Anda di halaman 1dari 9

P a g e | 363

Journal of Civic Education (ISSN: 2622-237X)


Volume 1 No. 4 2018

Peran Parik Paga dalam Menjaga Ketertiban dan Keamanan


Nagari Sungai Pua
Septri Aizil, Akmal
Program Studi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan
Universitas Negeri Padang
E-mail: aizilsepthree@gmail.com

ABSTRAK
Parik Paga sebagai lembaga yang menjaga ketertiban dan keamanan yang kurang
berjalan merupakan alasan utama dalam penelitian ini. Dalam pelaksanaanya masih ada
kekurangan-kekurangan jika dilihat dari data yang ada. Artikel ini bertujuan untuk
mengeksplorasi pelaksanaan peran Parik Paga dalam menjaga ketertiban dan keamanan,
hambatan-hamabatan hingga upaya mengatasi hambatan-hambatan tersebut. Penelitian ini
menggunakan pendekatan kualitatif deskriptif dengan informan walinagari, ketua Parik
Paga, anggota Parik Paga, Datuak Penghulu, dan masyarakat yang dipilih secara purposive.
Data penelitian dikumpulkan dengan observasi dan wawancara dengan menggunakan
langkah-langkah pengolahan data kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan pelaksanaan
peran Parik Paga masih kurang optimal karena masih belum melakukan sosilisasi secara
langsung kepada masyarakat, kualitas sumber daya manusiapun masih minim terlihat dari
perekrutan anggota tidak melalui seleksi. Sedangkan hambatan Parik Paga tersebut yaitu
anggaran dana tidak ada fasilitas sarana dan prasarana masih kurang dan regulasi belum
diatur. Mengatasi hal tersebut beberapa upaya yang dapat dilakukan oleh pemerintahan
nagari dan Parik Paga hambatan-hambatan tersebut terselesaikan adalah mensosialisasikan
kepada masyarakat secara langsung Parik Paga tersebut, membuat regulasi-regulasi tentang
anggaran dana, fasilitas sarana prasarana maupun regulasi yang belum diatur serta
mengadakan pelatihan untuk Parik Paga.
Kata Kunci: Parik Paga, ketertiban dan keamanan, Sungai Pua

ABSTRACT

Parik Paga as an institution maintains order and security is not running is the main
reason in this research, in implementation there are still shortcomings when viewed from
existing data. This article aims to exploit implementation the role of Parik Paga in
maintaining order and security, barriers to efforts to overcome these obstacles. This study
used a descriptive qualitative approach with informants walinagari, head of Parik Paga,
members of Parik Paga, Datuak Penghulu, and the community chosen purposively. Research
data were collected by observation and interview using qualitative data processing steps. The
results showed that implementation of the role of Parik Paga was still not optimal because it
had not yet conducted direct socialization to the community, the quality of human resources
364 | peran Parik Paga..

was still minimal as seen from the recruitment of members not through selection. Meanwhile,
the barriers to paga are that the budget for funds does not have facilities is still lacking and
regulations have not been regulated. Overcoming this, several efforts that can be carried out
by the nagari government and Parik Paga these obstacles are resolved by directly socializing
the community, making regulations on budget funds, facilities and unregulated regulations
and conducting training for Parik Paga.
Keywords : Parik Paga, security, Sungai Pua

This work is licensed under the Creative Commons Attribution-ShareAlike 4.0 International License.
©2019 by author.

