Panduan Praktis Pelaksanaan Audit Lingkungan Hidup
Panduan Praktis Pelaksanaan Audit Lingkungan Hidup
com
Panduan Praktis
Pelaksanaan Audit
Lingkungan Hidup
Dapat didownload di www.bukukerja.com
Dapat didownload di www.bukukerja.com
SAMBUTAN
Buku ini diterbitkan sebagai bagian dari upaya Kementerian Lingkungan Hidup (KLH) untuk meningkatkan
pemahaman pihak-pihak terkait terhadap Audit Lingkungan. Selain itu Undang-Undang No 32 Tahun 2009
tentang Perlindungan dan pengelolaan Lingkungan Hidup (PPLH) mencantumkan ketentuan pelaksanaan
Audit Lingkungan.
Buku ini dapat dibaca oleh pihak-pihak yang terlibat langsung maupun yang tidak terlibat langsung dalam
pelaksanaan Audit Lingkungan.
Kami berharap pembaca mendapat manfaat dari buku ini. Kami juga menyampaikan apresiasi kepada
pihak DANIDA (Pemerintah Kerajaan Denmark) yang telah mendukung penerbitan buku ini sebagai bagian
dari kegiatan Environmental Support Programme Phase 2.
DAFTAR ISI
SAMBUTAN ii
DAFTAR ISI iii
KEGUNAAN DAN SISTIMATIKA BUKU v
1. APAKAH AUDIT LINGKUNGAN HIDUP 1
1.1 Manfaat Audit Lingkungan 1
1.2 Landasan Hukum Audit Lingkungan 2
1.3 Para Pihak dalam Audit 2
1.4 Tahap Pelaksanaan Audit 3
2. MEMPERSIAPKAN DAN MERENCANAKAN AUDIT 5
2.1 Menetapkan Tujuan Audit 5
2.2 Memilih dan Menetapkan Ketua Tim Audit 6
2.3 Menseleksi dan Menetapkan Lingkup Audit 6
2.4 Menetapkan Kriteria Audit 7
2.5 Memilih dan Menetapkan Anggota Tim Audit 8
2.6 Membagi Tugas dan Tanggungjawab Anggota Tim Audit 9
2.7 Menjalin Komunikasi Awal dengan Auditi 10
2.8 Mengumpulkan Data/Informasi Dasar Auditi 10
2.9 Menetapkan Kelayakan Audit 11
2.10 Mengkaji Data/Informasi Dasar Auditi 11
2.11 Merancang Tata Waktu Proses Audit dan Kegiatan Audit Lapangan 11
2.12 Menyusun Kerangka Protokol Audit 12
2.13 Merencanakan Pengumpulan Fakta dan Informasi 12
2.14 Menetapkan Kerangka Sistematika Laporan Audit 13
2.15 Menyusun Rencana Audit (audit plan) 13
2.16 Persiapan Akhir Auditor 15
3. MELAKSANAKAN AUDIT LAPANGAN 17
3.1 Pertemuan Pembukaan (opening meeting) 17
3.2 Observasi Singkat Lapangan Menyeluruh (Site Tour) 18
iii
Dapat didownload di www.bukukerja.com
Diterbitkan oleh : Deputi Menteri Negara Lingkungan Hidup Tata Lingkungan, Kementerian
Negara Lingkungan Hidup Republik Indonesia,
e-mail: amdal@menlh.go.id, Website: www.menlh.go.id
Diterbitkan oleh : Danish Internasional Development Agency (DANIDA melalui Environmental
Sector Programme (ESP) Phase 2,
email: secretariat@esp2indonesia.org, Website: www.esp2indonesia.org
Pengarah : Ary Sudijanto (Kementerian Negara Lingkungan Hidup)
Ketua Pelaksana : Laksmi Widyajayanti (Kementerian Negara Lingkungan Hidup)
Disusun oleh : Rustiawan Anis
Grafis : Peaks
v
Dapat didownload di www.bukukerja.com
vii
Dapat didownload di www.bukukerja.com
Foto: Endro
Panduan Evaluasi Audit Lingkungan
viii
Dapat didownload di www.bukukerja.com
1 APAKAH AUDIT
LINGKUNGAN HIDUP?
Audit didefinisikan di dalam SNI 19-19011-2005 sebagai berikut:
‘proses yang terdokumentasi, sistematik, dan mandiri untuk memperoleh bukti audit dan
mengevaluasinya secara objektif untuk menentukan sampai sejauh mana kriteria audit dipenuhi’
(SNI 19-19011-2005)
Sedangkan Audit Lingkungan menurut Undang-Undang No.32 Tahun 2009 tentang PPLH didefinisikan
sebagai ‘evaluasi yang dilakukan untuk menilai ‘ketaatan’ penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan
terhadap persyaratan hukum dan kebijakan yang ditetapkan oleh pemerintah’. Definisi yang disebutkan
dalam UU No.32 Tahun 2009 tersebut mengandung makna bahwa audit lingkungan yang dimaksud
adalah ‘audit penaatan’ (environmental compliance audit), dengan kriteria/rujukan audit adalah peraturan
perundang-undangan dan kebijakan yang ditetapkan oleh pemerintah.
Proses yang sistematik dalam audit dicirikan oleh tahapan dan langkah kerja pelaksanaan audit yang runut
dan sistemik, dimulai dari persiapan, perencanaan, pelaksanaan, evaluasi, dan pelaporan. Dengan proses
yang dilaksanakan secara sistematik akan dihasilkan hasil audit yang dapat dipercaya, handal dan dapat
dipertanggungjawabkan sesuai tujuan yang ditetapkan.
Sifat kemandirian dalam proses audit merupakan kunci penting untuk memperoleh hasil audit yang objektif
dan dapat dipercaya. Oleh karenanya, untuk menjamin kemandirian audit dan mencegah terjadinya konflik
kepentingan dan ketidakberpihakan (impartiality), Tim audit hendaknya tidak memiliki hubungan kerja
dengan pihak atau obyek yang diaudit (Auditi) dalam rentang waktu tertentu.
