Anda di halaman 1dari 22

PANDUAN

SKRI
NINGPASI EN
DIDALAM DANDI LUAR
RUMAHSAKI T
LEMBAR PENGESAHAN

PANDUAN SKRINING DI DALAM DAN LUAR RUMAH SAKIT


RSUD PALEMBANG BARI

TAHUN 2022

DISETUJUI DAN DISAHKAN

DIREKTUR RSUD PALEMBANG BARIF


RUMAH ATUNM

FALENAGS

3Dr Hi MAKIANI,S.H,M.M.,MARS
Pembina Utama Muda
NIP 196504131996032001
BAB I
DEFINISI

Pelayanan rumah sakit merupakan bagian dari suatu sistem


pelayanan yang terintegerasi dengan para profesional di bidang pelayanan
kesehatan dan tingkat pelayanan yang akan membangun suatu kontinuitas
pelayanan. Maksud dan tujuannya adalah menyelaraskan kebutuhan pasien
di bidang pelayanan kesehatan dengan pelayanan yang tersedia di rumah
sakait, mengkoordinasikan pelayanan, kemudian merencanakan pemulangan
dan tindakan selanjutnya. Hasilnya adalah meningkatkan mutu pelayanan
pasien dan efisiensi penggunaan sumberdaya yang tersedia di rumah sakit.
Informasi diperlukan untuk membuat keputusan yang benar tentang
kebutuhan pasien yang dapat dilayani rumah sakit, pemberian pelayanan
yang efesien kepada pasien dan transfer serta pemulangan pasien yang
tepat ke rumah atau kepelayanan lain menyesuaikan kebutuhan pasien
dengan misi dan sumberdaya rumah sakit tergantung pada keterangan yang
didapat tentang kebutuhan pasien dan kondisinya lewat skrinning pada
kontak pertama.
Skrinning pada Instalasi Gawat Darurat dilaksanakan melalui kriteria
triase, anamnesis (wawancara riwayat penyakit), evaluasi visual atau
pengamatan, pemeriksaan fisik, psikologi, laboratorium klinikataupun
radiologi diagnostik.Skrinning dapat terjadi di sumber rujukan, pada saat
pasien di transportasi emergency atau apabila pasien tiba di rumah sakit. Hal
ini sangat penting bahwa keputusan pasien untuk dirawat atau tidak dirawat,
dipindahkan atau dirujuk hanya dibuat setelah ada hasil tes skrinning dan
evaluasi. Hanya rumah sakit yang mempunyai kemampuan menyediakan
pelayanan yang dibutuhkan dan konsisten dengan misinya dapat
dipertimbangkan untuk menerima pasien rawat inap atau pasien rawat jalan
atau pasien rujukan ke pelayanankesehatan lainnya yang memiliki fasilitas
yang memadai sesuai kebutuhan pasien.
Pemeriksaan skrinning standar yang dilakukan untuk melengkapi hasil
tes diagnostik berkenaan dengan tanggung jawab untuk menetapkan apakah
pasien diterima, dipindahkan atau dirujuk berdasarkan dari panduan praktek
klinik masing–masing pelayanan yang ada di RSUD BARI dan selalu
diperbaharui sesuai dengan perkembangan ilmu yang ada.
Skrinning (screnning) merupakan pemeriksaan sekelompok orang
untuk memisahkan orang yangsehat dari orang yang mempunyai keadaan
patologis yang tidak terdiagnosis atau mempunyai resiko tinggi (kamus
Dorlanded25:974) menurut Rochjati P (2008), skrinning merupakan
pengenalan dini secara proaktif untuk menemukan adanya masalah atau
faktor resiko. Sehinnga skrinning bisa dikatakan sebagai usaha untuk
mengidentifikasi penyakit atau kelainan yang secara klinis belum jelas,
dengan menggunakan tes, pemeriksaan atau prosedur tertentu yang dapat
digunakan secara cepat membedakan orang yang terlihat sehat, atau benar–
benar sehat tapi sesungguhnya menderita kelaianan ataupun gangguan
kesehatan.
BAB II
RUANG LINGKUP

