Anda di halaman 1dari 14

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kehidupan masyarakat saat ini sangat dipengaruhi globalisasi sehingga
banyak ditemukan pelanggaran salah satunya pelanggaran nilai religius dalam
kehidupan masyarakat. Seringkali kasus hamil diluar nikah, pembunuhan bahkan
bunuh diri terjadi disekitar kita. Salah satu kasus yang baru-baru ini terjadi yaitu
sebagai berikut:
“Seorang pekerja kebun sawit tewas dibunuh oleh anak dari pemilik kebun.
Peristiwa ini terjadi di desa Pawan, Kecamatan Rambah, kabupaten Rokan
Hulu” (detiksumut, 20 Juni 2022)

Berdasarkan kasus tersebut, sudah terbukti bahwa nilai religius sudah tidak
terlalu diperhatikan lagi. Pembunuhan sangat dilarang dalam agama maupun
peraturan berwarganegara, tapi kasus tersebut masih saja terjadi. Kehidupan
manusia tidak lepas dari suatu permasalahan. Namun, ada sebagian orang tidak
ingin mencari solusi dari permasalahan tersebut dengan penyelesaian yang baik
menurut agama, norma dan budaya. Cerminan kehidupan masyarakat zaman
sekarang juga bisa dilihat dalam sebuah karya sastra.
Sastra adalah ungkapan isi hati seseorang yang berupa pemikiran, perasaan,
ide, semangat, pengalaman yang ada dalam diri seseorang yang dituliskan dalam
bentuk gambaran kehidupan yang dapat memberikan pandangan untuk pembaca
(Sari, 2017). Karya sastra merupakan sebuah hasil ciptaan manusia yang
menggambarkan kehidupan (baik gambaran nyata maupun tidak nyata) (Dani &
Shandi, 2019). Kehidupan dalam karya sastra mirip dengan kehidupan nyata,
karena karya sastra merupakan pengejawantahan kehidupan atas kehidupan
lingkungan sekitarnya (Widiastuti, 2012). Jadi, karya sastra ialah ungkapan
perasaan, pemikiran atau ide yang diambil dari pengalaman ataupun keidupan
sehari-hari. Karya sastra mengandung pesan yang berhubungan dengan sifat
kemanusiaan, ilmu pengetahuan maupun religius tokoh dalam cerita.
Karya sastra dibagi menjadi tiga jenis yaitu prosa fiksi, puisi dan drama (Dani
& Shandi, 2019). Didukung oleh Hidayat (2021:1) jenis karya sastra juga ada tiga

1
macam yaitu puisi, prosa, dan drama. Salah satu jenis karya sastra yang menarik
untuk dikaji ialah novel. Novel merupakan karya sastra fiksi (Pramestisari, 2017).
Fiksi menceritakan berbagai masalah kehidupan manusia dalam interaksinya
dengan lingkungan dan sesama, interaksinya dengan diri sendiri, serta
interaksinya dengan Tuhan (Nurgiyantoro, 2018: 3). Sejalan dengan Hidayat
(2021: 2) novel merupakan prosa fiksi banyak menghadirkan cerita-cerita yang
mengangkat masalah kehidupan manusia dalam interaksi dngan lingkungan
sesama, interaksi dengan dirinya sendiri, serta interaksi dengan Tuhan. Novel
adalah karangan prosa yang mengandung rangkaian cerita kehidupan seorang
tokoh dengan tokoh di sekelilingnya dan menonjolkan watak setiap tokoh tersebut
(Amalia, Arisni Kholifatu & Icha Fadilasari, 2022: 1)
Novel dapat disebut sebagai karya sastra yang mengungkapkan kehidupan
luas manusia yang dapat berupa tantangan atau perjuangan tokoh fiksi maupun
non fiksi (Safitri & Rahma, 2021). Karya satra (novel) menggambarkan pola pikir
masyarakat, perubahan tingkah laku masyarakat, tata nilai dan bentuk kebudayaan
lainnya (Widiastuti, 2012). Novel merupakan salah satu jenis dari karya sastra
fiksi yang di dalamnya memaparkan suatu tema atau permasalahan dengan
menghadirkan karakter tertentu (Ariyadih, 2013). Dengan demikian, dapat
disimpulkan bahwa novel merupakan karya sastra yang berbentuk prosa yang
tidak telalu panjang dan tidak terlalu pendek bersifat fiksional yang diambil
melalui pengamatan atau ide dari penulis serta mengangkat masalah kehidupan
yang mengandung pesan untuk para pembaca. Salah satu novel yang mampu
menarik perhatian penulis adalah novel Derap-Derap Tasbih yang ditulis oleh
Hadi S.Khuli.
Novel Derap-Derap Tasbih diterbitkan pada bulan Mei 2007 dan merupakan
karya pertama Hadi S.Khuli. Hadi S.Khuli telah menulis beberapa novel lainnya
diantaranya novel yang berjudul Lafazh-lafazh Cinta tahun 2008, dan Ney: Dawai
Cinta Biola tahun 2012. Pemilihan novel Derap-Derap Tasbih karya Hadi S.
Khuli sebagai bahan penelitian adalah karena cerita ini menampilkan perjalanan
hidup dengan nilai religius yang membangun iman dan dapat mengajak pembaca
agar dapat mengamalkan ajaran agama islam, tidak hanya melalui sifat tapi juga

