Anda di halaman 1dari 44

MbP2r0

AUDIT
LINGKUNGAN
SEARPHIN NUGROHO S.T., M.T.
Skema penilaian:
Penilaian akhir terhadap mahasiswa diberikan diakhir
kuliah dengan mempertimbangkan ujian tengah
semester (UTS), ujian akhir semester (UAS), tugas, dan
KONTRAK afektif. Komposisi dari masing-masing menggunakan
skema V, yakni 30% UTS, 40% UAS, 20% Tugas,
PERKULIAHAN dan 10% afektif.
RENCANA PEMBELAJARAN
SEMESTER (RPS)
 Pert. 1 : Pendahuluan (Perencanaan Audit)
 Pert. 2 : Ruang Lingkup Audit
 Pert. 3 : Metode Audit
 Pert. 4 : Pengambilan Kesimpulan
 Pert. 5 : Tindakan Perbaikan
 Pert. 6 : Pelaporan Audit
 Pert. 7 : Kompetensi Auditor
 Pert. 8 : UTS
 Pert. 9 : Sertifikasi Kompetensi
 Pert. 10 : Lembaga Jasa Audit Lingkungan Hidup
 Pert. 11 – 15 : Sistematika Penyusunan dan Tata Cara Penulisan Dokumen Audit LH
 Pert. 16 : UAS
AUDIT

Sistematik Independen Terdokumentasi

• memperoleh bukti objektif


• Mengevaluasi bukti yang didapat secara
objektif

menentukan sampai sejauh mana


kriteria audit dipenuhi
Integritas: dasar untuk professionalisme

Penyajian yang objektif: kewajiban untuk melaporkan dengan jujur dan akurat

Professional: kesungguhan dan ketepatan penilaian dalam melakukan audit

Kerahasiaan: keamanan informasi

Prinsip Audit
Independen: dasar untuk ketidakberpihakan audit dan objektivitas kesimpulan
audit

Pendekatan berdasarkan bukti: metode yang rasional untuk mencapai


kesimpulan audit yang dapat dipercaya dan terjaga konsistensinya melalui proses
audit yang sistematis

Pendekatan berdasarkan risiko: sebuah pendekatan audit yang berdasarkan


risiko dan peluang
Istilah-Istilah Terkait dengan Audit

 Auditor: pihak yang melaksanakan kegiatan audit


 Auditi: pihak/organisasi yang diaudit
 Klien Audit: pihak yang mengajukan audit
 Tim Audit: satu orang atau lebih yang melaksanakan audit, dibantu oleh tenaga ahli apabila diperlukan.
 Tenaga Ahli: orang yang menyediakan pengetahuan atau keahlian khusus kepada tim audit
 Kompetensi: kemampuan untuk menerapkan pengetahuan dan skill untuk mencapai hasil yang diharapkan
 Audit gabungan: audit yang dilakukan pada auditi oleh dua organisasi atau lebih
 Audit kombinasi: audit yang dilakukan pada auditi terhadap dua sistem manajemen atau lebih
Istilah-Istilah Terkait dengan Audit

 Program Audit: seperangkat audit atau lebih yang direncanakan dalam jangka waktu tertentu dan
diarahkan untuk maksud tertentu
 Kriteria Audit: seperangkat persyaratan yang digunakan sebagai referensi yang dibandingkan terhadap
bukti/temuan yang diperoleh
 Bukti Objektif: data yang mendukung keberadaan atau kebenaran dari sesuatu
 Bukti Audit: rekaman, pernyataan sahih (fakta), atau informasi lainnya yang relevan dengan kriteria
audit
 Temuan Audit: hasil evaluasi dari bukti audit yang dikumpulkan terhadap kriteria audit
 Kesimpulan Audit: hasil dari kegiatan audit berdasarkan tujuan dan temuan audit
Jenis Audit
1. Audit internal: dilaksanakan oleh pihak
organisasi/pelaku usaha atau kegiatan itu
sendiri.
Berdasarkan pihak 2. Audit eksternal: dilaksanakan oleh pihak
pelaksana audit kedua (yang memiliki kepentingan terhadap
suatu organisasi terkait) dan pihak ketiga
(pihak organisasi eksternal yang melakukan
audit secara independent).

