Anda di halaman 1dari 51

STRATEGI PENGEMBANGAN OBJEK WISATA

PERMANDIAN AIR PANAS KADIDIA


DI DESA KADIDIA KECAMATAN NOKILALAKI
KABUPATEN SIGI
“Sebagai Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Kehutanan (S.Hut)
Pada Fakultas Kehutanan Universitas Tadulako”

Oleh:
KARMA SIDIYANTO
L13119013

JURUSAN KEHUTANAN
FAKULTAS KEHUTANAN
UNIVERSITAS TADULAKO
PALU
2023
HALAMAN PENGESAHAN

Judul : Strategi Pengembangan Obyek Wisata Permandian Air Panas

Kadidia Di Desa Kadidia Kecamatan Nokilalaki Kabupaten Sigi

Nama : Karma Sidiyanto

Stambuk : L13119013

Jurusan : Kehutanan (S1)

Fakultas : Kehutanan

Universitas : Universitas Tadulako

Palu, Maret 2023

Menyetujui,

Pembimbing Utama Pembimbing Anggota

Dr. Ir. Arief Sudhartono, MP Sustri, S.Hut., M.Sc.


NIP. 196204021990011001 NIP. 198007062005012003

Mengetahui,
Ketua Jurusan Kehutanan
Fakultas Kehutanan Universitas Tadulako

Dr. Ir. Abdul Rosyid, M.Si.


NIP196408261995121001
RINGKASAN

Karma Sidiyanto, Arief Sudhartono, Sustri – L 131 19 013, Strategi

Pengembangan Objek Wisata Permandian Air Panas Kadidia Di Desa

Kadidia Kecamatan Nokilalaki Kabupaten Sigi

Indonesia memiliki potensi dan sumber daya alam sangat banyak tetapi

masih banyak yang belum dikembangkan secara maksimal. Objek wisata

permandian air panas Kadidia merupakan salah satu objek wisata yang sangat

menarik untuk dikunjungi, utamanya jika rekreasi bersama dengan keluarga.

Objek wisata permandian air panas Kadidia terletak di Desa Kadidia Kecamatan

Nokilalaki Kabupaten Sigi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui strategi

pengembangan objek wisata permandian air panas Kadidia dan mengetahui faktor

internal dan faktor eksternal.

Penelitian ini dilaksanakan selama dua bulan yaitu pada bulan Oktober

sampai dengan bulan November 2022, bertempat di Desa Kadidia Kecamatan

Nokilalaki Kabupaten Sigi. Metode penelitian ini menggunakan metode deskriptif

kualitatif dan analisis SWOT (Strength, Weakness, Opportunity, Threats). Adapun

sumber data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu hasil wawancara,

observasi, dan dokumentasi.

Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan peluang objek wisata permandian

air panas Kadidia sangat besar. Strategi yang mungkin bisa diterapkan yaitu

mengikuti berbagai event promosi serta kerjasama wisata, perbaikan aksesbilitas

dan peningkatan sarana dan prasarana objek wisata permandian, serta optimalisasi

website dan media sosial dalam pengembangan wisata berbasis teknologi.


SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT

Saya yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Karma Sidiyanto

Tempat / Tanggal Lahir : Banyuwangi / 25 Februari 2000

NIM : L13119013

Program Studi : Kehutanan

Judul Skripsi : Strategi Pengembangan Objek Wisata Permandian

Air Panas Kadidia Di Desa Kadidia Kecamatan

Nokilalaki Kabupaten Sigi

Dengan penuh kesadaran saya telah memahami sebaik-baiknya dan menyatakan

bahwa skripsi ini bebas dari segala bentuk plagiat. Apabila dikemudian hari

terbukti adanya indikasi plagiat dalam skripsi ini, maka saya bersedia menerima

sanksi peraturan Mendiknas Republik Indonesia No. 17 Tahun 2010 dan peraturan

perundang-undangan yang berlaku.

Palu, Maret 2023


Yang membuat pernyataan,

MATERAI
10.000 Karma Sidiyanto
NIM. L13119013
UCAPAN TERIMA KASIH

Puji syukur senantiasa penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa

atas limpahan rahmat serta karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan

skripsi yang berjudul “Strategi Pengembangan Obyek Wisata Permandian Air

Panas Kadidia Di Desa Kadidia Kecamatan Nokilalaki Kabupaten Sigi”

dapat terselesaikan dengan baik. Terima kasih yang tak terhingga kepada Bapak

Dr. Ir. Arief Sudhartono, MP selaku dosen Pembimbing Utama, dan Ibu

Sustri, S.Hut., M.S.Sc. selaku dosen Pembimbing Anggota yang telah bersedia

meluangkan waktunya untuk membimbing serta mengarahkan penulis selama

penyusunan tugas akhir ini dilakukan.

Penulis juga menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya

kepada kedua orang tua serta keluarga yang senantiasa mendoakan, mendukung

serta memfasilitasi penulis sejak awal studi hingga saat ini. Penulis menyadari

bahwa dalam penulisan Skripsi ini tidak lepas dari bantuan dan bimbingan dari

berbagai pihak. Maka dari itu pada kesempatan ini penulis juga menyampaikan

ucapan terima kasih kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Ir. H. Mahfudz, MP, Rektor Universitas Tadulako

2. Bapak Dr. Golar, S.Hut., M.Si. Dekan Fakultas Kehutanan Universitas

Tadulako

3. Ibu Dr. Ir. Bau Toknok, SP., MP Wakil Dekan Bidang Akademik Fakultas

Kehutanan Universitas Tadulako

4. Ibu Dr.Hut. Ir. Ariyanti, MP Wakil Dekan Bidang Umum dan Keuangan

Fakultas Kehutanan Universitas Tadulako


5. Bapak Prof. Dr. Ir. Naharuddin, S.Pd., M.Si. Wakil Dekan Bidang

Kemahasiswaan Fakultas Kehutanan Universitas Tadulako

6. Bapak Dr. Ir. Abdul Rosyid, M.Si. Ketua Jurusan Fakultas Kehutanan

Universitas Tadulako

7. Bapak Dr. Ir. Arief Sudhartono, MP Ketua Unit MBKM Fakultas

Kehutanan Universitas Tadulako

8. Ibu Dr. Sitti Ramlah, S.Hut., M.Sc. Ketua Minat Konservasi Sumber Daya

Hutan Fakultas Kehutanan Universitas Tadulako

9. Bapak Dr. Ir. Akhbar, MT Dosen Wali

10. Kedua orang tua saya tercinta, saudara, dan keluarga besar saya yang

sudah memberikan banyak pengorbanan, semangat, doa, dukungan dan

waktunya sehingga saya dapat menyelesaikan Skripsi ini

11. Sahabat saya yang telah memberikan semangat dan doa dalam penulisan

tugas akhir (skripsi) ini, Syahril Wahyu Saifuddin, Ni Made Virawati,

Gemilang Alfarizi, Irvan Bagus Anggara, Jimmy Patiung, Andi Moh Imran

Ardi, Moh Fahrul Himalaya Umar, Hilsari, Harry Dwiyanto Saputra, serta

sahabat – sahabat saya yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu.

Penulis menyadari bahwa tugas akhir (skripsi) ini masih banyak

kekurangan dan kelemahan, sehingga kritik dan saran yang membangun sangat

penulis harapkan untuk penyempurnaan tugas akhir (skripsi) ini.


DAFTAR ISI
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR TABEL
DAFTAR LAMPIRAN
I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Indonesia memiliki potensi dan sumber daya alam sangat banyak tetapi

masih banyak yang belum dikembangkan secara maksimal, termasuk pada sektor

pariwisata yang belum dikembangkan dan diperkenalkan pada dunia (Ch, 2020).

Pariwisata memiliki peranan penting dalam pembangunan daerah, dimana sektor

pariwisata memberikan kontribusi perekonomian bagi daerah yang menjadi objek

wisata tersebut (Tapatfeto et al., 2018). Pariwisata juga dapat menjadi salah satu

sektor penyerap tenaga kerja, dalam hal ini pemerintah sangat mendukung untuk

pengembangan pada sektor pariwisata. Pengelolaan pada objek wisata suatu

daerah yang berpotensi akan wisatanya, dapat menghasilkan nilai ekonomis yang

sangat tinggi (Lailatufa et al., 2019).

