Anda di halaman 1dari 23

PELANGGARAN HAK ASASI MANUSIA

PADA TRAGEDI TRISAKTI 1998 BERDASARKAN PERATURAN


PERUNDANG-UNDANGAN DI INDONESIA

Disusun Oleh
Nama : Joshua Julistio
NIM : 010001900302

FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS TRISAKTI
JAKARTA
2023

KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas
berkat dan rahmat-Nyalah saya mampu menyelesaikan makalah ini dengan
baik.Adapun penyusunan makalah melalui proses cukup lama yaitu selama satu
bulan sejak tanggal Mei 2023.
Proposal skripsi tentang “Pelanggaran Hak Asasi Manusia Pada Tragedi
Trisakti 1998 Berdasarkan Peraturan Perundang-Undangan di Indonesia”ini
disusun dengan tujuan untuk melengkapi persyaratan nilai tugas mata kuliah
Hukum Hak Asasi Manusia dan diharapkan melalui karya ilmiah ini,saya selaku
penulis dapat lebih memahami tentang Hak Asasi Manusia serta mampu
menerapkan dan menjunjung Hak Asasi Manusia dalam kehidupan
bermasyarakat.
Saya mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu
saya dalam proses penyusunan makalah ini, khususnya kepada dosen Hukum Hak
Asasi Manusia yang telah bersedia membimbing dan mengarahkan saya dalam
mengerjakan makalah ini.
Semoga makalah ini dapat memberikan inspirasi bagi penulis yang lain.

Jakarta,23 Juni 2023

Joshua Julistio

2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR....................................................................................2
DAFTAR ISI...................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang................................................................................4
1.2 Rumusan Masalah...........................................................................10
1.3 Tujuan Penelitian............................................................................10
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Tinjauan Tentang Hak Asasi Manusia
2.1.1 Pengertian Hak Asasi Manusia.............................................11
2.2 HAM dalam Peraturan Perundang-Undangan di Indonesia
2.2.1. HAM dalam UUD 1945.......................................................13
2.2.2 Ketetapan MPR No. XVII/MPR/1998..................................14
2.2.3. UU No.39 Tahun 1999.........................................................15
2.2.4. Ratifikasi Ketentuan Ketentuan HAM lainnya....................16
2.3 Sejarah 12 Mei 1998
2.3.1. Latar Belakang Kejadian.....................................................17
2.3.2. Kronologi Rentang Waktu...................................................17
2.4 Penyelesaian Tragedi Trisakti 1998................................................23
2.5 HAM yang dilanggar......................................................................24
BAB III SIMPULAN DAN SARAN
4.1 Simpulan.........................................................................................26
4.2 Saran...............................................................................................27
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................28

3
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Penegakkan Hak Asasi Manusia yang tidak tegas dapat menyebabkan
munculnya berbagai pelanggaran berat terhadap HAM salah satunya adalah
Tragedi Trisakti 1998 .HAM bermula dari sebuah gagasan bahwa manusia tidak
boleh diperlakukan semena-mena oleh kekuasaan, karena manusia memiliki hak
alamiah yang melekat pada dirinya yaitu kemanusiannya 1.Dalam konteks HAM,
negara menjadi subyek hukum utama karena negara merupakan entitas utama
yang bertanggung jawab melindungi, menegakan, dan memajukan HAM.
Negara dalam menjalankan perannya tidak luput dari kesalahan yang dapat
menimbulkan terjadinya pelanggaran berat HAM. Negara memiliki kewajiban
dan tanggung jawab untuk menyelesaikan kasus pelanggaran berat HAM.
Pemerintah Indonesia terus berupaya untuk menyelesaikan kasus pelanggaran
berat HAM, namun sampai sekarang kasus Tragedi Trisakti 1998 belum juga
terselesaikan.
Mahasiswa sebagai agent of change dan social control dalam kehidupan
bermasyarakat menempatkan mahasiswa sebagai basis intelektual
menujuperubahan yang lebih baik dan dalam praktiknya dilakukan dengan
membentuksuatu gerakan mahasiswa. Gerakan mahasiswa adalah kegiatan
kemahasiswaanyang ada di dalam maupun di luar perguruan tinggi
yang dilakukan untuk meningkatkan kecakapan, intelektualitas dan
kemampuan kepemimpinan para aktivis yang terlibat di dalamnya
(wikipedia.com). Dalam konteks transisi politikIndonesia, gerakan
mahasiswa telah memainkan peranan yang secara nyata mampu
mendobrak rezim otoritarian (Prasetyantoko, 2001: 1). Ini dapat di lihat dari
pengalaman historis bangsa Indonesia bahwa mahasiswa selalu mendapat
peranan penting dalam setiap perjuangan bangsa Indonesia. Seperti pada
masa kolonialisme Belanda di Indonesia, kaum-kaum terpelajar atau
mahasiswa Indonesia sejak tahun 1915 telah mengenal nasionalisme dan
memulai gerakan-gerakan mereka dengan mendirikan TRIKORO-
DAR MO yang kemudian g e r a k a n - g e r a k a n m a h a s i s w a t e r s e b u t
t e r u s b e r s p o r a k e s e l u r u h p e l o s o k Nusantara. Pada masa pendudukan
Jepang muncul Gerakan Bawah Tanah (GBT)yang dilakukan oleh pemuda-
pemuda Indonesia yang bertujuan untuk secepatnya memerdekakan diri tanpa

