Mastitis
Mastitis
L-\
ffffi m '{ffiFffiRtr3$ I
,
;rtl,r.,. rl
:- .rt,l.ir:.,'
HgW
L V !'\/,
{fl .ilNl\!".\l
PELINDUNG
Koordinator KoPertis WilaYah lV
Ketua APTISI WilaYah lV Jawa Barat
llaftal lsi
PENASEHAT/KONSULTAN REDAKSI
Prof. Dr. Bambang Hidayat
Prof. Dr. Burhan Arif, lr
PEMIMPITT UMUM
Drs Soflan Usman, M.Si. Daftar lsi
PIMPINAN REDAKSUPENANGGUNG' Kata Pengantar
Format Ketatanegaraan
JAWAB Pelaksanaan Hak Prerogatif Presiden dalam
Prof. Dr. H. Tiahjo Sutisnawidjaja, MS 1945
nepuUfif lndonesia Pasca Amandemen UUD 2
WAKIL PEMIMPIN REDAKSI - Oleh : Suwarno Sarwono,
Budi Hartanto, lr. M.Sc Proses Penyidikan
lmplementasi Azas Praduga Tak Bersalah dalam
8
- Oleh : Drs H Dahlan HasYim, SH
DEWAN REDAKSI
di Lembaga
Prof. Dr. H. Tjahjo Sutisnawidjaia,lt/S' Peran Pekerja Sosial dalam Pembinaan Narapidana
15
Prof. Dr. H.R E. Diarkasih, Drs MS' i.ruty.trtrt.n - Oleh : Sartibi B' Hasyim dan Mulia Kartiwa'
Prof. Dr. Hatta, SH. MH terhadap Prestasi Belajar
Peranan Lingkungan Keluarga dan Masyarakat
Dr. Purwadhi, M.Pd.
Dr. Hi. Dewi Laelatul Badriah, M Kes'
Mahasiswa 'Olefr: Rostiana Sundayana, M Pd ' "
Budi i{artanto, lr. M Sc,
26
Hi. Rosmalawati, Dra. M'Sc, ST'
O'r. Hj. ntie Rachmiatie, Dra M Si'
33
SEKRETARIS REDAKSI
Ade Nedi SuPardi, Drs.
PIMPINAN SIRKULASI 40
H. Sentot lskandar, Drs M Si
PIMPINAN USAHA 48
i.
Model Pengajaran APresiasi Drama
38 - Oleh :Agus Hamdani, S.Pd, M'Pd'
andung
,:
Wowoson TRIDHARMA No' 12 Tohun
XIX Juli 2007
_1
Sidang Pembaca Yang berbahagia,
Presiden Susilo Bambang Yudhoyono
Hak prerogatif kembali mencuat kepermukaan setelah
Dilihat dari sudut sejarah' hak prerogratif adalah
meresufle kabinet untuk yang kedua kalinya.
hak yang telah lama aoa sepr jaman raja-raja dahulu dihubungkan dengan kedudukan
penyelenggaraan organisasi pemerintahan' hak
sebagai kepala negara. Dalam bidang
menentukan siapa-siapa yang akan
prerogatif berkaitan dengan keberadaan presiden untuk
pihak manapun'
membantunya sebagai menteri tanpa turut campur
prerogatif merupakan kewenangan penuh
Dalam sistem pemerintahan presidensial hak
presidensial yang dianut UUD 1945 pasca
presiden. Tetapi dalam sistem pemerintahan
presidensial seperti pada umumnya sebagaimana
amandemen, bukan sistem pemerintahan
presidensial menurut uuD 1945 adalah sistem
dikenal dalam teori. sistem pemerintahan
parlementer'
pemerintahan presidensial yang mengandung unsur-unsur
1945 seperti tersebut di atas membawa
Format ketatanegaraan pasca amandemen uuD
pemerintahan harus ekstra hati-hati
konsekuensi, Presiden sebagai pemegang kekuasaan
pemerintahannya, termasuk pelaksanaan hak prerogatif
ketika akan melaksanakan reullakan
untuk meresufl e menteri-menterinya'
tema "Pelaksanaan Hak Prerogatif dalam
Tulisan da1 Suwarman Sarwono, SH, dengan
menarik untuk
Format KetatanegaraanRepublik lndonesia Pasca Amandemen UUD 1945"'
yang kami sajikan pada edisi bulan ini'
disimak dan masih banyak tulisan lain
Selamat mengikuti'
Redaksl.
