Anda di halaman 1dari 53

EFEKTIVITAS BLENDED LEARNING PADA

PELATIHAN DASAR CALON PEGAWAI


NEGERI SIPIL PASCA PANDEMI COVID-19
DI BADAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA
MANUSIA PROVINSI BANTEN

PROPOSAL SKRIPSI

diajukan guna pengembangan kompetensi keilmuan terapan pemerintahan dan


salah satu syarat kelulusan pada Program Sarjana Sains Terapan Ilmu
Pemerintahan Institut Pemerintahan Dalam Negeri

Oleh

AGIL ARDIANSYAH MAULANA


NPP. 31.0394

PROGRAM STUDI MANAJEMEN SDM SEKTOR


PUBLIK FAKULTAS MANAJEMEN
PEMERINTAHAN INSTITUT PEMERINTAHAN
DALAM NEGERI
JATINANGOR
2023/2024
2

BAB 1
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Jika kita lebih fokus mengembangkan kualitas SDM dan


menggunakan cara cara baru maka saya yakin bonus demografi
menjadi bonus lomapatan kemajuan. (Joko Widodo, 2019). Oleh
karena itu, setiap lembaga, terutama Aparatur Sipil Negara yang
bertanggung jawab atas penyelenggaraan Pemerintahan, baik di
tingkat pusat maupun daerah, harus mempersiapkan tenaga kerja
yang berkualitas dan memiliki keunggulan.

Pengembangan kompetensi pegawai dewasa ini


menjadi tantangan dalam penyelenggaraan administrasi negara
di Indonesia. Pada dasarnya pengembangan kompetensi
pegawai bertujuan untuk memastikan dan meningkatkan
kemampuan pegawai (Herlambang et al., 2017), Sehingga
mereka dapat memenuhi persyaratan kualifikasi yang diperlukan
untuk memberikan kontribusi yang optimal bagi organisasi, baik di
tingkat daerah maupun pusat.

Kemampuan Pegawai Negeri Sipil (PNS) di pemerintah


pusat dan daerah masih perlu ditingkatkan. Penilaian kompetensi
oleh Badan Kepegawaian Negara (BKN) menunjukkan bahwa
kompetensi PNS belum mencapai standar yang diinginkan.
Beberapa masalah yang diidentifikasi meliputi kurangnya kerja
sama dalam tim, minimnya inovasi, dan rendahnya motivasi.
3

Gambar 1.1

Data Statistik ASN 2023

Sumber : Buku Statistik ASN BKN (2023)

Menurut data statistik ASN tahun 2023, 14% dari total


4.282.429 ASN di Indonesia adalah lulusan SD - SMA dan
cenderung memiliki tingkat kompetensi yang masih rendah.

Peningkatan kompetensi ASN menghadapi tantangan,


baik dari internal maupun eksternal pemerintahan, selama proses
pelaksanaannya. Menurut penelitian yang dilakukan oleh
Lembaga Administrasi Negara (LAN), teridentifikasi setidaknya
lima masalah dalam pengembangan kompetensi ASN di
Indonesia: (1) Penyusunan kebijakan pengembangan
kepegawaian saat ini belum didasarkan kepada analisa
kebutuhan pendidikan dan pelatihan. (2) Pengembangan
kompetensi ASN belum mengacu kepada perencanaan
pembangunan baik tingkat nasional maupun daerah. (3) Pada
tataran organisasional, tidak adanya kaitan antara perencanaan
pembangunan nasional atau daerah, hal ini menyebabkan tidak
jelasnya program pengembangan kepegawaian dengan rencana
strategis yang disusun. (4) Pengembangan kompetensi diartikan
secara sempit sebagai pendidikan dan pelatihan yang dilakukan
secara klasikal. (5) Pengembangan kompetensi dilakukan secara
terpisah dengan kebijakan pola karir.

Tata kelola pemerintahan telah mengalami perubahan


seiring berjalannya waktu, terutama setelah reformasi dimulai.
4

Pemerintah terus berkomitmen untuk memperbaiki dan


memperbarui peraturan di sektor kepegawaian, salah satunya
melalui pembentukan Undang-Undang Nomor 43 Tahun 1999
tentang Perubahan atas UU Nomor 8 Tahun 1974 tentang
Pokok-Pokok Kepegawaian, dan diikuti dengan berbagai
Peraturan Pemerintah lainnya. Pada Tahun 2014 Pemerintah
kembali mengeluarkan undang-undang kepegawaian yang baru
pengganti UU Nomor 43 Tahun 1999 yaitu Undang-Undang
Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara.

Salah satu cara untuk meningkatkan kompetensi


pegawai adalah melalui program pendidikan dan pelatihan
(Turere, 2013). Kegiatan diklat adalah suatu proses untuk
meningkatkan kompetensi pegawai, sehingga mereka dapat
mencapai kinerja terbaik melalui peningkatan pengetahuan,
sikap, dan keterampilan tertentu. Hal ini bertujuan agar mereka
memenuhi syarat dan memiliki kemampuan dalam menjalankan
tugas pekerjaan dengan baik. (Sulaiman & Asanudin, 2020).

Tujuan dari pengembangan kompetensi pegawai adalah


mempersiapkan anggota pemerintahan sehingga mereka
memenuhi persyaratan jabatan yang telah ditetapkan,
berdasarkan kompetensi, pemahaman yang diperluas, dan
pengembangan karier yang didasarkan pada keterampilan yang
dimiliki. (Rahmawati, 2018). Berdasarkan Peraturan Lembaga
Administrasi Negara Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 2021
Tentang Perubahan atas Peraturan Lembaga Administrasi
Negara Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2021 tentang
Pelatihan Dasar CPNS menjelaskan tujuan dan sasaran
Pendidikan dan Pelatihan adalah:

Pelatihan Dasar CPNS bertujuan untuk membangun


integritas moral, kejujuran, semangat dan motivasi
nasionalisme dan kebangsaan, karakter kepribadian
yang unggul dan bertanggung jawab, memperkuat
profesionalisme serta mengembangkan kompetensi
CPNS dalam bidangnya.
5

Pendidikan dan Pelatihan dianggap sebagai alat


kebijakan yang sangat efektif untuk memenuhi kompetensi yang
diperlukan dalam jabatan ASN. (Ngindana & Hermawan, 2019).
Berdasarkan Peraturan Pemerintah No.101 Tahun 2000 tentang
pendidikan dan pelatihan jabatan antara lain Terdapat
penetapan mengenai jenjang dan jenis diklat. Salah satu jenis
diklat yang wajib diikuti sebelum seseorang diangkat menjadi
PNS adalah Latsar CPNS (Golongan I, II, atau III). Pelatihan ini
merupakan salah satu persyaratan yang harus dipenuhi untuk
pengangkatan CPNS menjadi PNS.

Manajemen Pegawai Negeri Sipil dalam Peraturan


Pemerintah Nomor 11 Tahun 2017 konsideran Disebutkan
bahwa syarat untuk diangkat dalam jabatan pelaksana
termasuk telah mengikuti dan berhasil lulus pelatihan terkait
dengan tugas yang bersangkutan dan/atau memiliki kelulusan
dari pendidikan dan pelatihan terintegrasi. Calon Pegawai
Negeri Sipil (CPNS) diwajibkan mengikuti Diklat Prajabatan
dan Pelatihan Dasar (Latsar CPNS) sebagai bagian dari
persyaratan.

Diklat prajabatan diadakan dengan maksud untuk


membentuk karakter, meningkatkan pemahaman kebangsaan,
dan mengajarkan etika kepada Pegawai Negeri Sipil (PNS).
Tujuan utama dari pendidikan prajabatan adalah menciptakan
PNS yang profesional, memiliki pemahaman dasar tentang
sistem pemerintahan negara, tugas, bidang, perilaku, serta
budaya organisasi. Pada dasarnya nilai etika publik sangat
erat dipengaruhi oleh budaya organisasi dalam peningkatan
kinerja PNS. Pelaksanaan Diklat Prajabatan dalam masa
pandemi ini lebih difokuskan kepada pelaksanaan berbasis
digital atau online.

Timbulnya wabah yang dikenal sebagai COVID-19 atau


Virus Corona terjadi pada akhir tahun 2019. Virus ini pertama
kali terdeteksi di kota Wuhan, provinsi Hubei, Tiongkok.
6

Penemuan ini menimbulkan ketakutan dan merenggut nyawa


di berbagai negara termasuk Indonesia. Organisasi Kesehatan
Dunia (WHO) secara resmi mengumumkan COVID-19 sebagai
pandemi pada tanggal 11 Maret 2020. Hal ini disebabkan oleh
penyebaran virus yang tidak terbatas hanya pada satu negara,
melainkan telah menjangkiti berbagai negara di seluruh dunia,
termasuk Indonesia.