Pengembangan pada objek wisata perlu dilakukan dengan mengoptimalkan

seluruh potensi sumber daya alam yang ada dengan menggunakan kaidah – kaidah

yang berkelanjutan yang dapat melindungi dan menjaga kawasan konservasi.

Dalam melakukan pengembangan objek wisata, sangat penting melakukan

rumusan strategi – strategi pengembangan objek wisata agar pelestarian

keanekaragaman hayati terlindungi secara berkelanjutan (Rusmana et al., 2021).

Kecamatan Nokilalaki merupakan kecamatan yang ada di Kabupaten Sigi

yang memiliki beberapa objek wisata, salah satu objek wisata yang cukup terkenal

di Kecamatan Nokilalaki yaitu objek wisata permandian air panas Kadidia yang

terletak di Desa Kadidia. Desa Kadidia merupakan salah satu desa yang berada di
Kecamatan Nokilalaki yang termasuk di dalam Kawasan Taman Nasional Lore

Lindu yang memiliki sumber panas bumi. Sumber panas bumi yang berada di

daerah Kadidia dan Kadidia selatan ditandai dengan adanya alterasi batuan, tanah

panas dan mata air panas yang tersebar di berbagai daerah dengan suhu berkisar

40,4℃ - 98,8℃. Desa Kadidia terdapat sumber air panas yang saat ini

dimanfaatkan sebagai objek wisata permandian air panas yang dikelola oleh

kelompok binaan Balai Besar Taman Nasional Lore Lindu.

Objek wisata permandian air panas Kadidia merupakan salah satu objek

wisata yang sangat menarik untuk dikunjungi, utamanya jika rekreasi bersama

dengan keluarga. Objek wisata permandian air panas Kadidia terletak di Desa

Kadidia Kecamatan Nokilalaki Kabupaten Sigi yang berjarak 60 km dari Ibukota

Sulawesi Tengah atau bila ditempuh menggunakan mobil atau motor akan

memakan waktu 2 jam.

Objek wisata permandian air panas Kadidia didirikan pada tahun 90an

bersamaan dengan pos jaga yang ada di Desa Kamarora. Kemudian pada tahun

2000 terjadi kasus di Dongi – Dongi dan terjadi aksi pembakaran pos penjagaan di

sepanjang jalan Palolo termasuk juga di Kamarora serta kondisi permandian air

panas Kadidia tetap aman karena dijaga oleh masyarakat. Semenjak terjadi kasus

tersebut permandian air panas Kadidia tidak dikelola oleh Balai Besar Taman

Nasional Lore Lindu, karena terdapat jarak antara masyarakat Kamarora dengan

Balai Besar Taman Nasional Lore Lindu. Pada tahun 2019 dengan kehadiran

Kepala Bidang Pengelolaan Taman Nasional Wilayah II Makmur mulai

melakukan pendekatan ke masyarakat yang mengelola objek wisata permandian


air panas melalui kegiatan pemberdayaan masyarakat. Dengan adanya kegiatan

pemberdayaan masyarakat, objek wisata permandian air panas Kadidia mulai

dikelola oleh Balai Besar Taman Nasional Lore Lindu sampai sekarang dan

dikenakan Penghasilan Negara Bukan Pajak (PNBP).

Berdasarkan hasil observasi peneliti di objek wisata permandian air panas

Kadidia, sudah terdapat fasilitas dua kolam permandian yang mampu menampung

sekitar 48 orang, terdapat sarana lainnya yaitu kantor atau loket pembelian tiket

masuk, toilet, ruang ganti, gazebo atau tempat duduk serta warung dan tempat

parkir. Namun terdapat beberapa fasilitas yang tidak tersedia atau kondisinya

tidak layak seperti ruang ganti pakaian kondisinya kurang layak digunakan dan

minim pencahayaan, kurangnya toilet dan hanya terdapat satu toilet saja, kondisi

gazebo tidak layak digunakan, tempat parkir yang sempit, kondisi pagar kurang

bagus untuk kenyamanan dan keamanan pengunjung, kurangnya wahana pada

kolam permandian serta kolam sering kotor atau airnya berwarna hijau.

Apabila fasilitas yang ada di objek wisata ini tidak ditingkatkan dan

dikembangkan menjadi lebih baik maka objek wisata permandian air panas

Kadidia akan tertinggal dengan daya tarik wisata lainnya yang serupa.

Peningkatkan dan pengembangan sarana pada objek wisata permandian air panas

Kadidia ini bermanfaat untuk menarik kembali wisatawan yang pernah datang

untuk datang kembali dan menarik wisatawan lebih banyak lagi. Untuk itu peneliti

melakukan penelitian untuk menentukan strategi pengembangan objek wisata

permandian air panas Kadidia.


1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang, maka yang menjadi rumusan masalah yaitu

bagaimana strategi pengembangan objek wisata permandian air panas Kadidia

untuk menarik wisatawan lebih banyak lagi?

1.3 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan pada penelitian ini yaitu:

1. Mengetahui strategi pengembangan objek wisata permandian air panas

Kadidia

2. Mengetahui faktor internal (kekuatan dan kelemahan) dan faktor

eksternal (peluang dan ancaman)

1.4 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian ini diantaranya:

1. Memberikan masukan dan saran rekomendasi bagi Taman Nasional


Lore Lindu terkait pengembangan objek wisata

2. Bagi masyarakat diharapkan dapat membantu dalam meningkatkan

perekonomian

3. Bagi peneliti diharapkan dapat menambah wawasan dan pengetahuan

baru
II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pariwisata

Definisi pariwisata telah diatur dalam Undang – Undang Kepariwisataan

baik yang lama maupun yang baru. Dalam Undang – Undang Kepariwisataan

yang baru, yaitu Undang – Undang Nomor 10 Tahun 2009 Pasal 1 ayat (3),

dijelaskan bahwa pariwisata adalah berbagai macam kegiatan wisata yang

didukung dengan fasilitas dan layanan yang disediakan oleh masyarakat,

pengusaha, pemerintah, dan pemerintah daerah. Sedangkan dalam Undang –

Undang Kepariwisataan lama, yaitu Undang – Undang Nomor 9 Tahun 1990

tentang Kepariwisataan Pasal 1 ayat (3), definisi pariwisata adalah kegiatan yang

bertujuan untuk menyelenggarakan usaha jasa wisata, menyediakan atau

mengusahakan objek dan daya tarik, serta usaha sarana pariwisata dan usaha lain

yang terkait dalam bidang tersebut (Andriwiguna, 2022).

Menurut Andriwiguna (2022) mengatakan, ada beberapa definisi dari

pariwisata yang diuraikan sebagai berikut.

1. Syafiie dan Suwantoro

Menurut Syafiie dan Suwantoro, pariwisata adalah sebuah pengalaman

perjalanan yang dilakukan dengan sopan dan santun. Konsep pariwisata

berkaitan dengan istilah perjalanan wisata, di mana seseorang meninggalkan

tempat tinggalnya untuk sementara waktu karena berbagai alasan, seperti

untuk mendapatkan kepuasan dan memenuhi keinginan untuk mengetahui

sesuatu yang mendorong untuk melakukan perjalanan dengan motif yang


beragam, seperti kepentingan ekonomi, sosial, budaya, agama, Kesehatan,

dan keinginan lainnya, seperti pengetahuan atau penelitian.

2. Mathieson dan Wall

Menurut Mathieson dan Wall, pariwisata adalah perpindahan sementara

manusia ke tujuan wisata di luar tempat kerja dan tempat tinggal sehari –

hari, di mana mereka melakukan aktivitas selama tinggal di tempat wisata

tersebut. Fasilitas – fasilitas yang memenuhi kebutuhan para wisatawan

disediakan agar mereka merasa nyaman selama melakukan aktivitas di

tempat wisata tersebut.