1. Audit sistem manajemen mutu


2. Audit sistem manajemen K3
Berdasarkan materi/hal 3. Audit penaatan peraturan lingkungan
yang diaudit 4. Audit laporan keuangan
5. Dsb.
Audit Lingkungan Hidup

Evaluasi yang dilakukan


untuk menilai ketaatan penanggung jawab Usaha dan/atau
Kegiatan terhadap persyaratan hukum dan kebijakan yang
ditetapkan oleh pemerintah.
 Memastikan dan mengkonfirmasi ditaatinya
persyaratan peraturan perundang-undangan
lingkungan hidup;
 Menentukan tingkat kinerja pengelolaan lingkungan
hidup;
Manfaat Audit  Membuktikan tanggungjawab dan komitmen
manajemen terhadap perlindungan dan pengelolaan
Lingkungan lingkungan hidup;

Hidup  Memastikan resiko lingkungan telah dikelola dan


dikendalikan dengan baik;
 Mengidentifi kasi peluang penghematan sumberdaya
dan biaya, perbaikan/peningkatan kinerja proses,
mencegah kehilangan/kerugian (loss prevention) dan
peningkatan efisiensi;
 Menyediakan informasi yang objektif dan mandiri
yang dibutuhkan oleh pihak¬pihak yang
berkepentingan.
Peraturan Terkait mengenai
Audit Lingkungan Hidup di
Indonesia
 Undang-Undang No. 32 Tahun 2009 tentang
Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup
 Peraturan Menteri Lingkungan Hidup No. 3 Tahun
2013 tentang Audit Lingkungan Hidup
Audit Lingkungan Hidup
(Permen LH No. 3 Tahun 2013)

1. Usaha dan/atau Kegiatan


Audit LH secara sukarela tertentu yang berisiko tinggi
Pelaksanaan terhadap lingkungan hidup;
Audit LH yang diwajibkan dan/atau
(Pihak ke-3) 2. Usaha dan/atau Kegiatan
yang menunjukkan
ketidaktaatan terhadap
peraturan perundang
Diperuntukkan undangan di bidang
bagi perlindungan dan
pengelolaan lingkungan
hidup.
Usaha dan/atau Kegiatan tertentu yang berisiko tinggi
terhadap lingkungan hidup tercantum dalam Lampiran I
yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan
Menteri.
 Menteri dapat menetapkan jenis Usaha dan/atau Kegiatan yang
berisiko tinggi di luar Lampiran I Peraturan Menteri, berdasarkan
usulan dari:
a. Komisi Penilai Amdal, untuk Usaha dan/atau Kegiatan yang
masih dalam tahap perencanaan; dan/atau
b. Kementerian dan/atau lembaga pemerintah nonkementerian
terkait, untuk Usaha dan/atau Kegiatan yang sudah beroperasi.
 Usulan-usulan tsb. didasarkan pada hasil analisis risiko
lingkungan hidup sesuai peraturan perundang-undangan.
Usaha yang menunjukkan ketidaktaatan terhadap
peraturan perundang undangan di bidang
perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup,
ditetapkan berdasarkan kriteria:
a. adanya dugaan pelanggaran terhadap peraturan
perundang-undangan di bidang perlindungan dan
pengelolaan lingkungan hidup;
b. pelanggaran tersebut telah terjadi paling sedikit 3 (tiga)
kali dan berpotensi tetap terjadi lagi di masa datang;
dan
c. belum diketahui sumber dan/atau penyebab
ketidaktaatannya.
Standar untuk Melaksanakan Audit Lingkungan Hidup