Proses Skrining di RSUD PALEMBANG BARI mulai dilakukan saat kontak


pertama terhadap semua pasien yang datang ke RSUD Palembang BARI,
meliputi :
1. Instalasi gawat darurat, memberikan pertolongan pada kasus kegawat
daruratan medik kepada seluruh lapisan masyarakat, baik itu pasien
umum, BPJS (Badan Penyelenggara Jaminan Sosial) dan jamsoskes.
2. Instalasi Rawat Jalan, memberikan pelayan optimal kepada seluruh
lapisan masyarakat umum, BPJS (Badan Penyelenggara Jaminan Sosial)
dan jamsoskes yang menggunakan fasilitas Instalasi Rawat Jalan.
3. Instalasi Penunjang Medis (Laboratorium, Radiologi, Farmasi,
Hemodialisa).
4. Bagian Informasi/ Pendaftaran Pasien RSUD Palembang Bari. Skrinning
awal ini juga dapat diterapkan dibagian informasi RSUD PALEMBANG
BARI untuk membantu pasien saat berobat dalam menentukan ruangan/
poliklinik yang dituju.
Proses skrining ini dilakukan oleh semua petugas kesehatan yang
berhubungan dengan proses pemeriksaan skrinning (paramedis, petugas
laboratorium, penata rontgen, petugas dibagian laboratorium,dll).
Skrining juga dilakukan di luar lingkup RSUD Palembang BARI terhadap
semua pasien yang akan dirujuk ke RSUD Palembang BARI (sejak di tempat
perujuk atau tempat kejadian atau saat transportasi pasien di ambulance).
BAB III
TATA LAKSANA

Skrinning pasien merupakan upaya untuk mendapatkan informasi


kesesuaian kebutuhan pasien dengan sumberdaya yang ada di rumah sakit
pada kontak
pertama pada pasien di rawat jalan dan IGD. Skrinning pasien yang
dilakukan berupa henti jantung, henti nafas, resiko jatuh, mobilisasi terbatas,
pasien dengan batuk atau potensi infeksi menular melalui udara (airborne
disease)yang diperiksa di ruangan isolasi.

A. Skrining Pasien di Luar Rumah Sakit


Skrinning pasien dari luar RSUD Palembang BARI bertujuan untuk
menentukan kesesuaian kebutuhan pasien dengan sumber daya rumah
sakit. Skrinning pasien dari luar RSUD Palembang Bari dilakukan
terhadap semua pasien rujukan yang akan dikirim ke RSUD Palembang
Bari yang berasal dari RS / Klinik tempat pasien dirawat sebelumnya,
fasilitas kesehatan tingkat 1, puskesmas atau berasal dari daerah yang
sedang mengalami bencana.
Skrinning pasien di Luar rumah sakit ini dapat di lakukan melalui
telepon , skrining di ambulance dan bisa juga di lakukan di lokasi pasien
langsung oleh petugas yang kompeten (dokter / perawat). Jika penilaian
kebutuhan pasien sesuai dengan sumber daya rumah sakit maka pasien
dapat diterima dan dirawat di RSUD Palembang Bari. Pasien dapat
diarahkan ke RS lain bila sumber daya di RSUD Palembang Bari tidak
dapat memenuhi kebutuhan pasien.

1. Skrinning Pasien di Ambulan


Pelaksanaan skrinning awal melalui proses triase dengan melakukan
pemilahan atau klasifikasi prioritas klien atau kegawatannya yang
memerlukan tindakan segera atau melalui evaluasi visual
(pengamatan). Proses triase di ambulans dilakukan oleh petugas
triase (dokter atau perawat yang sudah mengikuti pelatihan triase)
dalam waktu kurang dari 1 menit (60 detik) menggunakan START TAG
(Simple Triage And Rapid Treatment – Triage Tagging System).
Skrinning juga dapat dipertimbangkan dari hasil pemeriksaan fisik,
psikologik, laboratorium klinik ataupun radiologi diagnostik.
Setelah dilakukan itu, dapat ditentukan apakah pasien masuk kriteria
kegawatdaruratan atau tidak.
a. Ada kegawatdaruratan
Masuk ke IGD dan dilakukan anamnesis dan permintaan data
pemeriksaan fisik, penunjang, dan terapi yang telah diberikan ke
pasien di faskes sebelumnya.
b. Tidak ada kegawatdaruratan
Diarahkan untuk ke poliklinik rawat jalan.

