Anda di halaman 1dari 34

Kode/Nama Rumpun Ilmu : 596/Ilmu Hukum

Bidang Fokus : Sosial Humaniora

USULAN PENELITIAN

Dinamika Politik Pemerintahan Era Reformasi

dan Implikasinya terhadap Ketatanegaraan Indonesia

TIM PENGUSUL :

SRI HANDAYANI RETNA W, S.H., M.H. (NIDN : 0519096501)

KATHARINA ANUNSIATA JUNIANSE (NIM : 20110102)

UNIVERSITAS JANABADRA

YOGYAKARTA

MEI 2022

i
HALAMAN PENGESAHAN

1. Judul Penelitian : Dinamika Politik Pemerintahan Era Reformasi dan


Implikasinya terhadap Ketatanegaraan Indonesia
2. Rumpun Ilmu : Ilmu Hukum
3. Identitas Peneliti :
a. Nama Lengkap : Sri Handayani Retna Wardani, SH.,MH
b. NIDN : 0519096501
c. Jabatan Fungsional : Penata
d. Pangkat/ Golongan : Lektor /IIIc
f. Nomor HP : 085942037418
g. E-mail : yani@janabadra.ac.id
4. Anggota I
a. Nama : Katharina Anunsiata Junianse
b. NIM : 20110102
6. Lama Penelitian : 3 (tiga) bulan
7. Biaya Peneltian : Rp. 5.000.000,- (lima juta rupiah)
Yogyakarta, 10 Mei 2022
Mengetahui, Peneliti,
Dekan Fakultas Hukum

Dr. Sudiyana, S.H.,M.Hum Sri Handayani Retna Wardani, S.H.,M.H.


NIDN.: 0506016601 NIDN.: 0519096501

Menyetujui
Ketua LP3M

Dr.Erni Ummi Hasanah, S.E.,M.Si


NIDN.: 0513016901

ii
IDENTIAS DAN URAIRAN UMUM

1. Judul Penelitian : Dinamika Politik Pemerintahan Era Reformasi dan


Implikasinya terhadap Ketatanegaraan Indonesia
2. Tim Penelitian
No. Nama Jabatan Bidang Instansi Alokasi
Keahlian Asal Waku
(Jam/minggu)
1 Sri Handayani Ketua Hukum Fakultas 8 jam
RW, Peneliti Tata Hukum
S.H.,M.H. Negara Universitas
Janabadra
2 Katharina Anggota Ilmu Fakultas 6 jam
Anunsiata hukum Hukum
Junianse Universitas
Janabadra

3. Obyek Penelitian (jenis material yang akan diteliti dan segi penelitian);
4. Masa Pelaksanaan
Mulai : Mei 2022
Berakhir : September 2022
5. Usulan Biaya
6. Lokasi Penelitian (lab/studio/lapangan) yaitu Perpustakaan Fakultas
Hukum, Perpustakaan Wilayah Graha Pustaka, Perpustakaan Pusat Kajian
Hukum Konstitusi FH UJB, Perpustakaan Pribadi

7. Manfaat penelitian pada suatu bidang ilmu gagasan fundamental dan


orisinal yang akan mendukung pengembangan iptek
8. Jurnal ilmiah yang menjadi sasaran Jurnal ilmiah yang menjadi sasaran
Masuk di Prosiding Fakultas Hukum Univ Janabadra

iii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL................................................................................i

HALAMAN PENGESAHAN……………………………………………… ii

IDENTITAS DAN URAIAN UMUM………………………………………iii

DAFTAR ISI ……………………………………………………………….iv

RANGKUMAN……………………………………………………………vi

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang..............................................................................1

1.2 Rumusan Masalah.........................................................................6

1.3 Tujuan Penelitian..........................................................................6

1.4 Manfaat Penelitian........................................................................7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA....................................................................7

BAB III METODE PENELITIAN.................................................................12

3.1 Metode Pendekatan......................................................................12

3.2 Tipe Penelitian..............................................................................14

3.3 Lokasi Penelitian..........................................................................14

3.4 Sumber Data.................................................................................14

3.5 Metode Pengumpulan Data..........................................................15

3.6 Metode Penyajian Data................................................................15

3.7 Metode Analisis Data ..................................................................16

BAB IV BIAYA DAN JADWAL PENELITIAN

4.1 Biaya Penelitian............................................................................17

4.2 Jadwal Penelitian..........................................................................18

iv
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................19

LAMPIRAN

Lampiran 1 Justifikasi Anggaran……………………………………………20

Lampiran 2 Susunan dan Pembagian Tugas………………………………...24

Lampiran 3 Biodata Ketua dan Tim Pengusul………………………………25

v
RINGKASAN

vi
BAB I

PEDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Undang-Undang Dasar Negara Kesatuan Republik Indonesia Tahun 1945
(selanjutnya disebut UUD NRI Tahun 1945) mengalami beberapa kali perubahan
yaitu :

1. UUD Tahun 1945 Periode I berlaku 17 Agustus 1945 – 27 Desember 1949


2. Konstitusi RIS Tahun 1950 berlaku 27 Desember 1949 – 17 Agustus 1950
3. UUDS Tahun 1950 berlaku 17 Agustus 1950 – 5 Juli 1959
4. UUD Tahun 1945 Periode ke-2 berlaku 5 Juli 1959 – 1999
5. UUD NRI Tahun 1945 (hasil amandemen 4 tahap) berlaku Tahun 1999
sampai dengan sekarang

Mengkaji perkembangan perubahan UUD maka bila dilihat dari substansi


materi muatan dalam pasal-pasalnya maka perubahan lebih cenderung untuk
menyeseuaikan dengan dinamika yang berkembang saat itu yang pada saat itu
Indonesia masih sedang berupaya mencari bentuk pemerintahan yang ideal.

