Anda di halaman 1dari 140

1 RSMM INDRAMAYU

BAB I
PENDAHULUAN

Rumah Sakit MM Indramayu merupakan wadah asuhan yang merupakan bagian dari
suatu sistem pelayanan yang terintegrasi dengan para profesional pemberi asuhan dan tingkat
pelayanan yang akan membangun suatu kontinuitas pelayanan.

Maksud dan tujuannya adalah menyelaraskan kebutuhan asuhan pasien dengan


pelayanan yg tersedia di rumah sakit, mengkoordinasikan pelayanan, kemudian merencanakan
pemulangan dan tindakan selanjutnya. Hasilnya adalah meningkatkan mutu asuhan pasien dan
efisiensi penggunaan sumber daya yg tersedia di rumah sakit.

Pedoman Akses dan kesinambungan pelayanan memerlukan informasi penting untuk


membuat keputusan yg benar tentang:

1. RS menerima pasien sesuai kebutuhan yang dapat dilayani (screening)


2. RS mengatur mengenai regristrasi dan admisi di rumah sakit termasuk regristrasi
online
3. RS menjamin kesinambungan pelayanan
4. RS mengatur tranfer internal di dalam Rumah Sakit
5. RS menjamin asuhan mencakup rencana pemulangan, rujukan, dan tindak lanjut.
6. RS memberikan pelayanan dukungan transportasi medis
7. RS menyelenggarakan pelayanan dan asuhan berkesinambungan memperhatikan
dan mengutamakan mutu keselamatan pasien
2 RSMM INDRAMAYU

BAB II

RUANG LINGKUP

1. PENERIMAAN PASIEN KE RUMAH SAKIT DAN KEBUTUHAN YANG DAPAT DILAYANI

1.1 Skrining

Skrining adalah tata cara penerimaan pasien yang disesuaikan dengan ada atau tidaknya fasilitas
yang dimiliki RS yang dibutuhkan oleh pasien yang bertujuan agar pasien tertangani sesuai kondisi
dan kebutuhan berdasarkan kemampuan RS.

Pelaksanaan skrining dilakukan pada kontak pertama di dalam atau di luar RS. Berdasarkan hasil
skrining inilah apakah kebutuhan pasien sesuai dengan misi dan sumber daya RS karena pasien
hanya diterima apabila RS dapat menyediakan pelayanan yang dibutuhkan pasien rawat inap dan
rawat jalan yang tepat.

Skrining dilaksanakan melalui kriteria triase, evaluasi, atau pengamatan pemeriksaan fisik atau
hasil dari pemeriksaan fisik, psikologis, laboratorium klinik atau pemeriksaan penunjang lainnya.

Proses melengkapi skrining dengan hasil tes diagnostik menjadi tanggung jawab dalam
memberikan keputusan pasien diterima atau dirujuk. Ditetapkan standar pelaksanaan dari hasil
diagnostik yang diperlukan sebelum penerimaan pasien. Pasien tidak dirawat, dipindahkan, atau
dirujuk sebelum diperoleh hasil tes yang dibutuhkan tersedia.

Skrining dapat dibagi menjadi skrining dari luar dan skrining dari dalam RS. Skrining dari luar RS
seperti pasien yang sudah membawa hasil penunjang atau melalui telepon. Pihak RS lain
menelepon ke RS MM Indramayu untuk menanyakan apabila RS dapat menyediakan pelayanan
yang dibutuhkan pasien. Sedangkan skrining dari dalam RS dilakukan pada saat diperiksa di IGD,
pasien dilakukan pemeriksaan penunjang yang akan menjadi dasar dalam membuat keputusan
pasien diterima atau dirujuk. Jenis-jenis pemeriksaan penunjang yang dibutuhkan dalam diagnosa
pasien ada dalam daftar skrining pemeriksaan penujang untuk menegakkan diagnosa (lampiran )

Tujuan dari dilakukannya skrining terhadap pasien adalah:


3 RSMM INDRAMAYU

a. Mendeskripsikan prosedur untuk memastikan kemampuan pelayanan Rumah Sakit agar sesuai
dengan harapan dari Pasien dan keluarganya.
b. Mengurangi kejadian / kesalahan yang berhubungan dengan ketidakmampuan Rumah Sakit dalam
melayani kebutuhan Pasien dan keluarga. Kesalahan ini dapat berupa: ketidakmampuan staf
dalam penanganan, kesalahan pemeriksaan diagnostik, ketidakmampuan fasilitas Rumah Sakit,
kesalahan penanganan pada kasus yang bukan kewenangannya.
c. Untuk mengurangi morbiditas dan mortalitas dari penyakit dengan pengobatan dini terhadap kasus-
kasus yang ditentukan.
Pada Rumah Sakit MM Indramayu, pelaksanaan panduan skrining diterapkan kepada semua
Pasien Instalasi Gawat Darurat (IGD) dan Pasien Rawat jalan.
Semua pasien yang datang ke Rumah Sakit MM Indramayu harus ditanyakan tentang
keperluan dan harapan pelayanan yang diinginkannya. Tujuan utama tindakan ini adalah
menyelaraskan antara harapan Pasien dan keluarga dengan kemampuan pelayanan yang mampu/bisa
diberikan oleh Rumah Sakit. Skrining ini dilakukan demi tercapainya kepuasan pasien dan keluarga
dalam mendapatkan pelayanan kesehatannya.
Seluruh Staf Rumah Sakit MM Indramayu memiliki tanggung jawab yang sama terkait dengan
proses skrining ini, tentunya sesuai dengan kapasitas dan kewenangan yang ada dalam proporsinya.
Oleh karena itu hendaknya seluruh Staf Rumah Sakit MM Indramayu menguasai hal-hal
berikut:
a. Memahami dan menerapkan prosedur skrining pasien
b. Memastikan skrining pasien yang benar ketika ada pasien/keluarga yang membutuhkan
pelayanan di rumah sakit.
c. Melaporkan hal-hal yang tidak sesuai dengan harapan pasien/keluarga termasuk solusi yang
dianjurkan dan berkoordinasi dengan penyelia dari staf yang bersangkutan.
d. Perawat yang bertugas bertanggungjawab melakukan skrining awal pasien dan keluarga dan
melakukan pencatatan.
e. Memastikan skrining dilakukan dengan benar sehingga tercapai kesesuaian antara harapan
Pasien/keluarga dengan kemampuan unit pelayanan
f. Kepala Instalasi / Kepala Ruang :
- Memastikan seluruh staf di instalasi memahami prosedur skrining pasien dan
menerapkannya.
4 RSMM INDRAMAYU

- Menyelidiki semua insidens kesalahan skrining pasien dan memastikan terlaksananya


suatu tindakan untuk mencegah terulangnya kembali insidensi tersebut.

1.2 Rumah Sakit menerima pasien sesuai kemampuan pelayanan medis dan penunjang
medis yang dapat dilayani.

- Rumah sakit dalam melakukan skrining terhadap pasien yang akan dilayani
mempertimbangkan kemampuan fasilitas Rumah sakit yang dimiliki
- Setiap pasien akan diskrining sesuai kemampuan Rumah sakit
- Rumah sakit menetapkan daftar pelayanan medis dan penunjang medis yang dapat dilayani di
RS MM (terlampir)
- Bila kebutuhan pasien sesuai dengan kemampuan RS maka pasien dapat diterima dan
dilanjutkan ke pelayanan rawat jalan maupun rawat Inap.
- Bila hasil skrining RS tidak mampu melayani kebutuhan pasien maka R bertanggung jawab
memfasilitasi pasien untuk mendapatkan pelayanan medis yang lebih lengkap.

1.3 Triase

Triase adalah cara pemilahan pasien untuk menentukan prioritas penanganan berdasarkan
tingkat kegawatannya dan sesuai dengan penyakitnya. Triase ini bertujuan agar pasien yang datang ke
IGD langsung mendapat pelayanan sesuai kasusnya, sehingga memastikan pengobatan yang cepat
dan tepat waktu. Triase sangat berfungsi di IGD karena dapat dengan cepat memprioritaskan
pengobatan pada saat pasien datang bersamaan.

Semua pasien yang datang akan dilakukan triase oleh petugas IGD yang terlatih untuk
memberikan prioritas pelayanan yang sesuai dengan kegawatdaruratannya.

Sistem triase yang dipakai di IGD RS MM Indramayu adalah sistem triase berbasis bukti yaitu
sistem “Emergency Severity Index” yang dapat di implementasikan dengan cepat agar pertolongan
5 RSMM INDRAMAYU

terhadap pasien dalam keadaan gawat darurat juga lebih cepat dan tepat sehingga angka kecacatan
dan kematian berkurang.

1.3.1 Fungsi Triase

Triase merupakan hal yang penting di Instalasi Gawat Darurat. Triase bertujuan untuk memastikan
pasien yang gawat darurat mendapat prioritas utama dalam pelayanan agar dapat penilaian dan
pengobatan sesuai yang dibutuhkan pasien.

1.3.2 Penilaian triase

Triase merupakan titik kontak pertama pasien di IGD. Penilaian untuk pasien gawat darurat
antara 2 – 5 menit dari pasien datang.Penilaian triase melibatkan kombinasi dari penampakan pasien
dan pengamatan fisiologis.

Pasien dengan kategori “ Emergency Severity Index” (ESI) I dan II diberikan pelayanan utama.
Pengkajian perawatan yang lebih lengkap harus dilakukan. Penilaian triase tidak selalu bertujuan untuk
membuat diagnosa. Triase dilakukan oleh petugas IGD yang sudah berpengalaman dan terlatih.

Metode ESI menentukan prioritas penanganan awal berdasarkan sindrom yang menggambarkan
keparahan pasien dan perkiraan kebutuhan sumber daya unit gawat darurat yang dibutuhkan
(pemeriksaan laboratorium, radiologi, konsultasi spesialis terkait, dan tindakan medik di unit gawat
darurat).

1.3.3 Gambaran Klinis Tentukan Kategori


6 RSMM INDRAMAYU

Apabila ada pasien baru datang ke unit gawat darurat, maka petugas triase akan melakukan dua
tahap penilaian, tahap pertama adalah menentukan keadaan awal pasien apakah berbahaya atau tidak,
bila berbahaya maka kondisi pasien termasuk level 1 atau 2. Pasien dikelompokkan kedalam level 1
apabila terjadi ganggguan di tanda vital yang mengancam nyawa seperti henti jantung paru dan
sumbatan jalan nafas. Pasien dengan tanda vital tidak stabil dan sindrom yang potensial mengancam
akan dikelompokkan ke level 2 seperti nyeri dada tipikal, perubahan kesadaran mendadak, nyeri berat,
curiga keracunan, dan gangguan psikiatri dengan risiko membahayakan diri pasien atau orang lain.

Pasien yang tidak memenuhi kriteria level 1 dan 2 akan memasuki tahap penilaian kedua yaitu
perkiraan kebutuhan pemakaian sumber daya IGD (pemeriksaan laboratorium, pemeriksaan radiologi,
tindakan atau terapi intravena) dan pemeriksaan tanda vital lengkap. Apabila saat triase diperkirakan
pasien yang datang tidak membutuhkan pemeriksaan penunjang dan terapi intravena, maka pasien
termasuk kategori 5, apabila pasien diperkirakan perlu menggunakan satu sumber daya IGD
(laboratorium atau x ray atau EKG, atau terapi intravena) maka termasuk kategori 4, pada kategori 4-5
bisa dilakukan fast track, apabila pasien diperkirakan membutuhkan lebih dari satu sumber daya IGD
untuk mengatasi masalah medisnya, maka akan masuk kategori 3 (apabila hemodinamik stabil) atau
kategori 2 (apabila hemodinamika tidak stabil).

1.3.4 Instalasi Gawat Darurat

Merupakan tempat yang beresiko untuk terjadinya kegawatan yang agresif dari pasien, karena itu
diperlukan petugas yang sudah terlatih dan mempunyai prosedur dalam penanganan masalah.

1.3.5 Waktu untuk pengobatan


Waktu untuk penilaian dan pengobatan ditentukan dari kategori “Emergency Severity Index”,

yang mengacu pada waktu maksimum pasien untuk dilakukan bersamaan. Pasien harus dapat terlihat

perbaikan dalam jangka waktu maksimum yang ditetapkan. Instalasi Gawat Darurat dianggap sudah

melakukan kerja maksimal jika waktu penilaian dan pengobatan kurang atau sama dengan waktu

maksimum pasien untuk mendapat pelayanan.

1.3.6 Triase Ulang


Jika kondisi pasien pada saat menunggu terjadi perubahan ke arah gawat, maka harus
diprioritaskan dalam penanganan. Triase ulang ini disesuaikan kategorinya dan di dokumentasikan di
7 RSMM INDRAMAYU

rekam medis.

1.4 Kebutuhan Pelayanan Pasien

Proses penerimaan pasien ke Rumah Sakit MM Indramayu lebih lanjut dilakukan dengan
tujuan mengurangi morbiditas atau mortalitas dari penyakit yang diderita oleh pasien serta membatasi
kecacatan dan komplikasi dari penyakit yang diderita. Upaya ini dilakukan melalui skrining pasien untuk
kebutuhan preventif, kuratif, paliatif dan rehabilitatif.

Secara umum, skrining untuk kebutuhan preventif, paliatif, kuratif, dan rehabilitatif dilakukan
dengan (anamnesis) berupa riwayat penyakit, pemeriksaan fisik, psikososial, ekonomi spiritual,
pengkajian resiko jatuh, dan nyeri, pemeriksaan laboratorium klinik, pemeriksaan diagnostik imaging.

a. Kegiatan preventif dilakukan melalui pencegahan infeksi menular di rumah sakit dengan mencuci
tangan serta penilaian dan pencegahan resiko jatuh menggunakan gelang resiko jatuh
b. Kebutuhan perawatan preventif pasien rawat inap juga didalamnya termasuk upaya pencegahan
morbiditas dan infeksi seperti pada luka kotor dilakukan tindakan preventif berupa penyuntikan
Anti Tetanus Serum (ATS) ; pemberian obat profilaksis pada pasien pra bedah ; dan lain-lain
sesuai Panduan Praktek Klinis masing-masing pelayanan pengobatan.
c. Jenis kegiatan perawatan paliatif di Rumah Sakit MM Indramayu meliputi
1) Penatalaksanaan nyeri
2) Penatalaksanaan keluhan fisik lain
3) Asuhan keperawatan
4) Dukungan psikologis
5) Dukungan sosial
6) Dukungan kultural dan spiritual
7) Dukungan persiapan dan selama masa dukacita

d. Program kuratif dilakukan dipimpin oleh Dokter Penanggung Jawab Pelayanan (DPJP)
bersamaan dengan dokter jaga, perawat, dan seluruh staf medis yang terkait yang bertujuan
untuk mendapat pengobatan yang setepat-tepatnya dan secepatnya, sesuai jenis penyakit
berdasarkan Panduan Praktek Klinis masing-masing bidang asuhan pelayanan pengobatan
sehingga tercapai penyembuhan yang sempurna dan segera dan terhindar dari efek samping
8 RSMM INDRAMAYU

yang tidak diharapkan. Pemberian pelayanan kuratif contohnya adalah : pemberian resep obat
sesuai gejala, pemberian antibiotik analgetik antiinflamasi dll pada pasien pasca bedah,
pemberian antibiotik sesuai sensitivitas pasien infeksi, dll. Lama pemberian perawatan kuratif
harus dilakukan asesmen tiap hari memperhatikan perkembangan klinis pasien.
e. Program rehabilitatif yang dilakukan bertujuan untuk mencegah komplikasi dan tingkat kecatatan
sehingga kualitas hidup seseorang dapat ditingkatkan. Salah satu contoh program rehabiltatif
adalah penguatan otot terhadap pasien stroke yang dilakukan oleh fisioterapis terkait.
f. Kebutuhan pelayanan preventif, kuratif, paliatif, rehabilitatif didokumentasikan dalam catatan
perkembangan pasien terintegrasi (CPPT) dan untuk pemberian obat kuratif juga tercatat dalam
catatan pemberian obat.

1.5 Kriteria Prioritas Keluar Dan Masuk Pasien Yang Membutuhkan Pelayanan Unit
Spesialistik / Khusus

Rumah sakit menetapkan kriteria-kriteria keluar masuk pasien pada unit-unit intensif dan unit
khusus. Kriteria keluar masuk pasien tersebut tertuang dalam bentuk formulir pada rekam medik.
Perumusan kriteria keluar masuk pasien dilakukan oleh tenaga Kesehatan yang berkompeten,
seperti adanya dokter anestesi pada ruang ICU, dokter spesialis Anak pada ruang NICU dan PICU.
Kemudian kriteria tersebut disahkan dan dijalankan Bersama oleh tenaga kesehatan yang sedang
berdinas. Adapun perawatan spesialistik / khusus yang dimiliki RS MM Indramayu yang memerlukan
kriteria khusus :
a. Ruang rawat ICU
b. Ruang rawat PICU
c. Ruang rawat NICU

Tujuan :

Proses skrining untuk masuk dan keluar dari ruang rawat khusus ini bertujuan agar pasien yang
memerlukan ruang tersebut terseleksi dengan baik, sehingga pasien akan mendapatkan pelayanan
dan Tindakan medis dengan tepat. Biaya yang dikeluarkan untuk ruang perawatan khusus cukup besar
sehingga dengan adanya skrining yang dilakukan dapat memberikan edukasi dan informed consent
9 RSMM INDRAMAYU

ke pasien dan keluarga pasien mengenai biaya yang dikeluarkan dengan kebutuhan pasien di ruang
perawatan khusus tersebut..

Selanjutnya pedoman mengenai kriteria skrining keluar masuk ruang khusus dibuat sebagai panduan
untuk tenaga medis dalam melaksanakan tugasnya di unit-unit terkait.

Keiteria keluar masuk ruang perawatan khusus terdokumentasikan dalam formulir keluar masuk ruang
ICU,PICU, dan NICU (Lampiran).

1.5.1 Kriteria masuk ICU

Kriteria Fisiologis untuk masuk perawatan ICU memenuhi 2 atau lebih kriteria dibawah ini :

- Membutuhkan ventilasi mekanik


- Pasien pasca operasi yang membutuhkan monitoring hemodinamik intensif
a. Operasi lama > jam, resiko perdarahan
b. Resiko tinggi, seperti:
1) Hipoalbumin, anemia berat
2) Koagulasi, aritmia
Riwayat henti jantung, hipoksemia, aspirasi
- Memerlukan inotropik dan obat aritmia serta perlu monitoring invasif
- Hemodinamik tidak stabil dan memerlukan monitoring invasif atau non invasif
- HR < 60 x/mnt atau > 140 x/mnt, dengan gambaran EKG mengancam nyawa
- Potensial mengalami gagal organ dari IGD atau rawat inap:
a. Traumatic brain Injury dengan GCS < 8 dan atau disertai trauma fasial (masalah airway)
b. Pasien CVD (stroke) dengan GCS < 8
- Metabolik asidosis berat (dehidrasi, ketosis, intoksikasi, pankreatitis akut
- Trauma multiple dengan syok (anemia berat)
- Pasien yang memenuhi kriteria sepsis berat, sebagai berikut:
- HR > 90 - RR < 25
- Hipertermi / hipotermi – Leukositosis / Leukopeni
- Dengan > 1 disfungsi organ
• Gangguan koagulasi / hemostatis
• Penurunan kesadaran
10 RSMM INDRAMAYU

• Trauma paru akut (ALI / ARDS)


• Peningkatan ureum / kreatinin
• Hipotensi

1.5.2 Kriteria keluar ICU


Pasien dapat keluar jika terdapat salah satu dari keadaan fisiologis dibawah ini,
- Pasien meninggal dunia
- Tidak membutuhkan ventilasi mekanik
- GCS > 8, dengan kondisi hemodinamik stabil
- Pasien tidak terintubasi, bernafas secara spontan atau Tidak adanya gangguan ventilasi, SpO2
> 90%
- Tidak memerlukan obat inotropik dan obat aritmia
- HR antara 60 – 140 x/mnt, Gambaran EKG tidak mengancam nyawa
- Keadaan pasien cukup stabil, tidak memerlukan terapi dan pemantauan intensif lebih lanjut
- Secara perkiraan pemantauan intensif tidak bermanfaat
- Pasien atau keluarga menolak dirawat lebih lanjut

1.5.3 Kriteria Masuk PICU

Kriteria Fisiologis untuk masuk perawatan PICU memenuhi 2 atau lebih kriteria dibawah

- Pasien dengan gagal organ tunggal dan multi organ yang mempunyai risiko tinggi untuk terjadi
komplikasi dan perburukan.
- Sistim kardiovaskular ;
ancaman aritmia jantung, PJB dengan decompensasi cordis, potensi gagal nafas/ spell. Syok
sepsis, hipovolemik, neurologik, anafilaksis, kardiogenik.
- Sistim pernafasan ;
bronkopneumoni berat, croup disease, post bronkoskopi corpus alenum, post trakheotomi,
abses laring, bronkiolitis, asma serangan berat, status asmatikus, ancaman gagal nafas dan
gagal nafas, efusi pleura masif, memerlukan oksigenasi intensif dan agresif
- Sistim saraf ;
penurunan kesadaran yang disebabkan oleh infeksi saraf pusat: meningitis dan ensefalitis,
enselopati yang disebabkan gangguan metabolik, dan gangguan elektrolit, cedera kepala,
11 RSMM INDRAMAYU

peningkatan TIK yang disebabkan infeksi SSP, SOL, perdarahan intrakranial, ancaman
herniasi, status konvulsif dan status epileptikus
- Sistim saluran cerna ;
perdarahan saluran cerna atas dan bawah yang masif, coma hepatikum, short bowel
syndrome,
- Sistim endokrin: DKA, CAH dengan gangguan elektrolit
- Hematologi ;
hiperleukositosis, tumor lisis sindrome, keganasan dengan perdarahan
- Pasien yang memerlukan perawatan preoperatif dan post operatif yang memerlukan
pemantauan ketat intake dan memerlukan resusitasi cairan dan elekrolit.
- Sistim ginjal dan saluran kemih ;
gagal ginjal dengan encepalopati uremia, GNAPS dengan krisis hipertensi
- Alergi dan Imunologi; SLE dengan enselopati, HSP dengan perdarahan saluran cerna
- Intoksikasi makanan
- Intoksikasi obat
- Near drowning
- Infeksi; DSS, sepsis berat, syok septik
- Gizi buruk dengan renatan dan syok, gangguan pernafasan (penyakit penyerta atau
komplikasi)
- Pasien yang memerlukan nutrisi parenteral total atau parsial

1.5.4 Kriteria Keluar PICU


- Pasien meninggal dunia
- Tidak memerlukan pemantauan intensif
- Tidak ada penurunan kesadaran dan peningkatan TIK
- Pasien yang sudah stabil respirasi dengan oksigen nasal.
- Pasien yang stabil sirkulasi dengan jumlah cairan maintenance, tanpa obat inotropik dan
vasoaktif.
- Tidak ada perdarahan masif, Hb 10 mg/dL
- Tidak ada gangguan irama jantung dan stabil kardiovaskuler dengan atau tanpa obat-obatan
- Gangguan elektrolit dan metabolik serta asam basa teratasi
- Diuresis dalam batas normal dengan atau tanpa bantuan alat
12 RSMM INDRAMAYU

- Keluarga menolak rawat PICU atas dasar informed consent

1.5.5 Kriteria Masuk NICU


- BBLR (1000 – 1500 gr) dengan komplikasi respirasi sindrome
- Masa gestasi kurang dari 28 minggu dengan komplikasi respirasi distres syndrome (RDS)
- Post Date : dengan tanda –tanda sepsis, masa kehamilan 42 minggu dengan RDS
- Bayi dengan kelainan kongenital :
• Bibir sumbing
• Atresia ani
• An achepali
• Polidactily
- Asfiksia berat :
• RR : > 70 x/m
• Takipnoe
• Apgar score : 0-3
• Retraksi dinding dada
• Sianosis
• Merintih
- Sepsis neonatorum :
• Leucocyt : > 20.000
• RR 70
• Temp : > 380C / 360C
• HR : > 160 x/I atau <100 x/I
• Malas minum
- Distres nafas berat
- Tetanus neonatorum
- Kejang pada bayi / neonatal seizure
- Bayi diare

1.5.6 Kliteria Keluar NICU


- BBLR yang sudah normal berat badannya : > 1800 gr
- Kondisi sudah membaik
13 RSMM INDRAMAYU

- Gerakan aktif, reflek hisap kuat

1.6 Penundaan Dan Keterlambatan Pelayanan

Penerimaan pelayanan pasien di Rumah Sakit MM Indramayu tentunya tidak selamanya selalu
berjalan lancar. Rumah Sakit MM Indramayu senantiasa memperhatikan kebutuhan klinis pasien pada
waktu menunggu atau penundaan untuk pelayanan diagnostik dan pengobatan. Penundaan pelayanan
terjadi apabila pasien harus menunggu terlayani dalam waktu yang lama untuk mendapatkan
pelayanan diagnostik dan pengobatan atau dalam mendapatkan rencana pelayanan, pasien
membutuhkan penempatan di daftar tunggu. Untuk itu pasien diberi informasi tentang alasan
penundaan dan menunggu serta diberi informasi altematif yang tersedia, dan tidak perlu diberikan
apabila hanya menunggu sebentar karena dokter datang terlambat.

Penundaan atau perubahan jadwal adalah penundaan atau perubahan jadwal


pelayanan atau pengobatan yang disebabkan oleh berbagai hal, seperti :

1. Kondisi pasien

2. Dokter berhalangan

3. Kerusakan alat

4. Masalah administrasi dan lain – lain. (bukan berasal dari keinginan pasien)

Tujuannya adalah :

1. Sebagai upaya Rumah Sakit MM Indramayu membangun suatu kontinuitas pelayanan, yaitu
menyelaraskan kebutuhan asuhan pasien dengan pelayanan yang tersedia di rumah sakit,
mengkoordinasikan pelayanan, pemberian pelayanan yang efisien kepada pasien.
2. Meningkatkan mutu asuhan pasien dan efisiensi penggunium sumber daya yang tersedia di
rumah sakit
3. Sebagai bentuk pemenuhan dari hak pasien.

Ruang lingkup penundaan pelayanan di Rumah Sakit MM Indramayu , meliputi :

1. Penundaan pelayanan dokter


2. Penundaan pelayanan gizi
14 RSMM INDRAMAYU

3. Penundaan pelayanan pemeriksaan radiologi


4. Penundaan pelayanan pemeriksaan laboratorium
5. Penundaan pelayanan obat
6. Penundaan pelayanan tindakan/operasi
7. Penundaan pelayanan rawat inap
8. Penundaan pelayanan intensif

1.6.1 Penundaan Sebelum Pasien Dirawat


1. Apabila penundaan/perubahan jadwal pelayanan atau pengobatan disebabkan masalah
administrasi, maka petugas administrasi menghubungi pasien, dokter dan perawat untuk
menginformasikan tentang penundaan/perubahan jadwal pelayanan atau pengobatan.
2. Apabila penundaan/perubahan jadwal pelayanan atau pengobatan disebabkan oleh
dokter berhalangan pada jadwal yang telah ditentukan maka kepala unit
menginformasikan tentang penundaan/perubahan jadwal pelayanan pengobatan tersebut
kepada pasien.
3. Apabila penundaan/perubahan jadwal pelayanan atau pengobatan disebabkan kerusakan
alat, maka penanggungjawab unit tersebut menghubungi pasien dan dokter untuk
menginformasikan tentang penundaan/perubahan jadwal pelayanan atau pengobatan.

1.6.2 Penundaan Setelah Pasien Dirawat


Apabila terdapat kondisi yang menyebabkan penundaan/perubahan jadwal pelayanan atau
pengobatan seperti :

1. Masalah medis
a. Dokter memberi penjelasan tentang penyebab penundaan/perubahan jadwal
pelayanan atau pengobatan dan menjadwalkan ulang rencana pelayanan atau
pengobatan.
b. Pasien dipulangkan menunggu kondisi pasien secara medis sudah layak untuk
dilakukan pelayanan atau pengobatan dan dijadwalkan berikutnya.
2. Masalah administrasi
a. Petugas administrasi menjelaskan kepada pasien dan keluarga tentang penyebab
penundaan / perubahan jadwal pelayanan atau pengobatan.
15 RSMM INDRAMAYU

b. Petugas administrasi menginformasikan ke dokter dan perawat bahwa pelayanan


atau pengobatan belum bisa dilakukan.
c. Perawat menghubungi dokter untuk meminta penjadwalan ulang.
d. Pasien dipulangkan / menunggu sampai masalah administrasi selesai.
e. Apabila masalah administrasi sudah selesai, maka pasien harus melakukan
penjadwalan ulang.
3. Masalah fasilitas atau kerusakan alat medis :

a. Penanggungjawab unit memberikan penjelasan kepada pasien dan keluarga tentang

penyebab penundaan / perubahan jadwal pelayanan atau pengobatan.

b. Penaggungjawab unit menghubungi dokter dan memberikan penjelasan tentang


penyebab penundaan / perubahan jadwal pelayanan atau pengobatan.
c. Pasien dirujuk ke rumah sakit lain yang mempunyai fasilitas pelayanan atau
pengobatan yang sama atau dipulangkan menunggu sampai alat diperbaiki.
d. Apabila alat sudah diperbaiki, maka penanggungjawab unit menghubungi dokter
untuk penjadwalan ulang dan menghubungi pasien untuk menginformasikan jadwal
yang telah ditentukan dokter.

2. REGRISTRASI DAN ADMISI DI RUMAH SAKIT


Pelayanan pendaftaran adalah mencatat data sosial/mendaftar pasien untuk mendapatkan
pelayanan kesehatan yang dibutuhkan, dan mencatat hasil pelayanannya. Pasien adalah orang sakit
(yang dirawat dokter atau perawat), seseorang yang mengalami sakit. Pasien dalam praktek sehari-hari
sering dikelompokkan menjadi:
1. Pasien rawat jalan, yaitu pasien yang hanya memperoleh pelayanan kesehatan di poliklinik
rawat jalan maupun pelayanan IGD termasuk One Day Care, Hemodialisa dan Fisioterapi.
2. Pasien rawat inap, yaitu pasien yang memperoleh pelayanan kesehatan dangan cara
menginap dan dirawat di rumah sakit.
Tujuan adanya pendaftaran dalam suatu rumah sakit adalah :

1. Tujuan umum adalah meregistrasi pasien untuk memastikan agar catatan pelayanan kesehatan
pasien sekarang, sebelumnya dan berikutnya terangkum di dalam suatu catatan rekam medis
16 RSMM INDRAMAYU

pasien yang sama.


2. Tujuan khusus dari pendaftaran rawat jalan adalah:
a. Untuk membangun respon yang sesuai unit darurat dalam menerima, menyaring dan
menstabilkan pasien yang datang dengan kondisi klinis darurat.
b. Untuk memastikan standarisasi penerimaan pasien rawat inap dan pendaftaran pelayanan

pasien rawat jalan.


c. Untuk memberikan pedoman bagi semua staf rumah sakit dalam memberikan perawatan
untuk proses akses bagi pasien untuk mendapatkan perawatan serta perawatan yang
berkelanjutan.

Tanggung jawab petugas pendaftaran dalam melaksanakan pelayanan pendaftaran pasien mulai
dari menerima pasien, menyiapkan/mencari dokumen pasien, memasukkan data pendaftaran,
mendistribusikan ke masing-masing unit, pencatatan hasil pelayanan kesehatan (rekam medis) ke
komputer sampai mengembalikan dokumen rekam medis pasien ke dalam rak penyimpanan.
Pendaftaran pasien berkaitan dengan unit kerja lain diantaranya :
1. Unit Rekam Medis
2. Instalasi Rawat Jalan
3. Instalasi Rawat Inap
4. Instalasi Gawat Darurat
5. Unit admisi pasien
a. Penerimaan Pasien IGD
b. Penerimaan Pasien Rawat Jalan (online dan offline)
c. Penerimaan Pasien Rawat Inap

Ruang lingkup regristrasi dan admisi RS MM Indramayu sebagai berikut :

1. Penerimaan admisi Unit Gawat Darurat


Pasien dapat mengakses layanan perawatan dan dilakukan triase untuk pengkategorian ,
penilaian dan perawatan dapat dilakukan pada saat bersamaan. Pada prinsipnya tindakan dan
pelayanan medis di IGD bisa dilakukan terlebih dahulu atau bersamaan dengan proses
administrasi pasien di IGD
17 RSMM INDRAMAYU

2. Penerimaan admisi poli Rawat Jalan (online dan offline)

Pasien dapat mengakses layanan perawatan rawat jalan dari Senin-Sabtu pukul 07.00 s/d
21.00 wib. Pasien hanya dapat dilayani di RS MM Indramayu jika tersedia pelayanan yang
dibutuhkan. Apabila layanan yang dibutuhkan tidak memadai atau tidak ada, maka pasien akan
dirujuk atau disarankan ke ke rumah sakit lain yang memiliki kebutuhan jenis layanan yang
dibutuhkan pasien pada saat itu yang sebelumnya dilakukan tes pemeriksaan penunjang sebagai
dasar pengambilan keputusan sesuai standar pelayanan medis. Pasien akan dirujuk ke rumah sakit
lain untuk mendapatkan pelayanan yang sesuai, ketika tidak tersedianya pelayanan di RS MM
Indramayu atau jika pasien ingin untuk dipindahkan ke rumah sakit lain RS dapat menggunakan
SOP rujukan pasien.

