LAPORAN KASUS
: Ahmad Yanis
Tanggal lahir
: 15-05-1964
: 684162
Alamat
Ruang Perawatan
Tanggal Pemeriksaan
: 11 Oktober 2014
1.2 Anamnesis
Keluhan Utama
: Sesak nafas
Anamnesis:
Sesak napas, dialami sejak 4 hari sebelum masuk rumah sakit. Sesak saat
aktivitas (+) dan tidak dipengaruhi oleh cuaca. Pasien tidak bisa baring
terlentang. Batuk dan lendir disertai darah (+), lendir berwarna kuning putih.
Berat badan menurun (+). Nyeri dada kanan (+). Riwayat minum (+). Demam (-),
Mual dan muntah (-). Riwayat hipertensi dan DM (-), riwayat pengobatan TB (-).
Pasien pernah di rawat di RS. Haji 2 hari dengan diagnosa Tumor Paru Kanan.
Riwayat Penyakit sebelumnya : (-)
: Sakit Berat
: Compos mentis (GCS 15)
: Gizi kurang
: 110 / 80 mmHg
: 96 x/menit
Pernapasan
Suhu
Kepala
: 30 x/menit
: 37,2 C
Simetris muka
Deformitas
: (-)
Mata
Mata cekung
Kelopak Mata
Konjungtiva
Sklera
Kornea
Pupil
Telinga
Pendengaran
Hidung
Perdarahan
Sekret
Mulut
Bibir
Lidah
Kulit dan kelamin
Warna kulit
Turgor kulit
Leher
Kelenjar getah bening
Thoraks
Inspeksi
Bentuk
: (-)
: edema palpebra (-)
: anemis (-)
: ikterus (-)
: jernih
: bulat isokor
: normal
: (-)
: (-)
: pucat (-), kering (-)
: kotor (-), tremor (-), hiperemis (-)
: normal
: elastis
: tidak ada pembesaran
: asimetris
Palpasi
Nyeri tekan
: (-)
Massa tumor
: (-)
Perkusi
Paru kiri
: sonor
Paru kanan
: hipersonor
Auskultasi
Bunyi pernapasan
: Vesikuler
Bunyi tambahan
Jantung
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
Perut
Inspeksi
Auskultasi
Palpasi
- Hepar
- Limpa
- Ginjal
Ekstremitas
Tonus otot
Udem
Jenis Pemeriksaan
Hasil
Nilai Rujukan
Satuan
WBC
RBC
HGB
HCT
PLT
NEUT
LED
GDS
UREUM
KREATININ
SGOT
SGPT
14.2
3.91
12.6
36
186
84.20
91/107
99
59
0.9
21
19
4.00 10.0
4.00 6.00
12.0 16.0
37.0 48.0
150 400
52.0 75.0
<10
140
10 50
L(<1.3), P(<1.1)
<38
<41
103/ul
106/ul
gr/dl
%
103/ul
103/ul
mm
mg/dl
mg/dl
mg/dl
UL
UL
1.4.2
Pemeriksaan Sputum
Jenis Pemeriksaan
Tindakan : Pengecatan Gram
- Jenis Spesimen
- Pengecatan Gram
Hasil
Nilai Rujukan
Satuan
Sputum
Bacil
Tidak ditemukan
---
gram (-),
Coccus
gram (+)
Tindakan : Jamur
- Jenis Spesimen
- Jamur
Tindakan : Sputum BTA 3x
Sputum
Positif
Tidak ditemukan
---
(Pewarnaan)
- Pengecatan Gram
- Pemeriksaan BTA 1
- Pemeriksaan BTA 2
- Pemeriksaan BTA 3
Sputum
Negatif
Negatif
Negatif
Negatif
Negatif
Negatif
-------
Foto Thoraks AP :
-
Hiperlucent avascular pada hemithorax kanan dengan trakea dan jantung yang
shift ke kiri
Cor: Cardiac Thoracic Index sulit dinilai, aorta normal
Kedua sinus dan diafragma baik
Tulang-tulang intak
Kesan :
-
Pneumothorax dextra
BAB II
PENDAHULUAN
Paru-paru merupakan unsur elastis yang akan mengempis seperti balon dan
mengeluarkan semua udaranya melalui trakea bila tidak ada kekuatan untuk
mempertahankan pengembangannya. Paru-paru
rongga toraks, dikelilingi oleh suatu lapisan tipis cairan pleura yang menjadi pelumas
bagi gerakan paru-paru di dalam rongga. Jadi pada keadaan normal rongga pleura
berisi sedikit cairan dengan tekanan negatif yang ringan 1.