Seluruh proses audit harus terdokumentasi, sejak persiapan, pelaksanaan, dan pelaporan audit. Proses
yang terdokumentasi dalam audit sangat penting, karena seluruh proses audit harus mampu ditelusuri
(traceable) untuk keperluan verifikasi dan validasi. Selain itu, dokumentasi audit, baik berupa dokumen
dan/atau rekaman sangat penting dalam menentukan apakah suatu temuan audit didukung oleh bukti
audit yang memadai dan objektif.
Bukti objektif merupakan persyaratan mutlak agar suatu temuan audit dapat diterima. Bukti objektif dapat
diperoleh melalui serangkaian verifikasi terhadap sekumpulan fakta dan informasi, baik melalui observasi
lapangan, kajian dokumen, maupun wawancara. Dengan perkataan lain, bukti objektif dapat juga disebut
dengan ‘bukti terverifikasi’.
Adanya kriteria audit merupakan salah satu kekhasan yang membedakan audit dengan instrumen evaluasi
manajemen lainnya, seperti asesmen, evaluasi, dan inspeksi. Audit hanya dapat dilaksanakan bila tersedia
dan telah ditetapkan kriteria audit, yang akan menjadi acuan atau rujukan dalam pelaksanaan penilaian.
Penilaian oleh seorang Auditor harus mengacu kepada kriteria audit, dan Auditor tidak diperkenankan
melakukan penilaian yang didasarkan hanya pada acuan keahlian profesional (professional judgement).
1
Dapat didownload di www.bukukerja.com
Klien
Auditi Auditor
Para Pihak dalam Proses Audit
Sangat penting memahami peran masing-masing pihak dalam proses audit, karena dalam penerapan
audit lingkungan para pihak dapat berbeda-beda, tergantung pada jenis audit yang dilakukan, apakah
audit lingkungan sukarela atau audit lingkungan yang diwajibkan. Khusus untuk jenis audit lingkungan
yang diwajibkan (Pasal 49 UU No.32 Tahun 2009), yang dimaksud ‘Klien adalah KLH’. Dua hal penting
berkaitan dengan para pihak ini yang patut diperhatikan dalam proses audit jenis apapun adalah ‘Auditor
bertanggungjawab kepada Klien, dan Auditor harus mandiri terhadap Auditi’.
3
Dapat didownload di www.bukukerja.com
2 MEMPERSIAPKAN DAN
MERENCANAKAN AUDIT
Kegiatan persiapan dan perencanaan audit adalah kegiatan awal yang sangat penting dan menentukan
keberhasilan pelaksanaan audit. Kegiatan ini bertujuan untuk mempersiapkan pelaksanaan audit lapangan
agar audit dapat dilaksanakan dengan efektif dan efisien, serta tercapainya tujuan audit. Persiapan dan
perencanaan audit yang tidak tepat akan mengakibatkan hasil audit yang tidak sesuai dengan harapan dan
kebutuhan Klien, yang pada akhirnya tidak mampu memberikan informasi bermakna untuk digunakan
dalam pengambilan keputusan kebijakan pengelolaan lingkungan hidup.
Pada tahap ini akan ditetapkan dan disepakati tujuan dan lingkup audit yang merupakan landasan
pelaksanaan audit. Kekeliruan dalam melingkup akan menyebabkan pelaksanaan audit lapangan akan
menjadi tidak fokus, salah sasaran, dan tidak efektif dan efisien. Temuan audit yang dihasilkan akan menjadi
tidak relevan dan kurang bermakna. Demikian pula dengan kesimpulan dan rekomendasi audit yang
dihasilkan akan menjadi tidak tepat sasaran. Oleh karenanya, kesalahan dan kekeliruan dalam persiapan
dan perencanaan audit dapat membuat seluruh proses audit menjadi sia-sia.
Kegiatan persiapan dan perencanaan audit merupakan suatu kegiatan perancangan kegiatan audit, oleh
karenanya harus mampu menjawab pertanyaan ‘apa yang diaudit? dimana audit dilaksanakan? kapan
audit dilakukan? bagaimana mengumpulkan data dan/informasi? dan siapa saja yang terlibat dalam
proses audit?’. Dengan merancang kegiatan audit dengan baik akan diperoleh manfaat tambahan bagi
pelaksanaan audit lapangan, dalam hal biaya, tenaga, dan waktu yang efektif dan efisien. Hasil akhir dari
kegiatan persiapan perencanaan audit adalah dokumen ‘kerangka acuan audit’ atau dikenal pula dengan
‘rencana audit’ (audit plan).
Berikut adalah langkah kegiatan dalam tahap persiapan dan perencanaan audit (pre-audit).
5
Dapat didownload di www.bukukerja.com
g. klasifikasi temuan yang ingin dipaparkan dalam laporan audit, bila sesuai, misalnya: temuan
ketaatan/kesesuaian (compliance/conformity findings), temuan ketidaktaatan/ketidaksesuaian
(non-compliance/non-conformity fingdings), dan bidang yang potensial untuk disempurnakan/
ditingkatkan kinerjanya (areas for improvement atau areas of concern). Selain itu, bila sesuai,
seyogyanya ditentukan pula apakah setiap temuan audit perlu dinilai taraf prioritas kepentingannya,
misalnya dalam bentuk ‘major atau minor findings’
h. rekomendasi atau saran tindak perbaikan/penyempurnaan yang diharapkan dari hasil audit, bila
sesuai.
Lingkup Audit
Penetapan lingkup audit sangatlah penting sebagai landasan menentukan keluasan dan kedalaman dari
audit yang akan dilaksanakan. Juga untuk menentukan kebutuhan keahlian/kompetensi khusus yang
harus dipenuhi dalam Tim audit, termasuk pula menentukan teknik pelaksanaan audit dan pelaporan
audit. Lingkup audit dapat di-amandemen (ditambah atau dikurangi) berdasarkan keputusan Klien.