Materi muatan naskah UUD Tahun 1945 periode I (masa Orde lama) dan
Periode II adalah konsep yang sama. Membahas penafsiran Orde Baru terhadap
konsep UUD Tahun 1945 yang singkat dan supel (istilah yang dipakai orde baru
dalam mensosialisasikan UUD 1945) hanya 16 BAB dan 37 Pasal dan 4 ayat
Aturan Peralihan, 2 ayat Aturan Tambahan. Filosofinya pada waktu itu adalah
UUD hanyalah sebuah konsep, karena yang terpenting dalam sebuah konstitusi,
yaitu semangat para.penyelenggaranya. Filosofi itu tidak berlaku lagi setelah ada
amandemen empat tahap, karena UUD Tahun 1945 singkat tapi multi tafsir.
Political will Soeharto sebagai Presiden mendesain negara Indonesia menjadi
negara yang otoriter, kekuasaan ada di satu tangan yaitu Presiden. Melalui
mayoritas tunggal penguasaan parlemen oleh pemerintah, maka UU yang
dihasilkan lebih banyak kepentingan sepihak yaitu kepentingan pemerintah.

1
Parlemen sebagian besar pendukung pemerintah, maka UU lebih cepat disepakati
dan lebih banyak kepentingan pemeritah daripada rakyatnya.

Bagaimana dengan semangat Soeharto pada waktu menjadi Presiden.


Perjalanan kepemimpinan Soeharto sebagai Presiden bisa dibagi dalam dua tahap.
Tahap pertama semangat untuk tidak seperti Orde Lama dengan segala
penyimpangannya dan Soeharto benar-benar ingin Penyelenggara pemerintahan
steril dari organisasi terlarang seperti PKI. Penyelenggara negara dipilih yang
terbaik, selektif dan tidak tersangkut organisasi terlarang.. Tahap Kedua Soeharto
sebagai Kepala negara sekaligus sebagai kepala pemerintahan mulai tertutup,
prefentif, hal tersebut dapat dilihat dari materi muatan tap MPR dan undang-
undang organik pelaksanan dari UUD.

Produk hukum di era orde baru lebih banyak peratuan yang memberikan
kewajiban pada rakyatnya dari pada hak dan mengarah ke negara yang tidak
demokratis, pemeritahan yang sentralistis, otoriter, solusi permasalahan dengan
pendekatan militeristik, sifat penyelenggaraan pemerintahan rule of man, sengaja
tidak dibuat UU tentang HAM sehingga pemerintah tidak pernah melanggar HAM
karena tidak ada UU yang mengatur tentang HAM. Beberapa penyimpangan yang
dilakukan pelanggaran HAM, birokrasinya bersifat Kolusi, Korupsi, Nepotisme
(KKN), Pejabat kebal hukum (diskriminasi) dalam penegakan hukum,
pembunuhan karakter terhadap partai politik, penangkapan aktifis yang
mengkritisi penyelenggaraan pemerintahan (karena dianggap melawan
pemerintahan yang sah).

Banyak kajian di kalangan akademisi, yang menghasilkan kesimpulan


yang beragam terkait pelanggaran kekuasaan yang bertentangan dengan konstitusi
yang dilakukan oleh pemerintahan orde baru. Ada yang mengatakan UU
orgnaniknya yang keliru menjabarkan UUD, namun ada yang mengatakan bahwa
desain UUD lah yang memberi ruang kekuasaan yang over dosis kepada Presiden.

Peneliti berpendapat bahwa awal mula penyimpangan ketatanegaraan


adalah ketentuan Ketetapan MPR menyebutkan bahwa setiap produk UU yang

2
dibuat wajib mendukung kepentingan nasional. Desain UUD terdapat
penumpukan kekuasaan legislative dan eksekutif ada di tangan Presiden, Dengan
kata lain Presiden yang membuat undang-undang dan presiden pula yang
melaksanakan. Parlemen “lumpuh”, sehingga muncul sebutan untuk lembaga
DPR D4 yaitu Datang, Duduk, Dengar, Duit. Pemerintahan masa Presiden
Soeharto yang menjabat dari Tahun 1971 sampai dengan Tahun 1998 semakin
jelas penyimpangan ketatanegaraan.

Dinamika konstitusi yang terjadi sampai terjadinya suksesi kepemimpinan


tahun 1998. Pada Periode Mei 1998 merupakan suatu tahapan sejarah
ketatanegaraan RI yang sangat signifikan dan mempunyai pengaruh yang besar
bagi sistem ketatanegaraan RI kedepan. Pada periode Mei 1998 merupakan ahkir
dari kepemimpinan Presiden Soeharto, yang telah mengumumkan pernyataan
beliau mengumumkan “pernyataan berhenti” tanggal 21 Mei 1998.

Dalam rangka mengisi kekosongan jabatan Presiden, maka sesuai dengan


Pasal 8 UUD bhawa Wakil Presiden secara otomatis menjadi Presiden. 1
Pengucapan sumpah Wakil Presiden B.J. Habibie menjadi Presiden Republik
Indonesia yang ke-3 diakui sah dan konstitusional oleh Mahkamah Agung.
Suksesi kepemimpinan nasional Tahun 1998 dengan berhentinya Soeharto
sebagai Presiden Republik Indonesia dengan cara “diturunkan” menjadi materi
pengaturan ketatanegaraan terkait dengan berakhirnya masa jabatan Presiden
Republic Indonesia.
Masa kepemimpidan Habibie sebagai Presiden ke-3 terdapat dua hal besar
yang terjadi dalam kehidupan ketatanegaraan yaitu amandemen UUD dan
berhasilnya dibukakan kran demokrasi melalui UU bidang politik dan demokrasi.
Karena peran dari Presiden Habibie maka terdapat suasana yang membanggakan
karena terlaksananya merubah dari sistem otoriter masa orde baru menjadi negara
demokrasi dan perhatian terhadap HAM.

1
Pasal 8 UUD menyebutkan bahwa “jika Presiden mangkat, berhenti, atau tidak dapat
melakukan kewajibannya dalam masa jabatannya, ia diganti oleh Wakil Presiden sampai
habis masa waktunya”

3
Terpilihnya Abdurrahman Wahid sebagai Presiden ke-4 terdapat beberapa
peristiwa yang semakin membukakan mata negara Indonesia terkait sistem
ketatanegaraan, bahwa ternyata baru sadar diketahui Bersama bahwa desain UUD
banyak mengandung kelemahan dalam sistem ketatanegaraan Indonesia sehingga
mudah disimpangi oleh siapa saja yang menjabat sebagai Presiden.