2. Skrinning Pasien di Luar Fasilitas Kesehatan


Pelaksanaan skrinning awal di luar fasilitas kesehatan, contohnya
panggilan kegawatdaruratan di rumah pasien yang immobile, sulit
akses, atau keadaan emergency massal seperti kecelakaan lalu lintas
dan/atau bencana alam dengan korban massal (>10 korban) melalui
proses triase dengan melakukan pemilahan atau klasifikasi prioritas
klien atau kegawatannya yang memerlukan tindakan segera atau
melalui evaluasi visual (pengamatan). Proses triase di ambulans
dilakukan oleh petugas triase (dokter atau perawat yang sudah
mengikuti pelatihan triase) dalam waktu kurang dari 1 menit (60 detik)
menggunakan START TAG (Simple Triage And Rapid Treatment –
Triage Tagging System). Setelah dilakukan triase dapat ditentukan
apakah pasien masuk triase merah, kuning, hijau, atau hitam
a. Triage Merah
Kode warna merah diberikan kepada pasien yang jika tidak
diberikan penanganan dengan cepat maka pasien pasti akan
meninggal, dengan syarat pasien tersebut masih memiliki
kemungkinan untuk dapat hidup. Contohnya pasien dengan
gangguan pernapasan, trauma kepala dengan ukuran pupil mata
yang tidak sama, dan perdarahan hebat.
b. Triage Kuning
Kode warna kuning diberikan kepada pasien yang memerlukan
perawatan segera, namun masih dapat ditunda karena ia masih
dalam kondisi stabil. Pasien dengan kode kuning masih
memerlukan perawatan di rumah sakit dan pada kondisi normal
akan segera ditangani. Contohnya pasien dengan patah tulang di
beberapa tempat, patah tulang paha atau panggul, luka bakar luas,
dan trauma kepala
c. Triage Hijau
Kode warna hijau diberikan kepada mereka yang memerlukan
perawatan namun masih dapat ditunda. Biasanya pasien cedera
yang masih sadar dan bisa berjalan masuk dalam kategori ini.
Ketika pasien lain yang dalam keadaan gawat sudah selesai
ditangani, maka pasien dengan kode warna hijau akan ditangani.
Contohnya seperti pasien dengan patah tulang ringan, luka bakar
minimal, atau luka ringan.
d. Triage Hitam
Kode warna hitam diberikan kepada pasien yang setelah diperiksa
tidak menunjukkan tanda-tanda kehidupan. Misalnya, mereka yang
masih hidup namun mengalami cedera yang amat parah sehingga
meskipun segera ditangani, pasien tetap akan meninggal.

Jika berada di kategori merah, pasien akan langsung diberikan


tindakan medis di ruang resusitasi, dan bila memerlukan tindakan
medis lebih lanjut, pasien akan dipindahkan ke rumah sakit dengan
ambulan. Jika berada di kategori kuning, pasien bisa dipindahkan ke
rumah sakit. Pasien dalam kategori kuning akan ditangani setelah
pasien kategori merah selesai. Sedangkan pasien dengan kategori
hijau dapat dipindahkan ke rawat jalan, dan jika kondisinya
memungkinkan pasien dapat diperbolehkan untuk pulang. Untuk
pasien yang sudah meninggal, yaitu kategori hitam, bisa langsung
dipindahkan ke ruang jenazah.
Status triase ini akan dinilai ulang secara berkala, karena kondisi
pasien dapat berubah sewaktu-waktu. Apabila kondisi pasien berubah,
dokter juga akan segera melakukan triase ulang (retriase). Sebagai
contoh, pasien yang berada dalam kategori kuning bisa berpindah ke
kategori merah ketika kondisinya bertambah parah.

3. Skrining melalui telepon


Skrining di luar rumah sakit dapat di lakukan melalui
telepon.Rumah sakit atau klinik dan fasilitas pelayanan kesehatan
tingkat 1 yang belum mempunyai sistem rujukan terpadu secara online
bisa melakukan rujukan melalui offline atau telepon.petugas dari
rumah sakit perujuk bisa menghubungi no telepon ext (0711) 519211 ).
petugas RS perujuk bisa menjelaskan kondisi pasien,therapi dan
tindakan yang sudah di lakukan dan rencana pengobatan dan tindakan
yang yang di butuhkan oleh pasien yang akan di rujuk .kemudian
petugas igd akan menanggapi rujukan melalui telepon tersebut.jika
sdm dan sarana prasarana RSUD bari sesui dengan kebutuhan pasien
maka pasien tersebut bisa di terima .saat pasien sampai di RS Bari
maka akan di lakukan skrining ulang sesui dengan SPO yang telah di
tetapkan.
Jika SDM Serta sarana dan prasarana tidak sesuai dengan kondisi
dan kebutuhan pasien maka langsung diarahkan ke RS Yang sesuai
dengan kebutuhan pasien tersebut.