3. Kodhyat (1998)

Menurut Kodhyat, pariwisata adalah suatu bentuk perjalanan yang

bersifat sementara dari suatu tempat ke tempat lain yang dilakukan oleh

individu atau kelompok. Tujuan dari perjalanan ini adalah untuk mencari

keseimbangan, keserasian, dan kebahagiaan dengan lingkungan sekitar

dalam dimensi sosial, budaya, alam, dan ilmu pengetahuan.

4. Gamal (2002)

Menurut Gamal, pariwisata adalah sebuah proses di mana seseorang

sementara meninggalkan tempat tinggalnya dan menuju ke tempat lain

untuk tujuan wisata.

5. Burkat dan Medlik (1987)

Menurut Burkat dan Medlik, pariwisata adalah perubahan sementara

orang yang mengunjungi tujuan di luar tempat tinggal dan bekerja dalam
jangka waktu yang terbatas, serta aktivitas yang mereka lakukan selama

tinggal di tujuan tersebut.

Dari definisi diatas, dapat disimpulkan bahwa pariwisata adalah kegiatan

yang berlangsung dalam waktu singkat yang dilakukan di luar tempat kerja,

dengan tujuan untuk berwisata dan mendapatkan fasilitas yang memenuhi

kebutuhan selama kegiatan berlangsung.

2.2 Strategi Pengembangan Objek Wisata

Kata strategi berasal dari Bahasa Yunani yaitu “strategia” yang berarti seni

seorang panglima yang digunakan dalam peperangan. Penggunaan istilah strategi

sudah sangat luas baik dibidang Pendidikan maupun pada bidang ilmu lainnya

untuk mencapai kemenangan atau tujuan tertentu. Jadi, strategi dapat didefinisikan

sebagai rangkaian rancangan atau rencana jangka panjang yang diterapkan dalam

seluruh proses bisnis maupun organisasi untuk menghadapi persaingan dan

mencapai tujuan dan visi perusahaan (Ritonga, 2020).

Pengembangan objek wisata adalah suatu proses pengembangan dan

peningkatan daya tarik suatu objek wisata yang bertujuan untuk meningkatkan

kualitas dan kuantitas wisatawan yang datang serta meningkatkan pendapatan dari

sektor pariwisata. Proses pengembangan pariwisata dapat meliputi penambahan

atau perbaikan fasilitas, peningkatan kualitas layanan, pengembangan atraksi,

serta pengembangan promosi (Oktaviani, 2020).

Menurut Paturusi (2001) dalam Amerta (2019), pengembangan dalam

konteks pembangunan pariwisata adalah Tindakan strategis untuk meningkatkan

kondisi daya tarik wisata sehingga mampu menrik kunjungan wisatawan, menarik
minat investor pariwisata, serta memberikan manfaat bagi pemerintah dan

masyarakat lokal disekitar daerah tujuan wisata. Dalam hal ini, pengembangan

dimaksudkan untuk memajukan dan memperbaiki kondisi pariwisata agar

semakin menarik dan berkembang.

Menurut Butler (1999:60) dalam Amerta (2019), terdapat enam tahapan

dalam pengembangan pariwisata yang dapat menimbulkan implikasi dan dampak

yang berbeda secara teoritis. Berikut adalah enam tahapan tersebut:

1. Tahap eksplorasi, pertumbuhan spontan dan penjajakan (exploration)

Pada tahap ini jumlah wisatawan petualang relative sedikit, mereka

cenderung dihadapkan pada keelokan alam serta budaya yang masih natural

di wilayah tujuan wisata. Sarana pariwisata dan fasilitas yang tersedia juga

belum sepenuhnya memadai. Atraksi wisata di kawasan tersebut masih

mempertahankan keasliannya dan interaksi dengan masyarakat lokal cukup

tinggi.

2. Tahap keterlibatan (involvement)

Pada tahap ini masyarakat lokal mulai mengambil inisiatif untuk

menyediakan fasilitas pariwisata, kemudian dilanjutkan dengan promosi

pariwisata daerah yang dibantu oleh pemerintah. Hasilnya, terjadi

peningkatan jumlah kunjungan wisatawan.

3. Tahap pengembangan dan pembangunan (development)

Pada tahap ini terjadi peningkatan yang signifikan dalam jumlah

kunjungan wisatawan. Pada musim puncak, jumlah wisatawan biasanya

sama, bahkan dapat melebihi jumlah masyarakat lokal. Investor luar mulai
datang dan memperbarui fasilitas yang ada. Namun, seiring dengan

meningkatnya popularitas daerah pariwisata, terdapat masalah yang muncul

seperti karusakan fasilitas. Oleh karena itu, perencanaan dan kontrol yang

secara nasional dan regional sangat diperlukan, tidak hanya mengatasi

masalah yang timbul, tetapi juga untuk pemasaran internasional.

4. Tahap konsolidasi (consolidation)

Pada tahap ini, meskipun jumlah wisatawan secara keseluruhan masih

meningkat namun tingkat pertumbuhannya sudah mulai menurun. Daerah

pariwisata kurang berpengalaman dalam mengatasi masalah dan cenderung

terjadi monopoli yang sangat kuat.

5. Tahap kestabilan (stagnation)

Pada tahap ini, wisatawan yang berkunjung mencapai puncaknya dan

daerah tujuan wisata sudah tidak lagi mampu mengakomodasi jumlah

wisatawan yang dating. Hal ini menyadarkan bahwa dibutuhkan kunjungan

ulangan wisatawan dan pengembangan bisnis serta komponen pendukung

lainnya agar jumlah wisatawan yang berkunjung tetap dapat dipertahankan.

Namun, daerah tujuan wisata mungkin mengalami tantangan dalam bidang

lingkungan, sosial, dan ekonomi.

6. Tahap penurunan kualitas (decline) dan kelahiran baru (rejuvenation)

Pada tahap ini, wisatawan kehilangan daerah tujuan wisata dan menjadi

resort baru. Resort tersebut kemudian bergantung pada wilayah tangkapan

yang lebih kecil secara geografis untuk kunjungan harian dan akhir pekan.

Kepemilikan berpeluang kuat untuk mengubah dan dan fasilitas – fasilitas


pariwisata seperti akomodasi, mungkin diubah penggunaannya. Pada

akhirnya, kebijakan diambil untuk mengakui tahap ini dan wilayah tersebut

dikembangkan sebagai tujuan wisata baru. Kemudian kebijkan baru diambil

dalam berbagai bidang, seperti penggunaan, pemasaran, distribusi, dan

meninjau kembali posisi wilayah tujuan wisata tersebut.

Menurut Ridwan dan Aini (2019) mengungkapkan bahwa pengembangan

wilayah atau daerah adalah suatu proses yang dilakukan secara terenana terhadap

suatu wilayah atau daerah dengan tujuan memperbaiki aspek sosial, ekonomi,

lingkungan, infrastruktur, dan lain – lain. Proses pengembangan tersebut harus

direncanakan dengan baik. Di dalam konteks pariwisata, pengembangan wilayah

atau daerah berkaitan erat dengan sektor pariwisata karena tujuannya adalah

memperbaiki dan mengembangkan objek wisata serta meningkatkan

perekonomian melalui pariwisata. Oleh karena itu, pengembangan pariwisata

harus menjadi bagian dari pengembangan wilayah atau daerah secara keseluruhan.

2.3 Objek Wisata

Objek wisata adalah tempat atau hal yang menjadi daya tarik tujuan wisata

dan dapat dikunjungi oleh wisatawan. Objek wisata dapat berupa objek alam,

objek budaya, objek sejarah, objek keagamaan, objek arsitektur, atau objek

modern seperti taman hiburan, pusat perbelanjaan, hotel, dan sebagainya.

Menurut Undang – Undang Republik Indonesia No. 9 tahun 1990 tentang

Kepariwisataan, dinyatakan bahwa objek wisata adalah bagian dari destinasi

wisata, yang merupakan daya tarik wisata yang terdapat pada wilayah tersebut.