Amandemen UUD NRI Tahun 1945 bukanlah hasil akhir dari proses
reformasi konstitusi, melainkan hanya sebuah tahapan untuk semakin
mewujudkan masyarakat Indonesia yang adil dan makmur berdasarkan Pancasila
dan UUD NRI Tahun 1945.

Penolakan sistem pemerintahan Orde Baru bukan tanpa sebab, karena


pemerintahan yang dijalankan bersifat tidak demokratis tapi sentralistik,
pendekatan pada masyarakat bersifat militeristik, rule of man. Penumpukan dan
tidak ada batasan kekuasaan, oleh karena itu pada tahun 1998 terjadi demonstrasi
besar-besaran dan berakhirlah pemerintahan rezim Orde Baru yang dipimpin oleh
Presiden Soeharto.

Terdapat beberapa cita-cita reformasi yang disepakati dan hendak


dilaksanakan yaitu:

1. Amandemen UUD Tahun 1945


2. Penghapusan Doktrin Dwi Fungsi ABRI
3. Penegakan Hukum, HAM
4. Pemberantasan KKN
5. Otonomi Daerah
6. Kebebasan Pers
7. Mewujudkan Kehidupan Demokrasi.
Pasca runtuhnya Orde Baru terdapat beberapa Presiden yang melanjutkan
penyelenggaraan pemerintahan di era reformasi. Presiden Habibie yang
mengawalinya disebut sebagai Presiden masa transisi, karena Presiden Habibie
lah yang berhasil membuat UU yang demokratis yaitu muncul UU No. 39 Tahun
1999 tentang HAM, UU No. 2 Tahun 1999 tentang Partai Politik, UU No. 3

4
Tahun 1999 tentang Pemilu, UU No. 4 Tahun 1999 tentang Susunan Kedudukan
DPR/MPR, UU No. 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah, UU No. 40
Tahun 1999 tentang Pers, UU No. 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia.
Perjuangan meneruskan cita-cita Reformasi berlanjut dilaksanakan oleh
Presiden berikutnya yaitu Presiden Abdurahman Wahid (Gusdur), Megawati
hanya melanjutkan karena Presiden Abdurahman Wahid berhenti di tengah masa
jabatan. Dalam Pemilu Presiden tahun 2004 berhasil dimenangkan oleh Susilo
Bambang Yudoyono. Presiden yang menjabat selama dua periode yang vokus
pada pemberantasan korupsi, maka lahirlah lembaga KPK sampai sekarang masih
melakukan pemberantasan korupsi. Presiden berikutnya oleh Presiden Joko
Widodo selama dua periode dan sekarang masuk periode kedua.
Perjalanan mewujudkan cita-cita reformasi tidak berjalan mulus namun
tertatih-tatih baik oleh perkembangan kedewasaan dalam produk regulasi yaitu
UU organik sebagai pelaksana UUD, dan dinamika politik partai yang dilakukan
oleh para elit politik yang lebih agresif dalam berpolitik praktis dari pada berjuang
sebagai negarawan,
Di masa Presiden Joko Widodo periode yang kedua ini terdapat sesuatu
yang berbeda. Diawali dengan pencabutan ribuan Perda-Perda yang dianggap
mengganggu investasi, pengangkatan pejabat publik yang kontroversional,
pemaksaan penyusunan UU model Omnibuslaw yang sama sekali tidak ada
landasan hukumnya. Berdasarkan hal tesebut sudah menunjukkan Presiden salah
mempersepsikan cita-cita reformasi.
Permasalahan berlanjut dengan para mentri membuat kebijakan yang
saling berseberangan, terjadi penyimpangan ketidak sesuaian antara jenis
peraturan dan materi muatan. Para Menteri berlomba-lomba membuat peraturan
dan pemerintah bisa dikatakan sebagai single peran, karena DPR “dianggap” tidak
ada. Pemerintah terlalu percaya diri dengan lebih dari 80 % dukungan dari koalisi
Pemerintah, sehingga tidak perlu heran bila beberapa UU yang disahkan digugat
di MK karena banyak yang tidak sesuai dengan cita-cita reformasi dan keinginan
rakyat.

5
Sesuai dengan sistem pemerintahan presidential, maka Presiden baik
sebagai kepala pemerintahan dan kepala negara. Masa periode kedua
Pemerintahan Joko Widodo memiliki persepsi yang keliru terhadap cita-cita
reformasi, baik aspek sosial, ekonomi, politik, Pendidikan, demokrasi, HAM,
penegakan hukum, dengan kata lain keliru dalam memanage penyelenggaraan
pemerintahan Indonesia yang jelas memiliki prinsip dasar Pancasila. Persepsi
yang keliru berakibat pada penyimpangan UUD NRI Tahun 1945 yang sudah
merupakan kesepakantan bersama seluruh rakyat Indonesia dan dengan kata lain
terjadi penyimpangan hukum ketatanegaraan dan tidak menjalankan sebagaimana
didsesain dalam UUD NRI Tahun 1945.
Ada beberapa hal yang perlu diteliti terkait tidak berjalannya sistem
ketatanegaraan yang sesuai dengan UUD NRI Tahun 1945 dikarenakan implikasi
dari beberapa hal seperti distorsi kedaulatan rakyat, diskriminasi penegakan
hukum, berlakunya beberapa UU yang kontroversional.

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana karakteristeik penyelenggaraan pemerintahan masa 5 presiden
(BJ.Habibie, Abdul Rahman Wahid, Megawati Soekarno Putri, Susilo
Bambang Yudoyono dan Joko Widodo)
2. Mengapa setiap Presiden selalu memiliki perbedaan karakteristik dalam
penyelenggaraan pemerintahan dan mempengaruhi sistem ketatanegaraan
Indonesia ?
3. Bagaimana sistem ketatanegaraan yang sesuai dengan amanat Pembukaan
UUD dan Batang Tubuh UUD NRI Tahun 1945 ?

