TUGAS 1
1. Sulit Menyimpan Barang atau Komoditas : Kesulitan untuk menyimpan komoditas yang dimiliki
sampai menemukan orang yang sama-sama mau untuk bertukar atas barang tersebut.
2. Sulit Menentukan Kadar Nilai Barang : Tidak adanya standar nilai tukar menyebabkan sulitnya
menentukan kadar nilai barang yang akan ditukarkan.
3. Sulit Dalam Bertransaksi : Transaksi barter memerlukan waktu dan usaha yang lebih banyak
dibandingkan dengan transaksi menggunakan uang tunai.
4. Alat Tukar Sulit Untuk Dipecah : Barang yang diperoleh dari transaksi barter sulit untuk dipecah
menjadi bagian-bagian kecil, sehingga sulit untuk digunakan dalam transaksi lainnya.
5. Alat Tukar Sulit Untuk Dibawa : Barang yang diperoleh dari transaksi barter sulit untuk dibawa
ke tempat lain, sehingga sulit untuk digunakan dalam transaksi lainnya.
Namun, ada beberapa cara untuk mengatasi kelemahan sistem barter, yaitu dengan cara :
1. Membuat Standar : Membuat standar nilai untuk barang atau komoditas yang akan ditukarkan
dapat membantu mengatasi masalah ketidakadilan dalam pertukaran. Standar ini dapat berupa
nilai uang atau nilai lain yang disepakati bersama.
2. Menggunakan Sistem Barter Online : Dengan adanya teknologi, sistem barter dapat dilakukan
secara online. Hal ini dapat mempermudah proses transaksi dan memperluas jangkauan pasar.
3. Menggunakan Sistem Barter Terorganisir : Sistem barter terorganisir dapat membantu
mengatasi masalah sulitnya menentukan kadar nilai barang dan kesulitan dalam bertransaksi.
Dalam sistem ini, pihak ketiga bertindak sebagai mediator dan menentukan standar nilai untuk
barang atau komoditas yang akan ditukarkan.
4. Menggunakan Sistem Barter dengan Uang Tunai: Sistem barter dapat dikombinasikan dengan
uang tunai sebagai alat pembayaran. Hal ini dapat membantu mengatasi masalah sulitnya
menentukan kadar nilai barang dan kesulitan dalam bertransaksi.
Ada beberapa syarat yang harus dipenuhi agar suatu benda dapat dijadikan sebagai uang, yaitu:
1. Dapat diterima oleh umum : Suatu benda yang menjadi uang harus dapat diterima oleh
masyarakat umum sebagai alat pembayaran dalam transaksi.
2. Tidak mudah rusak dan dapat digunakan dalam kurun waktu yang lama : Benda yang dijadikan
alat pembayaran harus memiliki bahan yang tidak mudah rusak atau robek, sehingga dapat
digunakan berkali-kali. Selain itu, masa berlaku uang tersebut berlaku dalam kurun waktu yang
relatif lama.
3. Memiliki nilai stabil : Syarat-syarat suatu benda menjadi uang selanjutnya, yaitu harus memiliki
nilai yang stabil. Sehingga ketika terjadi transaksi, benda tersebut selalu bisa digunakan karena
nilainya stabil. Jika nilainya berubah-ubah, hal itu akan menyulitkan fungsinya sebagai alat
transaksi.
4. Dapat dibagi ke dalam unit yang lebih kecil tanpa mengurangi nilainya : Syarat benda yang bisa
dijadikan uang harus bisa dibagi ke dalam beberapa unit nilai yang lebih kecil. Maksudnya,
terdapat satuan uang yang lebih kecil dengan demikian memungkinkan terjadi transaksi dalam
jumlah kecil.
5. Mudah dibawa bepergian : Benda yang menjadi uang harus mudah dibawa ke mana pun, walau
memiliki nominal yang terbilang besar. Sebagai tolak ukur, benda tersebut ringan dan tidak
berat, sehingga bisa dibawa-bawa untuk keperluan transaksi hingga di lokasi jauh sekali pun.
6. Memiliki nilai yang seragam : Syarat-syarat suatu benda menjadi uang selanjutnya adalah
memiliki nilai yang seragam. Artinya, setiap satuan dari benda tersebut memiliki nilai yang sama
dengan satuan lainnya.
7. Jumlahnya terbatas : Syarat terakhir adalah jumlah dari benda tersebut harus terbatas agar
tetap mempertahankan nilai dan fungsinya sebagai alat tukar .
Berikut adalah beberapa contoh barang yang dapat ditukar dalam sistem barter:
• Bahan-bahan makanan: Barang yang paling populer untuk ditukar adalah bahan-bahan
makanan yang sulit didapat seperti tepung, ragi dan telur1.
• Barang kebutuhan sehari-hari: Barang-barang seperti tisu bayi, semprotan disinfektan, dan
masker juga sering ditukar.
• Barang pribadi: Misalnya, jika seseorang memiliki sepatu yang ingin ditukarkan dengan tas orang
lain.
• Barang sisa yang tidak terjual: Misalnya, pedagang sayur yang memiliki sisa sayur belum terjual
menawarkan kepada penjual ikan untuk ditukarkan.
Sistem barter ini biasanya melibatkan dua pihak yang bersepakat untuk menukarkan barang. Meskipun
sistem ini kurang praktis dibandingkan transaksi menggunakan uang, barter masih sering ditemukan di
pasar tradisional dan beberapa komunitas.
Angka pengganda uang dalam arti sempit maupun dalam arti luas dipengaruhi oleh beberapa
parameter yang menunjukkan perilaku masyarakat pemegang uang. parameter-parameter yang
mempengaruhi besarnya angka pengganda uang yaitu:
1. Rasio uang kartal terhadap uang giral atau currency ratio : Rasio ini menunjukkan seberapa
besar uang kartal yang dimiliki masyarakat dibandingkan dengan uang giral yang beredar.
