Ketahanan Beberapa Varietas Gandum Yang Ditanam Di Dataram Medium
Ketahanan Beberapa Varietas Gandum Yang Ditanam Di Dataram Medium
SKRIPSI
Oleh
Khairul Ikram
C1M015095
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS MATARAM
2019
ii
Oleh
Khairul Ikram
C1M015095
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS MATARAM
2019
iii
HALAMAN PERNYATAAN
menyatakan bahwa skripsi ini adalah hasil karya saya yang belum pernah diajukan
untuk mendapatkan gelar sarjana pada perguruan tinggi manapun, dan bukan
merupakan duplikasi sebagaian atau seluruhnya dari karya orang lain yang
diterbitkan atau tidak diterbitkan, kecuali kutipan berupa data atau informasi yang
sumbernya dicantumkan dalam naskah dan Daftar Pustaka.
Pernyataan ini dibuat dengan sebenar-benarnya secara sadar dan
bertanggung jawab, dan saya bersedia menerima sanksi pembatalan skripsi
apabila melakukan duplikasi terhadap karya ilmiah lain yang sudah ada.
Khairul Ikram
C1M015095
iv
HALAMAN PENGESAHAN
telah berhasil dipertahankan di depan Dosen Penguji yang terdiri atas: Prof. Ir. M
Taufik Fauzi, M. Sc., Ph.D., Dr. Ir. Mery Windarningsih, M. Si.,
dan ..................?. Pada tanggal ............... 2019, dan diterima sebagai salah satu
syarat untuk memperoleh Gelar Sarjana Pertanian pada Fakultas Pertanian
Universitas Mataram. Skripsi tersebut telah diperiksa, diperbaiki dan disetujui
oleh dosen pembimbing.
Menyetujui:
Pembimbing Utama Pembimbing Pendamping
Prof. Ir. M Taufik Fauzi, M. Sc., Ph.D. Dr. Ir. Mery Windarningsih, M. Si
NIP. 19600813 198703 1 003 NIP. 19640110 198903 2 003
Mengetahui:
Dekan Ketua Jurusan
Fakultas Pertanian
KATA PENGANTAR
Khairul Ikram
C1M015095
vi
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN SAMPUL.....................................................................................i
HALAMAN JUDUL.........................................................................................ii
HALAMAN PERNYATAAN..........................................................................iii
HALAMAN PENGESAHAN..........................................................................iv
KATA PENGANTAR......................................................................................v
DAFTAR ISI.....................................................................................................vi
DAFTAR TABEL.............................................................................................viii
DAFTAR GAMBAR........................................................................................ix
DAFTAR LAMPIRAN.....................................................................................x
RINGKASAN....................................................................................................xi
BAB I. PENDAHULUAN................................................................................1
1.1. Latar Belakang.............................................................................................1
1.2. Tujuan Penelitian.........................................................................................2
1.3. Kegunaan Penelitian....................................................................................2
1.4. Hipotesis......................................................................................................3
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA.....................................................................4
2.1. Tanaman Gandum (Triticum aestivum L)...................................................4
2.1.1. Klasifikasi Tanaman Gandum...........................................................4
2.1.2. Karakteristik dan Morfologi Tanaman Gandum...............................5
2.1.3. Fase Pertumbuhan Gandum...............................................................11
2.2. Penyakit Tanaman Gandum.........................................................................18
2.2.1. Penyakit Hawar Malai.......................................................................18
2.2.2. Hawar Malai Phoma..........................................................................19
2.2.3. Hawar Malai Curvularia....................................................................19
2.2.4. Hawar malai Alternaria.....................................................................19
2.3. Mekanisme Ketahanan Tanaman Gandum..................................................19
BAB III. METODOLOGI PENELITIAN......................................................21