1
Rahayu, Hukum Hak Asasi Manusia (HAM), (Semarang: Badan Penerbit
UNDIP, 2012), hlm 51.

4
bantuan Jepang.Gerakan mahasiswa tidaklah berhenti sampai Indonesia
memproklamirkan kemerdekaan. Gerakan mahasiswa masih berlanjut pada
masa Orde Lama. Ini tentu mendapat kritikan dari mahasiswa yang
memiliki jiwa m u d a d a n b e r i n t e l e k t u a l s e h i n g g a m a h a s i s w a
t i d a k s e g a n - s e g a n u n t u k menyuarakan tuntutannya dengan TRITURA
yang berisi bubarkan PKI beserta ormas-ormasnya, perombakan kabinet
DWIKORA, dan turunkan harga dan perbaiki sandang-pangan. Tuntutan
mahasiswa tersebut berhasil menjatuhkan Soekarno atau rezim Orde Lama
dengan panglima politiknya..Presiden Soekarno menandatangani Keputusan
Sebelas Maret (SUPERSEMAR) pada tanggal 11 Maret 1966 yang berisikan
pengambilalihan kekuasaan Republik Indonesia dari Presiden Soekarno kepada
Letnan Jenderal Soeharto untuk menenangkan dan mengamankan situasi negara
yang tidak kondusif pada saat itu dan dimulailah era kepemimpinan Presiden
Soeharto yang biasa sebut Orde Baru yang akan berkuasa dari tahun 1966
hingga 1998.
Era kepemimpinan Presiden Soeharto berlangsung selama 32 tahun atau
tujuh kali periode pemilihan umum, yaitu tahun 1971, 1977, 1982, 1987 , 1992
dan 1997. Hal ini dimungkinkan,karena Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia 1945 sebelum amandemen yaitu Pasal 7 menyatakan "Presiden dan
Wakil Presidenmemegang jabatannya selama lima tahun dan sesudahnya dapat
dipilih kembali"
Hal tersebut memberikan keleluasan bagi Presiden Soeharto untuk
mengatur tannpa tandingan dan tanpa pengaturan untuk suksesi.Hak politik
masyarakat dibatasi dengan sistem petnilihan umum yang dilakukan oleh
Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) bukan secara langsung seperti
sekarang ini. Penyederhanaan partai politik menjadi tiga partai saja yaitu
Golongan Karya (Golkar), Partai Pembangunan Persatuan (PPP) dan Partai
Demokrasi Indonesia (PDI) yang dicanangkan Presiden Soeharto tanggal 2 Mei
1977 menjadi bukti dimana hak-hak berpolitik masyarakatsangat dibatasi.2
Berkumpul dan berorganisir pun dilarang oleh pihak keamanan begitu pula
hak untuk menyampaikan pendapat dimuka umum, hal ini dianggap sebagai
Tindakan subversif yang membahayakan stabilitas keamanan negara.Monopoli
informasi yang dilancarkan kepada masyarakat juga dilancarkan. Kebebasan
pers tidak berlaku pada saatitu. Pers yang dianggap tidak mematuhi pemerintah
akan dicabut izinnya oleh pemerintah.3
2
Jusuf Wanandi, MenyibakTabir Orde Baru : Memoar Politik Indonesia 1965-
1998, Kompas, Jakarta. 2014, h. xvi
3
Hikmat Kusumaningrat & Purnama Kusumaningrat, Jurnalistik : Teori dan
Praktik, Rosda,Bandung, 2012, h. 54

5
Warga Tionghoa juga dilarang berkespresi seperti tidak ada perayaan hari
raya Imlek, kesenian Barongsai dilarang dan pemakaian bahasa Mandarin
dilarang oleh pemerintah Orde Baru karena negara Republik Rakyat Tiongkok
dianggap mencampuri urusan dalam negeri Indonesia dengan memberikan
persiapan dan kelengkapan untuk PKI dalam rangka melakukan pemberontakan
G30S/PKI. Sejak tahun 1967 warga keturunan Tionghoa dianggap sebagai waga
negara asing di Indonesia yang secara tidak langsung menghapus hak-hak asasi
mereka.4
Diberlakukannya operasi militer Indonesia di Aceh untuk menumpas
Gerakan Aceh Merdeka (GAM) pimpinan Datuk Hasan Di Tiro dilakukan tahun
1990 hingga 22 Agustus 1998. Amnesty Internasional menyebut TNI diduga
melakukan pelanggaran Hak Asasi Manusia dalam skala besar dan sistematis
terhadap pejuang GAM yang melibatkan eksekusi sewenang-wenang,
penculikan, penyiksaan, penghilangan dan pembakaran desa. Desa yang
dicurigai menyembunyikan anggota GAM dibakar dan anggota keluarga militan
GAM diculik dan disiksas Diperkirakan lebih dari 300 orang wanita dan anak di
bawah umur mengalami kasus kekerasan dan pemerkosaan. Antara 9.000 hingga
12.000 orang sebagian besar warga sipil tewas antara tahun 1989 dan 1998
dalam operasi TNI ini.
Dari berbagai peristiwa penting untuk dicatat selama kepemimpinan
Presiden Soeharto selain uraian di atas adalah sebuah krisis ekonomi yang terjadi
mulai pada bulan Juli 1997. Kawasan Asia mengalami krisis finansial yang
mempengaruhi mata uang, bursa saham dan harga aset lainnya di beberapa
negara di Asia.Setelah Korea Selatan dan Thailand, Indonesia termasuk negara
yang terkena imbas paling parah.Krisis yang melanda Indonesia dikenal juga
sebagai Krisis Moneter(Krismon).Dimana harga bahan pokok naik dan inflasi
paling parah dalam sejarah Indonesia terjadi.
Situasi ini mengakibatkan berbagai persoalan yang telah lama dirasakan
oleh masyarakat menjadi muncul dan semakin kompleks. Salah satu yang
nampak adalahmahasiswa turun ke jalan untuk mengecam kenaikan harga dan
menuntut turunnya Presiden Soeharto yang sudah terlalu lama menjabat sebagai
Kepala Negara karena pada pemilu 1997 Soeharto terpilih lagi menjadi Presiden
Republik Indonesia untuk ke enam kalinya melalui pemilu 1997 yang tetap
menekan hak berpolitik masyarakat Indonesia karena bukan merupakan
pemilihan langsung melainkan melalui MPR.International Monetary Fund
(IMF) mulai turun tangan sejak oktober 1997 namun terbukti tidak bisa segera