PENDAHULUAN dan Desa Gong Solok (Yohannes,


Penelitian mengenai 2015).
pelaksanaan peran Parik Paga dalam Penelitian di atas masih
menjaga ketertiban dan keamanan memiliki keterbatasan pasalnya belum
masyarakat Nagari Sungai Pua ada penelitian secara lebih mendalam
penting dan menarik dikarenakan terkait dengan pelaksanaan dari peran
beberapa alasan. Pertama, Parik Paga pelaksana yang menjaga ketertiban
merupakan suatu kebutuhan dan keamanan desa atau nagari
masyarakat terutama masyarakat tersebut. Beberapa penelitian diatas
nagari dalam menjaga ketertiban dan hanya menjelaskan atau
keamanan karena nagari memiliki mengidentifikasi apa saja tugas dan
otonomi sendiri menciptakan lembaga wewenang dari pelaksana peran
kemasyarakatan nagari. Kedua, Parik bukan bagaimana pelaksanaannya dan
Paga kebutuhan nasional dimana di juga penelitian diatas ada beberapa
berbagai daerah, juga peran Parik Paga yang masih tidak memberikan solusi
hanya saja dalam nama yang berbeda terhadap hambatan atau faktor
seperti pecalang pada daerah Bali penghambat pelaksana peran.
(Sanjaya, 2017). Penelitian terkait pelaksanaan peran
Parik Paga ini merupakan salah Parik Paga dalam menjaga ketertiban
satu lembaga cerminan dari adanya dan keamanan masyarakat Nagari
otonomi daerah sampai ketingkat desa Sungai Pua ini dilakukan dikarenakan
atau nigari. Parik Paga difungsikan Nagari Sungai Pua sebagai Nagari di
sebagai suatu unsur atau lembaga Kabupaten Agam yang mendapatkan
yang bertugas menjaga ketertiban peringkat pertama dari 82 nagari yang
masyarakat nigari. lain kontradiksi dengan keadaan
Parik Paga juga terdapat pada daerah nagari yang masih adanya kasus
lain dengan nama yang berbeda perjudian yang sering terjadi pada saat
seperti Bhayangkara Pembinaan malam alek datuak, dan masih adanya
Keamanan dan Ketertiban Masyarakat rental playstation yang pada Peraturan
(BHABINKAMTIMAS) di Kelurahan Nagari Sungai Pua No. 8 Tahun 2008
Mugirejo (Azhari, 2018), Pecalang di tentang Ketertiban dan Keamanan
Desa Kalubukbuk (Sanjaya, 2017), Masyarakat rental playstation tersebut
SATLINMAS di Kelurahan Gilingan harus dihentikan oleh Parik Paga.
(Kinasih, 2018) dan Bintara Pembina Solusi yang ada sebelumnya
Desa (BABINSA) di Desa Setualang belum sepenuhnya menyelesaikan
P a g e | 365
Journal of Civic Education (ISSN: 2622-237X)
Volume 1 No. 4 2018
permasalahan dalam pelaksanaan dari digunakan dalam penelitian ini adalah
Parik Paga tersebut karena solusi yang data primer dan data sekunder.
di tawarkan masih dalam bentuk Pengumpulan data dilakukan dengan
pelatihan yang ditujukan kepada Parik wawancara tidak terstruktur,
Paga agar Parik Paga memiliki observasi dan studi dokumentasi. Uji
kecerdasan spiritual dan kecerdasan keabsahan data dengan menggunakan
emosional. Sedangkan permasalahan teknik trianggulasi data. Teknik
dari tidak berjalannya peran Parik Paga analisis data dilakukan dengan
tersebut terletak pada dana atau tahapan pengumpulan data, reduksi
anggaran yang tidak cukup. data, penyajian data dan mengambil
Solusi yang peneliti tawarkan kesimpulan atau verifikasi data.
adalah adanya anggaran dana yang Waktu observasi dan penelitian
cukup dan fasilitas sarana prasarana kurang lebih tiga bulan.
yang lengkap yang diperoleh melalui HASIL DAN PEMBAHASAN
pembuatan regulasi atau aturan,
dalam aturan tersebut nantinya Pelaksanaan peran Parik Paga dalam
dijelaskan anggaran dana dan fasilitas menjaga ketertiban dan keamanan di
sarana dan prasarana tersebut di Nagari Sungai Pua
dapatkan darimana, kapan, untuk Penelitian menggunakan Teori
siapa dan apa saja. Jika hal tersebut Edward III dalam menganalisis
sudah terpenuhi maka sosialisasi dan pelaksanaan peran Parik Paga dalam
peningkatan kapasitas dan kapabilitas menjaga ketertiban dan keamanan di
Parik Paga baru dapat dilakukan. Nagari Sungai Pua dimana terdapat
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk empat variabel yaitu komunikasi,
mengesplorasi pelaksanaan peran sumber daya manusia, disposisi, dan
Parik Paga dalam menjaga ketertiban struktur birokrasi. Berdasarkan
dan keamanan masyarakat Nagari variabel komunikasi pemerintahan
Sungai Pua serta hambatan dan nagari dan Parik Paga belum
solusinya. Penelitian ini berguna melakukan kegiatan sosilisasi kepada
untuk bahan evaluasi kinerja Parik masyarakat secara langsung dan
Paga oleh pemerintahan nagari dan khusus, komunikasi yang dilakukan
wadah bagi masyarakat untuk pemerintahan nagari dan Parik Paga
mengenal lebih jauh tentang Parik yang bersifat tidak langsung
Paga. mengakibatkan masyarakat tidak
begitu mengatahui dan sadar akan
METODE PENELITIAN adanya Parik Paga, sehingga untuk
Penelitian ini adalah jenis variable komunikasi belum terlaksana
penelitian kualitatif. Informan dengan maksimal.
penelitian dilakukan dengan Sebagaimana penelitian dari
purposive sampling yang berjumlah Prasetyo (2014) menjelaskan bahwa
walinagari, ketua Parik Paga, anggota audiens atau masyarakat harus paham
Parik Paga, anggota DPRD Kabupaten dengan apa tugas dan wewenangnya
Agam , 4 orang Datuak Penghulu dan agar pelaksana peran tersebut karena
masyarakat. Penelitian dilakukan di komunikasi sangat menentukan
Nagari Sungai Pua Kecamatan Sungai keberhasilan dari pelaksanaan peran
Pua Kabupaten Agam. Jenis data yang tersebut, dengan demikian untuk
366 | peran Parik Paga..