Proses regristrasi untuk pelayanan rawat jalan di RS MM indramayu bisa dilakukan secara
offline atau langsung datang ke bagian regristrasi dan atau secara online menggunakan aplikasi.
Aplikasi yang terhubung dengan bagian pendaftaran bisa menggunakan Mobile JKN khusus untuk
peserta jaminan BPJS atau dengan aplikasi RS MM indramayu yang bisa diakses oleh seluruh
masyarakat. Alur pendaftaran online maupun offline diatur dalam prosedur yang berlaku di RS MM.

Pelayanan rawat jalan selain pelayanan poliklinik dokter spesialis, ada pelayanan one day
care (ODC) bedah non bedah, hemodialisa dan fisioterapi. Pelayanan rawat jalan tersebut dapat di
akses semua pasien yang telah teregistrasi di bagian pendaftaran dan bisa menggunkan jaminan
apapun.

3. Penerimaan admisi Rawat Inap


Pasien dapat mengakses layanan perawatan rawat Inap setelah Mendapat Rekam dari Dokter
RS MM (Setiap Hari 24 jam). Pasien hanya dapat dilayani di RS MM Indramayu jika tersedia
pelayanan yang dibutuhkan. Apabila layanan dibutuhkan tidak memadai atau tidak ada, maka pasien
akan dirujuk ke rumah sakit lain yang memiliki kebutuhan jenis layanan yang dibutuhkan pasien pada
saat itu yang sebelumnya dilakukan test pemeriksaan penunjang sebagai dasar pengambilan
keputusan sesuai standar pelayanan medis.
18 RSMM INDRAMAYU

Pasien akan dipindahkan ke rumah sakit lain untuk mendapatkan pelayanan yang sesuai,
ketika tidak tersedianya pelayanan di RS MM Indramayu atau jika pasien ingin dipindahkan ke rumah
sakit lain, RS Menggunakan SOP rujukan pasien. Pada pasien dengan hambatan/ keterbatasan/
kendala fisik/ komunikasi/ bahasa/ budaya, RS MM Indramayu memfasilitasi untuk menyelesaikan
kendala tersebut.
Semua petugas yang bekerja di rumah sakit harus memahami bahwa semua pasien yang akan
melakukan pelayanan kesehatan harus mendaftar terlebih dahulu.

2.1 Alur Penumpukan Pasien (Ruang Transit)


Pengelolahan penumpukan pasien saat di IGD karena ruang rawat inap penuh maka RS
menjamin keefektifan pelayanan. Salah satunya agar mengurangi penundaan pelayabab kepada
pasien , komponen yang jadi perhatian RS MM dalam laur penumpukan pasien yaitu :
a. RS MM menjamin ketersediaan tempat tidur transit sebelum mendapatkan tempat tidur di
Rawat Inap
b. Perencaan fasilitas , peralatan dan kebutuhan lain untuk mendukung penempatan sementara
pasien diberikan oleh Rumah Sakit
c. Di ruang transit ada tenaga keperawatan yang bertanggungjawab melakukan observasi
selama pasien berada di ruang transit.
d. Pelayanan medis pasien di ruang transit meliputi pemberian asuhan, Tindakan, pemeriksaan
penunjang medis laboratorium dan radiologi sesuai dengan yang ada di pelayanan rawat inap
e. Ruang transit diperuntukan untuk pasien dengan rencana dirujuk dari IGD bila RS tidak
mampu menangani karena keterbatasan fasilitas medis dan tempat tidur.
f. Rumah sakit menjamin pelayanan medis di ruang transit hingga pasien dapat di rujuk ke RS
lain dikarenakan keterbatasan fasilitas pelayanan medis.

Tujuan :

1. Merupakan kewajiban rumah sakit untuk memberikan akses pelayanan pada saat ruang
perawatan sedang penuh sehingga pasien tetap mendapatkan pelayanan medis selama
menunggu ketersediaan tempat tidur rawat inap
2. Agar pasien mendapatkan fasilitas yang sama dengan rawat inap saat menunggu tempat tidur
rawat inap ada yang kosong
19 RSMM INDRAMAYU

3. Memenuhi hak pasien dalam mendapatkan akses pelayanan medis saat admisi tempat tidur
rawat inap penuh

3. PELAYANAN BERKESINAMBUNGAN
Pelayanan pasien di Rumah Sakit MM Indramayu mulai dari admisi, keluar pulang, atau pindah
melibatkan berbagai Profesional Pemberi Asuhan (PPA), unit kerja, dan Manajer Pelayanan Pasien
(MPP). Kebutuhan pasien dipenuhi dari sumber daya yang tersedia di Rumah Sakit MM Indramayu dan
bila diperlukan sumber daya dari luar.
Asuhan pelayanan diberikan dan dilaksanakan dengan pola Pelayanan Berfokus pada Pasien.
Pelaksanaan asuhan pasien terintegrasi berpusat pasien mencakup:
1. Keterlibatan dan pemberdayaan pasien dan keluarga
2. Dokter Penanggung Jawab Pelayanan (DPJP) sebagai ketua tim asuhan pasien
3. Profesional Pemberi Asuhan (PPA)
4. Perencanaan Pemulangan Pasien (P3) atau discharge planning terintegrasi
5. Asuhan gizi terintegrasi
6. Manajer Pelayanan Pasien (MPP) atau case manager

Proses koordiasi dan kesinambungan pelayanan dibantu oleh penunjang lain seperti Panduan
Praktek Klinis (PPK) atau clinical pathways, rencana asuhan, format rujukan, daftar tilik atau check list
lain, dan sebagainya.

3.1 Manajer Pelayanan Pasien (MPP) Atau Case Manager


Manajer Pelayanan Pasien (Case Manager) adalah professional di rumah sakit yang
melaksanakan manajemen pelayanan pasien. Seorang MPP atau Manajer Pelayanan Pasien (Case
Manager) adalah profesional dalam rumah sakit yang bekerja secara kolaboratif, memastikan bahwa
pasien dirawat serta ditransisikan ke tingkat asuhan yang tepat, dalam perencanaan asuhan yang
efektif dan menerima pengobatan yang di tentukan, serta didukung pelayanan dan perencanaan yang
di butuhkan selama maupun sesudah perawatan rumah sakit dan Manajer Pelayanan Pasien (Case
Manager) bertanggung-jawab ke Kepala Rumah Sakit.
Tugas Manajer Pelayanan Pasien atau MPP tidak jarang agak sulit dimengerti dan karenanya
terjadi banyak salah pengertian. MPP bukanlah Profesional Pemberi Asuhan atau PPA, namun
kehadiran MPP di rumah sakit adalah penting sebagai bagian dari penerapan pelayanan berfokus pada
pasien. Tujuan MPP atau Manajer Pelayanan Pasien (Case Manager) adalah untuk melibatkan pasien
20 RSMM INDRAMAYU

dalam asuhan yang dialaminya. Bilamana pasien merasa menjadi bagian dalam keputusan
pengobatan dan rencana asuhan, maka mereka akan memperoleh manfaat. Hal yang sama juga
berlaku bagi keluarganya. Bila keluarga yang mempunyai relasi erat, suatu kemitraan dengan rumah
sakit yang melayani orang yang mereka kasihi, mereka akan kurang merasa khawatir tentang logistik
dan akan lebih banyak fokus terhadap kesehatan pasien.
Bagi rumah sakit adanya MPP dalam manajemen pelayanan pasien akan memberikan manfaat
sebagai berikut :
1. Peningkatan mutu pelayanan
2. Peningkatan kepuasan pasien dan keluarga
3. Peningkatan keterlibatan pasien dalam asuhan
4. Peningkatan kepatuhan pasien dalam asuhan
5. Peningkatan kualitas hidup pasien
6. Peningkatan kolaborasi interprofesional tim PPA
7. Penurunan tingkat asuhan sesuai kebutuhan pasien dan panduan klinis Panduan Praktik
Manajer Pelayanan Pasien - MPP di Rumah Sakit (Case Manager)
8. Penurunan Lama Dirawat
9. Pencegahan Hari Rawat yang tidak perlu
10. Penurunan frekuensi, jenis dan lama pemeriksaan, termasuk pemeriksaan yang tidak perlu
11. Pengurangan / menghindari tagihan yang tidak perlu
12. Penurunan readmisi ke rumah sakit
13. Pengurangan kunjungan pasien yang sama ke IGD
14. Membantu proses evaluasi penerapan alur klinis (Clinical Pathway)

Keuntungan MPP di Rumah Sakit


Bagi rumah sakit adanya MPP dalam manajemen pelayanan pasien akan memberikan keuntungan
sebagai berikut :
1. Biaya pelayanan efektif
2. Orientasi pelayanan yang holistik
3. Kontinuitas pelayanan diseluruh tatatan pelayanan kesehatan
4. Klien mengetahui siapa yang harus dihubungi untuk bantua
21 RSMM INDRAMAYU

Sebagai acuan atau penerapan dalam pemberian pelayanan kesehatan kepada pasien secara
profesional. meningkatkkan mutu pelayanan kesehatan rumah sakit serta untuk mencapai produktifitas
dan efesiensi kerja yang optimal.

3.1.1 Kualifikasi Manajer Pelayanan Pasien (MPP) / Case Manager


Seorang MPP ditetapkan berdasarkan kualifikasi sebagai berikut :
1. Dokter (Umum)
a. Memiliki pengalaman minimal 3 tahun dalam pelayanan klinis di rumah sakit
b. Memiliki pengalaman sebagai dokter ruangan minimal 1 tahun.
c. Status Kepegawaian Tetap
2. Perawat
a. Pendidikan minimal S1 Ners
b. Memiliki pengalaman klinis sebagai professional pemberi
asuhan minimal 3 tahun
c. Memiliki pengalaman sebagai kepala ruang rawat minimal 2 tahun
d. Status Kepegawaian Tetap

Pelatihan tambahan baik perawat maupun dokter harus menjalani pelatihan


1. Pelatihan untuk meningkatkan pengetahuan klinis terkait dengan penyusunan dan
penerapan SPO Pelayanan Kedokteran yang terdiri dari Panduan Praktik Klinis, Alur Klinis
(Clinical Pathway), Algoritme, Protokol, Standing order.
2. Pelatihan Pelayanan Berfokus pada Pasien (PCC)
3. Pelatihan tentang perasuransian, jaminan kesehatan nasional, INA-CBG’s
4. Pelatihan tentang Perencanaan pulang (Discharge planning)
5. Pelatihan Manajemen Risiko
6. Pelatihan Etiko-Legal
7. Pelatihan soft skill seperti : aspek psiko-sosio-kultural, komunikasi interpersonal.

3.1.2 Pelayanan Fokus Pada Pasien (Patient Centered Care)


Manajemen pelayanan pasien bersumber dari konsep pelayanan fokus pada pasien (PFP). Inti
konsep PFP terdiri dari 4 elemen :
1. Martabat dan Respek.
22 RSMM INDRAMAYU

a. Pemberi pelayanan kesehatan mendengarkan, menghormati dan menghargai pandangan


dan pilihan pasien serta keluarga.
b. Pengetahuan, nilai-nilai, kepercayaan, latar belakang kultural pasien dan keluarga
dimasukkan dalam perencanaan pelayanan dan pemberian pelayanan kesehatan
2. Berbagi informasi.
a. Pemberi pelayanan kesehatan mengkomunikasikan dan berbagi informasi secara lengkap
dengan pasien dan keluarga
b. Pasien dan keluarga menerima informasi tepat waktu, lengkap, dan akurat
3. Partisipasi.
Pasien dan keluarga didorong dan didukung untuk berpartisipasi dalam asuhan dan
pengambilan keputusan serta pilihan mereka
4. Kolaborasi / kerjasama.
Pasien dan keluarga adalah mitra pemberi pelayanan kesehatan. Pemberi pelayanan
kesehatan bekerjasama dengan pasien dan keluarga dalam pengembangan, implementasi
dan evaluasi kebijakan dan program.

Para MPP/Manajer Pelayanan Pasien (Case Manager) harus mempunyai hubungan kerja
profesional dengan para dokter dan staf klinis. Mereka juga harus terbiasa dengan pelayanan
penagihan (billing), pelayanan bantuan finansial, bantuan/dukungan dari komunitas serta pelayanan
kerohanian.
Penting bagi para MPP/Manajer Pelayanan Pasien (Case Manager) untuk memiliki relasi dengan
pasien dan keluarga. Manajer Pelayanan Pasien (Case Manager) perlu memelihara rasa saling
percaya yang menunjukkan kepada pasien bahwa mereka terlibat untuk manfaat dan kepentingan
pasien. Untuk itu MPP/Manajer Pelayanan Pasien (Case Manager) perlu memperhatikan secara aktif
kebutuhan dan keinginan pasien.

Manajer Pelayanan Pasien (Case Manager) sebaiknya memberikan perhatian lebih kepada
pasien-pasien dalam kelompok : anak-anak, usia lanjut, dan yang dengan penyakit kronis.
Dalam pelaksanaan manajemen pelayanan pasien, Manajer Pelayanan Pasien (Case Manager) dapat
menangani 25 – 50 pasien, tergantung kondisi kerumitan, sistem pelayanan klinis, budaya kerja rumah
sakit.
23 RSMM INDRAMAYU

3.1.3 Fungsi Manajer Pelayanan Pasien ( Case Manager )


1. Asesmen utilitas
Mampu mengakses semua informasi dan data untuk mengevaluasi manfaat/utilisasi, untuk
kebutuhan manajemen pelayanan pasien. (Semua informasi dan data akurat, lengkap yang
mudah diakses tentang kebutuhan klinis, finansial, serta sosial pasien)
2. Perencanaan
Dengan asesmen yang lengkap, disusun perencanaan untuk pelaksanaan manajemen
pelayanan pasien. Perencanaan tersebut mencerminkan kelayakan atau kepatutan dan
efektivitas-biaya dari pengobatan medis dan klinis serta kebutuhan pasien untuk mengambil
keputusan.
3. Fasilitasi
Tugas ini mencakup interaksi antara Manajer Pelayanan Pasien (Case Manager) dan para
anggota tim pemberi pelayanan kesehatan, perwakilan pembayar, serta pasien atau keluarga
yang mencari atau menginginkan pembebasan dari hambatan namun dapat mempengaruhi
kinerja atau hasil, serta menjaga kontinuitas pelayanan.
4. Advokasi
Mewakili kepentingan pasien adalah inti dari peran Manajer Pelayanan Pasien (Case
Manager). Tetapi peran ini juga menjangkau pemangku kepentingan lain. Manajer Pelayanan
Pasien (Case Manager) diharapkan melakukan advokasi untuk opsi pengobatan yang dapat
diterima setelah berkonsultasi dengan DPJP, termasuk rencana pemulangan yang aman.
Advokasi perlu mempertimbangkan sistem nilai pasien, kemampuan finansial termasuk atas
jaminan pembiayaan, pilihan, serta kebutuhan pelayanan kesehatannya.

3.1.4 Diagram Pelaksanaan Manajer Pelayanan Pasien (MPP) /Case Manager


24 RSMM INDRAMAYU

3.2 Kriteria / Skrining pasien yang memerlukan dilakukan Manager Pelayanan Pasien
Adapun kriteria pasien yang akan dilakukan pendampingan oleh petugas MPP tertulis pada
formulir A MPP, pasien memenuhi kriteria salah satu dibawah ini sebagai berikut :
a. usia lebih 65 th dengan ketergantungan total
b. Pasien dengan fungsi kognitif rendah (Misalnya reterdasi mental, demensia, delirium)
c. Pasien dengan risiko tinggi (cacat fisik, KDRT, narapidana, korban dan tersangka tindak
pidana)
d. Potensi complain tinggi (complain secara tertulis)
e. Kasus dengan penyakit kronis, katastropik, terminasi (dirawat bersama oleh tiga DPJP)
f. Status fungsional rendah, kebutuhan bantuan ADL (activity daily living) yang tinggi dari
perkiraan membutuhkan bantuan dalam aktifitas sehari hari di rumah
g. Pasien dengan riwayat penggunaan peralatan medis di masa lalu (misalnya : kanul trachea,
CAPD, doble lumen)
h. Riwayat gangguan mental, upaya bunuh diri, krisis keluarga, isu social (terlantar, narkoba,
tinggal sendiri)
i. Sering masuk IGD, readmisi rumah sakit dalam 30 hari
25 RSMM INDRAMAYU

j. Perkiraan asuhan dengan biaya tinggi (Biaya yang tidak masuk dalam restriksi asuransi)
k. Kemungkinan sistem pembiayaan yang komplek, adanya masalah finansial (misalnya Tuna
wisma, tidak ada asuransi)
l. Kasus yang melebihi rata-rata lama dirawat lebih dari 20 hari dan lebih dalam 8 hari belum
ada kepastian program
m. Kasus yang diidentifikasi rencana pemulangannya penting / beresiko atau yang
membutuhkan kontinuitas pelayanan (misalnya : rujuk balik, homecare)

3.3 Dokter Penanggung Jawab Pelayanan (DPJP)


Selanjutnya pelayanan berfokus pada pasien/patient centered care (PCC) dengan elemen
utama asuhan terintegrasi merupakan standar dalam akreditasi. Untuk penerapannya diperlukan
kolaborasi interprofesional para Profesional Pemberi Asuhan (PPA) karena merupakan persyarat
untuk mencapai tujuan tersebut dan dilengkapi dengan kompetensi praktek kolaborasi termasuk
komunikasi yang baik.
Tidak dapat dipungkiri bahwa peranan dokter sebagai ketua tim (Clinical Leader) sangat besar
dan sentral dalam menjaga keselamatan pasien, karena semua proses pelayanan berawal dan
ditentukan oleh dokter. Sebagai instrumen monitoring dan evaluasi maka tidak kalah pentingnya
faktor catatan medis yang lengkap dan baik, dimana semua proses pelayanan terhadap pasien
direkam secara real time dan akurat.
Apabila terjadi sengketa medis maka rekam medis ini benar-benar dapat menjadi alat bukti
bagi rumah sakit bahwa proses pelayanan telah dijalankan dengan benar dan sesuai prosedur,
atau kalau terjadi sebaliknya dapat pula berfungsi sebagai masukan untuk memperbaiki proses
pelayanan yang ada. Salah satu elemen dalam pemberian asuhan kepada pasien (patient care)
adalah asuhan medis.
Asuhan medis diberikan oleh dokter yang dalam standar keselamatan pasien disbut DPJP :
Dokter Penanggung Jawab Pelayanan. Pengaturan tentang DPJP sangat diperlukan dalam
pelaksanaan asuhan medis di rumah sakit untuk menghindari kemungkinan terjadinya pelayanan
yang kuarang baik karena terjadinya duplikasi, interaksi obat yang kurang terkontrol, kontra
indeksi, ketidakjelasan peranan dokter bila hanya diminta pendapat saja, dll.
Tujuan Umum :
Meningkatkan mutu pelayanan dan keselamatan pasien rumah sakit.
Tujuan Khusus :
26 RSMM INDRAMAYU

a. Memberikan perlindungan kepada pasien agar memperoleh asuhan medis yang


terbaik.
b. Memberikan kemudahan kepada rumah sakit untuk mengelola penyelenggaraan
asuhan medis oleh DPJP dalam rangka memenuhi Standar Akreditasi Rumah Sakit.
c. Memberikan panduan dan penjelasan tentang peranan DPJP.
d. Memberikan panduan dan penjelasan tentang mekanisme koordinasi, kolaborasi
interprofesional dan kerja sama tim dalam memberikan asuhan kepada pasien di
rumah sakit.

Dokter Penanggung Jawab Pelayanan (DPJP) adalah seorang dokter, sesuai dengan
kewenangan klinisnya terkait penyakit pasien, memberikan asuhan medis lengkap kepada satu
pasien dengan satu patologi / penyakit, dari awal sampai dengan akhir perawatan di rumah sakit,
baik pada pelayanan rawat jalan dan rawat inap. Asuhan medis lengkap artinya melakukan
asesmen medis sampai dengan implementasi rencana serta tindak lanjutnya sesuai kebutuhan
pasien.
Pasien dengan lebih dari satu penyakit dikelola oleh lebih dari satu DPJP sesuai kewenangan
klinisnya, dalam pola asuhan secara tim atau terintegrasi. Contoh : pasien dengan Diabetes
Mellitus, Katarak dan Stroke, dikelola oleh lebih dari satu DPJP : Dokter Spesialis Penyakit Dalam,
Dokter Spesialis Mata dan Dokter Spesialis Saraf.
DPJP Utama : bila pasien dikelola oleh lebih dari satu DPJP, maka asuhan medis tersebut
dilakukan secara terintegrasi dan secara tim diketuai oleh seorang DPJP Utama. Peran DPJP
Utama adalah sebagai koordinator proses pengelolaan asuhan medis bagi pasien yang
bersangkutan, dengan tugas menjaga terlaksananya asuhan medis komprehensif - terpadu -
efektif, demi keselamatan pasien melalui komunikasi efektif dengan membangun sinergisme dan
mencegah duplikasi.
Dokter yang memberikan pelayanan interpretatif, misalnya memberikan uraian / data tentang
hasil laboratorium atau radiologi, tidak dipakai istilah DPJP, karena tidak memberikan asuhan
medis yang lengkap.
Asuhan pasien (patient care) diberikan dengan pola Pelayanan Berfokus pada Pasien (Patient
Centered Care), dan DPJP merupakan Ketua (Team Leader) dari tim yang terdiri dari para
professional pemberi asuhan pasien / staf klinis dengan kompetensi dan kewenangan yang
memadai, yang antara lain terdiri dari dokter, perawat, ahli gizi, apoteker, fisioterapis.
27 RSMM INDRAMAYU

Rumah Sakit MM Indramayu menetapkan bahwa setiap pasien yang dirawat harus
mempunyai DPJP yaitu seorang dokter spesialis yang bertanggung jawab atas pengolaan
pelayanan medis seorang pasien dan memmpunyai tanggung jawab utama untuk memberikan
informasi dan penjelasan mengenai penyakit dan tindak lanjut penanganannya. DPJP di pelayanan
rawat jalan meliputi dokter/dokter gigi/dokter spesialis.
Pedoman ini berlaku pada semua pelayanan Rumah Sakit yang meliputi: emergensi, rawat
jalan, rawat inap, ruang tindakan, ruang perawatan khusus (ICU, NICU, Hemodialisis).
Penetapan DPJP dalam pelayanan medis pasien bertujuan :
a. Untuk memastikan bahwa pasien mendapatkan pelayanan medis sesuai Standar Pelayanan
Kedokteran / Standar Operasional Prosedur yang berlaku di Rumah Sakit dan mendapatkan
informasi yang benar tentang penyakitnya
b. Untuk memastikan asuhan medis pasien dilakukan oleh dokter yang berkompeten sesuai
dengan kasusnya / penyakitnya.
c. Untuk menjamin kualitas pelayanan dan keselamatan pasien.

4. TRANSFER PASIEN

Transfer pasien adalah memindahkan pasien dari satu ruangan keruang perawatan/ ruang
tindakan lain didalam rumah sakit (intra rumah sakit) atau memindahkan pasien dari satu rumah sakit
ke rumah sakit lain (antar rumah sakit).
Transfer pasien dapat dilakukan apabila kondisi pasien layak untuk di transfer. Prinsip dalam
melakukan transfer pasien adalah memastikan keselamatan dan keamanan pasien saat menjalani
transfer. Pelaksanaan transfer pasien dapat dilakukan intra rumah sakit atau antar rumah sakit.
Transfer pasien dimulai dengan melakukan koordinasi dan komunikasi pra transportasi pasien,
menentukan SDM yang akan mendampingi pasien, menyiapkan peralatan yang disertakan saat
transfer dan monitoring pasien selama transfer. Transfer pasien hanya boleh dilakukan oleh staf medis
dan staf keperawatan yang kompeten serta petugas profesional lainnya yang sudah terlatih.
Tujuan dari manajemen transfer pasien adalah:
- Agar pelayanan transfer pasien dilaksanakan secara profesional dan berdedikasi tinggi.
- Agar proses transfer/ pemindahan pasien berlangsung dengan aman dan lancar serta
pelaksanaannya sangat memperhatikan keselamatan pasien serta sesuai dengan prosedur yang
telah ditetapkan.
28 RSMM INDRAMAYU

JENIS TRANSFER
1. Transfer pasien antar rawat inap
Adalah pelayanan perpindahan pasien dari satu tempat rawat inap ke tempat rawat inap
lain karena kebutuhan pindah kelas rawat atau menyesuaikan dengan jenis pelayanan.
2. Transfer pasien rawat inap ke unit khusus
Adalah perpindahan pasien dari ruang rawat inap biasa ke unit khusus (kamar bedah, ICU,
kamar bersalin, hemodialisa) dikarenakan kebutuhan pelayanaan perawatan khusus
sesuai kebutuhan pasien. Untuk unit khusus didahului dengan skrining keluar masuk ke
unit khusus tersebut.
3. Transfer pasien sementara ke luar RS
Adalah pelayanan rujukan sementara dikarenakan kebutuhan pasien untuk pemeriksaan
penunjang yang karena satu hal tidak dapat memenuhi pelayanaan tersebut.
4. Transfer pasien menetap ke luar RS
Adalah pelayanan rujukan menetap yang dibutuhkan pasien untuk rujukan perawatan
5. Transfer pasien ke unit pelayanan penunjang
6. Penjemputan pasien

Hal yang harus diperhatikan adalah :


1. Pedoman ini diterapkan kepada semua pasien yang memenuhi kriteria untuk masuk
kedalam / keluar dari unit pelayan atau instalasi di Rumah Sakit MM Indramayu
2. Pelaksana pedoman ini adalah tim transfer pasien (dokterr, bidan, perawat, dan tenaga
kesehatan lainnya).
3. Rekam Medis pasien yang akan masuk atau keluar dari unit pelayanan intensif diperiksa
apakah memenuhi kiteria untuk proses tersebut

4.1.1 Transfer Pasien di Dalam Rumah Sakit


1. Transfer pasien dari IGD ke Ruang rawat Inap, ICU, Kamar Operasi, kamar bersalin
2. Transfer pasien dari Rawat Jalan ke Ruang rawat Inap, ICU, Kamar Operasi, kamar
bersalin
3. Transfer pasien dari Ruang rawat Inap ke ICU, Kamar Operasi, kamar bersalin
4. Transfer pasien dari ICU ke Ruang rawat Inap, Kamar Operasi
29 RSMM INDRAMAYU

5. Transfer pasien dari Kamar Operasi ke Ruang rawat Inap, ICU


6. Transfer pasien dari IGD, Ruang rawat Inap, ICU ke Ruang Radiologi
4.1.2 Transfer Pasien Antar Rumah Sakit
1. Transfer pasien dari Rumah Sakit ke Rumah Sakit lain atau sebaliknya
2. Transfer pasien dari Rumah Sakit ke rumah pasien atau sebaliknya

5. PEMULANGAN, RUJUKAN, RENCANA TINDAK LANJUT PERENCANAAN PEMULANGAN


PASIEN (P3) / DISCHARGE PLANNING
Perencanaan pemulangan pasien (P3) atau discharge planning adalah suatu proses untuk
membuat perkiraan, persiapan, dan koordinasi yang dilakukan oleh para pemberi asuhan yang terlibat
dalam pelayanan pasien untuk memfasilitasi perbekalan perawatan kesehatan pasien sebelum dan
setelah pemulangan. Discharge Planning adalah suatu proses yang sistematis dalam pelayanan
kesehatan untuk membantu pasien dan keluarga dalam menetapkan kebutuhan,
mengimplementasikan serta mengkoordinasikan rencana perawatan yang akan dilakukan setelah
pasien pulang dari rumah sakit sehingga dapat meningkatkan atau mempertahankan derajat
kesehatannya.
Tujuan panduan Perencanaan Pemulangan Pasien (P3) atau discharge planning disusun adalah :
1. mengurangi hari rawatan pasien
2. Meningkatkan kemajuan perkembangan kondisi kesehatan pasien
3. Menurunkan komplikasi penyakit.
4. Menurunkan angka mortalitas dan morbiditas.
5. Mencegah kekambuhan.
6. Menurunkan beban perawatan pada keluarga.
7. Membantu pasien untuk mencapai kualitas hidup optimum sebelum dipulangkan.
8. Meningkatkan kontinuitas perawatan.
9. Meningkatkan kualitas perawatan
10. Memaksimalkan manfaat sumber pelayanan kesehatan.

Ruang lingkup Perencanaan Pemulangan Pasien (P3) atau discharge planning adalah sebagai
berikut :
1. Pemberi Layanan Perencanaan Pemulangan Pasien (P3) atau discharge planning
30 RSMM INDRAMAYU

Proses Perencanaan Pemulangan Pasien (P3) atau discharge planning harus dilakukan secara
komprehensif dan melibatkan multidisiplin, mencakup semua pemberi asuhan yang terlibat
dalam memberi layanan kesehatan kepada pasien.

2. Penerima Layanan Perencanaan Pemulangan Pasien (P3) atau discharge planning


Semua pasien yang rawat inap dilakukan Perencanaan Pemulangan Pasien (P3) atau
discharge planning (Discharge Planning Association, 2008), namun ada beberapa kondisi yang
menyebabkan pasien beresiko tidak dapat memenuhi kebutuhan pelayanan kesehatan yang
berkelanjutan setelah pasien pulang, seperti pasien yang menderita penyakit terminal atau
pasien dengan kecacatan permanen (Rice, 1992 dalam Perrv&Potrer, 2005).
Pasien dan keluarga pasien harus mendapatkan informasi tentang semua
perencanaan pemulangan (Medical Mutual of Ohio, 2008). Demikian juga pendamping pasien
atau perawat pasien di rumah, dan semua orang yang terlibat dalam penanganan pasien
setelah keluar dari rumah sakit dilibatkan dalam proses ini.

3. Kapan Dilakukan Perencanaan Pemulangan Pasien (P3) atau discharge planning


Perencanaan Pemulangan Pasien (P3) atau discharge planning merupakan suatu
proses yang berkesinambungan. Untuk pasien dengan kebutuhan yang sederhana (simple)
sehingga rencana perawatannya dapat direncanakan sebelumnya/elektif Perencanaan
Pemulangan Pasien (P3) atau discharge planning sudah dimulai sejak
awal pasien datang ke rumah sakit (pre-admission). Sedangkan pada pasien dengan
kebutuhan kompleks dan pasien emergensi, sehingga rencana perawatannya belum dapat
direncanakan sebelumnya, Perencanaan Pemulangan Pasien (P3) atau discharge planning
dilakukan sesegera mungkin setelah pasien masuk maksimal 24 jam pertama. Assessment P3
tertuang pada formulir assessment awal rawat inap

5.1 Kriteria Pasien Yang Memerlukan Rencana Pemulangan Pasien

Dalam pelaksanaan P3 dibutuhkan kriteria pasien yang membutuhkan P3, assessment pasien P3
tertulis dalam formular assessment awal medis rawat inap. adapun kriteria yang dimaksud yaitu :

a. Usia ≥ 65 tahun
31 RSMM INDRAMAYU

b. Tinggal sendirian tanpa dukungan sosial secara langsung

c. Stroke, jantung, PPOK, Gagal jantung kongestif, Emfisema, Demensia, Alzeimer, AIDS,
atau penyakit dengan potensi mengancam nyawa lainnya

d. Pasien berasal dari panti jompo

e. Alamat tidak diketahui atau berasal dari luar kota

f. Tunawisma

g. Dirawat kembali dalam 30 hari

h. Percobaan bunuh diri

i. Pasien tidak dikenal / tidak ada identitas

j. Korban dari kasus criminal

k. Trauma multipel

l. Tidak bekerja / Tidak ada asuransi

m. Identifikasi dan diskusi pilihan perawatan apa yang tersedia untuk pasien

n. Verifikasi availabilitas tempat perawatan pasien setelah pulang dari rumah sakit.

