Anda di halaman 1dari 11

rA

L-\

ffffi m '{ffiFffiRtr3$ I
,
;rtl,r.,. rl
:- .rt,l.ir:.,'
HgW
L V !'\/,
{fl .ilNl\!".\l

rssN D2'15-8256 STT No. 200S/Sl(DITJEN PPG/STI1Ss4


Wawasan lBlllll[RtllA

PELINDUNG
Koordinator KoPertis WilaYah lV
Ketua APTISI WilaYah lV Jawa Barat
llaftal lsi
PENASEHAT/KONSULTAN REDAKSI
Prof. Dr. Bambang Hidayat
Prof. Dr. Burhan Arif, lr
PEMIMPITT UMUM
Drs Soflan Usman, M.Si. Daftar lsi
PIMPINAN REDAKSUPENANGGUNG' Kata Pengantar
Format Ketatanegaraan
JAWAB Pelaksanaan Hak Prerogatif Presiden dalam
Prof. Dr. H. Tiahjo Sutisnawidjaja, MS 1945
nepuUfif lndonesia Pasca Amandemen UUD 2
WAKIL PEMIMPIN REDAKSI - Oleh : Suwarno Sarwono,
Budi Hartanto, lr. M.Sc Proses Penyidikan
lmplementasi Azas Praduga Tak Bersalah dalam
8
- Oleh : Drs H Dahlan HasYim, SH
DEWAN REDAKSI
di Lembaga
Prof. Dr. H. Tjahjo Sutisnawidjaia,lt/S' Peran Pekerja Sosial dalam Pembinaan Narapidana
15
Prof. Dr. H.R E. Diarkasih, Drs MS' i.ruty.trtrt.n - Oleh : Sartibi B' Hasyim dan Mulia Kartiwa'
Prof. Dr. Hatta, SH. MH terhadap Prestasi Belajar
Peranan Lingkungan Keluarga dan Masyarakat
Dr. Purwadhi, M.Pd.
Dr. Hi. Dewi Laelatul Badriah, M Kes'
Mahasiswa 'Olefr: Rostiana Sundayana, M Pd ' "
Budi i{artanto, lr. M Sc,
26
Hi. Rosmalawati, Dra. M'Sc, ST'
O'r. Hj. ntie Rachmiatie, Dra M Si'
33
SEKRETARIS REDAKSI
Ade Nedi SuPardi, Drs.
PIMPINAN SIRKULASI 40
H. Sentot lskandar, Drs M Si

PIMPINAN USAHA 48
i.
Model Pengajaran APresiasi Drama
38 - Oleh :Agus Hamdani, S.Pd, M'Pd'
andung

CATATAN UNTUK PARA PENULIS

,:
Wowoson TRIDHARMA No' 12 Tohun
XIX Juli 2007

_1
Sidang Pembaca Yang berbahagia,
Presiden Susilo Bambang Yudhoyono
Hak prerogatif kembali mencuat kepermukaan setelah
Dilihat dari sudut sejarah' hak prerogratif adalah
meresufle kabinet untuk yang kedua kalinya.
hak yang telah lama aoa sepr jaman raja-raja dahulu dihubungkan dengan kedudukan
penyelenggaraan organisasi pemerintahan' hak
sebagai kepala negara. Dalam bidang
menentukan siapa-siapa yang akan
prerogatif berkaitan dengan keberadaan presiden untuk
pihak manapun'
membantunya sebagai menteri tanpa turut campur
prerogatif merupakan kewenangan penuh
Dalam sistem pemerintahan presidensial hak
presidensial yang dianut UUD 1945 pasca
presiden. Tetapi dalam sistem pemerintahan
presidensial seperti pada umumnya sebagaimana
amandemen, bukan sistem pemerintahan
presidensial menurut uuD 1945 adalah sistem
dikenal dalam teori. sistem pemerintahan
parlementer'
pemerintahan presidensial yang mengandung unsur-unsur
1945 seperti tersebut di atas membawa
Format ketatanegaraan pasca amandemen uuD
pemerintahan harus ekstra hati-hati
konsekuensi, Presiden sebagai pemegang kekuasaan
pemerintahannya, termasuk pelaksanaan hak prerogatif
ketika akan melaksanakan reullakan
untuk meresufl e menteri-menterinya'
tema "Pelaksanaan Hak Prerogatif dalam
Tulisan da1 Suwarman Sarwono, SH, dengan
menarik untuk
Format KetatanegaraanRepublik lndonesia Pasca Amandemen UUD 1945"'
yang kami sajikan pada edisi bulan ini'
disimak dan masih banyak tulisan lain

