Laporan Kka Bappeda Radilah Amelia - 099
Laporan Kka Bappeda Radilah Amelia - 099
AKADEMIK 2023/2024
Oleh:
RADILAH AMELIA WIDURI
07011282025099
Dengan mengucapkan puji syukur atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa,
dengan berkat dan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan
praktek magang berjudul “Implementasi Program Sanitasi Pengelolaan Air Limbah
di BAPPEDA Kabupaten Ogan Ilir”.
Pelaksanaan Kuliah Kerja Administrasi (KKA) yang telah dilalui oleh
penulis dalam kurun waktu 40 HARI di institusi pemerintah yaitu Dinas Badan
Perencanaan dan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) Kabupaten Ogan Ilir,
Sumatera Selatan. Selesainya kegiatan hingga penyusunan laporan Kuliah Kerja
Administrasi (KKA) ini tidak lepas dari arahan Bapak Junaidi selaku dosen
pembimbing, Bu Dian selaku mentorpada bidang IKW yang dengan segala perhatian
dan kesabarannya rela meluangkan waktu untuk penulis sehingga penulis
menyelesaikan laporan Kuliah Kerja Administrasi (KKA) dengan kurun waktu yang
sudah disepakati. Terima kasih yang tak terhingga penulis sampaikan.
Dalam melaksanakan Kuliah Kerja Administrasi, dengan segala kerendahan
hati,penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada:
1. ALLAH SWT, yang telah memberikan kemudahan dan kelancaran selama KKA
hingga penulis dapat menyelesaikan laporan ini.
2. Nabi Muhammad SAW sebagai Utusan Allah yang telah memberikan petunjuk
dalam menjalani kehidupan.
3. Kedua orang tua sebagai orang yang tidak pernah letih memberikan semangat
dan dukungan selama perkuliahan serta mendoakan anaknya agar bisa sukses di
dunia dan akhirat.
4. Bapak Prof. Dr. Alfitri, M.Si selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
5. Bapak Dr. M. Nur Budiyanto, S.Sos., MPA selaku Ketua Jurusan Ilmu Sosial
dan Ilmu Politik.
6. Bapak Junaidi, S.IP.,M.Si sebagai Dosen Pembimbing Kuliah Kerja
Administras.
ii
Kuliah kerja Administrasi di Bappeda Ogan Ilir
8. Teman perjuangan KKA Septi Astuti, Jessie Yustikarini, Humairah dan Syarif
Hidayatullah
Dalam penulisan laporan ini, apabila masih terdapat kekeliruan dalam
penulisan, penulis menerima kritik dan saran yang membangun agar dapat
memperbaiki kesalahan laporan ini kedepannya. Penulis menyadari bahwa laporan
ini masih memiliki kelemahan dan kekurangan dikarenakan keterbatasan yang
dimiliki penulis.
Akhir kata, Semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi penulis dan Bappeda
oganilir dalam menambah wawasan dan pengetahuan kita bersama.
iii
DAFTAR ISI
iv
4.4 Visi dan Misi Instansi .................................................................................... 47
BAB V IDENTIFIKASI MASALAH DI INSTASI KKA .................................. 50
5.1 Das Sollen ...................................................................................................... 50
5.2 Das Sein ......................................................................................................... 52
5.3 GAP Teori...................................................................................................... 55
5.4 Desain Solusi Kreatif ..................................................................................... 55
BAB VI PENUTUP ............................................................................................... 60
6.1 Kesimpulan .................................................................................................... 60
6.2 Saran .............................................................................................................. 60
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................ 63
v
DAFTAR GAMBAR
vi
DAFTAR TABEL
vii
DAFTAR LAMPIRAN
viii
BAB I
PENDAHULUAN
1
2
praktik yang dilakukan di instansi pemerintah pusat atau daerah, BUMN atau BUMD
serta swasta. Di sisi lain, diperlukan suatu sinergi antara dunia kerja dengan
lembaga pendidikan dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia secara
lebih luas. Maka, melalui kegiatan KKA ini, diharapkan akan terjalin hubungan
kemitraan antara Jurusan Administrasi Publik dengan dunia kerja. Kegiatan ini
bertujuan untuk membekali mahasiswa dengan keahlian praktis yang sesuai dengan
situasi dan kondisi kerja nyata yang tidak diperoleh di perguruan tinggi sehingga
mahasiswa diharapkan lebih memahami dan memiliki keterampilan dalam suatu
disiplin ilmu sehingga diharapkan setelah menjadi sarjana dapat memiliki bekal dan
meningkatkankemampuan dalam mempersiapkan diri untuk masuk ke dunia kerja.
Sebelum terjun praktik kerja di lapangan (KKA), mahasiswa diberikan
pembekalan terlebih dahulu yang dilaksanakan oleh pihak Jurusan Ilmu
Administrasi Publik terkait etika dalam Kuliah Kerja Administrasi. Kemudian,
mahasiswa dapat memulai kegiatan Kuliah Kerja Administrasi ini sesuai dengan
tempat yang telah ditentukan sebelumnya baik pada instansi pemerintahan maupun
kedaerahan, swasta, BUMN maupun BUMD. Oleh karena itu, penulis memilih
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) Kabupaten Ogan Ilir.
Instansi tersebut beralamat di Komplek Perkantoran Terpadu Tanjung Senai,
Indralaya, Ogan Ilir, Sumatera Selatan yang dijadikan sebagai tempat pelaksanaan
kegiatan kuliah kerja administrasipada tahun 2023 ini.
Penulis dalam hal ini memilih Badan Perencanaan Pembangunan Daerah
(BAPPEDA) Kabupaten Ogan Ilir sebagai tempat untuk melaksanakan kegiatan
Kuliah Kerja Administrasi (KKA) dengan beberapa pertimbangan. Yang pertama
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Ogan Ilir sebagai perangkat
daerah yang memiliki kewenangan dalam Menyusun perencanaan dan
pembangunan yang terdiri dari pembuatan Rencana Pembangunan Jangka Panjang
Daerah (RPJPD), Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD), dan
Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD), Rencana Strategi dan Rencana
Kerja. Kedua,instansi tersebut masih berkaitan dengan program studi ilmu
administrasi publik khususnya pada bagian perencanan dan pembangunan sebuah
3
daerah. Pada dasarnya prodi ini mempelajari tentang organisasi publik yang
berkaitan dengan kegiatan birokrasi, pelayanan masyarakat, pembangunan dan
kebijakan public yakni implementasi penyusunan, efektivitas, dan evaluasi dan
lainnya. Berkaitan dengan prodi bahwa apabila dilihat dari aspek kegiatan birokrasi,
lembaga ini merupakan perangkat daerah yang tentunya memiliki struktur organisasi
yang menjalankan sebuah tugas sesuai dengan prima dan melaksanakan kegiatan
maupunprogram sehingga tercapainya sebuah visi misi organisasi.
Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah (Bappeda) merupakan
Lembaga yang fungsinya melaksanakan tugas pokok, sebagaimana diatur dalam
undang-undang No. 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan
Nasional yang bertanggung jawab dalam penyusunan perencanaan, penetapan,
pengendalian, dan pelaksanaan serta evaluasi pembangunan pada tingkat daerah.
Perencanaan pembangunan sendiri merupakan suatu tahapan awal dalam proses
pembangunan. Sebagai tahap awalan, perencanaan pembangunan akan menjadi
pedoman atau bahan serta dasar bagi pelaksana kegiatan pembangunan.
Dalam perencanaan pembangunan daerah bisa dilihat berdasarkan suatu
sistem yang dibentuk dari beberapa unsur seperti perencanaan, pembangunan dan
pelaksanaan dan didasari dengan tahapan-tahapan perencanaan yang diawali dengan
perencanaan tingkat kelurahan hingga ke tingkat yang lebih tinggi seperti kota
maupun pusat sehingga membentuk suatu pengertian yang utuh. Dalam
perencanaan pembangunan daerah merupakan proses penyusunan tahapan yang
melibatkan berbagai macam unsur, hal ini digunakan sebagai cara untuk
mengalokasikan sumber-sumber daya yang ada dalam rangka untuk meningkatkan
kesejahteraan sosial dalam suatu wilayah maupun daerah dalam jangka atau kurun
waktu tertentu, dengan cara memanfaatkan berbagai sumber yang ada, secara
otoritas dan bersifat menyeluruh dengan berpegang pada asas prioritas.Bappeda
sendiri dalam melakukan sebuah proses terkait perencanaan pembangunan
berasaskan skala prioritas serta berkoordinasi dengan seluruh unit kerja
pemerintahan melalui musyawarah perencanaan pembangunan , daerah juga
mengharapkan partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan musyawarah perencanaan
4
2.1 Konsep/Teori
2.1.1. Implementasi
Implementasi kebijakan pada prinsipnya adalah cara agar sebuah kebijakan
dapat mencapai tujuannya. Tidak lebih dan tidak kurang. Untuk
mengimplementasikan kebijakan publik, ada dua pilihan langkah yang ada, yaitu
langsung mengimplementasikan dalam bentuk program atau melalui formulasi
kebijakan derivat atau turunan dari kebijakan publik tersebut. Rangkaian
implementasi kebijakan dapat diamati dengan jelas yaitu dimulai dari program, ke
proyek dan ke kegiatan. Model tersebut mengadaptasi mekanisme yang lazim
dalam manajemen, khususnya manajemen sektor publik. Kebijakan diturunkan
berupa program program yang kemudian diturunkan menjadi proyek-proyek, dan
akhirnya berwujud pada kegiatan-kegiatan, baik yang dilakukan oleh pemerintah,
masyarakat maupun kerjasama pemerintah dengan masyarakat.
Van Meter dan Van Horn (dalam Budi Winarno, 2008:146-147)
mendefinisikan implementasi kebijakan publik sebagai tindakan-tindakan dalam
keputusan-keputusan sebelumnya. Tindakan-tindakan ini mencakup usaha-usaha
untuk mengubah keputusan-keputusan menjadi tindakan-tindakan operasional
dalam kurun waktu tertentu maupun dalam rangka melanjutkan usaha-usaha untuk
mencapai perubahan besar dan kecil yang ditetapkan oleh keputusan-keputusan
kebijakan yang dilakukan oleh organisasi publik yang diarahkan untuk mencapai
tujuan- tujuan yangtelah ditetapkan.Adapun makna implementasi menurut Daniel A.
Mazmanian dan Paul Sabatier (1979) sebagaimana dikutip dalam buku Solihin
Abdul Wahab (2008: 65), mengatakan bahwa:”Implementasi adalah memahami
apa yang senyatanya terjadi sesudah suatu program dinyatakan berlaku atau
dirumuskan merupakan fokus perhatian implementasi kebijaksanaan yakni
kejadian-kejadian dan kegiatan-kegiatan yang timbul sesudah disahkannya
8
9
2.1.3. Sanitasi
Sanitasi merupakan salah satu bidang kesehatan yang memiliki keterkaitan
sangat erat dengan status lingkungan. Kondisi sanitasi suatu wilayah mencerminkan
kondisi kesehatan lingkungan di daerah tersebut. Sanitasi buruk menunjukkan
lingkungan yang banyak penyakit dan berisiko terjangkit penyakit. Dalam bidang
kesehatan, untuk membuat lingkungan yang sehat maka dilakukan sanitasi dimana
sanitasi dasar terpenuhi dengan baik. Sanitasi sering juga disebut dengan sanitasi
lingkungan dan kesehatan lingkungan. Sanitasi merupakan suatu usaha pengendalian
semua faktor yang ada pada lingkungan fisik manusia yang diperkirakan dapat
menimbulkan hal- hal yang mengganggu perkembangan fisik, kesehatannya ataupun
kelangsungan hidupnya (Adisasmito, 2006). Menurut UU RI No. 32 Tahun 2009
Tentang Kesehatan menyebutkan bahwa kesehatan lingkungan meliputi penyehatan
air, dan udara, penanganan limbah padat, limbah cair, limbah gas, radiasi, dan
kebisingan, pengendalian faktor penyakit, dan penyehatan atau pengamanan lainnya.
Dalam prakteknya, sanitasi memiliki lima sektor yaitu penanganan penyediaan air
bersih, pengolahan air limbah, persampahan, membiasakan perilaku hidup bersih dan
sehat, dan drainase. Dari kelima sektor sanitasi, sektor air limbah menjadi prioritas
kebijakan sanitasi di Indonesia. Air limbah menjadi persoalan kontemporer seiring
kepadatan penduduk yang semakin meningkat. Diketahui bahwa populasi penduduk
Indonesiamencapai 255.066,4 atau 255 juta jiwa pada tahun 2015 dan diproyeksikan
meningkat tajam pada tahun 2030 yaitu 296.405,1 ribu atau 296,4 juta jiwa (BPS,
2013:55). Indonesia menjadi negara terpadat keempat di dunia. Peningkatan
populasi menyebabkan peningkatan lahan permukiman. Kepadatan kota tidak dapat
terhindarkan, karena sebagian dari penduduk tersebut tinggal di kawasan urban
(perkotaan) dan sisanya tinggal di pedesaan. Setiap rumah tangga yang tinggal di
perkotaan pastilah membutuhkan tempat pembuangan air limbah. Sebagian besar
rumah tangga membuang air limbah di sungai, got, selokan, atau badan air lainnya.