5.2 Pemulangan Dari Rumah Sakit (Discharge) Dan Tindak Lanjut

Prosedur pemulangan pasien adalah pemulangan pasien rawat inap dari ruang rawat inap.
Prosedur ini ditujukan kepada pasien yang sudah tidak memerlukan perawatan di rumah sakit dengan
memperhatikan kondisi kesehatan pasien dan kebutuhan kesinambungan asuhan atau tindakan:

5.3 Kriteria Umum Pasien Pulang


1. Pasien dengan kondisi pulih atau memungkinkan untuk pulang sesuai dengan pemeriksaan
penunjang dan saran dokter.
2. Pasien dengan pulang Atas Permintaan Sendiri (APS) yang telah menandatangani surat
pernyataan untuk lepas rawat sebelum waktunya.
3. Pasien dan keluarga mampu menggambarkan pembatasan aktivitas di rumah, mampu
menggambarkan penatalaksanaan luka dan nyeri di rumah.
4. Mampu menyebutkan tanda dan gejala yang harus segera dilaporkan pada tenaga kesehatan.
5. Pasien mampu menggambarkan perawatan lanjutan yang diperlukan
32 RSMM INDRAMAYU

6. Pasien harus mempunyai pengetahuan, ketrampilan dan sumber yang dibutuhkan untuk
perawatan dirinya sendiri.
7. Pasien mengetahui pengobatan, tanda-tanda bahaya, aktivitas yang dilakukan srerta perawatan
lanjutan di rumah.
8. Pasien dan keluarga memahami diagnosis, antisipasi tingkat fungsi, obat-obatan dan pengobatan
untuk kepulangan pasien.
9. Kondisi fisik penderita secara umum stabil
10. Hasil pemeriksaan laboratorium dan pemeriksaan penunjang dalam batas normal sesuai nilai
rujukan.
11. Keluhan Utama berkurang atau hilang.

Pemulangan pasien di Rumah Sakit MM Indramayu:


1. Panduan ini diterapkan kepada semua pasien rawat inap.
2. Pelaksana panduan ini adalah DPJP, staf di ruang rawat, staf administratif, dan staf pendukung
yang bekerja di rumah sakit.

Hal yang perlu diperhatikan pada prosedur pemulangan pasien :


1. DPJP menentukan kesiapan pasien untuk dipulangkan setelah pasien masuk rawat.
a. Kriteria bagi pasien yang siap untuk dipulangkan.
b. DPJP bertanggungjawab menentukan kesiapan untuk pulang.
c. Sejak kapan pemulangan pasien mulai direncanakan.
d. Proses pemberian izin pasien yang diperbolehkan meninggalkan rumah sakit selama
perawatan yang direncanakan, ada jangka waktunya.
2. Resume medis pasien pulang disiapkan oleh DPJP
a. Resume medis pasien pulang disiapkan oleh DPJP.
b. Salinan resume medis pasien pulang disimpan dalam catatan medis pasien.
c. Pasien diberi salinan resume medis pasien pulang.
d. Salinan resume medis pasien pulang diberikan kepada praktisi yang bertanggung jawab atas
perawatan lanjutan atau proses tindak-lanjut pada pasien.
e. Kapan resume medis pasien pulang harus dilengkapi dan disimpan.
f. Resume medis pasien pulang berisi :
1) Alasan pasien di rawat, diagnosis dan penyakit penyertanya.
33 RSMM INDRAMAYU

2) Kelainan fisik dan hal lain yang penting yang ditemukan.


3) Prosedur diagnosis dan pengobatan yang telah dilakukan.
4) Pemberian medika mentosa termasuk pemberian obat waktu pulang.
5) Keadaan /status pasien pada saat pulang.
6) Instruksi untuk tindak lanjut.

5.4 Pemulangan Pasien Atas Permintaan Sendiri (APS)


Prosedur permintaan pasien untuk pulang perawatan yang disebabkan oleh penolakan pasien
atas tindakan medik yang direncanakan atau perawatan yang diberikan oleh rumah sakit
meskipun sudah mendapatkan penjelasan yang cukup.
Tujuan :
Adanya pernyataan tertulis tentang penolakan perawatan yang diberikan untuk menghindari
tuntutan hukum terhadap rumah sakit.

5.5 Pemulangan Pasien di Luar Jam Kerja


Pemulangan pasien diluar jam kerja adalah pasien rawat inap yang pulang atau terpaksa
dipulangkan baik karena alasan medis telah meninggal dunia, ataupun bisa dinyatakan pulang
yang dinyatakan dengan surat keterangan dokter tetapi diluar jam kerja normal seperti :
1. Diatas (sebelum) jam kerja normal
2. Hari Sabtu atau Minggu
3. Hari libur Nasional
4. Hari libur lainnya yang sesuai dengan ketentuan RS.
Tujuan :
Sebagai acuan dari pedoman dalam melakukan administrasi pasien rawat inap, baik pasien
berhak maupun pasien jaminan yang keluar diluar jam kerja normal sebagai acuan dari pedoman
dalam melakukan administrasi pasien rawat inap.

5.6 Kriteria Pasien Pemulangan Sementara Cuti Perawatan


Memberikan kesempatan kepada pasien untuk melakukan adaptasi dengan lingkungan diluar
rumah sakit, atau melakukan kegiatan/keperluan yang dibutuhkan. Dalam hal ini pasien diizinkan
keluar meninggalkan rumah sakit selama periode waktu tertentu.
Adapun kriterianya sebagai berikut :
34 RSMM INDRAMAYU

a. Mendapatkan persetujuan dari DPJP


b. Pasien tidak sedang dirawat dengan perawatan ruangan spesialistik / khusus
c. Pasien dalam kondisi stabil dengan tidak memperlukan perawatan khusus
d. Pasien atau keluarga pasien bersedia mengikuti aturan cuti perawatan dan mengisi
formulir pemulangan perawatan sementara.
e. Ada nomer kontak aktif yang bisa dihubungi sewaktu-waktu untuk memonitor kesehatan
pasien
f. Adanya perubahan kondisi medis yang dialami pasien selama berada di luar Rumah sakit
tidak menjadi tanggung jawab Rumah Sakit.
Tujuan :
1. Memenuhi hak pasien.
2. Memberikan kesempatan kepada pasien untuk beradaptasi dan berinteraksi dengan
lingkungan di luar rumah sakit.
3. Membantu pasien dan keluarga untuk mencapai tingkat kesehatan yang optimal.
4. Memperhatikan aspek pengobatan dan psikososial keagamaan, hak pasien dan keluarga.

5.7 Resume Medis Pasien Pulang


Resume atau ringkasan pasien pulang merupakan suatu bagian dari rekam medis yang
merangkum dan memberikan gambaran tentang pasien yang tinggal di rumah sakit. Ringkasan
dapat digunakan oleh praktisi yang bertanggung jawab memberikan tindakan asuhan. Ringkasan
pasien pulang dijelaskan dan ditandatangani oleh pasien/keluarga karena memuat instruksi.
Ringkasan memuat hal-hal sebagai berikut :
a. Sebab atau indikasi pasien masuk rawat inap rumah sakit, diagnosis dan komorbiditas lain
b. Temuan fisik penting dan temuan signifikan lain,
c. Tindakan diagnostik dan prosedur yang dijalankan,
d. pengobatan yang diberikan selama dirawat inap dengan potensi akibat efek residual setelah
obat tidak diteruskan dan semua obat yang harus digunakan di rumah.
e. kondisi pasien saat pulang dan
f. instruksi-instruksi khusus lainnya yang diberikan kepada pasien atau keluarga pasien.

Tujuan dibuatnya resume medis adalah:


a. Menjamin terselenggaranya pelayanan pasien yang berkelanjutan
35 RSMM INDRAMAYU

b. Dipergunakan sebagai bahan informasi bagi dokter yang bertanggungjawab untuk pelayanan
kesehatan selanjutnya.
c. Mencegah adanya akumulasi diagnosis, akumulasi pemberian medikamentosa maupun
akumulasi perkembangan penyakit dan temuan fisik.

Kegunaan dari ringkasan pulang atau resume medis adalah untuk :

a. Menjaga kelangsungan perawatan di kemudian hari dengan memberikan tembusannya kepada


dokter utama pasien, dokter yang merujuk dan konsultan yang membutuhkan
b. Memberikan informasi untuk menunjang kegiatan komite telaahan staf medis
c. Memberikan informasi kepada pihak ketiga yang berwenang
d. Memberikan informasi kepada pihak pengirim pasien ke rumah sakit.

Resume medis di Rumah Sakit MM Indramayu dalam pelaksanaannya diberikan kepada :


1. Pasien rawat inap.
a. Setiap pasien rawat inap yang akan pulang, diberikan resume medis.
b. Resume medis terdokumentasikan ke cacatan rekam medis pasien
c. Pasien rawat inap yang memerlukan pelayanan dan pengobatan berkelanjutan, misalnya :
pasien yang akan dirujuk ke rumah sakit yang lain, pasien yang membutuhkan perawatan rutin
di rumah dan dilakukan oleh dokter/perawat setempat, dan lain-lain.
d. Resume medis untuk kepentingan pasien dengan pihak ketiga, misalnya : klaim asuransi.

2. Pasien rawat jalan yaitu terbatas pada :


a. Pasien rawat jalan dengan kasus kronik, antara lain : Diabetes Melitus, Hipertensi, TB Paru,
Hepatitis.
b. Pasien rawat jalan yang memerlukan pelayanan dan pengobatan berkelanjutan, yaitu pasien
yang memerlukan lebih dari dua kali kunjungan untuk kasus yang sama, meskipun penyakit
yang diderita bukan termasuk penyakit kronik, seperti pasien CVA infark, pasien pasca operasi
fraktur, pasien kanker.
c. Pasien rawat jalan yang meminta resume medis (atas permintaan pasien) yang digunakan
untuk kepentingan pasien dengan pihak ketiga, misalnya : klaim asuransi.
36 RSMM INDRAMAYU

Jika dilihat dari aspek hukum, yang bertanggung jawab terhadap kelengkapan rekam medis
dimana didalamnya terdapat resume medis, yaitu :

1. Tanggung jawab dokter yang merawat

Sebagaimana pasal 4 ayat (1) Permenkes 2008 menjelaskan bahwa ringkasan pulang dibuat
ileh dokter atau dokter gigi yang melakukan perawatan pasien. Walaupun dalam kenyataan
dilapangan untuk melengkapi rekam medis khususnya resume medis dapat didelegasikan ke
staffnya, namun tetap tanggung jawab utama dari isi rekam medis khususnya resume medis
adalah dokter yang merawat pasien.

2. Tanggung jawab petugas rekam medis


Petugas rekam medis yaitu membantu dokter yang merawat dalam mempelajari
kembali rekam medis. Analisa kelengkapan dilakukan untuk mengetahui kekurangan dari
kelengkapan lembar resume medis.
Petugas rekam medis harus melakukan kegiatan analisa kelengkapan guna membantu
dokter dalam kegiatan pencatatan dan pengisian berkas rekam medis yang lengkap dan
akurat.

3. Tanggung jawab Pimpinan rumah sakit


Pimpinan rumah sakit bertanggung jawab menyediakan fasilitas unit rekam medis yang
meliputi : ruangan rekam medis, peralatan dan tenaga yang memadai.

4. Tanggung jawab Staff Medis


Staff medis terdiri dari dokter, perawat, dan tenaga kesehatan profesional lainnya. Mempunyai
peranan penting di rumah sakit dan pengorganisasian staff medis tersebut secara langsung
menentukan kualitas pelayanan kepada pasien

5. Tanggung jawab Komite rekam medis


Komite rekam medis bertanggung jawab untuk meninjau ulang rekam medis adalah hal
penyelesaian tepat waktu, ketepatan klinis, ketepatan dan kecukupan pelayanan pasien,
pengajatan, evaluasi, penelitian dan berdiskusi secara legal. Dalam menentukan format
37 RSMM INDRAMAYU

kelengkapan rekam medis, formulir yang digunakan dan setiap masalah yang berhubungan
dengan penyimpanan dan pengembalian.

Menurut Permenkes No 269 Tahun 2008, rekam medis harus dibuat secara tertulis, lengkap
dan jelas. Rekam medis yang bermutu salah satunya dapat dilihat dari kelengkapan isi rekam medis.
Kelengkapan tersebut ditambahkan dengan autentikasi dari rekam medis seperti nama dokter yang
merawat, tanda tangan dan tanggal pembuatan. Mengingat resume medis merupakan lembaran yang
sangat penting dan mendasar dalam formulir rawat inap, maka kelengkapan isinya menjadi tanggung
jawab semua pihak yang terlibat dalam pengisian resume medis tersebut karena resume medis yang
lengkap adalah cermin mutu rekam medis serta layanan yang diberikan oleh rumah sakit.

Resume medis harus diisi dengan lengkap untuk menjaga mutu rekam medis dan juga sering
digunakan untuk administrasi persyaratan dalam klaim asuransi. Selain itu juga, resume medis ini
menjadi salah satu standar dalam penilaian akreditasi rumah sakit

5.8 Rujukan Pasien


Rujukan merupakan suatu rangkaian kegiatan sebagai respon terhadap ketidakmampuan
suatu pusat layanan kesehatan atau fasilitas kesehatan dalam melaksanakan tindakan medis terhadap
pasien. Sistem rujukan merupakan suatu mekanisme pengalihan atau pemindahan pasien yang terjadi
dalam atau antar fasilitas kesehatan yang berada dalam suatu jejaring. Dalam arti yang lebih luas,
rujukan dapat dimulai dari tingkat masyarakat sampai ke tingkat layanan kesehatan tersier dan
sebaliknya ("two-way referral") maupun rujukan antar institusi dalam fasilitas kesehatan tersebut.
Sedangkan yang dirujuk dapat pasiennya sendiri maupun layanan penunjang lainnya.

Pasien yang akan dirujuk harus sudah diperiksa dan layak untuk dirujuk. Adapun kriteria pasien yang
dirujuk adalah bila memenuhi salah satu dari :

1. Rumah sakit tidak mampu memenuhi kebutuhan pelayanan pasien.


a. Hasil pemeriksaan fisik sudah dapat dipastikan tidak mampu diatasi.
38 RSMM INDRAMAYU

b. Hasil pemeriksaan fisik dengan pemeriksaan penunjang medis temyata tidak mampu
diatasi.
c. Memerlukan pemeriksaan penunjang medis yang lebih lengkap, tetapi pemeriksaan harus
disertai pasien yang bersangkutan.
d. Apabila telah diobati dan dirawat temyata memerlukan pemeriksaan, pengobatan dan
perawatan di sarana kesehatan yang lebih mampu.
2. Atas permintaan pasien dan atau keluarga.
3. Tempat tidur unit yang dituju di seluruh tempat dalam rumah sakit penuh.

6. TRANSPORTASI

Ambulans sebagai sarana transportasi di sebuah pasien rumah sakit sangatlah penting baik itu
rumah sakit berskala besar atau kecil. RS MM Indramayu sebagai salah satu pemberi jasa pelayanan
kesehatan pada masyarakat di Indramayu khususnya dan wilayah 3 jawa barat umumnya juga memiliki
ambulans yang digunakan sebagai sarana tranportasi pasien dari dan ke luar RS MM Indramayu.

Fungsi ambulans sebagai sarana tranportasi pasien di rumah sakit harus dapat menjamin
keselamatan dan kenyamanan pasien sampai ketempat yang dituju.Sesuai dengan ketentuan yang
berlaku.

Tujuan
- Memindahkan pasien gawat darurat dengan aman tanpa memperberat keadaaan pasien ke sarana
kesehatan yang memadai. Sebagai alat transportasi bagi pasien yang memerlukan tindakan medis
atau pemeriksaan penunjang ke rumah sakit lain.
- Memberikan pelayanan bagi masyarakat umum di area Indramayu dan sekitarnya yang
memerlukan pelayanan medis di RS MM Indramayu.

Pasien rawat inap yang memerlukan transportasi ke luar RS MM Indramayu dengan tujuan untuk
pemeriksaan penunjang, tindakan medis atau rujukan untuk alih rawat.

Masyarakat umum yang anggota keluarganya memerlukan pelayanan ambulans untuk tindakan
medis di RS MM Indramayu. Institusi masyarakat yang memerlukan pelayanan ambulan untuk kegiatan
sosial, olah raga atau kegiatan lain
39 RSMM INDRAMAYU

Pelayanan ambulans adalah suatu prosedur pemindahan pasien dengan menggunakan kendaraan
pelayanan medis yang memiliki fasilitas yang lengkap dan didampingi oleh perawat atau dokter yang
mampu menangani keadaan gawat daruratuntuk tujuan pemeriksaan penunjang, tindakan medis dan
alih rawat ke rumah sakit lain.

Pelayanan ambulans RS MM Indramayu secara operasional menjadi tanggung jawab Instalasi


Gawat Darurat.

6.1 Jenis Ambulans :


1. Ambulans transportasi
Tujuan Penggunaan :

Pengangkutan pasien yang tidak memerlukan perawatan khusus / tindakan darurat untuk
menyelamatkan nyawa dan diperkirakan tidak akan timbul kegawatan selama dalam
perjalanan.

Persyaratan kendaraan :

a. Teknis
▪ Kendaraan roda empat atau lebih dengan suspense lunak
▪ Ruangan pasien mudah dicapai dari tempat pengemudi
▪ Tempat duduk bagi petugas di ruang pasien
▪ Dilengkapi sabuk pengaman
▪ Ruangan pasien cukup luas untuk sekurang – kurangnya 1 ( satu ) stretcher
▪ Gantungan infuse terletak sekurang – kurangnya 90 cm di atas tempat pasien
▪ Stop kontak khusus untuk 12 volt DC di ruang pasien
▪ Lampu ruangan secukupnya
▪ Lemari obat dan peralatan
▪ Air bersih 20 liter, penampungan air limbah
▪ Sirine satu nada
▪ Lampu rotator warna merah
▪ Radio komunikasi
▪ Persyaratan lain sesuai Peraturan Perundangan yang berlaku
▪ Tanda pengenal ambulans transportasi dari bahan yang memantulkan sinar
40 RSMM INDRAMAYU

▪ Buku petunjuk pemeliharaan semua alat berbahasa Indonesia


▪ Spil kit
b. Medis
▪ Tabung oksigen dengan peralatannya
▪ Peralatan medis P3K
▪ Obat – obatan sederhana, cairan infus secukupnya
c. Petugas
▪ Satu supir dengan kemampuan P3K dan komunikasi
▪ Satu perawat dengan kemampuan PPGD
d. Tata tertib
▪ Sewaktu menuju tempat pasien boleh menggunakan sirene dan lampu rotator
▪ Selama mengangkut pasien hanya boleh menggunakan lampu rotator. Semua
peraturan lalulintas harus ditaati
▪ Kecepatan kendaraan setinggi 40 km di jalan biasa dan 80 km di jalan bebas
hambatan
2. Ambulans Gawat Darurat
Tujuan Penggunaan :

Pengangkutan pasien gawat darurat yang sudah distabilkan ke tempat tindakan definitif
/ di stabilkan rumah sakit

Persyaratan kendaraan :

a. Teknis
▪ Kendaraan roda empat atau lebih dengan suspense lunak
▪ Ruangan pasien tidak dipisahkan daari tempat pengemudi
▪ Tempat duduk yang dapat diatur / dilipat bagi petugas di ruang pasien
▪ Dilengkapi sabuk pengaman
▪ Ruangan pasien cukup luas untuk sekurang – kurangnya 1 ( satu ) stretcher
▪ Gantungan infus terletak sekurang – kurangnya 90 cm di atas tempat pasien
▪ Stop kontak khusus untuk 12 volt DC di ruang pasien
▪ Lampu ruangan secukupnya dan lampu sorot bergerak untuk menerangi pasien yang
dapat dilipat
41 RSMM INDRAMAYU

▪ Lemari obat dan peralatan


▪ Air bersih 20 liter, penampungan air limbah
▪ Sirine dua nada
▪ Lampu rotator warna merah dan biru
▪ Radio komunikasi
▪ Persyaratan lain sesuai Peraturan Perundangan yang berlaku
▪ Tanda pengenal ambulan transportasi dari bahan yang memantulkan sinar
▪ Buku petunjuk pemeliharaan semua alat berbahasa Indonesia
▪ Peralatan resque
▪ Spil kit
b. Medis
 Tabung oksigen dengan peralatannya untuk 2 ( dua ) orang
 Peralatan medis P3K
 Peralatan resusitasi lengkap bagi orang dewasa dan anak / bayi
 Suction pump manual dan listrik 12 volt DC
 Monitor
 Obat- obatan gawat darurat dan cairan infus secukupnya
c. Petugas
▪ Satu supir, perawat gawat darurat dengan kemampuan mengemudi dan komunikasi
▪ Satu perawat gawat darurat
▪ Satu dokter gawat darurat ( tergantung keadaan )
d. Tata tertib
▪ Sewaktu menuju tempat pasien boleh menggunakan sirene dan lampu rotator
▪ Selama mengangkut pasien hanya boleh menggunakan lampu rotator. Semua
peraturan lalulintas harus ditaati
Kecepatan kendaraan setinggi 40 km di jalan biasa dan 100 km di jalan bebas hambatan.
42 RSMM INDRAMAYU

BAB III
TATA LAKSANA

1. TATA LAKSANA PROSES PENERIMAAN PASIEN KE RUMAH SAKIT/SKRINING

3.1.1 Tata Laksana Skrining Pasien Di Dalam Rumah Sakit


Skrining pasien di IGD
a. Pasien datang ke IGD langsung dilakukan skrining dengan menggunakan kriteria triase,
evaluasi visual atau pengamatan, pemeriksaan fisik, atau hasil dari pemeriksaan fisik,
psikologik laboratorium klinik atau diagnostic imaging sebelumnya.
b. Skrining dan triase dilakukan oleh dokter yang telah mendapatkan pelatihan dan perawat
senior yang telah mendapatkan pelatihan PPGD/BTCLS
c. Petugas triase melakukan screening berdasarkan form. triase
d. Pasien kemudian ditempatkan di tempat tidur dalam kamar periksa IGD sesuai dengan
kasusnya berdasarkan kategori kegawat daruratan:
 Merah : kasus gawat darurat di ruang resusitasi
 Kuning : kasus gawat tidak darurat/ kasus darurat tidak gawat di ruang tindakan
bedah dan non bedah
 Hijau :
kasus tidak gawat tidak darurat pasien dipindahkan ke rawat jalan atau dilakukan
penanganan selanjutnya di green area dan dipulangkan
 Hitam :
kasus meninggal, pasien dibawa ke kamar jenazah
e. Perawat melakukan pengkajian keperawatan
f. Dokter melakukan pemeriksaan fisik lanjutan, pemeriksaan penunjang laboratorium atau
pemeriksaan radiologi sesuai kebutuhan kasus.
g. Bila pasien adalah pasien rujukan perhatikan surat rujukannya, hasil laboratorium, hasil
radiologi atau diagnostic imaging yang terlampir setelah dokter membacanya, masukan ke
dalam file pasien.
h. Skrining pemeriksaan penunjang berlaku untuk tiga bulan.
43 RSMM INDRAMAYU

i. Semua tindakan dan pengobatan, serta perubahan kondisi pasien dicatat dalam catatan
perkembangan pasien di IGD oleh perawat
j. Semua hasil skrining pasien digunakan untuk menegakan diagnose pasien, sebagai bahan
untuk mengambil keputusan terhadap pasien untuk selanjutnya:
 Pasien dipulangkan
 Pasien rawat inap
 Pasien dirujuk / dipindah ke RS lain
Setelah selesai semua kunjungan dicatat dalam buku registrasi pasien IGD

Skrining Pasien di Rawat Jalan:


a. Pasien tiba di pintu rawat jalan langsung dilakukan skrining dengan menggunakan kriteria
secara evaluasi visual atau pengamatan
b. Bila pasien rujukan dari rumah sakit lain perhatikan surat rujukannya, hasil laboratorium,
hasil radiologi yang terlampir
c. Pasien dilakukan pemeriksaan sesuai dengan kondisi kegawatdaruratan dengan metode
Emergency Severity Index (ESI)
d. Perawat melakukan pengkajian keperawatan
e. Dokter melakukan pemeriksaan fisik lanjutan, pemeriksaan penunjang laboratorium atau
pemeriksaan radiologi sesuai kebutuhan kasus.
f. Bila pasien adalah pasien rujukan perhatikan surat rujukannya, hasil laboratorium, hasil
radiologi atau diagnostic imaging yang terlampir setelah dokter membacanya, masukan ke
dalam file pasien.
g. Semua hasil skrining pasien digunakan untuk menegakan diagnosis pasien, sebagai bahan
untuk mengambil keputusan terhadap pasien, untuk selanjutnya:
 Pasien dipulangkan
 Pasien rawat inap
 Pasien dirujuk / dipindah ke rumah sakit lain

3.1.2 Tata Laksana Skrining Pasien Di Luar Rumah Sakit


1. Petugas pendaftaran/admisi rumah sakit menerima telepon dari luar mengenai pasien yang
akan dirujuk/dirawat di Rumah Sakit MM Indramayu
44 RSMM INDRAMAYU

2. Petugas pendaftaran/admisi rumah sakit menanyakan identitas penelepon (nama, no kontak,


dari RS/klinik) berikut dicatat tanggal dan jam menerima telepon
3. Petugas pendaftaran/admisi rumah sakit menyambungkan kebagian triase dan
menyampaikanin informasi yang telah didapat.
4. petugas triase menanyakan identitas pasien (nama, usia, jenis kelamin, alamat), nama
RS/pelayanan kesehatan yang akan merujuk dan keadaan dan kebutuhan pasien.
5. Petugas yang akan merujuk ke rumah sakit menginformasikan via telepon kondisi pasien ke
petugas triase
6. Informasi meliputi : kasus/diagnosis pasien, anamnesis singkat, kondisi pasien (keadaan
umum, kesadaran, tanda-tanda vital pasien), hasil pemeriksaan, tindakan dan terapi yang
sudah dilakukan, dan kebutuhan pasien tersebut. Berdasarkan hasil skrining tersebut, maka
dapat diketahui apakah kebutuhan pasien sesuai dengan misi dan sumberdaya RS.
7. Petugas triase rumah sakit memberikan keputusan pasien dapat diterima atau tidak diterima,
serta memberikan advis/saran.

3.1.3 Tata Laksana Penerimaan Pasien di Triase


Dalam hal pasien Rumah Sakit MM diterima di triase, maka alur proses triase adalah
sebagai berikut :
1) Pasien yang datang ke IGD Rumah Sakit MM Indramayu diterima dan dilakukan triase oleh dokter
dan perawat triase.Triase dilakukan oleh dokter dan perawat IGD yang telah mendapatkan
pelatihan ATCLS ataupun BTCLS
2) Petugas triase melakukan pemilahan pasien dengan melakukan skrining awal yang dilakukan oleh
perawat /dokter triase melakukan pemeriksaan tanda-tanda vital dan pemeriksan fisik dengan
cepat. Hasil pemeriksaan ditulis dalam formulir triage.
45 RSMM INDRAMAYU

3) Dokter menentukan prioritas penanganan pasien berdasarkan kategori Emergency Severity Index
(ESI), yaitu:

a) ESI I
Pasien dengan kategori triase ESI 1 memerlukan Tindakan dan prosedur medis segera karena
mengancam jiwa dapat langsung diberikan pengobatan dan tindakan diruang resusitasi IGD.
b) ESI 2
Pasien dengan kategori triase ESI 2 yaitu pasien dengan resiko tinggi tetapi tidak ada ancaman
jiwa segera, gangguan kesadaran, dan nyeri yang hebat Pasien dengan kategori triage ESI 2
yang memerlukan tindakan medis lebih lanjut dapat dipindahkan ke ruang observasi dan
resusitasi menunggu giliran setelah pasien dengan kategori triage ESI 1 selesai ditangani.
c) ESI 3
Pasien dengan kategori triase ESI 3 yaitu pasien dengan memerlukan sumber daya alat dan
tindakan yang banyak tanpa mengancam jiwa dengan gangguan hemodinamik dan tanda-
tanda vital yang tidak baik dapat dipindahkan ke ruang observasi, atau bila sudah stabil
memungkinkan untuk dipulangkan, maka pasien dapat diperbolehkan untuk pulang
d) ESI 4
46 RSMM INDRAMAYU

Pasien dengan kategori triase ESI 4 yaitu pasien yang memerlukan sumber daya satu seperti
pemeriksaan laboratorium atau radiologi atau Tindakan medis sederhana dapat langsung
dipindahkan ke ruang observasi
e) ESI 5
Pasien dengan tidak darurat dan tidak mengancam nyawa serta tidak memerlukan sumber
daya tambahan apapun maka diaktegirikan pasien fast track dan bisa segera pulang.
4) Penatalaksanaan pasien datang meninggal dunia (DOA) sesuai dengan SPO penatalaksanaan
DOA
5) Triase dalam keadaan bencana/keadaan luar biasa dipimpin dan dilakukan oleh dokter yang
paling berpengalaman pada saat itu.

3.1.4 Tata Laksana Penundaan dan atau Keterlambatan Pelayanan


Dalam hal pelayanan lanjut di Rumah Sakit MM Indramayu, perlu diantisipasi
penatalaksanaan bila terjadi hambatan seperti penundaan atau kelambatan pelayanan. Berikut
tatalaksana dalam hal tersebut:

A. Penundaan Pelayanan Dokter

Penundaan pelayanan dokter dapat dikarenakan :


1. Dokter berhalangan untuk praktek di instalasi rawat jalan.
2. Dokter berhalangan untuk visite pasien di instalasi rawat inap.
3. Dokter yang datang terlambat lebih dari respon time / waktu tunggu
kehadiran dokter yang sudah ditentukan.