Pandemi COVID-19 telah memberikan dampak


signifikan pada sektor pendidikan dengan mengganggu
banyak kegiatan fisik rutin, seperti pertemuan tatap muka di
kelas, bimbingan akademik, dan seminar formal, karena
pemerintah menerapkan kebijakan physical distancing untuk
membatasi penyebaran virus. Menghadapi situasi ini,
penggunaan metode pembelajaran online (e-learning) menjadi
solusi terbaik bagi dunia pendidikan. Banyak lembaga
pendidikan saat ini telah mulai mengadopsi teknologi dan
menerapkan sistem pembelajaran online untuk mendukung
proses belajar mengajar.

Setelah berlangsungnya pandemi COVID-19 selama


kurang lebih 3 tahun, Pemerintah mengambil langkah untuk
mengakhiri status pandemi ini melalui Keputusan Presiden
Nomor 17 tahun 2023 tentang Penetapan Berakhirnya Status
Pandemi Coronavirus Disease 2019 (COVID-19) di Indonesia.
Tindakan ini kemudian disusul dengan penerbitan Peraturan
Presiden Nomor 48 tahun 2023 yang mengatur tentang
pengakhiran penanganan pandemi COVID-19.

Pelaksanaan pendidikan dan pelatihan bagi PNS juga


sepenuhnya dialihkan melalui sistem pembelajaran berbasis
digital (Yuningsih, 2021). Peraturan Pemerintah (PP) Nomor
11 Tahun 2017 sebagaimana telah diubah dengan PP Nomor
17 Tahun 2020 tentang Manajemen PNS, serta Peraturan
Lembaga Administrasi Negara Nomor 10 Tahun 2018
tentang Pengembangan Kompetensi PNS yang mana
7

peningkatan kompetensi PNS dapat diwujudkan melalui


berbagai metode, termasuk memanfaatkan teknologi informasi
untuk memberikan peluang yang lebih luas bagi setiap PNS di
Indonesia dalam memperoleh pengembangan kompetensi
yang mereka butuhkan.

Dalam pelaksanaan diklat online, peserta menghadapi


masalah seperti ketidakstabilan jaringan, pemahaman materi
yang belum optimal, dan kurangnya sarana dan prasarana. Hal
ini menjadi tantangan bagi LAN RI untuk fokus dalam
mengembangkan metode Blended Learning, yang
menggabungkan pembelajaran online dengan pendekatan
tradisional, sebagai solusi pendidikan dan pelatihan yang
efektif selama masa pandemi ini.

Blended learning merupakan inovasi dalam bidang


pendidikan yang menggabungkan pembelajaran langsung di
kelas dengan pembelajaran online atau jarak jauh. Model
pembelajaran ini menjadi solusi yang populer selama pandemi
COVID-19. Meskipun awalnya pendidikan dilakukan secara
online, namun seiring meredanya pandemi, pembelajaran
secara bertahap beralih ke metode blended learning,
menggabungkan kedua pendekatan tersebut.

LAN RI telah merancang perbaikan dan peningkatan


desain untuk Pelatihan Dasar CPNS dalam format blended
learning yang terintegrasi dan modern. Dinamika
pengembangan kompetensi yang dulunya berbasis
pembelajaran jarak jauh, belajar mandiri dan micro learning
kini ditransformasikan dengan pelatihan klasikal blended
learning yang mencakup pelatihan mandiri, distance learning
dan pembelajaran klasikal.

Blended learning menggabungkan pembelajaran


langsung di dalam kelas (konvensional) dengan pembelajaran
online. Konsep ini sesuai dengan kemajuan teknologi yang
semakin mutakhir dengan menekankan penggunaan pola
digital economy, big data, robotic, artificial intelligence dan lain
8

sebagainya. Fenomena tersebut lebih dikenal dengan istilah


disruptive innovation.

Kurikulum Pelatihan Dasar Calon Pegawai Negeri Sipil


yang menggunakan metode blended learning mengalami
penyesuaian dalam jumlah jam pertemuan, asynchronous,
synchronous, serta biaya pelatihan yang lebih efisien. Sistem
ini lebih mengandalkan teknologi dan platform digital, sehingga
stabilitas jaringan dan kelengkapan sarana prasarana menjadi
faktor penting yang perlu diperhatikan selama
pelaksanaannya.

Tabel 1. 1

Daftar Jumlah Blank Spot Area di Provinsi Banten


Tahun 2023

NO KABUPATEN / KOTA JUMLAH


1 Lebak 165 Desa
2 Pandeglang 156 Desa
3 Kabupaten Tangerang 26 Desa
4 Kabupaten Serang 96 Desa
5 Kota Cilegon 1 Kelurahan
6 Kota Serang 5 Kelurahan
TOTAL 449

Sumber : Diskominfo Provinsi Banten, 2023 (diolah oleh penulis)

Pelatihan dasar CPNS berbasis blended learning


sangat bergantung pada stabilitas jaringan. Menurut Plt Kepala
Diskominfo Provinsi Banten, hampir semua Kabupaten dan
Kota di Provinsi Banten memiliki daerah yang tidak ada
jaringan internet. Tabel di atas menunjukkan jumlah desa dan
kelurahan yang masih berada dalam zona blank spot di
Provinsi Banten. Beberapa metode pembelajaran seperti
pembelajaran mandiri melalui MOOC (Massive Online Open
9

Course) yang dikelola oleh LAN RI, membutuhkan koneksi


internet yang stabil. Sama halnya dengan pelatihan melalui
distance learning menggunakan LMS (Learning Management
System). Oleh karena itu, kendala stabilitas jaringan masih
menjadi hambatan dalam pelaksanaan Blended Learning ini.

Pembelajaran blended learning menekankan pentingnya


ketersediaan jaringan internet dalam proses pembelajaran.
(Purjono, 2020). Dalam metode ini, interaksi langsung antara
peserta dan instruktur cenderung sedikit. Peserta harus
menggunakan internet untuk mendaftar, mengakses berbagai
materi pembelajaran, dan menyelesaikan tugas di platform
web. Proses pembelajaran berlangsung secara mandiri
dengan pengawasan terbatas terhadap peserta.

Pelaksanaan Latsar CPNS dengan pendekatan blended


learning di Provinsi Banten, dimulai pada tahun 2021 sesuai
dengan instruksi langsung yang diatur dalam sebuah
Peraturan LAN No.1 Tahun 2021 tentang Pelatihan Dasar
Calon Pegawai Negeri Sipil. Namun, dalam pelaksanaannya
masih ada masalah seperti ketidakmerataan stabilitas jaringan,
keberadaan zona tanpa sinyal di Provinsi Banten, dan kendala
dalam pelaksanaan pembelajaran klasikal.

Dengan melihat isu-isu dan fenomena yang telah


diuraikan, penulis tertarik untuk melakukan penelitian magang
yang terfokus untuk mengetahui dan mengkaji terkait pelatihan
dasar CPNS di Provinsi Banten yang berbasis blended
learning dengan mengangkat judul penelitian “EFEKTIVITAS
BLENDED LEARNING PADA PELAKSANAAN PELATIHAN
DASAR CALON PEGAWAI NEGERI SIPIL PASCA COVID-
19 DI BADAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA
PROVINSI BANTEN”
10

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas dirumusan


masalah sebagai berikut :
1. Bagaimana efektivitas blended learning pada pelaksanaan
pelatihan dasar CPNS di Badan Pengembangan Sumber
Daya Manusia Provinsi Banten?
2. Apa saja kendala Badan Pengembangan Sumber Daya
Manusia Provinsi Banten dalam penerapan blended
learning pada pelatihan dasar CPNS?
3. Bagaimana upaya Badan Pengembangan Sumber Daya
Manusia Provinsi Banten dalam mengatasi kendala yang
terjadi dalam penerapan blended learning pada pelatihan
dasar CPNS?

1.3. Tujuan Penelitian

Tujuan dari pelaksanaan Magang Riset Terapan


Pemerintahan ini adalah sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui dan mendeskripsikan efektivitas
blended learning pada pelaksanaan pelatihan dasar CPNS
di Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Provinsi
Banten.
2. Untuk mengetahui kendala Badan Pengembangan Sumber
Daya Manusia Provinsi Banten dalam penerapan blended
learning pada pelatihan dasar CPNS.
3. Untuk mengetahui dan mendeskripsikan upaya Badan
Pengembangan Sumber Daya Manusia Provinsi Banten
dalam mengatasi kendala yang terjadi dalam penerapan
blended learning pada pelatihan dasar CPNS.
11

1.4. Kegunaan Penelitian

1.4.1. Kegunaan bagi Praja

Praja memperoleh pengetahuan dan pengalaman


mengenai bagaimana penerapan blended learning pada
pelatihan dasar CPNS pada Badan Pengembangan Sumber
Daya Manusia Provinsi Banten.
1.4.2. Kegunaan bagi IPDN

Sebagai bahan pengembangan ilmu terapan


pemerintahan yang menjurus pada manajemen sumber daya
manusia sektor publik. Sehingga dapat menjadi referensi dan
menambah data-data yang berguna dalam menjadi acuan
penelitian selanjutnya serta pembelajaran bagi kader pamong
praja kedepanya.