Pneumotoraks adalah keadaan terdapatnya udara atau gas dalam rongga
pleura. Dengan adanya udara dalam rongga pleura tersebut, maka akan menimbulkan
penekanan terhadap paru-paru sehingga paru-paru tidak dapat mengembang dengan
maksimal sebagaimana biasanya ketika bernapas. Pneumotoraks dapat terjadi baik
secara spontan maupun traumatik. Pneumotoraks spontan itu sendiri dapat bersifat
primer dan sekunder. Sedangkan pneumotoraks traumatik dapat bersifat iatrogenik
dan non iatrogenic.2
Insidensi pneumotoraks sulit diketahui karena episodenya banyak yang tidak
diketahui. Namun dari sejumlah penelitian yang pernah dilakukan menunjukkan
bahwa pneumotoraks lebih sering terjadi pada penderita dewasa yang berumur sekitar
40 tahun. Laki-laki lebih sering daripada wanita, dengan perbandingan 5 : 1.2 Sumber
lain menyatakan bahwa insidensi tahunan untuk pneumothoraks primer adalah 1828/100000 populasi untuk laki-laki dan 1.2-6/100000 populasi untuk perempuan.
Sedangkan insiden tahunan untuk pneumothoraks sekunder adalah 6.3/100000
populasi untuk laki-laki dan 2.0/100000 populasi untuk perempuan. Angka perawatan
rumah sakit untuk kedua jenis pneumothoraks ini dilaporkan sebanyak 5.9/100000
orang per tahun untuk perempuan dan 16.7/100000 orang per tahun untuk laki-laki.
Sedangkan angka kematian pada tahun 1991 dan 1995 mencapai 0.62/juta orang per
tahun untuk wanita dan 1.26/juta orang per tahun untuk laki-laki. Pneumothorax
merupakan kasus kegawatdaruratan yang memerlukan observasi maksimal dan
6
penatalaksaan
pneumothorax
tersebut
tergantung
pada
jenis
dan
luasnya
BAB III
7
TINJAUAN PUSTAKA
3.1
Anatomi Paru-Paru
Terdiri dari :
Otot ekstremitas superior :
1. M. Pectoralis mayor
2. M. Pectoralis minor
3. M. Serratus anterior
4. M. Subklavikula
Otot anterolateral abdominal :1. M. Abdominal oblikus eksternus
2. M. Rectus abdominis
Otot thoraks intrinsic :
1. M. Interkostalis eksterna
2. M. Interkostalis interna
3. M. Sternalis
4. M. Thoraksis transverses. 7
c. Diafragma
Diafragma adalah suatu septum berupa jaringan muskulotendineus yang
memisahkan rongga thoraks dengan rongga abdomen. Dengan demikian.
Diafragma menjadi dasar dari rongga thoraks.
Ada 3 apertura pada diafragma, yaitu:
1. Hiatus aortikus yang dilalui oleh aorta descendens, vena azigos, dan
duktus thoracikus
2. Hiatus esophagus yang dilalui esophagus
3. Aperture yang satu lagi dilalui oleh vena cava inferior. 7
d. Pleura
Paru-paru dibungkus oleh suatu kantong tipis yang disebut pleura. Pleura
visceralis terdapat diatas parenkim paru-paru, seadngkan pleura parietalis melapisi
dinding dada. Kedua pleura ini saling meluncur satu sama lain selama inspirasi dan
ekspirasi.