Penundaan pelayanan dokter dapat dibagi dua yaitu :

Penundaan pelayanan dokter dengan pemberitahuan

a. Instalasi Rawat Jalan


1) Dokter yang bersangkutan sudah menyampaikan informasi bahwa :
a) Terlambat datang untuk praktek sesuai jadwal praktek, disertai alasan dan jam buka
prakteknya.
b) Berhalangan tidak dapat praktek karena alasan tertentu, disertai surat ijin dan surat
pelimpahan tugas (dokter pengganti) yang disampaikan kepada Direksi.
47 RSMM INDRAMAYU

2) Kepala bidang pelayanan medis menyampaikan kepada bagian/unit terkait. Bagian unit tersebut :
rekam medis, rawat inap, rawat jalan, Instalasi Gawat Darurat (IGD), Instalasi Perawatan Intensif
(IPI), pemasaran.
3) Jika dokter yang bersangkutan terlambat datang :
a) Petugas bagian pendaftaran rawat jalan segera menginformasikan kepada pasien yang
mendaftar melalui telepon bahwa jam praktek dokter yang bersangkutan ada perubahan
(sebutkan jam prakteknya) dan permohonan maaf atas ketidaknyamanan tersebut.
b) Untuk pasien yang sudah datang di poliklinik, maka petugas bagian pendaftaran
menginformasikan bahwa jam praktek dokter yang bersangkutan ada perubahan (sebutkan
jam prakteknya) dan permohonan maaf atas ketidaknyamanan tersebut.
c) Sarankan:
o Jika pasien dalam kondisi lemah dan hasil evaluasi visual atau pengamatan bahwa pasien
membutuhkan perawatan di Instalasi Gawat Darurat (lGD) maka informasikan ke pasien
dan keluarga pasien, komunikasikan ke petugas Instalasi Gawat Darurat (IGD), dan
pasien segera ditransfer ke Instalasi Gawat Darurat (IGD).
o Jika pasien waktunya terbatas, maka dapat disarankan untuk periksa ke dokter yang lain
sesuai kebutuhan pasien tersebut.
o Jika pasien tidak mau ke dokter yang lain, maka dapat disarankan untuk bersabar
menunggu.
4) Jika dokter yang bersangkutan berhalangan tidak dapat praktek, maka :
a) Petugas bagian pendaftaran rawat jalan segera menginformasikan kepada pasien yang
mendaftar melalui telepon bahwa dokter yang bersangkutan berhalangan sehingga tidak dapat
praktek, menginformasikan dokter pengganti, dan permohonan maaf atas ketidaknyamanan
tersebut.
b) Untuk pasien yang sudah datang di poliklinik, maka petugas bagian pendaftaran
menginformasikan bahwa dokter yang bersangkutan berhalangan sehingga tidak dapat
praktek, menginformasikan dokter pengganti, dan permohonan maaf atas ketidaknyamanan
tersebut.
c) Sarankan:
o Jika pasien dalam kondisi lemah dan hasil evaluasi visual atau pengamatan bahwa
pasien membutuhkan perawatan di IGD maka informasikan ke pasien dan keluarga
pasien, komunikasikan ke petugas IGD, dan pasien segera ditransfer ke IGD.
48 RSMM INDRAMAYU

o Jika pasien waktunya terbatas, maka dapat disarankan untuk periksa ke dokter
pengganti.
o Jika pasien tidak mau ke dokter pengganti, maka petugas bagian pendaftaran rawat
jalan menawarkan penjadwalan ulang.

b. Instalasi Rawat Inap

1) Dokter yang bersangkutan sudah menyampaikan informasi bahwa :

a) Terlambat datang untuk visite sesuai jadwal visite, disertai alasan dan jam datang untuk
visite.
b) Berhalangan tidak dapat visite karena alasan tertentu, disertai surat ijin dan surat
pelimpahan tugas (dokter pengganti) yang disampaikan kepada Direksi.
c) Kepala bidang pelayanan medis menyampaikan kepada bagian/unit terkait. Bagian/unit
tersebut : rekam medis, rawat inap, rawat jalan,i IGD, Instalasi Perawatan Intensif,
pemasaran.
d) Jika dokter yang bersangkutan terlambat datang untuk visite :
Perawat ruangan rawat inap segera menginformasikan kepada pasien dan keluarga pasien
bahwa dokter yang bersangkutan terlambat datang untuk visite dan permohonan maaf atas
ketidaknyamanan tersebut.
Sarankan:
o Jika pasien dalam kondisi menurun, maka dapat disarankan untuk di visite dokter jaga
ruangan.
o Jika pasien tidak mau ke dokter yang lain, maka dapat disarankan untuk bersabar
menunggu.
o Jika dokter yang bersangkutan berhalangan tidak dapat visite, maka perawat ruangan
rawat inap segera menginformasikan kepada pasien dan keluarga pasien bahwa
dokter yang bersangkutan berhalangan tidak dapat visite, menginformasikan juga
dokter pengganti, dan permohonan maaf atasketidaknyamanan tersebut.
o Apabila pasien tersebut setuju, maka pasien akan di visite oleh dokter pengganti.
o Apabila pasien tidak setuju, maka perawat ruangan rawat inap menawarkan di visite
dokter jaga ruangan.
49 RSMM INDRAMAYU

Penundaan pelayanan dokter tanpa pemberitahuan


a. Instalasi Rawat Jalan
1) Jika dokter belum datang sesuai dengan respon time atau waktu tunggu kehadiran dokter
(kehadiran dokter sesuai dengan jadwal prakteknya, dengan toleransi 30 menit) maka
perawat instalasi rawat jalan segera menghubungi dokter yang bersangkutan.
2) Ketika menghubungi dokter yang bersangkutan, maka ditanyakan apakah dokter tersebut
dapat praktek, informasikan jumlah pasien. Jika iya, maka jam berapa dapat melayani
pasien. Jika tidak dapat praktek, maka siapa dokter penggantinya.
3) Jika dokter yang bersangkutan terlambat datang :
a) Petugas bagian pendaftaran rawat jalan segera menginformasikan kepada pasien
yang mendaftar melalui telepon bahwa jam praktek dokter yang bersangkutan ada
perubahan (sebutkan jam prakteknya) dan permohonan maaf atas ketidaknyamanan
tersebut.
b) Untuk pasien yang sudah datang di poliklinik, maka petugas bagian pendaftaran
menginformasikan bahwa jam praktek dokter yang bersangkutan ada perubahan
(sebutkan jam prakteknya) dan permohonan maaf atas ketidaknyamanan tersebut.

Sarankan :
o Jika pasien dalam kondisi lemah dan hasil evaluasi visual atau pengamatan bahwa
pasien membutuhkan perawatan di IGD maka informasikan ke pasien dan keluarga
pasien, komunikasikan ke petugas IGD, dan pasien segera ditransfer ke IGD.
o Jika pasien waktunya terbatas, maka dapat disarankan untuk periksa ke dokter yang lain
sesuai kebutuhan pasien tersebut.
o Jika pasien tidak mau ke dokter yang lain, maka dapat disarankan
untuk bersabar menunggu.
4) Jika dokter yang bersangkutan berhalangan tidak dapat praktek, maka :
(a) Petugas bagian pendaftaran rawat jalan segera menginformasikan kepada pasien yang
mendaftar melalui telepon bahwa dokter yang bersangkutan berhalangan sehingga tidak
dapat praktek, menginformasikan juga dokter pengganti, dan permohonan maaf atas
ketidaknyamanan tersebut.
b. Untuk pasien yang sudah datang di poliklinik, maka petugas bagian pendaftaran
menginformasikan bahwa dokter yang bersangkutan berhalangan sehingga tidak dapat
50 RSMM INDRAMAYU

praktek, menginformasikan juga dokter pengganti, dan permohonan maaf atas


ketidaknyamanan tersebut.
Sarankan :
o Jika pasien dalam kondisi lemah dan hasil evaluasi visual atau pengamatan bahwa
pasien membutuhkan perawatan di IGD maka informasikan ke pasien dan keluarga
pasein, komunikasikan ke petugas Instalasi Gawat Darurat (IGD), dan pasien segera
ditransfer ke IGD.
o Jika pasien waktunya terbatas, maka dapat disarankan untuk periksa ke dokter
pengganti.
o Jika pasien tidak mau ke dokter pengganti, maka petugas bagian pendaftaran rawat
jalan menawarkan penjadwalan ulang.
b. Instalasi Rawat Inap
l) Jika dokter belum datang visite sesuai dengan respon time atau waktu tunggu kehadiran
dokter untuk visite, maka perawat ruangan rawat inap segera menghubungi dokter yang
bersangkutan.
2) Ketika menghubungi dokter yang bersangkutan, maka ditanyakan apakah dokter tersebut
dapat visite, jika iya : maka jam berapa dapat visite pasien. Jika tidak : maka siapa dokter
pengganti visite.
3) Jika dokter yang bersangkutan terlambat datang untuk visite :
Perawat ruangan rawat inap segera menginformasikan kepada pasien dan keluarga
pasien bahwa dokter yang bersangkutan terlambat datang untuk visite, dan permohonan
maaf atas ketidaknyamanan tersebut.
Sarankan :
o Jika pasien dalam kondisi menurun, maka dapat disarankan untuk di visite dokter
jaga ruangan.
o Jika pasien tidak mau ke dokter yang lain, maka dapat disarankan untuk bersabar
menunggu.
4) Jika dokter yang bersangkutan berhalangan tidak dapat visite, maka :
Perawat ruangan rawat inap segera menginformasikan kepada pasien dan keluarga
pasien bahwa dokter yang bersangkutan berhalangan tidak dapat visite,
menginformasikan juga dokter pengganti, dan permohonan maaf atas ketidaknyamanan
tersebut.
51 RSMM INDRAMAYU

Sarankan :

o Apabila pasien tersebut setuju, maka pasien akan di visite oleh dokter pengganti.

o Apabila pasien tidak setuju, maka perawat ruangan rawat inap menawarkan di visite
dokter jaga ruangan.

B. Penundaan Pelayanan Gizi

Penundaan pelayanan gizi meliputi penundaan pelayanan gizi di Instalasi Rawat Inap yaitu
layanan asuhan konsultasi gizi.

Tatalaksana di Instalasi Rawat Inap :

1) Petugas gizi menyampaikan informasi bahwa ada perubahan jadwal asuhan gizi untuk pasien
rawat inap.

2) Perawat ruangan rawat inap segera menginformasikan kepada Dokter Penanggungjawab


Pelayanan (DPJP) serta pasien dan keluarga pasien tentang penundaan layanan asuhan gizi,
menginformasikan kapan layanan asuhan gizi dapat dilaksanakan dan permohonan maaf atas
ketidaknyamanan tersebut.

C. Penundaan Pelayanan Radiologi

Penundaan pelayanan radiologi, dapat disebabkan :

o Waktu tunggu terlayani melebihi batas waktu tunggu, misal dikarenakan antrian pasien dalam
kondisi ramai, dokter spesialis radiologi datang terlambat.
o Hasil foto rontgen, USG, CT Scan, dan lain-lain belum selesai (melebihi batas waktu tunggu),
misal : dikarenakan foto rontgen perlu diulang, kondisi pasien yang alergi kontras ataupun
kondisi pasien mendadak menurun, dokter spesialis radiologi datang terlambat.
o Pasien belum dapat terlayani, misal dikarenakan alat radiologi mendadak rusak atau dalam
kondisi perbaikan, logistik (bahan kontras habis), pemeriksan radiologi tertentu belum
tersedia di Rumah Sakit MM Indramayu.

Tatalaksana :
52 RSMM INDRAMAYU

1) Jika penundaan tersebut tidak membutuhkan waktu yang lama, maka :


a) Untuk pasien yang sudah datang di Instalasi Radiologi : petugas radiologi menyampaikan
kepada pasien dan/atau keluarga pasien tentang penundaan pelayanan radiologi (sebutkan
alasan dan kapan dapat melayani pemeriksaan radiologi tersebut) dan permohonan maaf
atas ketidaknyamanan tersebut. Sarankan untuk sabar menunggu.
b) Untuk Instalasi Rawat Jalan dan Instalasi Gawat Darurat : petugas radiologi menyampaikan
perawat Instalasi Rawat Jalan dan Instalasi Gawat Darurat tentang penundaan pelayanan
radiologi (sebutkan alasan dan kapan dapat melayani pemeriksaan radiologi tersebut) dan
permohonan maaf atas ketidaknyamanan tersebut. Sarankan untuk sabar menunggu
c) Untuk pasien rawat inap : petugas radiologi menginformasikan kepada perawat ruangan
rawat inap tentang penundaan pelayanan radiologi (sebutkan alasan dan kapan dapat
melayani pemeriksaan radiologi tersebut) dan permohonan maaf atas ketidaknyamanan
tersebut. Sarankan untuk sabar menunggu.

2) Jika penundaan tersebut membutuhkan waktu yang lama sehingga RS MM Indramayu belum
dapat melayani pemeriksaan radiologi tertentu, maka dilakukan koordinasi dengan bagian/unit
terkait : Yanmed, Pemasaran, Rekam medis, Rawat jalan, Rawat inap, IPI, IBS, IGD sesuai
dengan prosedur yang berlaku.
a) Jika dikarenakan masalah logistik :
(1) Untuk pasien yang sudah datang di Instalasi Radiologi : petugas radiologi menyampaikan kepada
pasien dan/atat keluarga pasien
tentang penundaan pelayanan radiologi (sebutkan alasan dan kapan
dapat melayani pemeriksaan radiologi tersebut) dan permohonan maaf atas ketidaknyamanan
tersebut.
(2) Untuk lnstalasi Rawat Jalan dan Instalasi Gawat Darurat : petugas radiologi menyampaikan
perawat Instalasi Rawat Jalan dan Instalasi Gawat Darurat tentang penundaan pelayanan
radiologi (sebutkan alasan dan kapan dapat melayani pemeriksaan radiologi tersebut) dan
permohonan maaf atas ketidaknyamanan tersebut.
(3) Untuk pasien rawat inap : petugas radiologi menginformasikan kepada perawat ruangan rawat
inap tentang penundaan pelayanan radiologi (sebutkan alasan dan kapan dapat melayani
pemeriksaan radiologi tersebut) dan permohonan maaf atas ketidaknyamanan tersebut.
53 RSMM INDRAMAYU

(a) Jika pemeriksaan radiologi tersebut sangat dibutuhkan oleh pasien, maka pasien dirujuk ke rumah
sakit lain yang mempunyai fasilitas pemeriks&rn laboratorium tersebut sesuai dengan prosedur
yang berlaku. Pasien dan/atau keluarga pasien diinformasikan bahwa pemeriksaan radiologi akan
dirujuk ke rumah sakit lain dikarenakan fasilitas pemeriksaan radiologi yang dimaksud dalam
kondisi perbaikan.
(5) Jika pelayanan radiologi tersebut dapat terlayani kembali, maka dilakukan koordinasi dengan
bagian/unit terkait.
b) Jika dikarenakan alat pemeriksaan radiologi mendadak error atau dalam kondisi perbaikan maka
pasien dirujuk ke rumah sakit lain yang mempunyai fasilitas pemeriksaan radiologi tersebut sesuai
dengan prosedur yang berlaku. Pasien dan/atau keluarga pasien diinformasikan bahwa
pemeriksaan radiologi akan dirujuk ke rumah sakit lain dikarenakan fasilitas pemeriksaan radiologi
yang dimaksud dalam kondisi perbaikan.
Jika pelayanan radiologi tersebut dapat terlayani kembali, maka dilakukan koordinasi dengan
bagian/unit terkait.
c) Jika pemeriksaan radiologi tersebut belum tersedia di Rumah Sakit MM Indramayu, maka pasien
dirujuk ke rumah sakit lain yang mempunyai fasilitas pemeriksaan radiologi tersebut sesuai
prosedur yang berlaku. Pasien dan/atau keluarga pasien diinformasikan bahwa pemeriksaan
radiologi akan dirujuk ke rumah sakit lain dikarenakan fasilitas pemeriksaan radiologi yang
dimaksud belum tersedia di Rumah Sakit MM Indramayu .
Jika pelayanan radiologi tersebut sudah tersedia di Rumah Sakit MM Indramayu , maka dilakukan
koordinasi dengan bagian/unit terkait.

D. Penundaan Pelayanan Laboratorium


Penundaan pelayanan laboratorium ini meliputi laboratorium patologi klinik dan rekanan
laboratorium patologi anatomi. Penundaan pelayanan laboratorium dapat disebabkan :
1) Waktu tunggu terlayani melebihi batas waktu tunggu
2) Hasil pemeriksaan laboratorium belum selesai (melebihi batas waktu tunggu), misal : dikarenakan
perlu pengulangan (adanya kesalahan pre-analitik, analitik, post-analitik), kondisi pasien yang
mendadak menurun di ruang tunggu laboratorium, dokter spesialis patologi klinik datang
terlambat, dokter spesialis patologi anatomi datang terlambat.
54 RSMM INDRAMAYU

3) Pasien belum dapat terlayani, misal : dikarenakan alat laboratorium mendadak error atau dalam
kondisi perbaikan, logistik (masalah reagen), pemeriksan laboratorium tertentu belum tersedia di
Rumah Sakit MM Indramayu .
Tatalaksana:
1) Jika penundaan tersebut tidak membutuhkan waktu yang lama, maka :
a) Untuk pasien yang sudah datang di Instalasi Laboratorium : petugas laboratorium menyampaikan
kepada pasien dan/atau keluarga pasien tentang penundaan pelayanan laboratorium (sebutkan
alasan dan kapan dapat melayani pemeriksaan laboratorium tersebut) dan permohonan maaf atas
ketidaknyamanan tersebut. Sarankan untuk sabar menunggu.

b) Untuk Instalasi Rawat Jalan dan Instalasi Gawat Darurat : petugas laboratorium menyampaikan
perawat Instalasi Rawat Jalan dan Instalasi Gawat Darurat tentang penundaan pelayanan
laboratorium (sebutkan alasan dan kapan dapat melayani pemeriksaan laboratorium tersebut) dan
permohonan maaf atas ketidaknyamanan tersebut. Sarankan untuk sabar menunggu.

c) Untuk pasien rawat inap : petugas laboratorium menginformasikan kepada perawat ruangan rawat
inap tentang penundaan pelayanan laboratorium (sebutkan alasan kapan dapat melayani
pemeriksaan laboratorium tersebut) dan permohonan maaf atas ketidaknyamanan tersebut.
Sarankan untuk sabar menunggu.

2) Jika penundaan tersebut membutuhkan waktu yang lama sehingga Rumah Sakit MM Indramayu
belum dapat melayani pemeriksaan laboratorium tertentu, maka dilakukan koordinasi dengan
bagian/unit terkait : Yanmed, Pemasaran, Rekam medis, Rawat jalan, Rawat inap, IPI, IBS, IGD
sesuai dengan prosedur yang berlaku.

3) Jika dikarenakan masalah logistik :

a) Untuk pasien yang sudah datang di Instalasi Laboratorium : petugas laboratorium


menyampaikan kepada pasien dan/atau keluarga pasien tentang penundaan pelayanan
laboratorium (sebutkan alasan kapan dapat melayani pemeriksaan laboratorium tersebut) dan
permohonan maaf atas ketidaknyamanan tersebut

b) Untuk Instalasi Rawat Jalan dan Instalasi Gawat Darurat : petugas laboratorium
menyampaikan perawat Instalasi Rawat Jalan dan Instalasi Gawat Darurat tentang penundaan
55 RSMM INDRAMAYU

pelayanan laboratorium (sebutkan alasan kapan dapat melayani pemeriksaan laboratorium


tersebut) dan permohonan maaf atas ketidaknyamanan tersebut.

c) Untuk pasien rawat inap : petugas laboratorium menginformasikan kepada perawat ruangan
rawat inap tentang penundaan pelayanan laboratorium (sebutkan alasan dan kapan dapat
melayani pemeriksaan laboratorium tersebut) dan permohonan maaf atas ketidaknyamanan
tersebut.

d) Jika pemeriksaan laboratorium tersebut sangat dibutuhkan oleh pasien, maka pasien dirujuk ke
rumah sakit lain yang mempunyai fasilitas pemeriksaan laboratorium tersebut sesuai dengan
prosedur yang berlaku. Pasien dan/atau keluarga pasien diinformasikan bahwa pemeriksaan
laboratorium akan dirujuk ke rumah sakit lain dikarenakan fasilitas pemeriksaan laboratorium
yang dimaksud dalam kondisi perbaikan.

e) Jika pelayanan laboratorium tersebut dapat terlayani kembali, maka dilakukan koordinasi dengan
bagian/unit terkait.

4) Jika dikarenakan alat pemeriksaan laboratorium mendadak error atau dalam kondisi perbaikan
maka pasien dirujuk ke rumah sakit lain yang mempunyai fasilitas pemeriksaan laboratorium
tersebut sesuai dengan prosedur yang berlaku. Pasien dan/atau keluarga pasien diinformasikan
bahwa pemeriksaan laboratorium akan dirujuk ke rumah sakit lain dikarenakan fasilitas
pemeriksaan laboratorium yang dimaksud dalam kondisi perbaikan.

5) Jika pelayanan laboratorium tersebut dapat terlayani kembali, maka dilakukan koordinasi dengan
bagiar unit terkait
6) Jika pemeriksaan laboratorium tersebut belum tersedia di Rumah Sakit MM Indramayu , maka
pasien dirujuk ke rumah sakit lain yang mempunyai fasilitas pemeriksaan laboratorium tersebut
sesuai prosedur yang berlaku. Pasien dan/atau keluarga pasien diinformasikan bahwa
pemeriksaan laboratorium akan dirujuk ke rumah sakit lain dikarenakan fasilitas pemeriksaan
laboratorium yang dimaksud belum tersedia di Rumah Sakit MM Indramayu .
7) Jika pelayanan laboratorium tersebut dapat terlayani kembali, maka dilakukan koordinasi dengan
bagiar/unit terkait.
56 RSMM INDRAMAYU

E. Penundaan Pelayanan instalasi farmasi


Penundaan pelayanan instalasi farmasi, dapat disebabkan :
1) Waktu tunggu terlayani melebihi batas waktu tunggu, misal : dikarenakan antrian pasien dalam
kondisi ramai.
2) Penyerahan obat jadi maupun racikan melebihi batas waktu tunggu, misal : dikarenakan antrian
pasien dalam kondisi ramai, resep sulit dibaca sehingga harus konfirmasi ke dokter, poliklinik
rawat jalan jam buka prakteknya melebihi waktu tunggu kehadiran dokter (kehadiran dokter sesuai
dengan j adwal prakteknya, dengan toleransi 30 menit), dokter tidak bisa dihubungi untuk
konfirmasi resep, obat atau alkes di logistik atau depo obat yang lain. 3) Pasien belum dapat
terlayani, misal: dikarenakan obat yang tertulis dalam resep maupun padanannya tidak tersedia di
Rumah Sakit MM Indramayu , logistik (obat yang tertulis dalam resep kosong atau stok habis).

Tatalaksana :

1) Jika penundaan tersebut tidak membutuhkan waktu yang lama, maka :

a) Untuk pasien dan/atau keluarga pasien yang sudah datang di kamar obat maupun
pasien rawat jalan : petugas kamar obat menyampaikan kepada pasien dan/atau
keluarga pasien tentang penundaan pelayanan kamar obat (sebutkan alasan) dan
permohonan maaf atas ketidaknyamanan tersebut. Sarankan untuk sabar menunggu.

b) Untuk pasien rawat inap : petugas kamar obat menginformasikan kepada perawat
ruangan rawat inap tentang penundaan pelayanan kamar obat (sebutkan alasan) dan
permohonan maaf atas ketidaknyamanan lersebut.

Sarankan untuk sabar menunggu.

c) Jika penundaan tersebut membutuhkan waktu yang lama sehingga Rumah Sakit MM
Indramayu belum dapat melayani resep untuk obat-obat tertentu, maka dilakukan
koordinasi dengan bagian/unit terkait : Yanmed, Pemasaran, Rekam medis, Rawat jalan,
Rawat inap, IBS, IGD sesuai dengan prosedur yang berlaku.

2) Jika dikarenakan masalah logistik :


57 RSMM INDRAMAYU

a) Untuk pasien dan/atau keluarga pasien yang sudah datang di kamar obat maupun pasien rawat
jalan : petugas kamar obat menyampaikan kepada pasien dan/atau keluarga pasien tentang
penundaan pelayanan kamar obat (sebutkan alasan dan kapan dapat melayani resep untuk obat
tersebut) dan permohonan maaf atas ketidaknyamanan tersebut.

Sarankan : jika obat tersebut maupun padanannya tidak tersedia di kamar obat atau tersedia
padanannya tetapi dokter dan pasien tidak mau diganti maka petugas kamar obat membuatkan
copy resep sesuai dengan prosedur yang berlaku.

b) Untuk pasien rawat inap : petugas kamar obat menginformasikan kepada perawat ruangan
rawat inap tentang penundaan pelayanan kamar obat (sebutkan alasan dan kapan dapat
melayani resep untuk obat tersebut) dan permohonan maaf atas ketidaknyamanan tersebut.

c) Jika obat tersebut dan padanannya tidak tersedia di kamar obat Rumah Sakit MM Indramayu
serta bukan suplemen maka petugas kamar obat melayani pembelian di apotik luar (apotik mitra)
sesuai dengan prosedur yang berlaku.

d) Jika layanan resep untuk obat tersebut dapat terlayani kembali, maka dilakukan koordinasi
dengan bagian/unit terkait.

F. Penundaan Pelayanan Tindakan/Operasi

Penundaan pelayanan tindakan/operasi, dapat disebabkan :


a) Kondisi pasien, misal : kondisi pasien mendadak menurun, kondisi pasien yang membutuhkan
stabilisasi.
b) Kondisi dokter operator, dokter anestesi, misal : dokter operator dan / atau dokter anestesi masih
mengerjakan tindakan/operasi yang lain, dokter operator dan I atau dokter anestesi mendadak
berhalangan/sakit.
c) Keterbatasan jumlah tim perawat bedah, misal : tim perawat bedah masih mengerjakan
tindakan/operasi yang lain.
d) Ketersediaan instrumen/alat, misal : instrument/alat masih dalam kondisi tidak steril,
instrument/alat dalam kondisi rusak/perbaikan, instrument/alat tertentu belum tersedia di Rumah
Sakit MM Indramayu .
58 RSMM INDRAMAYU

e) Adanya tindakan/operasi cyto sehingga menggeser jadwal operasi elektif.

Tatalaksana:

1) Jika penundaan tersebut tidak membutuhkan waktu yang lama, maka :


a) Untuk Instalasi Rawat Jalan dan Instalasi Gawat Darurat : petugas kamar operasi
menyampaikan kepada perawat Instalasi Rawat Jalan dan Instalasi Gawat Darurat tentang
penundaan pelayanan tindakan/operasi (sebutkan alasan dan kapan dapat melayani
tindakan/operasi) dan permohonan maaf atas ketidaknyamanan tersebut.
Sarankan untuk sabar menunggu.
b) Untuk pasien rawat inap : petugas kamar operasi menginformasikan kepada perawat
ruangan rawat inap tentang penundaan pelayanan tindakan/operasi (sebutkan alasan
kapan dapat melayani tindakan/operasi) dan permohonan maaf atas ketidaknyamanan
tersebut.
Sarankan untuk sabar menunggu.
c) Jika penundaan tersebut membutuhkan waktu yang lama sehingga Rumah Sakit MM
Indramayu belum dapat melayani tindakan/operasi tertentu, maka dilakukan koordinasi
dengan bagian/unit terkait : Yanmed, Pemasaran, Rekam medis, Rawat jalan, Rawat inap,
IPI, IBS, IGD sesuai prosedur yang berlaku.
Jika dikarenakan instrument/alat dalam kondisi rusak/perbaikan atau
instrument/alat tertentu belum tersedia di Rumah Sakit MM Indramayu , maka pasien dirujuk ke
rumah sakit lain yang mempunyai fasilitas pelayanan tindakan/operasi tersebut sesuai dengan
prosedur yang berlaku. Pasien dan/atatr keluarga pasien diinformasikan bahwa tindakan/operasi
tersebut akan dirujuk ke rumah sakit lain dan permohonan maaf atas ketidaknyamanan tersebut.
Jika pelayanan tindakan/operasi tersebut dapat terlayani, maka dilakukan koordinasi dengan
bagian/unit terkait.

G. Penundaan Pelayanan Rawat Inap

Penundaan pelayanan rawat inap, dapat disebabkan :

a) Ruangan rawat inap yang sesuai kebutuhan pasien dalam kondisi penuh.

b) Ruangan rawat inap yang diinginkan pasien dan/atau keluarga pasien


59 RSMM INDRAMAYU

dalam kondisi penuh.

Tatalaksana:

1) Untuk pasien yang indikasi rawat inap dan sudah berada di Instalasi Rawat Jalan atau IGD :
petugas rekam medis menyampaikan kepada pasien dan atau keluarga pasien tentang
penundaan pelayanan rawat inap (sebutkan alasan) dan permohonan maaf atas
ketidaknyamanan tersebut.
2) Untuk pasien akan dirujuk dari Rumah Sakit MM Indramayu , sesuai dengan prosedur
komunikasi antar RS rujukan dan RS/Yankes yang merujuk, petugas IGD menyampaikan
kondisi ruangan rawat inap di Rumah Sakit MM Indramayu dalam kondisi penuh dan tidak dapat
menerima pasien rawat inap. Sarankan untuk dirujuk ke rumah sakit lain yang mempunyai
sarana dan fasilitas yang dibutuhkan pasien. Pasein sementara bisa menggunakan ruang transit
IGD hingga dapat ruangan dari rumah sakit rujukan
3) Untuk ruang kelas rawat inap yang diinginkan pasien dan atau keluarga pasien penuh maka
petugas bisa menawarkan ruang rawt inap kelas diatasnya atau dibawahnya kelas yang di
inginkannya,

H. Operasional Penggunaan Ruang Transit

Saat ruang rawat inap penuh dan sesuai kebutuhan pasoen dari IGD dan rawat jalan memerlukan
perawatan rawat inap maka bisa menggunakan alur tempat tudur penuh dengan ruang transit

Tatalaksana :

1) Jika pasien dari IGD dan poli rawat jalan membutuhkan ruang rawat inap sedangkan ruang
rawat inap penuh maka bisa menggunakan ruang transit.
2) Pasien / keluarga pasien melakukan admisi rawat inap di pendaftaran rawat inap
3) Pasien dibawa ke ruang transit oleh perawat IGD atau poli rawat jalan yang sebelumnya telah
mendapatkan instruksi dan tatalkasana dari DPJP
4) Asuhan awal rawat inap medis dan keperawatan dilakukan di ruang transit
5) Pasien rawat jalan dan IGD operan dengan perawat ruang rawat inap di ruang transit
6) Kebutuhan alat medis dan pemeriksaan penunjang yang diperlukan untuk kebutuhan pasien
selama pasien di ruang transit tetap dilakukan
60 RSMM INDRAMAYU

7) Pasien mendapatkan asuhan gizi yang diperlukan


8) Bila ruang rawat inap yang dituju sudah ada tempatnya pasien dipindahkan ke ruang rawat
inap dengan diantar oleh perawat ruang rawat inap tersebut.

I. Penundaan Pelayanan Intensif

Penundaan pelayanan intensif, dapat disebabkan :


a) Ruangan rawat intensif (ICU) dalam kondisi penuh.
b) Tempat tidur di ICU tersedia tetapi peralatan yang dibutuhkan pasien dalam kondisi terpakai,
misalnya ventilator.
Tatalaksana:
1) Untuk pasien yang indikasi di rawat di ICU : dokter jaga Instalasi Gawat Darurat menyampaikan
kepada pasien dan/atau keluarga pasien tentang penundaan pelayanan intensif (sebutkan alasan)
dan permohonan maaf atas ketidaknyamanan tersebut.
(a) Sarankan untuk dirujuk ke rumah sakit yang mempunyai ICU dengan sarana dan fasilitas yang
dibutuhkan pasien.
(b) Jika pasien dan/atau keluarga pasien bersedia, maka petugas IGD melakukan prosedur
transfer.
(c) Jika pasien dan/atau keluarga pasien tidak bersedia dan memilih sementara dirawat di ruangan
rawat inap biasa, maka dokter jaga Instalasi Gawat Darurat menyampaikan risiko jika dirawat
di ruangan rawat inap biasa dan meminta tandatangan pasien dan/atau keluarga pasien di
surat penolakan dirujuk dan dirawat di ICU.

2) Untuk pasien akan dirujuk ke Rumah Sakit MM Indramayu dan indikasi di rawat di ICU, sesuai
dengan prosedur komunikasi antar RS rujukan dan RS yang merujuk, petugas Instalasi Gawat
Darurat menyampaikan kondisi ruangan ICU di Rumah Sakit MM Indramayu dalam kondisi penuh
dan tidak dapat menerima pasien rawat inap di ICU.
Sarankan untuk dirujuk ke rumah sakit yang mempunyai ICU dengan sarana dan fasilitas yang
dibutuhkan pasien.

3.2 TATA LAKSANA PENDAFTARAN


61 RSMM INDRAMAYU

Rumah sakit memiliki salah satu fungsi utama untuk memberikan perawatan dan
pengobatan yang paripurna kepada pasien. Tata cara pendaftaran dan penerimaan pasien harus
wajar sesuai dengan keperluannya. Dengan makin meningkatnya jumlah pasien, pimpinan rumah
sakit harus memberikan perhatian yang terus menerus dalam membina sistem dan prosedur
penerimaan pasien yang sebaik-baiknya.

