Anda di halaman 1dari 26

RINGKASAN

BUKU BELAJAR DAN PEMBELAJARAN

Dosen Pengampu : Dra.Hj.Andi Ebe, M.Pd.

Oleh:
Wina Anggrayni
NIM : 220203008

PENDIDIKAN BAHASA INDONESIA


FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS PUANGRIMAGGALATUNG

2023
I. Identitas Buku
Judul Buku : Belajar dan Pembelajaran
Penulis : Dra.Hj.Andi Ebe, M.Pd.
Tahun Terbit : 2023 (cetakan ke-2)
Jumlah Halaman : 206 halaman
Tempat Terbit : Sengkang, Universitas Puangrimaggalatung

2
II. Isi (Ringkasan)

BAB I

HAKIKAT BELAJAR DAN PEMBELAJARAN

A. Pengertian Belajar
Belajar dan pembelajaran adalah dua hal yang saling berhubungan erat dan
tidak dapat dipisahkan dalam kegiatan edukatif. Belajar dimaknai sebagai proses
perubahan perilaku sebagai hasil interaksi individu dengan lingkungannya. Adapun
pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik, dengan bahan
pelajaran, metode penyampaian, strategi pembelajaran, dan sumber belajar dalam
suatu lingkungan belajar.
Belajar menurut W. Gulö (2002) adalah suatu proses yang berlangsung di
dalam diri seseorang yang mengubah tingkah lakunya, baik tingkah laku dalam
berpikir, bersikap, dan berbuat. James O. Whittaker (Djamarah, 1999) menyatakan
bahwa pengertian belajar adalah proses dimana tingkah laku ditimbulkan atau diubah
melalui latihan atau pengalaman. Sedangkan menurut R. Gagne (Djamarah; 1999)
pengertian belajar adalah suatu proses laman) untuk memperoleh motivasi dalam
pengetahuan, belajar ketrampilan, kebiasaan dan tingkah laku.
Sedangkan menurut Udin S. Winataputra (2008) pengertian belajar adalah
proses yang dilakukan oleh manusia untuk mendapatkan aneka ragam competencies,
skills, and attitude. Kemampuan (competencies), keterampilan (skills), dan sikap
(attitude) tersebut diperoleh secara bertahap dan berkelanjutan mulai dari masa bayi
sampai masa tua melalui rangkaian proses belajar sepanjang hayat.
Belajar dapat diartikan sebagai aktifitas mental atau (psikhis) yang terjadi
karena adanya interaksi aktif antara individu dengan lingkungannya yang
menghasilkan perubahan-perubahan yang bersifat relativ tetap dalam aspek-aspek:
kognitif, psikomotor dan afektif. Perubahan tersebut dapat berubah sesuatu yang sama
sekali baru atau penyempurnaan / penigkatan dari hasil belajar yang telah di peroleh
sebelumnya.

3
Proses belajar dapat dikenali melalui beberapa karakteristiknya. Mengacu
pada definisi di atas, berikut ini adalah beberapa hal yang menggambarkan ciri- ciri
belajar:
a. Terjadi perubahan tingkah laku (kognitif, afektif, psikomotor, dan
campuran) baik yang dapat diamati maupun yang tidak dapat diamati
secara langsung.
b. Perubahan tingkah laku hasil belajar pada umumnya akan menetap atau
permanen.
c. Proses belajar umumnya membutuhkan waktu tidak sebentar dimana
hasilnya adalah tingkah laku individu.
d. Beberapa perubahan tingkah laku yang tidak termasuk dalam belajar
adalah karena adanya hipnosa, proses pertumbuhan, kematangan, hal gaib,
mukjizat, penyakit, kerusakan fisik.
e. Proses belajar dapat terjadi dalam interaksi sosial di suatu lingkungan
masyarakat dimana tingkah laku seseorang dapat karena lingkungannya.
B. Pengertian Pembelajaran
Secara umum pengertian pembelajaran adalah upaya yang dilakukan untuk
membantu seseorang atau sekelompok orang sedemikian rupa dengan maksud supaya
di samping tercipta proses belajar juga sekaligus supaya proses belajar menjadi lebih
efesien dan efektif. Itulah sebabnya Darsono (2000) mengemukakan bahwa
pembelajaran dapat dimaknai sebagai suatu kegiatan yang dilakukan oleh guru
sedemikian rupa, sehingga tingkah laku peserta didik berubah ke arah yang lebih baik.

Proses pembelajaran ditandai dengan adanya interaksi edukatif yang terjadi,


yaitu interaksi yang sadar akan tujuan. Interaksi ini berakar dari pihak pendidik (guru)
dan kegiatan belajar secara paedagogis pada diri peserta didik, berproses secara
sistematis melalui tahap rancang baban, pelaksanaan, dan evaluasi. Pembelajaran
tidak terjadi seketika, melainkan berproses melalui tahapan-tahapan pembelajaran,
pendidik menfasilitasi peserta didik agar dapat belajar dengan baik. Dengan adanya
interaksi tersebut maka akan menghasil kan proses pembelajaran yang efektif
sebagaimana yang telah diharapkan. (Muh. Sain Hanafy, 2014)

Menurut Trianto (2009), pembelajaran adalah aspek kegiatan yang kompleks


dan tidak dapat dijelaskan sepe nuhnya. Secara sederhana, pembelajaran dapat
diartikan sebagai produk interaksi berkelanjtan antara pengem bangan dan

4
pengalaman hidup. Pada hakikatnya, Trianto mengungkapkan bahwa pembelajaran
merupakan usaha sadar dari seorang guru untuk membelajarkan peserta didiknya
(mengarahkan interaksi peserta didik dengan sumber belajar lain) dengan maksud agar
tujuan nya dapat tercapai. Dari uraiannya tersebut, maka terlihat jelas bahwa
pembelajaran itu adalah interaksi dua arah dari pendidik dan peserta didik, diantara
keduanya terjadi komunikasi yang terarah menuju kepada target yang telah
ditetapkan.