7
Dapat didownload di www.bukukerja.com
diterbitkan oleh pemerintah pusat maupun daerah, dan bila relevan dapat pula mencakup perjan-
jian dan/atau konvensi internasional yang telah diratifikasi oleh Pemerintah Indonesia. Hendaknya
dipastikan bahwa peraturan perundang¬undangan lingkungan hidup yang digunakan sebagai kri-
teria audit adalah yang terkini dan masih berlaku, serta tidak hanya diterbitkan oleh KLH namun
juga oleh instansi teknis sektoral lainnya.
b. Dokumen lingkungan, yang telah disetujui/disahkan, masih berlaku, dan digunakan Auditi sebagai
acuan dalam melaksanakan kegiatan pengelolaan dan pengendalian lingkungan hidup, seperti do-
kumen RKL/RPL atau UKL/UPL, dokumen analisa resiko lingkungan, dan dokumen sejenis lainnya.
c. Persyaratan dan ketentuan lain yang sesuai dan relevan dengan tujuan dan lingkup audit yang
ditetapkan, misalnya praktik pengelolaan lingkungan yang baik (best environmental management
practices), kebijakan dan prosedur operasi internal (SOP) Auditi, dan lainnya.
Akan sangat membantu bila kriteria audit dirinci dan dipetakan kesesuaian penggunaannya dengan
lingkup audit. Bila hal ini dilakukan, akan mempermudah penyusunan protokol audit yang akan digunakan
sebagai pedoman kerja dalam pelaksanaan audit lapangan.
Kriteria audit yang telah ditetapkan dapat saja berubah seiring dinamika perkembangan proses audit,
namun setiap perubahan kriteria audit harus disepakati bersama antara Klien dan Ketua Tim audit, dan
bila dipandang perlu dapat pula dikonsultasikan kepada Auditi.
Hendaknya diperhatikan dan dipastikan dengan Klien bahwa yang dicantumkan sebagai kriteria audit
adalah yang benar-benar relevan dengan tujuan audit dan lingkup audit yang telah ditetapkan, dan benar-
benar akan dinilai ketaatan/kesesuaian-nya dalam pelaksanaan audit lapangan serta dilaporkan hasil
penilaiannya (temuan) dalam laporan audit.
Peraturan perundang-undangan lingkungan hidup yang digunakan sebagai kriteria audit berbeda
penggunaannya dengan penyusunan dokumen AMDAL, yangmana pada dokumen AMDAL hanya
digunakan sebatas peraturan perundang-undangan yang relevan dalam memprakirakan dampak
lingkungan.
Beberapa pertimbangan berikut ini dapat digunakan untuk menetapkan jumlah dan komposisi Tim
audit:
a. Tujuan, lingkup, kriteria dan jumlah waktu (lama) audit yang tersedia;
b. Kompetensi tim audit secara keseluruhan yang diperlukan untuk mencapai tujuan audit (dalam
hal bidang keahlian spesifik);
c. Peraturan perundang-undangan dan persyaratan lain yang diberlakukan dan relevan digunakan
sebagai kriteria audit;
d. Jaminan kemandirian dan ketidak-berpihakan (impartialitas) tim audit terhadap kegiatan yang
diaudit dan untuk mencegah terjadi konflik kepentingan;
e. Kemampuan anggota tim audit untuk berinteraksi secara efektif dengan auditi, dan kemampuan
untuk bekerja bersama dalam suatu tim audit;
f. Bahasa yang digunakan dalam audit, dan pemahaman terhadap karakteristik sosial dan budaya
tertentu dari auditi, yang dapat ditunjukkan melalui ketrampilan yang dimiliki oleh auditor.
Usulan Tim audit yang diajukan Ketua Tim audit dapat saja ditolak oleh Klien dan/atau Auditi, atau
dimintakan penggantian terhadap anggota tim audit tertentu. Bila terjadi penolakan oleh Klien dan/
atau Auditi, hendaknya Ketua Tim audit diberikan alasan tentang penolakan tersebut. Penolakan atau
permintaan penggantian anggota tim audit harus disertai alasan yang jelas, logis, dan dapat diterima,
antara lain namun tidak terbatas pada:
a. Auditor tidak memenuhi persyaratan kompetensi yang ditetapkan atau Auditor memiliki rekam je-
jak dan/atau unjuk kerja yang kurang memuaskan;
b. Auditor memiliki situasi konflik kepentingan yang berpotensi pada keberpihakan dan tidak mandiri,
seperti misalnya anggota tim audit pernah bekerja sebagai karyawan pada organisasi Auditi atau
pernah memberikan jasa konsultasi kepada Auditi (dalam rentang waktu 2 tahun terakhir);
c. Auditor pernah menunjukkan perilaku dan atribut yang tidak etis pada pelaksanaan audit sebelum-
nya.
Seperti halnya Ketua Tim audit, Anggota Tim audit harus memiliki ‘sertifikat kompetensi auditor lingkungan
hidup’ yang diterbitkan oleh lembaga sertifikasi kompetensi (LSK) auditor lingkungan hidup.
9
Dapat didownload di www.bukukerja.com
Penting diperhatikan dan dipastikan oleh Ketua Tim audit bahwa seluruh lingkup audit telah terdelegasikan
kepada Anggota Tim audit, dan memastikan masing¬masing telah paham akan peran, tugas dan
tanggungjawabnya dalam pelaksanaan audit lapangan. Perubahan peran dan penugasan Anggota
Tim audit dimungkinkan untuk dilakukan saat audit lapangan berlangsung seiring perkembangan dan
dinamika pelaksanaan audit lapangan.
Data/informasi dasar Auditi yang diperlukan untuk perencanaan audit antara lain adalah:
struktur organisasi, sumberdaya manusia, bahan baku dan bahan penolong, proses/kegiatan, fasilitas
pendukung (utilities), konsumsi sumberdaya alam (air, energi), jenis dan karakter limbah utama, peta (lokasi,
tata letak, dsb), tabel ringkasan RKL dan RPL, ketersediaan data/rekaman pemantauan lingkungan, dan
data/informasi dasar lain yang terkait dan relevan dengan tujuan dan lingkup audit.