4
Rizal Sukma, Indonesia and China : The Politics of a Troubled Relationship,
Routledge,London, 1999, h. 10

6
memperbaiki stablilitas ekonomi dan rupiah.Awal1998 ekonomi Indonesia
semakin memburuk.5
Mahasiswa melakukan demonstrasi besar-besaran ke Gedung DPR/MPR
di Jakarta yang terjadi mulai tanggal 10 Maret 1998. Dalam unjuk rasa yang
dilakukan pada tanggal 12 Mei 1998 berakhir dengan kematian empat
mahasiswa Trisakti akibat penembakan aparat kepolisian dari satuan Brigade
Mobile Polri maupun TNI yang berjaga. Mereka yang tewas bernama Elang
Mulia Lesmana, Heri Hertanto, Hafidin Royan dan Hendrawan Sie. Peristiwa
penembakan mahasiswa tersebut kemudian dikenal dengan Tragedi Trisakti.
Tragedi Trisakti menimbulkan kerusuhan berikutnya yang terjadi
utamanya di Medan, Jakarta dan Surakarta.Dalam peristiwa tersebut, sasaran
utama kerusuhan ini ialah orang-orang keturunan Tioanghoa beserta aset-aset
yang mereka miliki.Kerusuhan Jakarta selain sekitar Jembatan Semanggi secara
acak menyebar ke berbagai penjuru daerah Jabodetabek. Penjarahan-penjarahan
tempat perbelanjaan umum yaitu Matahari di daerah Jatinegara dan Plaza Yogya
di Klender berakhir tragis dengan tiba-tiba dibarikade dan terbakar. 1:000 orang
yang terperangkap di dalam akhirnya tewas terbakar hidup-hidup. Massa juga
menyerang daerah Glodok dimana tempat etnis Tionghoa berpusat dan
mengakibatkan kerugian yang tak terhitung. Kerusuhan juga terjadi di daerah
Tanjung Priok, Tangerang dan daerah Kebayoran Baru dimana property yang
dimiliki oleh etnis Tionghoa menjadi target utama massa. Massa tidak hanya
merusak fasilitas umum dan menjarah toko-toko, tetapi juga menyerang secara
fisik orang-orang etnis Tionghoa hingga memperkosa korban. Menurut Tim
Gabungan Pencari Fakta (TGPF) yang disusun akibat desakan negara-
negara lain, lebih dari 50-an wanita etnis Tionghoa diperkosa dan korban tewas
dari kerusuhan mencapai 1.880 orang. Sandyawan Sumardi yang merupakan
mantan anggota TGPF mengakui memerlukan perjuangan berat untuk meminta
pengakuan korban perkosaaan massal dan sungguh sulit untuk diungkap.
Kerusuhan semakin tidak terkendali mengakibatkan mahasiswa mampu
menduduki gedung MPR/DPR yang pada akhirnya membuat Presiden Soeharto
turun dari kursi presiden setelah 32 tahun masa jabatannya pada tanggal 21 Mei
1998 dan secara sepihak memberikan kursi Presiden kepada B.J Habibie yang
sebelumnya ialah wakil presiden.
Permasalahan belum selesai sampai disitu, pada November 1998
pemerintahan transisi Indonesia mengadakan sidang istimewa untuk menentukan
pemilu dan agenda-agenda pemerintahan seranjutnya. Mahasiswa turun ke jalan
untuk menuntut pembersihan pemerintahan dari orang-orang massa
pemerintahan Orde Baru.

5
http://www.seasite.niu.edu/indonesian/Reformasi/Krisisekonomi.html, Diakses tanggal 13 Juni
2021 Jam 15.40

7
Hasil kerja TGPF menunjukkan terjadinya pelanggaran HAM
berat,penembakan secara sengaja oleh aparat keamanan yaitu ABRI, terjadinya
pemerkosaan massal, pembakaran-pembakaran yang disengaja untuk
menciptakan kondisi yang tidak aman, penjarahan, kurangnya aksi ABRI untuk
mengamankan situasi pada kerusuhan 13-15 Mei 1998. Keseluruhan-bahan-
bahan dan dukomentasi serta laporan akhir TGPF diserahterimakan kepada
pemerintah yaitu Menteri Kehakiman pada saat berakhirnya tugas TGPF.Sebagai
tindak lanjut TGPF, Pemerintah Indonesia dengan bukti-bukti yang ada
membawa hal itu dalam persidangan DPR. DPR memberikan dua opsi yaitu
dengan Pengadilan HAM ad hoc atau Peradilan Militer.Setelah terjadinya
voting, para pelaku yang semuanya ialah anggota ABRI disetujui oleh rapat
DPR memakai peradilan militer
Hasil persidangan yang telah dilakukan ternyata belum maksimal, karena
misalnya mereka yang dianggap bertanggung jawab masih bebas. Hal ini
diperkuat dengan kritikan yang datang baik dari dalam negari maupun luar
negeri. Dimana tokoh militer seperti Wiranto dan Prabowo Subianto masih bisa
berbisnis dan keluar negeri secara bebas tetapi dicekal oleh pemerintah Amerika
Serikat. Sutiyoso sebagai Gubernur DKI Jakarta pernah akan ditangkap oleh
pemerintah Australia akibat keterlibatannya pada saat era Reformasi 1998.
Dalam berbagai peristiwa yang terkait dengan pelanggaran hak asasi
manusia seringkali proses yang telah ada dianggap tidak memuaskan. Hal ini
dapat dipahami karena selaras dengan perkembangan masyarakat internasional,
isu-isu terkait dengan penghormatan dan perlindungan HAM sudah disepakati
menjadi persoalan bersama mereka. Sejak tahun 1948 yaitu setelah Deklarasi
Hak-Hak Asasi Manusia semua negara di dunia,termasuk negara-negara yang
tidak mengalami proses kesejarahan dari pembentukan negara demokrasi liberal
seperti Indonesia maka oleh sebab itu hak asasi manusia ada isu vital di dunia
saat ini.
Berdasarkan uraian latar belakang singkat di atas, maka dari itu penulis
tertarik untuk memilih judul “Pelanggaran Hak Asasi Manusia Pada Tragedi
Trisakti 1998 Berdasarkan Peraturan Perundang-Undangan di Indonesia”

1.2.Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah penulis uraikan di
atas,maka dapat ditarik beberapa rumusan masalah yang menarik untuk dikaji
yaitu:
1. Apa yang dimaksud dengan HAM dan Pelanggaran HAM?
2. Bagaimana Perlindungan Hukum terhadap korban pelanggaran HAM berat
dalam kasus Tragedi Trisakti?
3. Komponen HAM apakah yang telah dilanggar pada tragedi Trisakti 1998?

8
4. Bagaimanakah penyelesaian kasus tragedi Trisakti 1998 berdasarkan
peraturan perundang-undangan?

1.3.Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memahami lebih lanjut tentang
HAM lalu menganalisis lebih lanjut pelaksanaan peraturan perundang-
undangan di Indonesia terkait dengan tragedy Trisakti 1998 serta mengetahui
upaya penyelesaian Tragedi Trisakti 1998 sesuai dengan HAM yang berlaku
di Indoensia

9
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Tinjauan tentang Hak Asasi Manusia