B. Skrining Pasien di Dalam Rumah Sakit


1. Skrinning Pasien Rawat Jalan
Pelayanan rawat jalan merupakan pintu masuk pertama kali bagi
pasien untuk mendapatkan pelayanan kesehatan sesuai dengan
kebutuhannya. Di pelayanan rawat jalan juga dilakukan skrinning awal
dengan atau tanpa surat rujukan. Skrinning pasien rawat jalan
merupakan Pelaksanaan skrinning awal adalah sebagai berikut :
a. Proses skrining untuk pasien yang datang ke Instalasi Rawat
Jalan (poliklinik) dilaksanakan melalui evaluasi visual atau
pengamatan oleh petugas. Evaluasi visual atau pengamatan
merupakan salah satu kegiatan pemilahan pasien melalui visual
atau pengamatan untuk menentukan apakah pasien ini
membutuhkan penanganan segera atau tidak (prioritas
penanganan pasien). Setelah dilakukan evaluasi visual atau
pengamatan, dapat ditentukan sebagai berikut:
1) Kesadaran:
a) Sadar penuh
b) Tampak mengantuk, gelisah, bicara
tidakjelas
c) Tidaksadar
3) Pernafasan:
a) Nafas normal
b) Tampak sesak
c) Tidak bemafas
4) Risiko jatuh
a) Risiko rendah
b) Risiko sedang
c) Risiko tinggi
5) Nyeri
a) Tidak ada.
b) Ada
(tingkatsedang)
Skala nyeri yang digunakan Wong Baker Faces Pain Scale

0 2 4 6 8 10
0—1 = sangat bahagia karena tidak nyeri sama sekali
2—3 = sedikit nyeri
4—5 = cukup nyeri
6—7 = lumayan nyeri
8—9 = sangat nyeri
10 = amatsangat nyeri(tak tertahankan)
6) Batuk:
a) Tidakada
b) Batuk>2minggu

Berdasarkan hasil skrining tersebut maka dapat diambil


keputusan sebagaiberikut :
a. Polikliniksesuaiantrian
b. Poliklinikdisegerakan
c. IGD

Skrining awal di Instalasi Rawat Jalan dilakukan oleh :


1. Satpam
Melakukan skrinning secara visual di depan pintu masuk ruang
pendaftaran atau:
a. Pada saat pasien tiba didepan pintu masuk ruang pendaftaran,
lakukan penilaian apakah ada tanda – tanda kegawat daruratan
atau tidak.
b. Bila ada pasien/ keluarga pasien tiba – tiba mengalami
kegawatdaruratan (henti jantung / henti nafas)langsung
mengaktifkan code blue.
c. Jika pasienada tanda gawat darurat, maka pasien langsung di
arahkan ke Instalasi Gawat Darurat.
d. Jika pasien tidak gawat darurat, maka lakukan penilaian apakah
pasien mempunyai keterbatasanfisik atau tidak. Jika pasien
mempunyai keterbatasan fisik, berikan alat bantu kepada
pasien (brankaratau kursi roda) dan keluarga pasien diarahkan
untuk mendaftar di ruang pendaftaran.
e. Jika pasien tampak batuk – batuk berkepanjangan (>2 minggu)
atau batuk berdarah maka berikan masker kepada pasienlalu
pasien dan atau keluarga di arahkan untuk mendaftar di ruang
pendaftaran dan dipersilakkan duduk di area batuk .
f. Tanyakan pada pasien apakah merasa pusing atau
memerlukan bantuan saat berdiri / berjalan atau pernah jatuh
dalam 6 bulan terakhir. Jika salah satu dijawab (ya) maka
berikan alat bantu berupa brankar atau kursi roda sesuai kondisi
pasien.
2. Petugas Front Office
a. Melakukan skrining pada pasien di dalam ruangan pendaftaran.
b. Melakukan pemantauan pada seluruh pasien dan / atau
keluarga yang mengalami kegawat-daruratan. Bila ditemukan
kegawat-daruratan berikan pertolongan terlebih dahulu (BHD),
kemudian pasien dibawa ke IGD.
3. Petugas Poliklinik (perawat)
a. Melakukan skrinning pada pasien diruang tunggu klinik.
b. Melakukan pemantauan pada seluruh pasien dan atau
keluaraga pasien. Jika ada pasien dan atau keluarga yang
mengalami kegawatdaruratan berikan pertolongan terlebih
dahulu (BHD) kemudian pasien dibawa ke IGD.
4. DPJP Poliklinik
Apabila dari pemeriksaan fisik atau pemeriksaan penunjang
ditemukan kegawat-daruratan segera transfer pasien ke Instalasi
Gawat Darurat.
Tujuan skrinning rawat jalan ini, yaitu agar pasien yang datang
ke klinik rawat jalan dapat segera diketahui :
e. Ada kegawatdaruratan atau tidak
f. Ada keterbatasan fisik atau tidak
g. Ada batuk atau tidak
h. Ada resiko jatuh atau tidak