2
dengan tindakan yang dapat mencerminkan islam. Selain itu dapat menginspirasi
dan bermanfaat bagi pembaca karena saat ini akibat pengaruh globalisasi dari
dunia luar, banyak orang-orang terutama para generasi muda yang tidak dapat
menyaring pengaruh dari globalisasi tersebut sehingga berpengaruh buruk, tidak
hanya dalam moral namun juga religiusnya. Hal itu terbukti dari berbagai kasus
yang banyak terjadi belakangan ini seperti pembunuhan, pemerkosaan, pencurian
dan sebagainya. Oleh karena itu, penulis ingin mengangkat nilai-nilai religius
dalam novel Derap-Derap Tasbih Karya Hadi S.Khuli agar nilai-nilainya tersebut
dapat di tauladan, tidak hanya hubungan manusia dengan Tuhan tapi juga
hubungan manusia dengan manusia, serta hubungan manusia dengan alam agar
keseimbangan antara dunia dan akhirat dapat dicapai. Hal ini dapat dibuktikan
dengan kutipan novel berikut:
“Kita harus bersyukur, semua diluar target yang kita rencanakan. Betul kan,
Ris” (DDT, 2007:155)

Pada kalimat diatas terdapat kata syukur, Syukur adalah rasa terimakasih
kepada Allah. Jadi Bersyukur adalah berterimakasih kepada Allah Swt. atas apa
yang telah diberikan atau didapatkan. Bersyukur merupakan salah satu sifat atau
nilai religius hubungan manusia dengan Tuhan yang harus ditanamkan dalam diri
kita terutama umat muslim.
Pengarang novel akan menggunakan segala kreatifitas yang dimilikinya untuk
menggambarkan setiap sisi kehidupan masyarakat dalam novel baik dari segi
sosial, religi, moral, dan budaya. Secara umum menurut Hidayat (2021: 2), unsur
pembangun novel ada dua, yaitu unsur intrinsik dan unsur ekstrinsik. Unsur
intrinsik dan ekstrinsik sebuah karya sastra tidak dapat dipisahkan begitu saja
karena keduanya saling mempengaruhi. Unsur intrinsik terbentuk karena adanya
pengaruh dari luar. Pengaruh dari luar ini berasal dari pengarang selaku penentu
cerita. Asal-usul dan lingkungan pengarang sangat mempengaruhi karya sastra
yang diciptakannya. Unsur intrinsik sebuah karya sastra terdiri atas tema, plot
(alur), latar, penokohan, sudut pandang, gaya bahasa, dan amanat yang terkadung
di dalamnya. Unsur ekstrinsik adalah unsur-unsur yang membangun karya sastra
dari luar novel (Hidayat, 2021: 2). Unsur ekstrinsik terdiri dari nilai agama, nilai