2.1.1 Pengertian Hak Asasi Manusia
Secara harfiah, HAM dapat dimaknai sebagai hak-hak yang
dimiliki seseorang karena keberadaannya sebagai manusia. Hak-hak ini
bersumber dari pemikiran moral manusia dan diperlukan untuk menjaga
harkat dan martabat suatu individu sebagai seorang manusia.
Sedangkan secara eksplisit, HAM adalah sesuatu yang melekat
pada manusia, di mana tanpanya manusia mustahil dapat hidup.
Sifatnya tidak dapat dihilangkan atau dikurangi oleh siapa pun.
Dengan kata lain, HAM secara umum dapat diartikan sebagai hak-
hak yang melekat pada diri segenap manusia sehingga mereka diakui
keberadaannya tanpa membedakan ras, warna kulit, bahasa, agama,
politik, kewarganegaraan, kekayaan, dan kelahiran tanpa adanya
diskriminasi.
Pengertian HAM menurut para Ahli
 Haar Tilar
Hak Asasi Manusia (HAM) ialah hak-hak yang sudah ada atau
melekat pada tiap-tiap manusia dan tanpa mempunyai hak-hak
itu, tiap-tiap manusia itu tidak dapat hidup selayaknya manusia.
Hak ini didapatkan sejak lahir ke dunia
 Prof. Koentjoro Poerbopranoto
Hak Asasi Manusia (HAM) adalah suatu hak yang sifatnya
mendasar atau juga asasi. Hak-hak yang dipunyai pada tiap-tiap
manusia tersebut dengan berdasarkan kodratnya, pada
hakikatnya tidak akan dapat dipisahkan sehingga akan bersifat
suci
 John Locke
Hak Asasi Manusia (HAM) ialah hak-hak yang secara langsung
diberikan Tuhan Yang Maha Esa pada tiap manusia sebagai hak
yang kodrati. Oleh sebab itu, tidak ada kekuatan di dunia ini
yang dapat mencabutnya.HAM sifatnya fundamental atau
mendasar bagi tiap kehidupan manusia dan pada hakikatnya
sangat suci.
 Peter R. Baehr
Hak Asasi Manusia (HAM) ialah hak dasar yang bersifat mutlak
dan juga harus dipunyai pada tiap insan untuk perkembangan
dirinya tersebut

10
 UU No 39 Tahun 1999
Hak Asasi Manusia (HAM) ialah seperangkat hak yang sudah
ada pada diri manusia sebagai makhluk ciptaan Tuhan Yang
Maha Esa, yang mana hak ini ialah anugerah yang wajib untuk
dihargai dan juga untuk dilindungi oleh pada tiap orang untuk
dapat melindungi harkat dan juga martabat manusia.
 Mahfud MD
Menurut Mahfud M.D. HAM adalah hak yang melekat pada
martabat manusia sebagai makhluk ciptaan Tuhan dan hak
tersebut dibawa sejak lahir ke permukaan bumi sehingga hak
tersebut bersifat fitri (kodrati), bukan merupakan pemberian
manusia atau negara. Jenis-jenis Hak Asasi Manusia:
o Hak sipil dan politik" dan "hak ekonomi, sosial, dan budaya
o Hak generasi pertama, kedua, dan ketiga
o Hak individu dan hak kolektif

HAM bersifat universal yang berarti keberadaan HAM berlaku


secara menyeluruh bagi setiap manusia di suatu negara tanpa
terkecuali.Selain itu HAM tidak terbatas oleh tempat,ruang,dan waktu.
Oleh sebab itu, dimanapun manusia, HAM harus dihormati dan dijunjung
tinggi.
HAM juga bersifat universal yang bermakna menjunjung tinggi
setiap hak manusia tanpa memandang kedudukan, agama, ras, usia, suku,
dan lain sebagainya. Manusia berhak hidup dan memiliki hak yang sama
dengan sesama manusia lainnya.

2.2 HAM dalam Peraturan Perundang-Undangan di Indonesia


2.2.1 HAM dalam UUD 1945
Dibandingkan dengan UUDS 1950,ketentuan HAM padaUUD 1945
relatif sedikit hanya ada 7 pasal.Sedangkan pada UUDS 1950 terdapat
35pasal.Namun meskipun begitu Meskipun di dalam UUD 1945 tidak
banyak dicantumkan pasal-pasal tentang HAM, namun kekurangan-
kekurangan tersebut telahdipenuhi dengan lahirnya sejumlah Undang-
undang
Memang di dalam UUD 1945 ketentuan-ketentuan yang mengatur
tentang HAM relatifterbatas tetapi hal ini tidak akan menghambat
penegakan HAM karena sudah dilengkapi dengan undang-undang lain,
seperti UU PokokKekuasaan Kehakiman, UU Hukum Acara Pidana
(KUHAP), UU HakAsasi Manusia, UU Pengadilan HAM dan peraturan
perundangan lainnya.

11
Sekalipun demikian, telah diusulkan juga untuk membuka kesempatan
memasukkan pasal-pasal HAM ke dalam Konstitusi UUD 1945 ini
melalui amandemen. Upaya amandemen terhadap UUD ini telah
melalui dua tahapan usulan. Usulan draft amandemen Undang- undang
Dasar 1945 yang kedua tanggal 18 Agustus 2000 telah menambahkan
satu bab khusus, yaitu Bab X-A tentang Hak Asasi Manusia mulai pasal
28 A sampai dengan 28 J. Sebagian besar isi peraturan tersebut
mengatur mengenai hak-hak sipil dan politik, hak-hak ekonomi, social
budaya sosial dan budaya.
Dalam Undang-undang ini pengaturan mengenai Hak Asasi Manusia
ditentukan dengan berpedoman pada Deklarasi Hak Asasi Manusia
PBB, konvensi PBB tentang penghapusan segala bentuk diskriminasi
terhadap wanita, konvensi PBB tentang hak-hak anak dan berbagai
instrumen internasional lain yang mengatur tentang Hak Asasi Manusia.
Materi undang-undang ini disesuaikan juga dengan kebutuhan
masyarakat dan pembangunan hukum nasional yang berdasarkan
Pancasila, UUD 45 dan TAP MPR RI Nomor XVIVMPR/1998. Hak-
hak yang tercantum dalam Undang-undang Nomor 39 Tahun 1999
tentang Hak Asasi Manusia terdiri atas :
1. Hak untuk hidup
2. Hak mengembangkan diri
3. Hak memperoleh keadilan
4. Hak atas kebebasan pribadi
5. Hak atas rasa aman
6. Hak atas kesejahteraan
7. Hak turut serta dalam pemerintahan
8. Hak wanita hak anak

2.2.2 Ketetapan MPR No. XVII/MPR/1998


Sejalan dengan kebijakan politik di era Orde Lama maupun Orde Baru
yang lebih mengedepankan kekuasaan dijamannya masing-masing,
maka HAM seolah terabaikan keberadaannya. Oleh karena itu setelah
peralihan kekuasaan pemerintahan di era reformasi yang lebih
mengedepankan hukum dan keterbukaan, MPR menerbitkan Ketetapan
MPR No, XVII/MPR/1998 tentang Hak Asasi Manusia. Di dalam
ketetapan ini MPR menegaskan bahwa hak-hak asasi manusia sebagai
anugerah Tuhan Yang Maha Esa yang melekat pada diri manusia,
bersifat kodrati, universal dan abadi berkait dengan harkat dan martabat
manusia.