Segenap informasi dasar ini bermanfaat bagi Tim audit untuk mengetahui dan memahami kompleksitas
dan karakteristik dari usaha/kegiatan Auditi, termasuk karakter dari populasi data/informasi yang
dimiliki Auditi. Informasi dasar yang dikumpulkan hendaknya dipergunakan Tim Audit untuk menyusun
perencanaan dan strategi pelaksanaan audit lapangan.
Untuk meningkatkan pemahaman dan wawasan Tim audit tentang tapak Auditi dan situasi aktual, sangat
baik dan disarankan bila pada beberapa situasi dan/atau kondisi tertentu, Ketua Tim audit melakukan
‘kunjungan pendahuluan ke tapak’ (initial site-visit), khususnya bila lingkup audit cukup kompleks dan
membutuhkan pemahaman secara langsung di tapak.
Patut diperhatikan bahwa Auditi seyogyanya menyampaikan dengan sebenar¬benarnya informasi dasar
ini sesuai permintaan Tim audit. Dan bagi Tim audit hendaknya hanya mengumpulkan sebatas informasi
dasar saja yang relevan dan dibutuhkan untuk penyusunan rencana audit.
11
Dapat didownload di www.bukukerja.com
13
Dapat didownload di www.bukukerja.com
Rencana audit harus mampu memperagakan lingkup dan kompleksitas audit yang dilaksanakan,
dan hendaknya dibuat cukup luwes dan fleksibel untuk mengantisipasi adanya perubahan dan/atau
penyesuaian, seperti perubahan dalam lingkup audit seiring perkembangan dan dinamika kegiatan
audit lapangan, tentunya tanpa mengurangi pencapaian tujuan audit yang telah ditetapkan. Selain itu,
rencana audit hendaknya pula mampu memfasilitasi penjadualan dan pengkoordinasian kegiatan audit di
lapangan.
KOTAK-3. RENCANA AUDIT
Berikut adalah hal-hal minimal yang seharusnya dicakup dalam suatu dokumen rencana audit:
a. identitas Klien dan Auditi;
b. tujuan audit;
c. deskripsi ringkas usaha dan/atau kegiatan (dilengkapi peta, gambar, diagram);
d. lingkup audit dan kriteria audit;
e. prioritas/fokus bidang audit;
f. identitas Tim Audit, mencakup peran dan tanggungjawab masing-masing anggota tim audit,
termasuk tenaga ahli bila ada, serta personil lain (misal: pendamping/pemandu, pengawas/
observer, auditor magang/trainee auditor);
g. proses dan metode/prosedur kerja audit lapangan;
h. tata waktu pelaksanaan pelaksanaan audit keseluruhan;
i. lokasi dan tata waktu (jadual) pelaksanaan audit lapangan, termasuk jadual wawancara dengan
manajemen Auditi;
j. rencana pencuplikan fakta (sampling plan);
k. kerangka protokol audit yang digunakan;
l. kerangka sistematika paparan laporan audit;
m. pernyataan kerahasiaan, kemandirian dan ketidakberpihakan;
n. ringkasan riwayat hidup Tim audit (Auditor Utama, Auditor, dan Tenaga Ahli).
Bila relevan dan dibutuhkan atau dipersyaratkan khusus oleh Klien, rencana audit hendaknya mencakup
pula hal-hal berikut:
a. daftar personil yang akan diwawancarai, area/fasilitas/kegiatan yang akan diobservasi dan
diperiksa, serta dokumen/rekaman yang akan dievaluasi/diuji saat audit lapangan;
b. pengaturan logistik (perjalanan, akomodasi, logistik, dan fasilitas di llain apangan);
c. alokasi sumberdaya secara khusus yang dibutuhkan untuk topik/bidang audit yang sangat
penting dan prioritas;
d. bahasa yang digunakan dalam pelaksanaan audit lapangan dan bahasa pelaporan audit, bila hal
ini berbeda dengan bahasa Auditor dan/atau Auditi;
e. pernyataan dan pengaturan hal-hal yang terkait dengan kerahasiaan;
f. informasi pendukung lain yang sesuai dan relevan, seperti misalnya surat perintah audit, surat
usulan audit dari pihak yang berkepentingan, surat persetujuan penetapan Tim audit.
Klien hendaknya mengkaji dan memberikan persetujuan terdokumentasi terhadap rencana audit sebelum
dimulainya kegiatan audit lapangan. Patut diperhatikan oleh Ketua Tim audit dan Klien, bahwa audit
lapangan hendaknya tidak dilaksanakan sebelum Klien mengeluarkan persetujuan/pengesahan terhadap
rencana audit.
Rencana audit hendaknya disampaikan dan bila perlu dipaparkan pula kepada Auditi sebelum kegiatan
audit lapangan dimulai. Setiap keberatan dari Auditi seyogyanya dipertimbangkan, dan hendaknya dapat
diselesaikan antara Ketua Tim audit, Auditi dan Klien. Perubahan atau revisi setiap rencana audit hendaknya
pula disetujui diantara pihak-pihak yang terkait sebelum proses audit dilanjutkan.
15
Dapat didownload di www.bukukerja.com
3 MELAKSANAKAN
AUDIT LAPANGAN
Audit lapangan merupakan kegiatan pengumpulan dan verifikasi fakta dan informasi untuk memperoleh
bukti audit yang objektif melalui serangkaian observasi/pengamatan lapangan, evaluasi dokumen/
rekaman, serta wawancara personil.
Pencapaian tujuan audit sangat bergantung pada efektifitas pelaksanaan kegiatan audit lapangan. Oleh
karenanya, faktor berikut hendaknya diperhatikan dan dipertimbangkan dalam melaksanakan audit
lapangan, yaitu:
a. efektifitas waktu;
b. pencapaian tujuan audit; dan
c. keamanan dan keselamatan tim audit.