1.3 Tujuan Penelitian


1. Ingin mendapatkan informasi terkait karakteristeik penyelenggaraan
pemerintahan masa 5 Presiden (BJ.Habibie, Abdul Rahman Wahid,
Megawati Soekarno Putri, Susilo Bambang Yudhoyono dan Joko
Widodo)

6
2. Ingin memperoleh informasi terkait produk hukum yang dibuat 5 Presiden
sebagai landasan penyelenggaraan pemerintahan yang menjadikan
terbentuknya dinamika politik ketatanegaraan yang berbeda-beda pada
setiap Presiden.
3. Ingin mencari informasi terkait sistem ketatanegaraan yang sesuai dengan
Undang-Undang Dasar Negara Kesatuan Republik Indonesia Tahun 1945

1.4 Manfaat Penelitian


1. Manfaat teoritis : menambah wawasan tentang sistem ketatanegaraan
khususnya Indonesia beserta dinamikanya.
2. Manfaat praktis : bisa menjadi rekomendasi untuk penyusunan konsep
ideal sistem ketatanegaraan Indonesia yang disesuaikan dengan
zamannya.namun masih dalam kerangka menjalankan UUD NRITahun
1945.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Pendapat Lawrence M. Freidman mengungkapkan empat fungsi sistem


hukum : Pertama, sebagai bagian dari sistem kontrol sosial (social control) yang
mengatur perilaku manusia. Kedua, sebagai sarana untuk menyelesaikan sengketa
(disputesettlement). Ketiga, sistem hukum memiliki fungsi sebagai social
engineering function. Keempat, hukum sebagai social maintenance, yaitu fungsi
yang menekankan peranan hukum sebagai pemeliharaan “status quo” yang tidak
menginginkan perubahan.2
Dalam Pembukaan UUD NRI Tahun 1945 tidak lepas dari nilai-nilai
filosofis dalam setiap kalimat Alinea Ke-1, Ke-2, Ke-3 dan Ke-4. Sebagai contoh
Alinea satu mengandung unsur filsafat dan hak internasional, Alinea kedua
mengandung hak nasional dan nilai historis, Alinea ketiga mengandung unsur
2
Teguh Prasetyo, Abdul Halim Barkatullah.2012. Filsafat, Teori, & Ilmu Hukm. Depok:
PT RajaGrafindo Perada. Hlm.311

7
eksistensi Indonesia di dunia Internasional, Alinea keempat mengadung unsur tata
cara dan dasar membentuk suatu negara. Dengan demikian Pembukaan UUD NRI
Tahun 1945 telah memuat amanat secara implisit untuk menjabarkan sistem
ketatanegaraan Indonesia yang mengandung unsur pembagian kekuasaan, asas
hirarki, dan teori ketatanegaraan yang sesuai dengan Negara Indonesia.
Sedangkan Pancasila menjadi pedoman utama dalam menjabarkan pasal-pasal
dalam Batang Tubuh UUD NRI Tahun 1945.
Seperti pendapat A. Hamid S. Attamini bahwa Pancasila merupakan cita
hukum yang mempunyai fungsi konstitutif yang menentukan dasar suatu tata
hukum memiliki fungsi regulative sehingga Pancasila dapat menentukan apakah
suatu hukum positif adil atau tidak. Dengan demikian Pancasila menjadi penentu
adil atau tidak suatu peraturan perundang-undangan. Pancasila sebagai cita hukum
tidak memiliki kedudukan dalam sistem hierarki peraturan perundag-undangan di
Indonesia, tetapi memiliki fungsi regulative terhadap seluruh norma yang ada
dalam hierarki peraturan perunang-undangan.3

PANCASILA

Gambar.1

3
Ni’matul Huda, yang disampaikan dalam konferensi Nasional Asosiasi Pengajar HTN-
HAN dengan tema Dinamika Negara Hukum Demokratis Pasca Perubahan UUD 1945,
yang diselenggarakan oleh PP APHTN-HAN Kerjasama dengan MPR RI, Bali 19-21 Mei
2022, hlm 2.

8
Gambar.2

Dikuatkan oleh pendapat Mahfus MD Kedudukan Pancasila sebagai

sumber dari segala sumber hukum mengandung konsekuensi bahwa kekuasaan

atau kedaulatan hukum bersumber pada pada Pancasila, oleh sebab itu setiap

hukum yang lahir harus berdasar pada Pancasila dengan memuat konsistensi isi

mulai dari yang paling atas sampai yang paling rendah hierarkinya.4

Hal inilah yang menjadikan konstitusi sebagai bentuk lain untuk mengukur

ciri khas suatu negara dalam menjalankan fungsi baik fungsi kekuasaan maupun

fungsi yang dijalankan oleh masyarakat pada umumnya dalam menjalalankan

kehidupan berbangsa dan bernegara. Di samping itu, konstitusi yang dianggap

sebagai cita ideal sebuah negara, maka konstitusi banyak diartikan menjadi arah

penentu suatu negara dalam mewujudkan cita-citanya di samping juga konstitusi

dianggap sebagai cita-cita itu sendiri5.

4
Ibid, halaman 3
5
Muhammad Junaidi.2018.Hukum Konstitusi Pandangan dan Gagasan Modernisasi
Negara Hukum.Depok:PT RajaGrafindo Persada.Hlm.14

9
Tata urutan peraturan perundang-undangan dalam teori perundang-

undangan tidak terlepas dari pendapat Hans Kelsen bahwa norma hukum sifatnya

berlapis-lapis dalam suatu susunan hierarki. Konsekuensinya setiap norma hukum

yang dibawah berlaku, bersumber, dan berdasar dari norma yang lebih tinggi di

atasnya, dan norma yang lebih tinggi juga bersumber dan berdasar dari norma

yang lebih tinggi lagi begitu seterusnya sampai berhenti pada suatu norma

tertinggi yang disebut sebagai norma dasar (Grundnorm). Dengan demikian

norma yang lebih rendah tingkatannya tidak boleh bertentangan dengan norma

yang lebih tinggi tingkatannya. Norma Dasar yang merupakan norma tertinggi

dalam sistem norma tersebut tidak lagi dibentuk oleh suatu norma yang lebih

tinggi lagi, tetapi ditetapkan terlebih dahulu oleh masyarakat sebagai Norma

Dasar.

