Anda di halaman 1dari 3

Al-Hamdulillah, segala puji milik Allah, Rabb semesta alam.

Shalawat dan salam


teruntuk Rasulullah –Shallallahu 'Alaihi Wasallam-, keluarga dan para sahabatnya.

Seandainya disingkap kepada kita tentang ajal kita, bahwa Ramadhan tahun ini
adalah Ramadhan terakhir dalam hidup kita. Bagaimana kita menjalani Ramadhan
kali ini? Berapa kebaikan yang berusaha kita kumpulkan?

Pastinya kita akan sungguh-sungguh mengisi siang dan malamnya dengan banyak
ibadah. Banyak amal-amal kebaikan yang kita lakukan, walau membutuhkan
pengorbanan tenaga dan materi yang tak sedikit. Mengikhlaskan niat dalam
semua amalan. Bertekad meninggalkan semua yang bisa merusak puasa dan
mengurangi kesempurnaannya. Intinya, kita akan serius menjalani Ramadhan
tahun ini.

Selayaknya perasaan “ini Ramadhan terakhirku dan kesempatanku beramal shalih


tinggal sebentar” kita tanamkan dalam diri kita. Sehingga akan mendorong jiwa
ini serius, bersungguh-sungguh, dan konsentrasi penuh menjalani ibadah
Ramadhan. Tidak tertipu dengan taswif (aku akan lakukan ini besok, lusa,
seterusnya) dan angan-angan panjang, bahwa kematianku masih lama dan
kesempatanku berbekal masih panjang.

Ada seorang laki-laki datang kepada Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam, lalu
berkata: Wahai Rasulullah, ajari aku dan nasihati aku dengan ringkas. Kemudian
beliau bersabda,

“Apabila kamu berdiri dalam shalatmu maka shalatlah seperti shalatnya


perpisahan.” (HR. Ibnu Majah dan Ahmad. Disebutkan juga dalam Shahih al-jami',
no. 742)

Maksudnya: seperti shalat orang yang mengira bahwa ia tak akan shalat lagi
sesudahnya. Apabila orang yang shalat yakin dirinya akan mati dan di sana masih
ada satu shalat sebagai shalat yang terakhir, hendaknya ia khusyu' dalam shalat
yang dikerjakannya itu karena ia tidak tahu bahwa bisa jadi shalat ini adalah
shalat yang terakhir."

Perasaan ini hendaknya dihadirkan dalam semua ibadah kita, khususnya puasa
Ramadhan kali ini. Kita merasa bahwa puasa Ramadhan tahun ini adalah puasa
terakhir kita. Kita perlakukan Ramadhan tahun ini sebagai Ramadhan perpisahan.
Sehingga kita terdorong untuk mengisinya dengan sebaik-baiknya, karena kita tak
akan mendapati kesempatan ini di tahun berikutnya.

. . . kita jadikan Ramadhan kali ini benar-benar bisa


mewujudkan makna Shiyam Imanan wa
Ihtisaban sehingga terampuni dosa-dosa kita yang telah
lalu. . .
Mari kita istimewakan Ramadhan kali ini dengan meningkatkan perhatian kita
kepadanya, seolah-olah kita berpuasa padanya sebagai puasa perpisahan. Kita
buang rasa malas yang menghabiskan umur kita dan kita singkirkan angan-angan
panjang yang melalaikan dari ibadah yang sungguh-sungguh. Kita keluar dari
sekat rutinitas dalam pelaksanaannya kepada ibadah yang hidup ruhnya.

Boleh jadi pada Ramadhan-ramadhan yang telah berlalu kita mengerjakannya


hanya sebatas untuk menggugurkan kewajiban, maka kita jadikan Ramadhan kali
ini benar-benar bisa mewujudkan makna Shiyam Imanan wa Ihtisaban sehingga
terampuni dosa-dosa kita yang telah lalu.

Bisa jadi di antara kita ada yang semangat menghatamkan Al-Qur'an beberapa
kali di tahun ini, maka kita jadikan hataman Al-Qur'an di Ramadhan ini sebagai
hataman yang ditadabburi, dipahami dan diamalkan isinya.

Jika di tahun sebelumnya ada yang punya hobi berpindah-pindah masjid untuk
mencari imam yang bagus bacaannya atau lebih cepat shalatnya, maka ditahun
ini kita tanamkan tekad untuk mengejar shalat yang lebih sempurna.

Jika biasanya kita manjakan diri dan keluarga kita dengan minuman dan makanan
enak serta hal-hal yang bersifat duniawi, maka di tahun ini kita manjakan diri dan
keluarga dengan hidangan ruhiyah dan imaniyah sehingga terpancar cahaya
keimanan dalam rumah kita.

Kita yang senang karena sudah membahagiakan keluarga dengan materi duniawi,
maka kita perlebar kebahagiaan tersebut ke keluarga lain yang membutuhkan.
Kita tingkatkan rasa berbagi kepada keluarga saudara muslim di Ramadhan tahun
ini sebagai wujud rahmat kita kepada sesama. Semoga Allah melimpahkan
rahmat dan kasih sayangnya kepada kita.

Jika kita sudah sering sedekah untuk membantu orang yang menderita, maka kita
jadikan tujuan sedekah kita di Ramadhan ini untuk menyelamatkan diri kita dari
jilatan api neraka akibat kesalahan dan dosa kita. Karena sedekah yang ikhlas
bisa menghapuskan kesalahan sebagaimana air yang memadamkan api. Sedekah
juga merupakan sarana efektif memadamkan kemurkaan Allah.

Tanamkan dalam diri rasa senang memberi hidangan berbuka bagi orang-orang
yang berpuasa. Ini untuk menyempurnakan pahala puasa kita, karena orang yang
memberi hidangan berbuka ia mendapatkan pahala puasa seperti yang diperoleh
pelakunya tanpa dikurangi sedikitpun.

Di antara kita yang memiliki kelapangan rizki, niatkanlah umrah di Ramadhan ini
karena keutamaannya yang besar. Kita jadikan umrah kali ini sebagai penghapus
dosa-dosa kita yang telah lalu.

. . . Kita tingkatkan rasa berbagi kepada keluarga


saudara muslim di Ramadhan tahun ini sebagai wujud
rahmat kita kepada sesama. Semoga Allah melimpahkan
rahmat dan kasih sayangnya kepada kita. . .

Kita rencanakan di sepuluh terakhir dari Ramadhan tahun ini dengan I’tikaf. Kita
bermuhasabah di dalamnya, boleh jadi kematian datang kepada kita secara tiba-
tiba. Kita bermuhasabah saat kita berada di alam kubur, apakah masih ada amal-
amal yang menjadi sebab siksa kubur yang belum kita istighfar darinya. Kita
memuhasabah diri, apakah sudah cukup amal-amal kita untuk menghadapi hisab
Allah di hari kiamat kelak. Pantaskah kita menjadi penghuni surga? Apa yang
terjadi dengan kita kalau kita harus masuk neraka?

Semoga pesan-pesan ini mampu kita realisasikan bersama sehingga kita jadikan
Ramadhan tahun ini sebagai Ramadhan terbaik di antara Ramadhan yang telah
kita jalani. Semoga Allah limphakan taufik dan hidayah-Nya kepada kita semua.

Anda mungkin juga menyukai