Air limbah mengandung senyawa-senyawa polutan yang dapat merusak ekosistem
15
air. Air limbah bila tidak dikelola secara baik akan dapat menimbulkan gangguan,
baik terhadap lingkungan maupun terhadap kehidupan yang ada (Sugiarto, 2008).
Gangguan akibat adanya air limbah yaitu gangguan kesehatan dan gangguan kualitas
lingkungan. Air limbah mengandung bibit penyakit yang dapat menimbulkan
penyakit bawaan air. Selain itu di dalam air limbah juga terdapat zat- zat berbahaya
dan beracun yang dapat menimbulkan gangguan kesehatan bagi makhluk hidup yang
mengkonsumsinya. Adakalanya, air limbah yang tidak dikelola dengan baik juga
dapat menjadi sarang vektor penyakit (misalnya nyamuk, lalat, kecoa, dan lain-lain).
Gangguan kesehatan seperti ini banyak ditemui di Indonesia.
Kondisi sanitasi di Indonesia sendiri berada di peringkat 6 dari negara
ASEAN di bawah Vietnam dan Myanmar pada tahun 2013
(http//:ppsp.nawasis.info). Fakta menyebutkan bahwa air limbah dari akses rumah
tangga dengan sanitasi yang layak baru mencapai 55,55% dan hampir 60 juta jiwa
penduduk Indonesia masih melakukan praktek Buang Air Besar Sembarangan
(BABS). Selain itu, sampah permukiman yang benar-benar terangkut ke TPA hanya
mencapai 28,7% per harinya dan 98% TPA masih dioperasikan secara Open
Dumping. Sanitasi buruk di Indonesia juga dibuktikan dengan saluran permukiman
yang berfungsi dengan baik dan lancar hanya sekitar 52,83% dari total seluruh
Indonesia. Fakta tersebut yang menyebabkan tingginya tingkat pencemaran yang
akhirnya meningkatkan dampak resiko kesehatan bagi masyarakat.
Penanganan dan pengendalian sanitasi akan menjadi semakin kompleks
dengan semakin bertambahnya laju pertumbuhan penduduk, perkembangan
permukiman perumahan penduduk, menyempitnya lahan yang tersedia untuk
perumahan, keterbatasan lahan untuk pembuatan fasilitas sanitasi seperti MCK,
cubluk, septic tank dan bidang terapannya serta tidak tersedianya alokasi dana
pemerintah untuk penyediaan sarana dan prasarana sanitasi. Hal-hal inilah yang
menyebabkan kondisi sanitasi lingkungan di sejumlah kota besar semakin
memburuk. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik dan Kementerian Pekerjaan
Umum 2013, akses air minum di Indonesia saat ini baru melayani 58,05%,
sedangkan sanitasi layak mencapai 57,35%. Padahal dalam rangka MDGs 2015,
16
Indonesia mendapat amanat agar bisa memenuhi pelayanan air minum 68,87% dan
sanitasi layak 62,41%. Sebelumnya, Indonesia telah diperkirakan negara terlambat
dalam pencapaian MDGs se-Asia Tenggara.
2.2 Penelitian Terdahulu
Riset ini akan melengkapi terkait hasil riset-riset yang telah dilakukan
sebelumnya tentang Implementasi Kebijakan Sanitasi Air Limbah DomestikMerujuk
pada penelitian Futiha Nazar (2021) sejauh ini air limbah domestik langsung
dibuang ke saluran drainase/got dan sungai/kali karena belum tersedianya sarana dan
prasarana pengelolaan air limbah domestik, kurangnya pemahaman masyarakat
terhadap dampak air limbah domestik terhadap pencemaran air. Di samping itu
belum adanya aturan tingkat operasional terkait implementasi kebijakan pengelolaan
air limbah domestik yang mengacu pada PerMen LHK RI Nomor
P.68/Menlhk/Setjen/Kum.1/8/2016 tentang baku mutu air limbah domestik.
Sementara itu, Rezita Mulyani (2020) menemukan bahwa kurangnya pendanaan dan
sumber daya menyebabkan kebijakan pembangunan sistem pengelolaan air limbah
domestik terpusat di Ogan ILIR kurang maksimal, seperti sumber daya manusia yang
digunakan tidak banyak dari daerah setempat. Terakhir adalah terkait konflik, hal ini
terjadi karena kurangnya informasi tentangprogram SPALD-T kepada masyarakat.
Fungsinya maupun program yang dijalankan, dalam hal ini fungsi dan
pelaksanaan BAPPEDA perlu melakukan evaluasi terhadap pelaksanaan secara
berkala. Dan jika dilihat dari hasil penelitian yang dilakukan , Rezita Mulyani (2020)
sisi proses perencanaan dan penganggaran perlu ditingkatkan akuntabilitas dan
keterbukaan.
17
Judul/Penulis/
Metode
No. Tujuan Penelitian Teori Hasil Penelitian
Nama/Jurnal/Tahun/DOI Penelitian
1. Implementasi kebijakan program Penelitian ini memilikiTeori Implementasi Menggunaka Di Kabupaten Tulungagung
tujuan untuk n Metode
menerapkan program Sanitasi
sanitasi lingkungan berbasis Kebijakan Merilee
mengetahui dan deskriptif Lingkungan Berbasis
masyarakat dalam perspektif menganalisis penyebabS.Grindle yang dengan Masyarakat. Hasil penelitian
belum efektifnya pendekatan tersebut menjelaskan bahwa
pembangunan berkelanjutan (Studi terdiri dari content
program sanitasi kualitatif data
Implementasi kebijakan
dinas pekerjaan umum bina marga of policy dan diperoleh sanitasi lingkungan berbasis
melalui masyarakat dilaksanakan
cipta karya kabupaten Tulungagung) context ofpolicy.
wawancara dengan baik karena adanya
dan observasi
kesadaran masyarakat akan
manfaat pelaksanaan sanitasi,
Riki Rachmat Dianto, Jurnal Ilmu
bahkan masyarakat yang
Sosial dan Pendidikan (JISIP), Vol. berpartisipasi dalam
membangun sarana dan
6, No. 1 Januari
fasilitas layak sanitasi.Namun
2022 tetap dibutuhkan upaya yang
lebih ditingkatkan dalam
pembangunan sanitasi yakni
DOI: http://dx.doi.or kerjasama semua pihak antara
g/10.36312/jisip.v6i1.2605 pemerintah dengan tim pokja
sanitasi, masyarakat, dan
pihak swasta.