Dalam melaksanakan Audit Lingkungan Hidup, tim Audit Lingkungan Hidup wajib
menggunakan metodologi:
a. Standar Nasional Indonesia (SNI); dan/atau
b. Standar/pedoman lain,
berdasarkan tujuan pelaksanaan Audit Lingkungan Hidup

Beberapa standar yang pernah dan sedang berlaku:


 SNI 19-19011 2005 atau ISO 19011: 2002 tentang audit sistem manajemen mutu
dan/atau lingkungan.
 SNI ISO 19011 2012 atau ISO 19011: 2011 tentang audit sistem manajemen.
 SNI ISO 19011 2018 atau ISO 19011: 2018 tentang audit sistem manajemen (terbaru).
Perbedaan Pelaksanaan Audit LH berdasarkan
pelaksananya
Pihak pertama Pihak kedua Pihak ketiga

Jenis Audit Audit internal Audit eksternal Audit eksternal

Pengelola program Bagian internal Auditor utama dari


perusahaan perusahaan penyedia jasa Auditor utama yang
audit
/organisasi auditor/personal ditunjuk dari lembaga
pemerintahan (KLHK)

Ditunjuk oleh pengelola Sama seperti pengelola Sama seperti pengelola


Ketua tim audit program audit program audit program audit

Acuan
Acuan tata
tata Ditunjuk oleh pengelola Sama seperti pengelola
pelaksanaan program audit program audit SNI/ISO + Permen LH No.
pelaksanaan SNI/ISO SNI/ISO
3 Tahun 2013
audit
Tata Cara Pelaksanaan Program Audit Secara Umum
(SNI ISO 19011:2018)
PLAN DO CHECK ACTION

Menetapkan
tujuan program
audit (5.2)

Mengevaluasi dan
Menentukan serta meningkatkan
mengevaluasi resiko dan program audit
peluang dari program audit (5.7)
(5.3)

Menetapkan Implementasi Pengawasan


program audit program audit program audit
(5.4) (5.5) (5.6)
Tata Cara Pelaksanaan Audit Secara Umum
(SNI ISO 19011:2018)
PLAN DO CHECK ACTION

Permulaan audit
individu (6.2)

Mempersiapkan
Melaksanakan Melaksanakan
kegiatan audit
kegiatan audit (6.4) audit lanjutan (6.7)
individu (6.3)

Melmpersiapkan
dan Menyelesaikan
mendistribusikan audit (6.6)
laporan audit (6.5)
Tata Cara Pelaksanaan Audit LH (Pihak ke-3)
(PerMen LH No. 3 Tahun 2013)

 Untuk audit lingkungan hidup yang diwajibkan secara berkala, termuat


pada Pasal 21 s/d 28, serta Lampiran III.

 Untuk audit lingkungan hidup yang diwajibkan bagi usaha dan/atau


kegiatan yang menunjukkan ketidaktaatan terhadap peraturan
perundang-undangan di bidang perlindungan dan pengelolaan
lingkungan hidup, termuat pada Pasal 29 s/d 38, serta Lampiran V.

 Tata cara pelaksanaan audit lingkungan hidup berdasarkan peraturan


ini menyesuaikan dengan metodologi seperti SNI atau ISO dalam
melaksanakan audit.
Tata Cara Pelaksanaan Audit LH (Pihak ke-3)
(PerMen LH No. 3 Tahun 2013)