Pakar hukum Von Kirchman pernah mengatakan bahwa bergudang-

gudang buku tentang undang-undang yang ada di perpustakaan bisa dibuang

sebagai sampah yang tak bernilai Ketika ada keputusan politik di parlemen yang

mengubah isi UU tersebut. Oleh sebab itu, bagaimana politik memengaruhi

hukum atau sebaliknya hukum memengaruhi politik yang kemudian mengkristal

di dalam politik hukum (legal policy) yang digariskan oleh suatu negara menjadi

sangat penting untuk dipelajari demi untuk ilmu hukum itu sendiri.6

Muncul keluhan bahwa sistem demokrasi yang sekarang berjalan belum

banyak menghasilkan kesejahteraan ekonomi dan sosial lebih baik. Partisipasi

rakyak dalam setiap proses pengambilan keputusan pun nyaris seperti masa orde

6
Mahfud MD.2007.Perdebatan Hukum Tata Negara Pasca Amandemen
Konstitusi.Jakarta:Rajawali Pers.Hlm.47-48

10
baru, sementara sirkulasi elite politik nasional tidak banyak mengalami perubahan

perilaku mendasar.7

Hal yang paling mendasar seperti yang disampaikan oleh F.J.Stahl adalah

paham negara berdasarkan pada substansi proses hukum yang dijalankan oleh

kekuasaan yang terus berkembang melalui perkembangan masyarakat dengan

ditandai pada sisi-sisi jaminan perkembangan hak asasi manusia, perkembangan

konstitusi arus dinamis dan tidk hanya menempatkan konstitusi sebagagi sumber

hukum tertulis saja mengakibatkan proses dan paham konstitusi terus berkembang

melalui peradaban manusia.8

Secara mendasar Gerakan reformasi harus diinterpretasikan sebgai suatu

upaya yang terorganisir dan sistematis dari bangsa Indonesaia untuk

mengaktualisasikan nilai-nilai dasar demokrasi, yang di sepanjang kekuasaan

rezim Orde Baru terlanjur telah dimanipulasi dan diselewengkan. Berasarkan

intrpretasi reformasi trsebut, maka agenda nasional harus difokuskan pada upaya

pengembangan yang terus “indeks demokrasi” (Indices of democracy). Indeks itu

dapat dikelompokkan ke dalam empat aspek kehidupan berbangsa dan bernegara :

pertama; keberadaan sistem pemilihan umum yang bebas dan adil, kedua,

keberadaan pemerintahan yang terbuka, akuntabel dan responsif, ketiga; pemajuan

dan perlindungan hak-hak sipil dan politik seluruh warga tanpa kecuali; dan

keempat; keberadaan masyarkat yang memiliki rasa percaya diri yang penuh.9

7
KH A.Mustofa Bisri.2009.Negara Pancasila Jalan Kemaslahatan
Berbangsa.Jakarta:Pustaka LP3ES.Hlm.100
8
M.Junaidi.2018.Hukum Konstitusi Pandangan dan Gadgasan Modernisasi Negara
Hukum.Depok:PT Rajagrafindo Perdada.Hlm.146
9
Ni’matul Huda.2011.Dinamika Ketatanegaraan Indonesia Dalam Putusan Mahkamah
Konstitusi.Yogyakarta:FH UII Pers.Hlm.19

11
Dengan sistem demokrasi negara akan semakin bertanggung jawab karena

sistem ini menyadarkan negara khususnya pemerintah dan pejabat bahwa tujuan

utama bernegara adalah demi kepentingan rakyat seperti keadilan dan

kesejahteraan. Selain itu, demokrasi juga senantiasa mengajarkan negara bahwa

kekuasaan selalu berada pada rakyat.10

Para pembentuk UU dan Perda haruslah mampu membentuk peraturan

yang bertujuan pada kepentingan Bersama. Jeremy Bentham menyatakan bahwa

kebaikan umum hendaknya menjadi tujuan legislator dalam membentuk

peraturan, mafnaat umum menjadi penalarannya.11

BAB III
METODA PENELITIAN
3.1. Metode Pendekatan

Dalam penelitian ini digunakan metode pendekatan :

a. Pendekatan yuridis normatif

b. Pendekatan yuridis empiris

c. Dan pendekatan konseptual.

1. Pendekatan yuridis normatif mengkaji beberapa Undang-undang yang


dibuat pada masa reformasi disandingkan dengan teori Montesque, teori
herarki dan teori ketatanegaraan Negara Indonesia. Pasal-pasal dalam
UUD NRI Tahun 1945. Pasal-Pasal UUD NRI Tahun 1945 dipakai
sebagai acuan untuk memahami undang-undang apakah sesuai dengan

10
Sri Handayani RW.2021.Hukum Hak Asasi Manusia.Yogyakarta:Suluh Media.Hlm.38
11
Sri Handayani RW.2020.Teknik Penyusunan Undang-Undang dan Peraturan Daerah
serta Naskah Akademik.Yogkayakarta:Graha Ilmu.Hlm.174

12
amanat konstitusi secara filosofis dan apakah sesuai dengan pasal-pasal
UUD NRI Tahun 1945 dari aspek yuridis.

2. Pendekatan yuridis empiris , mengkaji, menginfentarisasi, mengklasifikasi


fenomena fakta-fakta yang ada di media cetak dan media elektronik
kemudian mempertemukan dengan pasal-pasal UUD NRI Tahun 1945
juga pembukaan UUD NRI Tahun 1945 apakah ada kesenjangan antara
perintah UUD NRI Tahun 1945 dengan implementasi di lapangan. Apakah
secara sosiologis undang-undang yang dibuat pada masa pemerintahn
pasca reformasi memang diperlukan oleh rakyat dan memberikan solusi
permasalahan yang dihadapi oleh rakyat.

3. Pendekatan konseptual, yaitu peneliti akan melakukan pengkajian dan


menemukan pemahaman yang dimaksud dalam UUD NRI Tahun 1945
apakah sesuai dengan kepentingan nasional yang ada dalam RPJPN,
RPJMN, visi misi negara Indonesia (lihat tentang UU Visi Misi). Sehingga
peneliti harus memastikan berjalannya sistem ketatanegaraan Indonesia
harus sesuai dengan aspek filosofis dari Pembukaan dan Batang Tubuh
UUD NRI Tahun 1945. Teori dan asas harus menjadi tolak ukur bagi
setiap tindakan dalam menyelesaian setiap permasalahan yang terjadi di
Indonesia sehingga tidak akan melanggar sistem ketatanegaraan Indonesia.
Peneliti ingin mengungkapkan tentang kebutuhan Indonesia melalui
penyusunan konsep ideal bukan keinginan dari rezim di periode masa
kepemimpinan setiap Presiden.