2. Implementasi Kebijakan Pengelolaan Untuk mengetahui Teori Implementasi keadaan subjek Implementasi kebijakan
implementasi kebijakan pengelolaan limbah rumah
Limbah Rumah Sakit di Rumah Sakit Kebijakan Merilee atau objek yang
pengelolaan sakit di Rumah Sakit Islam
pengelolaan limbah Sultan Agung Kota Semarang
18
Islam Sultan Agung Kota Semarang rumah sakit di Rumah S.Grindle yang diteliti sesuai secara umum sudah berjalan
Sakit Islam Sultan dengan baik. Walaupun secara
terdiri dari content dengan apa
Agung Kota Semarang. umum pelaksanaan kebijakan
Siti Chotijah, Dewi Tuti Muryati, Tri of policy dan adanya atau pengelolaan limbah rumah
sakit di Rumah Sakit Islam
MulyaniHUMANI (Hukum dan context of policy. sesuai dengan
Sultan Agung sudah baik,
Masyarakat Madani)Volume 7 No. 3 Dan yang seragam fakta yang ada. namun menurut data yang
diterima oleh penulis masih
Desember 2017 Halaman 223-236 dan harmonis pada Sebagaimana
ada kendala yang dihadapi oleh
sasaran yang Rumah Sakit Islam Sultan
DOI: Agung yaitu mengenai standar
yang telah dikemukakan
https://doi.org/10.33510/statera.2022. baku mutu amonia yang
ditentukan Variabel
oleh Moleong ditetapkan oleh Pemerintah
dan implementasi
4.1.17-36 Provinsi Jawa Tengah pada
Model Van Meter (2017) bahwa
tahun 2016. Pengelolaan Air
dan Van Horn
penelitian Limbah Kabupaten Natuna.
untuk tambahan
Faktor eksternal sudah berjalan
variabel kondisi kualitatif
masyarakat, elit politik, swasta
ekonomi, sosial dan
merupakan jenis dan pemerintah saling bekerja
politik sebagai faktor
sama untuk pengelolaan air
eksternal.. penelitian yang
limbah domestik. Faktor-faktor
menghasilkan yang menghambat
implementasi kebijakan
prosedur
pengelolaan air limbah
analisis tanpa domestik adalah pada anggaran
dan belum maksimalnya
menggunakan
pemahaman masyarakat
prosedur tentang hidup bersih.
analisis statistik
atau cara
19
kuantifikasi
lainnya
3. Implementasi Kebbijakan Untuk MengetahuiDalam Penelitian ini Penelitian Berdasarkan hasil analisis
Kualitati
Pengelolaan Air Limbah Domestik Di bagaimana implementasipeneliti akan pembahasan, peneliti
Dengan
Kecamatan Tualang pengelolaan Air Limbahmengkombinas ikan mendeskripsika menarik kesimpulan dan
n data yang
(Studi Kasus Perda Kab.Siak No.1 Domestik variabel model memberi saran mengenai
diperoleh
Tahun2017) Di Kecamatan Tualangimplementasi dengan cara implementasi kebijakan
wawancara,
Sindriana,sujiyanto Jurnal Ilmiah (Studi Kasus kebijakan George C. pengelolaan air limbah
dokumen, dan
Administrasi Publik, Vol 6, No 1, pp Perda Kab.Siak No.1Edwards III sebagai pengamatan domestik di kecamatan
Tahun 2017) faktor internal terhadap proses
324- tualang (studi kasus perda
perencanaan
333, 2023 dan kab.siak no.1
https://doi.org/10.21 implementasi.
tahun 2017)b
776/ub.jiap.2022.008.03.9
resiko kemungkinan
untuk terjadinya
miskomu
nikasi sangat kecil.
4. Implementasi Kebijakan Pengelolaan Penelitian ini Untuk Winarno (2002 : Menggunaka Kebijakan Peraturan Daerah
mengetahui bagaimana n Metode Kota Tangerang Nomor 2
Kualitas Air Dan Pengendalian 101-102),
implementasi Kebijakan deskriptif Tahun 2013 tentang
Pencemaran Air Kali Sabi Di Kota Pengelolaan Kualitas menjelaskan dengan Pengelolaan Kualitas Air dan
Air Dan Pengendalian pendekatan Pengendalian Pencemaran Air
Tangerang bahwa
Pencemaran Air Kali kualitatif data dilihat dari faktor Ukuran dan
SabiDi Kota Tangerang implementasi diperoleh tujuan kebijakan, sumber-
melalui sumber kebijakan, sifat badan
itu merupakan
wawancara pelaksana, komunikasi
20
5. Rencana Pembangun an Sanitasi Tujuan yang hendak Winarno (2002 : Analisis data Data sekunder yang didapatkan
Berbasis Lingkungan di Desa diwujudkan 101-102), yang dilakukan dari profil desa menyatakan
Menjelaskan
Dadisari Kabupaten Tanggamun studi Tujuan yaitu analisis bahwa terdapat 259 Kepala
ini adalah melihat bahwa
deskriptif. Keluarga yang tinggal di Pekon
peningkatan dan
implementasi.
Prasetio, Arbianto, et al, "Rencana pemahaman tentang Analisis Dadisari. Kondisi sarana
sanitasi dan Perilaku Dalam penelitian
Teknik Sipil 1.1 dilakukan sanitasi Buang Air Besar
Hidup Bersih dan Sehat
ini peneliti akan
(2020): 26-32. (PHBS) bagimasyarakat hanya dengan (BAB) di Pekon dadisari yang
mengkombinasi
Menggunakan tersedia saat ini 217 Unit. 217
21
Cair Domestik Ke Badan Air Kebijakan S.Grindle yang kan data yang implementasi kebijakan
Pengendalian diperoleh
Penerima Di Kabupaten Purwakarta terdiri dari pengendalianpembuangan
Pembuangan Limbah dengan cara
Tapparan, SamuelRandy. Jurnal Cair Domestik Ke content of policy dan wawancara, limbah cair domestik di
Badan Air Penerima dokumen,
Kebijakan 4.1 context of Kabupaten Purwakarta
Di Kabupaten dan
(2020): 68-72. Purwakarta policy. pengamatan disimpulkan bahwa
terhadap
DOI: n yang seragam dan implementasi kebijakan
proses
harmonis perencanaan pengendalian
https://doi.org/ 10.37541/ekonomik
dana
pada sasaran pembuangan limbah cair
a.v4i1.302 kelurahan.
yang telah
domestik di Kabupaten
ditentukan.