Gambar 3.3
Pleura
Pleura
secara
anatomis
merupakan satu
lapis
ditunjang
oleh
sel
mesotelial,
darah kapiler dan pembuluh getah bening. Rongga pleura dibatasi oleh 2 lapisan tipis
mesotelial, terdiri dari pleura viseral dan pleura parietal yang melingkupi parenkim
paru, mediastinum, diafragma serta tulang iga. Rongga pleura terisi sejumlah tertentu
cairan yang memisahkan kedua pleura tersebut sehingga memungkinkan pergerakan
kedua pleura tanpa hambatan selama proses respirasi.
Cairan pleura berasal dari pembuluh-pembuluh kapiler pleura, ruang
interstitial paru, kelenjar getah bening intratoraks, pembuluh darah intratoraks dan
rongga peritoneum. Jumlah cairan pleura dipengaruhi oleh perbedaan tekanan antara
pembuluh-pembuluh kapiler pleura dengan rongga pleura serta kemampuan eliminasi
cairan oleh sistem pengaliran limfatik pleura parietal. Rongga pleura normalnya terisi
cairan 10 20 ml dan berfungsi sebagai pelumas di antara kedua lapisan pleura. 2,7
10
11
12
Radioanatomi
13
Keterangan :
1. Lapangan Paru
Pada area lapangan paru yang normal memberikan gambaran transradiancy yang
sama. Tidak boleh terlalu putih atau terlalu hitam. Identifikasi fissura horizontal
dan lihat posisinya. Normalnya, fissura horizontal berjalan dari hilus ke costa
keenam. Jika terjadi displaced, maka kemungkinan ini merupakan tanda-tanda
dari kolaps paru. 9,13
2. Hilus
Normalnya hilus kanan lebih tinggi dari hilus kiri dengan perbedaan tinggi sekitar
1 inch atau 2.5 cm. 9,13
3. Jantung
Jantung berbentuk seperti buah pear dengan outline jantung jelas. Batas jantung
kiri tidak melebihi 1/2 lapangan paru kiri dan batas jantung kanan tidak melebihi
1/3 lapangan paru kanan. Jantung dikatakan membesar jika CTI (cardiac thoracic
index) > 0.50. 9,13
4. Mediastinum
Tepi mediastinum harus jelas, kecuali pada sudut antara jantung dan diafragma, di
apeks dan pada hilus kanan. 9,13
5. Diafragma
14
Diapfragma kanan harus lebih tnggi dari diafragma kiri dengan perbedaan sekitar
3 cm. Outline dari diafragma harus terlihat halus. Normalnya, diafragma kanan
berada di tengah dari lapangan paru kanan. Sedangkan diafragma kiri berada lebih
lateral dari lapangan paru kiri. 9,13
6. Sudut costophrenicus
Sudut costophrenicus harus teridentifikasi dengan baik dengan ujung lancip 9,13
7. Trakea
Berada di tengah dengan sedikit menyimpang ke kanan di sekitar knuckle aorta
9,13
8. Aorta
Aorta tidak mengalami dilatasi dan elongasi. Aorta dikatakan dilatasi jika jarak
dari midline proc.spinosus ke bagian tepi terjauh aorta > 4 cm. Sedangkan aorta
dikatakan elongasi jika panjang pinggang jantung kanan < panjang dari pinggang
jantung ke arcus aorta. 9,13
3.3
Definisi Pneumothorax
Pneumothorax adalah keadaan dimana terdapat udara dalam rongga pleura
yang dapat menyebabkan kolapsnya paru yang terkena. Pada kondisi normal, rongga
pleura tidak berisi udara sehingga paru-paru dapat mengembang terhadap rongga
dada.2
15
Gambar
3.8 Ilustrasi
Pneumothorax
3.4
Etiologi Pneumothorax
Penyebab pneumothorax terbuka yang sering ditemukan meliputi:
Trauma tembus pada dada (luka tembak atau luka tusuk)
Pemasangan kateter vena sentral
Pembedahan dada
Biopsi transbronkial
