Politik Pintu Terbuka
Politik Pintu Terbuka
1870-1900
Masa Kekuasaan Kerajaan Belanda
Latar belakang
• Revolusi Industri yang terjadi sejak tahun 1750 di Inggris telah banyak
memberikan dampak positif bagi perekonomian Belanda
• Belanda menyambut baik hasil inovasi teknologi di Inggris, termasuk
penggunaan mesin-mesin baru dan canggih dalam industri, seperti
mesin tekstil, alat-alat pertanian, mesin giling padi dan tebu, mesin
uap, mesin bor, serta lokomotif uap
• Revolusi Industri di Belanda tidak terlepas dari lancarnya pasokan
bahan mentah dari negeri-negeri jajahan, termasuk Hindia Belanda
Pengaruh Revolusi Industri
• Perkebunan tembakau, seperti di Deli (Sumatra Utara). Kedu dan Klaten (Jawa
Tengah), Besuki, Kediri, dan Jember (Jawa Timur), serta sekitar daerah
kerajaan/Vorstenlanden (Yogyakarta dan Surakarta)
• Perkebunan tebu, seperti di pesisir utara Jawa dari Cirebon hingga Semarang, di
sebelah selatan Gunung Muria hingga Juwana, Vorstenlanden, Madiun, Kediri,
Besuki, Probolinggo, Malang, Pasuruan, Surabaya, dan Jombang Tebu dan pabrik
gula hanya diproduksi di Pulau Jawa. Hal itu karena jenis tanah dan pola pertanian
di Pulau Jawa lebih sesuai untuk tanaman tebu
Perkebunan Milik Swasta Asing yang Ada di
Hindia Belanda
• Bersamaan dengan itu, para pengusaha itu juga mendirikan pabrik-pabrik, seperti pabrik gula,
pabrik cokelat, teh, dan rokok
• Sementara itu, pertambangan berkembang di Sumatra, Jawa, dan Kalimantan, minyak di
Sumatra dan Kalimantan, batu bara di Sumatra Barat dan Selatan, dan timah di Pulau Bangka
• Untuk mendukung pelaksanaan dan pengembangan usaha swasta, dibangun sarana dan
prasarana irigasi, jalan raya, jembatan, dan kereta api
• Angkutan laut juga dikembangkan melalui pembangunan Pelabuhan Batavia (Tanjung Priok),
Medan (Belawan), dan Padang (Teluk Bayur)
• Angkutan laut dilayani oleh perusahaan pengangkutan Belanda bernama Koninklijke Paketvaart
Maatschappij (KPM)
Dampak Kebijakan
• Bagi Kerajaan Belanda dan rakyat Nusantara, kebijakan ini memiliki dampak yang saling bertolak belakang,
yaitu kemakmuran bagi Belanda serta para pengusaha asing yang dibawanya, tetapi penderitaan bagi
rakyat Nusantara
• Sebagaimana pengusaha-pengusaha swasta, Belanda semakin kaya akibat pajak serta monopoli penjualan
hasil-hasil perkebunan dan pertambangan itu
• Keuntungan Belanda dikabarkan berkisar 151 juta gulden pada tahun 1877
• Bagi rakyat Nusantara, kesempatan-kesempatan ekonomi yang baru terbuka itu tidak membawa dampak
apa pun selain beban penderitaan yang semakin besar
• Kebijakan ini menjadi sarana eksploitasi baru, yang tidak kalah buruknya dengan kebijakan tanam paksa
• Eksploitasi itu terdiri atas dua bentuk, yaitu eksploitasi manusia dan eksploitasi agraria
Eksploitasi Manusia
• Eksploitasi manusia yang dimaksud berupa pengerahan tenaga manusia yang diwarnai tipu daya dan
paksaan serta ketidakadilan dan kesewenang-wenangan yang mereka alami di perkebunan-perkebunan itu
• Untuk menjelaskan eksploitasi manusia, kita dapat mengambil contoh di perkebunan-perkebunan,
terutama di Deli dan lokasi-lokasi pertambangan
• Salah satu kendala dalam mengembangkan perkebunan di Sumatra adalah sulitnya memperoleh tenaga
kerja
• Buruh perkebunan harus didatangkan dari luar daerah, seperti dari Jawa dan Madura dan juga dari luar
negeri, seperti Tiongkok
• Hal ini memakan biaya yang tidak sedikit
• Beratnya pekerjaan di perkebunan membuat banyak buruh atau koeli (kuli) yang telah direkrut dengan
biaya yang cukup tinggi itu melarikan diri
Koeli Ordonantie
• Para pengusaha berupaya sedemikian rupa agar buruh yang telah didatangkan dari jauh itu
tidak ingkar janji dalam melaksanakan pekerjaan mereka dan tetap tinggal untuk
menjalankan kewajibannya itu dalam jangka waktu tertentu
• Pemerintah Hindia Belanda kemudian mengeluarkan peraturan baru yang mendukung dan
menjamin agar para pemilik perkebunan dapat memperoleh, mempekerjakan, dan
mempertahankan kuli yang bekerja di perkebunan mereka sesuai kebutuhan
• Peraturan itu diberi nama Koeli Ordonantie 1881
• Semula Koeli Ordonantie berlaku untuk wilayah Sumatra Timur, kemudian meluas untuk
semua kawasan Hindia Belanda di luar Pulau Jawa
Poenale Sanctie
• Para priayi dan birokrat kerajaan, menyewakan tanah lungguh yang menjadi
sumber hidup masyarakat kepada pengusaha-pengusaha perkebunan
(ondernemer) swasta asing. Sewa kepada pihak swasta asing dianggap lebih
menguntungkan daripada disewakan kepada petani-petani penggarap
• Di lahan-lahan perkebunan yang mereka kelola sebelumnya itu, rakyat Jawa
dijadikan tenaga kerja dengan sistem pengupahan serta kondisi kerja yang
tidak adil
Empat Dampak Negatif
• Praktik eksploitasi dalam penerapan kebijakan pintu terbuka memunculkan sebutan baru
terhadap kebijakan ini, yaitu politik pintu terbuka
• Kebijakan pintu terbuka yang pada praktiknya sangat eksplotatif membuat kaum humanis
bersuara lantang
• Mereka mendesak pemerintah Belanda untuk memperbaiki nasib rakyat Hindia Belanda
• Menurut mereka, Belanda sudah menerima banyak dari kekayaan alam Hindia Belanda
selama penjajahannya berabad-abad, dan sudah seharusnya Belanda membalasnya
dengan memajukan penduduk negeri tersebut
• Itulah gagasan dasar yang mendorong lahirnya politik etis