Purwakarta belum
terlaksana karena belum
ada pengaturan terkait
pengelolaan air limbah
domestik tersebut.,
kurangnya pemahaman
masyarakat terhadap
dampak air limbah
domestik
terhadap pencemaran air.
8. Implementasi Kebijakan Pencegahan Untuk mengetah Winarno (2002 : Penelitian 6 industri yang telah memiliki
bagaiman kualitatif
Pencemaran Air Permukaan oleh Air 101-102), IPAL sudah kedap air dan
implementasi dengan
menjelaskan bahwa
24
Limbah Industri diDaerah Aliran Implementasi implementasi itu mendeskripsi saluran pembuangan air
Kebijaka merupakan kan data yang
Sungai Brantas Kediri Dimi, FN limbah terpisah
KebijakanPencegaha tindakan-tindakan diperoleh
Muktiono, and Amrie Firmansyah. n Pencemaran Air yang dilakukan dengan cara dengan saluran air hujan
Permukaan oleh Air oleh pemerintah wawancara,
Jurnal Akuntansi Dan Keuangan 4.1
Limbah Industri di untuk mencapai dokumen,
(2022): 17-36. Daerah Aliran tujuan yang telah dan
Sungai Brantas ditetapkan dalam pengamatan
DOI:https://doi.org/10.33510/statera.
Kediri suatu keputusan terhadap
2022.4.1.17-36 kebijakan. proses
perencanaan
dalam
pengelolaan
9. Implementasi Kebijakan Untuk mengetahui Teori Implementasi Penelitian Hasil implementasi kebijakan
bagaimana kualitatif
Pengelolaan Air Kebijakan Merilee pengelolaan air limbah pada
implementasi dengan
Limbah pada Industri Kebijakan S.Grindle yang terdiri mendeskripsi industri batik di Desa
Pengelolaan Air kan data yang
Batik di Desa dari content of Samborejo, Kabupaten
Limbah pada Industri diperoleh
Sambirejo Kabupaten Pekalongan Batik di Desa policy dan context of dengan cara Pekalongan menemukan
Sambirejo Kabupaten wawancara,
Antoni, Darius, et al. " 5.4 (2021): policy. n yang bahwa para pelaku industri
Pekalongan dokumen,
1652- seragam dan harmonis dan batik di Desa Samborejo
pengamatan
1659. pada sasaran yang belum memenuhi kewajiban-
terhadap
telahditentukan. proses kewajiban dan belum
DOI: perencanaan
memiliki izin pembuangan air
dalam
http://dx.doi.or limbah sebagaimana telah
pengelolaan
diatur dalam Perda Kab.
25
BAB III
METODE PENELITIAN
26
27
c. Dokumentasi
Dokumen sebagai pelengkap dari penggunaan metode observasi dan
wawancara. Dokumen berbentuk berupa gambar, tulisan dan karya-karya
monumental dari seseorang. Menurut Bogdan, dokumen merupakan hasil penelitian
dari observasi dan wawancara akan dipercaya apabila didukung oleh sejarah pribadi
kehidupan di masa lalu (Sugiyono,2019:315). Dalam laporan Kuliah Kerja
Administrasi ini melakukan pengumpulan data dari hasil observasi, wawancara yang
akan menjadi sebuah dokumen sehingga sebagai pelengkap pengumpulan data.
pengumpulan data dilapangan dengan adanya bukti, maka secara keseluruhan data
yang didapat bisa disimpulkan. Kesimpulan yang didapatkan merupakan kesimpulan
kredibel (Sugiyono,2019:365). Penarikan kesimpulan tersebut diartikan apabila
kesimpulan yang ditentukan pada tahap awal dan didukung adanya bukti yang
kuat saat peneliti kembali ke lapangan mengumpulkan data maka kesimpulan tersebut
dapat dipercaya.
BAB IV
GAMBARAN UMUM INSTANSI KKA
31
32
bahaninformasi;
g) melakukan pengamanan data hasil pembangunan daerah melalui
bahancetak dan elektronik sebagai bahan dokumentasi;
h) mengkoordinasikan pendataan dan pelaporan atas capaian pelaksanaan
rencana pembangunan daerah;
i) menyusun laporan hasil pelaksanaan pembangunan daerah secara
periodik sebagai bahan evaluasi;
j) mengkonsultasikan pelaksanaan tugas dengan atasan, baik lisan maupun
tertulis untuk memperoleh petunjuk lebih lanjut;
k) mengkoordinasikan pelaksanaan tugas kepala sub bidang melalui
rapat/pertemuan untuk menyatukan pendapat;
l) membuat laporan hasil pelaksanaan tugas secara berkala sebagai bahan
evaluasi; dan
m) melaksanakan tugas lain yang diperintahkan oleh atasan untuk
kelancaran tugas kedinasan.
d. Bidang Pemerintahan dan Pembangunan Manusia mempunyai tugas
membantu Kepala Badan dalam melaksanakan sebagian tugas Badan
Perencanaan Pembangunan Daerah di Bidang Pemerintahan dan
Pembangunan Manusia. Bidang Pemerintahan dan Pembangunan Manusia
mengkoordinasikan kelompok sub-koordinator yang terdiri dari:
4) Kelompok Sub Koordinator Pemerintahan mempunyai tugas:
a) merancang penyusunan dokumen rencana pembangunan daerah
(Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah, Rencana Pembangunan
Jangka Menengah Daerah, dan Rencana Kerja Perangkat Daerah);
b) menganalisis Rencana Strategis Perangkat Daerah dan Rencana Kerja
Perangkat Daerah;
c) merencanakan pelaksanaan Musyawarah Perencanaan Pembangunan
(Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah, Rencana Pembangunan
Jangka Menengah Daerah, dan Rencana Kerja Perangkat Daerah);
d) membuat konsep pembinaan teknis perencanaan kepada perangkat
36
daerah;
e) merencanakan pelaksanaan kesepakatan dengan DPRD terkait
penyusunan dokumen rencana pembangunan daerah (Rencana
Pembangunan Jangka Panjang Daerah, Rencana Pembangunan Jangka
Menengah Daerah, dan Rencana Kerja Perangkat Daerah);
f) merencanakan pelaksanaan kesepakatan dengan DPRD terkait APBD;
g) merencanakan sinergitas dan harmonisasi kegiatan perangkat daerah;
h) merencanakan dukungan pelaksanaan kegiatan pusat dan provinsi
untukprioritas nasional;
i) merencanakan pelaksanaan kesepakatan bersama kerjasama antar daerah
dibidang pembangunan;
j) mengkonsultasikan pelaksanaan tugas dengan atasan, baik lisan
maupuntertulis untuk memperoleh petunjuk lebih lanjut;
k) membuat laporan hasil pelaksanaan tugas secara berkala sebagai
bahanevaluasi; dan
l) melaksanakan tugas lain yang diperintahkan oleh atasan untuk
kelancarantugas kedinasan.