3.1. Tempat dan Waktu Penelitian......................................................................21
vii
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1. Tabel 3.6. Pengelompokan Ketahanan Tanaman Gandum..................24
2. Tabel 4.1. ANOVA Persentase Kejadian Penyakit..............................25
3. Tabel.4.2. Data Uji Lanjut (BNJ 5%) Persentase Kejadian Penyakit...25
4. Tabel 4.3. ANOVA Berat 1000 Butir Biji Tanaman Gandum...........26
5. Tabel.4.4. Data Uji Lanjut (BNJ 5%) Berat 1000 Butir Biji................27
ix
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
2.1.1. Tanaman Gandum dan Bagian Bagiannya..............................................5
2.1.3. Tahap-Tahap Pertumbuhan dan Perkembangan Gandum.........12
4.1. Penyakit Hawar Malai Pada Gandum........................................................26
4.2. Grafik Rata Rata (%) Kejadian Penyakit dan Kategori Ketahanan
Terhadap Penyakit Hawar Malai...............................................................27
4.3. Grafik Rata Rata (%) Berat 1000 Butir Biji Tanaman Gandum
Terhadap Penyakit Hawar Malai...............................................................29
x
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
1. Layout Percobaan di Lapangan............................................................41
2. Data Persentase Kejadian Penyakit................................................42
3. Hasil Rata Rata Berat 1000 Butir Biji Tanaman Gandum....................43
4. Hasil Analisis ANOVA Kejadian Penyakit..........................................44
5. Hasil Analisis ANOVA Berat 1000 Butir Biji Tanaman Gandum.......46
6. Dokumentasi Kegiatan di Lapangan.....................................................48
7. Dokumentasi Kegiatan di Laboratorium..............................................49
xi
RINGKASAN
Dewata (V2), Varietas Axe (V3), Varietas Gladius (V4), Varietas Correl (V5),
Varietas Cobra (V6), Varietas Espada (V7), Varietas Scout (V8), Varietas Mace
(V9), Varietas Sunstate (V10), Varietas Janz (V11), Varietas Westonia (V12),
diuji ketahanannya terhadap penyakit hawar malai dan di Laboratorium dilakukan
identifikasi patogen penyebab penyakit hawar malai.
Pengamatan yang dilakukan di lapangan terhadap gejala penyakit hawar
malai dan kejadian penyakit tanaman gandum. Gejala pertama dari penyakit ini
terjadi sesaat setelah pembungaan. Malai yang terserang tampak prematur dan
memutih dan menyebar di antara biji, sampai gejala terlihat pada seluruh malai.
Malai yang terinfeksi menjadi sedikit hitam dan berminyak, dan tertutupi oleh
miselia jamur pada bagian permukaannya. Hasil identifikasi di laboratorium
menunjukkan bahwa patogen penyebab penyakit hawar malai pada tanaman
gandum di dataran medium Lombok Timur adalah jamur Fusarium sp.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada percobaan di lapangan
ditemukan ketahanan yang berbeda dari masing-masing varietas gandum terhadap
penyakit hawar malai, dengan persentase kejadian penyakit tertinggi pada
perlakuan Varietas Axe (34,19%), kemudian diikuti oleh Varietas Sunstate
(24,66%), Varietas Nias (22,27%), Varietas Espada (22%), Varietas Scout
(21,11%), Varietas Westonia (20,91%), Varietas Janz (20,32%), Varietas Mace
(19,92%), Varietas Gladius (18,77%), Varietas Dewata (12,16%), Varietas Cobra
(9,07%), dan terendah pada Varietas Correll (8,47%).
Rata Rata Berat 1000 butir biji gandum tertinggi terdapat pada perlakuan
Varietas Espada yaitu (37,70%) yang memiliki persentase kejadian penyakit
(22%) dengan kategori ketahanan agak tahan terhadap penyakit hawar malai,
kemudian diikuti oleh perlakuan: Varietas Correll yaitu (36,32%) dengan kategori
tahan, Varietas Gladius (35,93%) kategori tahan, Varietas Axe (34,34%) kategori
rentan, Varietas Dewata (33,16%) kategori tahan, Varetas Westonia (32,95%)
kategori agak tahan, Varietas Nias (31,54%) kategori agak tahan, Varietas
Sunstate (28,48%) kategori agak tahan, Varietas Mace (28,06%) kategori tahan,
Varietas Janz (27,84%) kategori agak tahan, Varietas Scout (27,63%), dan berat
1000 butir biji tanaman gandum terendah terdapat pada perlakuan Varietas Cobra
xiii
(23,02) dengan kategori tahan. Perbedaan ketahanan dan rata rata persentase berat
1000 butir biji tanaman gandum tidak hanya disebabkan oleh persentase kejadian
penyakit maupun ketahanan varietas, namun disebabkan oleh kemampuan masing
masing varietas dalam beradaptasi pada lingkungan tropis.
1
BAB I. PENDAHULUAN
terhadap penyakit hawar malai dan diharapkan dapat menjadi sumber informasi
bagi masyarakat serta peneliti selanjutnya.