Objek wisata merupakan salah satu faktor penting yang dapat mempengaruhi
keberhasilan suatu destinasi wisata dalam menarik wisatawan dan meningkatkan

perekonomian daerah melalui pariwisata (Oktaviani, 2020).

Menurut Nurmi (2017) mengatakan bahwa jenis objek wisata terbagi dalam

tiga jenis yaitu:

1. Wisata Budaya

Wisata budaya adalah objek wisata yang memiliki nilai sejarah, adat,

dan budaya yang tinggi. Contohnya adalah candi, museum, tarian

tradisional, dan festival budaya. Objek wisata budaya memiliki potensi

untuk meningkatkan pemahaman dan apresiasi terhadap

keanekaragaman budaya di suatu daerah.

2. Wisata Alam

Wisata alam adalah objek wisata yang terletak di alam terbuka, seperti

pantai, gunung, danau, hutan, dan air terjun. Objek wisata alam

memiliki potensi untuk memberikan pengalaman wisata yang unik dan

menarik, serta dapat meningkatkan kesadaran tentang pentingnya

konservasi dan keberlanjutan lingkungan.

3. Wisata Kuliner

Wisata kuliner adalah objek wisata yang berkaitan dengan makanan dan

minuman khas suatu daerah atau negara. Contohnya adalah restoran,

festival kuliner.

2.4 Daya Tarik Wisata

Menurut Undang – Undang Republik Indonesia No. 10 tahun 2009 tentang

kepariwisataan mendefinisikan daya tarik wisata sebagai suatu daya tarik yang
mempunyai keunikan dan kekhasan, baik berupa objek wisata maupun aktivitas

wisata yang terdapat pada suatu destinasi wisata yang dapat memberikan

pengalaman wisata yang menarik dan memuaskan wisatawan (Sudarwan et al.,

2021).

Dalam konteks Undang – Undang tersebut, daya tarik wisata dianggap

sebagai faktor penting yang dapat mempengaruhi keberhasilan suatu destinasi

wisata dalam menarik wisatawan dan meningkatkan perekonomian daerah melalui

pariwisata. Oleh karena itu, pengembangan daya tarik wisata yang berkualitas dan

bervariasi menjadi sangat penting dalam upaya meningkatkan kunjungan

wisatawan dan memperkuat industri pariwisata.

Objek wisata yang menjadi daya tarik wisata dapat berupa keindahan alam,

keunikan budaya, keindahan sejarah, hiburan, keagamaan, dan sejenisnya.

Sementara aktivitas wisata yang menjadi daya tarik wisata dapat berupa

petualangan, rekreasi, kuliner, belanja, edukasi, kesehatan, atau kegiatan sosial

yang dapat memenuhi kebutuhan dan keinginan wisatawan dalam berlibur.

Menurut Pratama (2021) dalam Susianto et al. (2022) mengatakan bahwa

daya tarik merupakan segala sesuatu yang memiliki keunikan, keindahan,

kemudahan, dan nilai yang berwujud keanekaragaman kekayaan alam maupun

buatan manusia, sehingga menarik dan memiliki nilai untuk dikunjungi oleh

wisatawan. Faktor daya tarik ini menjadi salah satu motivasi utama bagi

wisatawan untuk mengunjungi objek wisata dan memiliki peran penting dalam

mempengaruhi keputusan wisatawan dalam memilih objek wisata yang akan

dikunjungi.
2.5 Sarana dan Prasarana Wisata

Sarana dan prasarana pariwisata adalah faktor penting yang sangat

dibutuhkan oleh para wisatawan saat mengunjungi suatu tempat wisata. Sarana

dan prasarana atau fasilitas – fasilitas yang diperlukan pada objek wisata meliputi

jalan, listrik, air, telekomunikasi, dan lain sebagainya. Oleh karena itu,

pengembangan sarana dan prasarana daya tarik wisata sangatlah penting untuk

menjamin kenyamanan dan keamanan para wisatawan selama berkunjung dan

dapat membantu meningkatkan kunjungan wisata (Istiqomah & Priyatmono,

2020).

Menurut Ghani (2017) dalam Fatmawati dan Nurul Rochmah (2022)

mengatakan sarana pariwisata merupakan segala sesuatu yang sangat penting dan

dibutuhkan oleh wisatawan saat mengunjungi suatu tempat wisata. Selain itu,

prasarana pariwisata merupakan sumber daya manusia (SDM) dan sumber daya

alam (SDA) yang diperlukan oleh wisatawan saat berkunjung ke suatu destinasi

wisata. Contoh dari prasarana wisata yaitu jalan, listrik, air, telekomunikasi,

terminal, jembatan, dan lain sebagainya.

Menurut Warpani (2006) dalam Dwiputra (2013) mengatakan bahwa sarana

wisata adalah kelengkapan yang dibutuhkan oleh daerah tujuan wisata. Sarana

wisata ini digunakan untuk memenuhi kebutuhan wisatawan dalam melakukan

perjalanan wisata.

Penyediaan sarana wisata di daerah tujuan wisata atau objek wisata harus

disesuaikan dengan kebutuhan wisatawan dan selera pasar yang dapat menentukan

kebutuhan sarana yang diperlukan. Beberapa sarana wisata yang umumnya


disediakan di daerah tujuan wisata yang meliputi hotel, biro perjalanan, alat

transportasi, restoran dan rumah makan, serta sarana pendukung lainnya. Namun,

tidak semua objek wisata memerlukan sarana yang lengkap. Oleh karena itu,

pengadaan atau pembangunan sarana wisata harus disesuaikan dengan kebutuhan

dan permintaan wisatawan (Dwiputra, 2013).

2.6 Analisis SWOT

Analisis SWOT (Strength, Weakness, Opportunity, Threats) adalah teknik

analisis yang dikembangkan di Stanford pada tahun 1970-an dan menjadi alat

dalam penyusunan perencanaan strategis dalam suatu organisasi. SWOT

merupakan metode perencanaan terstruktur untuk mengevaluasi dari keempat

elemen organisasi, proyek, atau usaha bisnis. Analisis SWOT dilakukan untuk

mempertahankan, membangun dan memanfaatkan kekuatan organisasi,

memperbaiki dan menghentikan kelemahan organisasi, mengutamakan dan

mengoptimalkan peluang serta melawan dan meminimalkan ancaman yang

dihadapi organisasi (Riyanto et al., 2021).

Analisis SWOT adalah analisis dari suatu kondisi yang meliputi kekuatan,

kelemahan, peluang, dan ancaman dengan memberikan penilaian terhadap hasil

dari identisikasi suatu masalah. Analisis SWOT dapat didefinisikan sebagai proses

perencanaan suatu institusi dengan memberikan penilaian terhadap kondisi saat ini

serta memberikan gambaran ke depan untuk kemajuan atau pengembagan institusi

atau organisasi tersebut. Untuk merumuskan strategi dalam analisis SWOT, dapat

dilakukan analisis situasi dengan mengidentifikasi berbagai faktor secara

sistematis terhadap kekuatan (strength), kelemahan (weakness), peluang


(opportunity), dan ancaman (threats) yang berasal dari internal dan eksternal

institusi atau organisasi (Amane & Laali, 2022).

Menurut Amane dan Laali (2022) mengungkapkan bahwa matriks SWOT

merupakan sebuah alat yang digunakan untuk menyusun faktor – faktor strategis

yang berasal dari dalam (internal) maupun dari luar (eksternal) yang dimiliki dari

sebuah organisasi/institusi. IFAS (Internal Strategic Factors Analysis Summary)

merupakan ringkasan dari faktor kekuatan dan kelemahan sedangkan EFAS

(Eksternal Strategic Factors Analysis Summary) merupakan ringkasan dari faktor

peluang dan ancaman.

Menurut Wahyuningsih (2018) penjelasan faktor - faktor dari analisis

SWOT yaitu sebagai berikut:

1. Kekuatan (Strength) adalah faktor internal yang dapat memberikan

keuntungan atau keunggulan kompetitif terhadap pesaing, seperti sumber

daya manusia yang berkualitas, teknologi terkini, merek yang kuat, atau

jaringan distribusi yang luas.