Selamat mengikuti'

Redaksl.

Wowoson TRIDHARMA No. 12 Tohun XIX Juli 2007


Keberadaan Bakteri Sfap hyloccus aureus pada
Kelenjar Ambing Mencit sebagai Model Kasus
Mastitis Subklinis pada Sapi Perah

leh : Sayu Putu Yuni Paryat

Absrak
mastitis subklinis. Berbagai
xejaOian mastitis pada sapi di lndonesia sangat tinggi, sebagian besar merupakan
p.i,VrUrU mastitii subklinis, di antaranya aOatan bitteri. Staphylococcus aureus. Tuiuan dari pen-elitian ini
yang diinfeksi oleh S'.aureus
adaLh untuk mempelajari keberadaan bakteri dalam jaringan kelenjar_ambing
mencit laktasi
u.iorrart rn gambaran'histopatologi menggunakan pewarnaan Warthin-Starry. Sebanyak 45 ekor
terdiri dari 3
yang digunakin dalam penelitian ini dibag=i menjadi 15 kelompok dan masing-masing kelompok
(tidak diinfeksi) dan 14 kelompok
6toi m6ncit, Satu ketompok mencit merupakan kelompok kontrol negatif
merupakan kelompok yang diinfeksi dengan S. aureus sesuai tahapan waktu, yaitu: 2, 4' 6, 8' 12,16' 20' 24'
gO +b 60, 72, 84 dan'96 1-r, p6.. infelisi (p.i.). Mencit dieuthanasi sesuai perlakuan, jaringan ambing diambil
patologi dan dilakukan pewamaan secara
intefsibaXteri S. aureus pada mencit ti ubahan
atogenesis bakteri S. aureus dimulal ductus
s. iureus dapat ditemukan pada jaringan interstitium (6 jam p.i), fokus
pMN (8 jam p.i),lumen dan epitelalveol(12iam diaflara jaringan lemak
peradangan, dan makrofag 9i)serta
irt pi[muiai ag jam p.i), meiybo'aUran bakteri dapat
persisten dalam jaringan sebagai penyebab mastitis
kronis.