1.4 Hipotesis
Diduga terdapat perbedaan ketahanan masing-masing vareietas gandum
terhadap penyakit hawar malai yang ditanam di dataran medium.
4
Buluh/Awn
Malai/
Head/Spike
Ruas/Internode
Daun Bendera/Flag
Leaf
Daun/Leaf
Batang Utama/Main
stem
Anakan/Tiller
Buku/Node
Akar/Root
Akar
Sebagaimana tanaman serealia lainnya, sistem perakaran gandum
adalah perakaran serabut. Terdapat dua tipe perakaran gandum, yaitu
akar primer (seminal root) dan akar skunder (nodal root). Akar primer
terdiri atas radikula (radicle) dan akar seminal lateral (lateral seminal
roots). Akar primer berkembang dari primordial akar yang tumbuh pada
saat biji gandum berkecambah, pada saat masih embrio, setidaknya
6
terdapat enam akar primordial, yang terdiri atas satu akar radikula
(radical) dan dua pasang akar seminal lateral. Pada saat
perkecambahan akar primordial (radikula dan seminal) menembus
koleoriza dan akan tumbuh memanjang hingga kurang lebih 2 m, akar
kemudian digantikan oleh akar skunder (crown/adventitious) (Kirby, 2002
dalam Curtis et al., 2002).
Akar sekunder berkembang pada saat tanaman mulai membentuk anakan
atau telah memiliki empat daun. Akar skunder tumbuh pada buku mahkota (crown
nodes) yang terletak pada buku ke-3-7 paling bawah dari tunas utama dan anakan.
Pada buku yang lebih atas, setiap buku terdapat 5-6 akar (Percival 1921 dalam
Andriani dan Insani, 2015 ).
Batang
Batang beruas, berbetuk bulat memanjang dengan diamater 1-2 cm,
panjang batang 3-5 cm bahkan lebih, berwarna kehijaun muda dengan tekstur
lunak, lembut dan terdapat bulu – bulu halus di permukaanya (Andriani dan
Insani, 2015).
mencapai 25-40% dari bahan kering total (Percival 1921 dalam Andriani dan
Insani, 2015).
Daun
Daun gandum berbentuk pita sejajar tulang daun, tersusun atas helai daun
(leaf blade), pelepah daun (leaf seath), ligula (ligule) dan aurikel (auricle). Bagian
dasar pelepah daun melekat pada buku dan menyelimuti batang. Pelepah daun
berfungsi melindungi batang dari cuaca ekstrim dan menopang batang agar tidak
mudah rebah (Kirby, 2002).
Batang gandum bagian bawah tertutup oleh pelepah yang saling tumpang
tindih, sehingga batang tidak terlihat. Namun pada ruas terakhir, pelepah daun
akan menutupi bakal malai sebelum malai pecah. Setelah malai pecah/muncul dan
ruas terakhir memanjang, hanya sebagian batang yang akan tertutup oleh pelepah
(Kirby, 2002).
Anakan
Anakan tanaman gandum merupakan cabang lateral yang tumbuh dari
pangkal daun pada batang utama. Anakan memiliki struktur yang sama dengan
batang utama dan membentuk malai, meski tidak semua anakan mampu
menghasilkan malai. Anakan yang terbentuk umumnya sejumlah pangkal daun
yang terdapat pada buku mahkota. Anakan yang terbentuk dari batang utama
disebut anakan primer (primary tiller), yang menghasilkan anakan skunder
(scondary tiller). Pada bagian koleoptil juga kadang tumbuh anakan, yang disebut
anakan koleoptil (colleoptile tiller) (Kirby, 2002).
Anakan umumnya mulai tumbuh pada saat daun ke-3 telah berkembang
sempurna dan daun ke-4 muncul dari batang utama. Anakan pertama (T1) tumbuh
di bawah ligula daun pertama, begitu seterusnya. Anakan primer mampu
membentuk anakan sendiri yang disebut dengan anakan skunder. Pertumbuhan
anakan ini terhenti setelah terjadi perpanjangan ruas. Jumlah anakan bergantung
pada varietas dan kondisi lingkungan. Jumlah anakan produktif gandum musim
dingin pada kondisi optimal adalah 2-3 batang per tanaman. Pada kondisi suhu
8
hangat, jumlah anakan yang muncul akan lebihbanyak daripada suhu dingin. Di
Indonesia dengan suhu yang lebih hangat, jumlah anakan produktifnya rata-rata 4
batang. Anakan juga memberikan kontribusi bagi batang utama dalam
menghasilkan karbohidrat dan hasil biji. Bahkan pada kondisi tercekam, anakan
sangat berperan dalam menguragi kerugian hasil, terutama bila batang utama
gagal membentuk malai atau rusak. Jumlah populasi optimal setiap 930 cm2
adalah 30-35 tanaman dengan 70 anakan. Namun pada kondisi kekurangan nutrisi,
anakan cenderung tidak berhasil membentuk malai karena terjadi kompetisi antara
batang utama dan anakan dalam mendapatkan cahaya dan unsur hara serta
fotosintat (Wahyu et al., 2013).