5) Kelompok Sub Koordinator Kesejahteraan Sosial mempunyai tugas:
a) merancang penyusunan dokumen rencana pembangunan daerah
(Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah, Rencana Pembangunan
Jangka Menengah Daerah, dan Rencana Kerja Perangkat Daerah);
b) menganalisis Rencana Strategis Perangkat Daerah dan Rencana Kerja
Perangkat Daerah;
c) merencanakan pelaksanaan Musyawarah Perencanaan Pembangunan
(Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah, Rencana Pembangunan
Jangka Menengah Daerah, dan Rencana Kerja Perangkat Daerah);
d) membuat konsep pembinaan teknis perencanaan kepada perangkat
daerah;
e) merencanakan pelaksanaan kesepakatan dengan DPRD terkait
penyusunan dokumen rencana pembangunan daerah Rencana
37
daerah.
e. Bidang Perekonomian dan Sumber Daya Alam memiliki fungsi yaitu:
1) pengkoordinasian penyusunan dokumen perencanaan pembangunan
daerah (Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah, Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Daerah, dan Rencana Kerja Perangkat
Daerah);
2) pengkoordinasian penyusunan Rencana Strategis Perangkat Daerah dan
Rencana Kerja Perangkat Daerah;
3) pengkoordinasian pelaksanaan Musyawarah Perencanaan Pembangunan
(Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah, Rencana Pembangunan
Jangka Menengah Daerah, dan Rencana Kerja Perangkat Daerah);
4) pengkoordinasian pelaksanaan kesepakatan dengan DPRD terkait
Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah, Rencana Pembangunan
Jangka Menengah Daerah, dan Rencana Kerja Perangkat Daerah;
5) pengkoordinasian pelaksanaan kesepakatan dengan DPRD terkait
APBD;
6) pengkoordinasian sinergitas dan harmonisasi kegiatan perangkat daerah
kabupaten/kota;
7) pengkoordinasian pelaksanaan sinergitas dan harmonisasi
kegiatanKementerian/Lembaga dan Provinsi di Kabupaten;
8) pengkoordinasian dukungan pelaksanaan kegiatan pusat dan provinsi
untukprioritas nasional;
9) pengkoordinasian pelaksanaan kesepakatan bersama kerjasama antar
daerah;dan
10) pengkoordinasian pembinaan teknis perencanaan kepada perangkat
daerah.
f. Bidang Infrastruktur dan Kewilayahan memiliki fungsi yaitu:
1) pengkoordinasian penyusunan dokumen perencanaan pembangunan
daerah (Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah, Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Daerah, dan Rencana Kerja Perangkat
48
Daerah);
2) pengkoordinasian penyusunan Rencana Strategis Perangkat Daerah dan
Rencana Kerja Perangkat Daerah;
3) pengkoordinasian pelaksanaan Musyawarah Perencanaan Pembangunan
(Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah, Rencana Pembangunan
Jangka Menengah Daerah, dan Rencana Kerja Perangkat Daerah);
4) pengkoordinasian pelaksanaan kesepakatan dengan DPRD terkait
(Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah, Rencana Pembangunan
Jangka Menengah Daerah, dan Rencana Kerja Perangkat Daerah);
5) pengkoordinasian pelaksanaan kesepakatan dengan DPRD terkait
APBD;
6) pengkoordinasian sinergitas dan harmonisasi kegiatan perangkat daerah;
7) pengkoordinasian pelaksanaan sinergitas dan harmonisasi
kegiatan Kementerian/Lembaga dan Provinsi di Kabupaten;
8) pengkoordinasian dukungan pelaksanaan kegiatan pusat dan provinsi
untukprioritas nasional;
9) pengkoordinasian pelaksanaan kesepakatan bersama kerjasama antar
daerah;
10) pengkoordinasian pembinaan teknis perencanaan kepada perangkat
daerah;dan
11) perencanaan pelaksanaan sinergitas dan harmonisasi RT/RW
Kabupatendan RPJMD.
Struktur Organisasi
Gambar 1 Struktur Organisasi Badan Perencanaan Pembangunan
DaerahKabupaten Ogan Ilir
50
BAB V
IDENTIFIKASI MASALAH DI INSTANSI KKA
51
52
prakteknya, sanitasi memiliki lima sektor yaitu penanganan penyediaan air bersih,
pengolahan air limbah, persampahan, membiasakan perilaku hidup bersih dan sehat,
dan drainase. Dari kelima sektor sanitasi, sektor air limbah menjadi prioritas
kebijakan sanitasi di Indonesia.Persentase Rumah Tangga yang telah mengakses air
limbah layak mencapai 67,67% . Rumah tangga dengan akses air limbah layak untuk
pedesaan mencapai 12,40 % dalam rangka mendukung pencapain target akses
sanitasi layak sebesar 100% .Diharapkan pemerintah Provinsi dan kabupaten untuk
meningkatkan kualitas penyehatan lingkungan serta menunjangnya sanitasi yang
layak. Kondisi layanan sanitasi di Kabupaten Ogan ilir sampai saat ini belum optimal
namum sudah menunjukkan peningkatan dari tahun sebelumnya. Masih terdapat
wilayah di Kabupaten Ogan ilir yang belum memiliki akses sanitasi yang layak.
Upaya perwujudan 100% akses sanitasi ini juga merupakan implementasi
Pasal 12 Ayat 1 UU No 23 Tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah, bahwa
pelayanan sanitasi merupakan kewenangan daerah dan menjadi urusan wajib yang
berkaitan dengan pelayanan dasar. Pada pasal lainnya, yaitu Pasal 298 Ayat 1
disebutkan bahwa belanja daerah diprioritaskan untuk mendanai urusan
pemerintahan wajib yang terkait pelayanan dasar yang ditetapkan dengan standar
pelayanan minimal (SPM). Dengan demikian, belanja daerah untuk pemenuhan
Standar PelayananMinimal (SPM) pelayanan sanitasi di Kabupaten Ogan Ilir mutlak
harus diprioritaskan. Dikaitkan dengan target nasional akses universal 2019, maka
pemerintah Kabupaten Ogan ilir harus menyusun strategi, program, dan skema
pembiayaan untuk penyediaan 90% akses sanitasi layak.