Menteri Lingkungan Hidup (& Kehutanan) melakukan penilaian


pelaksanaan Audit Lingkungan Hidup dengan membentuk tim evaluasi.
Penilaian dilakukan terhadap:
a. usulan jenis Usaha dan/atau Kegiatan berisiko tinggi di luar Lampiran I
Peraturan Menteri;
b. usulan dilakukannya Audit Lingkungan Hidup yang diwajibkan untuk
Usaha dan/atau Kegiatan yang menunjukan ketidaktaatan;
c. rencana Audit Lingkungan Hidup; dan
d. laporan hasil Audit Lingkungan Hidup yang diwajibkan untuk Usaha
dan/atau Kegiatan yang menunjukan ketidaktaatan.
Tata Cara Pelaksanaan Audit LH (Pihak ke-3)
(PerMen LH No. 3 Tahun 2013)
Tim evaluasi tersebut terdiri atas:
a. ketua yang secara ex-officio dijabat oleh Pejabat Eselon I yang bertanggungjawab di
bidang kajian dampak lingkungan hidup.
b. sekretaris yang secara ex-officio dijabat oleh pejabat setingkat eselon II yang
bertanggungjawab di bidang Audit Lingkungan Hidup.
c. anggota yang terdiri atas unsur:
1. instansi lingkungan hidup Pusat;
2. instansi yang membidangi Usaha dan/atau Kegiatan;
3. ahli di bidang perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup khususnya yang
berkaitan dengan pelaksanaan hasil Audit Lingkungan Hidup;
4. ahli di bidang Usaha dan/atau Kegiatan yang berkaitan dengan pelaksanaan hasil
Audit Lingkungan Hidup;
5. Instansi Lingkungan Hidup Provinsi; dan/atau
6. Instansi Lingkungan Hidup Kabupaten/Kota.
Dokumen Audit Lingkungan Hidup (Pihak ke-3)
(PerMen LH No. 3 Tahun 2013)
Berdasarkan Peraturan Menteri LH No. 3 Tahun 2013, dokumen Audit LH minimal terdiri atas:
Rencana Audit Lingkungan Hidup Laporan Hasil Audit Lingkungan Hidup

a. identitas pemberi perintah audit dan pihak yang a. informasi yang meliputi tujuan, lingkup, kriteria,
diaudit; dan proses pelaksanaan audit;
b. tujuan audit; b. temuan audit;
c. lingkup audit; c. kesimpulan audit;
d. kriteria audit; d. rekomendasi audit dan tindak lanjut; dan
e. identitas dan identifikasi Kompetensi tim audit; e. data dan informasi pendukung yang relevan.
f. pernyataan ketidakberpihakan dan kemandirian
tim audit;
g. proses dan metode kerja audit;
h. tata waktu audit keseluruhan;
i. lokasi dan jadwal audit lapangan;
j. wakil dari pihak yang diaudit;
k. kerangka protokol audit;
l. pengumpulan bukti audit; dan
m. kerangka sistematika laporan.
5.2 Menentukan tujuan program audit

Perencanaan 5.3 Menentukan serta mengevaluasi resiko dan


peluang dari program audit
Program Audit
5.4 Menetapkan program audit
5.5 Implementasi program audit

Perencanaan Audit 6.2 Permulaan audit individu


Individu 6.3 Mempersiapkan kegiatan audit individu
Perencanaan Program Audit
(SNI ISO 19011: 2018)
Jumlah dan jenis audit yang dilaksanakan tergantung pada ukuran, sifat,
dan kompleksitas auditi, yang akan mempengaruhi perencanaan dan
pelaksanaannya.
Program
Audit
Membutuhkan ketersediaan sumber daya agar pelaksanaannya efektif dan
efisien dalam jangka waktu yang ditetapkan