3
sosial, nilai moral dan nilai budaya. Nilai Religius merupakan sudut pandang
yang mengikat manusia dengan Tuhan pencipta alam dan seisinya. Agama
merupakan pegangan hidup bagi manusia. Agama dapat bertindak sebagai pemacu
faktor kreatif, kedinamisan hidup, dan pemberi makna kehidupan.
Nilai sosial adalah nilai yang bisa kita pelajari dari interaksi antara tokoh
novel maupun interaksi tokoh dengan lingkungan dan masyarakat sekitarnya.
Nilai sosial merupakan hikmah yang dapat diambil dari perilaku sosial dan tata
cara hidup sosial. Pengarang adalah warga masyarakat, ia dapat dipelajari sebagai
makhluk sosial (Linda Sari et al., 2019). Nilai sosial dapat mencakup kehidupan
bersama, seperti kasih sayang, kepercayaan, pengakuan, dan penghargaan.
Nilai moral ialah nilai yang berkaitan dengan akhlak, budi pekerti, atau nilai
baik buruk yang dapat diterima secara umum. Banyak persoalan hidup maupun
persoalan yang menyangkut harkat dan martabat manusia yang dapat diangkat
sebagai suatu ajaran nilai moral dalam sebuah karya sastra (Herman, 2020). Sikap,
perbuatan, kewajiban, dan lain sebagainya menjadi ukuran patut tidaknya manusia
bergaul dalam kehidupan bermasyarakat atau tidak.
Nilai budaya merupakan nilai-nilai yang berkaitan dengan kebiasaan, adat
istiadat, dan tradisi suatu masyarakat. Nilai budaya biasanya berfungsi sebagai
pedoman tertinggi bagi kelakuan manusia yang tingkatnya lebih konkrit, seperti
aturan-aturan khusus, hukum, dan norma-norma, semuanya juga berpedoman
kepada sistem nilai budaya itu (Mentari et al., 2017). Nilai-niali budaya
merupakan konsep-konsep mengenai apa yang hidup dalam alam pikiran dari
warga suatu masyarakat mengenai apa yang dianggap berharga dan penting dalam
hidup, sehingga dijadikan sebagai pedoman bagi kehidupan masyarakat tersebut.
Manusia adalah makhluk yang memiliki akal atau pemikiran yang berbeda-
beda. Manusia selalu dituntut untuk berpikir dalam memilih baik dan buruknya
sesuatu berdasarkan nilai-nilai yang berlaku di lingkungan sekitarnya (Fuadi,
2018). Salah satu nilai kehidupan yang saat sekarang ini yang kurang diperhatikan
masyarakat adalah nilai religius. Tidak banyak dari masyarakat yang sadar akan
pentingnya nilai-nilai religius tersebut sehingga menyebabkan ketidakseimbangan
antara kehidupan individu dengan lingkungan sekitarnya (Safitri & Rahma, 2021).

4
Nilai merupakan kualitas suatu hal yang dapat menjadikan hal itu disukai,
diinginkan, berguna, dihargai dan dapat menjadi objek kepentingan (Umro, 2018).
Menurut Kamus Besar bahasa Indonesia, kata “religius bermakna bersifat
keagamaan, yang berkenaan dengan kepercayaan agama.” Bila merujuk dari
pengertian di atas, maka nilai religius berarti nilai yang besifat keagamaan dan
yang berkenaan dengan kepercayaan agama. Religius merupakan sikap atau
perilaku yang patu dalam melaksanakan ajaran agama yang dianut oleh seseorang,
toleran terhadap orang lain yang sedang beibadah, serta dapat hidup rukun dengan
pemeluk agama lain (Ikhwan, 2021:4). Religiusitas lebih dari sekedar memeluk
ajaran agama tertentu, religiusitas mencakup seluruh hubungan dan konsekuensi,
yaitu antara manusia dengan penciptanya dan dengan sesamanya di dalam
kehidupan sehari-hari (Widiastuti, 2012).
Religius adalah nilai-nilai yang terdapat pada karya sastra fiksi berupa
penuntunan manusia ke arah makna yang baik (Arti, 2015). Religius merupakan
suatu keadaan dan keyakinan yang ada dalam diri seseorang yang dapat
mendorong seseorang itu bertingkah laku, bersikap, berbuat dan bertindak sesuai
dengan ajaran agama yang dianutnya. Nilai religius adalah sesuatu yang abstrak
yang ada dalam diri manusia yang bersumber pada keyakinan akan keberadaan
Tuhan sebagai Dzat yang harus disembah dan mengabdikan diri, yang kemudian
memunculkan sikap dan perilaku yang selalu mendasarkan pada keberadaan
Tuhan dan ajaran-ajaran-Nya (Dasir, 2013). Nilai religius seseorang akan dinilai
tinggi apabila memiliki perhatian yang tinggi untuk menjamin kepercayaan
dirinya kepada Sang Pencipta yang akan selalu menaungi hidupnya sehingga
merasa selalu bergantung kepada-Nya. Jadi, Nilai religius adalah nilai mengenai
konsep kehidupan religius atau keagamaan berupa ikatan atau hubungan yang
mengatur manusia dengan Tuhannya.
Secara umum makna nilai-nilai religius adalah nilai-nilai kehidupan yang
mencerminkan tumbuh kembangnya kehidupan beragama yang terdiri dari tiga
unsur pokok yaitu aqidah, ibadah dan akhlak yang menjadi pedoman perilaku
sesuai dengan aturan-aturan agama (Umro, 2018). Religiusitas lebih melihat aspek
yang ‘di dalam lubuk hati’, moving in the deep heart, riak getaran hati nurani