Pendahuluan paling sering terisolasi adalah (Mims, 1986). Proses adhesi me-
1. Latar Belakang Streptococcus agalactiae, Staphylo- rupakan tahaP infeksi Yang sangat
Mastitis atau Peradangan Pada coccus aureus dan Eschericia coli. penting dan dominan sebagai
ambing meruPakan salah satu Pada peternakan saPi Perah, 5. penentu ekspresi PenYakit Yang
penyakit yang sering dijumpai pada aureus memPunYai arti
Penting bersifat subklinis. Peran adhesi dan
ternak, khususnYa ternak Perah. sebagai penyebab mastitis karena kolonisasi bakteri pada permukaan
Selain menimbulkan kerugian se- baKeri dapat menYebar ke mana- sel ambing, jauh lebih Penting
cara ekonomi karena menurunnya mana dan daPat membentuk koloni dibandingkan dengan kemamPuan
produksi dan kualitas susu sefta dengan baik pada kulit dan Puting invasi baKeri tersebut, MenemPel-
biaya pengobatan Yang mahal, ambing. Tingkat kejadian infeksi 5. nya baKeri Pada Permukaan sel
kejadian mastitis juga daPat mem- aureus dalam satu kandang daPat epitel ambing menYebabkan de-
bahayakan masYarakat konsumen mencapai 35% (Subronto 1985).
generasi dan nekrosa sel ePitel
yang mengkonsumsi susu asal Tahap awal infeksi baKeri (Estuningsih 2001).
ternak yang menderita mastitis. adalah adanya kontak Permukaan Sampai saat ini Penelitian
Dari samPel susu Yang antara sel inang dan baKeri, mengenai patogenesis mastitis
diperiksa di tiga daerah di P. Jawa, dimana dalam Proses ini melibat- subklinis yang disebabkan oleh 5.
dapat diketahui 3 jenis bakteri kan komponen Permukaan sel agalactbe telah dilakukan
penyebab mastitis subklinik Yang seperti protein dan karbohidrat (Estuningsih 2001). Demikian juga
Wowoson TRIDHARMA No. 12 Tohun XIX Juli 2007
akut berikan informasi yang dapat predisposisi terjadinya IMIMorin,
pada
patogenesis mastitis nekrotik (Hurley dan
landain dalam kelenjar ambing
(shibahara dan Na1amuru rsga) digunakan sebagai
setta mastitis subklinis yang upaya pencegahln
" mastitis. 2000)' Infeksi pada kelenjar
dari tiga faKor'
disebabkan oleh 5. aureus telai
ambing tergantung
diteliti secara in vitromenggunakan Tinjauan Pustak
biakan jaringan (Purnami 1999), 1. Mastitis
namun belum banyak diketahui Mastitis
mengenai patogenesis penyakit peradanganpada
yang disebabkan oleh S. aureus kelenjar
pada
'secara kasus
mastitis subklinis umum terj
in vivo. Berbagai kendala perah di
untuk mem- 1997)
s mastitis sub- pada
ngan kelenjar mLl63
dalam Peneliti- lenjar
an ini digunakan mencit sebagai peradangan yang
hewan model. ambing memben
berisi cairan eksu
2. Rumusan Masalah tanda peradangan
Pada kasus mastitis, jalan suhu meningkat,
infeksi 'oakteri S. aureus biasanya sakit dan penuru
melewati puting ambing. Diduga tetapi seringkali
infeksi diawali oleh keberhasilan ngetahui kapan
baKeri menembus lapisan tanduk peradangan, se
puting lalu dilanjutkan oleh proses terhadap mastit
aAnei dan. Kerusakan tampak melalui penguji
pada susunya, m
sapi lakukan pen
klinis, somatik (JSS
pada 1991).
kasus mastitis subkinis yang tidak Secara ek
menampakkan adanya perubahan banyak meni
anatomb kelenjar ambing, Pato- kareha adanya
genesis inftksi baKeri ini Pada
kejadian mastitis subklinis belum
banyak diketahui' pada susu, biaya nya umur sapi'
3.TujuanPenelitianpengobatandatenagakerja'Mastitissubklinis'merupakan
biaya yang paling umum terjadi,
katnya mastitis
perah, susu yaitu kira-kira 15 - 40 kali lebih
ian pada sapi banyak dibandingkan dengan
nurunan kualitas mastitis klinis. Sedangkan mastitis
dan kronis umumnya terjadi sebagai
1994; Hurley
kelanjutan dari mastitis subklinis
rnastitis subklinis.
2. Meng@hui aPakah mencit
daPat dijadikan hewan
model unhrk menjelaskan
Patogenesis mastitis
subldinis Yang disebabkan
oleh 5. aureus.

4. Penelitian
Manfaat disebabkan kare
diharap Secara mekanik, trauma terma-l dan membran mukosa hewan gram
maupun
Manfaat penelitian ini ini
sebagai faktor manusia. Bakteri bersifat
kan bermanfaat dan d;;r;";;- trauma kimiawi