Ciri-ciri pembelajaran sebagai berikut:


a. Merupakan upaya sadar dan disengaja;
b. Pembelajaran harus membuat peserta didik;
c. Tujuan harus ditetapkan terlebih dahulu sebelum proses dilaksanakan;
d. Pelaksanaannya terkendali, baik isinya, waktu, proses maupun hasil.
Halliday dalam Goodman, dkk., (1987) menyatakan ada tiga tipe belajar
yang melibatkan bahasa.
a. Belajar Bahasa
Seseorang mempelajari suatu bahasa dengan fokus pada penguasaan
kemampuan berbahasa atau kemampuan berkomunikasi melalui bahasa yang
digunakan nya. Kemampuan ini melibatkan dua hal, yaitu:
1) Kemampuan untuk menyampaikan pesan, baik secara lisan (melalui
berbicara) maupun tertulis (melalui menulis),
2) Kemampuan memahami, menafsirkan, & menerima pesan, baik yang
disampaikan secara lisan (melalui kegiatan menyimak) maupun tertulis
(melalui kegia tan membaca).
Secara implisit, kemampuan-kemampuan itu tentu saja melibatkan
penguasaan kaidah bahasa serta pragmatik Kemampuan pragmatik
merupakan kesang gupan pengguna bahasa untuk menggunakan bahasa
dalam berbagai situasi yang berbeda-beda, sesuai dengan kebutuhan, tujuan,
dan konteks berbahasa itu sendiri
b. Belajar melalui Bahasa
Seseorang menggunakan bahasa untuk mempelajari pengetahuan, sikap,
keterampilan. Dalam konteks ini bahasa berfungsi sebagai alat untuk
mempelajari sesuatu, seperti Matematika, IPA, dan Sejarah.
c. Belajar tentang Bahasa.

5
Seseorang mempelajari bahasa untuk mengetahui segala hal yang terdapat
pada suatu bahasa, seperti sejarah, sistem bahasa, kaidah berbahasa, dan
produk bahasa seperti sastra.

C. Tujuan Belajar dan Pembelajaran


Tujuan belajar adalah sejumlah hasil belajar yang menunjukkan bahwa peserta
didik/siswa telah melakukan tugas belajar, yang umumnya meliputi pengetahuan,
keterampilan dan sikap-sikap yang baru, yang diharapkan tercapai oleh peserta
didik/siswa. Tujuan belajar adalah suatu deskripsi mengenai tingkah laku yang
diharapkan tercapai oleh peserta didik/siswa setelah berlangsungnya proses belajar.
Tujuan pembelajaran pada hakekatnya adalah tentang perilaku hasil belajar
(kognitif, psikomotor, dan afektif) yang diharapkan untuk dimiliki (dikuasai) oleh si
pelajar setelah si pelajar mengalami proses belajar dalarn jangka waktu tertentu.
Menurut Abudin Nata (2009) Tujuan pembelajaran adalah faktor yang sangat
penting dalam proses pembelajaran. Dengan adanya tujuan, maka guru memiliki dan
sasaraan yang akan dicapai dalam kegiatan mengajar. Apabila tujuan pembelajaran
sudah jelas dan tegas, maka langkah dan kegiatan pembelajaran akan lebih terarah.
Tujuan dalam pembelajaran yang telah dirumus kan hendaknya disesuaikan dengan
ketersediaan waktu, sarana prasarana dan kesiapan peserta didik. Sehubungan hal itu,
maka seluruh kegiatan guru dan peserta didik harus diarahkan pada tercapainya tujuan
yang telah diharapkan.
Dalam proses belajar pasti ada suatu tujuan yang ingin dicapai, ada beberapa
hal yang menjadi tujuan dalam belajar. Klasifikasi hasil belajar menurut Benyamin
Bloom (Nana Sudjana, 2010) yaitu:
a. Cognitive Domain (Kawasan Kognitif). Adalah kawasan yang berkaitan
dengan aspek-aspek intelektual atau logis yang bisa diukur dengan pikiran
atau nalar. Kawasan ini tediri dari:
•Pengetahuan (Knowledge).
•Pemahaman (Comprehension). •Penerapan (Aplication)
•Penguraian (Analysis).
•Memadukan (Synthesis).
•Penilaian (Evaluation).

6
b. Affective Domain (Kawasan afektif). Adalah kawasan yang berkaitan
dengan aspek-aspek emosional, seperti perasaan, minat, sikap, kepatuhan
terhadap moral dan sebagainya. Kawasan ini terdiri dari:
•Penerimaan (receiving/attending).
•Sambutan (responding)
•Penilaian (valuing).
•Pengorganisasian (organization).
•Karakterisasi (characterization)
c. Psychomotor Domain (Kawasan psikomotorik). Adalah kawasan yang
berkaitan dengan aspek-aspek keteram pilan yang melibatkan fungsi sistem
syaraf dan otot (neuromuscular system) dan fungsi psikis. Kawasan ini
terdiri dari:
•Kesiapan (set)
•Meniru (imitation)
• Membiasakan (habitual)
•Adaptasi (adaption)