Beberapa upaya pengembangan sanitasi lingkungan berskala komunitas,
dapat dilaksanakan melalui pendekatan berbasis masyarakat. Hal ini ditujukan untuk
menjamin keberlanjutan pengelolaan, melalui penekanan perubahan perilaku dan
pola hidup masyarakat untuk dapat lebih bersih dan sehat dengan melibatkan
masyarakat secara utuh sejak tahap perencanaan, pelaksanaan pembangunan sampai
dengan pengelolaan sarana agar terciptanya lingkungan permukiman berkelanjutan
yang sehat.
53
penumpukan.
truk tinja agar pengelolaan limbah rumah tangga dapat dikelola dengan
tepat.
“Truk Tinja di Ogan Ilir masih 1 Unit selama beroperasi saat
ini, Per 2023 kemarin kita mendapatkan 3 Unit bantuan TRUK
Tinja “(Hasil Analisis Buku SSK Ogan Ilir )
b. Bergerak atau tidaknya Selain dari habis atau tidaknya, sarana dan
prasarana juga dapat ditinjau dari bergerak atau tidaknya suatu alat.
Contoh alat yang dapat bergerak adalah kendaraan. Sedangkan contoh
alat yang tidak dapat bergerak ialah mesin dan komputer.
c. Hubungannya dengan kegiatan Sarana dan prasarana juga dapat
dikelompokkan berdasarkan hubungan alat dengan kegiatan. Artinya
alat tersebut digunakan langsung atau tidak. Contohnya dalam sarana
dan prasarana Pengelolahan air limbah domestic, berupa truck dan
IPLT yang digunakan langsung.
3. Solusi Alternatif Penulis
Adapun saran yang dapat diberikan dalam Implementasi Kebijakan
Pengelolaan Air Limbah Domestik Kabupaten Ogan Ilir adalah:
1. Membuat Jadwal yang tertata rapi untuk menjalankan Sosialisasi ke
Masyarakat, dengan meninjau desa-desa yang sekiranya masih
tingginya sanitasi ataupun memiliki penduduk yang padat. Pemerintah
membuat jadwal sebulan sekali dengan mengajak Pokja lainnya yang
kemudian dilaksanakan dengan bentuk sosialisasi, sekaligus praktek
pengunaan yang benar dan tepat.
2. UPT Pengelolaan Air Limbah Domestik Pemerintah Kabupaten Ogan
Ilir hendaknya selalu berupaya melakukan perbaikan untuk mengatasi
permasalahan pada pelaksanaan kebijakan terutama dalam keterbatasan
sarana prasarana dan pemanfaatan teknologi informasi, dengan cara
melakukan evaluasi secara berkala. Melakukan rapat evaluasi dan
pendataan pada sarana dan prasarana yang ada dan digunakan apakah
telah digunakan sesuai dnegan fungsinya, dan meperbaiki dengan eppat
dan tepat jika terdapat kerusakan
BAB VI
PENUTUP
6.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian bahwa implementasi kebijakan pengelolaan air
limbah domestik Kabupaten Ogan Ilir sudah berjalan cukup baik, dengan
penjelasan sebagai berikut:
1. Implementasi Kebijakan yang dianalisis melalui lima dimensi yaitu
komunikasi, sumberdaya, disposisi, birokrasi (faktor internal) dan
lingkungan,sosial, ekonomi serta politik (faktor eksternal). Berdasarkan
hasil penelitian indikator komunikasi disposisi dan birokrasi sudah berjalan
dengan baik akan tetapi belum efektif terutama dalam Komunikasi ke
Masyarakat terkait pengelolaan air limbah domestik sesuai temuan
observasi dan dokumentasi. Faktor eksternal sudah berjalan masyarakat, elit
politik, swasta dan pemerintah saling bekerja sama untuk pengelolaan air
limbah domestik.
2. Faktor-faktor yang menghambat implementasi kebijakan pengelolaan air
limbah domestik adalah belum maksimalnya pemahaman masyarakat
tentang hidup bersih.
Upaya-upaya yang dilakukan untuk mengatasi hambatan dalam
implementasi kebijakan pengelolaan air limbah domestik adalah pada
penyusunan anggaran dan ketercukupan sumber daya sarana dan prasarana
dalam melaksanakan implementasi kebijakan. Hal ini dapat mempengaruhi
keberhasilan pelaksanaan kebijakan Bappeda Pengelolaan Air Limbah
dalam teknis pengelolaan air limbah domestik yang ada pada Dinas
Pekerjaan Umumdan Penataan Ruang Kabupaten Ogan Ilir
6.2 Saran
Adapun saran yang dapat diberikan dalam Implementasi Kebijakan
Pengelolaan Air Limbah Domestik Kabupaten Ogan Ilir adalah:
1. Pemerintah Kabupaten Ogan Ilir hendaknya menjalin komunikasi yang baik
dan melakukan dialog tatap muka dengan jadwal yang rutin kepada
62
63
2. masyarakat dan petugas UPT dengan bekerja sama pada Dinas Pekerjaan
Umum dan Penataan Ruang Kabupaten Natuna sehingga mengetahui
permasalahan yang dapat dilihat secara langsung di lapangan mengenai
segala sesuatu yang berkaitan dengan kebijakan pengelolaan air limbah
domestik agar tidak terjadi kesenjangan atau kesalahpahaman ketika
kebijakan tersebut dilaksanakan.
3. Pengelolaan Air Limbah Domestik Pemerintah Kabupaten Ogan Ilir
hendaknya selalu berupaya melakukan perbaikan untuk mengatasi
permasalahan pada pelaksanaan kebijakan terutama dalam keterbatasan
sarana prasarana dan pemanfaatan teknologi informasi, dengan cara
melakukan evaluasi secara berkala antara masyarakat pelaku usaha dan
petugas UPT, sehingga ketika ada permasalahan di lapangan dapat segera
diselesaikan bersama tanpa harus menyalahkan pihak manapun.
4. Bappeda dalam Pengelolaan Air Limbah Domestik Pemerintah Kabupaten
Ogan Ilir harus menyusun perencanaan dengan baik, mulai dari
perencanaan persiapan pelaksanaan kebijakan pengelolaan air limbah,
sosialisasi kepada masyarakat umum dan penyelenggaraan fasilitas dengan
sarana dan prasarana yang memadai hingga solusi penyelesaian setiap
masalah yang muncul.