3.2.1 Proses Pendaftaran Pasien Rawat Jalan


1. Pasien datang dibagian loket pendaftaran/admisi, dilayani oleh petugas admisi/receptionis
2. Petugas menanyakan apakah pasien tersebut merupakan pasien baru (pasien yang baru
pertama kali berkunjung, tidak membawa kartu berobat dan kartu berobat hilang) atau
pasien lama.
3. Jika pasien tersebut adalah pasien baru, maka petugas pendaftaran mendaftar sebagai
berikut:
a. Petugas memberikan formulir identitas pasien baru dan persetujuan umum/general

consent yang diisi oleh pasien/keluarga pasien sebagai kelengkapan rekam medis.
b. Petugas melakukan registrasi di teramadik/ SIMRS dan mencetak kartu berobat

c. Petugas mengarahkan pasien ke poliklinik dan menyerahkan berkas rekam medis


pasien ke petugas poliklinik
d. Diunit pelayanan poliklinik dokter spesialis memberikan pelayanan kesehatan bagi
pasien. Jika pasien perlu dirujuk ke unit pelayanan penunjang yang lain, maka
petugas membuat formulir tersedia dan diserahkan kepada pasien. Jika tidak, maka
pasien/keluarganya
dipersilahkan mengambil obat dibagian farmasi.
4. Jika pasien tersebut adalah pasien lama, maka petugas pendaftaran mendaftar pasien
sebagai berikut:
a. Pasien mengambil nomor antrian
b. Pasien menunggu hingga pemanggilan nomor antrian
c. Petugas pendaftaran menerima berkas administrasi untuk dilakukan verifikasi dan
mengeluarkan SEP (Surat Elegibilitas Peserta) sebagai jaminan pembayaran kecuali
pasien umum.
d. Petugas melakukan registrasi di teramadik untuk mendaftarkan pasien.
62 RSMM INDRAMAYU

e. Petugas Memberi Lembar SEP Warna Hijau Ke Pasien/Keluarga


f. Petugas mengarahkan pasien ke poliklinik dan menyerahkan berkas rekam medis
pasien ke petugas poliklinik
g. Di unit pelayanan poliklinik petugas memberikan pelayanan kesehatan bagi pasien.
Jika pasien perlu dirujuk ke unit pelayanan penunjang yang lain, maka petugas
membuat formulir tersedia dan diserahkan kepada pasien. Jika Rujuk Ke Unit
Penunjang Lain
h. maka pasien/keluarganya dipersilahkan mengambil obat dibagian farmasi.
i. Lembar SEP Hijau Diserahkan Ke Bagian Kasir Sebagai Bukti sudah Selesai Proses
Administrasi.(Pasien BPJS),atau Melakukan Pembayaran (Pasien Umum).

3.2.2 Proses Penerimaan Pasien Rawat Inap dari Poliklinik Rawat Jalan dan IGD
1. Keluarga pasien menyerahkan surat pengantar di rawat dari IGD atau Poliklinik ke
Loket Pendaftaran Pasien Rawat Inap.
2. Petugas pendaftaran memberikan informasi kepada keluarga pasien tentang hak kelas
yang didapat (General Concent).
3. Keluarga pasien membaca, mengisi dan menanda tangani formulir Surat Jaminan
Pembiayaan di atas materai, jika persyaratan belum lengkap.
4. Petugas pendaftaran menelfon ke ruang perawatan untuk menanyakan ketersediaan
ruangan yang akan ditempati oleh pasien.
5. Petugas pendaftaran melengkapi RMK, mencetak gelang pasien, dan menyiapkan satu
bendel formulir rekam medis rawat inap ke perawat Poliklinik atau IGD.
6. Petugas pendaftaran mencatat ke dalam buku register pendaftaran pasien rawat inap.
7. Petugas pendaftaran menyerahkan kartu penunggu pasien dengan menukarkan kartu
identitas asli (KTP/SIM) sebagai jaminan.
8. Petugas administrasi IGD atau Poliklinik meng-order pasien untuk di rawat inap
kemudian petugas administrasi rawat inap melanjutkan pengorderan sesuai dengan
kelas perawatan yang akan ditempati oleh pasien

Prosedur administrasi Selama Pasien di ruang Perawatan rawat inap


63 RSMM INDRAMAYU

a. Pada waktu pasien tiba di ruang perawatan dan diterima oleh perawat, pasien diberi tanda
pengenal (gelang pengenal)
b. Perawat menambah formulir-formulir yang diperlukan oleh dokter
maupun perawat sendiri.
c. Selama perawatan, perawat mencatat semua data perawatan yang
diberikan dari mulai saat pasien tiba di ruangan sampai pasien tersebut dipindahkan atau
pulang.
d. Selama perawatan petugas administrasi ruang rawat inap memasukkan data, prosedur
order dan Tindakan medis yang telah dilakukan ke teramedik/SIMRS, kemudian petugas
bertanggungjawab terhadap kelengkapan administrasi yang kurang dari bagian
pendaftaran untuk di mintakan ke pasien / keluarga pasien.
e. Petugas administrasi mengecek kelengkapan administrasi sebelum pasien meninggalkan
ruangan rawat inap

3.2.3 Tata Laksana Penerimaan pasien gawat darurat ke unit rawat inap
a. Menerima pasien dari IGD yang mau rawat inap atas perintah
dokter dengan indikasi medis
b. Pastikan bahwa pasien sudah membawa pengantar rawat inap
c. Konfirmasi ke pasien maupun keluarga seandainya punya jaminan
d. Apabila punya jaminan ikuti prosedur sesuai dengan jaminan
pasien
e. Apabila pasien umum edukasi ke pasien maupun keluarga bahwa segala biaya yang
dibebankan ke pasien menjadi tanggung jawabnya
f. Konfirmasi ke pasien maupun keluarga kelas yang dikehendaki atau hak kelas yang
dipunyai pasien

3.2.4 Mengelola pasien bila tidak tersedia tempat tidur di unit yang dituju atau di seluruh
Rumah Sakit
a. Memberikan informasi ke pasien maupun keluarga apabila tempat tidur tidak tersedia
b. Memberikan altematif tempat atau bed rawat inap apabila tempat tidur kelas yang pasien
inginkan/hak kelas pasien penuh
64 RSMM INDRAMAYU

c. Apabila hak dan kelas yang diinginkan tidak tersedia tawarkan


kelas di bawahnya maupun sebaliknya
d. Apabila pasien maupun keluarga setuju naik turun kelas dan
diedukasi apabila ada tempat yg kosong bisa pindah sesuai hak atau kelas yang
diinginkan

3.2.5 Tatalaksana penggunaan ruang transit


a. Apabila ruang rawat inap yang dituju penuh dan pasien telah mendapatkan tawaran
ruang kelas dibawah dan diatasnya penuh juga, petugas dapat memberikan akses
pelayanan medik ke pasien dengan menggunakan fasilitas ruang transit
b. Pasien atau keluarga pasien dari IGD mauoun poli rawat jalan mendaftarkan ke
adminidtrasi rawat inap
c. Jika pasien harus dirujuk tetapi tempat rujukan belum dapat, pasien dapat
menggunakan ruang trasit.
d. Petugas menjelaskan ke pasien kalau akan ditempatkan sementara di ruang transit
bahwa Ruang transit dapat digunakan jika ada rencana ruang rawat inap ada yang
kosong atau tempat tidur rumah sakit rujukan belum tersedia .
e. Petugas rawat jalan atau IGD memberikan Tindakan dan pelayanan medis sesuai
saran DPJP selama menunggu ketersediaan tempat tidur ataupun tempat tidur Rumah
sakit rujukan tersedia.
f. Petugas rawat jalan atau IGD berkoordinasi dengan petugas rawat inap yang dituju
mengenai pemberian Tindakan dan pelayanan medis selama pasien di ruang transit.
g. Jika tempat tidur rawat inap yang dituju sudah tersedia pasien dipindahkan ke ruang
tersebut diantar oleh petugas.

3.2.6 Koordinasi bagian Pendaftaran dan Seluruh Unit rumah Sakit


Untuk memperlancar tugas-tugas bagian lain yang erat hubungannya dengan proses
penerimaan pasien, aturan penerimaan pasien perlu ditetapkan, aturan yang baik harus memenuhi hal-
hal berikut:
a. Bagian penerimaan pasien bertanggung jawab sepenuhnya mengenai pencatatan seluruh
informasi yang berkenaan dengan diterimanya seorang pasien di rumah sakit
65 RSMM INDRAMAYU

b. Bagian penerimaan pasien harus segera memberitahukan bagianbagian lain terutama bagian yang
berkepentingan langsung, setelah diterimanya seorang pasien untuk dirawat.
c. Semua bagian harus memberitahukan bagian penerimaan pasien, apabila seorang pasien diijinkan
meninggalkan rumah sakit.
d. Membuat catatan yang lengkap tentang jumlah tempat tidur yang terpakai dan yang tersedia di
seluruh rumah sakit.
e. Rekam medis yang lengkap, terbaca dan seragam harus disimpan oleh semua bagian selama
pasien dirawat
f. Instruksi yang jelas harus diketahui oleh setiap petugas yang bekerja dalam proses penerimaan
dan pemulangan pasien.

3.3 TATALAKSANA KESINAMBUNGAN PELAYANAN


3.3.1 TATALAKSANA PERENCANAAN PEMULANGAN PASIEN (P3) / DISCHARGE PLANNING
1. Sebelum pasien di ruang rawat inap (pre-admission)
a. Dilakukannya asesmen atau penilaian pasien.
 Semua pasien yang dilayani rumah sakit untuk pelayanan rawat inap harus
diidentifikasi kebutuhan pelayanannya melalui suatu proses asesmen, meliputi
asesmen medis dan asesmen keperawatan.
 Asesmen pasien terdiri atas 3 proses utama :
1) mengumpulkan informasi dan data ( anamnesa, pemeriksaan fisik, pemeriksaan
penunjang / pemeriksaan yang lain),
2) melakukan analisis informasi dan data sehingga menghasilkan suatu diagnosa
untuk mengidentifikasi kebutuhan pelayanan kesehatan pasien,
3) membuat rencana pelayanan untuk memenuhi semua kebutuhan pasien yang telah
diidentifikasi.
 Proses asesmen pasien yang efektif akan menghasilkan keputusan tentang
pengobatan pasien yang harus segera dilakukan dan kebutuhan pengobatan
berkelanjutan untuk emergensi, elektif atau pelayanan terencana, bahkan ketika
kondisi pasien berubah.
 Dari hasil asesmen didapatkan antara lain :
66 RSMM INDRAMAYU

- Identitas pasien, kondisi fisik, mental, emosional, dan spiritual pasien, aspek
sosial, budaya, etnis, dan finansial pasien.
- Identifikasi siapa pendamping utama/penanggung jawab perawatan pasien.
- Menetapkan diagnosa awal, diagnosa banding, dan indikasi pasien masuk rumah
sakit.
- Identifikasi kebutuhan pasien, apakah sederhana ( simple ) atau kompleks.
- Menetapkan rencana pelayanan untuk memenuhi semua kebutuhan pasien yang
telah diidentifikasi (rencana diagnosa, rencana terapi, rencana monitoring, rencana
edukasi/penyuluhan). Rencana pelayanan ini harus terencana dalam waktu 24 jam
setelah masuk rumah sakit.

b. Dilakukannya asesmen risiko yaitu asesmen untuk mengidentifikasikan pasien dengan


risiko tinggi. Hal ini dikarenakan pasien dengan risiko tinggi membutuhkan Perencanaan
Pemulangan Pasien (P3) atau discharge planning yang baik dan adekuat.
Berikut adalah kriteria pasien risiko tinggi :
 Usia lebih dari 65 tahun.
 Tinggal sendirian tanpa dukungan sosial secara langsung.
 Stroke, Serangan jantung, PPOK, Gagal jantung kongestif, Emfisema, Dimensia,
Alzheimer, AIDS, atau penyakit dengan potensi mengancam nyawa lainnya.
 Pasien berasal dari panti jompo.
 Pasien dengan alamat tidak diketahui atau berasal dan luar kota.
 Tunawisma.
 Dirawat kembali dalam 30 hari.
 Percobaan bunuh diri.
 Pasien tidak dikenal / tidak ada identitas.
 Korban dan kasus kriminal.
 Trauma multipel
 Tidak bekerja / tidak ada asuransi.

c. Setelah asesmen pasien dilakukan, maka dapat dimulai merancang perencanaan pasien
pulang.
67 RSMM INDRAMAYU

d. Dokter Penanggung Jawab Pelayanan (DPJP) dan perawat penanggung jawab pasien
harus memahami mengenai Perencanaan Pemulangan Pasien (P3) atau discharge
planning
e. DPJP dan perawat penanggung jawab pasien berkoordinasi tentang kebutuhan pasien dan
keluarga pasien/penanggung jawab perawatan pasien, menetapkan prioritas, dan
merancang perencanaan pasien pulang.
f. Libatkan pasien dan keluarga pasien/penanggung jawab perawatan pasien dalam
Perencanaan Pemulangan Pasien (P3) atau discharge planning.
g. Tanyakan mengenai keinginan/harapan pasien dan/atau keluarga pasien /penanggung
jawab pasien.
h. Jika pasien menolak keterlibatan keluarga dalam diskusi, staf harus memberitahukannya
kepada keluarga dan menghargai keinginan pasien.
i. Selalu menggunakan bahasa yang mudah dimengerti oleh pasien dan keluarga
pasien/penanggung jawab pasien.
j. Diskusikan tentang kondisi kesehatan pasien. Informasikan tentang hasil asesmen medis
yang meliputi antara lain : diagnosis, rencana pelayanan/penatalaksanaan, komplikasi, dan
prognosis.
k. Jika direncanakan tindakan medis/operasi, maka diskusikan tentang tindakan
medis/operasi, indikasi, tata cara, tujuan tindakan medis yang dilakukan, alternatif tindakan
lain dan risikonya, risiko dan komplikasi yang mungkin terjadi, prognosis terhadap tindakan
yang dilakukan,dan tarif.
l. Diskusikan perencanaan pemulangan pasien dengan pasien dan/atau keluarga
pasien/penanggung jawab pasien.
 Pada pasien yang rencana perawatannya dapat direncanakan sebelumnya/elektif,
rencana pemulangannya ditentukan dalam 24 jam setelah pasien mendapatkan
perawatan rawat inap, selanjutnya ditinjau ulang dan disesuaikan dengan kondisi
perkembangan pasien setiap hari oleh DPJP.
 Untuk pasien dengan kebutuhan kompleks dan pasien emergensi, sehingga rencana
perawatannya belum dapat direncanakan sebelumnya, rencana pemulangannya
ditentukan
sesegera mungkin tergantung kondisi perkembangan pasien dan ditinjau ulang setiap
hari oleh DPJP.
68 RSMM INDRAMAYU

m. Informasikan perencanaan pemulangan pasien berdasarkan indikasi medis kapan pasien


diperbolehkan pulang atau dirawat di rumah.

2. Saat pasien di ruang rawat inap :


a. Lakukan asesmen terhadap pasien tersebut, terutama tentang perkembangan pasien.
b. Tentukan rencana pelayanan selanjutnya, buat prioritas mengenai hal-hal yang dibutuhkan
oleh pasien dan keluarga.
c. Menggunakan pendekatan multi disiplin dalam menyusun rencana
pemulangan pasien. Yang dimaksud tim multi disiplin ini adalah para pemberi asuhan
dengan disiplin ilmu yang berbeda - beda, seperti dokter, perawat, fisioterapis, farmasi
klinis, dietisien, dan lain - lain.
d. DPJP dan perawat penanggung jawab pasien harus memastikan pasien memperoleh
perawatan yang sesuai dan adekuat serta proses Perencanaan Pemulangan Pasien (P3)
atau discharge planning berjalan lancar.
e. DPJP, perawat penanggung jawab pasien, dan kepala ruangan harus memahami
mengenai Perencanaan Pemulangan Pasien (P3) atau discharge planning.
f. Pastikan bahwa pasien dan keluarganya berperan aktif dalam Perencanaan Pemulangan
Pasien (P3) atau discharge planning.
g. Jika pasien menolak keterlibatan keluarga dalam diskusi, staf harus memberitahukannva
kepada keluarga dan menghargai keinginan pasien.
h. Jika terdapat konflik antara keinginan pasien dan keluarganya dalam merancang
Perencanaan Pemulangan Pasien (P3) atau discharge planning, staf harus melakukan
peninjauan ulang mengenai rencana perawatan dan mencari solusi realistis dan masalah
yang akan timbul. Salah satu cara adalah dengan
konferensi kasus yang melibatkan multi disipliner.
i. Selalu menggunakan bahasa yang mudah dimengerti oleh pasien dan keluarga
pasien/penanggung jawab perawatan pasien.
j. Diskusikan tentang perkembangan pasien selama di ruang rawat inap, hasil pemeriksaan
lanjutan, dan rencana pelayanan selanjutnya.
k. Jika direncanakan tindakan medis/operasi, maka diskusikan tentang tindakan
medis/operasi, indikasi, tata cara, tujuan tindakan medis yang dilakukan, altematif tindakan
69 RSMM INDRAMAYU

lain dan risikonya, risiko dan komplikasi yang mungkin terjadi, prognosis terhadap tindakan
yang dilakukan dan tarif.
l. Perencanaan pemulangan pasien didiskusikan dengan pasien dan atau keluarga pasien /
penanggung jawab perawatan pasien.
 Pada pasien yang rencana perawatannya dapat direncanakan sebelumnya/elektif,
rencana pemulangannya ditentukan dalam 24 jam setelah pasien mendapatkan
perawatan rawat inap, selanjutnya ditinjau ulang dan disesuaikan dengan kondisi
perkembangan pasien setiap hari oleh DPJP.
 Untuk pasien dengan kebutuhan kompleks dan pasien emergensi, sehingga rencana
perawatannya belum dapat direncanakan sebelumnya, rencana pemulangannya
ditentukan sesegera mungkin tergantung kondisi perkembangan pasien dan ditinjau
ulang setiap hari oleh DPJP.
m. Informasikan tentang tanggal rencana pemulangan kepada pasien dan/atau keluarga
pasien / penanggung jawab perawatan pasien. Tetapi jika kesulitan memberikan tanggal,
maka informasikan tentang indikasi medis kapan pasien diperbolehkan pulang atau dirawat
di rumah.
n. Diskusikan tentang tanda dan gejala dari penyakit yang diderita pasien, yang perlu
diwaspadai / dilaporkan selama di rumah sakit maupun jika di rumah.
o. Diskusikan tentang tindakan / pengobatan yang dapat dilakukan sebelum ke rumah sakit.
p. Memberikan nomor telepon ruang rawat inap atau tombol alarm (ruangan dimana pasien
menjalani perawatan). Nomor telepon atau tombol alrm ini dapat dipakai saat pasien
membutuhkan informasi kesehatan / bantuan.
q. Diskusikan tentang batasan aktivitas yaitu jenis aktivitas yang boleh dilakukan di rumah
dan yang tidak boleh dilakukan di rumah.
r. Identifikasi pasien-pasien yang membutuhkan alat bantu. Jika diperlukan alat bantu maka
diberikan pelatihan penggunaan alat bantu tersebut.

Berikut adalah beberapa alat bantu yang dapat digunakan pasien :


- Peralatan yang portabel dan sederhana : mudah digunakan, instruksi penggunaan
minimal. Contoh : tongkat, toilet duduk.
70 RSMM INDRAMAYU

- Peralatan yang membutuhkan pelatihan mengenai cara


menggunakannya. Contoh : tempat tidur khusus, pegangan terfiksasi (grab rails),
oksigen.
- Kursi roda (manual dan listrik).
s. Identifikasi pasien-pasien yang memerlukan perawatan khusus/ekstra seperti: kebutuhan
perawatan personal hygiene (mandi, oral hygiene, BAB (buang air besar), BAK (buang air
kecil), dan lain _ lain), cara mengenakan pakaian, cara perawatan luka, perawatan selang
nasogastrik atau nasogastric tubes, kateter, dan lain-lain. Usahakan untuk memenuhi
kebutuhan pasien dan berikan dukungan tambahan.
t. Diskusikan tentang obat-obatan yang diberikan pada pasien selama di rumah sakit
maupun di rumah, meliputi antara lain : nama obat, kegunaan obat, efek samping obat,
dosis, waktu pemberian obat, cara pemberian obat, dan lain-lain.
u. Diskusikan dan latih tentang pengaturan diet dan nutrisi, meliputi anatara lain : batasan
makanan, pengaturan pola makan ) cara pemberian makan/minum, pengaturan berat
badan jika diperlukan, dan lain-lain.
v. Cuti asuhan perawatan bisa dilakukan jika dikehendaki pasien dan keluarga atas indikasi
penyakit yang tidak emergensi dan tanpa penggunaan alat invasif dan telah mendapat
persetujuan dari DPJP yang tertuang dalam informed consent surat pernyataan cuti.
w. Jika pasien pulang Atas Permintaan Sendiri ( APS ) maka petugas wajib memberikan
edukasi pasien mengenai konsekuensi APS yang terdiri alat invasif harus dilepas dan
terapi oral yang terakhir tetap diberikan dan pasien mengisi informed consent penolakan
rawat inap dan tanpa proses perencanaan pulang.

3. Saat pasien akan dipulangkan dari rumah sakit :


a. Saat pasien tidak lagi memerlukan perawatan rumah sakit, pasien sebaiknya dipulangkan
dan memperoleh Perencanaan Pemulangan Pasien (P3) atau discharge planning yang
sesuai.
b. Yang berwenang memutuskan bahwa pasien boleh pulang atau tidak adalah DPJP.
c. Pastikan bahwa pasien dan keluarganya berperan aktif dalam pelaksanaan pemulangan
pasien.
71 RSMM INDRAMAYU

d. Sebelum pasien dipulangkan, harus dilakukan asesmen pasien secara menyeluruh


(holistik). Nilailah kondisi fisik, mental, emosional, dan spiritual pasien. pertimbangkan juga
aspek sosial, budaya, etnis, dan finansial pasien.
e. Tentukan tempat perawatan selanjutnya (setelah pasien dipulangkan dari rumah sakit )
yang disesuaikan dengan kondisi dan kebutuhan pasien. Penentuan tempat ini dilakukan
oleh DPJP dan para pemberi asuhan yang lain bersama dengan pasien dan
keluarga/penanggung jawab pasien.
f. Jika tempat perawatan selanjutnya tidak memadai (tidak dapat memenuhi kebutuhan
pasien), maka diskusikan dengan pasien dan keluarga/penanggung jawab pasien. Dan
buat kesepakatan tentang tempat perawatan selanjutnya setelah pulang.
g. Sebelum di transfer ke tempat perawatan yang lain, pastikan terjadinya komunikasi efektif
antara pelaksanaan perawatan primer, sekunder, dan sosial untuk menjamin bahwa setiap
pasien menerima perawatan dan penanganan yang sesuai dan adekuat.
h. Hasil-hasil pemeriksaan yang akan dibawa pulang.
i. Obat-obat untuk di rumah.
j. Alat bantu / peralatan kesehatan untuk di rumah.
k. Diskusikan rencana kontrol, termasuk tempat, waktu ( hari, tanggal, jam), dan dokter.
Sertakan surat kontrol, beri penjelasan tentang alur kontrol di poliklinik, dan leaflet tentang
layanan yang disediakan di Rumah Sakit MM Indramayu .
l. Diskusikan alat transportasi yang digunakan untuk pulang, disesuaikan dengan kondisi
pasien.
Pilihan transportasi yang dapat digunakan adalah :
- Ambulans
- Kendaraan umum, misalnya : mobil sewaan, taksi, dan lain_lain.
- Mobil pribadi.
- Pesawat terbang atau helikopter ( bila diperlukan ) : biasanya digunakan untuk
pasien dengan penyakit akut yang berat dan harus ditransfer ke rumah sakit lain.
m. Informasikan tentang prosedur pengurusan administrasi.
n. Finalisasi rencana keperawatan dan aturlah proses pemulangan pasien.
o. Perencanaan pasien pulang ini disusun dalam bentuk ceklis perencanaan pasien
pulang. Ceklis rencana pemulangan pasien ini diselesaikan dalam waktu 48 jam
sebelum pasien dipulangkan.
72 RSMM INDRAMAYU

p. Pada pasien yang pulang paksa atas permintaan sendiri atau APS (bertentangan
dengan saran dan kondisi medisnya ), dapat dikategorikan sebagai berikut :
- Pasien memahami risiko yang dapat timbul akibat pulang paksa.
- Pasien tidak kompeten untuk memahami risiko yang berhubungan dengan pulang
paksa, dikarenakan kondisi medisnya.
- Pasien tidak kompeten untuk memahami risiko yang berhubungan dengan pulang
paksa, dikarenakan gangguan jiwa.
4. Evaluasi Perencanaan Pemulangan Pasien (P3) atau discharge planning.
Monitor dan evaluasi efikasi dan kelayakan rencana perawatan pasien secara periodik, dengan
cara :
a. Peninjauan ulang rekam medis / catatan pasien.
b. Gunakan checklis untuk menilai perkembangan dan kemajuan Perencanaan Pemulangan
Pasien (P3) atau discharge planning.
c. Lakukan perencanaan ulang, jika diperlukan.

3.3.2 TATALAKSANA MANAJER PELAYANAN PASIEN (MPP) ATAU CASE MANAGER


A. Prosedur
1. Melakukan skrining pasien yang membutuhkan MPP, pada waktu admisi, atau bila dibutuhkan
pada waktu di ruang rawat inap, berdasarkan pasien yang meliputi :
a. Risiko tinggi yaitu pasien yang dirawat minimal oleh 3 dokter spesialis
b. Pasien dengan kasus rawan biaya tinggi
c. Kasus yang melebihi rata-rata lama dirawat minimal 10 hari
d. Kasus yang diidentifikasi rencana pemulangannya kritis atau yang membutuhkan
kontinuitas pelayanan.
e. Kasus berpotensi komplain tinggi

2. Setelah pasien ditentukan MPP/Case Manager, maka dilakukan asesmen utilitas dengan
mengumpulkan berbagai informasi klinis, psiko-sosial, sosio-ekonomis, maupun sistem
pembayaran yang dimiliki pasien
73 RSMM INDRAMAYU

3. Menyusun rencana manajemen pelayanan pasien tersebut, berkolaborasi dengan DPJP serta
para anggota tim klinis lainnya, yang mencerminkan kelayakan/kepatutan dan efektivitas-biaya
dari pengobatan medis dan klinis serta kebutuhan pasien untuk mengambil keputusan

4. Melakukan fasilitasi yang mencakup interaksi antara Manajer Pelayanan Pasien (Case
Manager) dan DPJP serta para anggota tim klinis lainnya, berbagai unit pelayanan, pelayanan
administrasi, perwakilan pembayar. Fasilitasi untuk koordinasi, komunikasi dan kolaborasi
antara pasien dan pemangku kepentingan, serta menjaga kontinuitas pelayanan.

5. Memfasilitasi untuk kemungkinan pembebasan dari hambatan yang tidak mempengaruhi


kinerja/hasil

6. Memfasilitasi dan memberikan advokasi agar pasien memperoleh pelayanan yang optimal
sesuai dengan sistem pembiayaan dan kemampuan finansial dengan berkonsultasi dengan
DPJP, memperoleh edukasi yang adekuat, termasuk rencana pemulangan yang
memperhatikan kontinuitas pelayanan dan yang aman

7. Melakukan monitoring dan evaluasi proses-proses pelayanan dan asuhan pasien

8. Mendokumentasikan kegiatan Manajer Pelayanan Pasien ( Case Manager ), termasuk dalam


rekam medis seperti pencatatan dalam formulir edukasi-informasi.

3.3.3 TATALAKSANA DOKTER PENANGGUNG JAWAB PELAYANAN (DPJP)

1. Setiap pasien yang mendapat asuhan medis di rumah sakit baik rawat jalan maupun rawat inap
harus memiliki DPJP
2. Pada unit / instalasi gawat darurat, dokter jaga menjadi DPJP pada pemberian asuhan medis awal
/ penanganan kegawat-daruratan. Kemudian selanjutnya saat dilakukan konsultasi / rujuk ditempat
(on side) atau konsultasi lisan kepada dokter spesialis, dan dokter spesialis tersebut memberikan
asuhan medis (termasuk instruksi secara lisan) maka dokter spesialis tersebut telah menjadi DPJP
pasien yang bersangkutan, sehingga saat itulah DPJP telah berganti dari dokter jaga IGD kepada
dokter spesialis tersebut.
3. Apabila pasien mendapat asuhan medis lebih dari satu DPJP, maka harus ditunjuk DPJP Utama
yang berasal dari para DPJP pasien terkait. Kesemua DPJP tersebut bekerja secara tim dalam
74 RSMM INDRAMAYU

tugas mandiri maupun kolaboratif, berinteraksi dan berkoordinasi (dibedakan dengan bekerja
sendiri-sendiri).
4. Peran DPJP Utama adalah sebagai koordinator proses pengelolaan asuhan medis bagi pasien
yang bersangkutan (sebagai "Ketua Tim"), dengan tugas menjaga terlaksananya asuhan medis
komprehensif - terpadu - efektif, demi keselamatan pasien melalui komunikasi yang efektif dan
membangun sinergisme dengan mendorong penyesuaian pendapat (adjustment) antar anggota,
mengarahkan agar tindakan masing-masing DPJP bersifat kontributif (bukan intervensi), dan juga
mencegah duplikasi.
5. Tim membuat keputusan melalui DPJP Utama, termasuk keinginan DPJP mengkonsultasikan ke
dokter spesialis lain agar dikoordinasikan melalui DPJP Utama. Kepatuhan DPJP terhadap jadwal
kegiatan dan ketepatan waktu misalnya antara lain kehadiran atau menjanjikan waktu kehadiran,
adalah sangat penting bagi pemenuhan kebutuhan pasien serta untuk kepentingan koordinasi
sehari-hari.
6. Dibawah koordinasi DPJP Utama , sekurang kurangnya ada rapat Tim yang melibatkan semua
DPJP yang bersangkutan sesuai kebutuhan pasien; rumah sakit diharapkan menyediakan ruangan
untuk rapat Tim di tempat-tempat pelayanan, misalnya di Rawat Inap, ICU, IGD. DPJP Utama juga
bertugas untuk menghimpun komunikasi / data tentang pasien .
7. Setiap penunjukan DPJP harus diberitahu kepada pasien dan/keluarga, dan pasien dan/keluarga
dapat menyetujuinya ataupun sebaliknya. Rumah sakit berwenang mengubah DPJP bila terjadi
pelanggaran prosedur.
8. Koordinasi dan transfer informasi antar DPJP dilakukan secara lisan dan tertulis sesuai kebutuhan.
Bila ada pergantian DPJP pencatatan di rekam medis harus jelas tentang alih tanggung jawabnya.
Harap digunakan Formulir Daftar DPJP (Contoh Formulir Daftar DPJP terlampir).
9. Pada unit pelayanan intensif DPJP Utama adalah dokter intensifis. Koordinasi dan tingkatan keikut-
sertaan para DPJP terkait.
10. Pada kamar operasi DPJP Bedah adalah ketua dalam seluruh kegiatan pada saat di kamar
operasi tersebut.
11. Pada keadaan khusus misalnya seperti konsul saat diatas meja operasi / sedang dioperasi, dokter
yang dirujuk tsb melakukan tindakan / memberikan instruksi, maka otomatis menjadi DPJP juga
bagi pasien tersebut.
12. Dalam pelaksanaan pelayanan dan asuhan pasien, bila DPJP dibantu oleh dokter lain ( dokter
ruangan) dimana yang bersangkutan boleh menulis/ mencatat di rekam medis, maka tanggung
75 RSMM INDRAMAYU

jawab adalah tetap ada pada DPJP, sehingga DPJP yang bersangkutan harus memberikan
supervisi, dan melakukan validasi berupa pemberian paraf/tandatangan pada setiap catatan
kegiatan tersebut di rekam medis.
13. Asuhan pasien dilaksanakan oleh para professional pemberi asuhan yang bekerja secara tim ("Tim
Interdisiplin") sesuai konsep Pelayanan Fokus pada Pasien (Patient Centered Care), DPJP
sebagai ketua tim (Team Leader) harus proaktif melakukan koordinasi dan mengintegrasikan
asuhan pasien, serta berkomunikasi intensif dan efektif dalam tim. Termasuk dalam kegiatan ini
adalah perencanaan pulang (discharge plan) yang dapat dilakukan pada awal masuk rawat inap
atau pada akhir rawat inap.
14. DPJP harus aktif dan intensif dalam pemberian edukasi/informasi kepada pasien dan keluarganya.
Gunakan dan kembangkan tehnik komunikasi yang berempati. Komunikasi merupakan elemen
yang penting dalam konteks Pelayanan Fokus pada Pasien (Patient Centered Care), selain juga
merupakan kompetensi dokter dalam area kompetensi ke 3
15. Pendokumentasian yang dilakukan oleh DPJP di rekam medis harus mencantumkan nama dan
paraf / tandatangan. Pendokumentasian tsb dilakukan antara lain di form asesmen awal medis,
catatan perkembangan pasien terintegrasi / CPPT (Integrated note), form asesmen pra
anestesi/sedasi, instruksi pasca bedah, form edukasi/informasi ke pasien dsb. Termasuk juga
pendokumentasian keputusan hasil pembahasan tim medis, hasil ronde bersama multi kelompok
staf medis / departemen, dsb.
16. Pada kasus tertentu DPJP sebagai ketua tim dari para professional pemberi asuhan bekerjasama
erat dengan Manajer Pelayanan Pasien (Hospital Case Manager), sesuai dengan Panduan
Pelaksanaan Manajer Pelayanan Pasien, agar terjaga kontinuitas pelayanan baik waktu rawat inap,
rencana pemulangan, tindak lanjut asuhan mandiri dirumah, kontrol dan sebagainya.
17. Pada setiap rekam medis harus ada pencatatan (kumulatif, bila lebih dari satu) tentang DPJP,
dalam bentuk satu formulir yang diisi secara periodik sesuai kebutuhan / penambahan /
pengurangan / penggantian, yaitu nama dan gelar setiap DPJP, tanggal mulai dan akhir
penanganan pasien, DPJP Utama nama dan gelar, tanggal mulai dan akhir sebagai DPJP Utama.
Daftar ini bukan berfungsi sebagai daftar hadir.
18. Keterkaitan DPJP dengan Panduan Praktek Klinis / Alur Perjalanan Klinis/Clinical Pathway, setiap
DPJP bertanggung jawab mengupayakan proses asuhan pasien (baik asuhan medis maupun
asuhan keperawatan ) yang diberikan kepada pasien patuh pada Panduan Praktek Klinis / Alur
Perjalanan Klinis / Clinical Pathway yang telah ditetapkan oleh RS. Tingkat kepatuhan pada
76 RSMM INDRAMAYU

Panduan Praktek Klinis / Alur Perjalanan Klinis / Clinical Pathway ini akan menjadi objek Audit
Klinis dan Audit Medis.
19. Apabila dokter tidak mematuhi Alur Perjalanan Klinis / Clinical Pathway/ Panduan Praktek Klinik
maka harus memberi penjelasan tertulis dan dicatat di rekam medis.