3.2. Tipe penelitian

Penelitian ini adalah penelitian yuridis empiris, fakta di lapangan hanya


untuk melengkapi bahan hukum sehingga mampu mengahasilakan kesimpulan
yang akurat dan komperhensif. Oleh karena itu perlu dukungan referensi buku
hasil penelitian ilmiah, disertasi, tesis, UU tentang Pembentukan Peraturan

13
Perundang-undangan, kamus hukum, terminology hukum, kybernologi, jurnal
actual yang terkait dengan judul.

3.3. Lokasi penelitian

Perpustakaan Wilayah Graha Pustaka, Perpustakaan Fakultas Hukum


Universitas Janabadra, Perpustakaan Pusat Kajian Hukum Konstitusi Fakultas
Hukum Universitas Janabadra, perpustakaan pribadi.

3.4. Sumber data

Sumber data yang digunakan adalah menggunakan data primer ( data


utama ) dan data sekunder (data untuk melengkapi data primer). Data sekunder
berupa data yang berasal dari bahan-bahan hukum yang terdiri dari :

1). Bahan Hukum Primer (UU yang berlaku terindikasi mempengaruhi sistem
ketatanegaraan di masa Presiden ybs)

a. UUD NRI Tahun 1945;

b. UU Bidang Politik (terkait UU Pilpres, UU Pileg, UU Parpol, UU MD 3,


UU Penyelenggara Pemilu, UU Ormas, UU Pers)

c. UU bidang pemerintahan dan ( UU Pemerintahan Daerah yang berubah


berkali-kali dan UU Desa)

d. UU terkait kepentingan masyarakat (UU Pelayanan Publik, UU


Kebebasan menyampaikan pendapat, UU ITE, UU Keterbukaan
Informasi Publik)

e. UU terkait pedoman pembentukan peraturan (UU 12 Th 2011 jo UU 15


Th 2019)

f.UU No.13 Tahun 2019 tentang Perubahan Ketiga atas UU No.17 Tahun
2004 tentang MPR, DPR, DPD, dan DPRD;

14
g. UU No.17 Tahun 2007 tentang RPJPN Tahun 2005-2025 (untuk
memastikan yang dijalankan pemerintah sudah scr eksplisit tertuang
dalam UU tsb )

h. Beberapa UU yang kontroversial (UU No.9 Tahun 2019 tentang


Perubahan Kedua UU KPK, UU Nomor 3 Tahun 2020 tentang Mineral
dan Batubara (Minerba, UU No.11 Tahun 2020 tentang Cipta Kerja, UU
No.2 Tahun 2020 tentang Penetapan Perppu No.1 Tahun 2020 tentang
Kebijakan Keuangan Negara dan Stabilitas Keuangan untuk Penanganan
Pandemi Covid-19.

2). Bahan Hukum Sekunder berupa buku-buku referensi terkait hukum, tulisan
ilmiah baik jurnal maupun majalah, media cetak (fakta di lapangan) dll.
(bahan yang diperlukan untuk kelengkapan data primer, khususnya hasil
penelitian spt tesis, disertasi dan jurnal hukum ketatanegaraan dll )

3). Bahan Hukum Tersier berupa kamus, internet dll.

3.5. Metode pengumpulan data

a. Data primer melalui studi kepustakaan

Mengkaji dan menelaah bahan hukum primer yang terkait dengan judul
penelitian dan vokus pada rumusan masalah

b. Data sekunder melalui wawancara

Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara terhadap narasumber yang


berkompeten dengan model pertanyaan terbuka.

3.6. Metode penyajian data

Dalam penyajian data akan digunakan dua jenis yaitu : pertama, penyajian
secara tekstual yaitu penyajian data dalam bentuk tulisan. Kedua, penyajian
secara tabulasi yaitu penyajian dalam bentuk table, kolom dan sejenisnya

3.7. Metode Analisis Data

15
I. Analisis data sekunder dari penelitian ini berdasarkan ilmu hukum sebagai
berikut :
a. Menjabarkan Batang Tubuh UUD NRI Tahun 1945 dengan prinsip
dasar acuan Pembukaan UUD NRI Tahun 1945 alinea 1,2, 3 dan 4 dari
aspek filosofis, historis, yuridis internasional dan nasional
b. Menjabarkan tentang sistem ketatanegaraan Indonesia sebagaimana
diatur daalam UUD NRI Tahuh 1945
c. Menjelaskan posisi penting Pancasila, peranannya dalam sistem
ketatanegaraan Indonesia yang menjadi penentu arah penyelenggaraan
pemerintahan dan sumber inspirasi kebijakan.
d. menjabarkan UU No.12 tahun 2011 jo UU No. 15 Tahun 2019 dan
sekarang sedang dalam revisi, yang merupakan UU organic atau
pelaksana dari Pasal 22 UUD NRI Tahun 1945.
e. Menjabarkan dan menguraikan Kembali tentang visi misi Indonesia
menuju tahun 2045.
II. Inventarisasi, klasifikasi dan karakteristik setiap produk peraturan
perundang-undangan pada masa pemerintahan 5 (lima) presiden pada masa
reformasi sampai saat ini.
III. Interpretasi terhadap hukum positif ,
Melakukan interpretasi dan menganalisis hukum positif, dengan
menggunakan metode interpretasi:

1) Gramatikal yang mengartikan suatu norma hukum;

2) Sistematisasi yang mendasarkan pada suatu sistem aturan dalam


mengartikan suatu ketentuan hukum;

3) Teleologis yang mendasarkan pada tujuan tertentu dalam peraturan


perundangan;

4) Antisipasi yang mendasarkan pada penjelasan ketentuan undang-


undang dengan berpedoman pada undang-undang yang belum
mempunyai kekuatan hukum.

16
B. Bahan hukum sekunder

Bahan hukum sekunder berupa fakta hukum doktrin, asas-asas hukum


dan pendapat-pendapat hukum dalam literatur, jurnal, hasil penelitian (tesis,
disertasi), dokumen, media cetak (kompas), internet yang dianalisis, Penelitian
ini menggunakan pendapat hukum dan nara sumber untuk mendapatkan hasil
yang maksimal dalam menemukan jawaban dari rumusan masalah.