Torakosentesis atau biopsi pleura tertutup 5
Penyebab pneumothorax tertutup meliputi:
Trauma tumpul pada dada
Kebocoran udara akibat bleb yang ruptur
Ruptur akibat barotrauma yang disebabkan oleh tekanan intrathoracal
yang tinggi pada saat dilakukan ventilasi mekanis
Lesi tuberculosis atau kanker yang mengerosi ke dalam rongga pleura
Penyakit paru interstitiel seperti granuloma eusinofilik 5
Tension Pneumothorax dapat disebabkan oleh:
16
3.5
Luka tembus pada dada yang dirawat dengan pembalutan kedap udara
Fraktir iga
Ventilasi mekanis
Positif end-expiratory pressure (tekanan positif akhir respirasi) yang
Patofisiologi Pneumothorax
Salah satu yang berperan dalam proses pernapasan adalah adanya tekanan negatif
pada rongga pleura selama berlangsungnya siklus respirasi. Apabila terjadi suatu kebocoran
akibat pecahnya alveoli, bula atau bleb sehingga timbul suatu hubungan anara alveoli yang
pecah dengan rongga pleura, atau terjadi kebocoran dinding dada akibat trauma, maka udara
akan pindah ke rongga pleura yang bertekanan negatif hingga tercapai tekanan yang sama
atau hingga kebocoran tertutup. Tekanan negatif di rongga pleura tidak sama besar di seluruh
pleura, tekanan lebih negatif pada daerah apeks dibandingkan dengan daerah basal.
daerah apeks. Distensi yang berlebihan pada paru normal akan menyebabkan rupture
alveoli subpleural. Hal lain yang sering menyebabkan terjadinya pneumotoraks
spontan adalah pecahnnya bulla atau bleb subpleural. 14
Pneumotoraks spontan primer terjadi karena robeknya suatu kantung udara
dekat
pleura
visceralis.
Penelitian
patologis
menunjukkan
bahwa
pasien
pneumotoraks spontan yang parunya direseksi tampak adanya satu atau dua ruang
berisi udara dalam bentuk bleb atau bulla. 2
Bulla merupakan suatu kantung yang dibatasi sebagian oleh pleura fibrotic
yang menebal, sebagian oleh jaringan fibrosa paru sendiri, dan sebagiannya lagi oleh
jaringan paru emfisematous. Sedangkan bleb terbentuk dari suatu alveoli yang pecah
melalui jaringan interstitial ke dalam lapisan fibrosa tipis pleura visceralis yang
kemudian berkumpul dalam bentuk kista. 2
Apabila dilihat secara patologis dan radiologis, bleb atau bulla ini sering
didapatkan di daerah apeks paru. Hal ini dipercaya disebabkan oleh mekanisme
tekanan negatif pada sepertiga atas lapangan paru. 2
Saat bleb atau bulla tersebut pecah, udara akan masuk ke dalam rongga pleura
sehingga paru menjadi kolaps dan kosta terdorong keluar. Belum ada hubungan yang
jelas antara aktivitas yang berlebihan dengan pecahnya bleb atau bulla karena pada
keadaan istirahat juga dapat terjadi pneumotoraks. Pecahnya alveoli berhubungan
dengan obstuksi check valve pada saluran napas kecil sehingga timbul distensi ruang
udara di bagian distalnya. Obstruksi jalan napas dapat diakibatkan oleh penumpukan
mucus dalam bronkioli baik oleh karena infeksi maupun bukan. 2
Pneumotoraks spontan primer banyak terjadi pada seorang dewasa muda
dengan badan tinggi kurus dan tidak menderita suatu penyakit parenkim paru. Selain
itu, pneumotoraks jenis ini juga banyak terjadi pada perokok di mana 90% dari
penderitanya adalah perokok. Genetik juga sangat berpengaruh terhadap terjadinya