Audit lapangan dilaksanakan dengan sistemik sesuai dengan rencana audit yang telah disepakati antara
Auditor dan Auditi. Berikut adalah kegiatan yang hendaknya dilakukan Tim Audit pada kegiatan audit
lapangan.
17
Dapat didownload di www.bukukerja.com
Dalam mengumpulkan fakta/informasi, masing-masing anggota Tim audit hendaknya ‘berfokus’ pada
topik/bidang audit yang menjadi tanggungjawabnya. Fakta/informasi yang dikumpulkan dan diverifikasi
hanyalah fakta/informasi yang relevan dengan topik audit. Terlalu banyak informasi dikumpulkan namun
tidak relevan akan memboroskan waktu dan akan mempersulit Tim audit untuk mendokumentasikan dan
mengevaluasinya atau ‘too much data will kill you’.
Auditi diharapkan tidak menyembunyikan informasi yang diminta oleh Tim audit tanpa alasan yang dapat
diterima (misalnya kerahasiaan). Jika hal ini terjadi, Tim audit hendaknya mencatatnya sebagai keterbatasan
dalam audit (audit limitation), selain keterbatasan lainnya seperti kerahasiaan.
Bila selama pelaksanaan audit, Tim Audit mendapat kesulitan dan/atau hambatan dari Auditi, seperti
misalnya Auditi tidak dapat bekerjasama (tidak kooperatif ), tidak menyediakan atau membuka akses data/
informasi yang dibutuhkan, maka Tim Audit dapat melaporkan hambatan tersebut kepada Klien untuk
ditindaklanjuti.
Tim audit hendaknya berupaya mengumpulkan fakta/informasi yang cukup dan mempertimbangkan
setiap temuan dan gabungan temuan yang kurang penting, yangmana keduanya dapat mempengaruhi
kesimpulan audit.
Satu atau lebih fakta/informasi hendaknya diverifikasi dengan lebih dari satu metode, untuk mendapatkan
keyakinan bahwa fakta/informasi yang dikumpulkan telah diverifikasi. Tim audit dapat memulai
pengumpulan dan verifikasi dengan metode apa saja, tergantung kepada topik/bidang yang di-audit dan
ketersediaan waktu yang telah disepakati.
Tim audit hendaknya memelihara kertas kerja auditor (auditor notes) untuk mendukung proses
pengumpulan dan verifikasi data/informasi. Selama proses pengumpulan dan verifikasi ini, Tim audit
hendaknya merekam jenis, sumber, kualitas, dan kehandalan informasi yang diperoleh. Hal ini akan
memungkinkan informasi divalidasi denga n lebih efektif.
19
Dapat didownload di www.bukukerja.com
Saat melakukan evaluasi dan verifikasi dokumen/rekaman, Auditor hendaknya melakukan dua hal, yaitu:
a. Memastikan kelengkapan, kesesuaian dan/atau kecukupan, mencakup keberadaan dan kelengka-
pan isi dokumen sebagaimana yang dipersyaratkan kriteria audit.
b. Mem-verifikasi dan mem-validasi substansi isi dokumen/rekaman, mencakup bila sesuai:
• Keabsahan, misalnya otorisasi;
• Konsistensi isi;
• Metode uji dan tingkat ketelitian, misalnya untuk data hasil analisa laboratorium, pemantauan
dan pengukuran kualitas lingkungan;
• Masa berlaku misalnya perijinan.
Hendaknya diperhatikan oleh Tim audit untuk selalu merekam identitas dokumen/rekaman yang
dievaluasi/diverifikasi, seperti nama/judul, waktu terbit, penerbit atau penanggungjawab.
Dokumen/data yang disimpan dalam media elektronik (digital) hendaknya dievaluasi dan diverifikasi pula.
Auditor seyogyanya memiliki kemampuan teknis dalam bidang pengelolaan data/rekaman elektronik.
Penting diperhatikan oleh Auditor, bahwa evaluasi dan verifikasi terhadap data/rekaman dengan populasi
besar hendaknya dipilih melalui pencuplikan dengan metode yang sesuai dengan karakter data/rekaman.
kegiatan/area kerja. Untuk meningkatkan fakta pendukugn Tim audit dapat melakukan perekaman
(gambar/video) dengan seijin Auditi dan/atau pendamping.
Dalam observasi lapangan, Tim audit hendaknya berfokus pada aspek dan dampak lingkungan (penting).
Tim audit hendaknya melakukan penelusuran dan memahami ‘penyebab dampak, dampak, akibat dampak,
dan aliran dampak’, baik dampak yang telah dan sedang terjadi, maupun potensial terjadi.
KOTAK-4. APA YANG DIOBSERVASI ?
Bila dalam suatu observasi lapangan Tim audit menjumpai suatu fakta aktual dari suatu kegiatan/proses
yang senyatanya mencemari lingkungan, Auditor hendaknya langsung mengkomunikasikan hal tersebut
kepada Auditi tanpa ditunda, dan meminta Auditi segera melakukan tindakan koreksi saat itu juga, sejauh
yang dapat dilakukan.
Dalam melakukan observasi lapangan, Tim audit hendaknya mentaati seluruh persyaratan kesehatan dan
keselamatan yang diberlakukan pada area observasi lapangan.
3.3.3 Wawancara
Wawancara merupakan cara mengumpulkan informasi untuk memadukan, memperkaya, dan memverifikasi
informasi yang diperoleh dari hasil evaluasi dokumen/rekaman serta hasil observasi lapangan.
Personil yang diwawancarai (interviewee) dapat berasal dari individu atau kelompok individu yang ada di
dalam atau di luar tapak usaha/kegiatan. Diantara beragam jenis pertanyaan, personil yang diwawancarai
dapat diminta, bila relevan untuk:
• menjelaskan pekerjaannya dan terjadinya dan cara pekerjaan tersebut dilaksanakan saat ini dan
masa lalu; dan
• memberikan informasi tentang penggunaan tapak dan kondisinya, dengan perhatian khusus pada
beberapa kejadian yang telah, sedang, atau mungkin menimbulkan dampak lingkungan.