meningkatkan efektifitas pelaksanaan daya. Meskipun tugas dan wewenang


peran Parik Paga dapat tersebut sudah dikomunikasikan
dikomunikasikan atau disosialisasikan dengan baik (transformasi, kejelasan,
secara langsung kepada masyarakat dan konsisten). Tetapi apabila
baik mengenai tugas dan wewenang pelaksana kekurangan sumber daya
maupun peraturan-peraturan yang manusia untuk melaksanakan,
ada agar masyarakat mengetahui pelaksanaan akan tidak berjalan
kemana harus mengadukan efektif. Selain itu pendapat Edward III
permasalahan yang berkaitan dengan (Subarsono, 2011: 90) bahwa sumber
ketertiban dan keamanan dan sejauh daya manusia penting dalam
mana permasalahan masyarakat yang mendukung pelaksanaan peran antara
dihadapi dilaporkan kepada Parik lain anggota atau SDM. Hal tersebut
Paga. Seperti yang dikatakan Lasswell menjadi nyata bahwa sumber daya
(Wenxiu, 2015: 245) yang menyatakan manusia dapat mempengaruhi
bahwa komunikasi pada dasarnya pelaksanaan peran.
merupakan suatu proses yang Masyarakat sangat setuju
menjelaskan apa? Mengatakan apa? dengan adanya Parik Paga di tengah
Dengan saluran apa? Kepada siapa? lingkungan mereka walaupun
Dengan akibat atau hasil apa? (who? masyarakat belum mengatahui Parik
Says what? In which channel? To Paga secara mendalam. Hal ini terlihat
whom? With what effect?) sehingga dari segala masalah yang dihadapi
pelaksaanaan berjalan dengan efektif. oleh masyarakat sangat terbantu
Dari segi sumber daya manusia dengan adanya Parik Paga sebagai
Parik Paga Nagari Sungai Pua saat ini pihak yang dapat menyelesaikan
belum maksimal karena dalam persoalan-persoalan yang berkaitan
perekrutan menjadi anggota, orang dengan ketertiban dan keamanan.
yang terpilih menjadi anggota Parik Masalah yang harusnya sudah
Paga tidak melalui seleksi yang melibatkan kepolisian dengan adanya
memiliki kriteria-kriteria layaknya Parik Paga masalah tersebut bisa
seorang Parik Paga. Namun Parik Paga terselesaikan ditangan Parik Paga.
direkrut hanya berdasarkan Masyrakat merasa nagarinya bisa
perwakilan jorong yang dipilih oleh aman dan tentram karena adanya Parik
walinagari selaku penanggung jawab Paga. Sejalan dengan penelitian
Parik Paga tersebut. Sebagaimana Sanjaya (2017) dan Bahar (2016) yang
penelitian dari Sanjaya (2017) dan menjelaskan kesadaran masyarakat
Hamudy (2014) menyatakan bahwa akan mempengaruhi bagaimana peran
untuk menemukan sosok pelaksana dilaksanakan. Kesadaran masyarakat
dibutukan kriteria-kriteria yang bisa akan menjadi faktor pendukung
menjalankan tugas dan wewenangnya pelaksanaan apabila semua
agar tugas dan wewenang tersebut masyarakat mendukung adanya
bisa dijalankan, namun disisi lain akan pelaksana dalam menjalankan peran.
sulit ditemukan orang-orang tersebut Sedangkan kesadaran
apabila masyarakat tersebut memiliki
masyarakat akan menjadi faktor
tingkat pendidikan yang rendah.
penghambat apabila tingkat kesadaran
Selanjutnya jalannya suatu masyarakat rendah karena masyarakat
peran tersebut terletak pada sumber merupakan wadah dari pelaksanaan
P a g e | 367
