-mana, lingkungan tercemar,
ekossistem laut rusak. Persoalan pengelolaan sampah masih menjadi pekerjaan rumah besar bagi
Indonesia. Riset terbaru Sustainable Waste Indonesia (SWI) mengungkapkan sebanyak 24 persen
sampah di Indonesia masih tidak terkelola. Ini artinya, dari sekitar 65 juta ton sampah yang
diproduksi di Indonesia tiap hari, sekitar 15 juta ton mengotori ekosistem dan lingkungan karena
tidak ditangani. Sedangkan, 7 persen sampah didaur ulang dan 69 persen sampah berakhir di
Tempat Pembuangan Akhir (TPA). Dari laporan itu diketahui juga jenis sampah yang paling
banyak dihasilkan adalah sampah organik sebanyak 60 persen, sampah plastik 14 persen, diikuti
sampah kertas (9%), metal (4,3%), kaca, kayu dan bahan lainnya (12,7%). (CNN Indonesia).
Beberapa bulan yang lalu, dunia dikagetkan dengan beredarnya video seekor penyu yang
terdampar kesakitan karena sepotong kayu masuk ke dalam hidungnya, paus terdampar mati
karena memakan 10 ton sampah, seekor ikan pari kebingungan mencari makan diantara sampah
yang berterbangan di laut. Siapakah dibalik viral-nya video-video tersebut? Ternyata video
tersebut diambil tourist yang sedang berlibur ke Indonesia. Mereka aware terhadap lingkungan
kita, lalu apakah kita sudah sepeka mereka untuk menjaga lingkungan? Teman-teman, ini bukan
tentang Indonesia, dan hanya orang Indonesia yang harus menjaganyanya. Ini tentang lingkungan,
tentang bumi, tentang tempat hidup kita bersama.
Lalu, apa yang bisa kita lakukan? Sejatinya sampah terbagi menjadi 2, sampah yang dapat
kita lihat secara fisik, dan sampah yang ada di fikiran kita. Masalah ini tidak bisa diselesaikan jika
mindset kita masih sampah. Merubaha mindset dan pola hidupr amah lingkungan menjadi hal
terkecil yang bisa kita pelajari secara bertahap. Dengan mengubah kebiasaan memakai plastic
sekali pakai, seperti sedotan, air minum dalam kemasan, kantong plastic. Semua itu bisa diganti
dengan sedota stainlees, botol minum, dan tas belanja reuse.
Sebagai seorang mahasiswa seharusnya kita lebih berfikir kritis dan peka terhadap masalah
disekitar kita. Banyak sekali kampanye-kampanye untuk mengurani plastic, tapi mereka
tidakmenyiapkan solusi untuk mengganti plastic. Ada beberapa anak-anak Indonesia yang
membuat perubahan yang sangat membanggakan. Diantaranya Kevin kumala selaku CEO dari
Avanis eco, menjadi pembangun start up muda, yang focus untuk memperbaiki lingkungan dengan
mengurangi sampah dengan produk bioplastic. Kevin membuat sebuah plastic berbahan dasar serat
singkong yang dapat larut dalam air dan aman untuk dikonsumsi. Dr. Noryawati membuat riset
tentang plastic yang berasal dari rumput laut. David Cristian sebagai co-founder evoware membuat
gelas yang bisa di konsumsi. Sekilas kita tahu, teori apa yang digunakan olehnya? Kimiaaaa… yaa
teori kimia. Teori tersebut merupakan hal-hal kecil yang bisa kita pelajari selama mengenyam
bangku kuliah. Namun, apakah teori-teori yang sudah kita pelajari, sudah diaplikasikan, bahkan
bermanfaat bagi lingkungan sekitar? Jawabannya ada didalam hati teman-teman semua.
Mari kita ciptakan solusi untuk lingkungan kita menjadi lebih baik, merubah mind set
untuk mengelola sampah, mengurangi plastic dengan barang reuse. Semoga Indonesia semakin
membaik. Saya nadia, Salam hijau.

Anda mungkin juga menyukai