2. Kelemahan (Weakness) adalah faktor internal yang dapat menjadi hambatan

atau kelemahan bagi organisasi atau perusahaan, seperti kurangnya sumber

daya, keterbatasan teknologi, kualitas produk yang buruk, atau manajemen

yang tidak efektif.

3. Peluang (Opportunity) adalah faktor eksternal yang dapat dimanfaatkan oleh

organisasi atau perusahaan untuk memperoleh keuntungan atau kesempatan

baru, seperti perkembangan pasar yang positif, adanya perubahan regulasi

yang menguntungkan, atau kelemahan pesaing yang dapat dimanfaatkan.


4. Ancaman (Threats) adalah faktor eksternal yang dapat memberikan resiko

atau ancaman terhadap organisasi atau perusahaan, seperti persaingan yang

ketat, perubahan teknologi, perubahan regulasi yang merugikan, atau

fluktuasi pasar yang tidak stabil.

Menurut Suriono (2022) mengungkapkan bahwa terdapat pendekatan

analisis SWOT secara kualitatif, yaitu melakukan analisis secara mendalam

terhadap faktor internal (kekuatan dan kelemahan) dan faktor eksternal (peluang

dan ancaman) dari sebuah lembaga dengan menggunakan metode kualitatif.

Dalam melakukan analisis SWOT menggunakan data berupa kata – kata bukan

menggunakan data berupa angka, dan juga menggunakan metode wawancara

mendalam, dokumentasi serta observasi. Faktor terpenting dalam keberhasilan

analisis ini yaitu data yang valid dan akurat.


III. METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan selama dua bulan yaitu pada bulan Oktober

sampai dengan bulan November 2022, bertempat di Desa Kadidia Kecamatan

Nokilalaki Kabupaten Sigi

3.2 Bahan dan Alat

Adapun bahan dan alat yang digunakan pada penelitian ini yaitu: kamera/Hp

sebagai dokumentasi, alat tulis menulis, dan kuesioner.

3.3 Metode Penelitian

Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode kualitatif dengan

menggunakan pendekatan deskriptif yang bertujuan mendeskripsikan strategi

yang dilakukan pihak pengelola dalam pengembangan objek wisata permandian

air panas Kadidia. Pada penelitian kualitatif tidak ada jumlah sampel minimum,

umumnya pada penelitian kualitatif hanya menggunakan jumlah sampel kecil.

Setidaknya pada pengambilan sampel informan sudah cukup memberikan

informasi yang dibutuhkan (Heryana, A., & Unggul, 2018).

Menurut Heryana A dan Unggul (2018) mendefinisikan jenis informan

dalam penelitian kualitatif yaitu terbagi menjadi tiga diantaranya: informan kunci,

informan utama, dan informan pendukung. Informan kunci merupakan informan

yang mengetahui seluruh gambaran yang utuh dan menyeluruh tentang masalah

yang diamati peneliti. Informan utama merupakan informan yang mengetahui


secara teknis dan detail terkait permasalahan yang diteliti. Serta informan

pendukung merupakan informan yang dapat memberikan informasi tambahan dan

terkadang meberikan informasi yang belum diberikan oleh informan kunci atau

utama.

Dalam penelitian ini, jumlah informan yang diambil yaitu sebanyak 16

informan diantaranya: 3 informan dari pengelola objek wisata sebagai informan

kunci, 8 informan dari wisatawan sebagai informan utama serta 5 informan dari

masyarakat yang mengetahui segala permasalahan dari pengelolaan objek wisata

sebagai informan pendukung.

3.4 Jenis dan Sumber Data

Data yang digunakan pada penelitian ini berupa data primer dan data

sekunder. Data primer yaitu data yang diperoleh secara langsung di lapangan

untuk memperoleh parameter – parameter yang diperlukan dengan cara observasi

dan wawancara dengan narasumber atau informan. Sedangkan data sekunder

adalah data yang diperoleh dari studi pustaka melalui media baik cetak maupun

media internet seperti buku dan mencari referensi yang dapat memberikan

informasi yang berhubungan dengan masalah yang sedang diteliti. Berikut ini data

primer yang terbagi atas dua jenis yaitu:

1. Data kondisi lingkungan internal meliputi:

a. Lingkungan fisik seperti, kebersihan, keindahan, keunikan sumber

daya alam, kelestarian, kenyamanan, serta gejala atau fenomena

alam.
b. Sarana dan prasarana yang berada di objek wisata permandian air

panas Kadidia.

c. Data – data tambahan lainnya untuk mengidentifikasi kondisi

internal objek wisata permandian air panas Kadidia.

2. Data kondisi lingkungan eksternal meliputi:

a. Kebijakan pengelola objek wisata permandian air panas Kadidia

b. Peran masyarakat terhadap pengelolaan objek wisata air panas

Kadidia

c. Data – data tambahan lainnya untuk mengidentifikasi kondisi

eksternal objek wisata permandian air panas Kadidia.

3.5 Teknik Pengumpulan Data

Adapun Teknik pengumpulan data pada penelitian ini yaitu:

1. Observasi

Observasi adalah sebuah teknik pengumpulan data yang dilakukan

dengan cara mengamati secara langsung suatu objek atau fenomena yang

diteliti. Tujuan dari observasi adalah untuk mendapatkan data atau informasi

yang akurat dan detail mengenai suatu objek atau fenomena yang diamati.

Observasi dapat dilakukan dengan berbagai cara, mulai dari pengamatan

visual secara langsung, pengukuran, pencatatan, hingga pengamatan melalui

alat seperti kamera atau sensor (Susani et al., 2019).

2. Wawancara

Wawancara adalah teknik pengumpulan data kualitatif yang paling

umum digunakan dalam penelitian. Teknik ini melibatkan percakapan


langsung antara peneliti dan subjek penelitian yang bertujuan untuk

mendapatkan data atau informasi yang mendalam dan detail mengenai topik

yang diteliti (Abubakar, 2021).

3. Dokumentasi

Dokumentasi adalah teknik pengumpulan data yang menggunakan

dokumen atau rekaman tertulis, gambar, dan video sebagai sumber data.

Dokumen – dokumen ini bisa dalam bentuk laporan, catatan, surat, atau

dokumen lain yang relevan dengan topik penelitian.

3.6 Teknik Analisis Data

Teknik analisis data yang digunakan pada penelitian ini yaitu analisis

SWOT (Strength, Weakness, Opportunity, Threats) dengan menilai faktor internal

dan eksternal, ke,udian Menyusun strategi pengembangan melalui matriks SWOT

(Strength, Weakness, Opportunity, Threats). Analisis SWOT adalah analisis yang

mengidentifikasi berbagai faktor kekuatan (strength), kelemahan (weakness),

peluang (opportunity), dan acaman (threats). Berikut langkah – Langkah

melakukan analisis data menggunakan SWOT:

1. Menentukan faktor internal (kekuatan dan kelemahan) dan faktor

eksternal (peluang dan ancaman) pada kolom 1

2. Menentukan nilai tingkat signifikan atau kepentingan dengan skala 1

(signifikan/penting) sampai dengan 3 (sangat signifikan/penting) pada

kolom 2

3. Hasil dari perhitungan tingkat signifikan/penting menjadi penentu bobot

masing – masing faktor internal dan eksternal yaitu dengan membagi


nilai signifikan/penting pada setiap faktor dengan jumlah tingkat

signifikan/penting pada kolom 3, mulai dari 1,0 (sangat penting) sampai

dengan 0,0 (tidak penting)

