Oleh:
Wina Anggrayni
NIM : 220203008
2023
I. Identitas Buku
Judul Buku : Belajar dan Pembelajaran
Penulis : Dra.Hj.Andi Ebe, M.Pd.
Tahun Terbit : 2023 (cetakan ke-2)
Jumlah Halaman : 206 halaman
Tempat Terbit : Sengkang, Universitas Puangrimaggalatung
2
II. Isi (Ringkasan)
BAB I
A. Pengertian Belajar
Belajar dan pembelajaran adalah dua hal yang saling berhubungan erat dan
tidak dapat dipisahkan dalam kegiatan edukatif. Belajar dimaknai sebagai proses
perubahan perilaku sebagai hasil interaksi individu dengan lingkungannya. Adapun
pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik, dengan bahan
pelajaran, metode penyampaian, strategi pembelajaran, dan sumber belajar dalam
suatu lingkungan belajar.
Belajar menurut W. Gulö (2002) adalah suatu proses yang berlangsung di
dalam diri seseorang yang mengubah tingkah lakunya, baik tingkah laku dalam
berpikir, bersikap, dan berbuat. James O. Whittaker (Djamarah, 1999) menyatakan
bahwa pengertian belajar adalah proses dimana tingkah laku ditimbulkan atau diubah
melalui latihan atau pengalaman. Sedangkan menurut R. Gagne (Djamarah; 1999)
pengertian belajar adalah suatu proses laman) untuk memperoleh motivasi dalam
pengetahuan, belajar ketrampilan, kebiasaan dan tingkah laku.
Sedangkan menurut Udin S. Winataputra (2008) pengertian belajar adalah
proses yang dilakukan oleh manusia untuk mendapatkan aneka ragam competencies,
skills, and attitude. Kemampuan (competencies), keterampilan (skills), dan sikap
(attitude) tersebut diperoleh secara bertahap dan berkelanjutan mulai dari masa bayi
sampai masa tua melalui rangkaian proses belajar sepanjang hayat.
Belajar dapat diartikan sebagai aktifitas mental atau (psikhis) yang terjadi
karena adanya interaksi aktif antara individu dengan lingkungannya yang
menghasilkan perubahan-perubahan yang bersifat relativ tetap dalam aspek-aspek:
kognitif, psikomotor dan afektif. Perubahan tersebut dapat berubah sesuatu yang sama
sekali baru atau penyempurnaan / penigkatan dari hasil belajar yang telah di peroleh
sebelumnya.
3
Proses belajar dapat dikenali melalui beberapa karakteristiknya. Mengacu
pada definisi di atas, berikut ini adalah beberapa hal yang menggambarkan ciri- ciri
belajar:
a. Terjadi perubahan tingkah laku (kognitif, afektif, psikomotor, dan
campuran) baik yang dapat diamati maupun yang tidak dapat diamati
secara langsung.
b. Perubahan tingkah laku hasil belajar pada umumnya akan menetap atau
permanen.
c. Proses belajar umumnya membutuhkan waktu tidak sebentar dimana
hasilnya adalah tingkah laku individu.
d. Beberapa perubahan tingkah laku yang tidak termasuk dalam belajar
adalah karena adanya hipnosa, proses pertumbuhan, kematangan, hal gaib,
mukjizat, penyakit, kerusakan fisik.
e. Proses belajar dapat terjadi dalam interaksi sosial di suatu lingkungan
masyarakat dimana tingkah laku seseorang dapat karena lingkungannya.
B. Pengertian Pembelajaran
Secara umum pengertian pembelajaran adalah upaya yang dilakukan untuk
membantu seseorang atau sekelompok orang sedemikian rupa dengan maksud supaya
di samping tercipta proses belajar juga sekaligus supaya proses belajar menjadi lebih
efesien dan efektif. Itulah sebabnya Darsono (2000) mengemukakan bahwa
pembelajaran dapat dimaknai sebagai suatu kegiatan yang dilakukan oleh guru
sedemikian rupa, sehingga tingkah laku peserta didik berubah ke arah yang lebih baik.