1.4.3. Kegunaan bagi Lokasi Magang

Sebagai suatu perbandingan antara teori dengan


kenyataan empirik di lapangan. Sehingga diharapkan dapat
menjadi bahan masukan terhadap Badan Pengembangan
Sumber Daya Manusia Provinsi Banten dalam penerapan
metode pembelajaran blended learning pada pelatihan dasar
CPNS diangkatan selanjutnya.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Deskripsi Penelitian Sebelumnya

Penelitian terdahulu merupakan usaha peneliti untuk


menemukan perbandingan dan mendapatkan ide baru untuk penelitian
yang akan datang. Selain itu, studi sebelumnya membantu penelitian
dalam menetapkan posisi dan menunjukkan keunikan dari penelitian
yang dilakukan (Harys, 2020). Peniliti dalam bagian ini berusaha
mendeskripsikan penelitian sebelumnya yang memiiki keterkaitan
persamaan dan dari tema penelitian.
Pada bagian ini, peneliti menyertakan hasil penelitian terdahulu
yang relevan dengan studi yang akan dilakukan, termasuk penelitian
yang sudah dipublikasikan atau yang belum, seperti skripsi, tesis, dan
disertasi. Melalui langkah ini, peneliti dapat menilai sejauh mana
keunikannya dan posisi penelitian yang akan dilakukan. Beberapa
kajian terkait dengan penelitian ini meliputi:
1. Suharsono yang berjudul Pembelajaran Daring Latsar CPNS
From Home dalam Masa Pandemi Covid-19 tahun 2020.
Penelitian ini mendeskripsikan analisis pembelajaran Whole of
Government dalam pelaksanaan Latsar CPNS From Home
dalam masa pandemi covid-19 di Balai Diklat Keuangan
Yogyakarta. Hasil penelitian ini menjelaskan bahwa kekurangan

12
13

pembelajaran daring adalah penyerapan materi yang tidak


maksimal dan stabiliitas jaringan internet yang belum merata.
2. Musfarita Affiani dalam penelitiannya yang berjudul Efektivitas
Pelaksanaan Pelatihan Dasar (LATSAR) CPNS Golongan III
Angkatan III Berbasis E-Learning Di Kabupaten Tanjung Jabung
Barat. Penelitian ini membahas analisis efektivitas
penyelenggaraan Latsar CPNS yang berbasis e-learning. Hasil
penelitian mengungkapkan bahwa efektivitas pelaksanaan latsar
CPNS golongan III Angkatan III yang berbasis e-learning di
Kabupaten Tanjung Barat berlangsung efektif pada masa
pandemi covid-19 namun memiliki kendala pada jaringan
internet dan pengawasan terhadap peserta yang kurang
optimal.

Penelitian ini bertujuan untuk menciptakan inovasi dalam


pengembangan sumber daya manusia melalui pendidikan dan
pelatihan, terutama pada pelatihan dasar CPNS di pasca pandemi.
Transformasi dari pendekatan latsar yang konvensional ke e-learning
dan blended learning menitikberatkan pada konten kurikulum dan
metode pembelajaran digital. Meskipun demikian, terdapat tantangan
dalam implementasi pembelajaran digital, termasuk stabilitas jaringan
internet dan rendahnya pemahaman peserta terhadap materi
pelatihan.
14

Tabel 2. 1
Penelitian Sebelumnya

NO. NAMA JUDUL PERSAMAAN PERBEDAAN HASIL PENELITIAN


PENELITI
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
1. Agus Pembelajaran  Penelitian bersifat  Peneliti terdahulu Hasil penelitian post test rata rata
Suharsono Daring Latsar kualitatif menggunkan teori efektivitas kelas adalah 92 atau sangat
CPNS From  Penerapan pelaksanaan Gomez sedangkan penulis memuaskan, nilai per peserta
Home Dalam pembelajaran daring menggunakan teori tertinggi dengan nilai 100 atau
Masa Pandemi dalam Latsar CPNS efektivitas Sugiyono sangat memuaskan dan terendah
Covid-19 (2020)  Penelitian terdahulu berfokus 81 atau memuaskan. Kekurangan
pada e-learning saja, pembelajaran daring adalah
sementara penulis berfokus kurangnya pemahaman materi
kepada blended learning. dan kendala internet yang tidak
 Ruang lingkup penelitian stabil, sedangkan kelebihannya
sebelumnya ialah adalah menarik, menyenangkan,
pembelajaran daring dalam mengasah kecekatan diri dalam
masa pandemi sedangkan mencari dan menemukan
penulis menggunakan ruang jawaban.
lingkup pembelajaran pasca
pandemi covid-19
15

2. Mustarita Affiani Efektivitas  Ruang lingkup  Penelitian terdahulu Hasil penelitian menunjukkan
Pelaksanaan
16

Mustarita Affiani Efektivitas penelitian, yaitu berfokus pada bahwa efektivitas pelaksanaan
Pelaksanaan pembelajaran daring efektivitas pelatihan latsar CPNS golongan III
Pelatihan Dasar dalam masa dasar berbasis e- Angkatan III yang berbasis e-
(LATSAR) CPNS pandemi learning sedangkan learning di Kabupaten Tanjung
Golongan III  Penerapan pelaksanaan penulis berfokus pada Barat berlangsung efektif pada
Angkatan III pembelajaran daring pelatihan berbasis masa pandemi covid-19 namun
Berbasis E- dalam Latsar CPNS blended learning memiliki kendala pada jaringan
Learning Di  Peneliti terdahulu tidak internet dan pengawasan
Kabupaten menjelaskan teori apa terhadap peserta yang kurang
Tanjung Jabung yang digunakannya optimal.
Barat sedangkan penulis
menggunakan teori
efektivitas Sugiyono
 Ruang lingkup penelitian
sebelumnya ialah
pembelajaran daring dalam
masa pandemi sedangkan
penulis menggunakan ruang
lingkup pembelajaran pasca
pandemi covid-19
17

2.2. Landasan Teoritik dan Legalistik

2.2.1. Landasan Teoritik

2.2.1.1. Efektivitas

Secara umum, efektivitas merujuk pada sejauh mana individu,


kelompok, instansi, atau organisasi dalam usahanya untuk mencapai
tujuan yang telah ditetapkan dalam batas waktu tertentu.

Efektif senantiasa dikaitkan dengan seberapa jauh terwujudnya


tujuan yang telah ditetapkan diharapkan berhasil. Efektif juga selalu
dikaitkan dengan pencapaian target yang telah ditentukan sebelumnya
dengan memilih metode atau cara yang paling benar dari sekian
banyak alternatif dan selanjutnya melaksanakannya dengan waktu
yang relatif cepat (Rahmawati, 2017).

Mengacu kepada pengertian yang dituangkan Siagian


(2012:20) bahwa efektifitas merupakan penggunaan waktu dengan
tepat dengan memanfaatkan sumber dana, daya, sarana dan
prasarana dengan ukuran besar untuk menciptakan barang atau jasa
dengan ketentuan mutu yang diharapkan. Siagian (2012:20) juga
menyatakan bahwasanya terdapat 4 hal yang menjadi perhatian dalam
efektivitas, diantaranya adalah:
1. Penggunaan sumber daya, dana, sarana dan prasarana
ditentukan dan dibatasi
2. Penggunaan waktu untuk menghasilkan barang dan jasa
dibatasi
3. Perumusan tata cara yang harus ditempuh untuk
menyelesaikan
4. Penentuan mutu dan jumlah barang atau jasa yang
dihasilkan

Pengukuran efektivitas memilki beberapa indicator yang


merujuk pada pendapat Sugiyono dalam Budiani (2007:53)
mengatakan sebagai berikut :
18

1. Ketepatan sasaran program

Ketepatan dalam mengukur sejauh mana peserta program tepat


yang sudah ditentukan sebelumnya.
2. Sosialisasi program

Kemampuan penyelenggaraan program dalam melakukan


sosialisasi program sehingga informasi mengenai pelaksanaan
program dapat tersampaikan kepada masyarakat pada umumnya dan
sasaran peserta program pada khususnya.
3. Tujuan program