Wowoson TRIDHAR,T A No. 12 Tohun XIX Juli 20O7


hormon oxy- gelas (gelas piala, cawan petri,
ya dikelilingi tabung reaksi, gelas obyek, gelas
jaringan ikat penutup, pipet dan mikropipet),
Pembuluh tabung sentrifus, rak tabung reaki,
r terdapat pada sentrifus, penangas, gunting,
tara alveoFalveol pinset dan peralatan untuk pem-
ol bersatu mem- buatan preparat histopatologi serta
Kur lobulus dan mikoskop binokuler' Media dan
g dalam bahan lain yanq digunakan adalah
besar.: media untuk kultur bakteri Todd
I sampai Hevrritt Broth (THB), bahan untuk
na melalui suatu pembuatan preparat histopatologi,

idak laKasi, sel yang digunakan dalam pewarnaan


id. Bila aKif Wafthin-9bny, yaitu ; perak nitrat,
ret (susu), selnya asam siht, gelaUn dan hidro-
s. Dan bila susu quinon.
lam lumen, me-
mbali ber-bentuk 3. Metode Penelitian
kuran yang jauh 3.1 Desain Penelitian
l-sel penuh berisi sebanyak 42 ekor mencit di-
91). Sel-sel se- infeksi dengan isolat S. aureus dan
ya akan ribosom, 3 ekor mencit tidak diinfeki,
an droplet lemak 6;gu6akan sebagai kontrol negatif'
miliki vakuol se- Euthanasi dan pengambilan
n Russo 1996). jaringan ambing dilakukan dalam
14 tahap waktu, Yaitu 2, 4, 6, 8,
dePenelitial L2, 16, 20, 24,36, 48, 50,72, 84
aktu dan 96 jam pasca infeksi, masing-
masing sebanyak 3 ekor. Kemudian
ilakukan di La- dibuat preparat
histopatologi. Pe-
logi FKH-IPB, ngamatan pada jaringan dilakukan
eriologi FKH-IPB dengan pewarnaan Warthin-Starry.
um PT. Bio Farma
g selama 6 bulan 3.2 Reidentifikasi Bakteri S.
ri samPai dengan auneus
Dipilih satu isolat bakteri 5.

" flffiffi",1n0*f"t""'l'J..":X \rH;


ini digunakan ,"1u6 diisolasi dan diidentifikasi

Wowoson TRIDHARMA No. 12 Tohun XIX Juli 2007


bakteri (10e bakteri/ml) sebanyak 90o/o, 95o/o) serta clearing meng- sesuai
25 ul diinkubasikan dengan 20 pl gunakan xytot. ranap o6ritrinv. dengan hasil identiflkasi
terdahulu oleh Abrar (2000),
berbagai jenis eritrosit 2o/o (sapi, dilakukan embeaang
Oengin

_ siap digunakan
fn Vivo pada Mencit teknik pewarna
3.3 Infeksi
Laktasi keberadaan ba
Suspensi bakteri yang telah kelenjar susu
disiapkan dengan kepadatan 1gs pewarnaan
sel/ml diinfeksikan pada mencit sembunyi di antara rambut
secara intn mammari dengan cara 3.S parameter

bakteri pada dan minum berjalan normal, me-


ambing dilihat nunjukkan bahwa infeksi .5. aureus
ogi menggunakan tidak menimbulkan perubahan
n Wafthin-Starry. secara klinis. Keadaan ini tidak
ni, akan berbeda dengan yang terjadi pada
erwarna ambing sapi penderita mastitis
dengan subklinis, yaitu tidak terlihat gejala
baKeri peradangan.
sebanyak 5 pl),
ditunggu sampai benrvarna coklat tua ningga hiia;,
terabsorbsi baru dilanjutkan Keberadaan baKeri iinyutuf.rn Ketika kulit bagian ventral
dengan tetes berikutnya. Selanjut- secara deskriptif. mencit dibuka, tampak ada per_
nya mencit dikandangkan secara ubahan pada
Subkutis tampak
minum Ha ahasan mencit yang dii
eadaan l. si Isotat Hal ini terlihat
gejala
mo
agar darah
3.4 Pengambilan Jaringan dan keemasan.
Pembuatan Preparat aktivitas h
Pengambilan jaringan ambing bahwa bakteri
dilakukan dalam 14 tahap waktu, darah. pada

I ini menunjukkan
kelenjar ambing
peradangan. Dan
mencit 48 jam
Wowosan TRIDHARMA No. 12 Tohun XIX Juli 2007
43
pasca infeksi, keadaan subkutis
sedikit kering sehingga kulit agak
susah diPisahkan dari kelenjar
ambing.