4
pengalaman hidup. Pada hakikatnya, Trianto mengungkapkan bahwa pembelajaran
merupakan usaha sadar dari seorang guru untuk membelajarkan peserta didiknya
(mengarahkan interaksi peserta didik dengan sumber belajar lain) dengan maksud agar
tujuan nya dapat tercapai. Dari uraiannya tersebut, maka terlihat jelas bahwa
pembelajaran itu adalah interaksi dua arah dari pendidik dan peserta didik, diantara
keduanya terjadi komunikasi yang terarah menuju kepada target yang telah
ditetapkan.
5
Seseorang mempelajari bahasa untuk mengetahui segala hal yang terdapat
pada suatu bahasa, seperti sejarah, sistem bahasa, kaidah berbahasa, dan
produk bahasa seperti sastra.
6
b. Affective Domain (Kawasan afektif). Adalah kawasan yang berkaitan
dengan aspek-aspek emosional, seperti perasaan, minat, sikap, kepatuhan
terhadap moral dan sebagainya. Kawasan ini terdiri dari:
•Penerimaan (receiving/attending).
•Sambutan (responding)
•Penilaian (valuing).
•Pengorganisasian (organization).
•Karakterisasi (characterization)
c. Psychomotor Domain (Kawasan psikomotorik). Adalah kawasan yang
berkaitan dengan aspek-aspek keteram pilan yang melibatkan fungsi sistem
syaraf dan otot (neuromuscular system) dan fungsi psikis. Kawasan ini
terdiri dari:
•Kesiapan (set)
•Meniru (imitation)
• Membiasakan (habitual)
•Adaptasi (adaption)
7
BAB II
SERTA IMPLIKASINYA
8
9. Proses Belajar Psikomotor
10. Prinsip Evaluasi
9
Bagi siswa: Belajar menurut tempo kecepatan masing-masing peserta
didik/siswa.
Bagi guru: Menentukan metode sehingga dapat melayani seluruh peserta
didik/siswa.
10
BAB III
2. Teori Humanistik
Menurut teori humanistik, tujuan belajar adalah untuk memanusiakan
manusia. Proses belajar dianggap berhasil jika si pelajar memahami
lingkungannya dan dirinya sendiri. Peserta didik/siswa dalam proses belajarnya
harus berusaha agar lambat laun ia mampu mencapai aktualisasi diri dengan
sebaik-baiknya. Banyak tokoh penganut aliran humanistik, diantaranya adalah
Kolb yang terkenal dengan "Belajar Empat Tahap", honey dan Mumford dengan
pembagian tentang macam- macam peserta didik/siswa, Hubemas dengan "Tiga
macam tipe belajar", serta Bloom dan Krathwohl yang terkenal dengan
"Taksonomi Bloom".
11
Teori kontruktivisme mendefinisikan belajar sebagai aktivitas yang benar-
benar aktif, dimana peserta didik/ siswa membangun sendiri pengetahuannya,
mencari makna sendiri, mencari tahu tentang yang dipelajarinya dan
menyimpulkan konsep dan ide baru dengan pengetahuan yang sudah ada dalam
dirinya.
Beberapa karakteristik dan juga merupakan prinsip dasar teori belajar
konstruktivisme dalam pembelajaran adalah sebagai berikut:
a. Mengembangkan strategi untuk mendapatkan dan menganalisis
informasi.
b. Pengetahuan terbentuk bukan hanya dari satu prespektif, tapi dari
perspektif jamak (multiple perspective).
c. Peran peserta didik/siswa utama dalam proses pembelajaran, baik dalam
mengatur atau mengendali kan proses berpikirnya sendiri maupun
untuk ketika berinteraksi dengan lingkungannya.
d. Scaffolding digunakan dalam proses pembelajaran. Scaffolding
merupakan proses memberikan tuntunan atau bimbingan kepada
peserta didik/siswa untuk dikembangkan sendiri.
e. Pendidik berperan sebagai fasilitator, tutor dan mentor untuk
mendukung dan membimbing belajar peserta didik/siswanya.
Pentingnya evaluasi proses dan hasil belajar yang otentik.
2. Desain Pembelajaran
12
Desain pembelajaran adalah praktik penyusunan media teknologi
komunikasi dan isi untuk membantu agar dapat terjadi transfer pengetahuan secara
efektif antara guru dan peserta didik/siswa. Proses ini berisi penentuan status awal
dari pemaha man peserta didik/siswa, perumusan tujuan pembel ajaran, dan
merancang “perlakuan” berbasis-media untuk membantu terjadinya transisi.