Bunga
Pembungaan pada tanaman gandum bersifat determinate, artinya
pertumbuhan vegetatif terhenti pada saat pembungaan. Bunga gandum merupakan
sekelompok bunga yang tersusun dalam malai (ear/spike). Pada setiap malai
terdapat beberapa spikelet (spikelet) , dan setiap spikelet terdiri atas beberapa
bunga tunggal (floret) (Kirby, 2002).
Malai gandum tersusun atas spikelet dan tangkai malai (rachis). Pada
tangkai malai utama terdapat beberapa ruas yang pendek sebagai tempat
tumbuhnya spikelet. Terdapat dua baris spikelet pada tangkai malai utama (main
axis/rachis), yang tersusun saling berhadapan. Distribusi spikelet beragam dari
sangat rapat hingga longgar, bergantung pada varietas. Beberapa varietas memiliki
spikelet yang longgar di bagian pangkal dan sangat rapat pada ujungnya. Spikelet
yang berada paling ujung malai disebut spikelet terminal (terminal spikelet).
Spikelet terminal pada beberapa varietas tidak berkembang dengan baik, bahkan
tidak ada, selain itu juga ditemukan spikelet yang tidak berkembang normal pada
pangkal malai. Dalam setiap malai terdapat 5-30 spikelet (Wirawan et al. 2013).
lower glume, sedangkan sekam yang berada di atasnya disebut upper glume,
keduanya tersusun berhadapan, sehingga menutup sejumlah bunga tunggal yang
ada pada spikelet. Sekam umumnya memiliki struktur keras, pada saat masih
muda berwarna hijau hingga keunguan, dan pada saat masak fisiologis berwarna
putih, cokelat, merah atau hitam, bergantung pada varietas. Pada ujung spikelet
juga sering terdapat 1-2 bunga tunggal yang abnormal akibat tidak sempurnanya
perkembangan benang sari dan bakal biji (Puspit et al. 2013).
Biji
Biji berbentuk bulat oval dengan panjang 6-8 mm, diameter 2-3 mm,
keras, dan juga memiliki 3 bagian utama yaitu bran, endospermae dan germ. Biji
ini berwarna kecoklatan hingga kehitaman muda, biasanya biji ini juga sangat
sulit dipisahkan dengan kulitnya. Sehingga jika ingin memisahkan antara biji
dengan kulit harus dilakukan pengeilingan terlebih dahulu (Kurniawan, 2017).
Biji gandum bekeping satu dan keras sehingga sering disebut kariopsis
(caryopsis). Jumlah biji yang terbentuk dalam setiap spike bila semua bakal biji
terserbuki dan tumbuh normal mencapai lima biji/spike, sedangkan jumlah spike
bisa mencapai 20 spike/malai, namun jumlah biji per malai 10-60 biji. Panjang
biji 3-8 mm, dengan bobot 1.000 biji berkisar antara 15-44 g. Bobot biji gandum
akan menurun bila suhu udara dan suhu tanah meningkat. Dengan bobot 1.000 biji
15-44 g, kebutuhan benih dalam 1 ha sekitar 50 kg (Wirawan et al,. 2013)
saat kotak sari keluar dari sekam (lemma dan palea) merupakan pertanda
proses penyerbukan sudah terjadi, 5-7% serbuk sari sudah tersebar di
dalam sekam. Kotak sari yang keluar dari sekam berwarna kuning hingga
putih (Allan 1980).
turun. Akumulasi bahan kering biji sebagian besar sudah tercapai. Embrio
sudah hampir mendekati ukuran maksimum. Fase masak adonan terjadi
antara 17-21 hari setelah penyerbukan. Fase terakhir dari fase ini adalah
masak adonan keras (hard dough). Pada fase ini, endosperm sudah keras
jika ditekan dengan jari, biji sudah tidak bisa pecah tetapi meninggalkan
bekas kuku (dented). Kandungan air pada endosperm berkisar antara 30-
40%. Bobot kering kernel sudah mencapai masimum. Fase ini terjadi pada
21-30 hari setelah penyerbukan. Pada fase masak adonan, tanaman rentan
terhadap rebah (Herbek and Lee, 2009).
tersebut. Pada akhirnya menginfeksi semua bulir pada malai tersebut. Penyakit
hawar malai disebabkan oleh Helminthosporium sp. Dan Curvularia sp.