21
Dapat didownload di www.bukukerja.com
Setiap kali wawancara kepada seorang personil hendaknya dilakukan tidak lebih dari 1 jam. Interviewee
yang penting dapat diwawancarai lebih dari 1 kali, dan dapat dikombinasikan dengan observasi lapangan
dan evaluasi dokumen/rekaman. Penting diperhatikan pemilihan waktu wawancara, dimana waktu
menjelang istirahat atau usai jam kerja akan membatasi akurasi dan objektifitas wawancara.
Saat waktunya berwawancara, hendaknya Tim audit tepat waktu. Sebelum wawancara dimulai, seyogyanya
Tim audit memperkenalkan diri dan menjelaskan tujuan audit dan wawancara, serta memberitahu dan
menyepakati perkiraan lama waktu wawancara. Penting untuk memberikan kesempatan waktu kepada
interviewee untuk bertanya tentang tujuan dan kegiatan audit.
Tim audit dapat memulai wawancara dengan menyampaikan wawasan ringkas terhadap peran dan
tanggung-jawab interviewee atau sebaliknya, meminta agar interviewee menjelaskan tentang tugas dan
tanggungjawabnya. Pertanyaan yang diajukan Tim audit hendaknya mengacu kepada protokol/ checklist
yang telah direncanakan, dan pertanyaan dimulai dari pertanyaan umum menuju ke pertanyaan rinci/
detail. Setiap kali Tim audit bertanya hendaknya hanya mengajukan satu pertanyaan, dan selanjutnya
dapat mengembangkan pertanyaan lanjutan yang muncul dari jawaban interviewee.
Tim audit harus menjaga pertanyaan dan diskusi tetap dalam lingkup topik audit. Pertanyaan yang
diajukan hendaknya menggunakan bahasa dan istilah yang dipahami interviewee, jelas, ringkas, dan dapat
dimengerti.
Personil yang diwawancarai hendaknya tidak diwajibkan untuk menjawab setiap pertanyaan, yangmana
mungkin personil tersebut memiliki keterbatasan pengetahuan. Tim audit hendaknya mengkualifikasikan
temuan audit yang berkaitan dengan hal diatas. Tim audit hendaknya memverifikasi bahwa kekurangan
informasi yang diperoleh dari interviewee tidak disebabkan oleh kurangnya komunikasi, termasuk
ketrampilan berbahasa atau cara Auditor mengungkapkan pertanyaan.
Bila waktu yg disepakati telah habis, Tim audit hendaknya menutup wawancara, dan menyimpulkan hasil
wawancara serta mengkajinya bersama interviewee. Bila masih dibutuhkan wawancara lanjutan, sepakati
waktu pertemuan berikutnya untuk melanjutkan wawancara yang belum selesai atau memverifikasinya
kembali setelah melakukan observasi dan evaluasi dokumen. Jangan lupa untuk berterima kasih kepada
interviewee atas kerjasama dan waktu yang disediakan untuk wawancara.
Hasil dari setiap wawancara sebaiknya dirangkum, dan setiap rangkuman kesimpulan wawancara jika
memungkinkan hendaknya dikonfirmasikan kepada interviewee.
KOTAK-5. TEKNIK WAWANCARA
23
Dapat didownload di www.bukukerja.com
hendaknya Ketua Tim audit mengkaji dan mengevaluasinya terlebih dahulu secara seksama. Perubahan
lingkup audit selama kegiatan audit lapangan dapat dilakukan oleh Ketua Tim audit, namun harus
mendapat persetujuan Klien.
25
Dapat didownload di www.bukukerja.com
Foto: Endro
Panduan Evaluasi Audit Lingkungan
26
Dapat didownload di www.bukukerja.com
4 PELAPORAN
AUDIT
Kegiatan penyusunan, pengesahan, dan penyampaian laporan audit merupakan kegiatan akhir dalam
proses audit. Keseluruhan proses audit dan hasil audit diperagakan dalam laporan audit. Laporan audit
yang akurat dan handal diperlukan untuk menjadi landasan bagi Klien dalam mengambil keputusan.
Untuk itu, seyogyanya laporan audit disusun berlandaskan bukti objektif dan terverifikasi.
27
Dapat didownload di www.bukukerja.com
dengan melakukan ‘cross review’ diantara anggota tim audit. Suatu temuan dinilai cukup dan memadai
secara kualitas dan kuantitas, bila lebih dari seorang auditor yang kompeten dan mandiri menghasilkan
penilaian yang sama terhadap sekumpulan bukti audit yang dibandingkan dengan menggunakan kriteria
audit yang sama.
menyampaikan dan meminta persetujuan Klien sebelum memutuskan menggunakan sistematika laporan
audit yang baru.
Walaupun format dan sistematika laporan dapat berbeda-beda, namun pada umumnya laporan audit
memuat 4 (empat) unsur/bagian pokok, yaitu:
a. Informasi Umum; bagian ini memuat dan menjelaskan informasi umum tentang latar belakang
dan tujuan audit, identitas pihak yang terlibat dalam audit, serta proses audit dan pelaksanaannya,
termasuk lingkup dan kriteria audit, serta metodologi audit.
b. Temuan Audit; bagian ini merupakan bagian utama isi laporan yang memuat hasil audit. Sistimati-
ka paparan temuan audit dapat disusun berdasarkan pendekatan lingkup audit menurut organisasi
fungsional, proses, area kerja, tapak kegiatan/fasilitas, komponen dan isu lingkungan, atau kombi-
nasi diantaranya.
c. Kesimpulan Audit; bagian ini memuat evaluasi menyeluruh temuan audit dan secara jelas mampu
menjawab tujuan audit yang ditetapkan dalam rencana audit. Pada bagian ini, bila sesuai, dapat
pula dimuat rekomendasi atau saran tindak lanjut audit.
d. Lampiran; bagian ini memuat data dan/atau informasi pendukung yang penting dan relevan den-
gan temuan audit, seperti protokol audit, daftar dokumen/rekaman yang diperiksa/dievaluasi, daf-
tar personil yang diwawancarai, daftar fasilitas yang diobservasi, dan informasi lainnya.
