Anda di halaman 1dari 4

DIALAH PEMBINA

Diujung senja…
Ia syairkan bait dharma
Untuk kami pandu nusantara
Ditanamnya serumpun etika
Begitu hebat ia bertahan
Beradu pedang kepiluan
Tiada kata menyerah baginya
Bagi pemuda yang diharapkan
Syukur tak cukup disiratkan
Kehadirat tuhan yang meniscayakan
Tentang persatuan keluarga
Antara panglima sang tentara
Pembina dan pasukannya
Dhasa dharma…
Jadilah engkau saksi
Atas tetesan keringat dan air mata
Hanya do’a yang kami panjatkan
Kebahagianmu…
Wahai pembinaku
UNTUKMU JENDERAL
Terlukis bayang Jenderal
Sigap menata barisan
Tiada lelah maupun keluh kesah
Ia tuntaskan segudang amanah
Meski terik surya menahbiskan
Raganya siap melawan
Dibawah angkasa raya
Ia tancapkan serangkai kata
Disaat jiwa mulai sadar
Akan kehinaan yang mencengkram
Juga egois yang tergenggam
Sang Jenderal mengambil peran
Terjun membebaskan
Demi simpul mati
Kami kaitkan jiwa ini
Nama fata al-muntadlor
Demi nama tri simbol fata
Salam hormat mengangkasa
Melayangkan kabar gembira
Bagimu sang jenderal
Kamabigus Al-Jabal
KOMANDAN DIALAH TAULADAN
Lengkap berseragam coklat
Gagah berwibawa tak goyah
Dikalungnya jati diri
Berdiri tegap penuh arti
Mula-mula ia tanam hati ini
Serampai ikrar janji
Tentang patriot sejati
Harapan ibu pertiwi
Tiba cakrawala menjingga
Siluet tunas kelapa bertakhta
Kala raga mulai lupa
Bahkan hilang jati dirinya
Akan nama dan makna
Tentang janji tri satya
Salam hormat kami lambungkan
Bagimu,,, sang komandan
Ketua gugus depan
Engkaulah tauladan
Sebelumnya kami dari segenap keluarga pasoeka d salfadlor ingin mengucapkan
beberapa bait kalimat renungan penuh pertanyaan ?

Bagaimana kita bisa berdamai dengan begitu banyak kejadian menyakitkan ? bagaimana
jika semua hal menyesakkan itu ibarat hujan deras di tengah lapangan, dan kita harus melewati
lapangan menuju tempat berteduh diseberang padahal setiap tetes air hujan tersebut laksana
setiap hal menyakitkan dalam hidup ini?

Bagaimana agar kita bisa tiba ditempat tujuan tanpa terkena tetes air hujan tersebut?

Kita sekarang tahu jawabannya, yaitu kita harus berani, dengan lompatlah ketengah
hujan, biarkan seluruh tubuh kita kuyup, menarilah bersama setiap tetesnya, tarian penerimaan,
jangan pernah melawannya, karena hal itu sia-sia tubuh kita pasti basah.

Terima kasih para masyayihku, guru-guruku yang tak pernah letih membimbing kami,
membina kami, menunjukkan jalan yang penuh cahaya kepada kami
dan maafkanlah kami yang belum bisa membuat kalian bangga, kami yang tak pernah
bisa membalas hutang budi kalian.

Tapi kami berjanji akan selalu berjuang demi fata al-muntadlor tercinta ini.

Disini dengan asrama, masjid, menara nya perguruan islam pondok tremas, yang indah
dipandang mata, para santri yang bagai sungai mengalirkan kehidupan, dan fata al-muntadlor
yang tak akan pernah lepas melengkapi warna-warna diperguruan ini

Disini dijantung peradaban budaya islam, terimakasih telah mengajariku tentang hakikat
kehidupan, kami akan selalu menjaga nama baik fata al-muntadlor tercinta ini, sekarang, esok,
lusa hinggan akhir cerita

Anda mungkin juga menyukai