4. Menghitung rating pada kolom 4 untuk masing – masing faktor dengan

skala 4 (outstanding) sampai dengan 1 (poor) berdasarkan pengaruh

faktor terhadap kondisi objek wisata

5. Menghitung skor pada kolom 5, yaitu dengan cara mengalikan bobot

pada kolom 3 dengan rating pada kolom 4

6. Jumlahkan skor pembobotan (pada kolom 5), untuk memperoleh total

skor pembobotan

Tabel 1. Perhitungan Faktor Internal dan Faktor Eksternal


IFAS SIGNIFIKAN/PENTING BOBOT RATING SKOR
KEKUATAN
S1
dst
Sub Total
Kekuatan
KELEMAHAN
W1
dst
Sub Total
Kelemahan
Total
EFAS SIGNIFIKAN/PENTING BOBOT RATING SKOR
PELUANG
O1
dst
Sub Total Peluang
ANCAMAN
T1
dst
Sub Total
Kelemahan
Total
Setelah melakukan perhitungan pada tabel IFAS dan EFAS untuk

menentukan titik sumbu X dan Y kemudian disajikan ke dalam diagram SWOT

seperti dibawah ini:

PELUANG

Kuadran 3 Kuadran 1
(Strategi Turn Around) (Strategi Agresif)

KELEMAHAN KEKUATAN

Kuadran 4 Kuadran 2
(Strategi Defensif) (Strategi Diversifikasi)

ANCAMAN

Gambar 1. Diagram SWOT

Berikut ini penjelasan kuadran dalam diagram SWOT di atas yaitu sebagai

berikut:

1. Kuadran 1 (Strategi Agresif) merupakan kondisi wisata memiliki

peluang dan kekuatan untuk memanfaatkan seluruh peluang yang ada

sehingga mendukung kebijakan atau strategi pertumbuhan yang agresif

(strategi yang berorientasi pada pertumbuhan).

2. Kuadran 2 (Strategi Diversifikasi) merupakan kondisi wisata

menghadapi berbagai ancaman dan masih memiliki kekuatan internal.

Strategi atau kebijakan yang dapat diterapkan yaitu memanfaatkan

seluruh kekuatan yang ada untuk meningkatkan peluang secara jangka

panjang dengan cara strategi diversifikasi (produk/pasar).


3. Kuadran 3 (Strategi Turn Around) merupakan situasi wisata

menghadapi beberapa kendala atau kelemahan internal. Jadi untuk

strategi yang bisa digunakan yaitu meminimalkan seluruh kelemahan

yang ada sehingga dapat merebut peluang pasar yang baik.

4. Kuadran 4 (Strategi Defensif) merupakan situasi yang sangat tidak

menguntungkan dimana wisata menghadapi berbagai ancaman dan

kelemahan internal, sehingga strategi atau kebjakan yang dapat

diterapkan yaitu bertahan dan menjaga atau melindungi dari berbagai

ancaman dan kelemahan yang ada.


IV. GAMBARAN UMUM LOKASI

4.1 Geofisik Kawasan

4.1.1 Sejarah Kawasan

Taman Nasional Lore Lindu (TNLL) terletak sekitar 20 km arah Tenggara

kota Palu (menuju Kulawi atau Napu). Secara geografis terletak pada

119°58’120°16’ Bujur Timur dan 1°8’-1°3’ Lintang Selatan. Secara

administrative Taman Nasional Lore Lindu ini terletak dalam kabupaten Donggala

(sekarang masuk dalam kabupaten pemekaran Kabupaten Sigi) dan Kabupaten

Poso. Di bagian utara, berbatasan dengan dataran lembah Palu dan dataran lembah

Palolo, sebelah timur berbatasan dengan dataran lembah Napu, sebelah selatan

berbatasan dengan dataran lembah Bada, dan sebelah barat berbatasan dengan

sungai Lariang dan dataran lembah Kulawi.

Secara hukum Taman Nasional Lore Lindu dikukuhkan oleh Menteri

Kehutanan dan Perkebunan melalui Keputusan No. 464/Kpts-II/1999 tanggal 23

Juni 1999 dengan luas kawasan 217.991,18 Ha. Sedangkan untuk pengelolaannya

sebelumnya oleh Balai Taman Nasional Lore Lindu berkedudukan di Palu,

terakhir berdasarkan Peraturan Menteri Kehutanan No.P.03/Menhut-II/2007, sejak

tanggal 1 Februari 2007 diserahkan kepada Balai Besar Taman Nasional Lore

Lindu. Balai Besar Taman Nasional Lore Lindu membawahi 3 bidang wilayah

yaitu: Bidang Pengelolaan Taman Nasional Wilayah I Saluki Kabupaten Sigi,

Bidang Pengelolaan Taman Nasional Wilayah II Makmur Kabupaten Sigi, dan

Bidang Pengelolaan Taman Nasional Wilayah III di Kabupaten Poso.


Desa Kadidia merupakan salah satu desa yang ada di kecamatan Nokilalaki

yang termasuk di dalam kawasan Taman Nasional Lore Lindu dimana di

kecamatan ini terdapat gunung Nokilalaki yang memiliki ketinggian 1335 Mdpl.

4.2 Kondisi Umum Desa

4.2.1 Letak Geografis Desa

Gambar 2. Lokasi Penelitian

Kawasan ekowisata di Desa Kadidia ini terletak di dalam kawasan Taman

Nasional Lore Lindu Kecamatan Nokilalaki Kabupaten Sigi Sulawesi

Tengah, memiliki batas – batas dan luas wilayah yaitu sebagai berikut:

a. Batas Wilayah

1. Sebelah utara : Desa Sopu

2. Sebelah timur : Desa Kamarora

3. Sebelah selatan : Taman Nasional


4. Sebelah barat : Desa Sopu

b. Luas Wilayah

Luas wilayah Desa/Kelurahan Kadidia yaitu 541 Ha, sedangkan wilayah

Kadidia yang masuk dalam kawasan Taman Nasional Lore Lindu yaitu

287 Ha dengan keadaan umum topografinya pegunungan dan dataran.

4.2.2 Iklim, Suhu, Curah Hujan, dan Kelembapan

Secara keseluruhan curah hujan di Taman Nasional Lore Lindu cukup

bervariasi antara 2000 - 3000 mm/tahun di bagian utara 3000 – 4000

mm/tahun di bagian selatan. Suhunya berkisar antara 22 – 34℃. Rata – rata

kelembapan udara yaitu 86% dengan kecepatan angina rata – rata 3,6

km/jam.

4.2 Keadaan Biologi Kawasan

Terkait keadaan biologi kawasan, adapun flora fauna yang ada di Desa

Kadidia khususnya yang terdapat di dalam Kawasan Taman Nasional Lore Lindu

yaitu Burung Maleo (Macrocephalon maleo), Julang Sulawesi (Rhyticeros

cassidix) dan juga Tanaman Coklat (Theobroma cacao), Pohon Aren (Arenga

pinnata).
V. HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Karakteristik Responden

Responden yang diambil pada penelitian ini sebanyak 16 orang yaitu

pengelola objek wisata, masyarakat, dan wisatawan. Dari keseluruhan responden

yang telah diwawancarai tentunya memiliki karakteristik yang berbeda – beda

meliputi: jenis kelamin, usia, domisili atau asal, dan peran. Berikut ini akan

dibahas mengenai kondisi dari masing – masing karakteristik responden tersebut.

5.1.1 Jenis Kelamin

Responden dikategorikan berdasarkan jenis kelamin dalam penelitian ini

terbagi atas laki – laki dan perempuan. Berikut adalah tabel karakteristik

responden berdasarkan jenis kelamin.

Tabel 2. Karakteristik Responden Menurut Jenis Kelamin


Jumlah Responden Presentase
No Jenis Kelamin
(Orang) (%)
1 Laki - Laki 7 43,75 %
2 Perempuan 9 56,25 %
Jumlah 16 100 %
Sumber: Diolah Peneliti, 2023

Berdasarkan tabel di atas, dapat dilihat bahwa responden dari penelitian ini

mayoritas berjenis kelamin perempuan. Sebanyak 56,25 % atau 9 orang yang

mengisi kuesioner adalah perempuan. Sebaliknya, sebanyak 43,75 % atau 7 orang

yang mengisi kuesioner adalah laki – laki.


5.1.2 Usia

Responden dikategorikan berdasarkan usia dalam penelitian ini dibagi ke

dalam usia < 20 tahun, 21 – 49 tahun, > 50 tahun. Berikut adalah tabel

karakteristik responden berdasarkan usia.