Idealnya proses ini ber dasar pada informasi dari teori belajar yang sudah teruji
secara pedagogis dan dapat terjadi hanya pada siswa, dipandu oleh guru, atau
dalam latar berbasis komunitas. Hasil dari pembelajaran ini dapat diamati secara
dan dapat diukur ilmiah atau benar-benar tersembunyi dan hanya berupa asumsi.
3. Model Pembelajaran
a) Model Pembelajaran Joyce
Joyce (2000) mengemukakan ada empat rumpun model pembelajaran
yakni;
a. Rumpun model interaksi sosial, yang lebih berorientasi pada
kemampuan memecahkan berbagai persoalan sosial ke masyarakat.
b. Model pemorosesan informasi, yakni rumpun pembelajaran yang lebih
berorientasi pada pengusaan disiplin ilmu.
c. Model pengembangan pribadi, rumpun model ini lebih berorientasi pada
pengembangan kepribadian peserta belajar.
d. Behaviorism yakni model yang berorientasi pada perubahan prilaku
Desain pembelajaran merupakan proses keseluruhan tentang kebutuhan
dan tujuan belajar serta sistem penyam paiannya. Termasuk di dalamnya
adalah pengembangan bahan dan kegiatan pembelajaran, uji coba dan
penilaian bahan, serta pelaksanaan kegiatan pembelajarannya. Untuk
memahami lebih jauh tentang teori dan aplikasi desain pembelajaran. Dikenal
berbagai model desain pembelajaran dengan menggunakan pendekatan-pende
katan tertentu.
Beberapa model yang akan dikembangkan dalam pengembangan model
instruksional yang menghasilkan produk model pembelajaran yaitu Model
David Merrill, Model Robert Gagne, Model Gerlach dan Ely, Model
ASSURE, Model ADDIE, Model Dick and Carey, dan MPI Atwi Suparman
b) Model David Merril
13
Model pembelajaran David Merril ini dimulai dengan model desain
instruksional yang menunjukkan lingkungan belajar yang efektif adalah
berbasis masalah dan melibatkan peserta didik/siswa dalam empat tahap yang
berbeda dari pembelajaran:
1) Aktivasi pengalaman sebelumnya,
2) Demonstrasi keterampilan,
3) Penerapan keterampilan dan
4) Integrasi atau keterampilan ke dalam kegiatan dunia nyata.
c) Model Robert Gagne
Peristiwa pengembangan model pembelajaran yang dikembangkan
Gagne berdasarkan empat fase yaitu:
1) Fase perhatian
2) Fase retensi
3) Fase reproduksi
4) Fase motivasi
Model pengembangan pembelajaran Robert Gagne adalah hasil sintesis
ide dari behaviorisme dan kogniti visme untuk menghasilkan hasil belajar
dengan domain kognitif, afektif dan psikomotor. Proses pembelajaran
selanjutnya adalah serangkaian peristiwa pembelajaran (conditions of
learning) yang mencerminkan peristiwa- peristiwa pembelajaran.
d) Model Gerlach dan Ely
Model Gerlach dan Ely dikembangkan sejak tahun 1971 dan cocok
diterapkan untuk lembaga pendidikan karena produk model Gerlach dan Ely
ini merupakan produk teknologi pendidikan yang menghasilkan perencanaan
pembelajaran yang sistematis. Tujuan pembelajaran yang efektif dan efesien
melalui media Pendidikan.
e) Model ASSURE
Model desain pembelajaran ASSURE dikembangkan oleh Sharon
Smaldino, Robert Henich, James Russell dan Michael Molenda dan model ini
dapat digunakan untuk menetapkan pengalaman belajar yang dapat membantu
peserta didik/siswa dalam mencapai kompetensi yang diinginkan. Langkah
awalnya mengenal peserta didik/ siswa dengan mengenal dan mengetahui
profil peserta didik/siswa yang akan menempuh proses belajar, guru,
14
instruktur, pelatih dan perancang program pembelajaran dapat menentukan
kompetensi yang sesuai dan perlu dicapai.