BAB IV
BIAYA DAN JADWAL PENELITIAN

4.1 BIAYA PENELITIAN


Biaya penelitian yang mengacu pada kegiatan penelitian yang
diuraikan dalam Metode Penelitian meliputi :
1. Honorarium, maksimum 30%
2. Bahan habis pakai
3. Perjalanan
4. Sewa
NO NAMA KEGIATAN BIAYA
1. Honorarium untuk 2 orang Peneliti Rp.1.500.000,00
2. Bahan Habis Pakai (Kertas HVS, CD,
transparansi sheet, fotokopi, penjilidan, dan Rp.1.500.000,00
lain-lain)
3. Perjalanan Rp.1.000.000,00
4. Sewa Rp.1.000.000,00
Jumlah Rp.5.000.000,00

4.2 JADWAL PENELITIAN


Rencana waktu penelitian mulai dari Mei 2020 sampai dengan
September 2020. Tahapan pelaksanaan penelitian meliputi:
- Pembuatan proposal

17
- Studi literatur
- Studi lapangan
- Pengumpulan data
- Pengolahan data
- Penyusunan laporan penelitian

No. Kegiatan Tahun 2022


Bulan April Mei Juni Juli Agustus September
Minggu 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1. Pembuatan
Proposal
2. Studi Literatur
3. Studi Lapangan
4. Pengumpulan Data
5. Pengolahan Data
6. Penyusunan
Laporan Penelitian
7. Penyajian Laporan
Penelitian

DAFTAR PUSTAKA

KH A.Mustofa Bisri, 2009, Negara Pancasila Jalan Kemaslahatan


Berbangsa.Jakarta:Pustaka LP3ES.

18
Muhammad Junaidi, 2018, Hukum Konstitusi Pandangan dan Gagasan
Modernisasi Negara Hukum, Depok: PT Raja Grafindo Persada.

Mahfud MD.2007, Perdebatan Hukum Tata Negara Pasca Amandemen


Konstitusi, Jakarta: Rajawali Pers.

M.Junaidi, 2018, Hukum Konstitusi Pandangan dan Gadgasan Modernisasi


Negara Hukum, Depok: PT Rajagrafindo Perdada.

Ni’matul Huda.2011, Dinamika Ketatanegaraan Indonesia Dalam Putusan


Mahkamah Konstitusi., Yogyakarta: FH UII Pers.

Ni’matul Huda, yang disampaikan dalam konferensi Nasional Asosiasi Pengajar


HTN-HAN dengan tema Dinamika Negara Hukum Demokratis Pasca
Perubahan UUD 1945, yang diselenggarakan oleh PP APHTN-HAN
Kerjasama dengan MPR RI, Bali 19-21 Mei 2022,.

Sri Handayani RW, 2021, Hukum Hak Asasi Manusia.Yogyakarta:Suluh Media.

Sri Handayani RW.2020.Teknik Penyusunan Undang-Undang dan Peraturan


Daerah serta Naskah Akademik, Yogkayakarta: Graha Ilmu.

Teguh Prasetyo, Abdul Halim Barkatullah, 2012, Filsafat, Teori, & Ilmu Hukm.
Depok: PT Raja Grafindo Perada.

LAMPIRAN
Lampiran 1
Justifikasi Anggaran Penelitian
1. Honorarium
Honor Honor/jam Waktu Minggu Honor

19
(jam/ming Tahun
(Rp)
gu)
Pelaksana 1 10 16
Pelaksana 2 8 16

Subtotal (Rp)

2. Pembelian Bahan Habis Pakai


Harga Peralatan Penunjang
Harga
Justifikasi (Rp)
Material Kuantitas Satuan
Pembelian Tahun ke Tahun Tahun
(Rp)
1 ke 2 ke 3
Bahan Kertas 2 rim 100.000 100.000
habis pakai HVS 80
1 gram
Bahan Alat Tulis 2 paket 50.000 50.000
habis pakai
2
Bahan Tinta print 1 paket 350.000 350.000
habis pakai
3
Bahan materai 5 lembar 6.000 30.000
habis pakai
4
Bahan Penjepit 1 pak 20.000 20.000
habis pakai kertas
5
Bahan Spidol 1 paket 35.000 35.000
habis pakai besar
6 warna

20
Bahan Kertas folio 2 paket 25.000 50.000
habis pakai
7
Bahan Kertas foto 1 paket 45.000 45.000
habis pakai
8
Bahan Solasi 3 buah 15.000 45.000
habis pakai
9
Bahan Amplop 1 pak 20.000 20.000
habis pakai besar
10
Bahan Amplop 1 pak 15.000 15.000
habis pakai kecil
11
Bahan Staples 1 buah 20.000 20.000
habis pakai sedang
12
Bahan Dokumen 2 buah 75.000 150.000
habis pakai keeper
13
Bahan Map kertas 20 buah 3.000 60.000
habis pakai
14
Bahan Map 4 buah 15.000 60.000
habis pakai Plastik
15
Bahan Foto copy 325 lembar 200 65.000
habis pakai hitam putih
16

21
Bahan Foto copy 30 lembar 1.500 45.000
habis pakai warna
17
Bahan Biaya 4 paket 25.000 100.000
habis pakai penyusunan
18 laporan
Bahan Penjilidan 4 paket 5.000 20.000
habis pakai laporan
19
Bahan Pulsa 1 paket 120.000 120.000
habis pakai Internet
20
Bahan Pulsa 1 paket 100.000 100.000
habis pakai telephon
21
Subtotal (Rp) 1.500.000

3. Perjalanan
Harga Biaya per Tahun (Rp)
Justifikasi
Material Kuantitas Satuan Tahun ke 1 Tahu Tahu
Perjalanan
(Rp) n ke 2 n ke 3
Perjalanan ke survey/ 6 kali 100.000 600.000
pasar-pasar sampling,
tradisional akomodasi,
konsumsi
dan
transportasi
Perjalanan ke Wawancara 2 kali 100.000 200.000
Kantor Dinas akomodasi,
Pengelolaan konsumsi
Pasar Kota dan

