Anda di halaman 1dari 6

See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.

net/publication/367090560

PETANI MILENIAL

Article · January 2023

CITATIONS READS

0 74

1 author:

Reski Ky
Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
1 PUBLICATION 0 CITATIONS

SEE PROFILE

All content following this page was uploaded by Reski Ky on 13 January 2023.

The user has requested enhancement of the downloaded file.


Nama : Reski
Kelas : Agri E
Nim : 20220220228
Dosen pengampu : Zuhud Rozaki, Ph.D

MENCETAK PETANI MILENIAL MELALUI URBAN FARMING


Minat generasi Z terhadap pertanian masih rendah karena kurangnya motivasi dan
pengetahuan tentang teknologi dalam dunia pertanian. Urban farming merupakan solusi dalam
mengatasi keterbatasan lahan pertanian di perkotaan. Dalam penyerapan tenaga kerja sektor pertanian
merupakan sektor yang paling kecil persentasenya, dibandingkan dengan sektor jasa dan manufaktur.
Kurangnya tenaga kerja dibidang pertanian diduga karena minat generasi muda untuk bertani sangat
rendah. (Ilvira, 2021)
Urban farming memberikan nilai positif dalam pemenuhan kebutuhan pangan dan terdapat
nilai-nilai praktis bagi ekologi maupun ekonomi wilayah perkotaan. Pertanian perkotaan dapat
menjadi solusi untuk di manfaatkan bagi masyarakat perkotaan yang umumnya sibuk dengan
aktivitasnya. Dengan adanya urban farming bahan akan mudah didapatkan pangan serta menjaga
keberlanjutan lingkungan dengan adanya ruang terbuka hijau. (Fauzi, Ichniarsyah, & Agustin, 2016)
Konsep urban farming memiliki peranan di bidang pertanian kota yang sekarang semakin
sempit akibat pembangunan. Kawasan perkotaan menjadi wilayah yang krusial dalam perebutan
kepentingan pengusaha untuk mendirikan usahanya. Urban farming menjadi pendukung aspek
keindahan kota dan kelayakan penggunaan tata ruang. Urban farming dapat meningkatkan
pendapatan di keluarga dan di tempat lainnya dilakukan untuk tujuan rekreasi dan relaksasi.
Penerapan konsep urban farming terdiri dari 4 bagian, yaitu hidroponik, aquaponic, vertikultur,
dan wall gardening. (Indrawati, et al., 2022)

Gambar 1. Sistem Vertikultur (Mitalom, 2016)


vertikultur adalah sistem budidaya pertanian yang dilakukan secara vertikal atau bertingkat,
baik indoor maupun outdoor. Sistem budidaya pertanian secara vertikal atau bertingkat ini merupakan
konsep bercocok tanam yang cocok untuk daerah perkotaan dengan lahan terbatas. Pertanian
vertikultur tidak hanya sebagai sumber pangan tetapi juga menciptakan suasana alami yang
menyenangkan Pemanfaatan teknik vertikultur ini memungkinkan untuk berkebun dengan
memanfaatkan tempat secara efisien. Dalam perkembangan selanjutnya, teknik vertikultur juga
dimanfaatkan untuk bercocok tanam di pekarangan yang sempit bahkan tidak memiliki. (Solikah,
Rahayu, & Dewi, 2019)

Table 1. Ph yang diperlukan untuk sayuran aquaponik


NAMA SAYURAN pH PPM
LOBAK 6,0 - 7,0 840 - 1540
SELADA 6,0 - 7,0 560 - 840
CAULIFLOWER 6,5 - 7,0 1050 - 1400
PAK CHOI 7 1050 - 1400
KETIMUN 5,5 1190 - 1750
EGGPLANT 6 1750 - 2450
TOMAT 6,0 - 6,5 1400 - 3500
SAWI PAHIT 6,0 - 6,5 840 - 1680
STRAWBERRY 6 1260 - 1540
KANGKUNG 5,5 - 6,5 1050 - 1400
SAWI 5,5 - 6,5 1050 - 1400
KAILAN 5,5 - 6,5 1050 - 1400
BAYAM 6,0 - 7,0 1260 - 1610
BAWANG PUTIH 6,0 980 - 1260
SELEDRI 6,5 1260 - 1680
CABE 6,0 - 6,5 1260 - 1540
WORTEL 6,3 1120 - 1400
MARJORAM 6 1120 - 1400
PETERSELI 5,5 – 6,0 560 - 1260
PEAS 6,0 - 7,0 980 - 1260
JAGUNG MANIS 6 840 - 1680
KENTANG 5,0 - 6,0 1400 - 1750
MAWAR 5,5 - 7,5 800 - 1050 - 1750
Sumber: (Maulana, 2015)