f) Model ADDIE (Analytic, Design, Development, Implementation,
Evaluation)
Model pembelajaran ADDIE ini prosedurnya cocok untuk
pengembangan model pembelajaran kelas yang sederhana, dan untuk
mengetahui pencapaian pembel ajaran dengan menerapkan evaluasi sederhana
yaitu evaluasi formatif bagi peserta didik/siswa.
g) Model Dick and Carey
Model Dick and Carey Model Dick and Carey dalam bukunya The
Systematic Design of Instruction bahwa sistem model pengembangan
pembelajaran mengacu pada 10 sepuluh tahapan pengembangan yaitu:
1) Identifikasi tujuan Pembelajaran
2) Analisis pembelajaran
3) Identifikasi perilaku awal
4) Menuliskan tujuan
5) Mengembangkan tes
6) Mengembangkan strategi pembelajaran
7) Mengembangkan dan memilih bahan pembelajaran
8) Mengembangkan evaluasi formatif
9) Mengembangkan evaluasi somatif
10) Revisi
h) MPI Atwi Suparman
Suparman (2011) menyatakan untuk merancang model pembelajaran
diperlukan sebuah pendekatan agar memudahkan instructional designer
merancang dan mengembangkan sebuah proses pembelajaran menjadi efektif
dan efesien dalam memfasilitasi pencapaian tujuan pembelajaran.
15
BAB IV
A. Teknik Pembelajaran
Menurut Cambourne dalam Ahdar Djamaluddin (2019) menyatakan bahwa
"proses pembelajaran dapat didefinisi kan sebagai menjalin hubungan,
mengidentifikasi pola-po la belajar, mengorganisasikan bagian-bagian kecil pengeta
huan, perilaku, aktivitas yang semula tidak berkaitan, men jadi suatu pola baru yang
utuh menyeluruh bagi siswa"
Dari pendapat Cambourne tersebut dapat disimpulkan bahwa siswa diharuskan
aktif dalam kegiatan belajar mengajar. Bukan guru yang terus menerus memberikan
materi, akan tetapi siswa mencari sendiri materi yang dibutuhkan. Apabila ada
kesulitan, baru bertanya pada gurunya. Jadi, guru hanya sebagai fasilitator
pendamping peserta didik/siswa.
Berdasarkan teori konstruktivisme, fasilitator adalah seseorang yang membantu
peserta didik/siswa untuk belajar dan memiliki keterampilan-keterampilan yang
diperlukan dalam mencapai tujuan pembelajaran. Dalam melakukan pembelajaran
aktif di kelas, tentu ada teknik- tekniknya. Contoh-contoh teknik pembelajaran aktif
adalah yang dikembangkan oleh Donald R. Paulson dari Jurusan Kimia dan Biokimia
California State University di Los Angeles dan Jennifer L. Faust dari Jurusan Filsafat
di California State University berpendapat bahwa pembelaja ran aktif dikembangkan
tidak untuk menggantikan metode ceramah (lecturing) yang umum dipilih sebagai
metode pembelajaran oleh para dosen di perguruan tinggi, tetapi dikembangkan
sebagai alternative atau pelengkap yang cerdas dari implementasi metode ceramah.
Teknik-teknik yang dikembangkan oleh Paulson dan Faust (dalam Ahdar
Djamaluddin, 2019) antara lain sebagai berikut:
1) Teknik Pembelajaran Kertas Satu Menit (One Minute Paper)
2) Teknik Pembelajaran Butir Terjelas (Clearest Point)
3) Teknik Pembelajaran Tanggapan Aktif (Active Response)
4) Teknik Pembelajaran Jurnal Harian (Daily Journal)
16
5) Teknik Pembelajaran Kuis Bacaan (Reading Quiz)
6) Teknik Pembelajaran Ringkasan Mahasiswa atau Peserta Didik/Siswa (Student
Summary)
17
c) Pengajar mengendalikan sepenuhnya organisasi, bahan ajar, dan irama
pembelajaran.
d) Mimbar utama bagi pengajar dengan kualifikasi pakar.
e) Bila kuliah diberikan dengan baik, menimbulkan inspirasi dan
stimulasi bagi siswa.
f) Metode assessment cepat dan mudah.
Kekurangan
a) Pengajar mengendalikan pengetahuan sepenuhnya,tidak ada partisipasi
dari pembelajar terjadi komunikasi satu arah, tidak merangsang siswa
untuk mengemukakan pendapatnya.
b) Tidak kondusif terjadinya critical thinking.
c) Mendorong pembelajaran pasif.
d) Suasana tidak optimal untuk pembelajaran secara aktif dan mandiri.