Laporan audit hendaknya lengkap, akurat, jelas dan ringkas, artinya siapapun pihak berkepentingan yang
membaca laporan audit dapat langsung memahami esensi pokok isi laporan audit, tanpa harus mendapat
penjelasan terlebih dahulu dari Tim Audit, misalnya melalui proses presentasi/paparan laporan audit.
Laporan audit hendaknya menyajikan dokumentasi yang cukup, termasuk rujukan dan informasi kunci,
untuk mendukung temuan audit yang termuat dalam laporan, dan memungkinkan dilakukannya evaluasi
ulang audit di waktu mendatang, dan/atau oleh pihak lain.
Sebagai suatu bentuk pertanggung-gugatan, laporan audit harus ditanda-tangani oleh Ketua Tim audit
dengan membuat pernyataan bertanggungjawab penuh terhadap kebenaran dan akurasi laporan audit.
KOTAK-7. CAKUPAN LAPORAN AUDIT
Laporan audit ‘minimal’ harus mencakup atau memuat hal berikut:
a. tujuan audit;
b. lingkup audit, khususnya identifikasi unit organisasi dan fungsional atau proses yang diaudit dan
rentang waktu yang dicakup dalam audit;
c. identitas Klien dan Auditi;
d. identitas Tim audit (Ketua dan anggota, serta tenaga ahli);
e. identitas tapak kegiatan Auditi;
f. waktu (tanggal) dan lamanya proses audit, termasuk jadual proses audit keseluruhan
g. ringkasan proses audit, termasuk adanya faktor ketidakpastian, keterbasan, dan/atau setiap
hambatan yang dihadapi, yang dapat menyebabkan berkurangnya tingkat kepercayaan
terhadap kesimpulan audit;
h. kriteria audit;
i. temuan audit;
j. kesimpulan audit.
bersambung...
29
Dapat didownload di www.bukukerja.com
lanjutannya...
k. area atau bidang yang tidak dapat di-audit, meskipun ditetapkan dalam lingkup audit;
l. keterbatasan data/informasi yang tersedia dan konsekuensinya terhadap audit, pengecualian,
perubahan dan penyimpanangan dari lingkup audit yang telah disepakati dan disetujui;
m. setiap perbedaan pendapat yang tidak dapat diselesaikan antara Tim audit dan Auditi;
n. rekomendasi perbaikan dan peningkatan;
o. pernyataan kerahasiaan Auditor.
4.7 Kerahasiaan
Seluruh dokumen, rekaman, data, dan informasi yang berkaitan dengan proses dan hasil audit bersifat
rahasia. Tim audit hendaknya menghormati dan menjaga kerahasiaan tersebut, dan hanya membuka
informasi tersebut kepada Klien dan/atau pihak-pihak yang mendapat ijin dari Klien.
Sifat kerahasian proses dan hasil audit mengikat secara hukum, dan hendaknya pernyataan kerahasiaan
Tim audit (confidential statement) tersebut didokumentasikan dalam laporan audit.
Pernyataan kerahasiaan Tim audit, berisi pernyataan untuk menjaga kerahasiaan seluruh data dan informasi
yang diperoleh selama proses pelaksanaan audit, dan tidak akan membuka atau memaparkan data dan
informasi yang diperolehnya tersebut kepada pihak lain tanpa persetujuan Klien.
Dalam menyusun CPAP, hendaknya dilengkapi dengan kerangka waktu penyelesaian dan disepakati
oleh Klien. Secara berkala, Auditi hendaknya memberikan informasi kepada Klien tentang status dan
kemajuan tindakan perbaikan dan pencegahan yang dilaksanakannya tersebut. Untuk memastikan CPAP
dilaksanakan dengan efektif dan sesuai rencana, Klien dapat melakukan verifikasi terhadap penyelesaian
dan efektifitas dari tindakan perbaikan dan pencegahan yang dilaksanakan Auditi tersebut.
31
Dapat didownload di www.bukukerja.com
Foto: Endro
Panduan Evaluasi Audit Lingkungan
32
Dapat didownload di www.bukukerja.com
5 ATRIBUT DAN
ETIKA AUDITOR
Selain persyaratan kompetensi yang ditunjukkan oleh sertifikat kompetensi Auditor Lingkungan Hidup,
seorang Auditor hendaknya memiliki dan mampu memperagakan seperangkat atribut personal berikut
dalam melaksanakan proses audit:
• Ber-etika (ethical); adil, jujur, mengungkapkan kebenaran, dan bijaksana
• Berpikiran terbuka (open minded); bijak dalam mempertimbangkan ide atau pendapat alternatif
• Diplomatis (diplomatic); bijak dalam berkomunikasi dan berhadapan dengan orang lain
• Pemerhati keadaan sekitar (observant); selalu aktif memperhatikan kegiatan dan kondisi lingkungan
yang ada di sekitarnya
• Cerdas (perceptive); peduli dan mampu memahami berbagai situasi
• Luwes (versatile); mampu beradaptasi pada berbagai situasi yang berbeda
• Gigih (tenacious); memiliki kegigihan & berfokus untuk mencapai tujuan
• Tegas (decisive); mampu menyimpulkan sesuatu dengan cepat berdasarkan alasan dan analisa yang
logis
• Percaya diri (self reliant); mampu bertindak dan bekerja secara mandiri sekaligus berinteraksi secara
efektif dengan yang lainnya
Dalam menjalankan profesinya, seorang Auditor hendaknya menerapkan dan memelihara etika profesi
Auditor sebagai berikut:
1. Cerdas, jujur, objektif dalam setiap menjalankan tugas pekerjaan. Tidak memuat pernyataan dalam
laporan audit yang dipercaya tidak benar atau menyesatkan yang disebabkan oleh kurangnya
informasi.