Mengukur sejauh mana kesesuaian antara hasil program


dengan tujuan program yang telah ditetapkan sebelumnya.
4. Pemantauan program

Kegiatan yang dilakukan setelah dilaksanakan program sebagai


bentuk perhatian kepada peserta program.
Dari pernyataan yang disebutkan diatas, dapat disimpulkan
oleh penulis bahwasanya efektifitas merupakan pemiliihan metode
atau pendekatan yang paling tepat guna untuk menyelesaikan
pekerjaan dengan hasil yang berkualitas dengan mempertimbangkan
faktor waktu, dana, metode, serta sarana dan prasarana yang telah
ditetapkan sebelumnya.
Dalam penelitian ini, penulis memilih teori efektivitas menurut
Sugiyono karena dianggap sesuai untuk digunakan dalam mengukur
tingkat efektivitas blended learning pada pelaksanaan pelatihan dasar
CPNS pasca covid-19 di Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia
Provinsi Banten.
19

2.2.1.2. Blended Learning

Secara etimologis istilah blended learning terdiri atas dua


kata, yaitu blended dan learning. Kata blended memiliki arti campuran,
dan learning memiliki arti umum yaitu belajar. Dengan demikian,
blended learning mengandung arti sebuah pola pembelajaran yang
mengandung unsur pencampuran atau penggabungan antara satu
pola dengan pola lainnya Cheung & Hew (2011), menjelaskan
blended learning merupakan kombinasi antara face to face
learning dan online learning. Definisi blended learning dapat
digambarkan seperti gambar berikut :
Blended learning menggambarkan sebuah kesempatan yang
mengintegrasikan inovasi dan keuntungan teknologi pada
pembelajaran online dengan interaksi dan partisipasi dari keuntungan
pembelajaran tatap muka. Sementara itu, Chaeruman (2011)
menjelaskan blended learning sebagai pembelajaran yang
mengkombinasikan setting pembelajaran synchronous dan
asynchronous secara tepat guna untuk mencapai tujuan
pembelajaran.
Pembelajaran synchronous adalah kegiatan pembelajaran yang
dilakukan pada waktu yang sama dan tempat yang sama ataupun
berbeda, sedangkan pada pembelajaran asynchronous adalah
kegiatan pembelajaran yang dilakukan pada waktu dan tempat yang
berbeda (Littlejohn & Pegler, 2007) dalam (Wahyuningsih, 2013).
Penjelasan yang disampaikan oleh para ahli di atas
menggambarkan bahwa blended learning adalah gabungan antara
pembelajaran langsung di kelas dengan pembelajaran daring
menggunakan teknologi informasi dan komunikasi
20

.
Aspek yang digabungkan dalam blended learning tidak hanya
mengkombinasikan pembelajaran tatap muka dan online learning saja
tetapi juga dapat berbentuk apa saja, seperti : metode, media,
sumber, lingkungan ataupun strategi pembelajaran. Berdasarkan
proportion of content delivered online Allen dkk (2007) memberikan
kategorisasi yang jelas terhadap blended learning, konvensional
learning, web facilitated, dan online learning.

Pembelajaran dapat dikatakan menggunakan model blended


learning apabila dari porsi penggunaan e-learning berada pada
kisaran 30-70% dengan digabungkan pembelajaran tatap muka (face
to face learning). Pertimbangan untuk menentukan apakah
komposisinya berkisar 50/50, 30/70, dan 70/30 bergantung pada
analisis kompetensi yang ingin dihasilkan, tujuan mata pelajaran,
karakteristik pembelajaran, karakteristik dan kemampuan pengajar,
dan sumberdaya yang tersedia. Allen dkk (2007) Blended learning
merupakan campuran atau penggabungan metode pembelajaran
konvensional dengan metode pembelajaran elekronik learning
(Purjono, 2020).

Konsep blended learning dalam perkembangannya mulai


menyentuh ke semua lini sistem pembelajaran, sebagai respon
terhadap percepatan perkembangan teknologi, ditambah lagi
sebelumnya mengalami situasi dan kondisi pandemi yang membatasi.
Salah satu sistem pembelajaran yang berkontribusi dalam penerapan
pembelajaran terpadu ini adalah pelatihan dasar CPNS.
21

Peraturan Lembaga Administrasi Negara Nomor. 1


Tahun 2021 tentang Pelaksanaan Latsar CPNS
konsideran menjelaskan bahwa pelaksanaan latsar
CPNS dilaksanakan secara terintegrasi dengan metode
pembelajaran terpadu. Perencanaan pembelajaran yang
dirangkum dalam Keputusan Kepala Lembaga
Administrasi Negara Nomor 93 Tahun 2021 dilaksanakan
melalui tiga bagian pembelajaran yaitu :

1. Pelatihan Mandiri

Pembelajaran ini merupakan bentuk pembelajaran


menggunakan Massive Open Online Course (MOOC)
dengan memanfaatkan sistem pembelajaran online
yang dikembangkan oleh LAN. Ketersediaan materi
pembelajaran dan kurikulum ditujukan untuk
menghasilkan karakter PNS yang berkompetensi dan
berwawasan. Peserta dapat mengakses dengan
menggunakan perangkat seperti smartphone dan
komputer untuk registrasi dan mengisi presensi online.

2. Distance Learning

Distance Learning merupakan bentuk


pembelajaran kolaboratif dengan memadukan sistem e-
learning dalam konsep Learning Management System
(LMS) dan aktualisasi di tempat kerja. Mekanisme
pembelajaran ini dikelola oleh Person in Charge (PIC)
yang ditunjuk oleh pimpinan lembaga pelatihan
terakreditasi. Pemantauan dan proses pembelajaran
dilaksanakan oleh PIC termasuk juga melakukan
monitorig terhadap unggahan produk pembelajaran
peserta melalui sistem informasi

3. Pembelajaran Klasikal
22

Pembelajaran klasikal dalam


penyelenggaraannya dilaksanakan secara konvensional
atau tatap muka di dalam kelas (Sulandari, 2020).
Bentuk pembelajaran yang kooperatif ini mengharapkan
bahwa kualitas pelatihan dasar semakin berkembang
kearah kompetensi yang memenuhi sandar kualifikasi
PNS yang profesional dan proporsional. Model
Pembelajaran klasikal adalah pola pembelajaran yang
dilaksanakan dalam waktu yang sama dengan kegiatan
dilakukan oleh seluruh peserta dalam satu kelas secara
klasikal (Lisa, 2018).

2.2.1.3. Pendidikan dan Pelatihan

1. Pengertian Pendidikan dan Pelatihan

Pendidikan dan Pelatihan adalah sebuah program


pengembangan kompetensi pegawai yang sangat
penting bagi organisasi, termasuk instansi pemerintahan.
Program ini merupakan upaya pemerintah untuk
mempersiapkan pegawai agar siap menghadapi
tantangan dalam era globalisasi. Penyelenggaraan
pendidikan dan pelatihan merupakan kebutuhan esensial
bagi setiap instansi pemerintahan yang bertujuan untuk
meningkatkan kualitas dan kemampuan SDM
berdasarkan kompetensi yang dimiliki dan dilaksanakan
secara menyeluruh serta komprehensif

Pendidikan dan pelatihan pengembangan sumber


daya aparatur merupakan upaya untuk meningkatkan
kecerdasan dan kepribadian (Sulaiman & Asanudin,
2020). Pendidikan formal di dalam suatu organisasi
adalah rangkaian kegiatan yang bertujuan
23

mengembangkan keterampilan yang diinginkan oleh


organisasi. Sementara itu, pelatihan merupakan bagian
dari proses pendidikan yang fokus pada peningkatan
kemampuan dan keterampilan khusus individu atau
kelompok orang.

Ditinjau secara teoretis, menurut Soekidjo


Notoamodjo pendidikan dan pelatihan adalah “Upaya
untuk mengembangkan sumber daya aparatur, terutama
untuk mengembangkan kemampuan intelektual dan
kepribadian manusia”.

Berdasarkan berbagai definisi dari beberapa


pendapat ahli yang telah disebutkan, dapat disimpulkan
bahwa pendidikan dan pelatihan merupakan suatu
proses kegiatan pembelajaran yang diharapkan dapat
meningkatkan kecerdasan intelektual dan kepribadian
individu dalam upaya untuk mengembangkan sumber
daya aparatur sehingga tercapainya suatu tujuan
organisasi.

