ELASTISITAS
I. TUJUAN
● Untuk mengetahui sifat fisik keelastisan suatu bahan.
● Untuk menghitung modulus elastisitas jenis logam yang digunakan.
● Untuk mengetahui hubungan antara perubahan panjang kawat dengan
penambahan beban dan hubungannya dengan hukum Hooke.
II. TEORI
Hukum Hooke menyatakan perbandingan tegangan terhadap regangan bernilai
konstan jika deformasi kecil. Maksud dari deformasi kecil adalah perubahan
bentuk masih elastis, sehingga bahan tersebut dapat kembali ke posisi semula,
apabila gaya yang dikerjakan ditiadakan.
Tegangan= σ = A
F…………………………….….………………….(2.1)
Regangan = ε = ∆L
L
………………………...…………......................(2.2)
F
A
∆L………………………………………… (2.3)
Modulus Young= γ = L
Semua benda "kaku" adalah elastis pada kondisi tertentu, yang berarti
bahwa kita dapat ubah dimensinya sedikit dengan cara menarik, mendorong,
memutar, atau menekan. Regangan ΔL/L dalam suatu spesimen seringkali dapat
diukur dengan mudah dengan suatu alat pengukur regangan. Meskipun modulus
Young untuk suatu benda mungkin hampir sama untuk tegangan dan kompresi,
kekuatan suatu objek mungkin berbeda untuk kedua jenis stres. Beton, misalnya,
sangat kuat dalam menahan atau modulus tekan yang besar tetapi sangat lemah
dalam ketegangan atau kekuatan Tarik (Halliday, 2018).
IV. PERALATAN
1. Kawat ( Baja dan kuningan)
2. Alat Modulus Young
3. Mikrometer sekrup
4. Meteran
5. Beban Tetap
6. Beban Variabel
7. Tiang penyangga
8. Stopwatch
V. PROSEDUR PERCOBAAN
1. Ditentukan jenis bahan (kawat) yang akan digunakan.
2. Diukur panjang kawat dengan menggunakan meteran.
3. Diukur diameter kawat dengan menggunakan mikrometer sekrup.
4. Digantung beban tetap di pengait sebelah kiri pada alat modulus
bersamaan dengan dihidupkannya stopwatch selama waktu yang
ditentukan.
5. Dilihat kesetimbangan air, jika belum setimbang diputar
mikrometer sekrup agar air berada dalam posisi setimbang.
6. Dilihat skala pada mikrometer sekrup lalu dicatat di data percobaan
untuk penambahan beban (m= 0 kg).
7. Dilakukan prosedur yang sama untuk massa beban 0,2; 0,4; 0,6; 0,8
dan 1 kg.
8. Pada saat massa beban 1 kg, hasil pertambahan panjang untuk
penambahan dan pengurangan massa beban hasilnya sama.
9. Dilakukan pengurangan massa beban dari 0,8; 0,6; 0,4; 0,2; hingga
0 kg dengan prosedur yang sama dengan penambahan massa beban.
10. Dicatat hasilnya pada data percobaan.
Tabel Data
beban ( x ) beban (x )
1 2
0,2
0,4
0,6
0,8
1,0
VII. ANALISIS DATA
g = 9,8m
s 2
l =……………..m
A = πr2
Slope =
1. Membuat grafik ΔL – vs – m
2. Menghitung nilai Modulus Young dari bahan yang digunakan
γp =
gxl
3. Menghitung persen deviasi
A x Slope
| |
γ -γ
% Deviasi = t p x 100%
γt
VIII. ULASAN
1. Bandingkan hasil untuk Modulus Young ( □ ) yang diperoleh
dengan data dari referensi .
2. Tuliskan faktor-faktor yang menjadi sumber ralat dalam penentuan
nilai □.
3.KALOR LISTRIK
I. TUJUAN
1. Untuk mengetahui prinsip kerja dari kalor listrik.
2. Menentukan nilai tara kalor listrik dengan calorimeter secara praktek.
3. Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi kalor listrik.