12
Sebelumnya pemerintah bersama DPR juga telah mengesahkan
Konvensi PBB yang menentang penyiksaan dan perlakuan atau
penghukuman lain yang kejam, tidak manusiawi, atau merendahkan
martabat manusia (Convention Against Torture and Other Cruel,
Inhuman or Degrading Treatman or Punishment) menjadi Undang-
Undang No. 5� Tahun 1998.
Hak-hak asasi manusia, menurut Ketetapan MPR No.
XVII/MPR/1998[19] meliputi:
1. Hak untuk hidup.
2. Hak berkeluarga dan melanjutkan keturunan,
3. Hak mengembangkan diri.
4. Hak keadilan,
5. Hak kemerdekaan.
6. Hak atas kebebasan informasi.
7. Hak keamanan.
8. Hak kesejahteraan.
9. Hak perlindungan dan pemajuan.
Karena substansi ketetapan MPR ini sudah ditindaklanjuti dengan
keluarnya UU No. 39 Tahun 1999 tentang HAM, dan UUD 1945 juga
sudah di amandemen dengan menambahkan Bab X A tentang Hak
Asasi Manusia, maka keberadaan Ketetapan MPR No, XVII/MPR/1998
dianggap sudah tidak valid lagi, sehingga telah dicabut dan dinyatakan
tidak berlaku lagi berdasarkan pasal 1 angka 8 Ketetapan MPR No.
I/MPR/2003.
2.2.3 UU No.39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia
Sebagai tindaklanjut dari Ketetapan MPR No, XVII/MPR/1998, maka
pada tanggal 23 September 1999 pemerintah bersama DPR menetapkan
UU No.39 Tahun 1999 tentang HAM.
Substansi HAM menurut UU No. 39 tahun 1999 pada dasarnya
merupakan pengembangan hak menurut Ketetapan MPR No,
XVII/MPR/1998, yang memuat hak pokok terdiri dari[20]:
1. Hak untuk hidup,
2. Hak berkeluarga dan melanjutkan keturunan,
3. Hak mengembangkan diri.
4. Hak memperoleh keadilan,
5. Hak atas kebebasan pribadi.
6. Hak atas rasa aman.
7. Hak atas kesejahteraan.
8. Hak untuk turut sertadalam pemerintahan.
9. Hak khusus bagi wanita.

13
10. Hak anak.
2.2.4 Ratifikasi Ketentuan Ketentuan HAM lainnya
Di samping telah meresepsi esensi HAM dari Deklarasi Universal
tentang HAM (Universal Declaration of Human Right) ke dalam
peraturan perundang-undangan di Indonesia,beberapa ketentuan tentang
HAM yang lainnya juga telah di ratifikasi ke dalam uu antara lain
Kovenan Internasional tentang Hak Ekonomi,Sosial dan Budaya
(International Convenant on Economic, Social and Cultural Right)serta
Kovenan Internasional tentang Hak Sipil dan Politik berdasarkan
Resolusi Majelis Umum PBB 2200 A (XXI) Pada tanggal 16 Desember
1966.

2.3 Sejarah 12 Mei 1998(Sejarah Reformasi)


Tragedi Trisakti adalah peristiwa penembakan, pada tanggal 12 Mei 1998,
terhadap mahasiswa pada saat demonstrasi menuntut Soeharto turun dari
jabatannya. Kejadian ini menewaskan empat mahasiswa Universitas Trisakti
di Jakarta,Indonesia serta puluhan lainnya luka. Mereka yang tewas adalah
Elang Mulia Lesmana (1978-1998), Heri Hertanto (1977 - 1998), Hafidin
Royan (1976 - 1998), dan Hendriawan Sie (1975 - 1998). Mereka tewas
tertembak di dalam kampus, terkena peluru tajam di tempat-tempat vital
seperti kepala, tenggorokan, dan dada. Peristiwa penembakan empat
mahasiswa Universitas Trisakti ini juga digambarkan dengan detail dan
akurat oleh seorang penulis sastra dan jurnalis, Anggie Dwi Widowati dalam
karyanya berjudul Langit Merah Jakarta.

2.3.1 Latar Belakang Kejadian Tragedi Trisakti


Ekonomi Indonesia mulai goyah pada awal 1998, yang terpengaruh
oleh krisis finansial Asia sepanjang 1997-1999. Mahasiswa pun
melakukan aksi demonstrasi besar-besaran ke Gedung Nusantara,
termasuk mahasiswa Universitas Trisakti. Mereka melakukan aksi
damai dari kampus Trisakti menuju Gedung Nusantara pada pukul
12.30. Namun aksi mereka dihambat oleh blokade dari Polri dan militer
datang kemudian. Beberapa mahasiswa mencoba bernegosiasi dengan
pihak Polri.

Akhirnya, pada pukul 17.15, para mahasiswa bergerak mundur,


diikuti bergerak majunya aparat keamanan. Aparat keamanan pun mulai
menembakkan peluru ke arah mahasiswa. Para mahasiswa panik dan
bercerai berai, sebagian besar berlindung di Universitas Trisakti.

14
Namun aparat keamanan terus melakukan penembakan. Korban pun
berjatuhan, dan dilarikan ke RS Sumber Waras. Satuan pengamanan
yang berada di lokasi pada saat itu adalah Brimob, Batalyon Kavaleri 9,
Batalyon Infanteri 203, Artileri Pertahanan Udara Kostrad, Batalyon
Infanteri 202, Pasukan Anti Huru Hara Kodam serta Pasukan Bermotor.
Mereka dilengkapi dengan tameng, gas air mata, Steyr, dan SS-1.

Pada pukul 20.00 dipastikan empat orang mahasiswa tewas


tertembak dan satu orang dalam keadaan kritis. Meskipun pihak aparat
keamanan membantah telah menggunakan peluru tajam, hasil otopsi
menunjukkan kematian disebabkan peluru tajam. Hasil sementara
diprediksi peluru tersebut hasil pantulan dari tanah peluru tajam untuk
tembakan peringatan.