2. Skrinning Pasien di Instalasi Gawat Darurat (IGD)


IGD adalah unit pelayanan di rumah sakit yang memberikan
pelayanan pertama pada pasien dengan ancaman kematian dan
kecacatan secara terpadu dengan melibatkan berbagai disiplin ilmu.
Penanggulangan pasien gawat darurat dalam mencegah kematian dan
kecacatan ditentukan oleh :
1. Kecepatan menemukan penderita gawat darurat
2. Kecepatan meminta pertolongan
3. Kecepatan dan kualitas pertolongan yang diberikan
a. Di tempat kejadian
b. Dalam perjalanan kerumah sakit
c. Pertolongan selanjutnya secara mantap dirumah sakit

Fungsi IGD adalah menerima, menstabilkan dan mengatur pasien


yang menunjukkan gejala – gejala yang bervariasi dan gawat serta
juga kondisi – kondisi yang sifatnya tidak gawat. IGD juga
menyediakan sarana penerimaan untuk penatalaksanaan pasien
dalam keadaan bencana yang terjadi disetiap daerah.
Rumah sakit merupakan terminal terakhir dalam menanggulangi
penderita gawat darurat, oleh karena itu fasilitas rumah sakit
khusussnya instalasi gawat darurat harus dilengkapi sedemikian rupa
sehingga dapat menanggulangi gawat darurat.
Pelayanan kegawat-daruratan merupakan pelayanan profesional
yang didasarkan pada ilmu dan metodelogi keperawatan gawat
darurat berbentuk Bio –Psiko – Sosio – Spiritual yang komprehensif
ditujukan kepada klien atau pasien yang mempunyai masalah aktual
dan potensial mengancam kehidupan tanpa atau terjadinya secara
mendadak atau tidak diperkirakan tanpa arau disertai kondisi
lingkungan yang tidak dapat dikendalikan.
Pelaksanaan skrinning awal melalui proses triase di IGD dengan
melakukan pemilahan atau klasifikasi prioritas klien atau
kegawatannya yang memerlukan tindakan segera atau melalui
evaluasi visual (pengamatan). Proses triase di IGD dilakukan oleh
petugas triase (dokter atau perawat yang sudah mengikuti pelatihan
triase) dalam waktu kurang dari 1 menit (60 detik) menggunakan
START TAG (Simple Triage And Rapid Treatment – Triage Tagging
System). Skrinning pada unit emergency juga dapat dipertimbangkan
dari hasil pemeriksaan fisik, psikologik, laboratorium klinik ataupun
raiologi diagnostik.
Kegiatan skrinning sangat diperlukan dalam pelayanan gawat
darurat karena instalasi gawat darurat sebagai pusat pelayanan
kesehatan yang memberikan pelayanan gawat darurat selama 24 jam
berfungsi untuk mengurangi morbiditas dan mortalitas dari penyakit
dan pengobatan dini yang sesuai terhadap kasus – kasus
kegawatdaruratan. Tes skrinning dapat dilakukan melalui :
a. Pertanyaan
b. Pemeriksaan fisik
c. Pemerisaan laboratorium
d. X – ray (rontgen)
e. Diagnostik imaging

Langkah – langkah skrinning di Instalasi Gawat Darurat


Petugas instalasi gawat darurat harus dapat menyeleksi pasien
sesuai dengan kondisi kegawat-daruratannya sebagi prioritas pertama.
Prioritas non trauma atau trauma / multitraumamemerlukan penilaian
dan pengelolaan yang cepat dan tepat untuk menyelamatkan jiwa
penderita. Waktu berperan sangat penting sehingga diperlukan cara
mudah, cepat dan tepat. Proses awal ini dikenal dengan Initial
Assesment(penilaian awal). Penilaian awal meliputi :
1. Persiapan
2. Triase
3. Primary survey (ABCDE)
Survey primer merupakan deteksi cepat dan koreksi segera
terhadap kondisi yang mengancanm jiwa.
4. Resusitasi
5. Tambahan terhadap primary survey dan resusitasi
6. Secondary survey
Survei sekunder melengkapi survei primerdengan mencari
perubahan – perubahan anatomi yang akan berkembang sehingga
mungkin dapat menjadi semakin parah dan memperberat
perubahan fungsi vital yang ada dan berakhir dengan mengancam
jiwa bila tidak segera diatasi.
7. Tambahan terhadap Secondary survey
8. Pemantauan dan re-evaluasi berkesinambungan
9. Transfer ke pusat rujukan yang lebih baik
Urutan kejadian diatas diterapkan seolah – olah beruratan namun
dalam praktek sehari – hari dapat dilakukan secara bersamaan terus
menerus.
1. Persiapan
a. Fase Pra Rumah Sakit
1) Koordinasi yang baik antara dokter di rumah sakit dan
petugas lapangan.
2) Sebaiknya terdapat pemberitahuan terhadap rumah sakit
sebelum penderita mulai diangkut dari tempat kejadian.
3) Pengumpulan keterangan yang akan dibutuhkan di rumah
sakit seperti waktu kejadian, sebab kejadian, mekanisme
kejadian dan riwayat penderita.
b. Fase Rumah sakit
1) Perencanaan sebelum penderita tiba.
2) Perlengkapan airway sudah dipersiapkan, dicoba diletakkan
ditempat yang mudah terjangkau.
3) Cairan kristaloid disiapkan dan diletakkan pada tempat yang
mudah dijangkau. Pemberitahuan terhadap tenaga
laboratorium dan radiologi apabila swaktu – waktu
dibutuhkan.
4) Pemakaian alat – alat proteksi diri.