II. TEORI
Kalor didefinisikan sebagai energi panas yang dimiliki oleh suatu zat. Secara
umum untuk mendeteksi adanya kalor yang dimiliki oleh suatu benda yaitu
dengan mengukur suhu benda tersebut. Jika suhunya tinggi maka kalor yang
dikandung oleh benda sangat besar, begitu juga sebaliknya jika suhunya rendah
maka kalor yang dikandung sedikit. Besar kecilnya kalor yang dibutuhkan
suatu benda (zat) bergantung pada 3 faktor:
1. Massa zat
2. Jenis zat (kalor jenis)
3. Perubahan suhu
Q = m.c.(T – T )
2 1 (2.1)
Dengan :
Q : kalor yang dibutuhkan (J)
m : massa benda (kg)
c : kalor jenis (J/kgC)
(T – T )
2 1 : perubahan suhu (C)
H = (T Q-T ) (2.2)
2 1
Kalor jenis adalah banyaknya kalor yang dibutuhkan untuk menaikkan suhu 1
kg zat sebesar 1 derajat celcius. Alat yang digunakan untuk menentukan besar
kalor jenis adalah kalorimeter.
Q
c= (2.3)
m (T2-T1)
Kalorimeter adalah alat untuk mengukur kalor jenis suatu zat. Salah satu
bentuk kalori meter adalah kalorimeter campuran. Kalorimeter ini terdiri dari
sebuah bejana logam yang kalor jenisnya diketahui. Bejana ini biasanya
ditempatkan didalam bejana lain yang agak lebih besar kedua bejana
dipisahkan oleh bahan penyekat misalkan gabus atau wol. Kegunaan bejana
luar adalah sebagai isolator agar penukaran kalor dengan sekitar kalori meter
dapat dikurangi. Pertukaran energi kalor merupakan dasar teknik yang dikenal
dengan nama kalorimetri, yang merupakan pengukuran kuantitatif dari
pertukaran kalor. Untuk melakukan pengukuran kalor yang diperlukan untuk
menaikkan suhu suatu zat digunakan kalorimeter. Pada teknik yang dikenal
sebagai “metode campuran”, satu sampel zat dipanaskan sampai temperatur tinggi
yang diukur dengan akurat dan dengan cepat ditempatkan pada air dingin
kalorimeter. Kalor yang hilang pada sampel tersebut akan diterimaoleh air dan
kalorimeter. Dengan mengukur suhu akhir campuran tersebut, maka, dapat dihitung
kalor jenis zat tersebut.
Zat yang ditentukan kalor jenisnya dipanaskan sampai suhu tertentu.
Dengan cepat zat itu dimasukkan kedalam kalorimeter yang berisi air dengan
suhu dan massanya sudah diketahui. Kalorimeter diaduk sampai suhunya tidak
berubah lagi. Dengan menggunakan hukum kekekalan energi, kalor jenis yang
dimasukkan dapat dihitung.
Arus listrik akan menimbulkan panas pada suatu kawat tahanan yang
dialirinya. Jika kawat tahanan ini dimasukkan dalam zat cair, maka energi
panas itu diberikan kepada zat cair sehingga suhunya akan naik. Apabila
perpindahan panas tersebut dapat berlangsung, maka banyaknya panas yang
diambil oleh calorimeter beserta isinya berupa air, pengaduk, calorimeter dan
thermometer. Dalam sebuah kawat hambatan yang dialiri listrik terjadi
pemanasan akibat energi listrik menjadi energi panas. Karena daya yang
ditimbulkan oleh arus DC (I) melalui tegangan (V) sama dengan I dikali V,
maka dalam waktu t, energi panas yang dihasilkan adalah
E = V.I.t (2.4)
Dalam metode Joule, kawat hambatan tersebut terletak di dalam air (cairan
lain) di dalam sebuah bejana khusus yang disebut kalorimeter. Menurut teori kalor
dasar, energi E yang diperlukan untuk menaikkan suhu suatu benda bermassa
m, melalui suhu ∆T adalah E = m.c.∆T
Dimana c disebut nilai bahang benda tersebut. Bila diterapkan pada kalorimeter
yang berisi air maka persamaannya menjadi
E = (m .c ) + (m .c ).∆T (2.6)
A A K K
Dengan :
mA= massa air (kg)
-1 -1 -1 -1
cA = kalor jenis air (Jkg C⁰ ) atau (Jkg K )
m = massa kalorimeter (kg)
K
-1 -1 -1 -1
cK= kalor jenis bahan kalorimeter (Jkg C⁰ ) atau (Jkg K )
Catatan yang harus selalu diingat jika menggunakan Asas Black adalah pada
benda yang bersuhu tinggi digunakan (T - T ) dan untuk benda yang bersuhu
1 a
a. Bahan
1. Air Es
Fungsi: Untuk mendapatkan suhu yang ideal (dibawah suhu kamar)