Pihak pengelola program Audit

Menjaga integritas audit, khususnya intervensi dari pengaruh negatif pada


program

Dipilih/ditentukan oleh klien. Pada audit internal, berasal dari internal


organisasi/perusahaan. Untuk audit eksternal, berasal dari
perseorangan/organisasi/perusahaan auditor tersertifikasi (pihak kedua)
atau lembaga sertifikasi/instansi pemerintahan (pihak ketiga)
Kompetensi pihak pengelola program audit:
 Mengelola program serta risiko dan peluang terkait serta
masalah eksternal dan internal secara efektif dan efisien,
 Memiliki pengetahuan tentang: prinsip, metode dan
proses audit; standar sistem manajemen, standar relevan
lainnya dan dokumen referensi/ pedoman; informasi
mengenai auditi dan konteksnya (misalnya masalah
eksternal / internal, pihak berkepentingan yang relevan
serta kebutuhan dan harapan mereka, aktivitas bisnis,
produk, layanan, dan proses yang diaudit); persyaratan
perundang-undangan dan peraturan yang berlaku serta
persyaratan lain yang relevan dengan aktivitas bisnis
auditi.
 Pengetahuan tentang manajemen risiko, manajemen
proyek dan proses, serta teknologi informasi dan
komunikasi (TIK) dapat dipertimbangkan dalam memilih
personel tersebut.
Pihak pengelola program audit harus terlibat dalam aktivitas
pengembangan berkelanjutan yang sesuai untuk
mempertahankan kompetensi yang diperlukan untuk
mengelola program audit.
Menetapkan Tujuan Program Audit (5.2)

Klien Dasar pertimbangan:


GOAL
Audit  Kebutuhan & ekspektasi dari pihak
berkepentingan yang terkait, baik internal
maupun eksternal
 Karakteristik & persyaratan untuk proses,
 Untuk mengarahkan produk, pelayanan, & proyek, serta segala
perencanaan dan pelaksanaan perubahan yang terjadi pada mereka
audit serta memastikan bahwa  Persyaratan sistem manajemen
program audit dapat  Kebutuhan untuk mengevaluasi penyedia
diterapkan dengan efektif. eksternal
 Level performa & level kedewasaan sistem
 Harus konsisten dengan arahan manajemen dari auditi, yang ditunjukkan
strategi serta dukungan melalui indikator performa yang relevan serta
kebijakan sistem manajemen  Peluang & risiko yang teridentifikasi terhadap
dan tujuan dari klien audit. auditi
 Hasil dari audit sebelumnya
Menentukan serta Mengevaluasi Risiko dan
Peluang dari Program Audit (5.3)
Terdapat risiko dan peluang terkait dengan auditi yang dapat dikaitkan dengan
program audit dan dapat memengaruhi pencapaian tujuannya. Pihak pengelola
program audit harus mengidentifikasi dan menyajikan kepada klien audit risiko dan
peluang yang dipertimbangkan saat mengembangkan program audit dan persyaratan
sumber daya, sehingga dapat ditangani dengan tepat.

Risiko yang dapat timbul berkaitan dengan beberapa hal,


diantaranya:
- Perencanaan
- Sumber daya
- Komunikasi
- Pemilihan tim audit
Menetapkan Program Audit (5.4)

Tugas dan tanggung jawab dari pihak pengelola program audit dalam menetapkan program audit:

a) Menetapkan cakupan program audit sesuai dengan tujuan yang relevan dan kendala yang diketahui;
b) menentukan masalah eksternal dan internal, serta risiko dan peluang yang dapat memengaruhi
program audit, dan menerapkan tindakan untuk mengatasinya, mengintegrasikan tindakan ini dalam
semua aktivitas audit yang relevan, jika memungkinkan;
c) memastikan pemilihan tim audit dan kompetensi keseluruhan untuk kegiatan audit dengan
menetapkan peran, tanggung jawab dan wewenang, dan kepemimpinan pendukung, yang sesuai;
d) menetapkan semua proses yang relevan termasuk proses untuk:
 koordinasi dan penjadwalan semua audit (lapangan) dalam program audit;
 penetapan tujuan audit, ruang lingkup dan kriteria audit, penentuan metode audit dan pemilihan
tim audit;
 mengevaluasi auditor;
 pembentukan proses komunikasi eksternal dan internal, yang sesuai;
 penyelesaian sengketa dan penanganan pengaduan;
 audit tindak lanjut jika berlaku;
 melaporkan kepada klien audit dan pihak berkepentingan yang relevan, yang sesuai.
d) menentukan dan memastikan penyediaan semua sumber daya yang diperlukan;
e) memastikan bahwa informasi terdokumentasi yang sesuai disiapkan dan dipelihara, termasuk catatan
program audit;
Implementasi Program Audit (5.5)
Setelah program audit ditetapkan dan sumber daya terkait telah ditentukan,
perencanaan operasional dan koordinasi semua kegiatan dalam program perlu
dilaksanakan. Pihak pengelola program audit harus:
a) mengomunikasikan hal-hal yang relevan mengenai program audit, termasuk risiko
dan peluang yang terlibat, kepada pihak terkait yang relevan dan
menginformasikan kemajuannya secara berkala, menggunakan saluran komunikasi
eksternal dan internal yang telah ditetapkan;
b) menentukan tujuan, ruang lingkup dan kriteria untuk setiap audit individu;
c) memilih metode audit;
d) mengoordinasikan dan menjadwalkan audit dan aktivitas lain yang relevan dengan
program audit;
e) Memilih dan memastikan tim audit memiliki kompetensi yang diperlukan, termasuk
ketua tim audit;
f) menyediakan sumber daya individu dan keseluruhan yang diperlukan untuk tim
audit;
g) memastikan pelaksanaan audit sesuai dengan program audit, mengelola semua
risiko, peluang, dan masalah operasional (misal, kejadian tak terduga), yang
muncul selama penerapan program;
h) memastikan informasi terdokumentasi yang relevan mengenai kegiatan audit
dikelola dan dipelihara dengan baik;
i) menentukan dan menerapkan kontrol operasional yang diperlukan untuk
pemantauan program audit;
j) meninjau program audit untuk mengidentifikasi peluang perbaikannya
Apabila ditinjau dari Peraturan Menteri
Lingkungan Hidup No. 3 Tahun 2013, tim
audit, khususnya dalam melaksanakan
kegiatan audit lingkungan hidup, terdiri atas:

• 1 (satu) orang auditor utama, sebagai ketua tim;


• paling sedikit 1 (satu) orang Auditor Lingkungan Hidup,
sebagai anggota tim; dan
• ahli yang membidangi Usaha dan/atau Kegiatan yang
bersangkutan, sebagai anggota tim.
Informasi: Personel yang mengelola program audit harus
memberikan tanggung jawab untuk melakukan
a) tujuan audit;
audit individu kepada ketua tim audit. Penugasan
b) kriteria audit dan informasi terdokumentasi yang harus dilakukan dalam waktu yang cukup sebelum
relevan; tanggal audit yang dijadwalkan, untuk memastikan
c) ruang lingkup audit, termasuk identifikasi organisasi perencanaan audit yang efektif.
dan fungsi serta prosesnya yang diaudit;
d) proses audit dan metode terkait;
e) komposisi tim audit;
f) rincian kontak auditi, lokasi, kerangka waktu dan
durasi kegiatan audit yang akan dilakukan;
g) sumber daya yang diperlukan untuk melakukan
audit;
h) informasi yang diperlukan untuk mengevaluasi dan
menangani risiko dan peluang yang teridentifikasi
untuk pencapaian tujuan audit;
i) informasi yang mendukung tim audit
Memulai Audit Individu (6.2)
Tanggung jawab untuk melakukan audit harus tetap pada ketua tim audit yang ditugaskan
sampai audit selesai.

Langkah-langkah untuk memulai audit individu:


 Melakukan kontak dengan auditi
Ketua tim audit harus memastikan bahwa kontak dilakukan dengan auditi untuk:
a) mengkonfirmasi hubungan komunikasi dengan perwakilan auditi;
b) mengkonfirmasi kewenangan untuk melakukan audit;
c) memberikan informasi yang relevan tentang tujuan audit, ruang lingkup, kriteria, metode, dan
komposisi tim audit, termasuk setiap tenaga ahli;
d) meminta akses ke informasi yang relevan untuk tujuan perencanaan termasuk informasi tentang
risiko dan peluang yang telah diidentifikasi organisasi dan cara menanganinya;
e) menentukan persyaratan perundang-undangan dan peraturan yang berlaku serta
persyaratan lain yang relevan dengan aktivitas, proses, produk, dan layanan yang
diaudit;
f) mengkonfirmasi kesepakatan dengan auditi mengenai sejauh mana pengungkapan dan
perlakuan informasi rahasia;
g) membuat perencanaan untuk audit termasuk jadwalnya;
h) menentukan rencana spesifik lokasi untuk akses, kesehatan dan keselamatan, keamanan,
kerahasiaan atau lainnya;
i) menyetujui kehadiran pengamat dan kebutuhan pemandu atau juru bahasa untuk tim
audit;
j) menentukan bidang minat, fokus, atau risiko yang diaudit terkait dengan audit tertentu;
k) menyelesaikan masalah tentang komposisi tim audit dengan auditi atau klien audit.
 Menentukan kelayakan audit
Kelayakan audit harus ditentukan untuk memberikan keyakinan yang wajar bahwa tujuan audit
dapat dicapai. Penentuan kelayakan harus mempertimbangkan faktor-faktor seperti ketersediaan
berikut ini:
a) informasi yang cukup dan tepat untuk perencanaan dan pelaksanaan audit;
b) kerjasama yang memadai dari auditi;
c) waktu dan sumber daya yang memadai untuk melaksanakan audit, termasuk akses ke teknologi
informasi dan komunikasi yang memadai dan tepat.

Apabila audit tidak memungkinkan, alternatif harus diusulkan kepada klien audit, sesuai
kesepakatan dengan auditi.
Mempersiapkan Kegiatan Audit Individu (6.3)

 Melakukan tinjauan dokumen

Dokumen sistem manajemen yang relevan dari auditi harus ditinjau untuk:
 mengumpulkan informasi untuk memahami operasi auditi dan untuk mempersiapkan kegiatan audit
dan dokumen kerja audit yang berlaku, misalnya pada proses, fungsi;
 menetapkan gambaran umum tentang cakupan dokumen untuk menentukan kemungkinan kesesuaian
dengan kriteria audit dan mendeteksi kemungkinan area yang menjadi perhatian, seperti defisiensi,
kelalaian atau konflik.

Informasi yang terdokumentasi harus mencakup, tetapi tidak terbatas pada: dokumen dan catatan sistem
manajemen, serta laporan audit sebelumnya. Kajian tersebut harus mempertimbangkan konteks
organisasi auditi, termasuk ukuran, sifat dan kompleksitasnya, serta risiko dan peluang yang terkait. Hal
ini juga harus mempertimbangkan ruang lingkup, kriteria dan tujuan audit.
 Perencanaan audit individu

Ketua tim audit harus mengadopsi pendekatan berbasis risiko untuk merencanakan audit berdasarkan
informasi dalam program audit dan dokumen yang disediakan oleh auditi. Perencanaan audit harus
mempertimbangkan risiko aktivitas audit pada proses yang diaudit dan memberikan dasar untuk
kesepakatan antara klien audit, tim audit, dan auditi mengenai pelaksanaan audit. Perencanaan harus
memfasilitasi penjadwalan yang efisien dan koordinasi kegiatan audit untuk mencapai tujuan secara
efektif.