Journal of Civic Education (ISSN: 2622-237X)
Volume 1 No. 4 2018
peran tersebut. Sesuai dengan Sungai Pua. Hambatan itu adalah
pendapat Edward III (Subarsono, 2011: masalah fasilitas sarana dan prasarana,
90) bahwa ketika masyarakat memiliki anggaran dana dan regulasi atau
disposisi yang baik, maka kebijakan aturan. Dilihat dari fasilitas sarana dan
akan berjalan baik seperti yang prasarana masih minim terlihat dari
diinginkan oleh pembuat peran. Ketika alat komunikasi dan trasportasi tidak
masyarakat memiliki pandangan atau dimiliki Parik Paga. Fasilitas sarana dan
sikap yang berbeda dengan prasrana dari Parik Paga justru
pelaksanaan, maka proses menggunakan fasilitas sarana dan
pelaksanaan peran juga akan menjadi prasarana dari pribadi masing-masing
tidak efektif. seperti kendaraan roda dua yang
digunakan Parik Paga untuk berpatroli
Terakhir dari segi struktur
keliling kampung adalah milik
birokrasi yang ada pada Parik Paga
pribadi.
sudah dapat melambangkan peran,
fungsi, tugas dan wewenangnya. Sesuai dengan hasil penelitian
Artinya struktur Parik Paga ini sudah dari Sanjaya (2017), Prasetyo (2014),
dapat dikatakan baik terlihat dari dan Yohannes (2015) bahwa untuk bisa
adanya seksi-seksi dari struktur Parik lancar dan mudah pelaksanaan dalam
Paga yang melambangkan tugas dan menjalankan perannya pelaksana
fungsinya sebagai Parik Paga. Bagi butuh fasilitas sarana dan prasarana
Parik Paga sendiri dapat mengetahui yang memadai. Fasilitas sarana dan
tanggung jawabnya dibidang apa dan prasarana merupakan penunjang
mengetahui dengan siapa mereka kegiatan bagi pelaksanaan. Dengan
harus berkoordinasi. Hal ini Sesuai adanya sarana dan prasarana yang
dengan Meliala (2013) untuk dapat kurang memadai tentu akan
berdaya guna dan berhasil guna secara menghambat pelaksanaan peran,
optimal, perlu adanya Standar namun untuk memenuhi fasilitas
Operasional Prosedur (SOP) yang sarana dan prasarana ini cukup sulit.
tetap bagi pelaksana dalam Pasalnya fasilitas sarana dan prasarana
melaksanakan tugas. Pengawasan dianggarkan kepada pemerintah yang
dilakukan oleh walinagari sendiri membutuhkan waktu yang lama agar
sebagai penanggung jawab Parik Paga. bisa terealisasikan. Pelaksana peran
Edward III (Subarsono, 2011: 90) sekarang ini hanya mendapatkan baju
berpendapat bahwa sumber-sumber seragam. Menurut Bahar (2016) tanpa
penting dalam mendukung adanya sarana atau fasilitas tertentu,
pelaksanaan peran antara lain struktur maka tidak mungkin penegakan
birokrasi yang terdiri dari adanya SOP hukum akan berjalan lancar dan
dan pembagian kerja. mustahil untuk penegak hukum akan
Hambatan-Hambatan Parik Paga mencapai tujuannya.
dalam Menjaga Ketertiban dan Selanjutnya anggaran dana
Keamanan di Nagari Sungai Pua untuk mereka beroperasi seperti turun
Ada tiga hambatan yang ke lapangan, melakukan sosialisasi,
ditemui Parik Paga selama atau mengatasi masalah yang
melaksanakan perannya menjaga berkaitan dengan ketertiban dan
ketertiban dan keamanan Nagari keamanan justru menggunakan uang
368 | peran Parik Paga..