V. PROSEDUR PERCOBAAN
60
120
180
240
300
360
420
480
540
600
660
720
780
840
900
VII. ANALISIS DATA
%D = |C -C t p
|x 100 %
Ct
VIII. ULASAN
1. Bandingkanlah hasil anda dengan nilai bahang jenis air (c ) pada referensi.
a
2. Sebutkanlah sumber-sumber ralat yang terjadi dalam percobaan.
3. Mengapa didalam percobaan dipakai air dingin dan suhu dinaikkan.
4.VISKOSITAS
I. TUJUAN
1. Untuk menentukan koefisien kekentalan (□) cairan dengan menggunakan
metode bola jatuh berdasarkan Hukum Stokes.
2. Untuk mengetahui faktor apa saja yang mempengaruhi nilai koefisien
kekentalan (□) cairan
3. Untuk membandingkan nilai teori koefisien kekentalan cairan dari
referensi dengan nilai koefisien kekentalan cairan yang di peroleh di
laboratorium.
II. TEORI
Koefisien viskositas fluida disingkat ŋ. koefisien kekentalan cairan
didefenisikan sebagai perbandingan tegangan luncur F/A, dengan
perubahan tegangan luncur :
F
F = ηAvl (2.2)
F= kη v
v (2.3)
Dimana koefisien k tergantung pada bentuk gometrik benda. Bila dianalisa
selengkapnya, maka persamaan untuk gaya kekentalan itu adalah :
F = -6 π η r v
v (2.4)
Persamaan ini adalah rumus pertama kali oleh sir George Stokes dalam
tahun 1845 dan Mulus dengan hokum stokes. Dimana :
Fv = Gaya yang melawan (N)
r = Jari Jari bola (cm)
F b =
3
4πr3ρc g (2.7)
Perhatikan arah kebawah diberi tanda (+) dalam semua persamaan,
setelah subtitusi kerumus (2.1) dan (2.2), diperoleh :
6πηrv = a
3
4π
r (ρ ρ )g
3
b- c (2.8)
Sehingga
2
η= 2r
9 (ρ ρ )g (2.9)
va b- c
Beberapa hal yang perlu dalam pengukuran kekentalan dengan metode ini
adalah:
a. Perlu dipastikan bahwa kecepatan yang diukur benar-benar adalah kecepatan
konstan (akhir)
b. Persamaan (2.1) diatas hanya berlaku jika bola lebih kecil dari ukuran
tabung (paling tidak 1/10) dari diameter tabung.
bola
tabung
cairan
bola
c. Suhu harus konstan
untuk jenis-jenis minyak
(Laksono, 2021).
Dari data diatas gambarkanlah grafik jarak (x) -vs- waktu(t) dengan
menghitung slope diperoleh kecepatan akhir bola yang jatuh V .
a
IV.2 Bahan
1. Gliserin
Fungsi: Sebagai objek yang akan dicar i nilai koefisien cairannya
2. Oli
Fungsi: Sebagai objek yang akan dicari nilai koefisien cairannya
3. MinyakGoreng
Fungsi: Sebagai objek yang akan dicari nilai koefisien cairannya
V. PROSEDUR PERCOBAAN
1. Disiapkan peralatan yang akan digunakan
2. Ditentukan jenis cairan yang akan digunakan
3. Diukur jari-jari bola mimis dengan menggunakan mikrometer sekrup.
4. Diukur massa bola mimis.
5. Ditimbang massa gelas ukur dengan menggunakan neraca.
6. Diisi gelas ukur sebanyak 100 ml cairan yang akan digunakan kemudian
ditimbang kembali.