Dengan teknologi aquaponik, budidaya sayur dan ikan dilakukan sekaligus. Dimulai dengan
menebar ikan terlebih dahulu ke dalam kolam, atau akuarium, kemudian dilanjutkan dengan
menanam bibit sayuran. Berdasarkan cara kerjanya, teknologi aquaponik sebenarnya hampir mirip
dengan minapadi, yaitu membudidayakan dua komoditas pada satu tempat yang sama. Budidaya
Dengan Teknologi Aquaponik Tidak Butuh Pemberian Pupuk Ini tentu akan menghemat pengeluaran
pupuk, apalagi pupuk saat ini langka. (Yudasmara, et al., 2021)
18000
16000
14000
12000
10000
8000
6000
4000
2000
0

2014 2015 2016 2017

Gambar 2. Pertumbuhan Urban Farming (Halim, 2017)

Pada tahun 2014 mulai dengan 200 orang. Di awal 2017 menurut perhitungan EWINDO,
urban farmer di Jabodetabek dan Indonesia berjumlah 13.000 orang. Benih EWINDO habis terus di
supermarket dan sering kebanjiran pesanan. EWINDO kaget ketika orang perkotaan mulai membeli
benih sayuran, karena hal ini di luar kebiasaan orang kota yang terus membeli benih bunga. Dengan
perubahan permintaan semacam ini,sudah sangat jelas bahwa orang kota sudah sadar.Untuk tahun
2017, harapannya ada 20.000 urban farmer, supaya dampaknya makin terasa. (Puspitaningrum &
Istiqomah, 2021)
Pengelolaan sampah rumah tangga dapat diterapakan sebagai model pertanian urban melalui
pengolahan sampah dapur sebagai kompos dan pupuk organik cair. Dalam pertanian urban
masyarakat dapat memanfaatkan sumber daya lokal dan teknologi sederhana. Sistem pengolahan
sampah pada pertanian urban diharapkan mewujudkan 3R (Reduce, Reuse, Recycle). Dengan
pendampingan yang memadai diharapkan masyarakat mampu untuk memwujudkan lingkungan yang
bersih dan bebas dari sampah (Yuliana, Ami, & Hariono, 2021).
Urban farming atau pertanian perkotaan merupakan solusi yang mampu memberikan multi-
fungsi bagi warga masyarakat, pemerintah termasuk lingkungan alam sekitarnya. Pada kondisi
pandemic Covid 19, aktivitas urban farming merupakan pilihan bagi warga masyarakat petani dan
juga non-pertani. Dengan suasana pandemic Covid 19, pengelolaan urban farming merupakan upaya
untuk membangkitkan dan mengembangkan jiwa kewirausahaan para petani muda dan juga para
pekerja yang terkena dampak. (Sedana, 2020)
Internet Of Think merupakan pengembangan teknologi dalam menyediakan air untuk pertanian urban
farming tetapi tidak menganggu kebutuhan air untuk aktivitas sehari-hari, setelah di recycle air
limbah rumah tangga juga dapat digunakan kembali. Teknologi it juga membantu sumber air
alternatif bagi pertanian urban farming yaitu dengan konsep smart water management system yang
dapat menghemat se-efektif dan efesien mungkin biaya yang dikeluarkan, air hujan juga menjadi
solusi untuk pertanian urban farming. (Rahmawan & Neyman, 2021)
Hidroponik yaitu sistem budidaya tanaman pertanian tanpa tanah tetapi menggunakan air
sebagai media tumbuh dan sumber nutrisi bagi tanaman. Sistem ini memiliki beberapa kelebihan
diantaranya : efisiensi penggunaan lahan, pemberian nutrisi pupuk dapat diatur, tidak ada gulma,
kuantitas dan kualitas produksi lebih tinggi dan bersih, bebas dari racun pestisida, periode tanam lebih
pendek. Sistem ini cocok diterapkan dilahan sempit dan pekarangan. (Alridiwirsah, et al., 2021)
Dengan adanya urban farming mampu memberikan harapan dan kebanggaan kepada
masyarakat. Diharapkan masyarakat untuk hidup lebih sehat dan lebih mudah terhadap tanaman
pangan. Urban Farming merupakan suatu konsep pertanian yang dilakukan akibat banyaknya lahan
menjadi daerah pemukiman, industri dan perkotaan. Untuk meningkatkan perkembangan konsep
Urban Farming di Indonesia, dibutuhkan sebuah teknologi untuk bisa mempermudah masyarakat
melakukan aktivitas bertani di lingkungannya. Urban Farming juga dapat menambah pendapatan
keluarga melalui bidang pertanian walaupun dengan lahan terbatas. (Setyaningrum, Yulianjani, &
Hibatullah, 2021)