4. Student Centered Learning (SCL)
Sedangkan student centered learning (SCL) adalah proses yang berpusat
pada siswa (learner centered) diharapkan dapat mendorong siswa untuk terlibat
secara aktif dalam membangun pengetahuan, sikap dan perilaku.
Kelebihan
a) Mengaktifkan siswa
b) Mendorong siswa menguasai pengetahuan
c) Mengenalkan hubungan antara pengetahuan dan dunia nyata
d) Mendorong pembelajaran secara aktif dan berpikir kritis
e) Mengenalkan berbagai macam gaya belajar
f) Memperhatikan kebutuhan dan latar belakang Pembelajar
Kekurangan
a) Sulit diimplementasikan pada kelas besar.
b) Memerlukan waktu lebih banyak. Tidak efektif untuk semua jenis
kurikulum.
c) Tidak cocok untuk peserta didik/siswa yang tidak terbiasa aktif,
mandiri, dan demokratis.
18
BAB V
PENGEMBANGAN MATERI PEMBELAJARAN
19
Fakta adalah segala hal yang berwujud kenyataan dan kebenaran, meliputi
nama-nama objek, peristiwa, lam bang, nama tempat, nama orang dan lain
sebagainya.
2. Konsep
Konsep adalah segala yang berwujud pengertian- pengertian baru yang
bisa timbul sebagai hasil pemiki ran, meliputi definisi, pengertian, ciri
khusus, hakikat, inti/isi dan sebagainya.
3. Prinsip
Prinsip adalah berupa hal-hal pokok dan memiliki posisi terpenting
meliputi dalil, rumus, paradigm, teori serta hubungan antar konsep yang
menggambarkan implikasi sebab akibat.
4. Prosedur
Prosedur merupakan langkah-langkah sistematis atau berurutan dalam
melakukan suatu aktivitas dan kronologi suatu sistem.
5. Sikap atau nilai
Sikap atau nilai merupakan hasil belajar aspek sikap. Contoh: Pemanfaatan
lingkungan hidup dan pembangu nan berkelanjutan, yaitu pengertian
lingkungan, kompo nen ekosistem, lingkungan hidup sebagai sumber daya,
pembangunan berkelanjutan.
3. Prinsip-prinsip Penentuan Materi
Sehubungan dengan pengembangan materi pembel ajaran, Hamid Darmadi
(2010) mengemukakan beberapa prinsip dalam menyusun dan memilih materi
pembel ajaran, yang harus diperhatikan, yaitu:
a) Prinsip relevansi (keterkaitan)
b) Prinsip konsistensi (keajegan)
c) Prinsip kecukupan.
4. Cakupan Materi Pembelajaran
Dalam cakupan atau ruang lingkup materi pembel ajaran harus
memperhatikan beberapa aspek berikut:
a) Aspek kognitif, aspek afektif atau aspek psikomotor, karena ketika
sudah diimplementasikan dalam proses pembelajaran maka tiap-tiap
jenis uraian materi tersebut memerlukan strategi dan media
pembelajaran yang berbeda-beda.
20
b) Keluasan materi berarti menggambarkan seberapa banyak materi-
materi yang dimasukkan ke dalam suatu materi pembelajaran.
c) Kecakupan atau memadainya cakupan materi juga perlu diperhatikan.
Memadainya cakupan aspek materi pembelajaran akan sangat
membantu tercapainya penguasaan kompetensi dasar yang telah
ditentukan.
5. Kegiatan Pembelajaran
Kegiatan Pembelajaran adalah suatu proses yang mengandung
serangkaian kegiatan guru dan siswa atas. Dasar hubungan timbal balik yang
berlangsung dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan tertentu.