7
BAB II

PRINSIP BELAJAR & PEMBELAJARAN

SERTA IMPLIKASINYA

A. Prinsip Belajar dan Pembelajaran


Untuk menciptakan dan menghasilkan kegiatan belajar dan pembelajaran yang
berprestatif dan menyenangkan, perlu diketahui berbagai landasan yakni prinsip-prinsip
belajar. Prinsip ini dijadikan sebagai dasar dalam upaya pembelajaran, baik bagi siswa
maupun bagi guru dalam upaya mencapai hasil yang diinginkan.
Prinsip adalah sesuatu yang dipegang sebagai panutan yang utama dan menjadi
dasar dalam upaya pembelajaran, baik bagi siswa maupun bagi guru dalam upaya
mencapai hasil yang diinginkan agar proses belajar mengajar dapat berjalan dengan baik
antara pendidik dan peserta didik siswa.
Jadi Prinsip Belajar adalah suatu hubungan yang terjadi antara peserta didik/siswa
dengan pendidik agar peserta didik/siswa mendapat motivasi belajar yang berguna bagi
dirinya sendiri. Prinsip belajar dapat digunakan sebagai landasan berfikir, landasan
berpijak, dan sumber motivasi agar proses belajar dan pembelajaran dapat berjalan
dengan baik antara guru dan peserta didik/siswa.
Ada beberapa prinsip yang relatif berlaku umum yang dapat dipakai sebagai dasar
dalam upaya pembel ajaran, yang baik bagi peserta didik/siswa untuk meningkatkan
upaya belajarnya maupun bagi guru yang digunakan untuk meningkatkan upaya
mengajarnya.
Rothwal (1961) dalam Clark L.H (1968) mengemukakan prinsip-prinsip yang
berkenaan dengan proses belajar dan pembelajaran sebagai berikut:
1. Prinsip Kesiapan (Readiness)
2. Prinsip Motivasi (Motivation)
3. Prinsip Persepsi
4. Prinsip Tujuan
5. Prinsip Perbedaan Individual
6. Prinsip Transfer dan Retensi
7. Prinsip Belajar Kognitif
8. Prinsip Belajar Afektif

8
9. Proses Belajar Psikomotor
10. Prinsip Evaluasi

B. Implikasi Prinsip Belajar dan Pembelajaran


a) Perhatian dan motivasi
 Bagi siswa : Dituntut memberikan perhatian terhadap semua rangsangan
yang mengarah pada tercapainya tujuan belajar.
 Bagi guru : Memilih bahan ajar yang diminati peserta didik/siswa.
b) Keaktifan
 Bagi siswa : Dituntut dapat memproses dan mengolah hasil belajarnya
secara efektif serta aktif baik secara fisik, intelektual dan emosional.
 Bagi guru : Memberikan kesempatan pada peserta didik/siswa untuk
melakukan eksperimen sendiri
c) Keterlibatan langsung
 Bagi siswa: Dituntut agar peserta didik/siswa mengerjakan sendiri tugas
yang diberikan guru kepada mereka.
 Bagi guru : Melibatkan peserta didik/siswa dalam mencari informasi,
merangkum informasi dan menyimpulkan informasi.
d) Pengulangan
 Bagi siswa: Kesadaran peserta didik/siswa dalam mengerjakan latihan-
latihan yang berulang- ulang
 Bagi guru : Merancang hal-hal yang perlu di ulang.
e) Tantangan
 Bagi siswa: Diberikan suatu tanggungjawab untuk mempelajari sendiri
dengan melakukan eksperimen, belajar mandiri dan mencari pemecahan
sendiri dalam menghadapi permasalahan.
 Bagi guru: Memberikan tugas pada peserta didik/siswa dalam memecahan
permasa- lahan.
f) Balikan dan Penguatan
 Bagi siswa: Mencocokan jawaban antara peserta didik/siswa dengan guru.
 Bagi guru: Memberikan jawaban yang benar dan memberikan kesimpulan
dari materi yang telah dijelaskan atau di bahas.
g) Perbedaan Individual

9
 Bagi siswa: Belajar menurut tempo kecepatan masing-masing peserta
didik/siswa.
 Bagi guru: Menentukan metode sehingga dapat melayani seluruh peserta
didik/siswa.

10
BAB III

TEORI DAN MODEL DESAIN PEMBELAJARAN

A. Teori-teori Belajar & Pembelajaran


1. Teori Behaviorisme
Behaviorisme adalah teori perkembangan perilaku, yang dapat diukur,
diamati dan dihasilkan oleh respon pelajar terhadap rangsangan. Tanggapan
terhadap rangsangan dapat diperkuat dengan umpan balik positif atau negatif
terhadap perilaku kondisi yang diinginkan. Teori ini lalu berkembang menjadi
aliran psikologi belajar yang berpengaruh terhadap arah pengembangan teori dan
praktik pendidikan dan pembelajaran yang dikenal sebagai aliran behavioristik
yang menekankan pada terbentuknya perilaku yang tampak sebagai hasil belajar.
Aplikasi teori behavioristik dalam kegiatan pembel ajaran tergantung dari
beberapa hal seperti:
•Tujuan pembelajaran,
•Sifat materi pelajaran,
• Karakteristik pebelajar,
•Media dan
• Fasilitas pembelajaran yang tersedia.