PSP. Kelainan genetik yang terkait penyakit ini antara lain sindrom Marfan dan
sindrom Birt-Hogg-Dube. 2
18
mungkin keluarnya udara dari alveolus pecah yang langsung bergerak ke rongga
19
pleura akibat paru-paru yang mengalami nekrosis, seperti yang terjadi pada
pneumonia P. Carinii. 14
Perubahan fisiologis yang terjadi akibat pneumotoraks adalah gangguan
ventilasi, penurunan nilai kapasitas vital paru, dan tekanan oksigen darah (PO 2)
sehingga terjadi hipoventilasi dan menimbulkan asidosis respiratorik. Evakuasi udara
dari rongga pleura sesegera mungkin akan memperbaiki gangguan ventilasi dan
kapasitas vital paru, sehingga akan membantu peningkatan PO2. 14
3.5.2. Patofisiologi Open Pneumothorax
Pada open pneumothorax terdapat hubungan antara cavum pleura dengan
lingkungan luar. Open pneumothorax dikarenakan trauma penetrasi. Perlukaan dapat
inkomplit (sebatas pleura parietalis) atau komplit (pleura parietalis dan visceralis).
Bilamana terjadi open pneumothorax inkomplit pada saat inspirasi udara luar akan
masuk ke cavum pleura. Akibatnya paru tidak dapat mengembang karena tekanan
intrapleura tidak negatif. Efeknya akan terjadi hiperekspansi cavum pleura yang
menekan mediastinum ke sisi paru yang sehat. Saat ekspirasi mediastinal bergeser ke
mediastinal yang sehat . Terjadilah mediastinal flutter. Bilamana open pneumothorax
komplit maka saat inspirasi dapat terjadi hiperekspansi cavum pleura mendesak
mediastinal ke sisi paru yang sehat dan saat ekspirasi udara yang terjebak pda cavum
dan paru karena luka yang bersifat katup tertutup. Selanjutnya terjadilah penekanan
vena cava, shunting udara ke paru yang sehat, dan obstruksi jalan napas. Akibatnya
dapat timbul gejala pre sock atau shock oleh karena penekan vena cava. Kejadian ini
dikenal dengan tension pnemothorax.
3.5.3. Patofisiologi Pneumotoraks Ventil (Tension Pneumothorax)
Tension pneumothorax adalah pneumotoraks dengan tekanan intrapleura
yang positif dan makin lama makin bertambah besar karena ada fistel di pleura
viseralis yang bersifat ventil. Pada waktu inspirasi udara masuk melalui trakea,
bronkus serta percabangannya dan selanjutnya terus menuju pleura melalui fistel
yang terbuka. Waktu ekspirasi udara di dalam rongga pleura tidak dapat keluar.
Akibatnya tekanan di dalam rongga pleura makin lama makin tinggi dan melebihi
20
tekanan atmosfer. Udara yang terkumpul dalam rongga pleura ini dapat menekan paru
sehingga sering menimbulkan gagal napas. 2
3.6
3.6.1
Klasifikasi Pneumothorax
21
22
Pada saat inspirasi tekanan menjadi negatif dan pada waktu ekspirasi
tekanan menjadi positif. Selain itu, pada saat inspirasi mediastinum dalam
keadaan normal, tetapi pada saat ekspirasi mediastinum bergeser ke arah sisi
dinding dada yang terluka (sucking wound). 2
3. Pneumotoraks Ventil (Tension Pneumothorax)
Adalah pneumotoraks dengan tekanan intrapleura yang positif dan
makin lama makin bertambah besar karena ada fistel di pleura viseralis yang
bersifat ventil. Pada waktu inspirasi udara masuk melalui trakea, bronkus
serta percabangannya dan selanjutnya terus menuju pleura melalui fistel yang
terbuka. Waktu ekspirasi udara di dalam rongga pleura tidak dapat keluar.
