Anda di halaman 1dari 9

BAB 2 LOGIKA DIGITAL

2.1 Pengantar
Kita hidup di dunia analog. Di dunia analog jumlah warna adalah tak hingga untuk melukis
suatu objek, jumlah nada musik tak hingga yang bisa di dengar, dan ada jumlah tak hingga
bau yang bisa dicium. Dunia analog memiliki kemungkinan tak terbatas.
Sinyal dan objek digital terkait dengan hal diskrit atau tertentu, artinya dunia digital
memiliki nilai yang terbatas. Sebagai contoh warna komputer di monitor adalah terbatas.
Suara dari speaker komputer juga terbatas frekuensinya. Juga angka yang disimpan dalam
komputer juga terbatas. Program Microsoft Excel memilik baris terbatas hanya 1.048.576.
Bilangan tak terhingga tidak bisa disimpan oleh komputer.
Logika digital, atau boolean, adalah konsep dasar yang digunakan oleh semua sistem
komputer modern. Sederhananya, ini adalah sebuah sistem aturan yang memungkinkan
kita membuat keputusan yang sangat rumit berdasarkan pertanyaan "ya/tidak" yang
relatif sederhana. Sirkuit logika digital dapat dipecah menjadi dua subkategori, yaitu
kombinasional dan sekuensial. Logika kombinasional mengubah "secara instan" keluaran
dari rangkaian segera setelah input berubah (dengan beberapa penundaan, tentu saja,
karena propagasi sinyal melalui elemen rangkaian membutuhkan waktu). Adapun sirkuit
sekuensial perlu sinyal detak, dan perubahan menyebar melalui sirkuit di posisi akhir
detak. Biasanya, rangkaian sekuensial dibuat dari blok-blok logika kombinasional yang
dipisahkan oleh elemen memori yang diaktifkan oleh sinyal detak.
Bekerja dengan elektronika berarti berurusan dengan sinyal analog dan digital, baik di
bagian input dan output. Proyek elektronik harus berinteraksi dengan dunia analog
melalui beberapa cara, tetapi sebagian besar mikroprosesor, komputer, dan unit logika
adalah komponen digital murni. Sinyal analog dan digital ini bisa diibaratkan seperti orang
yang bertemu dan berkomunikasi dengan bahasa yang berbeda. Untuk saling memahami
maka diperlukan rangkain pengubah yang bisa menjembatani keduanya sehingga saling
memahami.

2.2 Tegangan Logika


Dalam Bab 1 telah dibahas sistem bilangan biner dimana dalam sistem ini hanya dikenal
dua keadaan, yaitu 0 dan 1. Dalam prakteknya nilai 0 dan 1 bisa berarti salah atau benar,
juga ya atau tidak. Kondisi seperti ini adalah kondisi logika dimana operasi terhadapnya
dikembangkan oleh George Boole yang dikenal sebagai aljabar Boolean.

BAB 2. Logika Digital 1 Yoyok Adisetio Laksono


Fisika FMIPA UM
(a) (b)
Gambar 2-1 Tingkat tegangan logika untuk komponen (a) TTL, (b) CMOS.

Besaran 0 dan 1 secara elektronika ditetapkan sesuai dengan karakteristik bahan


komponen. Nilai 1 atau HIGH biasanya bernilai 3,3 V atau 5 V. Gambar 2.1 menunjukkan
gambar batas logika 0 dan 1 terkait dengan tegangan INPUT dan OUTPUT untuk
komponen TTL (Transistor-transistor Logic) dan CMOS.

Adapun pengertian huruf dalam Gambar 2.1 adalah sebagai berikut:

 VCC – Tingkat tegangan catu daya.


 GND – Tegangan tanah sebagai referensi.
 VOH – Tingkat Tegangan OUTPUT Minimum untuk sinyal TINGGI.
 VIH – Tingkat Tegangan INPUT Minimum untuk dianggap sebagai TINGGI.
 VOL – OUTPUT Maksimum Tingkat tegangan untuk sinyal RENDAH.
 VIL – Tingkat Tegangan INPUT Maksimum masih dianggap RENDAH.

2.3 Gerbang Logika Dasar


Gerbang logika dasar yang digunakan dalam rangkaian digital terdiri dari 5 gerbang
logika, yaitu:

 Gerbang AND - output adalah 1 jika KEDUA inputnya adalah 1


 Gerbang OR - output adalah 1 jika SETIDAKNYA satu input adalah 1
 Gerbang XOR - output adalah 1 jika HANYA satu input adalah 1
BAB 2. Logika Digital 2 Yoyok Adisetio Laksono
Fisika FMIPA UM
Gambar 2-2 Simbol gerbang logika

 Gerbang NAND - output adalah 1 jika SETIDAKNYA satu input adalah 0


 Gerbang NOR - output adalah 1 jika KEDUA inputnya 0

Adapun simbol gerbang logika dapat dilihat pada Gambar 2.2. Jika diperhatikan di gambar
tersebut ada elemen keenam dalam logika digital, yaitu pembalik (inverter) (kadang-
kadang disebut gerbang NOT). Inverter tidak benar-benar gerbang, karena dia tidak
membuat keputusan apa pun. Output dari inverter adalah 1 jika inputnya adalah 0, dan
sebaliknya.