7. Diukur suhu ruangan dan suhu cairan yang digunakan.
8. Diletakkan kawat pada tabung untuk jarak yang akan diukur.
9. Dimasukkan bola tepat ditengah permukaancairan yang diukur (0 cm).
10. Dicatat waktu yang dibutuhkan untuk mencapai jarak yang ditentukan
dengan menggunakan stopwatch.
11. Diulangi percobaan sampai beberapa kali.
12. Diambil bola dengan menggunakan magnet
1. Jenis Cairan :
2. Volume Cairan :
3. A. Diameter Bola :
i. d bola 1 (d ) :
1
ii. d bola 2 (d ) :
2
iii. d bola 3 (d ) :
3
0.6
0.7
0.8
0.9
1.0
%deviasi= | |x100%
ηt
ηt-ηp
VIII. ULASAN
1. Tulislah hasil anda untuk η apakah sesuai dengan range nilai yang tersedia
di laboratorium?
2. Buktikan bahwa kecepatan V yang anda peroleh benar-benar konstan
a
(kecepatan terminal).
3. Sebutkanlah sumber-sumber ralat dalam percobaan ini?
5. INTERFEROMETER AKUSTIK
I. TUJUAN
1. Untuk menyelidiki adanya peristiwa interferensi pada gelombang suara.
2. Untuk menyelidiki hubungan panjang gelombang dengan frekuensi.
3. Untuk menentukan nilai cepat rambat bunyi di udara saat
praktikum
dibandingkan dengan nilai cepat rambat bunyi secara referensi pada
suhu kamar.
II. TEORI
Interferometer adalah alat yang digunakan untuk mengukur panjang
gelombang dengan ketelitian yang tinggi berdasarkan penentuan garis-garis
interferensi atau pola frinji yang dihasilkan (Maria, 2015).
Akustik adalah ilmu yang mempelajari hal-hal yang berkaitan dengan
bunyi, berkenaan dengan indra pendengaran serta keadaan ruangan yang
mempengaruhi bunyi (Rezita, 2019).
Interferometer adalah alat ukur berdasarkan pada gejala interferensi. Interferensi
yaitu suatu kejadian dimana dua gelombang atau lebih berjalan melalui bagian
yang sama dari suatu ruangan pada waktu yang bersamaan (Handayani, 2014).
1000
= 0,34 m
(2.1)
4. Speaker
Fungsi: sebagai alat untuk mengubah gelombang listrik
menjadi
gelombang suara.
5. Mikrofon
Fungsi: sebagai alat yang digunakan untuk mengubah gelombang
suara
menjadi gelombang listrik.
6. Penggaris
Fungsi: sebagai alat yang digunakan untuk mengukur
simpangan
maksimum dari gelombang yang dihasilkan melalui
osiloskop dengan menggeser ujung pipa.
7. Kabel Penghubung
Fungsi: sebagai alat yang digunakan untuk menghubungkan berbagai
alat
elektronika.
V. PROSEDUR PERCOBAAN
1. Disusun rangkaian seperti gambar
dibawah.
2. Dihidupkan signal generator dengan frekuensi yang sudah ditentukan
hingga terdengar bunyi pada pipa bentuk huruf O.
3. Diatur frekuensi sebesar 500 Hz dan diamati gelombang sinusoidal yang
dihasilkan oleh osiloskop.
4. Digeser ujung pipa secara perlahan-lahan untuk mendapatkan interferensi
maksimum yang ditandai gelombang dengan simpangan terbesar
pada osiloskop. Diukur jarak pergeseran pipa ini sebagai jarak awal (x ). 0
7. Ditutup kembali ujung pipa yang bergeser dan diulangi langkah 3, 4, 5, dan
6 dengan frekuensi yang lain (1000 Hz, 1500 Hz, 2000 Hz, dan 2500
Hz).