Semakin kecil rasio ini, semakin besar nilai koefisien angka pengganda uang. Parameter ini
mengacu pada persentase dari deposito yang harus dijaga oleh bank sebagai cadangan tunai1.
Semakin tinggi rasio cadangan, pengganda uang akan lebih rendah.
2. Rasio tabungan dan deposito (uang kuasi) terhadap uang giral atau time and savings deposit
ratio : Rasio ini menunjukkan seberapa besar tabungan dan deposito yang dimiliki masyarakat
dibandingkan dengan uang giral yang beredar. Dalam jangka pendek, kedua rasio ini
berpengaruh signifikan terhadap Money Multiplier secara langsung dan tidak langsung.
3. Rasio cadangan bank terhadap total simpanan yang meliputi uang giral dan uang kuasi atau
reserve ratio : Rasio ini menunjukkan seberapa besar cadangan bank dibandingkan dengan total
simpanan masyarakat .
4. Tingkat bunga deposito berjangka dan PDB Indonesia: Tingkat bunga deposito berjangka dan
PDB Indonesia mempengaruhi perilaku masyarakat dalam memegang portofolionya.
5. Tingkat bunga pinjaman, tingkat bunga pasar uang antarbank, dan cadangan minimal bank:
Ketiga faktor ini mempengaruhi perilaku perbankan dalam menentukan jumlah cadangan yang
diinginkan.
6. Kebijakan Moneter : Kebijakan moneter yang diterapkan oleh bank sentral, seperti
pengendalian pasokan uang dan suku bunga, juga mempengaruhi angka pengganda uang.
7. Kepercayaan Masyarakat: Tingkat kepercayaan masyarakat terhadap sistem perbankan dan
stabilitas ekonomi juga mempengaruhi angka pengganda uang.
Bank sentral dapat mengubah besarnya angka pengganda uang dengan mengubah parameter-
parameter ekonomi yang ada, dakam kata lain bank sentral bersikap independent dalam melakukan
kebijkan dalam pengadaan uang dan layanan jasa perbankan yang ada .
Bank Perkreditan Rakyat (BPR) dan bank konvensional memiliki beberapa perbedaan dari masing-
masing layanan yang di berikan :
Bank Perkreditan Rakyat (BPR): Bank Konvensional:
1. BPR adalah usaha di bidang finansial yang 1. Bank konvensional adalah bank yang
dimiliki oleh BUMD. menjalankan usahanya secara umum dan
2. BPR lebih mengutamakan kepuasan menyediakan jasa dalam lalu lintas
masyarakat dibandingkan keuntungan yang pembayaran.
didapatkan dari setiap nasabahnya. 2. Bank konvensional boleh membuat produk
3. BPR menerapkan sistem perhitungan bank di bidang lalu lintas pembayaran.
syariah yang meminimalisir adanya bunga 3. Beberapa bank konvensional seperti BRI dan
dalam tabungan. BNI yang punya produk kartu kredit layaknya
4. BPR dibuat untuk memberikan pelayanan bank konvensional.
keuangan pada institusi skala mikro.
5. BPR tidak boleh menerima giro atau
melakukan pertukaran valuta asing atau
valas oleh nasabah.
6. Keuntungan BPR bergantung pada bunga
dari rekening nasabah yang jumlahnya jauh
lebih kecil dibandingkan bank konvensional,
serta dari spread effect.
7. Suku bunga tabungan BPR kompetitif dan
menarik, biaya administrasi ringan, saldo
minimum tabungan rendah dan setoran
selanjutnya juga kecil.
Bank Umum dan BPR merupakan dua jenis lembaga keuangan yang berbeda dalam hal kegiatan
operasionalnya. Perbedaan utama antara Bank Umum dan BPR yaitu:
1. Jangkauan Wilayah: Bank Umum tidak memiliki batasan jangkauan wilayah, sedangkan BPR
memiliki batasan jangkauan wilayah.
2. Layanan: Bank Umum melayani semua jenis layanan seperti lalu lintas pembayaran, giro, valas,
asuransi, dan kartu kredit, sedangkan BPR tidak melayani semua jenis layanan tersebut 1.
3. Simpanan: Bank Umum menghimpun dana dalam bentuk giro dan sertifikat deposito,
sedangkan BPR hanya menghimpun dana dalam bentuk tabungan dan deposito .
4. Kredit: Bank Umum tidak memiliki batasan nilai plafon kredit, sedangkan BPR memiliki nilai
plafon kredit yang terbatas, hanya sampai miliaran rupiah .
5. Syarat Permodalan: Syarat permodalan BPR lebih kecil dibandingkan dengan bank umum
konvensional yang harus memiliki modal setidaknya Rp 3 triliun dan bank Syariah senilai Rp 1
triliun
Lembaga Keuangan Bukan Bank (LKBB) merupakan lembaga keuangan yang menawarkan berbagai
layanan perbankan tetapi tidak memiliki izin layaknya perbankan. Lembaga-lembaga ini tidak
diperbolehkan mengambil simpanan giro tradisional dari publik. Penjelasan mengenai bidang usaha
masing-masing LKBB yang beroperasi di Indonesia :
Contoh dari jenis-jenis LKBB merupakan perusahaan gadai dan koperasi simpan pinjam. Perusahaan
gadai, seperti PT Pegadaian, memberikan sejumlah dana untuk dipinjamkan dengan barang berharga
sebagai jaminan. Koperasi simpan pinjam juga merupakan contoh lain dari LKBB.