Beberapa hal yang perlu diperhatikan tentang gambar di atas:


 Biasanya, nama gerbang tidak dicetak; simbol dianggap cukup untuk identifikasi.
 Notasi terminal tipe A-B-Q adalah standar, meskipun diagram logika biasanya akan
menghilangkannya untuk sinyal yang bukan merupakan input atau output ke
sistem secara keseluruhan.
 Dua perangkat input adalah standar, tetapi terkadang Anda akan melihat
perangkat dengan lebih dari dua input, dan dia tetap hanya memiliki satu output.

2.4 Tabel Kebenaran


Untuk menggambarkan fungsionalitas rangkaian digital yang kompleks digunakan tabel
kebenaran. Tabel kebenaran adalah gambaran sederhana yang menjelaskan keluaran
suatu rangkaian dalam kaitannya dengan berbagai masukan ke dalam rangkaian tersebut.
Gambar 2.3 menunjukkan tabel kebenaran dari enam elemen utama gerbang logika.
Dalam tabel tersebut semua kemungkinan masukan diberikan untuk pin A dan B. Biasanya
untuk satu pin kombinasi masukannya adalah 0 dan 1. Kemudian dikombinasi dengan pin
input lainnya yang juga 0 dan 1. Perhatikan kolom A dan baris B dimana unutk A=0 maka
dikombinasi dengan B = 0,1 menghasilkan output yang diletakkan di pertemuan baris dan
kolom.

BAB 2. Logika Digital 3 Yoyok Adisetio Laksono


Fisika FMIPA UM
Gambar 2-3. Tabel kebenaran 6 komponen gerbang logika.

Gambar 2-4. Tabel kebenaran dari rangkaian OR, AND, dan XOR.

Dengan tabel kebenaran kita bisa menganalisa kelakuan rangkain digital sehingga bisa
diketahui sifat keluarannya berdasar masukan. Dengan tabel kebenaran maka masukan
dapat diperluas secara bebas. Gambar 2.4 adalah contoh rangkaian empat input dan
keluarannya dalam tabel kebenaran. Dalam tabel kebenarannya semua kemungkinan
kombinasi masukan diberikan, biasanya untuk dua masukan memiliki 4 pola masukan 00,
01, 10, dan 11. Untuk 4 input maka ada 4 pola dikombinasi dengan 4 pola masukan yang

BAB 2. Logika Digital 4 Yoyok Adisetio Laksono


Fisika FMIPA UM
sama maka akan ada 16 pola masukan dan keluaran, perhatikan pada kolom AB dan baris
CD.

2.5 Aljabar Boolean


Untuk keperluan merancang rangkaian digital berdasarkan gerbang dasar digunakan
notasi matematika yang disebut sebagai aljabar boolean. Aljabar ini mirip dengan aljabar
standar matematika namun diterapkan dalam sistem logika. Simbol matematika untuk
gerbang logika standar diuraikan sebagai berikut:

 A AND B harus ditulis sebagai AB (atau A • B)


 A OR B harus ditulis sebagai A + B
 A XOR B harus ditulis sebagai A ⊕ B
 NOT A harus ditulis sebagai A' atau A.
 NAND harus ditulis (AB)' , (A • B)' , atau (AB)
 NOR harus ditulis (A + B)' or ( + )
Berdasar simbol tersebut maka rangkaian di Gambar 2.4 ditulis sebagai (A + B) ⊕ CD.
Salah satu hukum penting dalam aljabar boolean adalah hukum DeMorgan. Hukum
DeMorgan mempunyai dua aturan untuk menyelesaikan berbagai persamaan aljabar
Boolean dengan mengubah OR ke AND, dan AND ke OR.
Hukum pertama DeMorgan menyatakan bahwa ketika ada dua (atau lebih) variabel input
di-AND dan dinegasikan, maka hasilnya sama dengan OR komplemen dari variabel
individual. Dalam notasi aljabar berlaku:

. = ̅+ (2-1)

Adapun bukti tabel kebenaran dan rangkaiannya adalah seperti dalam Gambar 2.1.

Gambar 2-5. Tabel kebenaran Hukum DeMorgan pertama.