2. Teori Humanistik
Menurut teori humanistik, tujuan belajar adalah untuk memanusiakan
manusia. Proses belajar dianggap berhasil jika si pelajar memahami
lingkungannya dan dirinya sendiri. Peserta didik/siswa dalam proses belajarnya
harus berusaha agar lambat laun ia mampu mencapai aktualisasi diri dengan
sebaik-baiknya. Banyak tokoh penganut aliran humanistik, diantaranya adalah
Kolb yang terkenal dengan "Belajar Empat Tahap", honey dan Mumford dengan
pembagian tentang macam- macam peserta didik/siswa, Hubemas dengan "Tiga
macam tipe belajar", serta Bloom dan Krathwohl yang terkenal dengan
"Taksonomi Bloom".

3. Teori Belajar Konstrustivisme

11
Teori kontruktivisme mendefinisikan belajar sebagai aktivitas yang benar-
benar aktif, dimana peserta didik/ siswa membangun sendiri pengetahuannya,
mencari makna sendiri, mencari tahu tentang yang dipelajarinya dan
menyimpulkan konsep dan ide baru dengan pengetahuan yang sudah ada dalam
dirinya.
Beberapa karakteristik dan juga merupakan prinsip dasar teori belajar
konstruktivisme dalam pembelajaran adalah sebagai berikut:
a. Mengembangkan strategi untuk mendapatkan dan menganalisis
informasi.
b. Pengetahuan terbentuk bukan hanya dari satu prespektif, tapi dari
perspektif jamak (multiple perspective).
c. Peran peserta didik/siswa utama dalam proses pembelajaran, baik dalam
mengatur atau mengendali kan proses berpikirnya sendiri maupun
untuk ketika berinteraksi dengan lingkungannya.
d. Scaffolding digunakan dalam proses pembelajaran. Scaffolding
merupakan proses memberikan tuntunan atau bimbingan kepada
peserta didik/siswa untuk dikembangkan sendiri.
e. Pendidik berperan sebagai fasilitator, tutor dan mentor untuk
mendukung dan membimbing belajar peserta didik/siswanya.
Pentingnya evaluasi proses dan hasil belajar yang otentik.

B. Model Desain Pembelajaran


1. Pengertian Model Desain Pembelajaran
Model pembelajaran merupakan komponen utama dalam menciptakan
suasana pembelajaran yang menye nangkan bagi siswa sehingga siswa lebih aktif,
kreatif, inovatif dan berkarakter. Model pembelajaran menjadi pijakan untuk
menghasilkan perencanaan hasil pembel ajaran yang bernuansa efektif, efesien
dan menyenangkan. Model pembelajaran menurut Bruce & Weil (2009) adalah
perencanaan suatu pola yang dapat digunakan sebagai desain dalam pembelajaran
di dalam kelas.

2. Desain Pembelajaran

12
Desain pembelajaran adalah praktik penyusunan media teknologi
komunikasi dan isi untuk membantu agar dapat terjadi transfer pengetahuan secara
efektif antara guru dan peserta didik/siswa. Proses ini berisi penentuan status awal
dari pemaha man peserta didik/siswa, perumusan tujuan pembel ajaran, dan
merancang “perlakuan” berbasis-media untuk membantu terjadinya transisi.
Idealnya proses ini ber dasar pada informasi dari teori belajar yang sudah teruji
secara pedagogis dan dapat terjadi hanya pada siswa, dipandu oleh guru, atau
dalam latar berbasis komunitas. Hasil dari pembelajaran ini dapat diamati secara
dan dapat diukur ilmiah atau benar-benar tersembunyi dan hanya berupa asumsi.

3. Model Pembelajaran
a) Model Pembelajaran Joyce
Joyce (2000) mengemukakan ada empat rumpun model pembelajaran
yakni;
a. Rumpun model interaksi sosial, yang lebih berorientasi pada
kemampuan memecahkan berbagai persoalan sosial ke masyarakat.
b. Model pemorosesan informasi, yakni rumpun pembelajaran yang lebih
berorientasi pada pengusaan disiplin ilmu.
c. Model pengembangan pribadi, rumpun model ini lebih berorientasi pada
pengembangan kepribadian peserta belajar.
d. Behaviorism yakni model yang berorientasi pada perubahan prilaku
Desain pembelajaran merupakan proses keseluruhan tentang kebutuhan
dan tujuan belajar serta sistem penyam paiannya. Termasuk di dalamnya
adalah pengembangan bahan dan kegiatan pembelajaran, uji coba dan
penilaian bahan, serta pelaksanaan kegiatan pembelajarannya. Untuk
memahami lebih jauh tentang teori dan aplikasi desain pembelajaran. Dikenal
berbagai model desain pembelajaran dengan menggunakan pendekatan-pende
katan tertentu.
Beberapa model yang akan dikembangkan dalam pengembangan model
instruksional yang menghasilkan produk model pembelajaran yaitu Model
David Merrill, Model Robert Gagne, Model Gerlach dan Ely, Model
ASSURE, Model ADDIE, Model Dick and Carey, dan MPI Atwi Suparman
b) Model David Merril