5
pribadi, sikap personal (Fatimah, 2017). Nilai religius terbagi menjadi dua yaitu
nilai illahiah dan insaniah (Ardiansyah, Novrizal Dkk, 2018). Jenis-jenis nilai
religius ada tiga yaitu Hubungan Manusia dengan Tuhan, Hubungan Manusia
dengan Manusia dan Hubungan Manusia dengan Alam (Safitri & Rahma, 2021).
Hubungan antara Tuhan dan yang diciptakan adalah suatu hubungan yang
tidak dapat dipisahkan. Manusia memiliki keterikatan dengan Sang Pencipta
sehingga tidak bisa untuk berpelepas diri. Hubungan antara manusia dengan tuhan
telah tercipta saat pertama kali manusia diciptakan. Manusia sebagai makhluk
Allah tuhan seluruh alam harus memuliakan Allah dan meyakininya sebagai
pemilik alam semesta. Manusia diciptakan dengan potensi ketuhananya, sehingga
setiap manusia akan membutuhkan keyakinan terhadap kekuatan yang ada diatas
dirinya (Susilawati, 2017). Salah satu hal penting untuk menciptakan hubungan
dengan Tuhan ialah manusia harus mengenal Allah dengan cara mengetahui
syariat serta ketentuan dan juga kewajiban kita sebagai makhluk ciptaanNya.
Tingkat keimanan dan ketakwaan yang dimiliki seorang hamba atau umat islam
terlihat dalam perbuatannya terutama dalam melaksanakan ibadah serta
kewajiban-kewajiban lainnya yang memiliki akhlak yang baik dengan orang lain.
Hubungan manusia dengan manusia merupakan hubungan yang saling timbal
balik. Hidup dalam bermasyarakat sosial tentu membuat manusia saling
bergantung atau saling membutuhkan satu sama lain sehingga adanya interaksi
dan komunikasi dalam lingkungan masyarakat tersebut. Dalam hubungan dengan
sesama manusia, kedua belah pihak saling membutuhkan, saling bekerjasama,
tolong menolong, hormat-menghormati, dan menghargai (Widiastuti, 2012). Sama
halnya dengan seseorang yang memiliki tingkat religiusitas yang baik, maka
perilaku dan perbuatan yang tampak dari orang tersebut juga baik dan mendapat
penilaian yang baik pula dari orang-orang disekitarnya.
Hubungan manusia dengan alam dapat dilakukan dengan sikap rasa syukur
atas terciptanya alam. Jika kita hayati secara mendalam ada rasa kenikmatan
tersendiri yang diberikan alam kepada manusia. Alam adalah tempat manusia
untuk mempertahankan hidup, untuk itu manusia harus memelihara alam dan
memanfaatkan dengan seharusnya, sehingga tidak ada kerusakan pada alam yang

6
mengakibatkan terjadinya bencana seperti banjir, tanh longsor, polusi udara, dan
sebagainya (Susilawati, 2017). Oleh karena itu, alam harus dijaga sehingga tidak
terjadi kerusakan yang mengakibatkan bencana bagi manusia itu sendiri. Dengan
demikian, dalam penelitian ini peneliti menggunakan macam-macam nilai religius
menurut Vivian Nur Safitri dan Candra Rahma Wijaya Putra yaitu hubungan
manusia dengan Tuhan, hubungan manusia dengan manusia, dan hubungan
manusia dengan alam, karena lebih mudah dipahami dan mudah untuk
mengklasifikasikan data yang ada.
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka penulis tertarik untuk
melakukan penelitian dengan judul “Nilai Religius dalam Novel Derap-Derap
Tasbih Karya Hadi.S Khuli. Penelitian bersifat religius ini diharapkan dapat
mendorong pembaca untuk menambah ilmu, memahami, menerapkan nilai-nilai
religius yang ada dan juga meningkatkan keimanannya. Penelitian ini juga
diharapkan mampu mengajak pembaca agar berusaha untuk melakukan
keseimbangan dalam hidup yaitu keseimbangan antara urusan dunia dan urusan
akhirat.
1.2 Fokus dan Subfokus Masalah
Fokus penelitian bertujuan untuk memberikan batasan dalam pengumpulan
data. Berdasarkan uraian latar belakang, fokus penelitian ini, yaitu karya sastra
berupa novel. Adapun yang menjadi subfokus penelitian ini yaitu Nilai Religius
pada Novel Derap-Derap Tasbih karya Hadi S. Khuli.
1.3 Rumusan Masalah
Berdasarkan fokus dan subfokus yang telah dijabarkan, maka rumusan
masalah yang akan diteliti adalah bagaimana bentuk nilai religius yang terdapat
dalam novel Derap-Derap Tasbih karya Hadi S. Khuli?
1.4 Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan nilai religius yang terdapat
dalam novel Derap-Derap Tasbih karya Hadi S. Khuli.
1.5 Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