Tabel 3. Karakteristik Responden Menurut Usia


Umur Responden Jumlah Responden Presentase
No
(Tahun) (Orang) (%)
1 <20 3 18,75 %
2 21-49 8 50 %
3 >50 5 31,25 %
Jumlah 16 100 %
Sumber: Diolah Peneliti, 2023

Bedasarkan tabel di atas, dapat dilihat bahwa responden dari penelitian ini

yang berumur kurang dari 20 tahun sebanyak 3 orang dengan presentase 18,75 %,

sebanyak 8 orang responden yang memiliki umur 21 sampai 49 tahun dengan

presentase 50 %, dan sebanyak 5 orang responden yang berumur diatas 50 tahun

dengan presentase 31,25 %.

5.1.3 Domisili

Responden dikategorikan berdasarkan domisili dalam penelitian ini dibagi

menjadi 7 domisili yaitu Desa Kadidia, Desa Tongoa, Desa Sopu, Desa Bahagia,

Desa Kamarora A, Desa Bulili, dan Kota Palu. Berikut adalah tabel karakteristik

responden berdasarkan domisili.

Tabel 4. Karakteristik Responden Menurut Domisili


Jumlah Responden Presentase
No Domisili
(Orang) (%)
1 Kadidia 5 31,25 %
2 Tongoa 2 12,5 %
3 Sopu 1 6,25 %
4 Bahagia 1 6,25 %
5 Kamarora A 3 18,75 %
6 Bulili 1 6,25 %
7 Palu 3 18,75 %
Jumlah 16 100 %
Sumber: Diolah Peneliti, 2023

Berdasarkan tabel di atas dapat di simpulkan bahwa responden yang

berdomisilidi Desa Kadidia mendominasi kunjungan di objek wisata yaitu

sebesar31,25 %. Selain dari Desa Kadidia, wisatawan yang berasal dari berbagai

daerah juga mengunjungi objek wisata permandian air panas Kadidia, diantaranya

berasal dari Desa Tongoa sebesar 12,5 %, dari Desa Sopu sebesar 6,25 %, dari

Desa Bahagia sebesar 6,25 %, dari Desa Kamarora A sebesar 18,75 %, dari Desa

Bulili sebesar 6,25 % dan dari Kota Palu sebesar 18,75 %.

5.1.4 Peran

Responden dikategorikan berdasarkan peran dalam penelitian ini dibagi

menjadi 3 peran diantaranya masyarakat, wisatawan, dan pengelola wisata.

Berikut adalah tabel karakteristik responden berdasarkan peran.

Tabel 5. Karakteristik Responden Menurut Peran


Jumlah Responden Presentase
No Peran
(Orang) (%)
1 Masyarakat 5 31,25 %
2 Wisatawan 8 50 %
3 Pengelola 3 18,75 %
Jumlah 16 100%
Sumber: Diolah Peneliti, 2023

Berdasarkan tabel di atas dapat di simpulkan bahwa responden wisatawan

mendominasi yaitu sebanyak 8 orang dengan presentase 50 %, kemudian


masyarakat sebanyak 5 orang dengan presentase 31,25 % dan pengelola objek

wisata sebanyak 3 orang dengan presentase18,75 %.

5.2 Hasil

5.3 Pembahasan
VI. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

5.2 Saran

1.
DAFTAR PUSTAKA

Abubakar, R. 2021. Pengantar Metodologi Penelitian. Antasari Press, 144.


Amane, A. P. O., & Laali, S. A. 2022. Metode Penelitian. Insan Cendekia Mandiri
Amerta, I. M. S. 2019. Pengembangan Pariwisata Alternatif (I. M. S. Amerta
(ed.)). Scopindo Media Pustaka.
Andriwiguna, A. 2022. Kebijakan Pengembangan Pariwisata (Prayudha (ed.); 1st
ed.). CV. Bintang Semesta Media.
Ch, J. 2020. Perencanaan Master Plan Kawasan Objek Wisata Pantai Kuako
Kecamatan Amahai Kabupaten Maluku Tengah. Jurnal Manumata, 6(2),
53–61. http://ejurnal.ukim.ac.id/index.php/manumata/article/view/508
Dwiputra, R. 2013. Preferensi Wisatawan Terhadap Sarana Wisata di Kawasan
Wisata Alam Erupsi Merapi. Journal of Regional and City Planning, 24(1),
35. https://doi.org/10.5614/jpwk.2013.24.1.3
Fatmawati, L. E., & Nurul Rochmah. 2022. Pemetaan Sarana Dan Prasarana
Objek Wisata Di Desa Giri, Kabupaten Gresik Sebagai Desa Wisata Religi.
Pawon: Jurnal Arsitektur, 6(2), 81–94.
https://doi.org/10.36040/pawon.v6i2.4244
Heryana, A., & Unggul, U. E. 2018. Informan Dan Pemilihan Informan Dalam
Penelitian Kualitatif. Sistem Informasi Akuntansi: Esensi Dan Aplikasi,
December, 14. eprints.polsri.ac.id
Istiqomah, L., & Priyatmono, A. F. 2020. Identifikasi Kelengkapan Sarana dan
Prasarana Pariwisata di Kebun Teh Jamus Kabupaten Ngawi. Sinektika:
Jurnal Arsitektur, 16(2), 101–107.
https://doi.org/10.23917/sinektika.v16i2.10600
Lailatufa, I., Widodo, J., & Zulianto, M. 2019. Strategi Pengembangan Objek
Wisata Rumah Apung Bangsring Underwater Di Kecamatan Wongsorejo
Kabupaten Banyuwangi. Jurnal Pendidikan Ekonomi: Jurnal Ilmiah Ilmu
Pendidikan, Ilmu Ekonomi Dan Ilmu Sosial, 13(1), 15.
https://doi.org/10.19184/jpe.v13i1.10412
Nurmi, N. 2017. Membangun Website Sistem Informasi Dinas Pariwisata. Edik
Informatika, 1(2), 1–6. https://doi.org/10.22202/ei.2015.v1i2.1418
Oktaviani, R. 2020. Analisis Strategi Pengembangan Objek Wisata Alam Gunung
Batu dalam Meningkatkan Pendapatan Masyarakat Perspektif Ekonomi
Islam. Kaos GL Dergisi, 8(75), 147–154.
Ridwan, M., & Aini, W. 2019. Perencanaan Pengembangan Daerah Tujuan
Pariwisata (1st ed.). Deepublish.
Ritonga, Z. 2020. Buku Ajar Manajemen Strategi (Teori dan Aplikasi) (G. D. Ayu
& A. Y. Wati (eds.); 1st ed.). CV Budi Utama.
Riyanto, S., Azis, M. N. L., & Putera, A. R. 2021. Analisis SWOT sebagai
Penyusunan Strategi Organisasi (S. Riyanto & B. W. Putra (eds.); 1st ed.).
CV. Bintang Surya Madani.
Rusmana, E., Herlina, N., & Nasihin, I. 2021. Strategi Pengembangan Obyek
Wisata Alam Bumi Perkemahan Ipukan Taman Nasional Gunung Ciremai.
Wanaraksa, 12(1). https://doi.org/10.25134/wanaraksa.v12i1.4540
Sudarwan, W. E., Zahra, S., & Tabrani, M. B. 2021. Fasilitas, Aksesibilitas Dan
Daya Tarik Wisata Pengaruhnya Terhadap Kepuasan Wisatawan Pantai
Sawarna Kabupaten Lebak. Jurnal Valuasi: Jurnal Ilmiah Ilmu Manajemen
Dan Kewirausahaan, 1(1), 284–294. https://doi.org/10.46306/vls.v1i1.29
Susani, N., Ati, N. U., & Hayat, H. 2019. … Objek Wisata Taman Nasional
Kelimutu Dalam Meningkatkan Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Ende
(Studi Kasus pada Balai Taman …. In Respon Publik (Vol. 13, Issue 3, pp.
103–112).
http://riset.unisma.ac.id/index.php/rpp/article/download/3710/3623
Susianto, B., Johannes, J., & Yacob, S. 2022. Pengaruh Daya Tarik Wisata dan
Amenitas Terhadap Keputusan Berkunjung Wisatawan pada Desa Wisata
Kabupaten Kerinci. JIMT Jurnal Ilmu Manajemen Terapan, 3(6), 592–605.
Tapatfeto, M. A. K., Bessie, J. L. ., & Kasim, A. 2018. Strategi Pengembangan
Objek Wisata dalam Upaya Peningkatan Kunjungan (Studi Pada Objek
Wisata Pantai Oetune Kabupaten TTS). Jurnal of Management, Vol.6(1), 1–
20. https://doi.org/10.35508/JOM.V6I1.1218
Wahyuningsih, S. 2018. Strategi Pengembangan Objek Wisata Pantai Apparalang
Sebagai Daerah Tujuan Wisata Kabupaten Bulukumba. Bitkom Research,
63(2), 1–3.
LAMPIRAN
Lampiran 1. Kuesioner Penelitian