3. Histologi KelenjarAmbing
Mencit Normal
StruKur kelenjar ambing
mencit merupakan bagian dari kulit
i isan su
ePitel
dalam
ikat. S

terdiri dari
Gambar 1. StruKur kelenjar amabing mencit normal' Struktur
-
susunan kelenjar tuiulo'alveotberisi sekresi susu (*)' (HE 86 X)

normal tersusun dari jaringan se-


kretori berbentuk kelenjar tubulo-
alveolar yang mensekresi-kan susu
ke dalam lumen alveol. Lumen
alveol dibatasi oleh selaPis sel
epitel kuboid (Gambar 1).
Dalam keadaan aKif, sel ePitel
ini sangat PiPih dan lumen Penuh
terisi susu. PenglePasan sekret
(susu) disertai dengan penglepasan
bagian aPikal sel alveol, sehingga
sel epitel tamPak kasar' Singh
(1991) menjelaskan, bahwa Protein
yang terdaPat dalam sitoPlasma
sebagai unsur Yang membentuk
bagian sekret dilePaskan dari sel mencit normal (*). Globula
Gambar 2. Sekresi susu dalam lumen alveol ambing
melalui eksositosis.
lemakdalamsekresisususebagaigelembung.gelembungberwarnaputih(tanda
Pembuluh darah dan kaPiler panah) (HE 350 X)
terdapat pada jaringan interstitium
(stroma) diantara alveol-alveol' suatu sistem du
Beberapa alveol bersatu mem- ductus lactiferus
bentuk suatu struKur lobulus yang susunan selapis

susu dialirkan (Gambar 2)'


4. akteri di dalam
enjar ambing
.9' aureus ber-
kolonisasi Pada
yangtidak lagi. warna merah maupun pada sal
Susu dari alveol epitel tubulus lenjar ambing
sterna dalam lebih kuat diban baKeri mampu
sampai ke

Wowoson TRIDHARMA No. 12 Tohun XIX Juli 2007


bertahan hidup pada susu dan
selanjutnya baKeri menyebar
sampai pada saluran di atasnya
bahkan sampai ke alveol sefta
hidup dan berkembang pada
jaringan-jaringan ini (Sandholm e/
al. l99t). Dengan teknik pewarna-
an Wafthin-Starry, keberadaan
bakteri S. aureus dapat dilacak
sebagai titik-titik kokus berwarna
coklat tua hingga hitam di dalam
sel maupun jaringan interstitium.
Sitoplasma sel terlihat benvarna
kuning hingga kecoklatan dengan
inti berwarna coklat,
Pada kelompok 2 dan 4 jam Gambar 3. Baheri S. aureus yang telah difagositosis dalam PMN (tanda panah),
p.i., baKeri tampak pada jaringan 8 jam p.l. (Warthin-Starry, 860 X)
kulit dan puting ambing. Beberapa
bakteri juga sampai pada kelen;ar
akar rambut. Adanya baKeri pada
jaringan interstitium dapat dilihat
mulai 6 jam setelah diinfeksi 5,
aureus dan terlihat baKeri ber-
bentuk kokus yang telah difagosito-
sis oleh PMN dan makrofag 8 ,ram
p.i. (Gambar 3). Ini sesuai dengan
hasil penelitian Anderson dan
Chandler (1975), bahwa fagositosis
oleh neutrofil terhadap baKeri
yang diinokulasikan pada kelenjar
ambing terjadi mulai 6 jam pasca
infeksi. Pada saat ini teq'adi dia-
pedesis sel-sel leukosit sebagai Gambar 4. Bakteri -4, aureus (tanda panah) pada apitel dan lumen alveol
respon pertahanan tubuh inang menyebabkan degenerasi, nekrosis dan atrofi kelenjar 48 jam p.l.
terhadap infeksi. (Wanhin-Starry 860 X)
Mulai 12 jam setelah diinfeksi
oleh .S. aureus, baKeri tampak
sudah sampai ke lumen. Neutrofil
mengalami perubahan yang ber-
sifat degeneratif sehingga terjadi
peningkatan jumlah baKeri 5.
aureus (Anderson dan Chandler
1975). Bakteri juga ditemukan
pada sel epitel dan lumen alveol
menyebabkan degenerasi, nekrosis
dan atrofi kelenjar pada 48 jam p.i.
(Gambar 4). Selanjutnya, atrofi sel
epitel dan lumen alveol yang
mengecll mengakibatkan sekresi
susu berkurang dan akhirnya
berhenti. Gambaran ini terlihat
hingga 96 jam p.i.
Bakteri juga tampak pada
jaringan interstitium (6 jam p.i), Gambar 5. Bakteri S. aureus (tanda panah) dalam jaringan lemak
fokus peradangan, PMN dan (fat pad) 72 jam p.i. (Warthin-Starry 860 X)