Akibatnya tekanan di dalam rongga pleura makin lama makin tinggi dan
melebihi tekanan atmosfer. Udara yang terkumpul dalam rongga pleura ini
dapat menekan paru sehingga sering menimbulkan gagal napas. 2
3.6
Diagnosis Pneumothorax
3.6.1
Gambaran Klinis
Berdasarkan anamnesis, gejala dan keluhan yang sering muncul adalah :
1. Sesak napas, didapatkan pada hampir 80-100% pasien. Seringkali sesak
dirasakan mendadak dan makin lama makin berat. Penderita bernapas
tersengal, pendek-pendek, dengan mulut terbuka.
2. Nyeri dada, yang didapatkan pada 75-90% pasien. Nyeri dirasakan tajam
pada sisi yang sakit, terasa berat, tertekan dan terasa lebih nyeri pada
gerak pernapasan.
3. Batuk-batuk, yang didapatkan pada 25-35% pasien.
4. Denyut jantung meningkat.
5. Kulit mungkin tampak sianosis karena kadar oksigen darah yang kurang.
6. Tidak menunjukkan gejala (silent) yang terdapat pada 5-10% pasien,
biasanya pada jenis pneumotoraks spontan primer. 2
23
ekspansi
dinding dada)
b. Pada waktu respirasi, bagian yang sakit gerakannya tertinggal
c. Trakea dan jantung terdorong ke sisi yang sehat
2. Palpasi :
a. Pada sisi yang sakit, ruang antar iga dapat normal atau melebar
b. Iktus jantung terdorong ke sisi toraks yang sehat
c. Fremitus suara melemah atau menghilang pada sisi yang sakit
3. Perkusi :
a. Suara ketok pada sisi sakit, hipersonor sampai timpani dan tidak
menggetar
b. Batas jantung terdorong ke arah toraks yang sehat, apabila tekanan
intrapleura tinggi
4. Auskultasi :
a. Pada bagian yang sakit, suara napas melemah sampai menghilang
24
Pemeriksaan Tambahan
1. Foto Rntgen
Gambaran
radiologis
yang
tampak
pada
foto
rntgen
kasus
Hal
ini
biasanya
merupakan
kelanjutan
dari
25
Gambar 3.9 Foto thorax pneumotoraks (PA), bagian yang ditunjukkan dengan anak
panah merupakan bagian paru yang kolaps
26
Thorax
Perhitungan
Penghitungan
Luas Pneumothorax
luas pneumotoraks ini
berguna terutama dalam penentuan jenis kolaps, apakah bersifat parsialis ataukah
totalis. Ada beberapa cara yang bisa dipakai dalam menentukan luasnya kolaps paru,
antara lain : 2
1. Rasio antara volume paru yang tersisa dengan volume hemitoraks, dimana
masing-masing volume paru dan hemitoraks diukur sebagai volume kubus.
Misalnya : diameter kubus rata-rata hemitoraks adalah 10 cm dan diameter kubus
rata-rata paru-paru yang kolaps adalah 8cm, maka rasio diameter kubus adalah :
83
______
3
10
512
=
________
= 50 %
1000
2. Menjumlahkan jarak terjauh antara celah pleura pada garis vertikal, ditambah
dengan jarak terjauh antara celah pleura pada garis horizontal, ditambah dengan
jarak terdekat antara celah pleura pada garis horizontal, kemudian dibagi tiga, dan
dikalikan sepuluh . 2,11
27
% luas pneumotoraks
A + B + C (cm)
x 10
3
__________________
3. Rasio antara selisih luas hemitoraks dan luas paru yang kolaps dengan luas
hemitoraks .