22
Yogyakarta transportasi
Perjalanan ke Wawancara 2 kali 100.000 200.000
Biro Hukum akomodasi,
Kantor konsumsi
Pemerintah dan
Daerah Kota transportasi
Yogyakarta
Subtotal (Rp) 1.000.000

4. Sewa
Biaya per Tahun (Rp)
Justifikasi Harga
Material Kuantitas Tahun ke Tahun Tahun
Perjalanan Satuan (Rp)
1 ke 2 ke 3
Kendaraan Survey,penelitian 4 kali 250.000 800.000
roda lokasi
empat
camera Dokumentasi 2 kali 100.000 200.000
Subtotal (Rp) 1.000.000

Lampiran 2
Susunan Organisasi dan Pembagian Tugas
NO NAMA INSTANSI BIDANG ALOKASI URAIAN TUGAS
ASAL ILMU WAKTU
(JAM/

23
MINGGU)
1 Sri Universitas Ilmu 8 jam/ - Mengkoordinasi proses
Handayani Janabadra Hukum minggu pengambilan,
RW,S.H., pengumpulan, analisis,
M.H. penyusunan interpretasi,
dan penyusunan laporan
penelitian.
- Mengkoordinasi
penyusunan laporan
akhir penelitian,
publikasi hasil penelitian
dalam jurnal.
- Bertanggung jawab
terhadap hasil pelaporan
penelitian mulai dari
laporan harian, laporan
kemajuan, laporan akhir
dan penggunaan
anggaran  penelitian
- Membantu ketua dalam
proses pengambilan,
pengumpulan, analisis,
penyusunan interpretasi
data, dan penyusunan
laporan penelitian.
- Membantu ketua dalam
persiapan  instrument
penelitian, perlengkapan
penelitian, dan
instrument penunjang.
- Membantu ketua dalam

24
penyusunan laporan
akhir penelitian,
publikasi hasil penelitian
dalam jurnal
- Turut bertanggung jawab
terhadap hasil pelaporan
penelitian mulai dari
laporan harian, laporan
kemajuan, laporan akhir
dan penggunaan
anggaran  penelitian

Lampiran 3
Biodata Ketua dan Tim Pengusul
A. Identitas Diri Ketua Peneliti
1. Nama Lengkap (dengan gelar) Sri Handayani Retna Wardani S.H., M.H.
2. Jenis Kelamin Perempuan
3. Jabatan Fungsional Lector/IIIc
4. NPP 191070175
5. NIDN 0519096501
6. Tempat dan Tanggal Lahir Yogyakarta, 19 September 1965
7. Email yani@janabadra.ac.id
8. Nomor Telepon 085942037418
9. Alamat Kantor Fakultas Hukum Universitas Janabadra, Jalan
Timoho II Nomor 40 Yogyakarta
10 Nomor Telepon (0274) 553767
11. Lulusan yang Telah Dihasilkan S1 : Orang S2 : Orang
12. Mata Kuliah yang Diampu 1. Hukum Tata Negara
2. Hukum Kenegaraan dan Perundang-

25
undangan
3. Kepartaian dan Pemilu
4. Pembentukan Peraturan Perundang-
undangan
5. Pendidikan Kewarganegaraan
6. Pancasila

B. Riwayat Pendidikan
S-1 S-2
Nama Perguruan Universitas Isam Indonesia Universitas Islam
Tinggi Indonesia
Bidang Ilmu Ilmu Hukum Ilmu Hukum
Tahun Masuk 1985 2000
Tahun Lulus 1990 2002
Judul Skripsi / Tesis Peran Kantor Sosial Politik Pertnggungjawaban
Dalam Pembinaan Politik Kepala Daerah
Dalam Negeri di Kabupaten
Sleman
Nama Pembimbing Dahlan Thaib, SH.,Msi Dr. Dahlan Thaib, SH,
MSi, Ni’matul Huda
SH.,M.Hum

C. Pengalaman Penelitian
Pendanaan
No Tahun Judul Penelitian
Sumber Jumlah (Rp)
1. 2015 Tolok Ukur Demokrasi Pancasila Anggaran 5.000.000
Dalam Membentuk Undang-Undang Kopertis
Pemilu Legislatif Wilayah V
2 2016 Grand Design Politik Ketatanegaraan Anggaran 2.000.000

26
Indonesia Sesuai Pancasila Dan Fakultas
UUD NRI Tahun 1945 Hukum
3 2017 Evaluasi Perda-Perda Tahun 1997- DPRD DIY 6.500.000
2017 Bidang Komisi D DPRD DIY
4 2018 Evaluasi Perda DIY No.3 Tahun DPRD DIY 7.500.000
2011 tentang Pajak Daerah
5 2019 Redisain Pengaturan Partai Politik LP3M dan 4.500.000
Dalam Rangka Membentuk Sistem Fakultas
Kepartaian Yang Efektif hukum univ
janabadra

6 2019 Evaluasi Peraturan Gubernur DIY DPRD DIY 8.000.000,-


No. 44 Tahun 2016 tentang Pedoman
Teknis Penyusunan Inovasi
Pelayanan Publik
7 2020 Penelitian tentang Irigasi Di DIY DPRD DIY 8.000.000,-
(Naskah Akademik dan Perda)
8 2021 Penelitian tentang HIV Di DIY DPRD DIY 9.000.000,-
(Naskah Akademik dan Perda)

A1. Identitas Diri Anggota Peneliti


1. Nama Lengkap (dengan Katharina Anunsiata Junianse
gelar)
2. Jenis Kelamin Perempuan
3. NIM 20110102
4. Tempat, Tanggal Lahir Maumere, 26 Maret 2002
5. Email katharinajunianse26@gmail.com
6. Nomor Telepon 082147217400
7. Alamat Kantor Fakultas Hukum Universitas Janabadra, Jalan
Timoho II Nomor 40, Kota Yogyakarta

27
8.
9.

A. Riwayat Pendidikan
S-1 S-2
Nama Perguruan Universitas Janabadra
Tinggi
Bidang Ilmu Ilmu Hukum
Tahun Masuk 2020

B. Pengalaman Penelitian
Pendanaan
No Tahun Judul Penelitian Sumber Jumlah
(Rp)
1.
2.

28

Anda mungkin juga menyukai