Secara kasat mata, penyakit ini sulit dibedakan antara kedua patogen, perlu
dilakukan pengamatan di bawah mikroskop. Konidium Helminthosporium sp.
berwarna kuning kecokelatan sampai kehitaman, memiliki 1-7 sekat.
Konidium berbentuk oval panjang, bagian tengahnya membesar dan kedua
ujungnya mengecil dan tumpul (Widodo, 2014).
Mekanisme resistensi pasif yaitu jika mekanisme ini sudah ada sebelum
tumbuhan terinokulasi patogen dan berfungsi untuk mencegah jangan sampai
inang kemudian tumbuh dan berkembang dalam tubuh inang akan mencegah
masuk atau untuk mencegah perkembangan patogen lebih jauh. Mekanisme
resistensi aktif terjadi setelah tanaman diserang patogen. Mekanisme timbul dalam
sistem genetik dari inang dan pathogen yang berinteraksi dengan reaksi inang
(Semangun, 1993) untuk mencegah perkembangan patogen sendiri. Umumnya
mekanisme bertahan yang aktif terjadi lebih sering dibanding yang pasif
(Sastrahidayat, 1990). Misalnya, struktur pertahanan dinding sel.
a.2. Pemurnian
Pemurnian dilakukan untuk memisahkan mikroba yang sudah
tumbuh pada media PDA + Chlorampenicol, karena pada saat isolasi
masih tercampur dengan mikroba lain, dengan cara mengambil
sedikit bagian jamur yang sudah dipotong menggunakan jarum ent.
n
Ip = ×100 %
N
Keterangan :
1 0% - 20% Tahan
4.1. Hasil
Gejala pertama dari penyakit ini terjadi setelah pembungaan. Malai yang
terserang tampak coklat kepucatan kemudian menjadi titik hitam berkembang
menjadi hitam pekat karna ada konidiofor dan konidia patogen tersebut seiring
dengan berkembangnya patogen dan menyebar di antara biji (Gambar 4.1.A).
Seiring dengan berjalannya waktu, gejala ini bisa terlihat pada seluruh malai
(Schmale III and Bergstrom, 2010). Malai yang terinfeksi menjadi sedikit hitam
dan berminyak. Biji yang terinfeksi tertutupi oleh miselia cendawan pada bagian
permukaannya sehingga malai berwarna putih (Prescott et al., 2012). Hasil isolasi
dari malai tanaman gandum yang menunjukkan gejala sakit hawar malai di
lapangan meunjukkan koloni jamur berwarna putih dan tekstur permukaan koloni
yang berserabut, serta bentuk tepi koloninya berserabut (Gambar 4.1.B), dan
memiliki mikrokonidia yang terletak pada konidiofor yang tidak bercabang
(Gambar 4.1.C), sementara makrokonidia berbentuk melengkung, panjang dengan
ujung mengecil dan mempunyai satu atau tiga buah sekat (Gambar 4.1.D).
24
C
D
Gambar 4.1. Penyakit hawar malai pada gandum. Gejala penyakit hawar
malai di lapangan (A), Bentuk koloni Fusarium sp hasil isolasi
umur 5 hsi (B), Bentuk konidiofor (a) dan mikrokonidia (b)
Fusarium sp (16 x 40) (C), Bentuk makrokonidia Fusarium sp (16
x 40) (D).
pengaruh yang sangat nyata (S) terhadap persentase kejadian penyakit hawar daun
pada tanaman gandum (P = 0,00) (Tabel 4.1.).