DAFTAR PUSTAKA
Alridiwirsah, A., Alqamari, M., Mei, N. T., & Siregar, M. S. (2021). Pemanfaatan Lahan
Perkarangan Sebagai Sentra Pertanian Perkotaan Secara Hidroponik, Martabe: Jurnal
Pengabdian Kepada Masyarakat, 4(2), 509-514.
Fauzi, A. R., Ichniarsyah, A. N., & Agustin, H. (2016). Pertanian perkotaan: urgensi, peranan, dan
praktik terbaik, Jurnal Agroteknologi, 10(01), 49-62.
Halim, S. (2017, September 12). Seminar Notes NETWORK & LEARNING EVENT INISIATIF
URBAN FARMING DI JAKARTA THE WAY FORWARD. Retrieved from docplayer.info:
https://docplayer.info/70230668-Seminar-notes-network-learning-event-inisiatif-urban-
farming-di-jakarta-the-way-forward.html
Ilvira, R. F. (2021). MINAT GENERASI Z TERHADAP KEGIATAN URBAN FARMING, Jurnal
Pendidikan Biologi Undiksha, 8(3), 102-114.
Indrawati, N., Pratiwi, C. N., Supardi, H. M., Wafi, M. F., Panjaitan, F. H., Anggraini, I. A., &
Dika, A. T. (2022). The Konsep Urban Farming Untuk Ketahan Pangan Keluarga
Masyarakat Desa Kmapung Baru, COMSEP: Jurnal Pengabdian Kepada Masyakat 3(3),
353-362.
Maulana, W. (2015, maret 17). pH di sistem hidroponik dan aquaponik. Retrieved from
blog.belajaraquaponik.org: http://blog.belajaraquaponik.org/2015/03/ph-di-sistem-
hidroponik-dan-aquaponik.html
Mitalom. (2016, maret 9). Teknik Vertikultur, Bercocok Tanam Untuk Mengoptimalkan Lahan
Sempit. Retrieved from Mitalom.com: https://mitalom.com/artikel/1379/teknik-vertikultur-
bercocok-tanam-untuk-mengoptimalkan-lahan-sempit/
Puspitaningrum, F., & Istiqomah, N. (2021). Kemanirian Pangan Berbasis Urban Farming,
Edukasi IPS, 5(1), 41-52.
Rahmawan, H., & Neyman, S. N. (2021). Smart Water Management Framework Berbasis IoT untuk
Mendukung Pertanian Urban, 1-7.
Sedana, G. (2020). Urban Farming sebagai Pertanian Alternatif dalam Mengatasi Masalah
Ekonomipada Mas dan Pasca Pandemi Covid 19, Prosiding Seminar Nasional yang
diselenggarakan oleh Fakultas Pertanian Universitas Dwijendra di Denpasar, (vol 26).
Setyaningrum, R. P., Yulianjani, A., & Hibatullah, I. F. (2021). Progam Penghijaun Dan
Pemberdayan Ekonomi Rumah Tangga Melalui Urban Farming.
Solikah, U. N., Rahayu, T., & Dewi, T. R. (2019). Optimalisasi Urban Farming dengan Vertikultur,
Wasana Nyata 3(2), 168-173.
Yudasmara, G. A., Martini, N. N., Amelia, J. M., & Suryatini, L. (2021). Pelatihan Teknologi
Akuaponik Bagi Petani Perkotaan Di Kelurahan Liligundi Singaraja Bali, Proceeding
Senadimas Undiksha.
Yuliana, A., Ami, M., & Hariono, T. (2021). Pendamoingan dan Penerapan Sistem Pertanian
Urban Sebagai Model Pengolahan Sampah Rumah Tangga Di Perumahan Bharul Ulum
Menara Asri Jombang, 3(2).

View publication stats

Anda mungkin juga menyukai