64
Daftar Pustaka
Chotijah, S., Muryati, D. T., & Mulyani, T. (2019). Implementasi
Kebijakan Pengelolaan Limbah Rumah Sakit Di Rumah Sakit Islam
Sultan Agung Kota Semarang. Hukum Dan Masyarakat Madani, 7(3),
223.https://doi.org/10.26623/humani.v7i3.1429
Dakhi, S., & Sujianto. (2023). Implementasi Kebijakan Pengelolaan Air
Limbah Domestik Di Kecamatan Tualang. Cross Border, 6(1), 1–23.
Hakim, L., Rochima, E., & Wyantuti, S. (2021). Implementasi Kebijakan
dan Realisasi Rencana Tata Ruang Kec. Garut Kota di Kab. Garut:
Studi Analisis Kebijakan. Jurnal Ekonomi Dan Kebijakan Publik,
12(2), 163–175. https://doi.org/10.22212/jekp.v12i2.1938
Haniza, T. Z., Widowati, N (2022). Implementasi Kebijakan Pengelolaan
Air Limbah Pada Industri Batik Di Desa Samborejo, Kabupaten
Pekalongan.Journal of Public Policy
Muhamad, S. F., Prihatini, F., Tui, D., & Nani, Y. N. (2023). Strategi
Kebijakan Sistem Pengelolaan Air Limbah Domestik : Studi Kasus di
Desa Tunggulo Kecamatan Tilongkabila Kabupaten Bone Bolango.
ULIL ALBAB: Jurnal Ilmiah Multidisiplin, 2(8), 3535–3543.
Nugraheni, R., & Wijayati, E. W. (2021). Implementasi Kebijakan
Pencegahan Pencemaran Air Permukaan oleh Air Limbah Industri di
Daerah Aliran SungaiBrantas Kediri.
Publik, J. R., & Kebijakan, I. (2022). Implementasi peraturan daerah kota
malang no 2 tahun 2017 tentang pengelolaan air Limbah
domestic Jurusan Administrasi Publik, Fakultas Ilmu Administrasi,
Universitas Islam Malang Jl . MT Haryono 193 Malang , 65144,
Indonesia Pendahuluan Tinjauan Pustaka. 16(6), 43–52.
Sandy,Ferry, O. (2020). Analisis Peran Aktor dalam Implementasi
Kebijakan Pembangunan Sanitasi. Jurnal Ilmiah Administrasi Publik
(JIA ), 6(3), 415–422.
65
Wibowo, A., Prabawa, E., & Sugiarto, E. (2021). Kebijakan : Jurnal Ilmu
Administrasi. Kebijakan: Jurnal Ilmu Administrasi, 12(2), 163–170.
Yuda, O. O. (2018). Implementasi Kebijakan Pengendalian Pencemaran
Limbah Cair Hotel di Kota Yogyakarta Tahun 2017.Jurnal
Administrasi Publik : Public Administration Journal,8(2),163.
Kodoatie, Robert.J. dan Roesman, Sjarief. 2005. Pengelolaan sumber daya
air terpadu. Yogyakarta: Andi. Hlm 76.
Lestari, P, 2015. Gambaran tentang sanitasi rumah di susun kebonsari,
Kelurahan Kacangan Stikes Kusuma Huda.
Malayu S.P. Hasibuan, Manajemen Dasar, Pengertian, dan Masalah,
(Jakarta: PTBumi Aksara, 2014), h. 88.
Manila GK. 1996. Praktek Manajemen Pemerintahan Dalam Negeri.
Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. Hal 42.
Mardhanie. A Bizrie: 2013:4 Budihardjo, Eko. 1984, Sejumlah masalah
permukiman kota, Alumni, Bandung
66
LAMPIRAN
Dengan Hormat,
Sehubung dengan akan diadakannya kegitan Kuliah Kerja Administrasi
(KKA) Tahun 2023, untuk keikutsertaan sebagai peserta KKA tersebut
yang salah satu syaratnya adalah adanya surat kesediaan Instansi menerima
mahasiswa peserta KKA, maka saya yang bertanda tangan di bawah ini :
I. IDENTITAS PRIBADI
Nama :
Radilah Amelia Widuri
NIM :
07011282025099
Jenis Kelamin :
Perempuan
Tempat/Tgl Lahir :
Palembang/30 Juni 2002
Agama :
Islam
Status Perkawinan :
Mahasiswa
Tahun Masuk/Angkatan :
2020
Konsentrasi :
-
Pembimbing Akademik :
Junaidi, S.IP., M.SI.
Alamat sekarang :
Dusun IV sukamaju, Kecamatan Babat Supat
Tlp/Email :
085273243606/radilahameliawiduri@gmail.co
II. m
IDENTITAS KELUARGA
Nama Ayah : Effendi
Pekerjaan/Unit Kerja : Swasta
Usia : 51
Nama Ibu : Rosmiati
Pekerjaan/Unit Kerja : IRT
Usia : 43
Jumlah Saudara : 2 Laki-laki
Alamat Sekarang : Dusun IV sukamaju, Kecamatan Babat Supat
Tlp/Email : -
KARTU KONSULTASI
91
92
93
PEDOMAN WAWANCARA
3. Menurut ibu, apa yang menjadi faktor Masyarakat masih belum paham
4. Bagaimana pengelolaan air limbah yang telah dirancang oleh Bappeda dan
POKJA?
b. Informan Penelitian
SERTIFIKAT KKA
96
1.
Mengikuti kegiatan
2. rapat membahas
RPJMD
Silaturahmi Dosen
Pembimbing KKA
4. Bersama Dosen
PembibingTeknis
Silaturahmi Dosen
Pembimbing KKA Bersama
7. Dosen PembibingTeknis
98
CURRICULUM VITAE
DATA PRIBADI
Nama : Radilah Amelia Widuri
Tempat/Tanggal Lahir : Palembang, 30 Juni 2002
DATA PENDIDIKAN
FORMAL :
Sekolah Dasar : SDN 1 PINANG BANJAR (2009-2015)
SMP : SMP Negeri 1 Sekayu (2015-2017)
SMA : MAN 1 Musi Banyuasin (2018-2020)
Perguruan Tinggi : Universitas Sriwijaya (2020-Sekarang)
KEMAMPUAN
Microsoft Office
Bahasa Indonesia
PENGALAMAN ORGANISASI
OSIS (2016-2018)
WAKI FISIP UNSRI (2019-2020)
KM MUBA (2019-2023)
COGITO (2019-2020)
101