3.6.5
Gambaran Radiologis
Gambaran Radiologis pada foto thorax pada penyakit pneumothorax antara
lain: 6,7
28
29
1) Small Pneumothorax
30
Gambar
3.13
(kanan)
Tampak
hiperlusen
avascular pada hemithorax kiri disertai dengan visceral white line (panah merah),
dengan jarak pleura < 2cm ke dinding dada 6,7
2) Large Pneumothorax
hiperlusen avascular
pada hemithorax
3) Tension Pneumothorax
31
Gambar 3.15
Tampak hiperlusen
avascular pada
hemithorax kiri
disertai dengan
32
Gambar
3.16
(kiri)
emfisema:
inflasi
paru
yang mengalami hiperekspansi) dan bisa terdapat beberapa (multiple). (6, 11)
pada pneumothorax terdapat visceral white line yang berbentuk konveks
terhadap hiperlusen avaskuler tersebut. Visceral white line menandakan kolaps
paru. Tanda visceral white line tidak akan ditemukan pada gambaran radiologi
emfisematous bullae.
Pada emfisematous bullae terjadi peningkatan diameter PA dada dengan
perluasan pada rongga retrosternal (barrel chest) 6,9,10,11,12,13
33
3.8
Penatalaksanaan
Tujuan utama penatalaksanaan pneumotoraks adalah untuk mengeluarkan
udara dari rongga pleura dan menurunkan kecenderungan untuk kambuh lagi. Pada
prinsipnya, penatalaksanaan pneumotoraks adalah sebagai berikut :
1. Observasi dan Pemberian O2
Apabila fistula yang menghubungkan alveoli dan rongga pleura telah
menutup, maka udara yang berada didalam rongga pleura tersebut akan
diresorbsi. Laju resorbsi tersebut akan meningkat apabila diberikan tambahan O2.
Observasi dilakukan dalam beberapa hari dengan foto toraks serial tiap 12-24 jam
pertama selama 2 hari. Tindakan ini terutama ditujukan untuk pneumotoraks
tertutup dan terbuka. 2
2. Tindakan dekompresi
Hal ini sebaiknya dilakukan seawal mungkin pada kasus pneumotoraks yang
luasnya >15%. Pada intinya, tindakan ini bertujuan untuk mengurangi tekanan
intra pleura dengan membuat hubungan antara rongga pleura dengan udara luar
dengan cara :
a. Menusukkan jarum melalui dinding dada terus masuk rongga pleura, dengan
demikian tekanan udara yang positif di rongga pleura akan berubah menjadi
negatif karena mengalir ke luar melalui jarum tersebut.
b. Membuat hubungan dengan udara luar melalui kontra ventil :
1) Dapat memakai infus set
Jarum ditusukkan ke dinding dada sampai ke dalam rongga pleura,
kemudian infus set yang telah dipotong pada pangkal saringan tetesan
dimasukkan ke botol yang berisi air. Setelah klem penyumbat dibuka,
akan tampak gelembung udara yang keluar dari ujung infus set yang
berada di dalam botol.
2) Jarum abbocath
Jarum abbocath merupakan alat yang terdiri dari gabungan jarum dan
kanula. Setelah jarum ditusukkan pada posisi yang tetap di dinding toraks
34
35
3.
Torakoskopi
Yaitu
suatu
tindakan
untuk
melihat
langsung
ke dalam
rongga
toraks
Tindakan bedah
a. Dengan pembukaan dinding toraks melalui operasi, kemudian dicari lubang
yang menyebabkan pneumotoraks kemudian dijahit
b. Pada pembedahan, apabila ditemukan penebalan pleura yang menyebabkan
paru tidak bias mengembang, maka dapat dilakukan dekortikasi.