BAB 2. Logika Digital 5 Yoyok Adisetio Laksono


Fisika FMIPA UM
Hukum DeMorgan kedua menyatakan bahwa persamaan dari fungsi NOR adalah fungsi
AND negatif yang membuktikan bahwa + = ̅. , dan tabel kebenaran dan
rangkaiannya dapat dilihat pada Gambar 2.2 berikut.

Gambar 2-6. Tabel kebenaran dan rangkaian dari hukum DeMorgan kedua.

2.6 Teorema Aljabar Logika


Berikut ini adalah hasil dari beberapa teorema dalam aljabar logika. Hasil ini penting sekali
untuk menyederhanakan rangkaian logika.

1a. X • 0 = 0 1b. X + 1 = 1 Annulment Law

2a. X • 1 = X 2b. X + 0 = X Identity Law

3a. X • X = X 3b. X + X = X Idempotent Law

4a. X • X = 0 4b. X + X = 1 Complement Law

5. X=X Double Negation Law

6a. X • Y = Y • X 6b. X + Y = Y + X Commutative Law

7a. X (Y Z) = (X Y) Z = (X Z) Y = X Y Z Associative Law

7b. X + (Y + Z) = (X + Y) + Z = (X + Z) + Y = X + Y + Z Associative Law

8a. X • (Y + Z) = X Y + X Z 8b. X + Y Z = (X + Y) • (X + Z) Distributive Law

9a. X • Y = X + Y 9b. X + Y = X • Y de Morgan's Theorem

10a. X • (X + Y) = X 10b. X + X Y = X Absorption Law

11a. (X + Y) • (X + Y) = X 11b. X Y + X Y = X Redundancy Law

BAB 2. Logika Digital 6 Yoyok Adisetio Laksono


Fisika FMIPA UM
12a. (X + Y) • Y = XY 12b. X Y + Y = X + Y Redundancy Law

13a. (X + Y) • (X + Z) • (Y + Z) = (X + Y) • (X + Z) Consensus Law

13b. X Y + X Z + Y Z = X Y + X Z Consensus Law

14a. X ⊕ Y = (X + Y) • (X + Y) 14b. X ⊕ Y = X Y + X Y XOR Gate

15a. X ⊙ Y = (X + Y) • (X • Y) 15b. X ⊙ Y = X Y + X Y XNOR Gate

15c. X ⊙ Y = (X + Y) • (X + Y) XNOR Gate

Contoh penerapannya:

Gambar 2-7. Contoh penerapan aljabar boolean.

2.7 Penyederhanaan Rangkaian Logika dengan Pemetaan


Untuk menyederhanakan rangkaian logika bisa digunakan dengan memetakan nilai
kebenaran kemudian dicari yang menghasilkan nilai 1 atau 0 saja. Untuk mencari berdasar
nilai 1 disebut minterm dan untuk 0 saja disebut maxterm.
Sebagai contoh perhatikan rangkaian contoh berikut ini:

BAB 2. Logika Digital 7 Yoyok Adisetio Laksono


Fisika FMIPA UM
Gambar 2-8. Contoh penerapan minterm.

Dalam Gambar 2-8. Contoh penerapan minterm.Gambar 2-8 kita saring tabel kebenaran
yang menghasilkan keluaran 1 dan jika ada input 0 maka input harus diinversi. Kemudian
semua persamaan yang menghasilkan 1 diORkan untuk memperoleh rangkain yang lebih
sederhana.
Gambar 2-9 menunjukkan contoh penggunaan metode maxterm. Dalam metode ini dicari
yang memiliki nilai 0 dan disusun persamaannya dengan variabel input bernilai 1 harus
diinversi (dibalik nilainya) kemudian diANDkan.

Gambar 2-9. Contoh untuk maxterm

BAB 2. Logika Digital 8 Yoyok Adisetio Laksono


Fisika FMIPA UM
2.8 Tugas 2
1. Gambarlah simbol dan tabel kebenaran yang benar untuk setiap gerbang logika
berikut menggunakan tangan:
a) NOT
b) AND
c) OR
d) NAND
e) NOR
2. Carilah persamaan aljabar Q dari tabel kebenaran berikut ini dengan minterm dan
maxterm:

A B C Q
0 0 0 0
0 0 1 1
0 1 0 1
0 1 1 0
1 0 0 1
1 0 1 0
1 1 0 0
1 1 1 0
3. Buatlah tabel kebenaran untuk rangkaian logika berikut ini.

4. Carilah persamaan aljabar boolean dari soal nomor 3 dengan minterm dan
maxterm.

BAB 2. Logika Digital 9 Yoyok Adisetio Laksono


Fisika FMIPA UM

Anda mungkin juga menyukai