2. Jika menjumpai kegiatan Auditi yang melanggar hukum (ilegal) atau berpotensi bahaya hendaknya
segera menginformasikan kepada wakil Auditi, dan kegiatan tersebut diberikan perhatian khusus,
dan pemberitahuan tersebut harus dilakukan secara tertulis.
3. Tidak membuka rahasia hasil audit atau informasi apapun kepada pihak ketiga tanpa persetujuan
tertulis dari Klien, kecuali bila dipersyaratkan dan ditentukan oleh hukum.
4. Tidak melaksanakan kontrak atau tugas yang diketahui diluar kemampuan dan kapabilitas
profesionalnya.
5. Tidak menerima apapun dan berapapun nilainya dari pihak-pihak yang dapat menyebabkan
keberpihakan atau diasumsikan akan mempengaruhi keberpihakan penilaian profesionalnya.
6. Informasi dari Auditi, Klien atau organisasi lainnya tidak akan digunakan tanpa melakukan verifikasi
dan validasi.
7. Seluruh proses audit akan dilaksanakan sesuai dengan standar dan acuan yang berlaku.
8. Akan memelihara rekaman (log sheet) dari seluruh pekerjaan audit yang dilakukan dan pelatihan
yang diikuti.
9. Akan selalu terus menerus berupaya meningkatkan kemampuan, efektifitas, dan mutu dari jasa
profesionalnya.
10. Tidak akan berpartisipasi dalam audit yang tidak mampu dilakukan karena tidak fasih dalam bahasa
yang disepakati dalam audit.
33
Dapat didownload di www.bukukerja.com
Seorang Auditor lingkungan hendaknya mempunyai sikap dan ketrampilan sebagai berikut:
• Berkemampuan mengungkapkan dengan jelas konsep dan ide secara lisan dan tulisan
• Memiliki ketrampilan individu untuk efektifitas dan efisiensi pelaksanaan audit, komunikasi,
diplomasi, dan sopan santun.
• Berkemampuan menjaga sifat kemandirian dan penilaian objektif.
• Memiliki ketrampilan mengorganisasikan diri pribadi.
• Berkemampuan menilai yang didasarkan atas bukti-bukti objektif.
• Berkemampuan berperilaku baik sesuai dgn budaya dan tata krama tempat audit.
RUJUKAN
Anis, Rustiawan. 2006. Panduan Pelaksanaan Audit Berdasarkan SNI 19011-2005. Jakarta.
Amar Binaya Karsa, PT. 2005. Panduan Praktis Penerapan Sistem Manajemen Lingkungan ISO-14001:2004
(SNI 19-14001-2005). Jakarta.
Amar Binaya Karsa, PT. 2009. Panduan Evaluasi Audit Lingkungan Hiudp yang Diwajibkan. Jakarta.
Badan Standardisasi Nasional (BSN). 2005. Standar Nasional Indonesia, SNI 19-19011¬2005, Panduan Audit
Sistem Mananejem Mutu dan/atau Lingkungan. Jakarta.
Callenbach, Ernst. (1993). Eco-Management: The Elmwood Guide to Ecological Auditing and Sustainable
Business. Bernett-Koehler Publishers. San Francisco.
European Parliament and of the Council. 2001. Regulation (EC) No. 761/2001 Allowing Voluntary Participation
by Organization in a Community Eco-Management and Audit Scheme (EMAS).
Greeno, J.Ladd. 1985. Environmental Auditing : Fundamentals and Technique. Center for Environmental
Assurance, Arthur D.Little Inc. John Willey & Sons. New York.
International Organization for Standardization (ISO). 2004. ISO 14001:2004 Environmental Management
System, Specification and Guidance for Use. Geneve.
International Organization for Standardization (ISO). 2002. ISO 19011:2002 Guidelines for Quality and
Environmental Management System Auditing. Geneve.
International Personnel Certification Association. 2005. Specification for the Development of Certification
for the Certification of QMS and EMS Auditors, issue 4.
International Chamber of Commerce (ICC). 1989. Environmental Auditing. Paris.
Institute of Environmental Management and Assessment (IEMA). 2010. Environmental Auditor Pack.
London, UK.
Kementerian Lingkungan Hidup. 2010. Peraturan Menteri Lingkungan Hidup No.17 Tahun 2010 tentang
Audit Lingkungan Hidup.
Kementerian Lingkungan Hidup. 2001. Keputusan Menteri Lingkungan Hidup No.30 Tahun 2001 tentang
Audit Lingkungan Hidup yang Diwajibkan
Ledgerwood, Grant. 1994. Implementing and Environmental Audit: How to Gain Competitive Advantage
using Quality and Environmental Responsibility. Financial Time Series, Irwin Professional
Publishing. USA
Republik Indonesia. 2009. Undang-Undang No.32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan
Lingkungan Hidup.
Spedding, Linda; David Jones; Christopper Dering. 1994. Eco-Management and Eco Auditing: Environmental
Issues in Business. Wiley Chnacery Law.
Willig, John. 1995. Auditing for Environmental Quality Leadership: Beyond Compliance to Environmental
Excellence. John Willey & Sons. New York.
35
Dapat didownload di www.bukukerja.com
37
Dapat didownload di www.bukukerja.com
Tim audit Satu auditor atau lebih yang melaksanakan audit, yang bila dibutuhkan dapat
didukung oleh tenaga ahli.
Rencana audit uraian kegiatan dan pengaturan untuk pelaksanaan audit
DAFTAR SINGKATAN
APD Alat Pelindung Diri
MEA Mandatory Environmental Audit (audit lingkungan hidup yang diwajibkan)
ISO International Organization for Standardization
KLH Kementerian Lingkungan Hidup
SNI Standar Nasional Indonesia
LSK Lembaga Sertifikasi Kompetensi
LPK Lembaga Pelatihan Kompetensi
CPA Corrective Preventive Action
CPAP Corective Preventive Action Program
PPLH Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup
ATL Audit Tim Leader