Absrak
mastitis subklinis. Berbagai
xejaOian mastitis pada sapi di lndonesia sangat tinggi, sebagian besar merupakan
p.i,VrUrU mastitii subklinis, di antaranya aOatan bitteri. Staphylococcus aureus. Tuiuan dari pen-elitian ini
yang diinfeksi oleh S'.aureus
adaLh untuk mempelajari keberadaan bakteri dalam jaringan kelenjar_ambing
mencit laktasi
u.iorrart rn gambaran'histopatologi menggunakan pewarnaan Warthin-Starry. Sebanyak 45 ekor
terdiri dari 3
yang digunakin dalam penelitian ini dibag=i menjadi 15 kelompok dan masing-masing kelompok
(tidak diinfeksi) dan 14 kelompok
6toi m6ncit, Satu ketompok mencit merupakan kelompok kontrol negatif
merupakan kelompok yang diinfeksi dengan S. aureus sesuai tahapan waktu, yaitu: 2, 4' 6, 8' 12,16' 20' 24'
gO +b 60, 72, 84 dan'96 1-r, p6.. infelisi (p.i.). Mencit dieuthanasi sesuai perlakuan, jaringan ambing diambil
patologi dan dilakukan pewamaan secara
intefsibaXteri S. aureus pada mencit ti ubahan
atogenesis bakteri S. aureus dimulal ductus
s. iureus dapat ditemukan pada jaringan interstitium (6 jam p.i), fokus
pMN (8 jam p.i),lumen dan epitelalveol(12iam diaflara jaringan lemak
peradangan, dan makrofag 9i)serta
irt pi[muiai ag jam p.i), meiybo'aUran bakteri dapat
persisten dalam jaringan sebagai penyebab mastitis
kronis.
Pendahuluan paling sering terisolasi adalah (Mims, 1986). Proses adhesi me-
1. Latar Belakang Streptococcus agalactiae, Staphylo- rupakan tahaP infeksi Yang sangat
Mastitis atau Peradangan Pada coccus aureus dan Eschericia coli. penting dan dominan sebagai
ambing meruPakan salah satu Pada peternakan saPi Perah, 5. penentu ekspresi PenYakit Yang
penyakit yang sering dijumpai pada aureus memPunYai arti
Penting bersifat subklinis. Peran adhesi dan
ternak, khususnYa ternak Perah. sebagai penyebab mastitis karena kolonisasi bakteri pada permukaan
Selain menimbulkan kerugian se- baKeri dapat menYebar ke mana- sel ambing, jauh lebih Penting
cara ekonomi karena menurunnya mana dan daPat membentuk koloni dibandingkan dengan kemamPuan
produksi dan kualitas susu sefta dengan baik pada kulit dan Puting invasi baKeri tersebut, MenemPel-
biaya pengobatan Yang mahal, ambing. Tingkat kejadian infeksi 5. nya baKeri Pada Permukaan sel
kejadian mastitis juga daPat mem- aureus dalam satu kandang daPat epitel ambing menYebabkan de-
bahayakan masYarakat konsumen mencapai 35% (Subronto 1985).
generasi dan nekrosa sel ePitel
yang mengkonsumsi susu asal Tahap awal infeksi baKeri (Estuningsih 2001).
ternak yang menderita mastitis. adalah adanya kontak Permukaan Sampai saat ini Penelitian
Dari samPel susu Yang antara sel inang dan baKeri, mengenai patogenesis mastitis
diperiksa di tiga daerah di P. Jawa, dimana dalam Proses ini melibat- subklinis yang disebabkan oleh 5.
dapat diketahui 3 jenis bakteri kan komponen Permukaan sel agalactbe telah dilakukan
penyebab mastitis subklinik Yang seperti protein dan karbohidrat (Estuningsih 2001). Demikian juga
Wowoson TRIDHARMA No. 12 Tohun XIX Juli 2007
akut berikan informasi yang dapat predisposisi terjadinya IMIMorin,
pada
patogenesis mastitis nekrotik (Hurley dan
landain dalam kelenjar ambing
(shibahara dan Na1amuru rsga) digunakan sebagai
setta mastitis subklinis yang upaya pencegahln
" mastitis. 2000)' Infeksi pada kelenjar
dari tiga faKor'
disebabkan oleh 5. aureus telai
ambing tergantung
diteliti secara in vitromenggunakan Tinjauan Pustak
biakan jaringan (Purnami 1999), 1. Mastitis
namun belum banyak diketahui Mastitis
mengenai patogenesis penyakit peradanganpada
yang disebabkan oleh S. aureus kelenjar
pada
'secara kasus
mastitis subklinis umum terj
in vivo. Berbagai kendala perah di
untuk mem- 1997)
s mastitis sub- pada
ngan kelenjar mLl63
dalam Peneliti- lenjar
an ini digunakan mencit sebagai peradangan yang
hewan model. ambing memben
berisi cairan eksu
2. Rumusan Masalah tanda peradangan
Pada kasus mastitis, jalan suhu meningkat,
infeksi 'oakteri S. aureus biasanya sakit dan penuru
melewati puting ambing. Diduga tetapi seringkali
infeksi diawali oleh keberhasilan ngetahui kapan
baKeri menembus lapisan tanduk peradangan, se
puting lalu dilanjutkan oleh proses terhadap mastit
aAnei dan. Kerusakan tampak melalui penguji
pada susunya, m
sapi lakukan pen
klinis, somatik (JSS
pada 1991).
