PANDUAN
SKRINING
BAB I
DEFINISI
0 2 4 6 8 10
0—1= sangat bahagia karena tidak merasa nyeri sama sekali
2—3= sedikit nyeri
4—5= cukup nyeri
6—7= lumayan nyeri
8—9= sangat nyeri
10 = amat sangat nyeri (tak tertahankan)
5) Batuk:
a) Tidak ada
b) Batuk > 2minggu
Berdasarkan hasil skrining tersebut maka dapat diambil keputusan sebagai
berikut:
a. Poliklinik sesuai antrian
b. Poliklinik disegerakan
c. IGD
Skrining awal di Instalasi Rawat Jalan dilakukan oleh :
1. Satpam
Melakukan skrinning secara visual di depan pintu masuk ruang pendaftaran
atau:
a. Pada saat pasien tiba didepan pintu masuk ruang pendaftaran, lakukan
penilaian apakah ada tanda – tanda kegawat daruratan atau tidak.
b. Bila ada pasien / keluarga pasien tiba – tiba mengalami kegawatdaruratan
(henti jantung / henti nafas) langsung mengaktifkan code blue.
c. Jika pasien ada tanda gawat darurat, maka pasien langsung di arahkan ke
Instalasi Gawat Darurat.
d. Jika pasien tidak gawat darurat, maka lakukan penilaian apakah pasien
mempunyai keterbatasan fisik atau tidak. Jika pasien mempunyai
keterbatasan fisik, berikan alat bantu kepada pasien (brankar atau kursi
roda) dan keluarga pasien diarahkan untuk mendaftar di ruang
pendaftaran.
e. Jika pasien tampak batuk – batuk berkepanjangan (>2 minggu) atau batuk
berdarah maka berikan masker kepada pasien lalu pasien dan atau keluarga
di arahkan untuk mendaftar di ruang pendaftaran dan dipersilakkan duduk
di area batuk .
f. Tanyakan pada pasien apakah merasa pusing atau memerlukan bantuan
saat berdiri / berjalan atau pernah jatuh dalam 6 bulan terakhir. Jika salah
satu dijawab (ya) maka berikan alat bantu berupa brankar atau kursi roda
sesuai kondisi pasien.
2. Petugas Front Office
a. Melakukan skrining pada pasien di dalam ruangan pendaftaran.
b. Melakukan pemantauan pada seluruh pasien dan / atau keluarga yang
mengalami kegawat-daruratan. Bila ditemukan kegawat-daruratan berikan
pertolongan terlebih dahulu (BHD), kemudian pasien dibawa ke IGD.
3. Petugas Poliklinik (perawat)
a. Melakukan skrinning pada pasien diruang tunggu klinik.
b. Melakukan pemantauan pada seluruh pasien dan atau keluaraga pasien.
Jika ada pasien dan atau keluarga yang mengalami kegawatdaruratan
berikan pertolongan terlebih dahulu (BHD) kemudian pasien dibawa ke
IGD.
4. DPJP Poliklinik
Apabila dari pemeriksaan fisik atau pemeriksaan penunjang ditemukan
kegawat-daruratan segera transfer pasien ke Instalasi Gawat Darurat.
Tujuan skrinning rawat jalan ini, yaitu agar pasien yang datang ke klinik rawat
jalan dapat segera diketahui :
a. Ada kegawatdaruratan atau tidak
b. Ada keterbatasan fisik atau tidak
c. Ada batuk atau tidak
d. Ada resiko jatuh atau tidak
1. Triase
Triage adalah seleksi pasien sesuai tingkat kegawat-daruratan sehingga
pasien terseleksi dalam mendapatkan pertolongan sesuai dengan tingkat
kegawatdaruratannya. Triage dilakukan baik di luar rumah sakit (pra-hospital)
maupun di dalam rumah sakit.
Pelayanan Triase di RumahSakitMuhammadiyah Palembang
menggunakan Australian Triage Scale. Kategori ATS didasarkan pada kondisi
klinis pasien yang didapat dari pemeriksaan fisik dan anamnesa yang terdiri
dari kategori ATS 1 sampai Kategori ATS 5.
Keputusan Triase
a. Triage di luar rumah sakit.
Dari hasil triase yang dilakukan di luar rumah sakit (prahospital),
didapatkan keputusan sebagai berikut:
1. Pasien dengan ATS kategori 1 dan 2 dapat ditransfer ke
RumahSakitMuhammadiyah Palembangbila terdapat ruang perawatan
intensif yang kosong, jika tidak ada yang kosong dapat langsung di
transfer ke rumah sakit lain yang tesedia ruang perawatan intensif dengan
terlebih dulu menghubungi rumah sakit rujukan.