1. 1000
2.
1500
3.
2000
4.
2500
–X ) n-1
No Frekuensi T(s) λ(m) 1/λ
1 1000
2 1500
3 2000
4 2500
VIII. ULASAN
1. Bahaslah lebih lanjut bagaimana terjadinya peristiwa interferensi
pada
gelombang suara dalam percobaan ini.
2. Bandingkan hasil kecepatan perambatan suara yang diperoleh
dari
perhitungan dengan hasil dari kemiringan grafik.
6.Gelombang Stasioner
I. Tujuan
1. Untuk mengetahui prinsip kerja percobaan gelombang stationer.
2. Untuk mengetahui hubungan antara tegangan tali dengan cepat rambat
gelombang pada tali.
3. Untuk mengetahui aplikasi dari percobaan.
II. Teori
Gelombang tali merupakan suatu jenis gelombang yang memiliki medium
perantara untuk menyalurkan atau menghantarkan gelombang yang ada.
Adapun medium yang dimaksud adalah tali itu sendiri. Dengan begitu,
gelombang tali dapat dikelompokan sebagai gelombang mekanik yang
membutuhkan medium sebagai rambatan gelombang. Gelombang tali
banyak digunakan dalam dilakukannya berbagai percobaaan yang berkaitan
dengan gelombang. Hal ini dikarenakan selain sederhana, gelombang tali
sudah mencakup berbagai sifat dari gelombang-gelombang yang ada.
(Giancoli, 2014)
Gelombang Stationer adalah sebuah tali yang salah satu ujungnya
digoyangkan dan ujung satunya tetap, suatu gelombang yang kontinu akan
merambat ke ujung yang tetap dan di pantulkan kembali dengan terbalik.
(Prabowo, 2021)
IV. Peralatan
1. Vibrator Ticker Timer
Fungsi : Sebagi alat untuk menghasilkan gelombang transversal pada
tali/kawat.
2. Mistar
Fungsi : Untuk mengukur panjang lintasan tali.
3. Beban Gantung
Fungsi : Sebagai variasi beban/massa pada tali saat digetarkan.
4. Katrol
Fungsi : Untuk mengurangi gaya gesek yang ditimbulkan saat
penambahan beban/massa setelah digetarkan tali/kawat.
5. Tali nilon
Fungsi : Sebagai media gelombang transversal yang akan diselidiki
kecepatan rambat gelombangnya bedasarkan simpul simpul yang
terbentuk.
6. Neraca Digital
Fungsi : Untuk menghitung massa tali.
V. Prosedur
1. Disiapkan peralatan yang digunakan.
2. Ditimbang massa tali yang telah ditentukan panjangnya kira-kira 2
meter.
3. Diikat pada wadah yang telah ditimbang terlebih dahulu dan digantung
pada katrol, selanjutnya ujung lainnya diikat ke sumber getar
elektromagnet (Vibrator Ticker Timer).
4. Disusun peralatan seperti pada gambar ilustrasi.
5. Digantung beban/massa pada salah satu ujung tali yang telah disimpul.
6. Dihidupkan Vibrator Ticker Timer dengan menghubungkan ke arus
listrik, kemudian diamati simpul yang terbentuk pada tali/kawat.
7. Dihitung jumlah gelombang yang terbentuk pada tali dengan jarak dan
beban yang telah divariasikan.
8. Diulangi percobaan diatas sebanyak 5 kali.
VI. Data Percobaan
Tabel data
Frekuensi = 50 Hz
5
VII. Analisa Data
F = m g = …(N)
v = f λ = …(m/s)
%D μt ] × 100%
[
μ-μ
= t p
VIII. Ulasan
1. Sebutkan sumber-sumber ralat pada percobaan !
2. Jelaskan hubungan antara frekuensi dengan periode !
7. KEHANTARAN THERMAL METODE LESS
I. TUJUAN
● Membandingkan nilai kehantaran thermal teori dengan hasil praktikum..