KUESIONER PENELITIAN UNTUK PENGEMBANGAN


WISATA AIR PANAS DI DESA KADIDIA KECAMATAN
NOKILALAKI KABUPATEN SIGI

Hari/Tanggal :
Nama :
Jenis Kelamin :
Umur : Tahun
Asal :
Peran : Masyarakat/Pengunjung/Pengelola Wisata
Beri tanda () yang mewakili pendapat anda pada objek wisata di Air Panas
Kadidia ini.

Keterangan:
STS : Sangat Tidak Setuju
TS : Tidak Setuju
S : Setuju
SS : Sangat Setuju

Faktor Internal (IFAS)

STS TS S SS
No Kekuatan (Strength)
1 2 3 4

1 Suasana objek wisata memberikan kenyamanan

2 Aliran air yang jernih

3 Kebersihan dan kelestarian lingkungan


4 Pengunjung dapat menikmati panorama yang
indah

5 Biaya yang relatif murah

Kelemahan (Weekness)

1 Pemasaran wisata belum optimal

2 Jalan menuju lokasi masih banyak yang rusak

3 Kurangnya tenaga profesional dalam


pengelolaan objek wisata

4 Program pengembangan objek wisata yang


masih sederhana

5 Kurangnya sarana dan prasarana

Faktor Eksternal (EFAS)

STS TS S SS
No Peluang (Opportunities)
1 2 3 4

1 Dapat menciptakan kesempatan kerja

2 Banyaknya wisatawan yang ingin berkunjung

3 Menjadi objek kunjungan wisata bagi pelajar

4 Memiliki lokasi di kawasan Taman Nasional


sehingga udara sangat sejuk dan menarik
wisatawan

5 Adanya dukungan dari masyarakat untuk


pengembangan objek wisata
Ancaman (Threats)

1 Berkembangnya objek wisata lain yang


meningkatkan persaingan

2 Pencemaran lingkungan akibat rendahnya


kepedulian pengunjung terhadap lingkungan

3 Terjadinya bencana alam tanah longsor dan


pohon tumbang

4 Adanya vandalisme (coret-coret)


Lampiran 2. Tabulasi Data Kuesioner
Rata -
Faktor IFAS Responden Total Rating Jawaban
Rata
KEKUATAN 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16
S1 Suasana objek wisata memberikan kenyamanan 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 48 3 3 Setuju
S2 Aliran air jernih 3 3 3 3 3 2 3 3 2 3 2 2 2 3 3 3 43 2,6875 3 Setuju
S3 Kebersihan dan kelestarian lingkungan 2 2 3 3 3 3 2 3 3 3 3 2 2 3 3 3 43 2,6875 3 Setuju
S4 Pengunjung dapat menikmati panorama yang indah 2 2 3 3 2 2 2 2 3 2 2 3 2 3 2 2 37 2,3125 2 Tidak Setuju
S5 Biaya relatif murah 4 4 4 4 3 4 4 3 3 3 4 3 3 3 3 4 56 3,5 4 Sangat Setuju
KELEMAHAN
W1 Pemasaran wisata belum optimal 3 4 4 3 4 4 4 3 3 3 3 3 3 4 3 3 54 3,375 3 Setuju
W2 Jalan menuju lokasi masih banyak yang rusak 4 4 3 3 4 4 3 4 3 3 3 3 3 4 3 3 54 3,375 3 Setuju
Kurangnya tenaga profesional dalam pengelolaan objek
W3 3 3 3 1 39 2,4375 2 Tidak Setuju
wisata 3 3 2 2 2 2 2 2 3 3 3 2
W4 Program pengembangan objek wisata yang masih sederhana 3 4 4 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 51 3,1875 3 Setuju
W5 Kurangnya sarana dan prasarana 4 4 4 4 4 4 4 4 3 3 3 3 4 4 3 3 58 3,625 4 Sangat Setuju
Faktor EFAS
PELUANG
O1 Dapat menciptakan kesempatan kerja 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 48 3 3 Setuju
O2 Banyaknya wisatawan yang ingin berkunjung 3 3 4 3 4 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 49 3,0625 3 Setuju
O3 Menjadi objek kunjungan wisata bagi pelajar 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 48 3 3 Setuju
Memiliki lokasi di kawasan Taman Nasional sehingga udara
O4 3 3 3 3 3 4 3 3 4 3 3 3 3 4 3 3 51 3,1875 3 Setuju
sangat sejuk dan menarik wisatawan
Adanya dukungan dari masyarakat untuk pengembangan
O5 4 4 4 4 3 3 4 4 4 3 4 3 3 4 4 3 58 3,625 4 Sangat Setuju
objek wisata

ANCAMAN
Berkembangnya objek wisata lain yang meningkatkan
T1 3 4 3 4 3 2 3 3 3 3 3 3 2 3 2 2 46 2,875 3 Setuju
persaingan
Pencemaran lingkungan akibat rendahnya kepedulian
T2 3 3 1 2 1 2 2 2 2 2 2 2 2 3 2 3 34 2,125 2 Tidak Setuju
pengunjung terhadap lingkungan
T3 Terjadinya bencana alam tanah longsor dan pohon tumbang 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 49 3,0625 3 Setuju
T4 Adanya vandalisme (coret mencoret) 3 3 2 2 1 2 2 2 2 3 2 2 2 3 2 2 35 2,1875 2 Tidak Setuju
Lampiran 3. Dokumentasi Kegiatan

Dokumentasi 1. Presentasi Rencana Pengambilan Data di Objek Wisata Kadidia

Dokumentasi 2. Pengambilan Responden Masyarakat, Wisatawan dan Pengelola


Objek Wisata

Dokumentasi 3. Olah Data dan Analisis Data


RIWAYAT HIDUP

Penyusun dengan Stambuk L 131 19 013 atas nama

Karma Sidiyanto lahir di Banyuwangi, 25 Februari

2000 merupakan anak pertama dari tiga bersaudara.

Penyusun merupakan anak dari sepasang suami istri

dengan Bapak yang bernama Miskanto dan Ibu yang

bernama Bibit Widayati. Penyusun mengikuti jenjang

pendidikan dari SD Negeri 4 Sambirejo Kecamatan Bangorejo Kabupaten

banyuwangi sampai kelas 4 kemudian melanjutkan di SD Negeri 2 Petobo dan

tamat pada tahun 2013, kemudian melanjutkan pendidikan ke SMP Negeri 6 Palu

pada tahun 2013 dan tamat tahun 2016, kemudian melanjutkan lagi ke SMA

Negeri 3 Palu pada tahun 2016 mengambil jurusan MIPA dan taman pada tahun

2019. Pada tahun 2019 penulis terdaftar pada salah satu perguruan tinggi negeri

Fakultas Kehutanan Universitas Tadulako.

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana pada Fakultas

Kehutanan Universitas Tadulako, penulis telah menyelesaikan penelitian dengan

judul “Strategi Pengembangan Objek Wisata Permandian Air Panas Kadidia

Di Desa Kadidia Kecamatan Nokilalaki Kabupaten Sigi” di bawah bimbingan

Dr. Ir. Arief Sudhartono, MP dan Sustri, S.Hut., M.Sc.

Anda mungkin juga menyukai