2. Tujuan Pendidikan dan Pelatihan

Menurut Sedarmayanti mengatakan bahwa :

Tujuan pendidikan dan pelatihan pada hakekatnya


adalah pembentukan kemampuan yang
diharapkan oleh pendidikan dan pelatihan. Karena
tujuan diklat adalah merubah tingkah laku (ability)
maka tujuan diklat dirumuskan dalam bentuk
tingkah laku (behaviour goal). Misalnya, setelah
menerima diklat ini, diharapkan peserta mampu
mencatat dan melaporkan dengan benar. Dasar
perumusan tujuan diklat adalah hasil analisis
kebutuhan diklat.

Kemudian secara khusus Pelatihan Dasar CPNS


24

diselenggarakan dengan tujuan untuk :


25

a. Meningkatkan pemahaman, keterampilan, dan etika


profesionalitas untuk menjalankan tugas teknis dengan baik
sesuai dengan kebutuhan instansi, sekaligus mencerminkan
kepribadian dan etika sebagai PNS.
b. Membentuk aparatur yang dapat menjadi pelopor dalam
memperkokoh persatuan dan kesatuan bangsa.
c. Mengokohkan sikap, perilaku, dan semangat pengabdian
yang fokus pada memberikan pelayanan, perlindungan, dan
memberdayakan masyarakat.
d. Menciptakan keselarasan visi dan pola pikir dalam
menjalankan tugas pemerintahan dan pembangunan umum,
bertujuan mencapai pemerintahan yang efektif dan
bermoral.

3. Jenis Pendidikan dan Pelatihan

Menurut Harsono beberapa jenis Diklat Pegawai Negeri Sipil


terdiri dari :

a. Diklat Prajabatan

Diklat Prajabatan dan pelatihan dasar CPNS (Latsar CPNS)


diberikan kepada pegawai baru (Calon Pegawai Negeri Sipil yang
dinyatakan lulus dan diterima sebagai pegawai baru) untuk
mengembangkan keterampilan untuk melaksanakan tugas di masa
mendatang. Materi yang diajarkan dalam Diklat prajabatan masih
bersifat umum, mencakup hal-hal terkait pekerjaan, aturan, dan
kebijakan yang berlaku dalam organisasi.
26

b. Diklat Dalam Jabatan

Diklat Dalam Jabatan dilaksanakan dengan tujuan untuk


Pegawai Negeri Sipil dapat meningkatkan pengetahuan, keterampilan,
dan sikap mereka, sehingga mereka dapat secara optimal
melaksanakan tugas-tugas pemerintahan, pembangunan, dan
pemberdayaan masyarakat. Diklat Dalam Jabatan terdiri dari : (1)
Diklat kepemmpinan, (2) Diklat fungsional dan (3) Diklat teknis.

Pelatihan dasar CPNS dilaksanakan secara terpadu (blended


learning) yang pelaksanaannya dilakukan dengan memadukan
pembelajaran klasikal atau tatap muka di dalam kelas dengan
pembelajaran berbasis digital (online) (Purjono, 2020). Berdasarkan
Keputusan Kepala LAN Nomor 93 Tahun 2021 Tentang Pedoman
Penyelenggaraan Pelatihan Dasar CPNS ruang lingkup
penyelenggaraan pelatihan dasar CPNS meliputi :

1. Perencanaan latsar CPNS yang terdiri dari perencanaan


pelatihan, mekanisme, tenaga pelatihan, pemiayaan, peserta
dan fasilitas.

2. Pelaksaan meliputi lembaga, waktu dan jadwal pelatihan.

3. Pengendalian dan pengawasan terdiri dari monitoring, evluasi,


laporan pelaksanaan pelatihan dan evaluasi pascapelatihan.

2.2.1.4. Covid-19

Corona Virus Disease 2019 atau COVID-19 adalah penyakit


menular yang disebabkan oleh virus corona yang baru ditemukan dan dikenal
sebagai sindrom pernapasan akut parah virus corona 2 (SARS-CoV-2) virus dan
penyakit baru ini tidak diketahui sebelum terjadinya wabah di Wuhan, Cina, pada
Desember 2019. COVID-19 sekarang telah menjadi pandemi yang menyerang
banyak negara secara global (World Health Organization, 2020a)
27

Buku Pedoman COVID 19 (2020) menyatakan bahwa


Virus corona merupakan zoonosis, sehingga terdapat kemungkinkan virus
berasal dari hewan dan ditularkan ke manusia. Virus COVID-19 belum
diketahui dengan pasti proses penularan dari hewan ke manusia, tetapi data
filogenetik memungkinkan COVID19 juga merupakan zoonosis.
Perkembangan data selanjutnya menunjukkan 8 penularan antar manusia
(human to human), yaitu diprediksi COVID-19 paling utama ditransmisikan
oleh tetesan aerosol penderita dan melalui kontak langsung. Aerosol atau
droplet kemungkinan ditransmisikan ketika orang memiliki kontak langsung
dengan penderita dalam jangka waktu yang terlalu lama. Pada laporan kasus
ini bahkan dikatakan penularan terjadi pada saat kasus indeks belum
mengalami gejala (asimtomatik) atau masih (Kemenkes RI, 2020b).
beberapa hal yang dapat dilakukan untuk mencegah
penyebaran virus ini adalah :
1) Melakukan rapat secara online
2) Berkerja dari rumah atau Work From Home jika memungkinkan
3) Tidak keluar rumah jika tidak dalam keadaan darurat
4) Menggunakan masker ketika keluar rumah
5) Selalu menjaga kebersihan
6) Melakukan Pola Hidup Sehat (PHBS) 7) Selalu mencuci tangan.
8) Selalu menjaga jarak aman yakni 1-2 meter
9) Melaksanakan sekolah dari rumah atau online
Kebijakan ini dilakukan oleh pemerintah dengan tujuan untuk
meningkatkan kesadaran masyarakat bahayanya persebaran virus corona
ini. Menteri Pendidikan memutuskan bahwa seluruh proses pembelajaran
dilakukan di rumah melalui surat keputusan nomor 3 tahun 2020 tentang
pencegahan Virus corona (W. A. F. Dewi, 2020).

2.2.2. Landasan Legalistik


28

2.2.2.1. Undang Undang Nomor 5 Tahun 2014 Tentang Aparatur


Sipil Negara (ASN)

Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil


Negara Pasal 70 ayat (1) dan (2) yang berbunyi “(1) Setiap Pegawai
ASN memiliki hak dan kesempatan untuk mengembangkan
kompetensi; (2) Pengembangan kompetensi sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) antara lain melalui pendidikan dan pelatihan, seminar,
kursus, dan penataran”. Berdasarkan bunyi Pasal 70 ayat (2),
pendidikan dan pelatihan merupakan salah satu metode
pengembangan ASN yang disebutkan pertama dalam bunyi pasal
tersebut. Hal ini memiliki arti bahwa metode pendidikan dan pelatihan
merupakan metode pengembangan yang diprioritaskan oleh
pemerintah dalam meningkatkan kapasitas ASN atau pegawai.

2.2.2.2. Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 2020


Tentang Manajemen Pegawai Negeri Sipil (PNS)

Calon Pegawai Negeri Sipil (CPNS) yang diangkat menjadi PNS


harus memenuhi persyaratan lulus pendidikan dan pelatihan. Pasal
203 ayat 1 menerangkan bahwa pengembangan kompetensi
merupakan upaya untuk pemenuhan kebutuhan kompetensi PNS
dengan standar kompetensi jabatan dan rencana pengembangan karir.