13
Model pembelajaran David Merril ini dimulai dengan model desain
instruksional yang menunjukkan lingkungan belajar yang efektif adalah
berbasis masalah dan melibatkan peserta didik/siswa dalam empat tahap yang
berbeda dari pembelajaran:
1) Aktivasi pengalaman sebelumnya,
2) Demonstrasi keterampilan,
3) Penerapan keterampilan dan
4) Integrasi atau keterampilan ke dalam kegiatan dunia nyata.
c) Model Robert Gagne
Peristiwa pengembangan model pembelajaran yang dikembangkan
Gagne berdasarkan empat fase yaitu:
1) Fase perhatian
2) Fase retensi
3) Fase reproduksi
4) Fase motivasi
Model pengembangan pembelajaran Robert Gagne adalah hasil sintesis
ide dari behaviorisme dan kogniti visme untuk menghasilkan hasil belajar
dengan domain kognitif, afektif dan psikomotor. Proses pembelajaran
selanjutnya adalah serangkaian peristiwa pembelajaran (conditions of
learning) yang mencerminkan peristiwa- peristiwa pembelajaran.
d) Model Gerlach dan Ely
Model Gerlach dan Ely dikembangkan sejak tahun 1971 dan cocok
diterapkan untuk lembaga pendidikan karena produk model Gerlach dan Ely
ini merupakan produk teknologi pendidikan yang menghasilkan perencanaan
pembelajaran yang sistematis. Tujuan pembelajaran yang efektif dan efesien
melalui media Pendidikan.
e) Model ASSURE
Model desain pembelajaran ASSURE dikembangkan oleh Sharon
Smaldino, Robert Henich, James Russell dan Michael Molenda dan model ini
dapat digunakan untuk menetapkan pengalaman belajar yang dapat membantu
peserta didik/siswa dalam mencapai kompetensi yang diinginkan. Langkah
awalnya mengenal peserta didik/ siswa dengan mengenal dan mengetahui
profil peserta didik/siswa yang akan menempuh proses belajar, guru,

14
instruktur, pelatih dan perancang program pembelajaran dapat menentukan
kompetensi yang sesuai dan perlu dicapai.
f) Model ADDIE (Analytic, Design, Development, Implementation,
Evaluation)
Model pembelajaran ADDIE ini prosedurnya cocok untuk
pengembangan model pembelajaran kelas yang sederhana, dan untuk
mengetahui pencapaian pembel ajaran dengan menerapkan evaluasi sederhana
yaitu evaluasi formatif bagi peserta didik/siswa.
g) Model Dick and Carey
Model Dick and Carey Model Dick and Carey dalam bukunya The
Systematic Design of Instruction bahwa sistem model pengembangan
pembelajaran mengacu pada 10 sepuluh tahapan pengembangan yaitu:
1) Identifikasi tujuan Pembelajaran
2) Analisis pembelajaran
3) Identifikasi perilaku awal
4) Menuliskan tujuan
5) Mengembangkan tes
6) Mengembangkan strategi pembelajaran
7) Mengembangkan dan memilih bahan pembelajaran
8) Mengembangkan evaluasi formatif
9) Mengembangkan evaluasi somatif
10) Revisi
h) MPI Atwi Suparman
Suparman (2011) menyatakan untuk merancang model pembelajaran
diperlukan sebuah pendekatan agar memudahkan instructional designer
merancang dan mengembangkan sebuah proses pembelajaran menjadi efektif
dan efesien dalam memfasilitasi pencapaian tujuan pembelajaran.

15
BAB IV

TEKNIK & PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN AKTIF

A. Teknik Pembelajaran
Menurut Cambourne dalam Ahdar Djamaluddin (2019) menyatakan bahwa
"proses pembelajaran dapat didefinisi kan sebagai menjalin hubungan,
mengidentifikasi pola-po la belajar, mengorganisasikan bagian-bagian kecil pengeta
huan, perilaku, aktivitas yang semula tidak berkaitan, men jadi suatu pola baru yang
utuh menyeluruh bagi siswa"
Dari pendapat Cambourne tersebut dapat disimpulkan bahwa siswa diharuskan
aktif dalam kegiatan belajar mengajar. Bukan guru yang terus menerus memberikan
materi, akan tetapi siswa mencari sendiri materi yang dibutuhkan. Apabila ada
kesulitan, baru bertanya pada gurunya. Jadi, guru hanya sebagai fasilitator
pendamping peserta didik/siswa.
Berdasarkan teori konstruktivisme, fasilitator adalah seseorang yang membantu
peserta didik/siswa untuk belajar dan memiliki keterampilan-keterampilan yang
diperlukan dalam mencapai tujuan pembelajaran. Dalam melakukan pembelajaran
aktif di kelas, tentu ada teknik- tekniknya. Contoh-contoh teknik pembelajaran aktif
adalah yang dikembangkan oleh Donald R. Paulson dari Jurusan Kimia dan Biokimia
California State University di Los Angeles dan Jennifer L. Faust dari Jurusan Filsafat
di California State University berpendapat bahwa pembelaja ran aktif dikembangkan
tidak untuk menggantikan metode ceramah (lecturing) yang umum dipilih sebagai
metode pembelajaran oleh para dosen di perguruan tinggi, tetapi dikembangkan
sebagai alternative atau pelengkap yang cerdas dari implementasi metode ceramah.
Teknik-teknik yang dikembangkan oleh Paulson dan Faust (dalam Ahdar
Djamaluddin, 2019) antara lain sebagai berikut:
1) Teknik Pembelajaran Kertas Satu Menit (One Minute Paper)
2) Teknik Pembelajaran Butir Terjelas (Clearest Point)
3) Teknik Pembelajaran Tanggapan Aktif (Active Response)
4) Teknik Pembelajaran Jurnal Harian (Daily Journal)

16
5) Teknik Pembelajaran Kuis Bacaan (Reading Quiz)
6) Teknik Pembelajaran Ringkasan Mahasiswa atau Peserta Didik/Siswa (Student
Summary)