2. Pasien dengan ATS kategori 3 dan 4 dapat ditransfer ke
RumahSakitMuhammadiyah Palembangbila sumber daya rumah sakit
dapat memenuhi kebutuhan pasien. Jika rumah sakit tidak dapat memenuhi
kebutuhan pasien, pasien dapat langsung ditransfer ke rumah sakit lain
setelah terlebih dulu menghubungi rumah sakit rujukan.
b. Triage di dalam rumah sakit.
Dari hasil triase yang dilakukan di dalam rumah sakit, didapatkan
keputusan sebagai berikut:
1. ATS Kategori 1(Immediately Life Threatening: penanganan harus
diberikan SEGERA) adalah kondisi yang sangat mengancam nyawa atau
memiliki resiko penurunan tanda vital dan membutuhkan penanganan
yang agresif.
a. Cardiac arrest
b. Respiratory Arrest
c. Airway problem
d. RR < 10
e. TD < 80
f. GCS < 9
g. Kejang Prolong
h. Overdosis obat dengan hipoventilasi
2. ATS Kategori 2(Imminently Life Threatening: penilaian dan perawatan
dilakukan dalam 10 menit) adalah kondisi yang dapat mengancam nyawa
atau menimbulkan penurunan tanda vital yang dapat menyebabkan
kegagalan sistem organ tubuh atau mengalami nyeri yang sangat.
a. Resiko gangguan airway
b. Distress respiratory berat
c. Kegagalan sirkulasi: perfusi buruk, HR<50 atau >150 (dewasa),
Hipotensi,Kehilangan banyak darah.
d. Chest pain
e. Suspect sepsis
f. Neutropenia
g. GCS <13
h. Stroke akut
i. Demam dengan Letargi
j. Trauma asam basa mata
k. Multiple trauma
l. Fraktur mayor
m. Torsio testis
n. Psikiatri: agresif, melukai orang atau diri sendiri, memerlukan
restraint, gaduh gelisah.
3. ATS Kategori 3 (Potentially Life Threatening: Pemeriksaan dan
penanganan harus sudah dimulai dalam waktu 30 menit) adalah kondisi
yang berpotensial mengancam nyawa atau meningkatkan morbiditas dari
pasien.
a. Krisis Hipertensi
b. Kehilangan darah sedang
c. Sesak sedang
d. Post kejang
e. Muntah persisten
f. Dehidrasi
g. Cidera kepala ringan
h. Suspect sepsis ( tanda vital stabil)
i. Nyeri sedang (butuh analgesik)
j. Chest pain non cardiac
k. Cidera ekstremitas
4. ATS Kategori 4 (Potentially Serious: pemeriksaan dan penanganan harus
sudah dimulai dalam waktu 60 menit) adalah kondisi yang berpotensial
meningkatkan morbiditas dari pasien.
a. Perdarahan ringan
b. Aspirasi benda asing tanpa distress nafas
c. Trauma dada tanpa cidera rusuk atau distress nafas.
d. Luka kecil di kepala
e. Nyeri ringan
f. Muntah atau diare tanpa dehidrasi
g. Inflamasi mata karena benda asing
h. Luka ekstremitas ringan
i. Nyeri perut yang tidak spesifik
j. Psikiatri: gangguan mental yang tidak urgent, dalam pengobatan dan
tidak ada resiko membahayakan diri
5. ATS Kategori 5 (Less Urgent : pemeriksaan dan penanganan dimulai
dalam waktu 120 menit) adalah kondisi yang tidak menigkatkan
morbiditas dari pasien walaupun penanganannya ditunda selama 2 jam
dari kedatangan.
a. Nyeri yang minimal tanpa resiko tinggi
b. Tidak ada riwayat sebelumnya atau asimtomatik
c. Gejala minor
3. Primary survey
a. Petugas triase merespon dengan cepat terhadap kedatangan pasien.
b. Petugas triase melakukan penilaian kesadaran dengan menggunakan
kriteria Glasgow Coma Scale
c. Petugas triase menilai pasien dengan henti jantung atau henti nafas atau
syok atau gangguan ABC atau DOA dimasukkan ke dalam prioritas 1
(label merah) untuk dilakukan resusitasi segera atau memastikan kematian.