2.2.2.3. Peraturan Lembaga Administrasi Negara Nomor 1 Tahun


2021 Tentang Pelatihan Dasar Calon Pegawai Negeri Sipi (CPNS)

Pasal 7 ayat 1 menjelaskan bahwa Pelatihan dasar CPNS


dilaksanakan setelah masa prajabatan dan diselenggarakan dengan

menggunakan metode pembelajaran klasikal dan blended learning,


yaitu metode pembelajaran yangmemadukan proses pembelajaran
konvensional atau tatap muka di kelas dengan proses pembelajaran
daring (online).
29

2.2.2.4. Peraturan Gubernur Banten Nomor 49 Tahun 2021 Tentang


Pengembangan Kompetensi Sumber Daya Manusia Pola Kontribusi
dan Pola Fasilitasi

Pengembangan kompetensi SDM dilaksanakan pada diklat


kepemimpinan, diklat fungsional, diklat prajabatan dan diklat teknis.
Sasaran pelaksanaan pengembangan kompetensi SDM adala untuk
terlaksananya pengembangan kompetensi SDM dalam tata kelola
pemerintahan yang sesuai dengan standarisasi serta peningkatan
kompetensi sesuai dengan syarat jabatan.
30

2.3. Kerangka Pemikiran

Gambar 2. 3
Kerangka
Pemikiran

Efktivitas Blended Learning Pada Pelatihan Dasar


CPNS di BKPSDM Kota Solok

Faktor Penghambat Upaya yang dilakukan

Proses Diklat Blended Learning

Analisis data menggunakan 4 indikator Efektivitas Sugiyono

Ketepatan Sosialisasi Tujuan Pemantauan


Sasaran Program Program Program
Program

Pelatihan Dasar CPNS yang efektif dan efisien dengan


mengunakan metode pembelajaran Blended Learning
31
BAB 3
METODE PENELITIAN

3.1. Pendekatan Penelitian

Penelitian ini dilakukan untuk mencari sesuatu secara


sistematis dengan cara meneliti dan mengkaji suatu fenomena di
lapangan dengan menggunakan metode-metode ilmiah diawali
dengan pendekatan penelitian yang kemudian berkaitan dengan
prosedur, teknik dan instrumen dalam sebuah praktik penelitian di
lapangan. Menurut Parsons dalam Nazir mengungkapkan bahwa
“penelitian adalah pencarian atas sesuatau (inquiry) secara
sistematis dengan penekanan bahwa pencarian ini dilakukan
terhadap masalah-masalah yang dapat dipecahkan”.
Kegiatan penelitian yang dilakukan dengan menggunakan
metode ilmiah memiliki tujuan tertentu yang ingin dicapai,
sebagaimana yang diungkapkan oleh Neuman yakni :
”.....every research has a purpose and usefulnes. In general
there are three purposes, namely exploring a new topic,
describing a social phenomenon, or explaining why
something occurs”. (setiap penelitian memiliki tujuan dan
kegunaan. Secara umum ada tiga tujuan, yaitu menjelajahi
topik baru, menggambarkan fenomena sosial, atau
menjelaskan mengapa sesuatu terjadi).

Pada penelitian ini menggunakan metode kualitatif.


Tujuannya agar menjadi penelitian yang berkualitas maka harus

31
32

ada data primer dan data sekunder. Penulis menggunakan


penelitian kualitatif karena penelitian ini lebih menekankan pada
pandangan dan pengalaman partisipan, serta cara partisipan
menjelaskan kehidupan, dan menitikberatkan pada proses, hasil
atau akibat yang terjadi. Secara khusus, penulis tertarik untuk
mencoba memahami kemunculan sesuatu. Tujuan penelitian
kualitatif biasanya mencakup informasi tentang fenomena utama
yang ditemukan di dalam penelitian, partisipan penelitian, dan
lokasi penelitian. Menurut John W. Creswell mengungkapkan
bahwa :
Penelitian kualitatif adalah metode untuk mengeksplorasi
dan memahami apa yang dipikirkan individu atau kelompok
orang tertentu dari masalah sosial atau kemanusiaan.
Proses penelitian kualitatif ini melibatkan banyak tugas
penting, seperti mengajukan pertanyaan dan prosedur,
mengumpulkan data spesifik dari partisipan, meringkas dan
menganalisis data dari topik tertentu hingga topik umum,
dan menafsirkan makna data. Laporan akhir studi memiliki
struktur atau kerangka kerja yang fleksibel. Siapa pun yang
terlibat dalam bentuk penelitian ini harus menggunakan
sudut pandang penelitian induktif, fokus pada makna
individu, dan menyelesaikan kompleksitas masalah.

Menurut Suharsimi Arikunto menyatakan bahwa “penelitian


deskriptif adalah penelitian yang dimaksudkan untuk menyelidiki
keadaan, kondisi atau hal lain-lain yang sudah disebutkan yang
hasilnya dipaparkan dalam bentuk laporan penelitian”.
Dalam penelitian ini penulis berusaha menyajikan deskripsi
mengenai pelaksanaan pelatihan dasar CPNS berbasis blended
33

learning oleh Badan Kepegawaian dan Pengembangan Sumber


Daya Manusia. Diharapkan dengan menggunakan metode
deskriptif dengan pendekatan induktif ini, penulis mampu
mempelajari efektivitas blended learning pada pelatihan dasar
CPNS di BKPSDM dan mengembangkan data dengan cara
memahami masalah atau fenomena yang muncul dalam pelatihan
dasar tersebut kemudian mendeskripsikannya. Selanjutnya, penulis
menganalisis data secara induktif sehingga dalam penelitian
kualitatif, pendekatan yang tepat dan relevan adalah secara
induktif.
Berdasarkan kondisi yang ada penulis akan melakukan
penelitian dengan pendekatan induktif. Penulis akan mulai meneliti
dengan mengumpulkan fakta-fakta empiris dan konkrit dalam
menemukan kebenaran, yaitu dengan melihat kondisi-kondisi yang
menggambarkan keadaan objek, sistem pemikiran, dan hubungan
antara fenomena, untuk akhirnya menarik kesimpulan. Menurut
Burhan Bungin menyatakan bahwa :
Teorisasi induktif menggunakan data sebagai titik awal
penelitian, bahkan dalam format induktif, tanpa teori apapun.
Dengan kata lain, teori dan teori bukanlah hal yang penting.
Sebaliknya, data adalah segalanya untuk melakukan
penelitian. Padahal, itu adalah kegiatan dalam model
induktif, sehingga istilah "teorisasi" tidak dikenal, karena
seluruh rangkaian kegiatan penelitian adalah berteori, dan
seluruh kegiatan teoritis adalah penelitian itu sendiri.

Berdasarkan uraian di atas dapat dijelaskan bahwa metode


deskriptif dengan pendekatan induktif merupakan suatu metode
34

penelitian yang memberikan gambaran penelitian terhadap situasi


lapangan yang akan diteliti. Hal ini bertujuan untuk mencari fakta-
fakta dan data yang tepat untuk dianalisa melalui pemahaman
makna. Selanjutnya, data dan fakta yang diperoleh disusun secara
sistematis dan diarahkan pada pemecahan masalah yang dihadapi.
Berdasarkan uraian diatas peneliti menggunakan penelitian
kualitatif deskriptif dengan pendekatan induktif yang berawal dari
fakta-fakta empirik, konkrit dalam menemukan suatu kebenaran
yaitu dengan menarik kesimpulan umum dengan mempelajari
hubungan antara keadaan objek, sistem pemikiran dan fenomena.

3.2. Operasional Konsep

Adapun operasionalisasi konsep yang akan digunakan oleh


penulisdalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

Tabel 3. 1
Operasional Konsep

KONSEP DIMENSI INDIKATOR

(1) (2) (3)


Ketepatan Sasaran 1. Peningkatan kemampuan dan
Program kompetensi peserta Latsar CPNS
2. Kemudahan dalam pelaksanaan
bagi peserta Latsar dan
widyaiswara
3. Pemahaman peserta Latsar CPNS
4. Efektifitas dan efisiensi waktu,
tempat dan biaya
35

EFEKTEVITAS Sosialisasi 1. Sarana dan prasarana


BLENDED Program 2. Media yang digunakan
LEARNING 3. Kurikulum Latsar
1. Pengetahuan Peserta Latsar
Tujuan 2. Keterampilan Peserta Latsar
Program 3. Etika Peserta Latsar

Pemantauan Program 1. Monitoring (Pengawasan)

2. Evaluasi

Sumber: Sugiyono (2007)

3.3. Sumber Data dan Informan

3.3.1. Sumber Data

Menurut Simangunsong (2016:230) data penelitian


berdasarkan sumbernya dibedakan menjadi:
1. Data Primer, adalah data yang didapatkan oleh peneliti
langsung dari narasumber yang berkaitan. Data ini dapat
dikatakan merupakan data asli dan juga data terbaru.Peneliti
dapat mendapatkan data primer antara lain dengan cara
observasi, wawancara, diskusi terfokus, dan penyebaran
kuisioner dan angket.
2. Data sekunder, merupakan data yang didapatkan peneliti
dari sumber-sumber yang telah tersedia. Data sekunder di
daerah dapat dijumpai dalam Data Daerah dalam Angka
seperti Biro Pusat Statistik (BPS), buku, laporan, jurnal, dan
literatur yang lainya.