2.3.2 Kronologi Rentang Waktu Kejadian


 10.30 -10.45
Aksi damai civitas akademika Universitas Trisakti yang bertempat di
pelataran parkir depan gedung M (Gedung Syarif Thayeb) dimulai
dengan pengumpulan segenap civitas Trisakti yang terdiri dari
mahasiswa, dosen, pejabat fakultas dan universitas serta karyawan.
Berjumlah sekitar 6000 orang di depan mimbar.
 10.45-11.00
Aksi mimbar bebas dimulai dengan diawali acara penurunan bendera
setengah tiang yang diiringi lagu Indonesia Raya yang
dikumandangkan bersama oleh peserta mimbar bebas, kemudian
dilanjutkan mengheningkan cipta sejenak sebagai tanda keprihatinan
terhadap kondisi bangsa dan rakyat Indonesia sekarang ini.
 11.00-12.25
Aksi orasi serta mimbar bebas dilaksanakan dengan para pembicara
baik dari dosen, karyawan maupun mahasiswa. Aksi/acara tersebut
terus berjalan dengan baik dan lancar.
 12.25-12.30
Massa mulai memanas yang dipicu oleh kehadiran beberapa anggota
aparat keamanan tepat di atas lokasi mimbar bebas (jalan layang)
dan menuntut untuk turun (long march) ke jalan dengan tujuan
menyampaikan aspirasinya ke anggota MPR/DPR. Kemudian massa
menuju ke pintu gerbang arah Jl. Jend. S. Parman.
 12.30-12.40

15
Satgas mulai siaga penuh (berkonsentrasi dan melapis barisan depan
pintu gerbang) dan mengatur massa untuk tertib dan berbaris serta
memberikan himbauan untuk tetap tertib pada saat turun ke jalan.
 12.40-12.50
Pintu gerbang dibuka dan massa mulai berjalan keluar secara
perlahan menuju Gedung MPR/DPR melewati kampus Untar.
 12.50-13.00
Long march mahasiswa terhadang tepat di depan pintu masuk kantor
Wali Kota Jakarta Barat oleh barikade aparat dari kepolisian dengan
tameng dan pentungan yang terdiri dua lapis barisan.
 13.00-13.20
Barisan satgas terdepan menahan massa, sementara beberapa wakil
mahasiswa (Senat Mahasiswa Universitas Trisakti) melakukan
negoisasi dengan pimpinan komando aparat (Dandim Jakarta Barat,
Letkol (Inf) A Amril, dan Wakalpolres Jakarta Barat). Sementara
negoisasi berlangsung, massa terus berkeinginan untuk terus maju.
Di lain pihak massa yang terus tertahan tak dapat dihadang oleh
barisan satgas samping bergerak maju dari jalur sebelah kanan.
Selain itu pula masyarakat mulai bergabung di samping long march.
 13.20-13.30
Tim negosiasi kembali dan menjelaskan hasil negosiasi di mana long
march tidak diperbolehkan dengan alasan kemungkinan terjadinya
kemacetan lalu lintas dan dapat menimbulkan kerusakan. Mahasiswa
kecewa karena mereka merasa aksinya tersebut merupakan aksi
damai. Massa terus mendesak untuk maju. Di lain pihak pada saat
yang hampir bersamaan datang tambahan aparat Pengendalian Massa
(Dal-Mas) sejumlah 4 truk.
 13.30-14.00
Massa duduk. Lalu dilakukan aksi mimbar bebas spontan di jalan.
Aksi damai mahasiswa berlangsung di depan bekas kantor Wali Kota
Jakbar. Situasi tenang tanpa ketegangan antara aparat dan
mahasiswa. Sementara rekan mahasiswi membagikan bunga mawar
kepada barisan aparat. Sementara itu pula datang tambahan aparat
dari Kodam Jaya dan satuan kepolisian lainnya.
 14.00-16.45
Negoisasi terus dilanjutkan dengan komandan (Dandim dan
Kapolres) dengan pula dicari terobosan untuk menghubungi
MPR/DPR. Sementara mimbar terus berjalan dengan diselingi pula
teriakan yel-yel maupun nyanyian-nyanyian. Walaupun hujan turun
massa tetap tak bergeming. Yang terjadi akhirnya hanya saling diam

16
dan saling tunggu. Sedikit demi sedikit massa mulai berkurang dan
menuju ke kampus.
Polisi memasang police line. Mahasiswa berjarak sekitar 15 meter
dari garis tersebut.
 16.45-16.55
Wakil mahasiswa mengumumkan hasil negoisasi di mana hasil
kesepakatan adalah baik aparat dan mahasiswa sama-sama mundur.
Awalnya massa menolak tetapi setelah dibujuk oleh Bapak Dekan
FE dan Dekan FH Usakti, Adi Andojo SH, serta ketua SMUT massa
mau bergerak mundur.
 16.55-17.00
Diadakan pembicaraan dengan aparat yang mengusulkan mahasiswa
agar kembali ke dalam kampus. Mahasiswa bergerak masuk kampus
dengan tenang. Mahasiswa menuntut agar pasukan yang berdiri
berjajar mundur terlebih dahulu. Kapolres dan Dandim Jakbar
memenuhi keinginan mahasiswa. Kapolres menyatakan rasa terima
kasih karena mahasiswa sudah tertib. Mahasiswa kemudian
membubarkan diri secara perlahan-lahan dan tertib ke kampus. Saat
itu hujan turun dengan deras.
Mahasiswa bergerak mundur secara perlahan demikian pula aparat.
Namun tiba-tiba seorang oknum yang bernama Mashud yang
mengaku sebagai alumni (sebenarnya tidak tamat) berteriak dengan
mengeluarkan kata-kata kasar dan kotor ke arah massa. Hal ini
memancing massa untuk bergerak karena oknum tersebut dikira
salah seorang anggota aparat yang menyamar.
 17.00-17.05
Oknum tersebut dikejar massa dan lari menuju barisan aparat
sehingga massa mengejar ke barisan aparat tersebut. Hal ini
menimbulkan ketegangan antara aparat dan massa mahasiswa. Pada
saat petugas satgas, ketua SMUT serta Kepala kamtibpus Trisakti
menahan massa dan meminta massa untuk mundur dan massa dapat
dikendalikan untuk tenang. Kemudian Kepala Kamtibpus
mengadakan negoisasi kembali dengan Dandim serta Kapolres agar
masing-masing baik massa mahasiswa maupun aparat untuk sama-
sama mundur.
 17.05-18.30
Ketika massa bergerak untuk mundur kembali ke dalam kampus, di
antara barisan aparat ada yang meledek dan mentertawakan serta
mengucapkan kata-kata kotor pada mahasiswa sehingga sebagian
massa mahasiswa kembali berbalik arah. Tiga orang mahasiswa