B. Pengembangan Model Pembelajaran Aktif


1. Pembelajaran Individual (Individual Learning)
Menurut Wina Sanjaya (2010) strategi pembelajaran individual dilakukan
oleh siswa secara mandiri. Kecepatan, kelambatan dan keberhasilan pembelajaran
siswa sangat ditentukan oleh kemampuan individu yang bersangkutan. Bahan
pembelajaran serta bagaimana mempelajarinya didesain untuk belajar sendiri.
Model pembelajaran individual antara lain:
a) Distance learning (pembelajaran jarak jauh)
b) Resource-based learning (pembelajaran langsung dari sumber)
c) Computer-based training (pelatihan berbasis komputer)
d) Directed private study (belajar secara privat langsung)
2. Pembelajaran Kelompok (Cooperative learning)
Menurut Wina Sanjaya (2010) Pembelajaran kelom pok merupakan model
pembelajaran dengan mengguna kan sistem pengelompokan/tim kecil, yaitu antara
empat sampai enam orang yang mempunyai latar belakang kemampuan akademik,
jenis kelamin, ras, atau suku yang berbeda (heterogen). Menurut Kokom
Komalasari dalam Ahdar Djamaluddin & Wardana (2019), model pembelajaran
kooperatif meliputi Kepala bernomor, skrip kooperatif, tim siswa kelompok
prestasi, berpikir berpasangan berbagi, model jigsaw, melempar bola salju, tim
TGT, kooperatif terpadu membaca dan menulis, dan dua tinggal dua tamu.
3. Teacher Centered Learning (TCL)
Pada sistem pembelajaran model Teacher Centered Learning, guru lebih
banyak melakukan kegiatan belajar mengajar dengan bentuk ceramah (lecturing).
Sejauh ini model-model pembelajaran yang bersifat teacher centered terlihat pada
model pembelajaran komando atau banking learning concept.
 Kelebihan
a) Sejumlah besar informasi dapat diberikan dalam waktu singkat.
b) Informasi dapat diberikan ke sejumlah besar siswa.

17
c) Pengajar mengendalikan sepenuhnya organisasi, bahan ajar, dan irama
pembelajaran.
d) Mimbar utama bagi pengajar dengan kualifikasi pakar.
e) Bila kuliah diberikan dengan baik, menimbulkan inspirasi dan
stimulasi bagi siswa.
f) Metode assessment cepat dan mudah.
 Kekurangan
a) Pengajar mengendalikan pengetahuan sepenuhnya,tidak ada partisipasi
dari pembelajar terjadi komunikasi satu arah, tidak merangsang siswa
untuk mengemukakan pendapatnya.
b) Tidak kondusif terjadinya critical thinking.
c) Mendorong pembelajaran pasif.
d) Suasana tidak optimal untuk pembelajaran secara aktif dan mandiri.
4. Student Centered Learning (SCL)
Sedangkan student centered learning (SCL) adalah proses yang berpusat
pada siswa (learner centered) diharapkan dapat mendorong siswa untuk terlibat
secara aktif dalam membangun pengetahuan, sikap dan perilaku.
 Kelebihan
a) Mengaktifkan siswa
b) Mendorong siswa menguasai pengetahuan
c) Mengenalkan hubungan antara pengetahuan dan dunia nyata
d) Mendorong pembelajaran secara aktif dan berpikir kritis
e) Mengenalkan berbagai macam gaya belajar
f) Memperhatikan kebutuhan dan latar belakang Pembelajar
 Kekurangan
a) Sulit diimplementasikan pada kelas besar.
b) Memerlukan waktu lebih banyak. Tidak efektif untuk semua jenis
kurikulum.
c) Tidak cocok untuk peserta didik/siswa yang tidak terbiasa aktif,
mandiri, dan demokratis.

18
BAB V
PENGEMBANGAN MATERI PEMBELAJARAN

A. Hakikat Materi Pembelajaran


1. Pengertian Materi Pembelajaran
Materi pembelajaran adalah salah satu komponen sistem pembelajaran
yang memegang peranan penting dalam membantu peserta didik/siswa mencapai
standar kompetensi dan kompetensi dasar. Materi pembelajaran menempati posisi
yang sangat penting dari keseluruhan kurikulum, yang harus dipersiap kan agar
pelaksanaan pembelajaran dapat mencapai sasa ran yang sesuai dengan Standar
Kompetensi dan Kompe tensi Dasar. Artinya materi yang ditentukan untuk kegia
tan pembelajaran hendaknya materi yang benar-benar menunjang tercapainya
standar kompetensi dan kompe tensi dasar serta indicator.
Secara garis besar dapat dikemukakan bahwa materi pembelajaran
(instructional material) adalah pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang harus
dikuasai oleh peserta didik/siswa dalam rangka memenuhi standar kompetensi
yang ditetapkan. Menurut National Center for Vocational Education Research Ltd
(dalam Hamid Darmadi, 2010) ada tiga pengertian materi pembelajaran yaitu:
1. Merupakan informasi, alat dan teks yang diperlukan guru/instruktur
untuk perencanaan dan penelaah inplementasi pembelajaran;
2. Segala bentuk bahan yang digunakan untuk membantu guru/instruktur
dalam kegiatan belajar mengajar di kelas;
3. Seperangkat substansi pembelajaran yang disusun secara sistematis,
menampilkan sosok yang utuh dari kompetensi yang akan dikuasai siswa
dalam proses pembelajaran
2. Jenis-jenis Materi Pembelajaran
1. Fakta