Di unit / instalasi gawat darurat dokter jaga yang bersertifikat kegawat-daruratan, antara lain :
ATLS, ACLS, PPGD, menjadi DPJP pada saat asuhan awal pasien gawat-darurat. Saat pasien
dikonsul / rujuk ke dokter spesialis dan memberikan asuhan medis, maka dokter spesialis tersebut
menjadi DPJP pasien tersebut menggantikan DPJP sebelumnya, yaitu dokter jaga IGD tersebut
diatas.

Penunjukan / penetapan DPJP :

1. Penetapan DPJP harus dilakukan sejak pertama pasien masuk Rumah Sakit, baik dari Instalasi
rawat jalan maupun Instalasi gawat darurat.

2. Penentuan dan pengaturan DPJP pasien berdasarkan jadwal konsulen jaga, dimana konsulen jaga
hari itu menjadi DPJP pasien baru, kecuali kasus rujukan yang di tujukan langsung kepada salah
seorang konsulen.

3. Juga berdasarkan surat rujukan langsung kepada salah satu dokter spesialis yang di tuju otomatis
menjadi DPJP pasien yang dimaksud, kecuali bila dokter tersebut berhalngan karena sesuatu hal,
maka pelimpahan DPJP beralih kepada konsulen jaga pada hari itu.

4. Jika dalam pemeriksaan oleh dokter jaga ditemukan penyakit pasien tidak sesuai dengan SMF
dokter spesialis yang dituju maka dokter jaga akan mengkomunikasikan dengan pasien tentang
DPJP pasien yang bersangkutan dan penetapan DPJP dilakukan oleh dokter jaga atas seijin
pasien.

5. Atas permintaan pasien. Pasien dan keluaga berhak meminta salah seorang dokter sebagai DPJP
apabila ada relevansinya, hendaknya diberikan alternative DPJP lain. Penjelasannya sebaiknya
dilakukan oleh dokter jaga.
77 RSMM INDRAMAYU

6. Pada kasus yang sangat kompleks atau jarang penentuan DPJP / DPJP utama dapat ditentukan
berdasarkan rapat komite medis.

7. Kriteria penunjukan DPJP utama untuk seorang pasien, sebagai berikut:

a. DPJP utama dapat merupakan DPJP yang pertama kali mengelola pasien pada awal
perawatan.

b. PDJP utama dapat merupakan DPJP yang mengelola pasien dengan penyakit dalam kondisi (
relative )

c. DPJP utama dapat ditentukan melalui kesepakatan antar para DPJP penyak

d. DPJP utama dapat merupakan pilihan dari pasien.

8. Penentuan atau penetapan DPJP adalah penentuan dokter yang bertanggung jawab dalam
memberikan rangkaian asuhan medis kepada pasien sehingga pasien mendapatkan pelayanan
medis oleh dokter sesuai dengan bidang kompetensi dan keahliannya.

9. Uraian Tugas DPJP

a. Mengelola asuhan medis seorang pasien sesuai dengan standar pelayanan medis yang
meliputi: anamnesis, pemeriksaan fisik, pemeriksaan penunjang, perencanaan pemberian
terapi, tindak lanjut / follow up (evaluasi asuhan medis) sampai rehabilitasi.
b. Melakukan konsultasi dengan disiplin terkait lain untuk meminta pendapat atau perawatan
bersama.
c. Membuat rencana pelayanan dalam berkas rekam medis yang memuat segala aspek
asuhan medis yang akan dilakukan termasuk pemeriksaan konsultasi, rehabilitasi pasien
dan sebagainya.
d. Memberikan penjelasan secara rinci kepada pasien dan keluarga tentang rencana dan hasil
pelayanan, pengobatan atau prosedur untuk pasien termasuk kejadian yang tidak
diharapkan.
e. Memberikan pendidikan / edukasi kepada pasien tentang kewajibannya terhadap rumah
sakit dan bila diperlukan dibantu oleh staf dokter/perawat/staf administrasi.
f. Pemberian pendidikan/edukasi kepada pasien tentang penyakit pasien tersebut, dan harus
dicatat dalam rekam medis, bahwa DPJP telah memberikan penjelasan.
78 RSMM INDRAMAYU

g. DPJP harus memberikan penjelasan mengenai kewajiban pasien yaitu:


1) Pasien dan keluarganya wajib memberi informasi yang jelas, benar, dan jujur tentang
penyakit dan kondisi lain.
2) Pasien dan keluarganya wajib mengetahui kewajiban dan tanggung jawabnya.
3) Pasien dan keluarganya wajib mengajukan pertanyaan untuk hal-hal yang tidak
dimengerti.
4) Pasien dan keluarganya wajib memahami dan menerima konsekuensi pelayanan.
5) Pasien dan keluarganya wajib mengikuti instruksi dan menghormati peraturan rumah
sakit..
6) Pasien dan keluarganya wajib memperlihatkan sikap menghormati dan tenggang rasa.
7) Pasien dan keluarganya wajib memenuhi kewajiban finansial yang disepakati.

3.3.4 TATALAKSANA TRANSFER PASIEN


3.3.4.1 Tatalaksana Transfer Pasien di Dalam Rumah Sakit
c. Informasikan pada pasien dan keluarga tentang rencana transfer yang akan
dilakukan.
d. Lakukan koordinasi dengan perawat/petugas unit yang dituju dan komunikasikan
tentang rencana pemindahan pasien yang meliputi:
- Identitas pasien (nama, umur, jenis kelamin)
- Diagnosa medis dan riwayat penyakit
- Keadaan umum pasien
- Dokter yang merawat
- Alasan pasien dipindahkan.
e. Periksa kelayakan kondisi pasien untuk ditransfer
f. Tentukan SDM yang akan mendampingi pasien selama transfer
g. Siapkan peralatan yang harus disertakan saat transfer pasien
h. Observasi keadaan umum dan tanda-tanda vital pasien, sebelum pasien ditransfer
oleh perawat pendamping
i. Catat hasil observasi pada catatan keperawatanInformasikan pada pasien dan
keluarga saat pasien akan ditransfer
j. Antar pasien ke unit yang dituju
79 RSMM INDRAMAYU

k. Monitor kondisi pasien (keadaan umum, kesadaran) selama transfer


l. Lakukan serah terima dengan perawat unit yang dituju.

Hal-hal yang diserahterimakan adalah:

- Identitas pasien (nama, umur, jenis kelamin)


- Dokter yang merawat
- Diagnosa medis dan riwayat penyakit
- Keadaan umum, kesadaran dan hasil observasi tanda-tanda vital pasien
- Tindakan yang telah dilakukan
- Terapi yang telah diberikan (cairan infus, obat-obatan)
- Pemeriksaan penunjang yang telah dilakukan serta administrasinya
(Laboratorium, radiologi, dll, serta untuk follow up hasil pemeriksaan yang
belum selesai)
- Alergi obat
- Rencana tindakan, pemeriksaan penunjang, terapi yang akan dilakukan/
dilanjutkan serta administrasinya
- Status Rekam Medis Pasien
- Daftar barang pasien (bila pasien tidak ada keluarga)
- Informasi lain yang dianggap perlu
m. Tandatangani formulir serah terima
n. Kembalikan peralatan yang telah selesai dipakai saat transfer ke tempat semula

3.3.4.2 Tata Laksana Transfer / Rujukan Pasien Antar Rumah Sakit


A. Pengaturan Transfer
1. Tim transfer terdiri dari dokter senior (dr ICU), DPJP, dr IGD/ dr ruangan, PPJP, perawat
yang kompeten dalam merawat pasien kritis (perawat ICU), petugas medis, dan petugas
ambulans.
2. Metode transfer yang ada di Rumah Sakit.
a. Layanan Antar-Jemput Pasien: merupakan layanan / jasa umum khusus untuk
pasien Rumah Sakit dengan tim transfer dari petugas IGD, di mana tim tersebut akan
mengambil / menjemput pasien dari rumah/ rumah sakit jejaring untuk dibawa ke
Rumah Sakit.
80 RSMM INDRAMAYU

b. Tim transfer antar fasilitas kesehatan: Rumah Sakit memiliki tim transfernya sendiri
dan mengirimkan sendiri pasiennya ke rumah sakit lain, tetapi bila tim transfer dan
faslitas transfer di Rumah Sakit sedang tidak siap, maka transfer dilakukan dengan
menggunakan jasa jaringan komuniaksi ambulan wilayah indramayu.
3. Rumah Sakit mempunyai sistem resusitasi, stabilisasi, dan transfer untuk pasien-pasien
dengan sakit berat / kritis; tanpa terkecuali.
4. Penanggungjawab tranfer/rujukan berkoordinasi dengan Dokter senior / spesialis (DPJP/ dr
ICU) bertanggungjawab dan ber dalam tim transfer pasien siap sedia 24 jam untuk
mengatur dan mengawasi seluruh kegiatan transfer pasien sakit berat / kritis antar-rumah
sakit.

B. Keputusan Melakukan Transfer / Rujukan


1. Melakukan pendekatan yang sistematis dalam proses transfer pasien.
2. Mengawali dengan pengambilan keputusan untuk melakukan transfer, kemudian lakukan
stabilisasi pre-transfer dan manajemen transfer.
3. Pengambilan keputusan untuk melakukan transfer dipertimbangkan dengan matang.
4. Mempertimbangkan risiko dan keuntungan dilakukannya transfer.
5. Diperlukan personel yang terlatih dan kompeten, peralatan dan kendaraan khusus.
6. Pengambil keputusan harus melibatkan DPJP/ dokter senior (biasanya seorang konsultan)
dan dokter ruangan.
7. Dokumentasi pengambilan keputusan mencantumkan nama dokter yang mengambil
keputusan (berikut gelar dan biodata detailnya), tanggal dan waktu diambilnya keputusan,
serta alasan yang mendasari.
8. Tiga alasan melakukan transfer pasien keluar Rumah Sakit, yaitu:
a. Transfer untuk penanganan dan perawatan spesialistik lebih lanjut
b. Transfer antar rumah sakit untuk alasan non-medis (misalnya karena ruangan penuh,
fasilitas kurang mendukung, jumlah petugas rumah sakit tidak adekuat)
c. Repatriasi / Pemulangan Kembali
9. Saat keputusan transfer telah diambil, dokter yang bertanggung jawab/ dokter ruangan
menghubungi unit / rumah sakit yang dituju.
10. Tim transfer Rumah Sakit (DPJP/ PPJP/ dr ruangan/ perawat rujukan) menghubungi rumah
sakit yang dituju dan melakukan negosiasi dengan unit yang dituju. Jika unit tersebut setuju
81 RSMM INDRAMAYU

untuk menerima pasien rujukan, tim transfer Rumah Sakit harus memastikan tersedianya
peralatan medis yang memadai di rumah sakit yang dituju.
11. Keputusan final untuk melakukan transfer ke luar Rumah Sakit dipegang oleh dokter senior
/ DPJP/ konsultan rumah sakit yang dituju.
12. Memberitahukan kepada pasien (jika kondisinya memungkinkan) dan keluarga mengenai
perlunya dilakukan transfer antar rumah sakit, dan mintalah persetujuan tindakan transfer.
13. Proses pengaturan transfer ini dicatat dalam status rekam medis pasien.

C. Stabilisasi sebelum transfer


1. Transfer sebaiknya tidak dilakukan bila kondisi pasien belum stabil (pasien kalau kondisi
sudah stabil)
2. Hipovolemia adalah kondisi yang sulit ditoleransi oleh pasien akibat adanya akselerasi dan
deselerasi selama transfer berlangsung, sehingga hipovolemia harus sepenuhnya dikoreksi
sebelum transfer.
3. Unit / rumah sakit yang dituju untuk transfer harus memastikan bahwa ada prosedur /
pengaturan transfer pasien yang memadai.
4. Hal yang penting untuk dilakukan sebelum transfer:
a. Amankan patensi jalan napas
Beberapa pasien mungkin membutuhkan intubasi atau trakeostomi dengan
pemantauan end-tidal carbondioxide yang adekuat.
b. Analisis gas darah harus dilakukan pada pasien yang menggunakan ventilator portabel
selama minimal 15 menit.
c. Terdapat jalur / akses vena yang adekuat (minimal 2 kanula perifer atau sentral)
d. Pengukuran tekanan darah invasif yang kontinu / terus-menerus merupakan teknik
terbaik untuk memantau tekanan darah pasien selama proses transfer berlangsung.
e. Jika terdapat pneumotoraks, selang drainase dada (Water-Sealed Drainage-WSD)
harus terpasang dan tidak boleh diklem.
f. Pasang kateter urin dan nasogastric tube (NGT), jika diperlukan
g. Pemberian terapi /tatalaksana tidak boleh ditunda saat menunggu pelaksanaan
transfer
82 RSMM INDRAMAYU

5. Unit/ rumah sakit yang dituju dapat memberikan saran mengenai penanganan segera /
resusitasi yang perlu dilakukan terhadap pasien pada situasi-situasi khusus, namun
tanggung jawab tetap pada tim transfer.
6. Seluruh peralatan dan obat-obatan harus dicek ulang oleh petugas transfer.
7. Gunakanlah daftar persiapan transfer pasien (lampiran 1) untuk memastikan bahwa semua
persiapan yang diperlukan telah lengkap dan tidak ada yang terlewat.

D. Pendampingan Pasien Selama Transfer


1. Pasien dengan sakit berat / kritis harus didampingi oleh minimal 2 orang tenaga medis.
2. Jumlah tenaga medis / petugas yang mendampingi pasien bergantung pada kondisi / situasi
klinis dari tiap kasus (tingkat / derajat beratnya penyakit / kondisi pasien).
3. Pada kondisi khusus Dokter Jaga bertugas untuk membuat keputusan dalam menentukan
siapa saja yang harus mendampingi pasien selama transfer berlangsung.
4. Sebelum melakukan transfer, petugas yang mendampingi harus paham dan mengerti akan
kondisi pasien dan aspek-aspek lainnya yang berkaitan dengan proses transfer.
5. Berikut ini adalah pasien-pasien yang tidak memerlukan dampingan Dokter jaga selama
proses transfer antar-rumah sakit berlangsung.
a. Pasien yang dapat mempertahankan patensi jalan napasnya dengan baik dan tidak
membutuhkan bantuan ventilator / oksigenasi
b. Pasien dengan perintah ‘Do Not Resuscitate’ (DNR)
c. Pasien yang ditransfer untuk tindakan manajemen definitif akut di mana intervensi
anestesi tidak akan mempengaruhi hasil.
6. Berikut adalah panduan perlu atau tidaknya dilakukan transfer berdasarkan tingkat / derajat
kebutuhan perawatan pasien kritis. (keputusan harus dibuat oleh dokter dan perawat
berkompeten)
a. Derajat 0:
Pasien yang dapat terpenuhi kebutuhannya dengan ruang rawat biasa di unit/ rumah
sakit yang dituju; biasanya tidak perlu didampingi oleh dokter, perawat, atau paramedis
(selama transfer).
b. Derajat 1:
Pasien dengan risiko perburukan kondisi, atau pasien yang sebelumnya menjalani
perawatan di Intensif Care Unit (ICU); di mana membutuhkan perawatan di ruang
83 RSMM INDRAMAYU

rawat biasa dengan saran dan dukungan tambahan dari tim perawatan kritis; dapat
didampingi oleh perawat, petugas ambulan, dan atau dokter (selama transfer).
c. Derajat 2:
Pasien yang membutuhkan observasi / intervensi lebih ketat, termasuk penanganan
kegagalan satu sistem organ atau perawatan pasca-operasi, dan pasien yang
sebelumnya dirawat di ICU/PICU/NICU; harus didampingi oleh petugas yang
kompeten, terlatih, dan berpengalaman (biasanya dokter dan perawat / paramedis
lainnya).
d. Derajat 3:
Pasien yang membutuhkan bantuan pernapasan lanjut (advanced respiratory support)
atau bantuan pernapasan dasar (basic respiratory support) dengan dukungan /
bantuan pada minimal 2 sistem organ, termasuk pasien-pasien yang membutuhkan
penanganan kegagalan multi-organ; harus didampingi oleh petugas yang kompeten,
terlatih, dan berpengalaman (biasanya dokter anestesi dan perawat ruang intensif /
IGD atau paramedis lainnya).
7. Saat Dr Jaga di RS tidak dapat menjamin terlaksananya bantuan / dukungan yang aman
selama proses transfer; pengambilan keputusan haruslah mempertimbangkan prioritas dan
risiko terkait transfer.
8. Semua petugas yang tergabung dalam tim transfer untuk pasien dengan sakit berat / kritis
harus kompeten, terlatih, dan berpengalaman.
9. Petugas yang mendampingi harus membawa telepon genggam selama transfer
berlangsung yang berisi nomor telepon Rumah Sakit dan rumah sakit tujuan.
10. Keselamatan adalah parameter yang penting selama proses transfer.

E. Kompetensi Pendamping Pasien dan Peralatan yang harus Dibawa Selama Transfer
1. Transfer Intra-Rumah Sakit
a. Standar: pemantauan minimal, pelatihan, dan petugas yang berpengalaman;
diaplikasikan pada transfer intra- dan antar-rumah sakit
b. Sebelum transfer, lakukan analisis mengenai risiko dan keuntungannya.
c. Sediakan kapasitas cadangan oksigen dan daya baterai yang cukup untuk
mengantisipasi kejadian emergensi.
84 RSMM INDRAMAYU

d. Peralatan listrik harus tepasang ke sumber daya (stop kontak) dan oksigen sentral
digunakan selama perawatan di unit tujuan.
e. Petugas yang mentransfer pasien ke ruang pemeriksaaan radiologi harus paham akan
bahaya potensial yang ada.
f. Semua peralatan yang digunakan pada pasien tidak boleh melebihi level pasien.

Kompetensi SDM untuk transfer intra Rumah Sakit

Pasien Petugas keterampilan yang dibutuhkan Peralatan Utama


pendamping
(minimal)
Derajat 0 TPK/ Petugas Bantuan hidup dasar
Keamanan
Derajat 0,5 (orang TPK/ Petugas Bantuan hidup dasar
tua/delirium) Keamanan
Derajat 1 Perawat/Petugas 
Bantuan hidup dasar  Oksigen
yang 
Pelatihan tabung gas  Suction
berpengalaman 
Pemberian obat-obatan  Tiang infus portabel
(sesuai dengan 
Kenal akan tanda deteriorasi  Pompa infus dengan
kebutuhan pasien) 
Keterampilan trakeostomi dan baterai
suction  Oksimetri denyut
Derajat 2 Perawat dan  Semua ketrampilan di atas,  Semua peralatan di
Petugas keamanan/ ditambah; atas, ditambah;
TPK  Dua tahun pengalaman dalam  Monitor EKG dan
perawatan intensif (oksigenasi, tekanan darah
sungkup pernapasan, defibrillator,  Defibrillator
monitor)
Derajat 3 Dokter, perawat, Standar kompetensi dokter harus di  Monitor ICU portabel
dan TPK/ Petugas atas standar minimal yang lengkap
keamanan Dokter:  Ventilator dan
 Minimal 6 bulan pengalaman peralatan transfer
mengenai perawatan pasien yang memenuhi
intensif dan bekerja di ICU standar minimal.
 Keterampilan bantuan hidup dasar
dan lanjut
 Keterampilan menangani
permasalahan jalan napas dan
pernapasan, minimal level ST 3
85 RSMM INDRAMAYU

atau sederajat.
 Harus mengikuti pelatihan untuk
transfer pasien dengan sakit berat
/ kritis
Perawat:
 Minimal 2 tahun bekerja di ICU
 Keterampilan bantuan hidup dasar
dan lanjut
 Harus mengikuti pelatihan untuk
transfer pasien dengan sakit berat
/ kritis
(lengkapnya lihat Lampiran 1)

2. Kompetensi SDM untuk transfer antar rumah sakit

Pasien Petugas keterampilan yang dibutuhkan Peralatan Utama dan


pendamping Jenis Kendaraan
(minimal)
Derajat 0 petugas ambulan Bantuan hidup dasar (BHD) Kendaraan High
Dependency Service
(HDS)/ Ambulan
Derajat 0,5 (orang petugas ambulan Bantuan hidup dasar Kendaraan HDS/
tua/delirium) dan paramedis Ambulan
Derajat 1 Petugas ambulan  Bantuan hidup dasar  Kendaraan HDS/
dan perawat  Pemberian oksigen Ambulan
 Pemberian obat-obatan  Oksigen
 Kenal akan tanda deteriorasi  Suction
 Keterampilan perawatan  Tiang infus portabel
trakeostomi dan suction  Infus pump dengan
baterai
 Oksimetri
Derajat 2 Dokter, perawat,dan  Semua ketrampilan di atas,  Ambulans EMS
petugas ambulans ditambah; Mercedes 515
 Penggunaan alat pernapasan  Semua peralatan di
 Bantuan hidup lanjut atas, ditambah;
 Penggunaan kantong pernapasan  Monitor EKG dan
(bag-valve mask) tekanan darah
 Penggunaan defibrillator  Defibrillator bila
86 RSMM INDRAMAYU

 Penggunaan monitor intensif diperlukan


Derajat 3 Dokter, perawat, Dokter:  Ambulans lengkap/
dan petugas  Minimal 6 bulan pengalaman AGD 118
ambulan mengenai perawatan pasien  Monitor ICU portabel
intensif dan bekerja di ICU yang lengkap
 Keterampilan bantuan hidup dasar  Ventilator dan
dan lanjut peralatan transfer
 Keterampilan menangani yang memenuhi
permasalahan jalan napas dan standar minimal.
pernapasan, minimal level ST 3
atau sederajat.
 Harus mengikuti pelatihan untuk
transfer pasien dengan sakit berat
/ kritis
Perawat:
 Minimal 2 tahun bekerja di ICU
 Keterampilan bantuan hidup dasar
dan lanjut
 Harus mengikuti pelatihan untuk
transfer pasien dengan sakit berat
/ kritis
(lengkapnya lihat Lampiran 1)

F. Pemantauan, Obat-Obatan, Dan Peralatan Selama Transfer Pasien Kritis

1. Pasien dengan kebutuhan perawatan kritis memerlukan pemantauan selama proses


transfer.
2. Standar pelayanan dan pemantauan pasien selama transfer setidaknya harus sebaik
pelayanan di Rumah Sakit/ Rumah Sakit tujuan.
3. Peralatan pemantauan harus tersedia dan berfungsi dengan baik sebelum transfer
dilakukan. Standar minimal untuk transfer pasien antara lain:
a. Kehadiran petugas yang kompeten secara kontinu selama transfer
b. EKG kontinu
c. Pemantauan tekanan darah (non-invasif)
d. Saturasi oksigen (oksimetri denyut)
e. Terpasangnya jalur intravena
87 RSMM INDRAMAYU

f. Terkadang memerlukan akses ke vena sentral


g. Peralatan untuk memantau cardiac output
h. Mempertahankan dan mengamankan jalan napas
i. Pemantauan temperatur pasien secara terus-menerus (untuk mencegah terjadinya
hipotermia atau hipertermia)1
4. Pengukuran tekanan darah non-invasif intermiten, sensitif terhadap gerakan dan tidak dapat
diandalkan pada mobil yang bergerak. Selain itu juga cukup menghabiskan baterai monitor.
5. Pengukuran tekanan darah invasif yang kontinu (melalui kanula arteri) disarankan.
6. Idealnya, semua pasien derajat 3 harus dipantau pengukuran tekanan darah secara invasif
selama transfer (wajib pada pasien dengan cedera otak akut; pasien dengan tekanan darah
tidak stabil atau berpotensi menjadi tidak stabil; atau pada pasien dengan inotropik).
7. Kateterisasi vena sentral tidak wajib tetapi membantu memantau filling status (status
volume pembuluh darah) pasien sebelum transfer. Akses vena sentral diperlukan dalam
pemberian obat inotropic dan vasopressor.
8. Pemantauan tekanan intracranial mungkin diperlukan pada pasien-pasien tertentu.
9. Pada pasien dengan pemasangan ventilator, lakukan pemantauan suplai oksigen, tekanan
pernapasan (airway pressure), dan pengaturan ventilator.2
10. Tim transfer yang terlibat harus memastikan ketersediaan obat-obatan yang diperlukan,
antara lain: (sebaiknya obat-obatan ini sudah disiapkan di dalam jarum suntik)
a. Obat resusitasi dasar: epinefrin, anti-aritmia
b. Obat sedasi
c. Analgesik
d. Relaksans otot
e. Obat inotropik
11. Hindari penggunaan tiang dengan selang infus yang terlalu banyak agar akses terhadap
pasien tidak terhalang dan stabilitas brankar terjaga dengan baik.
12. Penggunaan tabung oksigen tambahan harus aman dan terpasang dengan baik.
13. Petugas transfer harus familiar dengan seluruh peralatan yang ada di ambulans.
14. Pertahankan temperature pasien, lindungi telinga dan mata pasien selama transfer.
15. Seluruh peralatan harus kokoh, tahan lama, dan ringan.
16. Peralatan listrik harus dapat berfungsi dengan menggunakan baterai (saat tidak
disambungkan dengan stop kontak/listrik).
88 RSMM INDRAMAYU

17. Baterai tambahan harus dibawa (untuk mengantisipasi terjadinya mati listrik)
18. Monitor yang portabel harus mempunyai layar yang jernih dan terang dan dapat
memperlihatkan elektrokardiogram (EKG), saturasi oksigen arteri, pengukuran tekanan
darah (non-invasif), kapnografi, dan temperatur.
19. Pengukuran tekanan darah non-invasif pada monitor portabel dapat dengan cepat
menguras baterai dan tidak dapat diandalkan saat terdapat pergerakan ekternal / vibrasi
(getaran).
20. Alarm dari alat harus terlihat jelas dan terdengar dengan cukup keras.
21. Semua peralatan harus terstandarisasi sehingga terwujudnya suatu proses transfer yang
lancar dan tidak adanya penundaan dalam pemberian terapi / obat-obatan.
22. Pencacatan tanda vital, pengukuran pada monitor, tatalaksana yang diberikan, dan
informasi klinis lainnya yang terkait dilengkapi selama transfer.
23. Pasien dipantau secara terus-menerus selama transfer dan dicatat di lembar pemantauan.

24. Monitor, ventilator, dan pompa harus terlihat sepanjang waktu oleh petugas dan harus
dalam posisi aman di bawah level pasien.

G. Pemilihan Metode Transfer antar Rumah Sakit untuk Pasien Kritis

1. Pemilihan metode transfer harus mempertimbangkan sejumlah komponen penting seperti di


bawah ini.
a. Derajat urgensi untuk melakukan transfer
b. Kondisi pasien
c. Faktor geografik
d. Kondisi cuaca
e. Arus lalu lintas
f. Ketersediaan / availabilitas
g. Area untuk mendarat di tempat tujuan
h. Jarak tempuh
2. Pilihan kendaraan untuk transfer pasien antara lain:
Jasa Ambulan Gawat Darurat
a. Siap sedia dalam 24 jam
89 RSMM INDRAMAYU

b. Perjalanan darat
c. Durabilitas: dengan pertimbangan petugas dan peralatan yang dibutuhkan dan
lamanya waktu yang diperlukan.
d. Kontak Ambulan Rumah Sakit MM Indramayu (0234)

H. Alat transportasi untuk transfer pasien antar rumah sakit


1. Mobil ambulan Rumah Sakit MM Indramayu dilengkapi soket listrik 12 V, suplai oksigen,
monitor, dan peralatan lainnya.
2. Peralatan di Ambulan
a. Suplai oksigen
b. Jarum suntik
c. Suction
d. Baterai cadangan
e. Syringe / infusion pumps (tinggi pompa sebaiknya tidak melebihi posisi pasien
f. Alat penghangat ruangan portabel (untuk mempertahankan temperatur pasien)
g. Alat kejut jantung (defibrillator)
3. Keputusan untuk menggunakan sirene diserahkan kepada supir ambulans. Tujuannya
adalah untuk memfasilitasi transfer yang lancar dan segera dengan akselerasi dan
deselerasi yang minimal.
4. Pendampingan oleh polisi dapat dipertimbangkan pada area yang sangat padat
penduduknya
5. Petugas harus tetap duduk selama transfer dan menggunakan sabuk pengaman.
6. Jika terdapat kegawatdaruratan medis dan pasien membutuhkan intervensi segera,
berhentikan ambulan di tempat yang aman dan lakukan tindakan yang diperlukan.

I. Dokumentasi dan Penyerahan pasien transfer antar rumah sakit


1. Lakukan pencatatan yang jelas dan lengkap dalam semua tahapan transfer, dan harus
mencakup:

a. Detail kondisi pasien


b. Alasan melakukan transfer
c. Nama konsultan yang merujuk dan menerima rujukan
90 RSMM INDRAMAYU

d. Status klinis pre-transfer


e. detail tanda vital, pemeriksaan fisik, dan terapi yang diberikan selama transfer
berlangsung
2. Pencatatan harus terstandarisasi antar-rumah sakit jejaring dan diterapkan untuk transfer
intra- dan antar-rumah sakit.
3. Rekam medis mengandung:
a. Resume singkat mengenai kondisi klinis pasien sebelum, selama, dan setelah transfer;
termasuk kondisi medis yang terkait, faktor lingkungan, dan terapi yang diberikan.
b. Data untuk proses audit. Tim transfer harus mempunyai salinan datanya.
4. Harus ada prosedur untuk menyelidiki masalah-masalah yang terjadi selama proses
transfer, termasuk penundaan transportasi.
5. Tim transfer harus memperoleh informasi yang jelas mengenai lokasi rumah sakit yang
dituju sebelum mentransfer pasien.
6. Saat tiba di rumah sakit tujuan, harus ada proses serah-terima pasien antara tim transfer
dengan pihak rumah sakit yang menerima (paramedis dan perawat) yang akan
bertanggungjawab terhadap perawatan pasien selanjutnya.
7. Proses serah-terima pasien harus mencakup pemberian informasi (baik secara verbal
maupun tertulis) mengenai riwayat penyakit pasien, tanda vital, hasil pemeriksaan
penunjang (laboratorium, radiologi), terapi, dan kondisi klinis selama transfer berlangsung.
8. Hasil pemeriksaan laboratorium, radiologi, dan yang lainnya harus dideskripsikan dan
diserahkan kepada petugas rumah sakit tujuan.
9. Setelah menyerahkan pasien, tim transfer dibebastugaskan dari kewajiban merawat pasien.