17
sempat terpancing dan bermaksud menyerang aparat keamanan
tetapi dapat diredam oleh satgas mahasiswa Usakti.
Pada saat yang bersamaan barisan dari aparat langsung menyerang
massa mahasiswa dengan tembakan dan pelemparan gas air mata
sehingga massa mahasiswa panik dan berlarian menuju kampus.
Pada saat kepanikan tersebut terjadi, aparat melakukan penembakan
yang membabi buta, pelemparan gas air mata dihampir setiap sisi
jalan, pemukulan dengan pentungan dan popor, penendangan dan
penginjakkan, serta pelecehan seksual terhadap para mahasiswi.
Termasuk Ketua SMUT yang berada di antara aparat dan massa
mahasiswa tertembak oleh dua peluru karet dipinggang sebelah
kanan.
Kemudian datang pasukan bermotor dengan memakai perlengkapan
rompi yang bertuliskan URC mengejar mahasiswa sampai ke pintu
gerbang kampus dan sebagian naik ke jembatan layang Grogol.
Sementara aparat yang lainnya sambil lari mengejar massa
mahasiswa, juga menangkap dan menganiaya beberapa mahasiswa
dan mahasiswi lalu membiarkan begitu saja mahasiswa dan
mahasiswi tergeletak di tengah jalan. Aksi penyerbuan aparat terus
dilakukan dengan melepaskan tembakkan yang terarah ke depan
gerbang Trisakti. Sementara aparat yang berada di atas jembatan
layang mengarahkan tembakannya ke arah mahasiswa yang berlarian
di dalam kampus.
Lalu sebagian aparat yang ada di bawah menyerbu dan merapat ke
pintu gerbang dan membuat formasi siap menembak dua baris
(jongkok dan berdiri) lalu menembak ke arah mahasiswa yang ada di
dalam kampus. Dengan tembakan yang terarah tersebut
mengakibatkan jatuhnya korban baik luka maupun meninggal dunia.
Yang meninggal dunia seketika di dalam kampus tiga orang dan satu
orang lainnya di rumah sakit beberapa orang dalam kondisi kritis.
Sementara korban luka-luka dan jatuh akibat tembakan ada lima
belas orang. Yang luka tersebut memerlukan perawatan intensif di
rumah sakit.
Aparat terus menembaki dari luar. Puluhan gas air mata juga
dilemparkan ke dalam kampus.
 18.30-19.00
Tembakan dari aparat mulai mereda, rekan-rekan mahasiswa mulai
membantu mengevakuasi korban yang ditempatkan di beberapa
tempat yang berbeda-beda menuju RS.
 19.00-19.30

18
Rekan mahasiswa kembali panik karena terlihat ada beberapa aparat
berpakaian gelap di sekitar hutan (parkir utama)
dan sniper (penembak jitu) di atas gedung yang masih dibangun.
Mahasiswa berlarian kembali ke dalam ruang kuliah maupun ruang
ormawa ataupun tempat-tempat yang dirasa aman seperti musholla
dan dengan segera memadamkan lampu untuk sembunyi.
 19.30-20.00
Setelah melihat keadaan sedikit aman, mahasiswa mulai berani untuk
keluar adari ruangan. Lalu terjadi dialog dengan Dekan FE untuk
diminta kepastian pemulangan mereka ke rumah masing- masing.
Terjadi negoisasi antara Dekan FE dengan Kol.Pol. Arthur Damanik,
yang hasilnya bahwa mahasiswa dapat pulang dengan syarat pulang
dengan cara keluar secara sedikit demi sedikit (per 5 orang).
Mahasiswa dijamin akan pulang dengan aman.
 20.00-23.25
Walau masih dalam keadaan ketakutan dan trauma melihat rekannya
yang jatuh korban, mahasiswa berangsur-angsur pulang.
Yang luka-luka berat segera dilarikan ke RS Sumber Waras. Jumpa
pers oleh pimpinan universitas. Anggota Komnas HAM datang ke
lokasi.
 01.30
Jumpa pers Pangdam Jaya Mayjen TNI Sjafrie Sjamsoedin di
Mapolda Metro Jaya. Hadir dalam jumpa pers itu Pangdam Jaya
Mayjen TNI Sjafrie Sjamsoeddin, Kapolda Mayjen (Pol) Hamami
Nata, Rektor Trisakti Prof. Dr. R. Moedanton Moertedjo, dan dua
anggota Komnas HAM AA Baramuli dan Bambang W. Soeharto.

2.4 Penyelesaian Kasus Tragedi Trisakti


Setahun setelah kejadian, proses hukum memang berjalan dan menyeret
enam terdakwa yang masing-masing dihukum 2 sampai 10 bulan. Tiga tahun
berselang, sembilan terdakwa kasus penembakan mahasiswa Trisakti di adili di
Pengadilan Militer dan dijatuhi hukuman 3 sampai 6 tahun penjara. Namun,
mengutip pernyataan Komnas HAM yang masih diingat sampai kini, para
terdakwa yang diadili di pengadilan militer adalah pelaku lapangan, sementara
pelaku utamanya belum diadili.
Pada tahun 2017,Pemerintah memutuskan untuk menyelesaikan kasus
pelanggaran berat HAM Tragedi Trisakti melalui jalur non yudisial atau
rekonsiliasi.Menurut Ketua Komisi Nasional Hak Asasi Manusia mengaku sulit
untuk memaksakan penyelesaian kasus TSS melalui jalur pengadilan HAM ad

19
hoc. Selain karena pilihan politik pemerintah, selama ini pihak Kejaksaan Agung
juga tidak bisa bekerja sama dalam menindaklanjuti hasil penyelidikan Komnas
HAM. Dengan keadaan politik saat ini, sulit jika upaya penyelesaian kasus
pelanggaran HAM masa lalu hanya mengandalkan satu opsi.Menurut Menko
Polhukam,pemerintah mennginginkan adanya bentuk penyelesaian kasus HAM
masa lalu tanpa menimbulkan masalah baru.
Sebelumnya, hasil penyelidikan KPP HAM Tragedi Trisakti, Semanggi I dan II
pada bulan Maret 2002, menyatakan bahwa ketiga tragedi tersebut bertautan satu
sama lain. KPP HAM TSS juga menyatakan, bahwa “…terdapat bukti-bukti awal
yang cukup bahwa di dalam ketiga tragedi telah terjadi pelanggaran berat HAM
yang antara lain berupa pembunuhan, peganiayaan, penghilangan paksa,
perampasan kemerdekaan dan kebebasan fisik yang dilakukan secara terencana
dan sistematis serta meluas…”. Komnas HAM melalui KPP HAM TSS
merekomendasikan untuk melanjutkan penyidikan terhadap sejumlah petinggi
TNI/POLRI pada masa itu. Namun, hingga saat ini pihak Kejaksaan Agung belum
pernah melakukan penyidikan untuk merespon hasil penyelidikan Komnas HAM