19
Fakta adalah segala hal yang berwujud kenyataan dan kebenaran, meliputi
nama-nama objek, peristiwa, lam bang, nama tempat, nama orang dan lain
sebagainya.
2. Konsep
Konsep adalah segala yang berwujud pengertian- pengertian baru yang
bisa timbul sebagai hasil pemiki ran, meliputi definisi, pengertian, ciri
khusus, hakikat, inti/isi dan sebagainya.
3. Prinsip
Prinsip adalah berupa hal-hal pokok dan memiliki posisi terpenting
meliputi dalil, rumus, paradigm, teori serta hubungan antar konsep yang
menggambarkan implikasi sebab akibat.
4. Prosedur
Prosedur merupakan langkah-langkah sistematis atau berurutan dalam
melakukan suatu aktivitas dan kronologi suatu sistem.
5. Sikap atau nilai
Sikap atau nilai merupakan hasil belajar aspek sikap. Contoh: Pemanfaatan
lingkungan hidup dan pembangu nan berkelanjutan, yaitu pengertian
lingkungan, kompo nen ekosistem, lingkungan hidup sebagai sumber daya,
pembangunan berkelanjutan.
3. Prinsip-prinsip Penentuan Materi
Sehubungan dengan pengembangan materi pembel ajaran, Hamid Darmadi
(2010) mengemukakan beberapa prinsip dalam menyusun dan memilih materi
pembel ajaran, yang harus diperhatikan, yaitu:
a) Prinsip relevansi (keterkaitan)
b) Prinsip konsistensi (keajegan)
c) Prinsip kecukupan.
4. Cakupan Materi Pembelajaran
Dalam cakupan atau ruang lingkup materi pembel ajaran harus
memperhatikan beberapa aspek berikut:
a) Aspek kognitif, aspek afektif atau aspek psikomotor, karena ketika
sudah diimplementasikan dalam proses pembelajaran maka tiap-tiap
jenis uraian materi tersebut memerlukan strategi dan media
pembelajaran yang berbeda-beda.

20
b) Keluasan materi berarti menggambarkan seberapa banyak materi-
materi yang dimasukkan ke dalam suatu materi pembelajaran.
c) Kecakupan atau memadainya cakupan materi juga perlu diperhatikan.
Memadainya cakupan aspek materi pembelajaran akan sangat
membantu tercapainya penguasaan kompetensi dasar yang telah
ditentukan.
5. Kegiatan Pembelajaran
Kegiatan Pembelajaran adalah suatu proses yang mengandung
serangkaian kegiatan guru dan siswa atas. Dasar hubungan timbal balik yang
berlangsung dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan tertentu.

B. Pengembangan Materi Pembelajaran


1. Pengembangan Materi Tujuan Pembelajaran Umum
Pengembangan materi tujuan pembelajaran umum, dalam prakteknya
bertujuan agar pembelajaran yang akan dicapai peserta didik lebih efektif, efesien
dalam pelaksanaannya.
Kegunaan pengembangan materi tujuan pembelajaran umum yaitu:
a. Memberikan kriteria yang pasti untuk mengukur kemajuan belajar
peserta didik.
b. Memberikan kepastian mengenai kemampuan yang diharapkan dari
peserta didik.
c. Memberikan dasar untuk mengembangkan alat evaluasi untuk
mengukur efektifitas pengajaran.
2. Pengembangan Materi Pembelajaran Khusus
Pengembangan pembelajaran khusus biasanya ditentu kan sebelum
melakukan pembelajaran di kelas, sangat penting dilakukan. Oleh karena itu,
hendaknya pengem bangan pembelajaran disusun atau direncanakan baik dan
matang sehingga tujuan dari pembelajaran dapat tercapai dengan baik.
Pengembangan pembelajaran khusus biasanya ditentu kan sebelum melakukan
pembelajaran di kelas, sangat penting dilakukan. Oleh karena itu, hendaknya
pengem bangan pembelajaran disusun atau direncanakan dengan baik dan matang
sehingga tujuan dari pembelajaran dapat tercapai dengan baik. Manfaat yang
didapat dari pengem bangan pembelajaran yang baik antara lain:

21
a. Sebagai petunjuk arah kegiatan dalam mencapai tujuan pembelajaran
yang dilakukan
b. Sebagai pola dasar dalam mengatur tugas dan wewenang bagi setiap
unsur yang terlibat dalam kegiatan pembelajaran

C. Pengembangan Materi Pembelajaran Sesuai Pengalaman Belajar


1. Pengembangan Pembelajaran Berorientasi Aktivitas Siswa
Pengembangan pembelajaran yang berorientasi kepada aktivitas siswa
adalah pengembangan pembelajaran yang meningkatkan aktivitas siswa menjadi
lebih aktif, kreatif, efektif dan yang menyenangkan bagi siswa. Pembelajaran ini
di kenal dengan pembelajaran PAKEM. Menurut Sidi (2005), PAKEM adalah
singkatan dari pembelajaran aktif. kreatif, efektif dan menyenangkan".
2. Pengembangan Pembelajaran Pengalaman Guru
1) Guru dalam Proses Belajar Mengajar
1) Melaksanakan pembelajaran dengan baik
2) Memberikan feedback (umpan balik)
3) Melakukan komunikasi pengetahuan
4) Guru sebagai model dalam bidang studi yang diajarkannya
2) Peranan Guru Dalam Proses Pembelajaran
1) Guru sebagai demonstrator
2) Guru sebagai pengelola kelas
3) Guru ssbagai mediator
4) Guru sebagai evaluator
3. Pengembangan Strategi dan Metode Pembelajaran
1) Pembelajaran Kontekstual
2) Pembelajaran Pemecahan Masalah
3) Pembelajaran Bermakna
4) Pemanfaatan alat peraga