2. Triase
Triage adalah seleksi pasien sesuai tingkat kegawat-daruratan
sehingga pasien terseleksi dalam mendapatkan pertolongan sesuai
dengan tingkat kegawatdaruratannya. Triage dilakukan baik di luar
rumah sakit (pra-hospital) maupun di dalam rumah sakit. Triage di
RSUD Palembang BARI menggunakan sistem START TAG
(Simple Triage And Rapid Treatment Triage Tagging System),
pasien ditentukan apakah gawat darurat, gawat tidak darurat, atau
darurat tidak gawat atau tidak gawat tidak darurat. Pemberian label
di triase di RSUD BARI pada pasien :
a. P3 (label hijau) : penderita tidak gawat dan tidak darurat.
b. P2 ( label kuning) : penderita gawat tidak darurat atau darurat
tidak gawat.
c. P1 (label merah) : penderita gawat darurat.
d. Label hitam : penderita datang dalam keadaan D.O.A.

Gambar 1. Algoritma START

KeputusanTriase
a. Triage di luar rumah sakit.
Dari hasil triase yang dilakukan di luar rumah sakit
(prahospital), didapatkan keputusan sebagai berikut:
1. Pasien dengan kategori triase merah dapat ditransfer ke
RSUD Palembang BARI bila terdapat ruang perawatan
intensif yang kosong, jika tidak ada yang kosong dapat
langsung di transfer ke rumah sakit lain yang tesedia ruang
perawatan intensif dengan terlebih dulu menghubungi
rumah sakit rujukan.
2. Pasien dengan kategori triase kuning dapat ditransfer ke
RSUD Palembang BARI bila sumber daya rumah sakit dapat
memenuhi kebutuhan pasien. Jika rumah sakit tidak dapat
memenuhi kebutuhan pasien, pasien dapat langsung
ditransfer ke rumah sakit lain setelah terlebih dulu
menghubungi rumah sakit rujukan.
b. Triage didalam rumah sakit.
Dari hasil triage yang di lakukan di dalam rumah sakit,di
dapatkan keputusan sebagai berikut:
1. Pasien dengan kategori triase merah segera di transfer
ke kamar periksa IGD,yaitu ruang P1 (triage merah).
2. Pasien dengan kategori triase kuning ditransfer ke kamar
periksa IGD,yaitu ruang P2 (triage kuning).
3. Pasien dengan kategori triase hijau ditransfer ke ruang
P3 (triage hijau).
4. Pasien dengan kategori triage hitam ditransfer ke
kamar jenazah.
Jika fasilitas dan sarana di RSUD Palembang BARI tidak
dapat memenuhi kebutuhan pelayanan pasien tersebut,maka
dirujuk ke rumah sakit rujukan dengan fasilitas dan sarana yang
memadai untuk memenuhi kebutuhan pelayanan pasien
tersebut.