2.5 HAM yang dilanggar

1. Hak untuk hidup


Deklarasi universal hak-hak asasi manusia disahkan dan diproklamirkan
olch resolusi majelis umum 217 A(111) 10 desember 1948.
Pasal 3 yang menyatakan “bahwa setiap orang berhak atas
penghidupan,kemerdekaan dan keselamatan seseorang.”
Undang - Undang Repulik Indonesia nomor 39 tahun 1999 tentang Hak
Asasi Manusia pasal 9 ayat 1,"Setiap orang berhak untuk hidup dan
meningkatkan taraf kehidupannya. "6
Undang - Undang Dasar 1945 pasal 28A,
"setiap orang berhak untuk hidup serta berhak mempertahankan
hidupnya.7
2. Hak untuk menyampaikan pendapat
Undang - Undang Repulik Indonesia nomor 39 tahun 1999 tentang Hak
Asasi Manusia Pasal 25, setiap orang berhak untuk menyampaikan
pendapat sesuai dimuka umum, termasuk hak untuk mogok sesuai dengan
ketentuan peaturan perundang - undangan.Hal ini sejalan dengan pasal 19
Dekarasi Universal Hak - hak Asasi Manusia :"Setiap orang berhak atas

6
Davies, Peter. 1994. Hak - Hak asasi manusia. Jakarta. Yayasan Obor indonesia
7
Qomar, Nurul. 2013. Hak asasi manusia dalam negara hukum demok
rasi.Jakarta. Sinar Grafika

20
kebebasan mempunyai dan mengeluarkan pendapat, dalam hal ini
kebebasan mempunyai pendapat dengan tdak mendapat gangguan dan
untuk mencari, menerima, dan menyampaikan keterangan dan pendapat
dengan cara apa pun juga dengan tidak memandang batas -batas."8
3. Hak untuk tidak disiksa atau dianiaya
Deklarasi universal hak-hak asasi manusia disahkan dan diproklamirkan
oleh resolusi majels umum 217 A(111) 10 desember 1948 Pasal 5, tidak
seorang pun boleh dianiaya atau diperlakukan secara kejam dengan tidak
mengingat kemanusian, ataupun jalan perlakuan atau hukum yang
menghinakan.
4. Hak atas rasa aman
Undang - Undang Repulik Indonesia nomor 39 tahun 1999 tentang Hak
Asasi Manusia Pasal 30, setiap orang berhak atas rasa aman dan tenteram
serta perlindungan terhadap ancaman ketakutan untuk berbuat atau tidak
berbuat sesuatu. Undang- Undang Dasar 1945 pasal 28G ayat 1, setiap
orang berhak atas perlindugan diri pribadi, keluarga, kehormatan,
martabat, dan harta benda yang dibawah kekuasaannya, serta berhak atas
rasa aman dan perlindungan dari ancamanketakutan untuk berbuat atau
tidak berbuat sesuatu yang merupakan hak asasi.
5. Hak perlindungan (kewajiban dan tanggung jawab pemerintah)
Undang - undang No. 39 Tahun 1999 tentang Hak asasi manusia bab V
kewajiban dan tanggung jawab pemerintah pasal 71 : pemerintah wajib
dan bertangunggung jawab menghormati,melindungi dan memajukan
HAM yang diatur dalam UU ini

8
Triyanto.2013.Negara Hukum dan HAM.Yogyakarta.Penerbit Ombak.

21
BAB III
SIMPULAN DAN SARAN

3.1 Simpulan
Pelanggaran HAM banyak terjadi di Indonesia terutama pada masa
reformasi dimana banyak terjadi pelanggaran HAM berat namun tidak ada
penyelesaian kasus yang jeas. Disini penuls hanya menulskan sedikit
gambaran mengenai hal itu dan pelanggaran apa saja yang dilakukan
Tidak
bisa dipungkiri bawa kasus trisakti merupakan salah satu dan kasus yang
belum ada tihik terang penyelesaiannya, kasus ini seakan tenggelam
bersama
pemerintahan orde baru Dapat disimpulkan bahwa :
1. Pelanggaran HAM yang dilakukan pada kasus ini yaitu hak hidup,
hak berpendapat, hak merasa aman, hak untuk tidak disiksa dan
dianiaya, serta hak perindungan
2. Dari kesimpuan pihak penyidik kasus tragedi trisakti merupakan
pelanggaran HAM berat terhadap kemanusian dan penyidik
meminta kasus ini segera diselesaikan.
3. Terlepas dari pembahasan dan kesimpulan - kesimpuan pihak
berwenang diatas, penulis memiliki opini sebagai masyarakat.
Penuls menganggap bahwa apa yang dilakukan oleh aparatur
negara kepada para mahasiswa dan masyarakat dalam peristiwa
tersebut sangat tidak nanusiawi Alat kelengkapan negara yang
seharusnya menjadi penganan dan pelindung justru menjadi teror
bagi mereka. Pembunuhan, penganiayaan dilakukan oleh aparatur
negara kia. Bahkan para demonstran seakan disandra atau
dikepung di dalam kampus hingga tak berani keluar karena takut
ditembak. Teror yang seakan tak berakhir.

3.2 Saran
Penulis juga meminta kepada pemerintah untuk segera mencari titik terang
kasus ini. Bukan justru mencari kambing hitam sebagai tersangka kasus ini.
Korban - korban yang berjatuhan dalam peristiwa ini, seakan menjadi bukti
rusaknya sistem hukum dan pemerintahan di negara kita saat itu dan mungkin
hingga sekarang.Dan agar di masa yang mendatang kasus HAM yang ada di
Indonesia dapat terselesaikan bahkan dapat dicegah.

22
DAFTAR PUSTAKA

https://news.detik.com/berita/d-4546063/menilik-hambatan-penyelesaian-
tragedi-trisakti-dari-masa-ke-masa
https://nasional.kompas.com/read/2017/01/30/22270351/
pemerintah.putuskan.penyelesaian.kasus.trisakti.dan.semanggi.melalui.jalur.r
ekonsiliasi
http://humas.trisakti.ac.id/museum-tragedi-12-mei-1998/sejarah

Marziki, Suparman. 2012. Pengadilan HAM di Indonesia : Melanggengkan


Impunity. Jakarta. Erlangga.
Prayitno,dan Trubus Radiansah.2003.Kadeham.Jakarta.Universitas Trisakti.
Qomar, Nurul. 2014. Hak asasi manusia dalam negara hukum
demokrasi.Jakarta.Sinar Grafika.

23

Anda mungkin juga menyukai