Untuk pasien neonatus (0 – 28 hari) diarahkan ke tempat resusitasi bayi.
d. Setelah memastikan pasien DOA, pasien dikirim ke kamar mayat.
e. Pasien tersangka airborne disease diarahkan langsung keruang isolasi IGD
dengan menggunakan APD (Alat Pelindung Diri ) berupa masker.
f. Untuk pasien anak ( 0 – 18 tahun dan wanita hamil yang tidak memiliki
gangguan henti jantung atau henti nafas atau gangguan ABC, langsung
(Fast Track) menuju prioritas 2 khusus.
g. Jika pada hasil skrinning pasien awal di triase primer ditemukan pasien
dengan kondisi kegawatan yang potensial dapat mengancam nyawa maka
tindakan pemeriksaan terhadap pasien dilakukan sedemikian rupa sehingga
dapat dilakukan secara terintegrasi di ruang resusitasi untuk
penatalaksanaan lebih lanjut.
h. Jika pada hasil skrinning pasien awal di triase primer ditemukan pasien
dengan kondisi tidak ada tanda – tanda kegawatan yang potensial dapat
mengancam nyawa maka tindakan pemeriksaan terhadap pasien dilakukan
di tempat periksa / tempat observasi sesuai dengan kondisi klinisnya
( kasus bedah / non bedah/ obstetri dan ginekologi)
4. Resusitasi
6. Secondary Survey
a. Anamnesis
b. Pemeriksaan fisik
1) Hal yang dinilai : tingkat kesadaran, pupil, kepala, maksilofasial, leher,
thorax, abdomen, pelvis, medula spinalis, columna vertebralis,
ekstremitas
2) Identifikasi / tentukan : beratnya trauma, jenis cedera, dll
3) Penilaian : Skor GCS, pemeriksaan fisik, pemeriksaan sensorik dan
motorik, pemeriksaan rektum dan vagina serta deformitas
7. Tambahan pada Secondary Survey
Jenis pemeriksaan yang dapatdipertimbangkan untuk diberikan kepada
pasiendapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel Rencana Pemeriksaan Diagnostik
No Jenis Pasien Jenis Pemeriksaan Penunjang
1 Pasien dewasa a. Darah rutin
b.Gula darah sewaktu
c. Foto thorax (jika usia >45tahun atau
jika ada indikasi)
d.EKG (jika usia >45 tahun atau jika ada
indikasi)
2 Pasien anak a. Darah rutin
b.Foto thorax bila ada indikasi
8. Re – Evaluasi penderita
a. Penilaian ulang terhadap penderita, dengan mencatat dan melaporkan
setiap perubahan pada kondisi pencerita dan respon terhadap resusitasi.
b. Monitoring tanda – tanda vital dan jumlah urine.
c. Pemakaina analgetik yang tepat diperbolehkan.
9. Transfer Intar atau Ekstra RumahSakitMuhammadiyah Palembang
a. Intra Rumah Sakit
Apabila kondisi pasien sudah stabil dan atau keadaan pasien sudah dapat
dimonitor didalam ruang perawatan atau pasien membutuhkan tempat
perawatan yang lebih intensif.
b. Ekstra Rumah Sakit
Pasien dapat dirujuk apabila rumah sakit tidak mampu mengangani pasien
karena keterbatasan sumber daya rumah sakit serta keadaan pasien yang
masih memungkinkan untuk dirujuk. Tentukan indikasi rujukan, prosedur
rujukan dan kebutuhan penderita selama perjalanan serta komunikasi
dengan dokter pada pusat rujukan yang dituju.
Skriningpasienmerupakanupayauntukmendapatkaninformasikesesuaiankeb
utuhanpasiendengansumberdaya yang ada di
rumahsakitpadasaatkontakpertamadenganpasien di rawatjalanmaupun di IGD.
Kegiatanskriningawalpasien di
InstalasiGawatDaruratdituliskandidalamassesmenpasiendalamcatatanrekammedis
melalui proses triase.
BAB V
PENUTUP
Demikianlahpanduanskrinningbaik di dalammaupun di
luarrumahsakitinidibuatsebagaiacuandalampelaksanaanpelayanan yang bermutu,
aman, efektif, danefesiendenganmengutamakankeselatanpasien di
InstalasiGawatDaruratRumahSakitMuhammadiyah Palembang.
Semogapanduaninidapatbermanfaatdanmemudahkanpihak yang
terkaitdalampelayananpasien di RumahSakitMuhammadiyah Palembang.