saku sendiri karena Parik Paga yang menurut penelitian Sanjaya (2017) juga
merupakan organisasi sosial mengatakan bahwa hambatan yang
kemasyarakatan yang hanya bersifat ditemui dalam pelaksana peran
sosial bukan pemerintahan yang menjaga ketertiban dan keamanan
bergerak karena kecintaan terhadap adalah minimnya regulasi sehingga
nagari. Gaji untuk Parik Paga sama tidak ada wewenang pelaksana dalam
sekali tidak ada, bahkan untuk menindak setiap bentuk pelanggaran
melaksanakan tugas sedikitpun yang dilakukan masyarakat. Dasar
mereka tidak mendapatkan dana hukum yang masih lawas sedangkan
operasionalnya. Padahal tanggung konsepsi dan filosofi tentang
jawab atas tugasnya yang berat tidak pelaksana sudah berbeda maka
sebanding dengan dana yang tidak pelaksana akan sulit menjalankan
mereka peroleh sedikitpun tugas pokok dan fungsinya secara utuh
menjadikan tanggung jawab atas (Hamudy, 2014: 265)
tugasnya semakin berat dan sulit Upaya untuk mengatasi hambatan-
untuk dilaksanakan. Sesuai dengan hambatan Parik Paga dalam Menjaga
hasil penelitian Sanjaya (2017) dan Ketertiban dan Keamanan di Nagari
Hamudy (2014) bahwa pelaksanaan Sungai Pua
peran menjaga ketertiban dan
keamanan masyarakat Bali ini juga Menurut Satjipto Rahardjo
terhambat oleh dana, mereka tidak ada (Henny. 2010: 30) ketertiban adalah
digaji sedikitpun mereka menjadi sesuatu yang dinamis. Ketertiban dan
pelaksana peran menjaga ketertiban keamanan sama-sama ada dalam asas
dan keamanan ini hanya yang mau proses sosial yang bersambung
dan bersedia (hanya luputan). (continum). Keduanya tidak
berseberangan, tetapi sama-sama ada
Adanya ketidaksesuaian dalam satu asas kehidupan social.
regulasi yang ada saat ini tentang Ketertiban bersambung dengan
tugas dan wewenang Parik Paga kekacauan dan kekacauan
dengan hukum adat yang ada membangun ketertiban baru. Dalam
Minangkabau. Hal ini terlihat dari ketertiban ada benih-benih kekacauan,
adanya pertikaian antara Parik Paga sedangkan dalam kekacauan
dengan kaum adat dalam mengambil tersimpan bibit-bibit ketertiban.
tindakan terhadap masyarakat yang Keduanya adalah sisi dari mata uang
melakukan pelanggaran. Regulasi yang sama. Dalam melaksanakan
yang belum diatur membuat Parik Paga tugasnya ada beberapa hambatan yang
dalam menjaga ketertiban dan ditemui seperti fasilitas sarana dan
keamanan menjadi tidak berjalan prasarana, anggaran maupun regulasi.
seperti kebiasaan masyarakat yang
berjudi pada saat malam adat. Parik Untuk mengatasi tersebut maka
Paga hanya bisa mengingatkan solusi yang ditawarkan yaitu
masyarakat karena kebiasaan tersebut sosialisasi yang dilakukan dengan dua
dalam regulasinya tidak ada mengatur metode yaitu sosialisasi secara
tentang hal itu. langsung dan tidak langsung.
Sosialisasi langsung dapat dilakukan
Regulasi mengenai anggaran dengan cara membuat pertemuan
dana Parik Paga pun tidak ada di atur langsung atau khusus kepada
dalam peraturan apapun. Adapun
P a g e | 369
Journal of Civic Education (ISSN: 2622-237X)