3.3.2. Informan

Dalam penelitian kualitatif, narasumber bisa disebut


36

juga responden atau orang yang memberikan respon. Pada


penelitian pemerintah, peneliti tidak dapat sembarangan dalam
memilih narasumber atau orang yang dimintai keterangan,
dikarenakan narasumber dalam penelitian ini merupakan orang
yang nantinya akan dimintai keterangansecara lengkap bukan
37

hanya sekedar merespon pertanyaan peneliti. Jadi, jika


memungkinkan, narasumber yang dipilih adalah orang-orang yang
juga sebagai pemilik informasi tersebut. Pada penelitian ini, penulis
mencoba mendata pihak-pihak yang dapat dijadikan sebagai
narasumber atau informan pada tabel 3.2 berikut:

Tabel 3. 2

Daftar Informan Penelitian

Jumlah Kode
No Informan
Informan Informan

(1) (2) (3) (4)


Kepala Badan Kepegawaian dan Sumber
1. 1 1
Daya Manusia
Kepala Sub Bagian Umum dan
2. 1 2
Kepegawaian
Kepala Bidang Pengadaan dan Informasi
3. 1 3
ASN
Kepala Bidang Pengembangan
4. 1 4
Kompetensi ASN
Kepala Sub Bidang Diklat Penjenjangan
5. 1 5
dan Sertifikasi Profesi
Kepala Sub Bidang Evaluasi dan
6. 1 6
Pengembangan Kompetensi
7. Peserta Latsar CPNS 5 7
8. Operator teknis MOOC 3 8

Teknik pemilihan informan yang penulis akan lakukan yaitu


dengan menggunakan purposive sampling, dalam Sugiyono
(2016:144) purposive sampling yaitu:
Teknik pengambilan sampel sumber data dengan
pertimbangan tertentu. Pertimbangan tertentu ini misalnya
orang tersebut yang dianggap paling tahu tentang apa yang
38
kita harapkan, atau mungkin dia sebagai penguasa sehingga
akan memudahkan peneliti menjelajahi objek/situasi sosial
yang diteliti.
39

Penelitian ini dalam menentukan infoman juga menggunakan


teknik snowball sampling. Snowball samping adalah teknik
pengumpulan sampel dalam penelitian sosial dimana teknik
pengambilan sampel ini nantinya akan memperbesar populasi
sesuai dengaan kriteria tertentu yang dibutuhkan peneliti.

3.4. Instrumen Penelitian

3.4.1. Instrumen Wawancara

Insrumen wawancara merupakan pedoman peneliti dalam


mewawancarai subjek penelitian untuk menggali sebanyak-
banyaknya tentang apa, mengapa, dan bagaimana tentang
masalah yang diberikan oleh peneliti. Pedoman ini merupakan garis
besar pertanyaan- pertanyaan yang akan diberikan peneliti kepada
subjek penelitian sebagaimana terlampir pada lampiran.
Wawancara pada penelitian ini berdasarkan pedoman
wawancara sebagai garis besar pertanyaan- pertanyaan peneliti
yang akan diajukan kepada siswa sebagai subjek penelitian.
Pedoman wawancara dapat dilihat pada lampiran.
3.4.2. Instrumen Observasi

Instrument observasi merupakan pedoman peneliti dalam


mengadakan pengamatan dan pencarian sistematik terhadap
fenomena yang diteliti. Pedoman ini berkaitan dengan situasi
40

dan kondisi pelaksanaan pelatihan dasar blended learning di


BKPSDM Kota Solok sebagaimana terlampir dalam lampiran.

3.4.3. Instrumen Dokumentasi

Instrument dokumentasi adalah alat bantu yang digunakan


untuk mengumpulkan data- data yang berupa dokumen seperti
foto- foto kegiatan dan transkip wawancara sebagaimana terlampir
pada lampiran.

3.5. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data merupakan kegiatan mengenai


tata cara, prosedur yang digunakan mulai dari perumusan masalah,
pengamatan, dan analisis data yang didapat setelah melakukan
penelitian. Teknik pengumpulan data menjadi sesuatu hal yang
penting dalam sebuah penelitian, karena merupakan langkah
strategis untuk mendapatkan data yang valid. Berhasil tidaknya
seorang penulis tergantung pada teknik pengumpulan data yang
digunakan. Teknik pengumpulan data yang dimaksud yaitu
memperoleh bahan, keterangan, dan fakta serta informasi yang
akurat.

Data pada kegiatan penelitian adalah bahan baku dari


sebuah penelitian yang digunakan sebagai informasi guna
memberikan deskripsi awal spesifik perihal objek yang diteliti dan
41

kemudian dipergunakan oleh peneliti untuk memecahkan masalah


serta menjawab pertanyaan penelitian.

Menurut Arikunto (2010:114) ada tiga macam teknik


pengumpulan data dalam gambar 3.1, yaitu:

Gambar 3. 1

Macam-Macam Teknik Pengumpulan Data

OBSERVASI

TEKNIK PENGUMPULAN DATA WAWANCARA

DOKUMENTASI

Sumber: Arikunto (2010:114)

3.5.1. Observasi

Tahapan pada observasi dimulai dari pengamatan secara


umum terkait fenomena yang berhubungan dengan permasalahan
yang akan diteliti, kemudian melakukan identifikasi terhadap aspek
yang menjadi fokus penelitian, adanya pembatasan objek yang
diamati dan pencatatan terkait hasil yang diperoleh. Diperjelas
dengan Nazir (2014:155) membagi observasi menjadi dua yaitu:
1. Observasi yang Tidak Berstruktur
42

Pada observasi yang tidak berstruktur, peneliti tidak


mengetahui aspek-aspek apa dari kegiatan-kegiatan yang ingin
diamatinya relvan dengan tujuan penelitiannya. Peneliti juga tidak
mempunyai suatu rencana tentang cara-cara pencatatan dari
pengamatannya sebelum ia memulai kerja mengumpulkan data.
Penelitian tidak berstruktur biasanya digunakan dalam penelitian
antropologi ataupun dalam penelitian yang sifatnya eksploratori.
2. Observasi Berstruktur

Observasi berstruktur berbeda dengan observasi tidak


berstruktur dalam sistematis tindakan pengamatan yang dilakukan.
Pada pengamatan berstruktur peneliti telah mengetahui aspek apa
dari aktivitas yang diamatinya yang relevan dengan masalah serta
tujuan peneliti, dengan pengungkapan yang sistematis untuk
menguji hipotesisnya.
Pada tipe observasi berstruktur, peneliti dituntut untuk terjun
langsung ke lapangan dan terlibat langsung dalam keseharian
objek atau orang yang diteliti. Dengan cara seperti ini bertujuan
untuk peneliti akan langsung tau dan akan mendapat data yang
lebih lengkap dan terpercaya, hingga tau makna yang dari setiap
perilaku yang tampak.
Berdasarkan uraian diatas serta kesesuaian permasalahan
dengan data yang penulis butuhkan maka penulis memilih
Observasi Berstruktur sebagai teknik observasi untuk mendapatkan
43

data-data yang penulis butuhkan dalam mengamati Pelaksanaan


Pelatihan Dasar CPNS berbasis Blended Learning di BKPSDM
Kota Solok.
3.5.2. Wawancara

Penggunaan wawancara sebagai salah satu metode


pengumpulan data dapat dijadikan media yang baik dalam
mendapatkan informasi yang akurat. Melalui pertanyaan yang
diajukan dalam wawancara, seorang penulis dapat memperoleh
data dari informan. Hal ini dikarenakan adanya komunikasi dua
arah yang terjadi antara pewawancara dengan informan.
Pernyataan ini diperkuat dengan pendapat Effendy (2014:133)
yaitu:
Wawancara adalah pertanyaan dan respon terbuka untuk
mendapatkan data berdasarkan maksud partisipan,
bagaimana individu memahami dunia mereka dan
bagaimana mereka menjelaskan atau membuatnya berarti
atas kejadian-kejadian penting dalam hidup mereka.
Keadaan di lapangan saat wawancara berubah-ubah dalam
bentuk atau format, aplikassi, isi pertanyaan, rangkaian
pertanyaan, dan logistik untuk meakukan dan merekam
wawancara.

Wawancara kuantitatif memiliki beberapa bentuk, dalam


Hikmawati (2019:83) menjelaskan bahwa wawancara terbagi
menjadi tiga, yaitu:
1. Wawancara Terstruktur

Peneliti atau pengumpul data telah mengetahui dengan pasti


tentang informasi apa yang akan diperoleh. Wawancara terstruktur
44

merupakan prosedur yang tersusun secara sistematis bertujuan


untuk menggali informasi terhadap informan. Pelaksanaan
wawancara terstruktur menanyakan rentetan pertanyaan yang
disiapkan oleh pewawancara dan jawaban informan direkam
sesuai dengan standarisasi.
2. Wawancara Semiterstruktur

Menemukan permasalahan secara lebih terbuka, dimana


pihak yang diajak wawancara dininta pendapat dan ide-idenya.
Topik dijabarkan terlebih dahulu, dalam hal ini peneliti memilih dan
menyusun rangkaian dan susunan kalimat selama wawancara.
Penyelidikan dalam wawancara dapat meningkatkan detail
wawancara. Dalam wawancara ini peneliti berkeinginan untuk
menemukan sisi permasalahan secara lebih terbuka, dimana
pihak yang dimintai wawancara dapat mengeluarkan opini-
opininya secara bebas dan dapat mengutarakan ide-idenya terkait
dengan permasalahan yang diajukan.
3. Wawancara Tak Berstruktur

Wawancara yang bebas dimana peneliti tidak menggunakan


pedoman wawancara yang telah tersusun secara sistematis dan
lengkap untuk pengumpulan datanya. Penulis memilih jenis
wawancara semiterstruktur, agar dapat lebih bebas dalam
penggalian informasi. Dengan wawancara ini diharapkan
45

responden akan lebih terbuka dan bebas dalam berpendapat serta


mengemukakan ide-ide tentang permasalahan yang diangkat.