J. Komunikasi dalam Transfer Pasien Antar Rumah Sakit

1. Pasien (jika memungkinkan) dan keluarganya harus diberitahu mengenai alasan transfer
dan lokasi rumah sakit tujuan.
2. Memastikan bahwa rumah sakit tujuan dapat dan setuju untuk menerima pasien sebelum
dilakukan transfer.
3. Kontak pertama harus dilakukan oleh konsultan/ dokter penanggung jawab di kedua rumah
sakit, untuk mendiskusikan mengenai kebutuhan medis pasien.
91 RSMM INDRAMAYU

4. Untuk kontak selanjutnya, tunjuklah satu orang lainnya (biasanya perawat senior). Bertugas
sebagai komunikator utama sampai transfer selesai dilakukan.
a. Jika selama transfer terjadi pergantian jaga perawat yang ditunjuk, berikan penjelasan
mengenai kondisi pasien yang ditransfer dan lakukan penyerahan tanggung jawab
kepada perawat yang menggantikan.
b. Komunikator utama harus menghubungi pelayanan ambulan, jika ingin menggunakan
jasanya dan harus menjadi kontak satu-satunya untuk diskusi selanjutnya antara rumah
sakit dengan layanan ambulans.
c. Harus memberikan informasi terbaru mengenai kebutuhan perawatan pasien kepada
rumah sakit tujuan.
5. Tim transfer harus berkomunikasi dengan rumah sakit asal dan tujuan mengenai
penanganan medis yang diperlukan dan memberikan update perkembangannya.

3.4 TATALAKSANA PEMULANGAN DARI RUMAH SAKIT (DISCHARGE) DAN TINDAK


LANJUT

Pasien dinyatakan boleh pulang apabila keadaan pasien sudah memenuhi kriteria pasien
pulang.
Prosedur pemulangan pasien :

1. Dokter menginformasikan kepada pasien bahwa pasien boleh pulang


2. Dokter menginstruksikan kepada perawat bahwa pasien boleh pulang dan melengkapi:
a. Resume pulang medis
b. Surat istirahat sakit
c. Resep obat yang dibawa pulang
d. Surat kontrol
3. Perawat membuat resume pulang keperawatan dan melengkapi formulir yang telah dibuat oleh
dokter yang merawat.
4. Perawat melakukan pengecekan ulang mengenai tindakan-tindakan pelayanan yang telah
dilakukan.
5. Untuk pasien dengan jaminan kesehatan :
a. Perawat membuat perincian dan menginformasikan pelayanan yang telah dilakukan kepada
petugas administrasi
92 RSMM INDRAMAYU

b. Pihak administrasi verifikasi data dan jaminan pasien


c. Keluarga menyelesaikan administrasi dengan petugas penjamin.
d. Menyerahkan bukti penyelesaian administrasi penjamin kepada perawat yang bertugas
6. Untuk pasien umum :
a. Perawat membuat perincian dan menginformasikan pelayanan yang telah dilakukan kepada
petugas administrasi
b. Pihak administrasi verifikasi data.
c. Petugas administrasi menginformasikan total biaya rawat inap kepada pasien/keluarga
pasien
d. Keluarga pasien mengurus pembayaran di kasir
e. Menyerahkan bukti pembayaran kepada perawat yang bertugas
7. Perawat memberikan surat pulang, obat, dan edukasi kepada pasien.
8. Perawat mengantar pasien sampai ke tempat penjemputan bila diperlukan

3.4.1 Prosedur pemulangan pasien Atas Permintaan Sendiri (APS)


Kebijakan :

Semua pasien yang pulang atas permintaan sendiri tetap diberikan informasi mengenai
penyakitnya, perawatan dan pengobatan serta alternatif tindakan yang diperlukan.

1. Perawat menerima permintaan pulang dari pasien.


2. Perawat menghubungi DPJP dan memberitahukan bahwa pasien atau keluarga mempunyai
keinginan untuk pulang atas keinginan sendiri.
3. Pasien/keluarga diberikan penjelasan tentang kondisi pasien serta risiko yang terjadi
apabila pasien diajak pulang sebelum diijinkan oleh dokter yang merawat.
4. Penjelasan dilakukan oleh DPJP/Dokter Jaga dengan didampingi oleh perawat yang
bertugas pada saat itu di ruangan.
5. Pasien/keluarga yang berwenang mengisi surat penolakan tindakan yang isinya penolakan
terhadap perawatan di rumah sakit dan dengan jelas menuliskan alasan penolakan pada
tempat yang tersedia.
6. DPJP/Dokter Jaga memberikan penjelasan bahwa pasien tetap bisa kembali untuk
melanjutkan perawatan ataupun kontrol ke Rumah sakit Rumah Sakit MM Indramayu
7. Mempersiapkan administrasi pasien yang dilakukan oleh petugas administrasi rumah sakit.
93 RSMM INDRAMAYU

8. DPJP membuat resume pulang dan menyerahkannya kepada keluarga pasien.


9. Perawat melepaskan semua peralatan medis yang masih dipakai pasien setelah pasien
(keluarga) menyerahkan bukti pembayaran administrasi
10. Perawat menggunting gelang pasien dan menyimpannya di status pasien
11. Memberitahukan kepada keluarga pasien untuk berobat ke dokter langganan atau dokter
keluarga.

3.4.2 Prosedur pemulangan pasien diluar jam kerja


Kebijakan :
Pasien diperlakukan sebagai subyek hukum yang mempunyai kepentingan kemanusiaan
1. Pada saat pasien akan pulang, perawat membuat perincian yang berisi semua data
tindakan dan jumlah tagihan yang dikenakan terhadap pasien,
2. Penanggung jawab shift melengkapi : resume pulang dan resume keperawatan.
3. Untuk pasien dengan jaminan bisa langsung pulang setelah mendapat ijin dan menerima
resume pulang.
4. Untuk pasien umum tetap dapat menghubungi kasir RS MM Indramayu dan menyelesaikan
administrasi keuangan di luar jam kerja, dan dapat pulang setelah bukti administrasi
diselesaikan dan menerima resume pulang.

3.4.3 Prosedur cuti perawatan


Kebijakan :
Pasien diperlakukan sebagai subyek hukum yang mempunyai kepentingan kemanusiaan.
1. Perawat menerima formulir permintaan dari pasien untuk keluar rumah sakit dalam waktu
sementara/cuti perawatan dengan didampingi oleh penanggungjawabnya.
2. Perawat memeriksa formulir permintaan cuti perawatan.
3. Perawat melaporkan pada DPJP tentang permintaan pasien/keluarga.
4. Dokter DPJP memberikan informasi kepada pasien dan keluarga mengenai ijin sementara
karena masih perlu perawatan lanjut
5. Dokter DPJP memastikan bahwa kondisi pasien tersebut layak untuk keluar rumah sakit
sesuai dengan waktu yang dibutuhkan.
6. Dokter melengkapi catatan medis tentang kondisi terakhir pasien dengan disertai contact
person.
94 RSMM INDRAMAYU

7. Pasien atau keluarga melakukan deposit sebesar perkiraan biaya perawatan sebelumnya
serta biaya ambulance selama ijin pulang sementara. (jika pasien swasta).
8. DPJP dan Kepala Ruangan menandatangani surat cuti perawatan.
9. Formulir permohonan cuti dari pasien/keluarga disimpan dalam rekam medis pasien.
10. Pasien diberikan batas waktu :
Kasus Medik dan Bedah paling lama 3 hari.
11. Apabila setelah batas waktu yang ditentukan, pasien belum kembali ke rumah sakit, maka
perawat menghubungi pasien melalui contact person dan memberikan penjelasan kepada
pasien/yang bertanggung jawab terhadap pasien.
12. Apabila setelah diberi penjelasan oleh perawat tetapi pasien tetap tidak bersedia kembali ke
rumah sakit maka perawat menghubungi dokter DPJP (via telpon)
13. DPJP memberi penjelasan kepada pasien/yang bertanggung jawab terhadap pasien (via
telpon)
14. Setelah diberikan penjelasan oleh DPJP, kalau pasien/yang bertanggung jawab keluarga
tetap menolak kembali ke rumah sakit, maka pasien diminta untuk menandatangani form
penolakan tindakan (melanjutkan perawatan) dinyatakan pulang atas permintaan sendiri.

3.4.4 Prosedur resume pasien


Kebijakan :
Semua pasien yang pulang perawatan dari Rumah Sakit MM Indramayu sudah dibuatkan
resume medis
1. Setiap pasien rawat inap yang akan pulang, diberikan resume medis.
2. Pasien rawat inap yang memerlukan pelayanan dan pengobatan berkelanjutan. Misalnya:
pasien yang akan dirujuk ke rumah sakit lain pasien yang membutukan perawatan rutin di
rumah dan dilakukan oleh dokter atau perawat setempat, dan lain-lain.
3. Resume medis untuk kepentingan pasien dengan pihak ke 3, misalnya klaim asuransi
4. Sebelum pasien rawat inap pulang, DPJP wajib mengisi lembar resume rawat inap/resume
pulang,
a. Alasan masuk rumah sakit, diagnosis dan komorbiditas.
b. Temuan kelainan fisik dan lainnya yang penting.
c. Prosedur diagnostik dan terapetik yang telah dilakukan.
95 RSMM INDRAMAYU

d. Medikamentosa termasuk obat waktu pulang (yaitu, semua obat-obatan untuk diminum
di rumah).
e. Status kondisi pasien waktu pulang.
f. Instruksi follow-up / tindak lanjut
5. Setelah mengisi asuhan pasien secara lengkap DPJP menulis tanggal pembuatan resume
pulang dan menandatangani lembar resume tersebut.
6. Lembar resume pulang yang telah diisi dan ditandatangani oleh DPJP dibuat rangkap 4,
yang masing-masing :
a. Diberikan pada pasien
b. disimpan di dalam berkas rekam medis pasien.
c. Diberikan pada penjamin kesehatan pasien
d. jika diperlukan salinan untuk pelayanan berkelanjutan maka salinan resume medis
juga diberikan kepada praktisi kesehatan yang akan bertanggung jawab atas
pelayanan berkelanjutan bagi pasien atau tindak lanjutnya dan atau praktisi kesehatan
perujuk.
7. Resume medis pasien pulang harus dilengkapi dan disimpan dalam rekam medis dalam
waktu 1x 24 jam.
8. Resume pasien berisi tentang :
a. Alasan masuk rumah sakit dan diagnosis
b. Temuan kelainan fisik dan lainnya yang penting
c. Prosedur diagnostik dan terapetik yang telah dilakukan
d. Medikamentosa termasuk obat waktu pulang (yaitu semua obat-obatan yang diminum
di rumah).
e. Penulisan obat waktu dirawat.
f. Status atau kondisi pasien waktu pulang.
g. Instruksi follow-up / tindak lanjut

3.5 TATALAKSANA RUJUKAN PASIEN

3.5.1 Prosedur Merujuk Pasien


Prosedur Klinis :
96 RSMM INDRAMAYU

1. Petugas melakukan anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang untuk


menentukan diagnosa utama dan diagnosa banding.
2. Petugas mengisi rekam medis pasien sesuai dengan hasil asesmen yang dilakukan.
3. Petugas menstabilkan kondisi pasien sehingga transportable atau memungkinkan
untuk dipindahkan.
4. Jika kondisi pasien tidak transportable, maka petugas memberikan informasi jika tidak
mungkin dilakukan rujukan.
5. Petugas memutuskan dilakukannya rujukan dan menghubungi rumah sakit tujuan
rujukan.
6. Petugas memastikan rumah sakit penerima dapat memenuhi kebutuhan pelayanan
pasien.
7. Jika seluruh Rumah Sakit yang dihubungi penuh, maka pasien akan tetap dirawat di
RS MM Indramayu dengan segala risikonya, tercatat dan ditandatangani oleh
pasien/keluarga.
8. Petugas pendamping pasien sesuai dengan kriteria pasien yang dirujuk.
9. Proses transfer pasien ke rumah sakit tujuan rujukan sesuai dengan SPO transfer
eksternal.
10. Petugas pendamping pasien melakukan serah terima dengan petugas di rumah sakit
tujuan rujukan.

Prosedur Administratif :
1. Dilakukan setelah pasien diberikan tindakan pra-rujukan.
2. Mengisi rekam medis pasien sesuai dengan hasil asesmen yang dilakukan.
3. Memberikan informed consent (persetujuan/penolakan rujukan).
4. Membuat surat rujukan pasien rangkap 2.
5. Lembar pertama dikirim ke tempat rujukan bersama pasien yang bersangkutan. Lembar
kedua disimpan sebagai arsip.
6. Menyiapkan sarana transportasi dan sedapat mungkin menjalin komunikasi dengan tempat
tujuan rujukan.
7. Pengiriman pasien ini sebaiknya dilaksanakan setelah diselesaikan administrasi yang
bersangkutan.
97 RSMM INDRAMAYU

3.5.2 Prosedur Merujuk dalam Kondisi Khusus


Kondisi khusus dibagi 3 :
1. Pasien Atas Permintaan Sendiri (APS) rujuk dengan terpasang alat kesehatan
2. Pasien APS rujuk tanpa terpasang alat kesehatan
3. Pasien dirujuk dengan penyakit menular

Prosedur merujuk pasien APS rujuk dengan terpasang alat kesehatan


1. Keluarga pasien dan atau pasien atas inisiatif sendiri meminta untuk dirujuk ke Rumah
Sakit yang lain terkait berbagai alasan.
2. Petugas melakukan anamnesa, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang untuk
menentukan diagnosa utama dan diagnosa banding.
3. Petugas mengisi rekam medis pasien sesuai dengan hasil asesmen yang
dilakukan.
4. Petugas menstabilkan kondisi pasien sehingga dapat dipindahkan atau transportable.
5. Jika kondisi pasien tidak transportable, maka petugas memberikan informasi jika tidak
mungkin dilakukan rujukan.
6. Petugas memutuskan dilakukannya rujukan dan menghubungi rumah sakit tujuan
rujukan.
7. Petugas memastikan rumah sakit penerima dapat memenuhi kebutuhan
pelayanan pasien.
8. Jika seluruh Rumah Sakit yang dihubungi penuh, maka pasien akan tetap dirawat di
Rumah Sakit MM Indramayu dengan segala risikonya.
9. Petugas pendamping pasien sesuai dengan kriteria pasien yang dirujuk.
10. Proses transfer pasien ke rumah sakit tujuan rujukan sesuai dengan SPO transfer
ekstemal.
11. Petugas pendamping pasien melakukan serah terima dengan petugas di rumah sakit
tujuan rujukan.

Prosedur pasien APS rujuk tanpa terpasang alat kesehatan


1. Keluarga pasien dan atau pasien atas inisiatif sendiri meminta untuk dirujuk ke Rumah Sakit
yang lain terkait berbagai alasan.
98 RSMM INDRAMAYU

2. Petugas melakukan anamnesa, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang untuk


menentukan diagnosa utama dan diagnosa banding.
3. Petugas mengisi rekam medis pasien sesuai dengan hasil asesmen yang
dilakukan.
4. Petugas menstabilkan kondisi pasien sehingga transportable.
5. Jika kondisi pasien tidak transportable, maka petugas memberikan informasi jika tidak
mungkin dilakukan rujukan.
6. Petugas memutuskan dilakukannya rujukan dan menghubungi rumah sakit tujuan rujukan.
7. Petugas memastikan rumah sakit penerima dapat memenuhi kebutuhan pelayanan pasien.
8. Jika seluruh Rumah Sakit yang dihubungi penuh, maka pasien akan tetap dirawat di RS MM
Indramayu dengan segala risikonya.
9. Keluarga pasien atau pasien memilih untuk berangkat sendiri menggunakan kendaraan
pribadi.
10. Dokter dan perawat memberikan edukasi tentang kondisi pasien.
11. Perawat melepas alat kesehatan yang terpasang pada pasien.
12. Pasien berangkat dengan kendaraan pribadi setelah menyelesaikan administrasi di Rumah
Sakit.

Prosedur rujuk pasien dengan penyakit menular


1. Petugas melakukan anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang untuk
menentukan diagnosis utama dan diagnosis banding.
2. Petugas mengisi rekam medis pasien sesuai dengan hasil asesmen yang dilakukan.
3. Petugas menstabilkan kondisi pasien sehingga transportable.
4. Jika kondisi pasien tidak transportable, maka petugas memberikan informasi jika tidak
mungkin dilakukan rujukan.
5. Memutuskan dilakukannya rujukan dan menghubungi rumah sakit tujuan rujukan dan
memberitahukan bahwa pasien yang dirujuk adalah pasien dengan penyakit menular.
6. Petugas memastikan rumah sakit penerima dapat memenuhi kebutuhan pelayanan pasien.
7. Jika seluruh Rumah Sakit yang dihubungi penuh, maka pasien akan tetap dirawat di RS MM
Indramayu dengan segala risikonya.
8. Petugas pendamping pasien sesuai dengan kriteria pasien yang dirujuk.
9. Proses transfer pasien ke rumah sakit tujuan rujukan sesuai dengan SPO transfer eksternal.
99 RSMM INDRAMAYU

10. Petugas pendamping menggunakan APD sesuai ketentuan Rumah Sakit


11. Petugas pendamping pasien melakukan serah terima dengan petugas di rumah sakit tujuan
rujukan dengan memberitahukan kondisi penyakit menular pasien.

Prosedur Administratif :
1. Dilakukan setelah pasien diberikan tindakan pra-rujukan.
2. Mengisi rekam medis pasien sesuai dengan hasil asesmen yang dilakukan.
3. Memberikan informed consent (persetujuan/penolakan rujukan).
4. Membuat surat rujukan pasien rangkap 2. Lembar pertama dikirim ke tempat rujukan bersama
pasien yang bersangkutan. Lembar kedua disimpan sebagai arsip.
5. Menyiapkan sarana transportasi dan sedapat mungkin menjalin komunikas dengan tempat tujuan
rujukan.
6. Pengiriman pasien ini sebaiknya dilaksanakan setelah diselesaikan administrasi yang
bersangkutan.

3.5.3 Prosedur Menerima Rujukan Pasien


Prosedur Klinis :
1. Segera menerima dan melakukan serah terima dengan petugas yang merujuk.
2. Melakukan prosedur triase.
3. Segera melakukan stabilisasi pasien.
4. Setelah stabil, meneruskan pasien ke ruang perawatan elektif untuk
perawatan selanjutnya atau meneruskan ke sarana kesehatan yang lebih mampu untuk
dirujuk lanjut.
5. Melakukan monitoring dan evaluasi kemajuan klinis pasien.

Prosedur Administratif :
1. Menerima, meneliti dan menandatangani surat rujukan pasien yang telah diterima untuk
ditempelkan di status rekam medis pasien
2. Mengisi rekam medis pasien sesuai dengan hasil asesmen yang dilakukan.
3. Membuat informed consent (persetujuan/penolakan tindakan, persetujuan rawat inap atau
pulang paksa).
100 RSMM INDRAMAYU

4. Segera memberikan informasi kepada petugas yang merujuk dan/atau keluarga pasien
tentang rencana pelayanan yang akan dilakukan terhadap pasien.
5. Apabila tidak sanggup menangani, maka harus merujuk ke RSU yang lebih mampu dengan
membuat surat rujukan pasien rangkap 2 kemudian surat rujukan yang asli dibawa bersama
pasien, prosedur selanjutnya sama seperti prosedur merujuk pasien.

3.5.4 Prosedur Membalas Rujukan Pasien


Prosedur Klinis :
1. Fasilitas pelayanan kesehatan yang menerima rujukan wajib
mengembalikan pasien ke fasilitas pelayanan kesehatan pengirim setelah dilakukan proses
antara lain :
a. Sesudah pemeriksaan medis, diobati dan dirawat tetapi penyembuhan selanjutnya
perlu di follow up oleh fasilitas pelayanan kesehatan pengirim.
b. Sesudah pemeriksaan medis, diselesaikan tindakan kegawatan klinis, tetapi
pengobatan dan perawatan selanjutnya dapat dilakukan di fasilitas pelayanan
kesehatan pengirim.

K. Melakukan pemeriksaan fisik dan mendiagnosa bahwa kondisi pasien sudah memungkinkan
untuk keluar dari perawatan dalam keadaan:
a. Sehat atau sembuh.
b. Sudah ada kemajuan klinis dan boleh rawat jalan.
c. Belum ada kemajuan klinis dan harus dirujuk ke tempat lain.
d. Pasien sudah meninggal

L. Fasilitas pelayanan kesehatan yang menerima rujukan pasien harus


memberikan laporan/informasi medis/balasan rujukan kepada fasilitas pelayanan kesehatan
pengirim pasien mengenai kondisi klinis terahir pasien apabila pasien keluar dari fasilitas
pelayanan kesehatan tersebut.
101 RSMM INDRAMAYU

Prosedur Administratif :
1. Fasilitas pelayanan kesehatan yang merawat pasien berkewajiban memberi surat balasan
rujukan untuk setiap pasien rujukan yang pemah diterimanya kepada fasilitas pelayanan
kesehatan yang mengirim pasien yang bersangkutan.
2. Surat balasan rujukan dapat dititipkan melalui keluarga pasien yang bersangkutan dan
sedapat mungkin dipastikan bahwa informasi balik tersebut diterima petugas kesehatan yang
dituju.
3. Semua fasilitas pelayanan kesehatan wajib mengisi format pencatatan dan pelaporan.
3.5.5 Prosedur Menerima Balasan Rujukan Pasien
Prosedur Klinis :
i. Memperhatikan anjuran tindakan yang disampaikan oleh fasilitas pelayanan
kesehatan yang terakhir merawat pasien tersebut.
ii. Metakukan tindak lanjut atau perawatan kesehatan masyarakat dan memantau
(follow up) kondisi klinis pasien sampai sembuh.
Prosedur Administratif :
1 Meneliti isi surat balasan rujukan dan mencatat informasi tersebut di buku register pasien
rujukan, kemudian menyimpannya pada rekam medis pasien yang bersangkutan dan
memberi tanda tanggal/jam telah ditindaklanjuti.
2 Segera memberi kabar kepada fasilitas pelayanan kesehatan pengirim bahwa surat
balasan rujukan telah diterima.

Rujukan dari Masyarakat


Masyarakat dapat mendatangi Poskesdes, kader Kesehatan, posyandu, Upaya Kesehatan Kerja
(UKK) untuk mendapatkan pertolongan pertama terhadap sakit yang dideritanya. Apabila
kasusnya memerlukan tindakan lebih lanjut, maka dapat dirujuk ke Pelayanan Kesehatan Tingkat
Pertama (PPK I).

Rujukan pada Pelayanan Kesehatan Tingkat Pertama


Pasien datang berobat pada PPK I karena kesadaran sendiri ataupun berasal dari
kiriman/rujukan yang dilakukan Poskesdes, Posyandu, Kader Kesehatan maupun UKK. Apabila
ternyata setelah dilakukan serangkaian pemeriksaan harus dirujuk, maka rujukan dapat ditujukan
102 RSMM INDRAMAYU

ke fasilitas pelayanan kesehatan tingkat kedua sesuai dengan kebutuhan pelayanan medis
pasien tersebut.

Rujukan pada Pelayanan Kesehatan Tingkat Kedua


Pasien dapat berobat ke fasilitas Pelayanan Kesehatan Tingkat Kedua setelah mendapatkan
rujukan dari Pelayanan Kesehatan Tingkat Pertama. Apabila temyata setelah dilakukan
serangkaian pemeriksaan kedokteran pasien harus dirujuk, maka rujukan dapat ditujukan ke
fasilitas Pelayanan Kesehatan Tingkat Ketiga sesuai pertimbangan kebutuhan pelayanan medis
pasien tersebut.

Rujukan pada Pelayanan Kesehatan Tingkat Ketiga


Pasien pada pelayanan kesehatan tingkat ketiga adalah pasien yang dirujuk dari fasilitas
pelayanan kesehatan jenjang di bawahnya yang memerlukan pelayanan medis pada fasiltas
Pelayanan Kesehatan Tingkat Ketiga.

3.6 TATALAKSANA TRANSPORTASI


3.6.1 Asesmen Transportasi
A. Asesmen Kebutuhan Transportasi
1. Perawat dan dokter mengkaji kondisi pasien yang akan pulang ataupun rujuk
apakah membutuhkan transportasi rumah sakit.
2. Dalam hal pemulangan pasien atau rujukan, bila dinilai aman untuk pasien dan
transportable dan pasien/keluarga membawa kendaraan sendiri, maka tidak
diperlukan transportasi ambulans rumah sakit

B. Asesmen Kebutuhan Obat dan Bahan Medis Habis Pakai


1. Perawat mengkaji kebutuhan akan obat-obat yang diperlukan pasien selama dalm
prose transfer ataupun dalam perjalanan pulang.
2. Kebutuhan obat-obatan life saving sudah terakomodir di dalam Emergency kit
3. Kebutuhan bahan medis habis pakai sudah terakomodir di dalam Emergency kit.

C. Asesmen Kebutuhan pasien akan alat kesehatan dan Peralatan Medis


103 RSMM INDRAMAYU

1. Perawat mengkaji kebutuhan pasien akan alat kesehatan dan alat-alat medis yang
diperlukan selama transport baik rujuk ataupun pulang, seperti branchard, scoop
stretcher, oxygen, dll.
2. Kebutuhan alat-alat medis tersebut dikomunikasikan dengan pihak pengelola
ambulans.

D. Pemeriksaan Kendaraan Ambulans


Pengecekan ambulans sebelum pemberangkatan baik untuk pasien pulang maupun rujuk
dilakukan dengan mengisi cek list ambulans, termasuk untuk pemenuhan pencegahan
infeksinya.
E. Pembersihan dan Dekontaminasi Ambulans
F. Mekanisme Penanganan Keluhan Pemakaian Ambulans
1. Keluhan bisa berasal baik dari pasien ataupun keluarga pengguna ambulance, baik
secara langsung (lisan) ataupun berupa isi dari kuesioner.
2. Keluhan bisa diterima oleh perawat maupun sopir.
3. Petugas yang menerima keluhan memberikan penjelasan semampunya kepada
pasien / keluarga.
4. Keluhan disampaikan ke unit yang terkait dengan sasaran keluhan untuk
ditindaklanjuti.
5. Apabila pasien/keluarga belum puas menerima penjelasan, maka keluhan diteruskan
kepada Pemasaran untuk kemudian ditindak lanjuti.
6. Semua proses didokumentasikan.

A. Tata Tertib Ambulans


1. Pada saat menuju tempat pasien boleh menggunakan sirine dan lampu rotator
2. Pada saat mengangkut pasien hanya boleh menggunakan lampu rotator
3. Semua peraturan lalu lintas harus ditaati;
4. Kecepatan maksimum 40 km/jam di jalan biasa dan 80 km/jam di jalan bebas hambatan;
5. Petugas membuat laporan keadaan penderita selama transportasi, yang disebut dengan
lembar catatan penderita yang mencakup identitas pasien, waktu dan keadaan penderita;
6. Petugas memakai seragam dengan identitas yang jelas ;
104 RSMM INDRAMAYU

7. Setelah selesai melakukan transportasi harus langsung menuju Rumah Sakit;


8. Penggunaan ambulans harus sesuai fungsi dari masing–masing ambulans
a. Ambulans Transport
Pengangkutan penderita yang tidak memerlukan perawatan khusus/tindakan darurat
untuk menyelamatkan nyawa dan diperkirakan tidak akan timbul kegawatan selama
dalam perjalanan
b. Ambulans Gawat Darurat
Pengangkutan penderita gawat darurat yang sudah distabilkan ke tempat pelayanan
definitif. Pasien memerlukan pengawasan medis khusus dan memungkinkan tindakan
resusitasi dalam perjalanan rujukan
9. Penggunaan ambulans untuk transportasi di luar ketentuan tersebut seperti antar jemput
dokter, atau perawat dan lain-lain harus mendapat persetujuan yang berwenang
10. Tarif pelayanan mengacu pada tarif pelayanan ambulans yang diberlakukan oleh rumah sakit.

B. Persiapan Pemeriksaan Ambulans


1. Mesin Mati
- Periksa seluruh bodi ambulans
- Periksa roda/ban tekanan, periksa adanya kerusakan atau robeknya pelek roda dan
bagian luar ban. Gunakan alat pengecek/meteran tekanan untuk memastikan semua ban
mengembang dengan tekanan tepat.
- Periksa spion dan jendela , cari kaca yang pecah dan longgar dan periksa apakah ada
bagian yang hilang. Pastikan spion bersih dan berada di posisi yang tepat sehingga
didapatkan lapang pandang yang maksimum.
- Periksa fungsi setiap pintu dan kunci
- Periksa bagian sistem pendingin, periksa jumlah freon/bahan pendingin. Periksa selang
pipa sistem pendingin dari kebocoran atau keretakan.
- Periksa jumlah cairan kendaraan termasuk minyak mesin, air radiator, pelumas, rem, air
aki dan pelumas stir. Periksa aki, jika aki tipenya aki basah yang biasa diisi ulang,
periksa jumlah cairannya. Jika aki tipenya aki kering, nilai keadaannya dengan memeriksa
portal indikator.
- Periksa portal indikator aki dan tanda-tanda korosi
105 RSMM INDRAMAYU

- Periksa kebersihan kabin termasuk dashboard


- Periksa fungsi jendela
- Tes fungsi klakson
- Tes fungsi sirine untuk jarak dengar maksimum.
- Periksa sabuk pengaman. Pastikan setiap sabuk tidak rusak. Tarik setiap sabuk dari
gulungannya untuk memastikan bahwa mekanisme reraktor bekerja dengan baik.
- Posisikan kursi pengemudi senyaman mungkin sehingga bisa mengendalikan setir dan
pedal dengan normal.
- Periksa jumlah bahan bakar bila perlu isi bahan bakar
2. Mesin Hidup
Nyalakan mesin dan keluarkan ambulans dari ruang penyimpanan dan pemeriksaan sebagai
berikut :
- Test fungsi indikator di dashboard untuk melihat apakah lampu indikator dapat
menyala dengan baik untuk menunjukan adanya kemungkinan masalah yang terjadi
pada tekanan oli, suhu mesin,atau sistem elektrik ambulans lainnya.
- Periksa meteran yang terletak di dashboard untuk pengoperasian ambulans yang
optimal.
- Test fungsi rem,injak rem kaki, catat apakah fungsi pedal rem sudah tepat atau
berlebihan. Periksa tekanan udara rem kaki jika dibutuhkan

- Tes rem parker (rem tangan). Pindahkan perseneling ke posisi mengemudi. Pindahkan
kembali perseneling ke posisi parkir segera setelah memastikan bahwa rem parkir
berfungsi dengan baik.

- Tes fungsi setir. Putar setir ke berbagai arah

- Periksa fungsi alat penyapu kaca (wiper) depan dan alat penyucinya (washer).

- Test fungsi lampu ambulans lainnya.