3. Primary survey
a. Petugas triase merespon dengan cepat terhadap kedatangan
pasien.
b. Petugas triase melakukan penilaian kesadaran dengan
menggunakan kriteria Glasgow Coma Scale
c. Petugas triase menilai pasien dengan henti jantung atau henti
nafas atau syok atau gangguan ABC atau DOA dimasukkan ke
dalam prioritas 1 (label merah) untuk dilakukan resusitasisegera
atau memastikan kematian. Untuk pasien neonatus (0–28 hari)
diarahkan ke tempat resusitasi bayi.
d. Setelah memastikan pasien DOA, pasien dikirim kekamar
mayat.
e. Pasien tersangka airborne disease diarahkan langsung keruang
isolasi IGD dengan menggunakan APD (Alat Pelindung Diri )
berupa masker.
f. Untuk pasien anak ( 0 – 18 tahun dan wanita hamil yang tidak
memiliki gangguan henti jantung atau henti nafas atau
gangguan ABC, langsung(Fast Track) menuju prioritas 2
khusus.
g. Jika pada hasil skrinning pasien awal di triase primer ditemukan
pasien dengan kondisi kegawatan yang potensial dapat
mengancam nyawa maka tindakan pemeriksaan terhadap
pasien dilakukan sedemikian rupasehingga dapat dilakukan
secara terintegrasidi ruang resusitasi untuk penatalaksanaan
lebih lanjut.
h. Jika pada hasil skrinning pasien awal ditriase primer ditemukan
pasien dengan kondisi tidak ada tanda – tanda kegawatan yang
potensial dapat mengancam nyawa maka tindakan
pemeriksaan terhadap pasien dilakukan di tempat periksa /
tempat observasi sesuai dengan kondisi klinisnya ( kasus
bedah/ non bedah/ obstetri dan ginekologi)
4. Resusitasi
5. Tambahan pada Primary Survey dan Resusitasi
a. EKG
b. Kateter Uretra
c. Kateter Lambung
d. Monitoring hasil resusitasi dan laboratorium
e. Pemeriksaan foto rontgen
6. Secondary Survey
a. Anamnesis
b. Pemeriksaan fisik
1) Hal yang dinilai : tingkat kesadaran, pupil, kepala,
maksilofasial, leher, thorax,abdomen,pelvis, medula spinalis,
columna vertebralis, ekstremitas
2) Identifikasi / tentukan : beratnya trauma,jenis cedera, dll
3) Penilaian : Skor GCS, pemeriksaan fisik, pemeriksaan
sensorik dan motorik, pemeriksaan rektum dan vagina serta
deformitas
7. Tambahan pada Secondary Survey
Jenis pemeriksaan yang dapat dipertimbangkan untuk diberikan
kepada pasiendapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 1. Rencana Pemeriksaan Diagnostik
No Jenis Pasien Jenis Pemeriksaan Penunjang
1 Pasien dewasa a. Darah rutin
b.Gula darah sewaktu
c. Foto thorax (jika usia >45tahun atau jika
ada indikasi)
d.EKG (jika usia >45 tahun atau jika ada
indikasi)
2 Pasien anak a. Darah rutin
b.Foto thorax bila ada indikasi
3 Pasien kebidanan a. Darah Rutin,
b.GDS
c. Golongan Darah,
d. PPT, APTT
e.Urin lengkap bila ada indikasi
4 PasienKritis a. ECG
b.Fotothorak
c. Pemeriksaan
d.Darah lengkap
e. Kimia Darah
f. AGD, CT Scan

Pada kasus kasus yang sudah pasti rumah sakit tidak bisa
memberikan pelayanan maka pemeriksaan penunjang diagnostik
dapat tidak dilakukan.

8. Re – Evaluasi penderita
a. Penilaian ulang terhadap penderita, dengan mencatat dan
melaporkan setiap perubahan pada kondisi pencerita dan
respon terhadap resusitasi.
b. Monitoring tanda – tanda vital dan jumlah urine.
c. Pemakaina analgetik yang tepat diperbolehkan.