3.5.3. Dokumentasi

Dokumentasi adalah catatan kejadian yang telah lewat atau


berlalu, berupa dokumen-dokumen, gambar-gambar, atau bisa juga
sebuah catatan dari seseorang (Hikmawati 2019:84). Dokumentasi
merupakan pelengkap dari pengambilan data melalui observasi dan
wawancara. Selanjutnya Moleong (2007:217) dalam Sugiyono
(2016:241) menyatakan alasan mengapa dokumen berguna dalam
penelitian kualitatif, yaitu sebagai berikut:
a. Karena merupakan sumber yang stabil, kaya dan
mendorong pencarian data lain
b. Berguna sebagai bukti (evidence) untuk suatu penguji
c. Berguna dan sesuai karena sifatnya yang alamiah,
sesuai dengan konteks, lahir, dan berada dalam
konteks
d. Relatif murah dan tidak sukar untuk didapatkan
e. Hasil pengkajian isi akan membuka kesempatan untuk
lebih memperluas tubuh pengetahuan terhadap
sesuatu yang diselidiki.

Sesuai uraian diatas, penulis akan melakukan proses


pengumpulan data melalui penyelidikan benda-benda tertulis
seperti visi dan misi BKPSDM Kota Solok, buku-buku administrasi
dan arsip-arsip dokumen di BKPSDM Kota Solok, struktur
organisasi perangkat daerah, rancangan strategi, laporan
akuntabilitas kinerja.
46

3.6. Teknik Analisis Data

Analisis data merupakan bagian yang penting dalam metode


ilmiah, karena analisis data digunakan dalam menjawab seluruh
pertanyaan yang terdapat dalam permasalahan.Analisis data
adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang
diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan
dokumentasi, dengan cara mengorganisasikan data ke dalam
kategori, menjabarkan ke dalam unit-unit, menyusun ke dalam pola,
memilih mana yang penting dan yang akan dipelajari, dan membuat
kesimpulan sehingga mudah dipahami oleh diri sendiri maupun
orang lain. Sejalan dengan yang diuraikan Bogdan dan Biklen
dalam Effendy (2014:154):
Adalah upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja dengan
data, mengorganisasikan data, memilah-milahnya menjadi
satuan yang dapat dikelola, mensintesiskannya, mencari dan
menemukan pola, menemukan apa yang penting dan apa
yang dipelajari, serta memutuskan apa yang dapat
diceritakan kepada orang lain.

Analisis data pada dalam penelitian ini menggunakan


analisis data model interaktif dalam Patilima (2016:101) yaitu data
reduction, data display, dan conclusion drawing/verification.
Reduksi data dan penyajian data memperhatikan hasil yang
dikumpulkan, kemudian pada proses penarikan kesimpulan dan
verifikasi.
47

Gambar 3. 2
Komponen Dalam Analisis Data

Sumber :Patilima (2016:102)

3.6.1. Data Reduction (Reduksi Data)

Saat kita memutuskan untuk meneliti dan terjun ke lapangan


maka akan dijumpai data dari sumber-sumber data yang beraneka
ragam. Data tersebut akan semakin banyak dan kompleks
tergantung berapa lama kita meneliti di lapangan. Untuk
memudahkan pengolahan data yang banyak dan beragam maka
dilakukan reduksi data.Reduksi data adalah kegiatan merangkum,
menyeleksi data-data yang dianggap paling penting dan pokok,
agar data yang akan difokuskan tidak sukar, sudah spesifik dan
terperinci.
48

3.6.2. Data Display (Penyajian Data)

Tahapan selanjutnya setelah dilakukan reduksi data adalah


peneliti melakukan penyajian data. Penyajian data dilakukan
dengan menuangkan dalam bentuk uraian singkat, bagan dan lain-
lain. Miles dan Hubermandalam Patilima (2016:101) menyatakan
“Penyajian yang paling sering digunakan untuk menyajikan data
dalam penelitian kualitatif adalah dengan teks yang bersifat naratif.
Dengan mendisplaykan data maka akan memudahkan untuk
memahami apa yang terjadi, merencanakan kerja selanjutnya
berdasarkan apa yang telah dipahami tersebut”.

3.6.3. Conclusion Drawing/Verification (Penarikan Kesimpulan)

Data yang terkumpul kemudian direduksi/ dirangkum pada


hal-hal pokok dengan menganalisa, mengorganisasi, mengarahkan
atau dapat dengan cara memilih data-data pokok yang sesuai
dengan fokus penelitian. Kemudian melakukan cara selanjutnya,
yaitu menyajikan data yang telah diperoleh. Hal tersebut
merupakan tahap kedua dalam melakukan analisis data. Penyajian
data dapat dilakukan dengan cara mengorganisasikan data
kedalam bentuk tabel, grafik, uraian singkat, dan sebagainya.
Kemudian penulis membatasi penyajian data tersebut sebagai
kumpulan informasi tersusun yang dapat dijadikan sebagai
kesimpulan.
49

Tahap penarikan kesimpulan (conclusion drawing) dilakukan


dengan cara mengambil kesimpulan dasar yang bersifat
sementarayang dijadkan sebagai pedoman awal. Apabila hasil data
sesuai, maka kesimpulan tersebut menjadi tetap (kredibel).
Kesimpulan yang dibuat harus sesuai dengan jumlah rumusan
masalah yang telah ditentukan yang kemudian dibahas dan ditulis
kedalam bentuk laporan. Selanjutnya, kesimpulan tersebut harus
disertakan dengan saran yang memberikan pengetahuan dan
wawasan tentang pelaksanaan pelatihan dasar CPNS berbasis
blended learning di BKPSDM Kota Solok.

3.7. Lokasi dan Jadwal Penelitian

3.7.1. Lokasi Penelitian

Lokasi magang adalah tempat dimana penulis akan


melaksanakan penelitian dan pengumpulan data yang dibutuhkan
sesuai dengan ruang lingkup magang. Adapun lokasi magang
terkait judul yang penulis ambil yaitu, Efektivitas Blended Learning
Pada Pelatihan Dasar CPNS di Badan Kepegawaian dan
Pengembangan Sumber Daya Manusia. Penulis memilih untuk
melaksanakan kegiatan magang di BKPSDM tersebut dengan
harapan lancarnya proses penelitian serta mudah dalam proses
50

pengambilan data dan informasi yang dibutuhkan, mengingat


penulis tinggal di Kota tersebut.

3.7.2. Jadwal Penelitian

Berdasarkan Kalender Akademik Tahun 2021/2022 yang


telah ditetapkan dalam Keputusan Rektor, kegiatan magang satuan
Praja Utama Angkatan XXIX akan dilaksanakan pada bulan
Januari, yang digambarkan pada tabel 3.2 berikut:
51

Tabel 3. 3

Jadwal Kegiatan Magang dan Penyusunan Skripsi Praja Utama


Tahun Akademik 2021/2022

AGS SEPT OKT NOV DES JAN FEB MAR APR MEI JUN
NO. KEGIATAN 2021 2021 2021 2021 2021 2022 2022 2022 2022 2022 2022

1234 1 23 4 12 3 4 123 4 1 23 4 1 2 3 4 1 23 4 1 2 34 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

Pengajuan
Judul dan
1. Penyusunan
Proposal
Skripsi

Sidang Ujian
2.
Proposal
Skripsi
Perbaikan
3. Proposal
Skripsi

Penelitian dan
4. pengumpulan
data

Penyusunan
5.
Skripsi

Ujian
6.
Komprehensif

Perbaikan dan
7. Pengumpulan
Skripsi

Sumber : Kalender Akademik IPDN Tahun 2021/2022

Keterangan : Pelaksa
https://banten.tribunnews.com/2023/08/29/449-desa-di-banten-masih-blank-spot-terbanyak-di-pandeglang-lebak

Anda mungkin juga menyukai