21
a. Sebagai petunjuk arah kegiatan dalam mencapai tujuan pembelajaran
yang dilakukan
b. Sebagai pola dasar dalam mengatur tugas dan wewenang bagi setiap
unsur yang terlibat dalam kegiatan pembelajaran
22
BAB VI
MASALAH BELAJAR & PEMBELAJARAN
Masalah adalah sesuatu yang tidak disukai adanya, menimbulkan masalah bagi
diri sendiri dan atau orang lain, ingin atau perlu dihilangkan. Belajar juga
diartikan sebagai sesuatu proses yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu
perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalaman
individu itu sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Jadi masalah belajar
adalah suatu kondisi tertentu yang diala mi oleh siswa dan proses yang dilakukan
individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara
keseluruhan. Kondisi tertentu itu dapat berkenaan dengan keadaan dirinya yaitu
berupa kelemahan-kelemahan dan dapat juga berkenaan dengan lingkungan yang
tidak menguntungkan bagi dirinya. Masalahmasalah belajar ini tidak hanya
dialami oleh siswa-siswa yang lambat saja dalam belajarnya, tetapi juga dapat
menimpa siswa-siswa yang pandai atau cerdas.
23
b) Dari segi kurikulum
1) Materi cenderung lebih tinggi untuk tingkat kemam puan peserta didik.
2) Kurikulum yang sering berubah membuat guru sulit menjalankannya di
sekolah.
c) Dari segi peserta didik
1) Kemandirian dan strategi belajar kurang baik.
2) Kurang efektif memanfaatkan waktu dan sumber belajar.
3) Aktivitas bertanya di kelas rendah.
d) Dari segi orang tua
1) Kurangnya perhatian orang tua, disiplin, kepedulian, bimbingan
belajar, & fasilitas belajar di rumah.
2) Kuatnya pengaruh televisi di rumah sedangkan orang tua tidak dapat
mencegahnya.
3) Orang tua yang tidak mengenali bakat anaknya.
e) Dari segi manajerial
1) Kurangnya perhatian pimpinan terhadap sarana dan prasarana sains
baik laboratorium maupun media.
2) Pelatihan meningkatkan mutu guru belum merata.
f) Dari segi pemerintah
1) Kurang optimalnya perhatian pemerintah dalam pengadaan sarana,
fasilitas laboratorium, dan buku- buku perpustakaan sekolah.
2) Adanya intervensi birokrat yang terlalu jauh terhadap kebijakan
pendidikan. Misalnya pengangkatan kepala sekolah.
g) Dari segi lingkunga atau masyarakat
1) Lingkungan masyarakat kurang kondusif mendu kung suasana belajar.
2) Kemajuan teknologi berpengaruh negatif terhadap konsentrasi belajar
peserta didik.
24
Motivasi Belajar
Konsentrasi Belajar
Mengolah bahan belajar
Menyimpan perolehan hasil belajar
Menggali hasil belajar yang tersimpan
Kemampuan berprestasi
Rasa percaya diri peserta didik/siswa
Intelegensi
Kebiasaan belajar
Cita-cita peserta didik
b) Faktor Eksternal
Lingkungan sekolah antara lain:
o Sifat kurikulum yang kurang fleksibel
o Terlalu berat beban belajar (peserta didik) dan untuk mengajar
(guru)
Lingkungan keluarga:
o Keadaan ekonomi
o Tuntutan orang tua
o Hubungan antar sesama keluarga
Lingkungan masyarakat
o Media cetak seperti komik, buku-buku pornografi dan
sebagainya.
2. Faktor Penyebab Munculnya Masalah Pembelajaran
a) Faktor Fisiologis
b) Faktor Sosial
c) Faktor Kejiwaan
d) Faktor Intelektual
e) Faktor Kependidikan
25
b) Kegiatan Pengayaan
c) Peningkatan motivasi belajar
d) Pengembangan sikap dan kebiasaan belajar yang baik
e) Layanan konseling individual
2. Upaya Mengatasi Masalah dalam pembelajaran
a) Dari segi guru
Guru harus menguasai kompetensi guru yang meliputi kompetensi
pedagogik, kepribadian, sosial, dan profesional (sesuai U No. 14
Tahun 2005) atau kompetensi profesional, sosial dan personal (sesuai
Depdikbud 1990).
b) Dari segi siswa
o Peserta didik/siswa harus meningkatkan minat baca dengan
memotivasi diri belajar dari hal yang dianggap mudah.
o Peserta didik/siswa harus berusaha membagi waktu seefisien
mungkin.
c) Menelaah atau menetapkan status siswa.
d) Memperkirakan sebab terjadinya masalah belajar.
26