9. Transfer Intar atau Ekstra RSUD PALEMBANG BARI


a. Intra Rumah Sakit
Apabila kondisi pasien sudah stabil dan atau keadaan pasien
sudah dapat dimonitor didalam ruang perawatan atau pasien
membutuhkan tempat perawatan yang lebih intensif.
b. Ekstra Rumah Sakit
Pasien dapat dirujuk apabila rumah sakit tidak mampu
mengangani pasien karena keterbatasan sumber daya rumah
sakit serta keadaan pasien yang masih memungkinkan untuk
dirujuk. Tentukan indikasi rujukan, prosedur rujukan dan
kebutuhan penderita selama perjalanan serta komunikasi
dengan dokter pada pusat rujukan yang dituju.
3. Skrinning Pasien Rujukan Sisrute
Pelayanan rujukan melalui aplikasi Sisrute (Sistem Informasi
Rujukan Rumah Sakit Terintegrasi) merupakan sistem rujukan online
antar fasilitas kesehatan untuk mendapatkan pelayanan kesehatan
sesuai dengan kebutuhannya. Pelayanan rujukan melalui Sisrute juga
dilakukan skrinning awal. Skrinning pasien melalui sisrute merupakan
pelaksanaan skrinning awal adalah sebagai berikut :
1. Proses skrining untuk pasien melalui aplikasi Sisrute
dilaksanakan melalui memberikan pertanyaan skrinning kepada
petugas kesehatan yang merawat di faskes sebelumnya. Setelah
dilakukan itu, dapat ditentukan apakah pasien masuk kriteria
kegawatdaruratan atau tidak.
a. Ada kegawatdaruratan
Dilakukan anamnesis dan permintaan data pemeriksaan fisik,
penunjang, dan terapi yang telah diberikan ke pasien di faskes
sebelumnya apakah mengarah ke rujukan sisrute covid-19 atau
noncovid-19
1) Rujukan noncovid
Dilakukan pelaporan ke dokter spesialis yang sesuai dengan
kebutuhan dokter spesialis dan sarana prasarana yang
tersedia dan dibutuhkan pasien rujukan. Bila tidak terdapat
dokter spesialis dan/ atau sarana/ prasarana yang
dibutuhkan, rujukan diarahkan ke faskes lainnya. Bila dokter
spesialis menerima rujukan, dan fasilitas sarana dan
prasana RSUD BARI sesuai dengan kebutuhan pasien
maka rujukan diterima dengan kondisi pasien stabil dan
transportable untuk dikirim. Kemudian dilakukan pemesanan
ruangan dan kebutuhan lainnya untuk persiapan menerima
pasien rujukan sisrute. Saat pasien datang di IGD dilakukan
skrinning ulang di triage IGD dan pelayanan sesuai tingkat
prioritas dan kebutuhan pasien.
2) Rujukan covid
Diarahkan melakukan sisrute rujukan covid-19
b. Tidak ada kegawatdaruratan
Diarahkan untuk melakukan rujukan Sisrute rawat jalan.
4. Skrining Pasien Rawat Inap
Skrining dan test diagnosis standar sebelum pasien dirawat adalah :
a. KasusUmum :
1) Pemeriksaanlaboraturium : hematologi (haemoglobin, leukosit,
eritrosit, trombosit, hitungjenis)
2) Kimia klinikstandar (ureum, kreatinin, SGOT/SGPT)
3) Hasil EKG (untukpasienjantungdandewasa> 40 th)
b. Pre Operatif :
1) Pemeriksaanlaboraturium : hematologi (haemoglobin, leukosit,
eritrosit, trombosit, hitungjenis)
2) Kimia klinikstandar (ureum, kreatinin, SGOT/SGPT)
3) Pemeriksaan thorax foto/rontgenfoto
4) Elektrokardiografi/rekamjantung
5) Hasilkonsul preoperative (penyakitdalam, kardiologi, dll)
c. PerawatanTuberkulosis
1) Pemeriksaanlaboraturium : hematologi (haemoglobin, leukosit,
eritrosit, trombosit, hitungjenis)
2) Pemeriksaan thorax foto/rontgenfoto
Pasien dapat didaftarkan masuk ke rumah sakit oleh dokter yang
memiliki Surat Ijin Praktek di RSUD Palembang BARI. Semua
admission memerlukan kelengkapan lembar kerja admission dari
dokter spesialis atau dokter umum dengan instruksi dari dokter, yaitu:
a. Lembar admission (Surat Pengantar Rawat inap)
b. Diagnosis saat datang
BAB IV
DOKUMENTASI

Skrinning pasien merupakan upaya untuk mendapatkan informasi


kesesuaian kebutuhan pasien dengan sumberdaya yang ada di rumah sakit
pada kontak pertama pada pasien di rawat jalan dan IGD.Kegiatan skrining
awal pasien di instalasii Gawat Darurat di tuliskan di dalam assesmen pasien
dalam catatan rekam medis melalui proses triase
BAB V
PENUTUP

Demikianlah panduan tentang skrining baik di dalam maupun di luar


Tuman sakit ini agar dapat dijadikan acuan dalam penyelenggaraan

pelayanan yang bermutu, aman, efektif dan efisien dengan mengutamakan


keselamatan pasien.

Untuk kesempurnaan dalam pembuatan panduan ini sangat

dinarapkan semua pembaca dapat memberikan masukan dan tanggapan.


Semoga panduan skrining penerimaan pasien rawat inap ini dapat
bermanfaat dan memudahkan semua pihak yang terkait dengan pelayanan
pasien di RSUD Palembang BARI

TPalembang, lo Janvar 2022


DIREKTURRSUD PALEMBANG BARI

RUMAR
PALEMBANG

dr. Hj, MAKIANIHLM-MMARS


Pembina Utama Muda
NIP.196504131996032001

Anda mungkin juga menyukai