Wowoson TRIDHARMA No. 12 Tohun XIX Juli 2007 45


makrofag g jam p.i) dan fat pad bagai penyebab mastitis Bramley AJ. 1991. Mastitis: Physio-
(48 jam p.i). Pada jaringan lemak, kronis. logy or Pathology? Flem'Vet'l'
bakteri dapat bertahan dalam 3. Mencit kem
jangka waKu yang lama sebagai dapat digu
penyebab mastitis yang bersifat hewan model
su r 5). kan
dilihat subklini
ba arlngan
s' aure
ke ksi o-leh
buatan Perangkat Diagnostika.
Disftasi Doktor' Program
metode rain Pascasarjana IPB. Bogor.
elajari patogene- Duval J. 1997. Treating Mastitis
subklinis yang Without Antibitiocs. Ecological
oleh 5. aureus Agriculture Projects. http://
virulensi yang dimiliki oleh S. perlu dikembangkan, misalnya www.eap.mcoill.calPublications
aurerls, misalnya keberadaan pro- dengan menggunakan teknik /EAP69.htm. [f5-12-2000].
tein A dan kapsul polisakarida yang imunositokimia, mikroskop Estuningsih S. 2001. Patogenesis
dapat menghambat n ataupun dengan Mastitis Subklinis pada SaPi
enzit
proses fagosltosis, raan khusus lainnya. Perah : Pendekatan Histo-
nidaseyang mempermu, r mengetahui lokalisasi
patologis Mastitis Subklinis
menginvasi jaringan, ac Akibat Infeksi StrePtococcus
nutin memudahkan us Pada jaringan aga lactiae Hemaglutinin Positif
baKeri pada sel inang
selanjutnya perlu
' pada Mencit. Diseftasi Doktor.
at. 1991) dan adanyl coagulase dikaji mengenai keberadaan Pascasaflana IPB. Bogor.
dan clumping factor membantu reseptor yang dapat menye- Godkin A. 1998. Staphylrcrccus
baKeri untuk menghindar dari babkan perlekatan bakteri aureusqa1,ritis : A contagious
respon kekebalan inang serta pada jaringan. bacterial infection ofthe
tokin yang dihasilkan S. aureus udder. Health Management,
dapat menyebabkan kerusakan- Daftar Pustaka OMAFM (519):846-965.
kerusakan pada jaringan kelenjar Abrar M. 2001. Isolasi, Kara*e- agodkin@omafra.gov.on.ca.
ambing (Anderson dan Chandler risasi dan Aktivitas Biologi [22-10-199S].
1975). Hemaglutinin Staphylococcus Hoblet KH and ML Eastridge. 1992.

penutup di 3{f:"!#fr,jJ"T:, ^Effi:i 3x,"1;Ly;:,2ius


Mastitis

Dari hasildan pembahasan Rmbing Sapi perah. Disertasi Hurley WL. 2000. Mammary Gland
bahwa:
atas dapat disimpulkan Doktor. Program Pascasarjana Anatomy of Cattle. Lactation
1. InfeKi bakteri S. aureus pada IPB.'Bogor. Biology. ANSCI 308.
mencit tidak menyebabkan Anderson lC and RL Chandler. Departement of Animal
adanya perubahan jaringan 1975. Experimental Staphylo- Sciences University of lllionis.
ambing secara klinis. coccat Mastitis in The Mouse : Urbana-Champaign'
2.