Rincian dari perencanaan audit dapat berbeda, misalnya, antara audit awal dan audit berikutnya, serta
antara audit internal dan eksternal. Perencanaan audit harus cukup fleksibel untuk memungkinkan
perubahan yang mungkin diperlukan seiring dengan kemajuan aktivitas audit.
Rencana audit individu sebaiknya mencakup hal berikut:
a) tujuan audit;
b) kriteria audit dan dokumen-dokumen acuan;
c) ruang lingkup audit, termasuk identifikasi unit-unit
organisasi dan fungsional serta proses yang diaudit;
d) lokasi (fisik dan virtual), tanggal, perkiraan waktu dan
durasi aktivitas audit yang akan dilakukan, termasuk
pertemuan dengan manajemen auditi;
e) kebutuhan tim audit untuk membiasakan diri dengan
fasilitas dan proses yang diaudit (misalnya dengan
melakukan tur ke lokasi fisik, atau meninjau teknologi
informasi dan komunikasi);
f) metode audit yang akan digunakan, termasuk sejauh
mana pengambilan sampel audit diperlukan untuk
memperoleh bukti audit yang cukup;
g) peran dan tanggung jawab anggota tim audit, serta
pemandu dan pengamat atau juru bahasa;
h) alokasi sumber daya yang sesuai berdasarkan
pertimbangan risiko dan peluang yang terkait dengan
aktivitas yang diaudit.
Rencana audit sebaiknya juga mencakup hal berikut, bila sesuai:
 identifikasi perwakilan auditi untuk audit;
 bahasa pelaksanaan kegiatan dan pelaporan audit yang berbeda
dengan bahasa auditor atau auditi atau keduanya;
 topik laporan audit;
 pengaturan logistik dan komunikasi, termasuk pengaturan khusus
untuk lokasi yang akan diaudit;
 setiap tindakan spesifik yang harus diambil untuk mengatasi risiko
dalam mencapai tujuan audit dan peluang yang timbul;
 hal-hal yang berkaitan dengan kerahasiaan dan keamanan informasi;
 Tindak lanjut dari audit sebelumnya atau sumber lain, mis. pelajaran
yang didapat, tinjauan proyek;
 setiap kegiatan tindak lanjut untuk audit yang direncanakan;
 koordinasi dengan aktivitas audit lainnya, dalam hal audit bersama.
Rencana sebaiknya ditinjau dan diterima oleh klien audit, dan
dipresentasikan kepada auditi sebelum kegiatan audit lapangan dimulai.
Setiap keberatan dari auditi sebaiknya diselesaikan antara ketua tim audit,
auditi dan klien audit. Setiap rencana audit yang direvisi sebaiknya
disetujui di antara pihak-pihak yang terkait sebelum melanjutkan audit.
 Menugaskan pekerjaan ke tim audit

Ketua tim audit, melalui konsultasi dengan tim audit, harus memberikan tanggung jawab kepada
setiap anggota tim untuk mengaudit proses, aktivitas, fungsi atau lokasi tertentu, dan apabila
memungkinkan, wewenang untuk pengambilan keputusan. Penugasan tersebut harus
mempertimbangkan ketidakberpihakan, objektivitas, kompetensi auditor dan penggunaan sumber
daya yang efektif, serta peran dan tanggung jawab auditor, auditor yang magang, dan tenaga ahli yang
berbeda.
Rapat tim audit harus diadakan oleh ketua tim audit untuk mengalokasikan penugasan kerja dan
memutuskan kemungkinan perubahan, apabila memungkinkan. Perubahan penugasan dapat
dilakukan seiring dengan berjalannya proses audit untuk memastikan pencapaian tujuan audit.
 Menyiapkan dokumen untuk audit lapangan

Anggota tim audit harus mengumpulkan dan meninjau informasi yang relevan dengan penugasan
audit mereka dan menyiapkan dokumen untuk audit dengan menggunakan media yang sesuai. Dokumen
untuk audit dapat mencakup tetapi tidak terbatas pada:
a) daftar periksa fisik atau digital;
b) detail sampling audit;
c) informasi audio visual.
Penggunaan media ini tidak boleh membatasi luasnya aktivitas audit, yang dapat berubah sebagai hasil
dari informasi yang dikumpulkan selama audit.

Dokumen yang disiapkan untuk, dan dihasilkan dari audit harus disimpan setidaknya hingga audit
selesai, atau sebagaimana ditentukan dalam program audit. Informasi terdokumentasi yang dibuat
selama proses audit yang melibatkan informasi rahasia atau kepemilikan harus dijaga dengan baik setiap
saat oleh anggota tim audit.
TERIMA
KASIH

Anda mungkin juga menyukai