Volume 1 No. 4 2018
masyarakat mengenai peran Parik Paga (2018) adalah perlu adanya suatu
dalam menjaga ketertiban dan peraturan yang dituangkan pada
keamanan, pertemuan tersebut dapat peraturan-peraturan yang ada agar
berbentuk tanya jawab atau dapat memperkuat peran serta masyarakat
berbentuk seminar. Selanjutnya dalam menjaga lingkungan sendiri.
sosilisasi secara tidak langsung dapat Seperti yang dikatakan Soekanto
dilakukan dengan cara melibatkan (Bahar, 2016: 30) yaitu semakin baik
Parik Paga setiap ada kegiatan nagari, suatu peraturan hukum akan semakin
membuat selebaran mengenai Parik memungkinkan penegakannya.
Paga atau mendatangi masyarakat Sebaliknya, semakin tidak baik suatu
untuk mengatasi masalah yang peraturan hukum akan semakin
dihadapi. Menurut Sanjaya (2017) sukarlah menegakkannya.
mereka mengatakan sosialisasi perlu Upaya terakhir adalah Parik
di lakukan demi meningkatkan
Paga perlu diberikan pelatihan untuk
kesadaran masyarakat dengan cara
meningkatkan kecerdasan emosional
menyosialisasikan peran kepada serta peningkatan kemampuan,
masyarakat di setiap kesempatan. keahlian dan kepribadian ke arah yang
Seperti halnya yang dikatakan oleh
lebih baik. Pelatihan tidak hanya
Mead (Badrudin, 2017: 37) sosialisasi bersifat psikis saja namun untuk fisik
merupakan suatu proses dimana di
juga diperlukan seperti bela diri dan
dalamnya terjadi pengambilan peran
yang lainnya mengingat dari peran
(role taking) untuk mengetahui Parik Paga yang mengharuskan Parik
peranan yang harus dijalankannya
Paga untuk turun ke lapangan
serta peranan yang dijalankan orang
menyelesaikan secara langsung
lain. persoalan yang telah ada tidak
Pemerintahan nagari, Parik Paga menutup kemungkinan Parik Paga
dan masyarakat setuju mengupayakan akan mendapatkan tekanan atau
anggaran dana atau fasilitas sarana perlawanan dari pihak yang
dan prasarana yang lengkap melalui bersengketa. Sesuai dengan hasil
regulasi-regulasi yang harus penelitian dari Sanjaya (2017) bahwa
dirancang dan dilahirkan agar dana pelaksana yang menjaga ketertiban
yang didapatkan baik itu dari dana dan keamanan agar ditingkatkan
nagari, APBD atau dana dari pusat bisa pengetahuan dan keterampilannya
dianggarkan untuk dana operasional dengan mengikuti pelatihan-pelatihan
atau gaji Parik Paga dalam yang ada baik yang diadakan oleh
melaksanakan tugasnya. Serta juga pihak kepolisian ataupun pihak
dapat dianggarkan demi lengkapnya pemerintah. Meliala (2013) juga
fasilitas sarana dan prasaran Parik mengatakan bahwa upaya ini
Paga. Pembuatan regulasi tentang dilakukan ditujukan supaya gerak dan
pelanggaran-pelanggaran yang belum langkah pelaksana peran semaksimal
diatur pada regulasi saat ini perlu terhindar dari tindakan-tindakan yang
diciptakan agar pelanggaran- menyimpang.
pelanggaran tidak terjadi lagi. KESIMPULAN
Upaya untuk mengoptimalkan Berdasarkan temuan peneliti dan
pelaksanaan peran menurut Kinasih pembahasan dapat disimpulkan
370 | peran Parik Paga..