rendah yaitu 8,47% tetapi tidak berbeda nyata dengan V10, V1, V7, V8, V12,
V11, V9, V4, V2, V6 dan V5 namun berbeda nyata dengan perlakuan V3. Rata-
rata persentase kejadian penyakit digunakan sebagai patokan untuk
mengelompokkan ketahanan masing-masing perlakuan. Pengelompokan
perlakuan berdasarkan ketahanannya dimaksudkan untuk mengetahui perlakuan
mana yang tahan, agak tahan, agak rentan, dan sangat rentan. Rata-rata persentase
kejadian penyakit dan kategori ketahanan gandum tertera pada Gambar 4.2
Rata - Rata (%) Kejadian Penyakit
40 34,19
(R)
35
30 24,65
22,27 22 21,11 (AT) 20,32 20,91
25 (AT) 18,77 (AT) (AT) 19,92
(T) (T) (AT) (AT)
20
12,15
15 (T) 8,46 9,07
(T) (T)
10
ab b a ab b b ab ab ab ab ab ab
5
0
V1 V2 V3 V4 V5 V6 V7 V8 V9 V10 V11 V12
Perlakuan
Gambar 4.2. Grafik rata-rata (%) kejadian penyakit dan kategori ketahanan gandum
terhadap penyakit hawar malai.
Tabel.4.4. Data Uji Lanjut (BNJ 5%) Berat 1000 Butir Biji
40.00 37.70
35.93 36.32
Berat 1000 Butir Biji Gandum 35.00 34.35 32.96
33.17
31.54
30.00 27.64 28.07 28.48 27.85
25.00 23.03
20.00
ab ab ab a a c a bc b bc b ab
15.00 c c
10.00
5.00
0.00
V1 V2 V3 V4 V5 V6 V7 V8 V9 V10 V11 V12
Perlakuan
Gambar 4.3. Grafik rata-rata (%) berat 1000 butir biji tanaman gandum terhadap
penyakit hawar malai.
4.2. Pembahasan
berwarna putih dan tekstur permukaan koloni yang berserabut, serta bentuk tepi
koloninya berserabut, sedangkan dari hasil pengamatan secara mikroskopis
menunjukkan bahwa jamur tersebut memiliki mikrokonidia yang terletak pada
konidiofor yang tidak bercabang, sementara makrokonidia berbentuk
melengkung, panjang dengan ujung mengecil dan mempunyai satu atau tiga buah
sekat, makrokonidia dari jamur Fusarium sp umumnya seperti bulan sabit
(Wegulo et. al 2008).
Paulitz (1994) bahwa gandum bergenotype kerdil lebih retan terhadap penyakit
hawar malai berdasarkan hasil infeksi alami di lapanganh hal tersebut terjadi
karena permukaan tanah merupakan sumber inokulum dari Fusarium sp. Menurut
Steinkellner et al. (2005), Fusarium sp adalah cendawan tanah yang terdapat
di rizosfir dari banyak spesies tanaman. Kebanyakan spesies Fusarium sp adalah
cendawan tanah yang bersifat saprofit pada substrat organik. Namun,
beberapa spesies Fusarium sp pada tanah juga dapat menyebabkan penyakit
tanaman, terutama hawar daun dan hawar malai. Pernyataan tesebut sesuai
dengan hasil pengamatan Darma (1993) bahwa gejala penyakit tampak lebih berat
pada daun dan malai tanaman, hal ini disebabkan oleh keadaan iklim pada bagian
bawah lebih lembab dibandingkan dengan keadaan di bagian atas tanaman.
Hal tersebut dibuktikan dengan hasil yang paling tinggi untuk berat 1000
butir biji pada varietas Espada yaitu 37,70% dengan kategori varietas agak tahan,
dan tingkat hasil yang paling rendah pada varietas Cobra yaitu 23,02% dengan
kategori varietas tahan. Pada perlakuan V7 tidak berbeda nyata dengan V5, V4,
V3, V2, V12, dan V1 dengan berat 1000 butir biji berturut turut yaitu 36,32%
dengan kategori varietas tahan, 35,93% dengan kategori varietas tahan, 34,34%
dengan kategori varietas rentan, 33,16% dengan kategori varietas tahan, 32,95%
dengan kategori varietas agak tahan, dan 31,54% dengan kategori varietas agak
tahan. Namun berbeda nyata dengan perlakuan V10, V9, V11, V8, dan V6 dengan
berat 1000 butir biji berturut turut yaitu 28,48%, 28,06%, 27,84%, 27,63%, dan
32
23,02% dengan ketahanan rata rata pada varietas tersebut yaitu agak tahan. Pada
perlakuan V7 yang dikategorikan kedalam varietas agak tahan berbeda nyata
dengan V6 dan V9 yang dikategorikan kedalam varietas tahan, V8 dan V11 yang
dikategorikan kedalam variets agak tahan. Hal ini dikarenakan V7 sudah sering
ditanam pada dataran medium sebagai percobaan penelitian sehingga V7 mampu
beradaptasi dengan iklim tropis yang dapat menghasilkan banyak malai profuktif
dan berat biji yang tinggi, berbeda dengan V9 walaupun dikategorikan kedalam
varietas yang sama dengan V6, kemudian V11 dan V8 yang dikategorikan
kedalam varietas agak tahan memiliki berat 1000 butir biji yang rendah, karena
keempat varietas tersebut merupakan varietas introduksi yang belum bisa
beradaptasi dengan baik pada iklim tropis khususnya pada dataran medium.