Hurl
alveol. BaKeri S, aureus dapat Amp' Path'
ditemukan pada jaringan in- Arpin C, I Lagra
terstitium (6 jam p.i), fokus Bebear and
peradangan, PMN dan makro- Epidemiolo
fag (8 jam P.i), lumen dan Outbreak
Kirk JH, De Graves F, Tyler J' 1994'
ep'itei aileot (iZ-jam p.i) serta Staphytococcus aureus
di antara jaringan lemak faf Resistant to Lincosamides and Recent Progess in Treatment
pad (mutii +A jam p.i), Streptogramin A in a Frenc-h and Control of Mastitis in
-menyebaOfan (44): Cattle'
bakteri dapat Hospitai. J.Med.Microbiol. JAVMA (204):1152-
perri'st"n dalam jaringan se- 303-310. 1158'

Wowoson TRIDHARMA No. 12 Tohun XIX Juli 2007


Mims CA. 1986. The Pathogenesis Vet. J. 62, Suppl. (l) : l7t- bact.wisc.edu/bact330/lecturec
Ed. 186.
of Infectious Disease. Third oli
Akademic Press. London. Shibahara T and K Nakamura. Todar K. 1999. Bacteriology 330
Nelson I JI Flock, M Hodk, M 1998. Pathology of Acute Lecture Topics: Staphylococ-
Lindberg, HP MUller and T Necrotizing Mastitis Caused by cus. http://www.bact.wisc.
Wadstnlm. 1991. Adhesins in Staphylococcus aureus n a edu/bact33O/lecturestaph
Staphylococcal Mastitis as Dairy Cow.
Vaccine Component. Flem. Vet.
J. Suppl. (1):111-125.
Purnami NL. 1999. Perbandingan . [6-3-2002
Kemampuan I. 1991.
Adhesi Singh
Streptococcus agalactiae dan Histologi Ma
Sbphylocorcus aureus Yang : lan Tam
Memiliki Antigen Permukaan BinarupaI Aksara. Jakafta. Jvv-
^A€rsr Jq^qrrq' 300- (47):829-835'
Hemaglutinin pada Permukaan 301.
Biakan Sel Epitel Ambing Sapi. Subronto. 1985. Ilmu Penyakit
Skripsi. FKH-IPB Bogor. Ternak. Gadjah Mada Uni- Riwayat Penulis
Russo IH and J Russo. 1996. versity Press. Yogyakarta. Dr. Sayu Putu Yuni Paryati,
Mammary Gland Neoplasia in Sudarwanto M. 1993. Mastitis drh., M.Si., lahir di Tabanan, 4
Long-term Rodent Studies. Subklinis dan Cara Diagnosa. Juni 1965. Alumnus FKH-
Eviron Health Perpect (104): Makalah dalam Kursus Ke- Universitas Udayana tahun 1990,
938-967. sehatan Ambing dan Program lulus Magister tahun 2002 dan
Sandholm M, TA Vehmas, K Pengendalian Mastitis. IKA-IPB DoKor tahun 2006 dari sekolah
Nyholm, TH Buzalski and . Bogor.
M Pascasarjana IPB. Dosen Kopertis
Louhi. 1991. Failure Mecha- Todar K. 1997. Bacteriology 336 wilayah IV yang dipekerjakan di
nisms Lactional Therapy of
Lecture Topics Colonization: Fakultas KedoKeran Universitas
Staphylococcal Mastitis. F/em. and Invasion. http://www. Achmad Yani (UNJANI) Cimahi. .

Wowoson TRIDHARMA No. 12 Tohun XIX Juli 2007 47

Anda mungkin juga menyukai