bahwa pelaksanaan peran Parik Paga melaksanakan peran pada suatu


jika dilihat dari empat variabel diatas organisasi serta upaya dalam
bahwa pemerintahan nagari dan Parik mengatasi hal tersebut.
Paga dalam melakukan sosilisasi DAFTAR PUSTAKA
kepada masyarakat dan kualitas
sumber daya manusia Parik Paga masih Azhari, Chintiya Ayu. (2018). Strategi
kurang optimal. Sikap masyarakat Mengenal Khalayak
terhadap adanya Parik Paga dan Bhabinkamtibmas
struktur birokarasi Parik Paga sudah (Bhayangkara Pembinaan
dapat dikatakan baik. Berdasarkan Kemanan dan Ketertiban
pelaksanaan peran tersebut maka akan Masyarakat) Polsekta
mempengaruhi pelaksaan peran yang Samarinda Utara dalam
dilakukan oleh Parik Paga seperti Membangun Kemitraan
anggaran dana, sarana dan prasarana, Dengan Masyarakat di
dan regulasi atau aturan dari berbagai Kelurahan Mugirejo. Jurnal
hambatan tersebut yang mendominasi Ilmu Komunikasi. 6(1). Hlm
adalah anggaran. Anggaran dana 128-142
mendominasi karena anggaran dana Badrudin, S., Trisiah, A., dan
yang dianggarkan untuk Parik Paga Hariyanti, D. (2017). Strategi
tidak ada sama sekali. Jadi ketika Humas Polres dalam
anggaran dana itu ada maka kehadiran Mensosialisasikan Pencegahan
atau keaktifan dari anggota Parik Paga Pencurian Kendaraan
tersebut akan tinggi namun sebaliknya Bermotor. Jurnal Komunikasi
jika tidak ada anggaran dana maka Islam dan Kehumasan. 1(2).
akan mengakibatkan Parik Paga yang Hlm 32-58
pasif dalam Parik Paga. Bahar, H., dan Haris, H. (2016).
Persepsi Masyarakat terhadap
Kemudian dengan adanya Keberadaan Forum Keamanan
hambatan-hambatan yang ditemui dan Ketertiban Masyarakat
oleh Parik Paga dalam melaksanakan (Studi di Desa Panciro
perannya untuk menjaga ketertiban Kecamatan Bajeng Kabupaten
dan keamanan maka diperlukan Gowa). Jurnal Tomalebbi. 3(2).
sebuah upaya dalam mengatasi hal Hlm 26-35
tersebut yaitu menyosialisasikan Parik Hamudy, Moh. I. A. (2014). Eksistensi
Paga kepada masyarakat, membuat Satuan Perlindungan
regulasi atau aturan, dan mengadakan Masyarakat. Jurnal Bina Praja.
pelatihan untuk Parik Paga. Implikasi 6(4). Hlm 261-268
penulisan artikel ini terhadap Henny, Purwanti dan Misnarti. (2010).
penelitian lainnya adalah dapat Usaha Penertiban dan
membantu penelitian dalam Pembinaan Pedagang Kaki
memahami apa sebenarnya yang Lima di Kabupaten Lumajang.
melatarbelakangi kurangnya Jurnal Hukum Argumentum.
pelaksanaan dari suatu organisasi 10(1). Hlm 29-42
keamanan dan ketertiban yang ada di Kinasih, W dan Pramono, J. (2018).
nagari Serta penelitian ini memberikan Optimaslisasi Peran
bantuan kepada peneliti lain dalam SATLINMAS di Kelurahan
mengetahui hambatan dalam Gilingan Kecamatan Banjar Sari
P a g e | 371
Journal of Civic Education (ISSN: 2622-237X)
Volume 1 No. 4 2018
Kota Surakarta. Jurnal Ilmu
Administrasi Publik. 3(1). Hlm
25-32
Meliala, D. Mikhael. (2013). Analisis
Yuridis Kewenangan Satuan
Polisi Pamong Praja dalam
Penegakan Peraturan Mentri
Dalam Negeri No. 26 Tahun
2005 (Studi Kabupaten
Simalungun). Jurnal Hukum
dan Negara. 1(1). Hlm 1-20
Prasetyo, Agus Eko. (2014). Peranan
Lurah dalan Penyelenggaraan
Ketentraman dan Ketertiban di
Kelurahan Sidodadi Kecamatan
Samarinda Ulu. Jurnal Ilmu
Pemerintahan. 2(4). Hlm. 3326-
3340
Sanjaya, Putu Sutaryadi dan Agustana,
Putu. (2017). Peranan Pecalang
dalam Menjaga Keamanan dan
Ketertiban Desa Pakraman di
Desa Pakraman Kalubukbuk.
Locus Majalah Ilmiah Fisip.
7(1). Hlm 27-42
Subarsono, AG 2005. Analisis
Kebijakan Publik (Konsep,
Teori dan Aplikasi).
Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Wenxiu, Peng. (2015). Analysis of New
Media Communication Based
on Lasswell’s “5W” Model.
Journal of Educational and
Social Research. 5(3). Hlm 245-
250
Yohannes, Sakai. (2015). Peranan
Bintara Pembina Desa (Babinsa)
dalam Menjaga Keamanan dan
Ketertiban Masyarakat (Studi
Kasus di Desa Setulang dan
Desa Gong Solok Kecamatan
Malinau Selatan Hilir
Kabupaten Malinau. Jurnal
Pemerintahan Integratif. 3(2).
Hlm 307-322

Anda mungkin juga menyukai