● Menentukan nilai kehantaran termal suatu bahan menurut Metode Less
berdasarkan bahan yang bukan penghantar panas yang baik (isolator).
● Mengetahui apa saja faktor yang mempengaruhi nilai kehantaran thermal.
II. TEORI
Energi panas dapat berpindah akibat adanya perbedaan temperature yang disebut
Kalor. Satuan SI Kalor adalah Joule. Panas dapat berpindah dari benda
bertemperatur tinggi menuju benda bertemperatur rendah. Ketika dua benda
bertemperatur berbeda bergandengan, maka akan terjadi pertukaran energy panas
hingga temperature kedua benda tersebut seimbang Kalor merupakan suatu
bentuk energi ada empat cara pemindahan panasnya :
1. Konduksi
Konduksi merupakan transfer energi dari partikel yang memiliki energi
lebih besar ke substansi yang memiliki energi lebih kecil (Juelf, 2018).
Konduksi hanya terjadi dengan menghubungkan kedua benda yang
memiliki temperature yang berbeda. Setiap benda mempunyai
konduktivitas termal (kemampuan mengalirkan panas) tertentu yang akan
mempengaruhi panas yang dihantarkan dari sisi yang panas kesisi yang
lebih dingin,semakin tinggi nilai konduktivitas termal suatu benda
semakin cepat pula mengalirkan panas yang diterima dari satu sisi kesisi
yang lain.
2. Konveksi
Konveksi merupakan transfer energy panas antara permukaan padat dan
fluida bergerak dan dalam hal ini fluidanya adalah udara didalam ruangan.
3. Evaporasi (penguapan)
Dalam pemindahan panas yang didasarkan pada evaporasi, sumber panas
hanya dapat kehilangan panas, misalnya panas yang dihasilkan oleh tubuh
manusia, kelembaban dipermukaan kulit menguap ketika udara melintasi
tubuh.
4. Radiasi
Radiasi adalah perpindahan panas tanpa melaui zat perantara. Misalnya
tubuh manusia akan mendapatkan panas pancaran dari setiap permukaan
dari suhu yang lebih tinggi dan ia akan kehilangan panas atau
memancarkan panas kepada setiap objek atau permukaan yang lebih sejuk
dari tubuh manusia. Dalam radiasi, gelombang elektromagnetik memegang
peranan penting dalam perpindahan panas, sehingga tidak memerlukan
perantara. Panas pancaran yang diperoleh atau hilang tidak dipengaruhi
oleh gerakan udara juga tidak oleh suhu udara antara permukaan-
permukaan atau objek-objek yang memancar. Bahkan di ruang hampa
sekalipun, perpindahan panas akan tetap berlangsung melalui radiasi
gelombang elektromagnetik (Nurhayati dkk, 2021)
R
T1 T2 T3
U V W
d d
Bahan isolator
Logam sebagai konduktor Kumparan panas
1. Tuliskan satuan kehantaran thermal (k) dalam SI dan carilah nilai k untuk:
Cu,Al,Fe dan dua bahan isolator pilihan anda.
2. Sebuah batang logam dipindahkan pada satu ujung dan suhu diamati di
sepanjang batang dimana hasilnya seperti gambardibawah. Bandingkanlah
besar aliran panas pada titik A dengan titik B. Jelaskanlah mengapa
demikian?
T
3. Dua kumparan pemanas listrik yang identik P diberi daya yang sama.
Kedua-duanya terletak diatas isolator thermal yang baik,satu ditutup dengan
penghantar thermal yang baik dan satu lagi ditutup dengan isolator thermal
seperti pada gambar dibawah (ukuran penutup adalah sama).Bandingkanlah
suhu kedua pemanas tersebut
Tutup (logam/isolator)
PP
Pemanas
Isolator termal
IV. PERALATAN
1. Alat Less, terdiri dari 3 keping logam yang identik,1 keping kayu.
2. Power Supply Digital.
3. Termometer Digital.
4. Keping penghantar buruk : kayu.
5. Keping penghantar baik : logam.
6. Amperemeter.
7. Voltmeter.
8. Jangka Sorong.
9. Tahanan Geser.
10. Kabel dan Penjepit Buaya.
11. Stopwatch.
V. PROSEDUR PERCOBAAN
1. Diukur diameter dan tebal bahan penghantar yang baik (logam) menggunakan
jangka sorong.