- Periksa fungsi perlengkapan pemanas dan pendingin baik di kompertemen pengemudi


maupun kompatemen pasien.
- Periksa cairan perseneling
106 RSMM INDRAMAYU

- Periksa perlengkapan komunikasi. Operasikan perlengkapan komunikasi dan lakukan


uji radio portebel dan demikian pula dengan radio terfiksir serta alat komunikasi radio
telepon lain.
Untuk memudahkan pemeriksaan dapat juga menggunakan akronim (EWAGON)
- Engine : Periksa mesin baik/tidak
- Water : Periksa air radiator, wiper, air cadangan radiator, air accu
sesuai dengan petunjuk pemakaian
- Air : Periksa tekanan udara ban cukup atau tidak , AC dan
blower berfungsi baik atau tidak
- Gas : Periksa bahan bakar minyak (solar/ premium) sesuai
petunjuk pemakaian atau tidak
- Oil : Periksa indikator oli mesin dan minyak rem sesuai
petunjuk pemakaian
- Noise : Dengarkan suara mesin normal atau tidak
- Electrical System : Periksa dan lihat lampu dekat, lampu jauh, sign hazar,
rotator. Sirine, lampu kabin depan dan belakang dan
lampu- lampu indikator menyala/tidak atau pecah/tidak
- Body : Periksa seluruh bodi mobil bersih dan mulus, ada
kerusakan/tidak
- Alat Penunjang : Periksa toolkit, dongkrak, ban serep, triangle hazard dan
APAR tersedia pada tempatnya
- Kondisi Ban : Periksa kondisi ban mobil, kembang ban baik atau sudah
gundul, apakah retak atau sobek
- Sabuk Pengaman : Pemeriksaan dan coba sabuk pengaman masih dalam
kondisi baik atau tidak, kain sabuk pengaman sobek atau
tidak

3. Pemeriksaan persediaan dan perlengkapan kompartemen pasien


- Periksa tekanan tabung O2
- Periksa semua perlengkapan oksigen dan ventilasi berfungsi dengan baik
- Bersihkan debu dan cari tanda – tanda karat pada alat rescue
- Nyalakan semua peralatan bertenaga accu untuk memastikan kinerjanya
107 RSMM INDRAMAYU

- Lakukan pemeriksaan tambahan pada alat khusus seperti monitor pasien, suction electric
dan AED (Automated External Defibrillation)
- Lengkapi laporan pemeriksaan, perbaiki kerusakan, ganti barang-barang yang hilang
- Bersihkan kompartmen untuk menghindarai resiko infeksi

4. Standar Kelengkapan Alat Ambulans Gawat Darurat (Advance)


a. Alat Non Medis
1 Kunci Inggris Ada/Tidak
2 Alat Kebersihan Lengkap/Tidak
3 Alat Tenun Bersih/Kotor
4 Administrasi dan Dokumentasi Ada/Tidak
5 Alat Komunikasi Baik/Rusak
6 Alat Teknik Untuk ambulance Lengkap/Tidak
7 Alat Perlindungan Diri (APD) Lengkap/Tidak

b. Alat Medis
1 Airway Lengkap/Tidak
2 Breathing Lengkap/Tidak
3 Circulation Lengkap/Tidak
4 Alat Pelindung Diri Lengkap/Tidak

c. Penunjang Evakuasi dan Transportasi


1 Stretcher Baik/Rusak
2 Scope Stretcher Baik/Rusak
3 Safety Belt Baik/Rusak
4 Long Spine Board Baik/Rusak
5 Neck Collar, Spalk Baik/Rusak
6 CPR Board Baik/Rusak

5. Mengoperasikan Ambulans
a. Syarat Pengemudi Ambulans
- Sehat secara fisik
- Sehat secara mental
- Bisa mengemudi dibawah tekanan
- Memiliki keyakinan positif atas kemampuan diri
108 RSMM INDRAMAYU

- Bersikap toleran selalu ingat bahwa pengemudi lain akan bereaksi berbeda ketika
mengetahui kendaraan gawat darurat
- Tidak dalam pengaruh obat-obatan berbahaya, terlarang dan obat penenang
- Mempunyai SIM yang masih berlaku
- Jika dibutuhkan, kacamata dan lensa kontak harus selalu dipakai
- Evaluasi keadaan diri sendiri berdasarkan respon terhadap tekanan, kelelahan dan
rasa kantuk
- Mempunyai sertifikat BHD

b. Operasional Ambulans
- Setiap hari ambulans yang disiapkan untuk operasional berjumlah 4 buah
- Penentuan layak tidaknya ambulans untuk operasional ditentukan oleh koordinator
ambulans dan penanggung jawab medis ambulans dengan memperhatikan ceklist
yang dibuat oleh perawat atau sopir

c. Aturan di Jalan
Ambulans memiliki hak-hak khusus saat menggunakan jalan, jika digunakan untuk respon
gawat darurat. Hak-hak khusus tidak berlaku jika tidak dalam respon gawat darurat.
Menurut UU No. 22 Tahun 2009 pasal 134, pengguna jalan yang memperoleh hak utama
untuk didahulukan sesuai dengan urutan berikut :
1) Kendaraan pemadam kebakaran yang sedang melaksanakan tugas
2) Ambulans yang mengangkut orang sakit
3) Kendaraan yang memberikan pertolongan pada kecelakaan lalu lintas
4) Kendaraan pimpinan lembaga Negara Republik Indonesia
5) Kendaran pimpinan dan pejabat Negara Asing serta lembaga internasional yang
menjadi tamu negara
6) Iring-iringan pengantar jenazah
7) Konvoi dan atau kendaraan untuk kepentingan tertentu menurut pertimbangan petugas
Kepolisian Negara Republik Indonesia
109 RSMM INDRAMAYU

8) Respon gawat darurat ini harus ditunjukkan dengan menghidupkan alat peringatan
(warning device) berupa sirine dan lampu rotator. Sebagaimana bunyi UU No 22 tahun
2009
9) Resiko kecelakan tetap ada, sehingga pengemudi tetap harus memiliki kewaspadaan
tinggi, mempedulikan keselamatan pengemudi lain dan tidak ceroboh.

10) Hak-hak khusus itu meliputi :


- Memarkir kendaran dimanapun selama tidak membahayakan orang lain dan tidak
merusak hak milik orang lain
- Melewati lampu merah dan tanda berhenti lain
- Melewati batas kecepatan maksimum yang diperbolehkan selama tidak
membahayakan nyawa orang lain
- Mendahului kendaraan lain di daerah larangan, mendahului setelah memberi
sinyal yang tepat, memastikan jalur aman dan menghindari hal-hal yang dapat
membahayan nyawa dan harta benda
- Mengabaikan arah jalur dan aturan belokan setelah memberi sinyal yang tepat
d. Penggunaan Alat Peringatan (Warning Device)
Alat peringatan bukanlah segalanya, penelitian membuktikan bahwa pengemudi lain tidak
melihat rotator atau mendengar sirine sampai jarak antara 15 – 30 meter.
e. Sirine
- Sirine adalah alat peringatan audio
- Gunakan sirine dengan bijak dan hanya ketika perlu. Sirine hanya digunakan saat
respon gawat darurat.Suara sirine dapat menambah rasa takutdan cemas pasien.Jika
terlalu sering digunakan, pengemudi lain cenderung tidak memberi jalan karena
dianggap sebagai penyalah gunaan.
- Selalu waspada meski sudah membunyikan sirine. Adanya bangunan, pepohonan,
semak belukar dan radio tape dapat menghalangi bunyi sirine.
- Selalu waspada terhadap manuver aneh pengemudi lain yang menjadi panik karena
mendengar suara sirine.
- Jangan membunyikan sirine secara tiba–tiba di dekat kendaraan lain, gunakan klakson
- Jangan menggunakan sirine untuk menakut nakuti orang
f. Lampu Rotator
110 RSMM INDRAMAYU

- Berdasarkan UU No 22 tahun 2009 tentang lalu lintas dan angkutan jalan pasal 59
ayat 5.
- Lampu–lampu isyarat yang digunakan ambulance adalah berwarna merah
- Rotator, lampu peringatan dan semua lampu lain harus dinyalakan pada respon gawat
darurat
g. Kecepatan Dan Keselamatan
- Kecepatan yang berlebihan dapat meningkatkan kemungkinan terjadinya tabrakan.
- Kecepatan yang tinggi membutuhkan jarak yang lebih panjang untuk berhenti
- Pastikan pengemudi dan semua penumpang menggunakan sabuk pengaman saat
ambulans berjalan.
h. Kendaraan Pengiring Dan Forwarder
- Keadaan iring-iringan kendaran meningkatkan resiko kecelakaan karena jarak yang
terlalu dekat, berhenti mendadak dan respon pengemudi lain.
- Sistem EMS tidak merekomendasikan iring–iringan ambulans dengan kendaraan lain
kecuali lokasi tujuan tidak diketahui.
i. Jalur Alternatif
- Perkiraan waktu sampai tujuan harus diketahui dengan baik, sehingga pertimbangan
untuk mencari jalur alternatif dapat segera di buat.
- Dapatkan peta detail wilayah pelayanan untuk segera mencari jalur alternatif.
j. Posisi Parkir Di Lokasi Kejadian/Bencana
- Lakukan penilaian lokasi kejadian dengan cepat termasuk menentukan area
bahayadan jalur evakuasi.
- Ambulans diparkir sekurangnya 30 meter dari lokasi kejadian. Jika ada tanda bahaya
seperti nyala api atau kebocoran cairan dan asap. Jika tidak ada tanda bahaya
ambulans di parkir sekurangnya 15 meter.
- Rem tangan harus ditarik dan sebaiknya ditambah pengganjal roda
- Jika ada kendaraan penolong yang pertama datang parkir di belakang lokasi kejadian
(dari arah datang). Sehingga lampu peringatan kita dapat memperingatkan kendaraan
lain yang mendekat sebelum tanda lain diletakkan
- Jika lokasi kejadian telah diamankan, parkirlah di depan lokasi kejadian untuk
mencegah ambulans anda tertabrak arus lalu lintas dari belakang.
111 RSMM INDRAMAYU

- Ambulans sebaiknya tidak berjalan mundur, tetapi jika terpaksa harus ada orang lain
yang memandu, karena pengemudi ambulans memiliki keterbatasan pandangan
kearah belakang.
k. Memindahkan Pasien Ke Ambulans
- Pasien harus sudah di periksa kondisinya, dilakukan prosedur penanganan gawat
darurat jika dibutuhkan, distabilisasi dan kemudian baru di pindahkan ke ambulans.
- Pada kasus tertentu yang tidak mungkin intervensi di tempat, seperti lokasi yang
berbahaya, atau pasien memerlukan prioritas tinggi, maka pemindahan dapat
dilakukan terlebih dahulu.
- Jika dicurigai cedera tulang belakang, stabilisasi pasien harus segera dilakukan. Collar
Neck harus terpasang dan pasien harus di mobilisasi dengan spinal board.

l. Stabilisasi
- Stabilisasi adalah urutan tindakan untuk mempersiapkan pasien sebelum di pindah.
- Stabilisasi meliputi :
 Kondisi ABCD
 Perawatan luka dan cedera lain
 Pemasangan balut dan bidai
 Pemakaian selimut untuk menjaga suhu tubuh
 Alat pengangkut harus terfiksir kepada pasien dengan baik, tali pengikat minimal
diletakkan di 3 ( tiga ) tempat :
 Setinggi dada
 Setinggi pinggang atau panggul
 Setinggi tungkai
Pada prinsipnya pemindahan harus dilakukan secepat mungkin mengingat kondisi
pasien.

6. Langkah-langkah sebelum transportasi pasien


a. Penilaian awal
 Pastikan keselamatan diri sendiri dan lingkungan, gunakan sarung tangan, pakaian
pelindung dan kaca mata.
112 RSMM INDRAMAYU

 Jumlah pasien
Minta bantuan jika diperlukan
 Mekanisme Cedera
Curigai cedera/penyakit yang spesifik
 Dapatkan data umum tentang umur, jenis kelamin,berat badan,posisi,cidera minor dan
mayor yang kelihatan.
 Dapatkan informasi tentanf data-data korban, riwayat penyakit
b. Tingkat Kesadaran
- A : Alert
- V : Verbal
- P : Pain
- U : Unresponsive
c. Primeri Survey
1) Airway
- Pastikan dan amankan saluran nafas
- Jika tidak ada respon, bebaskan jalan nafas
- Imobilisasi tulang leher jika ada trauma
2) Breathing
- Periksa pernafasan : lihat, dengar dan rasakan
- Jika bernafas perhatikan frekuensi dan dalamnya pernafasan
- Jika tid ak bernafas segera lakukan pernafasan buatan
- Berikan oksigen
3) Circulation
- Periksa arteri karotis
- Periksa perdarahan
- Hentikan perdarahan
- Lakukan RJP
d. Disability
- GCS
- Pupil
e. Exsposure
- Periksa bagian belakang dengan teknik log roll
113 RSMM INDRAMAYU

- Cegah hipotermi
f. Five Intervention
- Perencanaan laboratorium
- Perencanaan rontgen
- Pasang catheter
- Pasang NGT
- Pasang Heart Monitor

g. Give Comfort
- Intervensi nyeri
- Intervensi mual muntah

d. Secondary Survey
- History/Anamnese
- Head to toe/pemeriksaan fisik
- Vital Sign

7. Transportasi
a. Penentuan Tujuan
1) Pasien kritis dapat dipindahkan ke rumah sakit lain dengan fasilitas gawat darurat
terdekat.
2) Termasuk dalam kategori diatas adalah :
- Henti nafas dan henti jantung
- Sumbatan jalan nafas yang tidak dapat diatasi
- Kejang berulang atau sedang terjadi
- Trauma mayor
- Amputasi
- Pasien luka bakar
- Persalinan iminen
- Sempat infark miokard pada pasien lebih dari 40 tahun dengan nyeri dada hebat
3) Pasien yang stabil dapat dipindahkan ke RS yang menjadi pilihannya atau
berdasarkan keputusan DPJP
114 RSMM INDRAMAYU

4) Gunakan rute dan kecepatan yang sesuai menuju RS tujuan. Pilih rute alternatif yang
sesuai jika rute normal tidak memungkinkan pasang sabuk pengaman. Gunakan
sirine dan lampu sesuai kondisi.
5) Jika pasien memburuk selama perjalanan dan kemungkinan hidup menuju RS yang
dituju meragukan maka pasien dapat di transfort ke IGD rumah sakit yang mampu
melakukan pertolongan sesuai kondisi pasien.

b. Modus Berangkat
1) Sebelum transportasi, pastikan hal- hal berikut :
- Kondisi vital meliputi jalan nafas, pernafasan dan sirkulasi, pastikan ikatan pada
alat pengangkut/stretcher tidak menyebabkan pasien kesulitan bernafas jika
pasien tidak sadar, pastikan pasien mendapatkan pertukaran udara yang cukup.
- Keamanan posisi alat pengangkut di dalam ambulans
2) Persiapkan jika timbul perburukan kondisi pernafasan dan sirkulasi dengan
meletakkan Spine Board pendek atau papan RJP di bawah matras.
3) Longgarkan pakaian yang ketat.
4) Periksa posisi balut dan bidai
5) Naikkan keluarga atau teman dekat yang harus menemani pasien. Mereka harus
ditempatkan di kabin pengemudi dan memakai sabuk pengaman dengan baik agar
tidak mempengaruhi proses perawatan pasien.
6) Naikkan barang pribadi seperti dompet, koper dan tas serta pastikan barang-barang
tersebut aman di ambulans jika memungkinkan, beritahu petugas keamanan tentang
hal ini.
c. Selama Perjalanan
1) Lengkapi riwayat penyakit dan secondary survey
2) Lanjutkan perawatan kegawatdaruratan yang dibutuhkan
3) Catat dan monitoring vital sign secara terus menerus
4) Lakukan monitoring dan observasi berkelanjutan yang berfokus pada airway,
breathing, circulation dan tingkat kesadaran.
5) Jika terjadi kondisi perburukan pada salah satu atau lebih komponen ABCD lakukan
ulang primary survey dan lakukan resusitasi.
115 RSMM INDRAMAYU

6) Yakinkan alat yang anda perlukan terjangkau dan siapkan alat yang mungkin anda
perlukan sesuai kondisi pasien.
7) Pertahankan komunikasi dengan pasien untuk memeriksa respon pasien.
8) Jika pasien gelisah :
- Perbaiki ABCD
- Lakukan restrain jika pasien membahayakn diri sendiri dan orang lain.
9) Koordinasikan dengan pengemudi tentang kondisi pasien dan cara mengemudinya.
Pengemudi perlu menyesuaikan kecepatan dan cara mengemudinya sesuai
kebutuhan pasien.
10) Jika terjadi henti jantung RJP harus dilakukan dalam kondisi ambulans berhenti,
pastikan DPJP dan fasilitas rujukan mengetahui kejadian ini.
d. Sampai di Tempat Tujuan
1) Jika kondisi tempat rujukan cukup ramai, jangan terburu-buru menurunkan pasien,
lanjutkan penanganan pasien di atas ambulans sampai ada petugas yang siap
mengambil alih.
2) Damping petugas yang akan mengambil alih :
 Lakukan operan/komunikasikan dengan petugas penerima dengan tehnik SBAR
 Serahkan barang pribadi
 Minta diri untuk meninggalkan rujukan
3) Kembalikan peralatan ambulans ke tempat semula
4) Tukar barang-barang yang melekat pada pasien dengan milik rumah sakit jika
memungkinkan :
a) Prinsipnya adalah “ satu untuk satu “
b) Termasuk dalam hal ini : balut steril, verband, masker oksigen, sarung tangan,
alat bantu nafas.
c) Jika ada program pertukaran yang baik dengan rumah sakit, bidai, spinal board
dapat langsung di tukar dengan logistik rumah sakit, bidai, spinal board.
d) Keuntungannya adalah :
- Tidak ada resiko perburukan cedera pasien akibat proses tukar menukar.
- Kru ambulans tidak perlu berlama–lama di rumah sakit.
116 RSMM INDRAMAYU

- Segera periksa kelengkapan dan fungsi barang yang ditukar, dan laporkan
jika kerusakan segera setelah tidak menangani pasien, buat laporan tertulis
sebaiknya mencari tempat tenang untuk melakukan ini.
e. Kembali Dari Tempat Rujukan
1) Dalam perjalanan kembali selalu isi ulang bahan bakar hingga penuh.
2) Bersihkan dengan cepat kompartmen pasien menggunakan sarung tangan
 Bersihkan darah, muntahan dan cairan tubuh lain yang mengering di permukaan
mobil termasuk stretcher.
 Buang sampah medis termasuk verband dan pembalut yang sudah terbuka dan
belum digunakan.
 Bersihkan sampah kotoran non medis
 Gunakan pengharum ruangan untuk menetralkan bau yang ada.
3) Bersihkan dan desinfeksi peralatan medis
 Bersihkan dan lakukan prosedur desinfeksi pada barang non disposible
 Ganti barang-barang sekali pakai (disposible) dengan cadangan
4) Mengecek fungsi stretcher ambulance

f. Penolakan Perawatan
1) Pasien/keluarga harus sudah dijelaskan tentang kondisi penyakit, tindakan/transfer
yang harus dilakukan dan resikonya serta resiko jika tindakan/transfer dilakukan
2) Inform concent harus di dokumentasikan dengan benar
3) Jika orang tua atau wali menolak sedangkan kondisi cedera/penyakit bersifat
mengancam jiwa, maka perawatan dan transportasi dapat dilakukan tanpa
persetujuan mereka. Tujuan transportasi harus disampaikan, situasi ini harudicatat
dengan baik.
4) Jika orang tua wali menolak tindakan dan kondisinya tidak mengancam jiwa maka
harus dijelaskan dan diyakinkan tentang kemungkinan yang akan terjadi, jika tetap
menolak bantuan perawat dan transportasi harus dihentikan dan kejadian ini harus
didokumentasikan.

g. Pasien dengan Gangguan Emosional


117 RSMM INDRAMAYU

1) DPJP bertanggung jawab untuk menentukan keamanan petugas ambulans dan


transfer pasien.
2) Petugas ambulans dapat memutuskan untuk menunda tindakan sampai ada jaminan
keamanan.
3) Jika pasien gangguan jiwa itu cukup sadar dan memutuskan untuk meminta
pertolongan serta DPJP melihat bahwa tindakan cukup amam dilakukan, transportasi
dapat dilakukan tanpa jaminan.

h. Kematian Yang Belum Dipastikan


1) Jika timbul kondisi yang belum di tetapkan, tindakan resusitasi harus tetap dilakukan.
2) Jika kematian sudah ditetapkan, kejadian harus dicatat dengan baik, termasuk waktu,
tempat dan nama petugas yang ada.
3) DPJP dan rumah sakit rujukan harus segera diberitahu.
i. Bencana Massal
1) Jarak aman ambulans dari tempat kejadian adalah 30–50 meter
2) Berlawanan dengan arah angin.
3) Command dan kontrol bersama-sama dengan security dan rescue
4) APO (Ambulance Parking Officer) bertugas mengatur lokasi ambulans dan
kendaraan lain yang datang.
5) ALO (Ambulance Loading Officer) bertugas menentukan korban yang akan di
evakuasi (dirujuk).
6) ADO (Ambulance Dispatch Officer) bertugas mencatat identitas, data korban dan
rumah sakit rujukan sesuai dengan warna kartu triage.
118 RSMM INDRAMAYU

BAB IV

DOKUMENTASI

4.1 DOKUMENTASI PROSES PENERIMAAN PASIEN KE RUMAH SAKIT/SKRINING


Dokumentasi skrining merupakan hasil dari pengkajian terhadap identitas dan keadaan
pasien. Hal ini di dokumentasikan dalam lembaran skrining di dalam dan di luar rumah sakit.
Dokumentasi triase sebagai bagian penting pelayanan instalasi gawat darurat harus
didokumentasikan dalam lembar triase dan diisi sesuai kategori pasien untuk kemudian dapat
dilanjutkan dalam pelayananan yang dituju.
Proses penerimaan ini didokumentasikan pada :
a. Formular triase / pengkajian awal IGD
b. Rekam medis pasien di catatan perkembangan pasien terintegrasi/keterangan
c. Pengisian form Penundaan Pelayanan
d. Pelaporan dan pencatatan di masing-masing instalasi baik medis maupun penunjang

4.2 DOKUMENTASI PENDAFTARAN


Dokumentasi pendaftaran pasien dilakukan pencatatan dan pembuatan status pasien. Adapun
berikut dokumen untuk mencatatan pendaftaran pasien di Rumah Sakit MM Indramayu .
1. Formulir Pendaftaran Rawat Jalan
2. KIB (Kartu Identitas Berobat)
3. Dokumen Rekam Medis Rawat Jalan Maupun Rawat Inap
4. Traccer
5. Buku Ekspedisi
6. General Consent
4.3 DOKUMENTASI KESINAMBUNGAN PELAYANAN
Setiap pasien yang dilakukan Perencanaan Pemulangan Pasien (P3) atau discharge planning
harus didokumentasikan pada rekam medis pasien pada lembar Discharge Planning. Setiap data yang
diperoleh, mulai tindakan/pelayanan yang sudah dilaksanakan sampai follow-up atas kemajuan
ataupun kemunduran yang terjadi pada setiap pasien dicatat pada rekam medik pasien yang
bersangkutan. Dokumentasi yang ada dapat menjadi acuan analisis setiap kasus yang dilayani guna
119 RSMM INDRAMAYU

mengevaluasi secara mandiri, kemampuan fasilitas baik dari aspek kemampuan sumber daya manusia,
sarana dan prasarana, dan sumber daya pendukung lainnya.
Kesinambungan pelayanan yang dilakukan oleh MPP juga harus didokumentasikan.
Pendokumentasian tugas Manajer Pelayanan Pasien (MPP) atau Case Manager harus terdapat pada :

1.Rekam medis pada lembar edukasi informasi

2.Form A MPP

3.Form B MPP

4.Lembar skrining kebutuhan MPP

Kesinambungan pelayanan dilakukan pula oleh Dokter Penangggungjawab Pelayanan atau


DPJP. Dengan mengacu pada UU no 29 tahun 2004 tentang praktek kedokteran pasal 46
menerangkan bahwa dokter dalam menjalankan praktek kedokteran wajib membuat rekam medis,
harus dilengkapi setelah pasien selesai menerima pelayanan kesehatan dan harus di bubuhi nama,
waktu dan tanda tangan petugas yang memberikan pelayanan atau tindakan. Dan dalam pasal 47
menyebutkan bahwa dokumen rekam medis merupakan milik dokter, atau sarana pelayanan
kesehatan, sedangkan isi rekam medis merupakan milik pasien dan harus dijaga kerahasiaannya oleh
dokter, dan tentang rekam medis. Sehingga dokter selalu di tuntut dan wajib bertanggung jawab dalam
pengisian dan kelengkapan dokumen rekam medis. Dalam pengisian informed consent DPJP
memberikan informasi serta yang harus memberikan persetujuan atau penolakan tindakan kedokteran.
Informed consent harus di tanda tangani dokter dan pasien sebelum tindakan medis di lakukan.
Berkaitan DPJP Didokumentasikan dalam :
1. Formulir pemilihan DPJP
2. Formulir alih DPJP
3. Formulir informed consent
4. Cacatan perkembangan pasien terintegrasi
Dalam pendokumentasian proses transfer pasien perlu pencatan, pelaporan pada :
- Lembar transfer internal
- Lembar transfer eksternal / rujuk
Dokumentasi dan Penyerahan pasien transfer antar rumah sakit
120 RSMM INDRAMAYU

4. Lakukan pencatatan yang jelas dan lengkap dalam semua tahapan transfer, dan harus
mencakup:

a. Detail kondisi pasien


b. Alasan melakukan transfer

c. Nama konsultan yang merujuk dan menerima rujukan

d. Status klinis pre-transfer

e. detail tanda vital, pemeriksaan fisik, dan terapi yang diberikan selama transfer
berlangsung

5. Pencatatan harus terstandarisasi antar-rumah sakit jejaring dan diterapkan untuk transfer
intra- dan antar-rumah sakit.
6. Rekam medis mengandung:
a. Resume singkat mengenai kondisi klinis pasien sebelum, selama, dan setelah
transfer; termasuk kondisi medis yang terkait, faktor lingkungan, dan terapi yang
diberikan.
b. Data untuk proses audit. Tim transfer harus mempunyai salinan datanya.
7. Harus ada prosedur untuk menyelidiki masalah-masalah yang terjadi selama proses
transfer, termasuk penundaan transportasi.
8. Tim transfer harus memperoleh informasi yang jelas mengenai lokasi rumah sakit yang
dituju sebelum mentransfer pasien.
9. Saat tiba di rumah sakit tujuan, harus ada proses serah-terima pasien antara tim transfer
dengan pihak rumah sakit yang menerima (paramedis dan perawat) yang akan
bertanggungjawab terhadap perawatan pasien selanjutnya.
10. Proses serah-terima pasien harus mencakup pemberian informasi (baik secara verbal
maupun tertulis) mengenai riwayat penyakit pasien, tanda vital, hasil pemeriksaan
penunjang (laboratorium, radiologi), terapi, dan kondisi klinis selama transfer berlangsung.
11. Hasil pemeriksaan laboratorium, radiologi, dan yang lainnya harus dideskripsikan dan
diserahkan kepada petugas rumah sakit tujuan.
121 RSMM INDRAMAYU

4.4 DOKUMENTASI PEMULANGAN DARI RUMAH SAKIT (DISCHARGE) DAN TINDAK


LANJUT
Pencatatan atau dokumentasi pemulangan pasien dari Rumah Sakit MM Indramayu dilakukan
pada
a. Formular assessment awal rawat inap
b. Cacatan perkembangan pasien terintegrasi
c. Formular discharge planning
d. Formulir Resume Medis
e. Formulir Surat Istirahat Sakit
f. Formulir Permohonan Cuti Perawatan

4.5 DOKUMENTASI RUJUKAN PASIEN


A. Pencatatan dan Pelaporan
1. Setiap pasien rujukan yang diterima dan yang akan dirujuk dicatat oleh ruangan terkait dan bagian
rekam medis.
2. Setiap data yang diperoleh, mulai tindakan/pelayanan yang sudah dilaksanakan sampai follow-up
atas kemajuan ataupun kemunduran yang terjadi pada setiap pasien dicatat pada rekam medik
pasien yang bersangkutan.
3. Menganalisis setiap kasus yang dilayani guna mengevaluasi secara mandiri, kemampuan fasilitas
baik dari aspek kemampuan sumber daya manusia, sarana dan prasarana, dan sumber daya
pendukung lainnya.
4. Data yang diharapkan dapat direkapitulasi adalah data kelahiran, morbiditas, mortalitas, l0 Penyakit
Terbanyak dan Cause of Death untuk kasus-kasus Death on Arrival ( DoA ). Khusus untuk DoA
kelak akan dievaluasi hubungannya dengan proses merujuk dengan tujuan memperbaiki sistem
rujukan ini dari waktu ke waktu. Selain itu data juga akan dipergunakan untuk menghitung analisa
efektivitas biaya (cost effictiveness analysis). Diharapkan sistem ini dapat dinilai untuk kemudian
diperbaiki dari waktu ke waktu.

G. Pelaporan
Bentuk pelaporan : formulir yang digunakan untuk mencatat pengiriman rujukan pasien berisi data
pasien, keluarga pendamping, diagnosa rujukan, informed consent, kegawatdaruratan pasien,
122 RSMM INDRAMAYU

tenaga dan alat yang menyertai selama proses pendampingan, waktu rujukan, tempat tujuan
rujukan.

H. Analisis dan Umpan Balik


Secara rutin, Instalasi Gawat Darurat, Instalasi Rawat Jalan dan Instalasi Rawat Inap melaporkan
kasus rujukan kepada Direksi. Hasil analisis dapat dipergunakan untuk memperbaiki sistem yang
ada serta membuat kebijakan di bidang pelayanan medis.

I. Pembinaan dan Pengawasan


Adapun kegiatan pembinaan dan pengawasan yang dilakukan, meliputi :
`1. Kegiatan pemantauan dan penilaian proses pengiriman rujukan, meliputi :
a. Dari jumlah kasus yang dirujuk, dinilai :
1) Kelengkapan isian format rujukan.
2) Ketepatan waktu merujuk, dan kemana pasien dirujuk.
3) Proses pendampingan rujukan dan pelayanan yang diberikan.
4) Prosentase kasus yang dirujuk tiba di lokasi yang disarankan.
5) Prosentase pasien yang dirujuk melapor kembali membawa balasan rujukan.
6) Persentase atas ketepatan diagnosis kasus yang dirujuk dengan diagnosa
setelah dirawat
b. Dari kasus yang perlu tindak lanjut atas saran dari fasilitas rujukan :
1) Prosentase kasus rujukan balik yang dapat dilayani di fasilitas pengirim rujukan.
2) Masalah dan hambatan yang dijumpai dalam menindaklanjuti saransaran yang
diberikan.
3) Konsistensi dan kepatuhan menindaklanjuti saran yang diberikan fasilitas
pelayanan rujukan.
4) Kemampuan memanfaatkan data dan informasi yang ada, untuk perbaikan dan
peningkatan kualitas pelayanan kesehatan dan rujukan.
c. Proses pembinaan dilaksanakan dengan supervisi dan pengamatan langsung kinerja
fasilitas pelayanan kesehatan perorangan, agar dapat dinilai tingkat kesenjangan
kemampuan teknis dan proses pelayanan yang berkualitas dan memuaskan.
d. Hasil pengamatan dan evaluasi dapat digunakan untuk menyusun program pelatihan
dan atau pembinaan petugas, sesuai kebutuhannya
123 RSMM INDRAMAYU

e. Pemberian feedback ke semua pihak yang terkait.

2. Kegiatan memantau dan menilai koordinasi rujukan antar sarana kesehatan


Dalam rangka memberikan kepastian bahwa pasien yang dirujuk akan
mendapatkan pelayanan yang lebih baik dan sesuai yang diharapkan, maka sebelum melakukan
rujukan harus dilakukan komunikasi dengan fasilitas pelayanan kesehatan yang akan menerima
pasien guna untuk memastikan bahwa fasilitas pelayanan kesehatan dapat, siap dan mampu
menerima pasien yang akan dirujuk.
Saat melakukan rujukan pasien ke fasilitas pelayanan kesehatan, harus dilakukan dengan
menggunakan format rujukan yang telah diisi diagnosa dari fasilitas pelayanan kesehatan yang
merujuk dan ditanda tangani oleh petugas yang berwenang.

3. Kegiatan pemantauan dan penilaian pembiayaan dilaksanakan melalui :


- Pemantauan klaim pembiayaan kesehatan yang dilaksanakan oleh pelayanan kesehatan
- Pemantauan tingkat utilisasi dari sarana dan prasarana pada pelayanan kesehatan
- Evaluasi perencanaan perawatan pasien/clinical pathway.

4.6 DOKUMENTASI TRANSPORTASI


Dokumentasi transportasi pelayanan ambulans di Rumah Sakit MM Indramayu harus
tercatatn dalam :

a. Pencatatan Operasional Kendaraan

b. Pencatatan Pemeliharaan Kendaraan

c. Pencatatan Pemakaian Alat Medis

d. Form monitoring atau lembar observasi pasien dalam ambulans


124 RSMM INDRAMAYU

BAB V

PENUTUP

Dengan disusunnya Panduan Akses Kontinuitas Pelayanan (AKP) di Rumah Sakit MM


Indramayu ini diharapkan dapat meningkatkan mutu asuhan pasien dan efisiensi penggunaan sumber
daya yang tersedia di rumah sakit. Penyelarasan kebutuhan asuhan pasien dengan pelayanan yang
sudah tersedia di rumah sakit, mengkoordinasikan pelayanan hingga perencanaan pemulangan dan
tindakan selanjutnya menjadi bagian penting.

Ditetapkan di : Indramayu
pada tanggal : 24 Agustus 2022
DIREKTUR RUMAH SAKIT MM
INDRAMAYU

Dr. Suwardi Astradipura. MARS

Anda mungkin juga menyukai