33
5.1. Kesimpulan
5.2. Saran
Penulis berharap untuk penelitian selanjutnya yang mengambil topik yang
sama disarankan agar dapat memperhatikan ketahanan varietas dengan teliti,
supaya lebih tau patogen apa saja yang menyerang malai tanaan gandum. karna
ketahanan varietas gandum yang ditanam memberikan peran yang sangat penting
terhadap hasil yang akan didapatkan. Dan dengan mengetahui patogen yang
menyerang tanaman gandum khususnya malai gandum dapat mengetahui dengan
cepat cara pengendalianya.
34
DAFTAR PUSTAKA
Blum A. 1988. Plant Breeding for Stress Environments. CRC Press, Inc. Boca
Raton. Florida, pp 223. Ref.945
Conley S. P., Scharf P., Mansfield C and Christmas E. 2003. Wheat tiller
number and spring nitrogen recommendations. Integrated Pest
& Crop Management Newsletter: Missouri.
Fauzi M. T., and Paulitz T. C. 1994. The effect of plant growth regulators
and nitrogen on Fusarium head blight of the spring wheat cultivar
Max. Plant Dis. 78:289292.
36
Jiang Y., and B. Huang. 2000. Effects of Calcium on Antioxidant Activities and
Water Relations Associated with Heat Tolerance in Two Cool-Season
Grass. J. of Exp. Bot. 52(355):341–359.
Nevo E., Korol A. B., Beiles A. and Fahima T. 2002. Evolution of wild emmer
and wheat improvement: population genetic, genetic resources
and genome organization of wheat’s progenitor Triticum
diccoides. XXII. Springer-Verlag Berlin Heidelberg. p.364.
38
Poole, N. 2005. Cereal growth stage: the link to crop management. Grain
Research and Development Corporation. New Zeland. p 37.
Diunduh 22 April 2019
Riduan A., Santoso J., Utomo SD.dan Sudarsono. 2007. Hubungan Antara
Ekspresi Gen P5CS Dengan Pertumbuhan Dan Hasil Biomasa
Tembakau Transgenik Dalam Kondisi Non-Stres. Agrotropika 13(12):
1-9
Schoffl F., Prandl R., and Reindl A. 1999. Molecular responses to heat stress.
In K. Shinozaki and K. Yamaguchi-Shinozaki (Eds.), Molecular
39
Simmons S. R., Oelke E. A., and Anderson P. M., 1995. Growth and development
guide for spring wheat. Minnesota Extension Service, University of
Minnesota.
http://www.extension.umn.edu/agricultre/small-grains/growth-and-
development-guide-for-spring-wheat/ [2 Oktober 2018]
Sleeper DA, Poehlman JM. 2006. Breeding Field Crops. 5th ed. USA
(US): Iowa State University Press.
Throup-Kristensen K., Cortasa M. S., and Loges R. 2009. Winter wheat roots
grow twice as deep as spring wheat roots, is this important for N
uptake and N leaching loses. Plant Soil 322:101-114.
Wahid A., S Gelani, M. Ashraf, and M.R. Foolad. 2007. Heat tolerance in
plants: an overview. Environ. Exp. Bot 61(2007): 199–223.
Zadoks J. C., Chang T. T., and Konzak C. F. 1974. A decimal code for the
growth stage of cereals. Weed research 14(6): 415-421.