22
BAB VI
MASALAH BELAJAR & PEMBELAJARAN

A. Hakikat Masalah Belajar & Pembelajaran


1. Pengertian Masalah

Masalah adalah sesuatu yang tidak disukai adanya, menimbulkan masalah bagi
diri sendiri dan atau orang lain, ingin atau perlu dihilangkan. Belajar juga
diartikan sebagai sesuatu proses yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu
perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalaman
individu itu sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Jadi masalah belajar
adalah suatu kondisi tertentu yang diala mi oleh siswa dan proses yang dilakukan
individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara
keseluruhan. Kondisi tertentu itu dapat berkenaan dengan keadaan dirinya yaitu
berupa kelemahan-kelemahan dan dapat juga berkenaan dengan lingkungan yang
tidak menguntungkan bagi dirinya. Masalahmasalah belajar ini tidak hanya
dialami oleh siswa-siswa yang lambat saja dalam belajarnya, tetapi juga dapat
menimpa siswa-siswa yang pandai atau cerdas.

2. Jenis-jenis Masalah Belajar


a) Keterlambatan akademik
b) Kecepatan dalam belajar
c) Sangat lambat dalam belajar
d) Kurang motivasi belajar
e) Bersikap dan kebiasaan buruk dalam belajar
f) Sering tidak sekolah
3. Masalah-masalah dalam Pembelajaran
a) Dari segi guru
1) Guru mendapat kesulitan menerapkan metode pembelajaran yang tepat
dan bervariasi.
2) Kepribadian guru secara keseluruhan belum bisa diteladani peserta
didik.
3) Penerapan tugas sebagai pengajar, pendidik, pelatih belum dapat
berjalan optimal.

23
b) Dari segi kurikulum
1) Materi cenderung lebih tinggi untuk tingkat kemam puan peserta didik.
2) Kurikulum yang sering berubah membuat guru sulit menjalankannya di
sekolah.
c) Dari segi peserta didik
1) Kemandirian dan strategi belajar kurang baik.
2) Kurang efektif memanfaatkan waktu dan sumber belajar.
3) Aktivitas bertanya di kelas rendah.
d) Dari segi orang tua
1) Kurangnya perhatian orang tua, disiplin, kepedulian, bimbingan
belajar, & fasilitas belajar di rumah.
2) Kuatnya pengaruh televisi di rumah sedangkan orang tua tidak dapat
mencegahnya.
3) Orang tua yang tidak mengenali bakat anaknya.
e) Dari segi manajerial
1) Kurangnya perhatian pimpinan terhadap sarana dan prasarana sains
baik laboratorium maupun media.
2) Pelatihan meningkatkan mutu guru belum merata.
f) Dari segi pemerintah
1) Kurang optimalnya perhatian pemerintah dalam pengadaan sarana,
fasilitas laboratorium, dan buku- buku perpustakaan sekolah.
2) Adanya intervensi birokrat yang terlalu jauh terhadap kebijakan
pendidikan. Misalnya pengangkatan kepala sekolah.
g) Dari segi lingkunga atau masyarakat
1) Lingkungan masyarakat kurang kondusif mendu kung suasana belajar.
2) Kemajuan teknologi berpengaruh negatif terhadap konsentrasi belajar
peserta didik.

B. Faktor-Faktor Penyebab Masalah Belajar


1. Faktor Penyebab Timbulnya Masalah Belajar
a) Faktor Internal
 Gangguan fisik
 Sikap terhadap belajar

24
 Motivasi Belajar
 Konsentrasi Belajar
 Mengolah bahan belajar
 Menyimpan perolehan hasil belajar
 Menggali hasil belajar yang tersimpan
 Kemampuan berprestasi
 Rasa percaya diri peserta didik/siswa
 Intelegensi
 Kebiasaan belajar
 Cita-cita peserta didik
b) Faktor Eksternal
 Lingkungan sekolah antara lain:
o Sifat kurikulum yang kurang fleksibel
o Terlalu berat beban belajar (peserta didik) dan untuk mengajar
(guru)
 Lingkungan keluarga:
o Keadaan ekonomi
o Tuntutan orang tua
o Hubungan antar sesama keluarga
 Lingkungan masyarakat
o Media cetak seperti komik, buku-buku pornografi dan
sebagainya.
2. Faktor Penyebab Munculnya Masalah Pembelajaran
a) Faktor Fisiologis
b) Faktor Sosial
c) Faktor Kejiwaan
d) Faktor Intelektual
e) Faktor Kependidikan

C. Upaya Pengentasan/Mengatasi Masalah Belajar dan Pembelajaran


1. Upaya Pengentasan Masalah Belajar
a) Pengajaran perbaikan

25
b) Kegiatan Pengayaan
c) Peningkatan motivasi belajar
d) Pengembangan sikap dan kebiasaan belajar yang baik
e) Layanan konseling individual
2. Upaya Mengatasi Masalah dalam pembelajaran
a) Dari segi guru
Guru harus menguasai kompetensi guru yang meliputi kompetensi
pedagogik, kepribadian, sosial, dan profesional (sesuai U No. 14
Tahun 2005) atau kompetensi profesional, sosial dan personal (sesuai
Depdikbud 1990).
b) Dari segi siswa
o Peserta didik/siswa harus meningkatkan minat baca dengan
memotivasi diri belajar dari hal yang dianggap mudah.
o Peserta didik/siswa harus berusaha membagi waktu seefisien
mungkin.
c) Menelaah atau menetapkan status siswa.
d) Memperkirakan sebab terjadinya masalah belajar.

26

Anda mungkin juga menyukai