ampisilin sulbactam), Rontgen Thoraks Normal, dan Echocardiografi Pada pasien ini, pasien juga mengeluh adanya batuk. Oleh karena itu, dilakukan pemeriksaan penunjang berupa pemeriksaan darah rutin dan CRP. Dari hasil pemeriksaan darah, didapatkan peningkatan neutrofil, penurunan limfosit, dan CRP positif yang merupakan proses inflamasi dan tanda-tanda infeksi. Oleh karena itu, pemberian antibiotik perlu dipertimbangkan. Untuk membantu mendiagnosa lebih lanjut mengenai penyakit jantung bawaannya, dilakukan pemeriksaan penunjang berupa rontgent thoraks dan echocardiography. Hasil rontgen thoraks AP menunjukkan kesan cor tidak membesar dan tidak tampak kelainan pada paru-paru. Hasil rontgen thoraks ini menunjukkan bahwa sesak yang pasien rasakan dan penurunan saturasi oksigen pada pasien bukan berasal dari paru- paru. Sedangkan hasil echocardiography menunjukkan adanya VSD, hipertrofi atrium dan ventrikel kanan, overriding aorta, dan stenosis pulmonal yang berat yang merupakan gambaran khas penyakit TOF sehingga dari hasil echocardiography, didapatkan kesan TOF pada pasien ini. Pada ANA test didapatkan titer 1/100, komplemen C3 dan C4 tidak meningkat, artinya diagnosis SLE bisa disingkirkan. Adanya bukti hasil ekokardiografi dapat menyingkirkan diagnosa Juvenile Idiopathic Artritis. Hasil ronsen thorax tidak menunjukkan adanya kardiomegali, secara klinis pasien juga tidak terdapat pitting edem dan sesak napas, sehingga diagnosa gagal jantung. Demam rematik dapat didiagnosis berdasarkan kriteria Jones (WHO 2003) yaitu ada kriteria mayor dan minor. Syaratnya memenuhi 2 kriteria mayor atau 1 kriteria mayor dan 2 kriteria minor, serta didapat hasil lab ASTO positif. Pada pasien ini, terdapat karditis ringan (takikardi, murmur sistolik (+), tidak ada kelainan jantung) dan poliartritis migran (nyeri sendi lutut, siku, dan pergelangan kaki yang berpindah, bengkak pada sendi) yang merupakan kriteria mayor. Pasien ini juga terdapat demam, arthralgia, peningkatan LED > 60 mm/jam dan CRP > 3,3 mg/dl. Sehingga dari kriteria Jones, memenuhi diagnosa penyakit jantung rematik. Pada pasien ini juga terdapat Mild Mitral Regurgitation dan Mild Tricuspid Regurgitation yang merupakan ciri khas penyakit jantung rematik. 4)Tata Laksana Kasus Sebagai Dokter Umum (rujuk ke dr spesialis anak) Pasien ini diberikan terapi farmakologis berupa antibiotik dan antiinflamasi. Tujuan diberikan antibiotik untuk eradikasi bakteri streptococcus. Sedangkan pemberikan anti inflamasi bertujuan untuk mengurangi inflamasi pada sendi sehingga nyeri bisa berkurang.Antibiotik yang diberikan adalah tatalaksana primer berupa benzatin penisilin G 600.000 IU/IM karena berat pasien dibawah 27 kg. Pasien juga diresepkan obat Acetylsalicylic acid (aspirin) dengan dosis 3x500 mg selama 2 minggu dan akan di tappering off dosisnya menjadi 60 mg/kgbb selama 4-6 minggu. Pemberian aspirin ditujukan pada karditis ringan, sedangkan pada kasus karditis sedang-berat, diberikan prednison. Pasien mengalami gizi kurang sehingga untuk nutrisinya harus dihitung menurut usia tinggi dan BB idealnya menggunakan RDA. Didapatkan total kalori yang harus didapat setiap harinya yaitu 1620 kkal, dimana kebutuhan makronutriennya yaitu karbohidrat 222,75 gr, Protein 27 gr dan Lemak 121,5 gr.