kasus mastitis subkinis yang tidak Secara ek
menampakkan adanya perubahan banyak meni
anatomb kelenjar ambing, Pato- kareha adanya
genesis inftksi baKeri ini Pada
kejadian mastitis subklinis belum
banyak diketahui' pada susu, biaya nya umur sapi'
3.TujuanPenelitianpengobatandatenagakerja'Mastitissubklinis'merupakan
biaya yang paling umum terjadi,
katnya mastitis
perah, susu yaitu kira-kira 15 - 40 kali lebih
ian pada sapi banyak dibandingkan dengan
nurunan kualitas mastitis klinis. Sedangkan mastitis
dan kronis umumnya terjadi sebagai
1994; Hurley
kelanjutan dari mastitis subklinis
rnastitis subklinis.
2. Meng@hui aPakah mencit
daPat dijadikan hewan
model unhrk menjelaskan
Patogenesis mastitis
subldinis Yang disebabkan
oleh 5. aureus.
4. Penelitian
Manfaat disebabkan kare
diharap Secara mekanik, trauma terma-l dan membran mukosa hewan gram
maupun
Manfaat penelitian ini ini
sebagai faktor manusia. Bakteri bersifat
kan bermanfaat dan d;;r;";;- trauma kimiawi
_ siap digunakan
fn Vivo pada Mencit teknik pewarna
3.3 Infeksi
Laktasi keberadaan ba
Suspensi bakteri yang telah kelenjar susu
disiapkan dengan kepadatan 1gs pewarnaan
sel/ml diinfeksikan pada mencit sembunyi di antara rambut
secara intn mammari dengan cara 3.S parameter
I ini menunjukkan
kelenjar ambing
peradangan. Dan
mencit 48 jam
Wowosan TRIDHARMA No. 12 Tohun XIX Juli 2007
43
pasca infeksi, keadaan subkutis
sedikit kering sehingga kulit agak
susah diPisahkan dari kelenjar
ambing.
3. Histologi KelenjarAmbing
Mencit Normal
StruKur kelenjar ambing
mencit merupakan bagian dari kulit
i isan su
ePitel
dalam
ikat. S
terdiri dari
Gambar 1. StruKur kelenjar amabing mencit normal' Struktur
-
susunan kelenjar tuiulo'alveotberisi sekresi susu (*)' (HE 86 X)
Dari hasildan pembahasan Rmbing Sapi perah. Disertasi Hurley WL. 2000. Mammary Gland
bahwa:
atas dapat disimpulkan Doktor. Program Pascasarjana Anatomy of Cattle. Lactation
1. InfeKi bakteri S. aureus pada IPB.'Bogor. Biology. ANSCI 308.
mencit tidak menyebabkan Anderson lC and RL Chandler. Departement of Animal
adanya perubahan jaringan 1975. Experimental Staphylo- Sciences University of lllionis.
ambing secara klinis. coccat Mastitis in The Mouse : Urbana-Champaign'
2.
Hurl
alveol. BaKeri S, aureus dapat Amp' Path'
ditemukan pada jaringan in- Arpin C, I Lagra
terstitium (6 jam p.i), fokus Bebear and
peradangan, PMN dan makro- Epidemiolo
fag (8 jam P.i), lumen dan Outbreak
Kirk JH, De Graves F, Tyler J' 1994'
ep'itei aileot (iZ-jam p.i) serta Staphytococcus aureus
di antara jaringan lemak faf Resistant to Lincosamides and Recent Progess in Treatment
pad (mutii +A jam p.i), Streptogramin A in a Frenc-h and Control of Mastitis in
-menyebaOfan (44): Cattle'
bakteri dapat Hospitai. J.Med.Microbiol. JAVMA (204):1152-
perri'st"n dalam jaringan se- 303-310. 1158'