2. Diukur diameter dan tebal bahan penghantar yang buruk (kayu) menggunakan
jangka sorong.
9. Dihidupkan stopwatch dan diatur waktu selama 5 menit lalu dicatat pembacaan
suhuT ,T ,T padat ermometer.
1 2 3
10. Dilakukan prosedur yang sama untuk waktu 10 menit,15 menit,20 menit dan
d = ….. cm = ..… m
r = ..… cm = ….… m
x =…… cm = ……..m
r’ = …....cm = …...m
x’ =…...cm = ……m
3. I = ….. A
V = …. V
4. SuhuKamar = …. °C
5. T 0 = …. °C
1
T2 = …..°C
0
T3 = …. °C
0
t (s) T3 (°C)
T1(°C) T2(°C)
300
600
900
1200
1500
TRata-rata
A = π r2
S = 2rx
3.Menghitung luas penampang keping penghantar buruk (Kayu).
A' = πr'2
S' = 2r'x'
T1 + T2
T' = 2
|Kt - kp|
%D =
x 100 %
Kt
VIII. ULASAN
1. Bandingkanlah hasil nilai kehantaran thermal secara praktik dengan hasil nilai
secara teori.
I. TUJUAN
1. Untuk menentukan nilai koefisien muai linear beberapa jenis logam.
2. Untuk mengetahui faktor yang memengaruhi nilai koefisien muai linear.
3. Untuk mengetahui aplikasi dari percobaan koefisien muai linear.
II. TEORI
pada
Nilai α untuk berbagai bahan zat padat pada 20°C dapat dilihat di Tabel 2.1
berikut.
-0
-10
-20
54 3 201 2345
4.1 Peralatan
1. Alat ukur koefisien muai linear yang dilengkapi dengan
mikrometer sekrup
Fungsi: untuk mengukur pertambahan panjang suatu logam.
2. Termometer digital
Fungsi: untuk mengukur suhu kamar dan mengamati perubahan
yang terjadi pada alat ukur koefisien muai linear.
3. Ketel uap listrik
Fungsi: untuk memanaskan air sehingga menghasilkan uap panas.
4. Selang tahan panas
Fungsi: untuk mengalirkan uap dari ketel uap listrik ke alat ukur
koefisien muai linear.
5. Meteran
Fungsi: untuk mengukur panjang batang logam.
4.2 Bahan
1. Air
Fungsi: untuk menghasilkan uap panas.
2. Beberapa jenis logam
Fungsi: untuk menentukan nilai koefisien muai linear.
V. PROSEDUR PERCOBAAN
1. Dipanaskan ketel uap listrik yang berisi air hingga menghasilkan uap
panas.
2. Diukur suhu kamar dengan menggunakan termometer digital.
3. Diukur panjang batang logam yang akan digunakan.
4. Dimasukkan batang logam ke alat ukur koefisien muai linear.
5. Diukur penunjukan mikrometer sekrup batang logam mula-mula.
6. Dihubungkan alat ukur koefisien muai linear ke ketel uap listrik dengan
menggunakan selang tahan panas.
7. Diamati kenaikan suhu pada termometer yang telah dipasang pada alat
ukur koefisien muai linear hingga tidak terjadi pertambahan suhu.
8. Diketatkan mikrometer sekrup pada suhu yang telah ditentukan untuk
mengukur pertambahan panjang logam kemudian dilonggarkan kembali
mikrometer sekrupnya dan dicatat hasilnya.
9. Dilakukan percobaan yang sama dari suhu yang tertinggi ke suhu yang
terendah dengan interval 10 C dari penunjukan suhu awal oleh
o
termometer.
Jenis logam :
Suhu awa (T ) : o
C
i
Suhu akhir (T ) : o
C
f