41
6 9 Kode Varietas :
1 7 B 1. Nias
L
4 8 O 2. Dewata
K
12 11 3. Axe
1
2 3
4. Gladius
5. Correll
10 5
6. Cobra
7. Espada
10 9
8. Scout
4 6 B
L 9. Mace
12 5 O
K
10. Sunstate
7 11 11. Janz
2
3 1 12. Westonia
2 8
11 5
6 12 B
L
7 1 O
K
4 8
3
9 2
10 3
Keterangan :
22,8
24
V8.U3 0,00 0,00 0,00 19,50 3 34,17 98,00
25,0 100,0
25
V9.U1 0,00 0,00 0,00 19,17 0 28,33 0
13,5
26 19,929
V9.U2 0,00 0,00 0,33 12,00 0 17,50 61,83
13,3
27
V9.U3 0,00 0,00 2,17 10,83 3 15,00 99,50
35,6 27,0
28
V10.U1 0,00 0,00 7 21,83 0 22,67 42,33
23,6 45,8
29 24,659
V10.U2 0,00 0,00 7 40,33 3 2,50 98,83
40,3 34,0
30
V10.U3 0,00 13,67 3 32,00 0 16,17 21,00
17,8 100,0
31
V11.U1 0,00 0,00 0,83 15,67 3 28,33 0
16,1
32 20,325
V11.U2 0,00 0,00 0,00 1,17 7 31,67 31,67
24,0 16,1
33
V11.U3 0,00 0,17 0 10,83 7 32,50 99,83
28,3
34
V12.U1 0,00 0,00 6,17 25,83 3 25,00 98,50
20,8
35 20,913
V12.U2 0,00 0,17 6,00 16,33 3 29,17 29,17
20,8
36
V12.U3 0,00 0,00 0,00 19,83 3 16,17 96,83
Lampiran 3. Tabel Hasil Rata Rata Berat 1000 Butir Biji Tanaman Gandum
N
PERLAKUAN ULANGAN BERAT 1000 BUTIR
O
1 V1 U1 31,91 %
2 V1 U2 31,87 %
3 V1 U3 30,86 %
4 V2 U1 31,19 %
5 V2 U2 33,73 %
6 V2 U3 34,58 %
7 V3 U1 32,11 %
8 V3 U2 37,26 %
9 V3 U3 33,67 %
10 V4 U1 38,46 %
11 V4 U2 36,59 %
12 V4 U3 32,75 %
44
13 V5 U1 36,51 %
14 V5 U2 37,09 %
15 V5 U3 35,37 %
16 V6 U1 20,50 %
17 V6 U2 20,11 %
18 V6 U3 28,47 %
19 V7 U1 36,38 %
20 V7 U2 38,33 %
21 V7 U3 38,39 %
22 V8 U1 28,96 %
23 V8 U2 28,17 %
24 V8 U3 25,77 %
25 V9 U1 28,21 %
26 V9 U2 26,42 %
27 V9 U3 29,57 %
28 V10 U1 26,43 %
29 V10 U2 27,44 %
30 V10 U3 31,58 %
31 V11 U1 28,02 %
32 V11 U2 28,49 %
33 V11 U3 27,03 %
34 V12 U1 33,67 %
35 V12 U2 34,59 %
36 V12 U3 30,61 %
Lampiran 4. Hasil Analisis ANOVA Kejadian Penyakit
ANOVA
2019-04-06 02:49:01
Using: C:\Program Files (x86)\cohort6\clipboard.dt
.AOV Filename: 1WRB.AOV - 1 Way Randomized Blocks
Y Column : 3) PERSENTASI KEJADIAN PENYAKIT
1st Factor : 1) PERLAKUAN
Blocks : 2) ULANGAN
Keep If:
Rows of data with missing values removed: 1
Rows which remain: 36
Source df Type III SS MS F P
------------------------- -------- ----------- --------- --------- ----- ---
45
12 V5 8.47 3 b
Lampiran 5. Hasil Analisis ANOVA Berat 1000 Butir Biji Tanaman Gandum
ANOVA
2019-04-09 06:39:10
Using: C:\Program Files (x86)\cohort6\clipboard.dt
.AOV Filename: 1WRB.AOV - 1 Way Randomized Blocks
Y Column : 3) BERAT 1000 BUTIR
1st Factor : 1) PERLAKUAN
Blocks : 2) ULANGAN
Keep If:
Rows of data with missing values removed: 1
Rows which remain: 36
47
Varietas Deskripsi
Tahan terhadap karat daun, memiliki potensi hasil yang tinggi, umur
Espada berbunga lebih cepat.
Tugas akhir yang Penulis Selesaikan untuk meraih gelar Sarjana Pertanian
adalah Skripsi yang berjudul “Ketahanan Beberapa Varietas Gandum
(Triticum aestivum L.) Yang Ditanam Di Dataran Medium Terhadap
Penyakit Hawar Malai”