c. Dilakukan resesksi bila terdapat bagian paru yang mengalami robekan atau
terdapat fistel dari paru yang rusak
d. Pleurodesis. Masing-masing lapisan pleura yang tebal dibuang, kemudian
kedua pleura dilekatkan satu sama lain di tempat fistel. 2
3.10
Pasien
Prognosis Pneumothorax
dengan
pneumothorax
hampir
separuhnya
akan
mengalami
36
penyakit paru yang mendasarinya, misalkan pada pasien PSS dengan PPOK harus
lebih berhati-hati karena sangat berbahaya. 2
BAB IV
DISKUSI STATUS
Seorang pria umur 50 tahun datang dengan keluhan sesak napas, dialami sejak
4 hari sebelum masuk rumah sakit. Sesak saat aktivitas (+) dan tidak dipengaruhi oleh
cuaca. Pasien tidak bisa baring terlentang. Batuk dan lendir disertai darah (+), lendir
berwarna kuning putih. Berat badan menurun (+). Nyeri dada kanan (+). Riwayat
37
minum (+). Demam (-), Mual dan muntah (-). Riwayat hipertensi dan DM (-), riwayat
pengobatan TB (-). Pasien pernah di rawat di RS. Haji 2 hari dengan diagnosa Tumor
Paru Kanan.
Foto Thorax PA
38
Tulang-tulang intak
Walaupun pemeriksaan foto thorax terutama dimaksudkan untuk
menyelidiki organ intratorakal seperti jantung dan paru, namun semua
tulang-tulang penyusun thorax dan sekitarnya dapat terlihat. Sternum
biasanya tak terlihat jelas oleh karena superposisi dengan vertebra
torakal. Costae anterior lebih tinggi di lateral dibandingkan medial,
sehingga membentuk huruf V. Costae posterior lebih tinggi di medial
dibanding lateral sehingga membentuk huruf A.
39
Pada foto thorax ini tulang-ulang intak, tidak tampak adanya fraktur dan
deformitas.
% luas pneumotoraks :
a+b+ c ( cm )
10,08+6,02+3,46
x 10 =
x 10 =65,2
3
3
40
BAB IV
KESIMPULAN
Pneumothorax adalah keadaan dimana terdapat udara dalam rongga pleura
yang dapat menyebabkan kolapsnya paru yang terkena. Pada kondisi normal, rongga
pleura tidak berisi udara sehingga paru-paru dapat mengembang.
Pemeriksaan radiologi, dalam hal ini foto thorax konvensional dan CT Scan
menjadi pemeriksaan yang sangat penting pada pneumothorax. Gambaran khas pada
pneumothorax adalah adanya gambaran hiperlucent avascular pada hemithorax yang
terkena disertai dengan gambaran pleural white line. Pada tension pneumothorax
dapat ditemui pergeseran trakea (mediastinum shift) ke arah hemithorax yang sehat,
41
itu dikarenakan tekanan dari penumothorax itu sendiri. Untuk menentukan etiologi
pneumothorax tidak dapat hanya semata-mata menggunakan foto thorax, melainkan
harus dilihat dari anamnesis, riwayat trauma dan riwayat penyakit.
Prinsip penatalaksanaan medis pada pneumothorax adalah mengeluarkan
udara dari rongga pleura dan menurunkan kecenderungan untuk kambuh lagi. Salah
satu terapi yang baik untuk pneumothorax adalah water sealed drainage (WSD).
Pasien dengan pneumothorax hampir separuhnya akan mengalami kekambuhan,
setelah sembuh dari observasi maupun setelah pemasangan tube thoracostomy.
Kekambuhan jarang terjadi pada pasien-pasien pneumothorax yang dilakukan
torakotomi terbuka. Pasien-pasien yang penatalaksanaannya cukup baik, umumnya
tidak dijumpai komplikasi.
42
DAFTAR PUSTAKA
1.
2.
3.
May
27
cited
2011
January
10.
Available
from
4.
http://emedicine.medscape.com/article/827551
Alsagaff, Hood. Mukty, H. Abdul. Dasar-Dasar Ilmu Penyakit Paru.
5.
6.
7.
2011; p.108-111
Djojodibroto, Darmanto. Respirologi (Respiratory Medicine). Jakarta:
8.
9.
p.7-17, p.90,
10.
p.170-171
Holmes, Erskine J. and Rakesh R. Misra. AZ of Emergency Radiology. New
11.
12.
13.
43
14.
Sahn SA, Heffner JE. Spontaneuos pneumothorax. The New England Journal Med.
2000; 342: 868-74
44