7
a. Manfaat Teoretis
Secara teoretis, melalui penelitian ini setidaknya bisa memberikan
manfaat bagi para pembaca khususnya dalam hal sebagai berikut:
1) Memberikan sumbangan pengetahuan dan pengalaman yang lebih, dalam
bidang bahasa dan sastra Indonesia serta menambah wawasan dan
pengetahuan pembaca dan pecinta sastra.
2) Dapat menemukan teori-teori baru mengenai nilai religius dalam novel.
b. Manfaat Praktis
Manfaat yang dapat diambil dari hasil penelitian ini, di antaranya sebagai
berikut.
1) Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dalam
menganalisis suatu karya sasstra khususnya mengenai nilai-nilai religius
islam
2) Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi acuan bagi peneliti
selanjutnya, guna memperluas wawasan dalam karya sastra.

8
BAB 2
METODE PENELITIAN
2.1 Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini merupakan jenis penelitian kualitatif dengan
menggunakan metode deskriptif. Metode penelitian kualitatif adalah metode
penelitian yang berlandaskan pada filsafat postpositivisme, digunakan untuk
meneliti pada kondisi obyek alamiah, (sebagai lawannya adalah eksperimen)
dimana peneliti adalah sebagai instrumen kunci, teknik pengmpulan data
dilakukan secara triangulasi (gabungan), analisis data bersifat induktif/kualitatif,
dan hasil penelitian kualitatif lebih menekankan makna dari pada generalisasi
(Sugiyono, 2013: 9). Melalui penelitian deskriptif, data yang di kumpulkan bukan
berupa angka-angka melainkan berupa kata-kata atau gambaran sesuatu.
Penelitian deskriptif berkaitan dengan pengkajian fenomena secara ebih rinci
(Siyoto, 2015: 8). Menurut Anggito, Albi (2018, 11) penelitian kualitatif bersifat
deskriptif ialah mendeskripsikan suatu obyek, fenomena atau setting sosial yang
akan dituangkan dalam tulisan yang bersifat naratif.
Dengan menggunakan metode deskriptif ini, peneliti dapat mendeskripsikan
masalah-masalah yang terdapat dalam novel Derap-Derap Tasbih karya Hadi
S.Kuli. Metode ini digunakan untuk memecahkan masalah melalui pengumpulan
data. Metode ini juga sangat membantu peneliti dalam kegiatan penelitiannya.
2.2 Objek Penelitian
Objek penelitian yang peneliti lakukan adalah novel Derap-Derap Tasbih
karya Hadi S.Kuli, cetakan kelima, tebal halaman 412 halaman, terbitan tahun
2007, penerbit DIVA Press. Data dalam penelitian ini adalah nilai religius yang
terdapat dalam novel ini. Sumber data dalam penelitian ini adalah seluruh dialog
dan paparan kalimat yang terdapat di dalam novel Derap-Derap Tasbih karya Hadi
S.Kuli.

9
2.3 Waktu Penelitian
Waktu yang digunakan peneliti untuk penelitian ini dimulai sejak Juni
2022 sampai Oktober 2022. Hal ini bisa dilihat pada tabel berikut ini:

Tabel 2.1. Waktu Penelitian Nilai Religius


Bulan
No Kegiatan Juni Juli Agustus September Oktober November
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1. Pengajuan Judul
2. Penyusunan
Proposal
3. Bimbingan
Proposal
4. Seminar
Proposal

2.4 Instrumen Penelitian


Instrumen penelitian dimaksudkan sebagai alat pengumpul data.
Menurut pendapat Sugiyono (2013:222), dalam penelitian kualitatif yang
menjadi instrumen atau alat penelitian adalah peneliti itu sendiri. Selain
itu, peneliti juga melengkapinya dengan buku-buku teori sastra dan
religius serta jurnal-jurnal mengenai analisis nilai religius dalam novel.
2.5 Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data pada penelitian ini yaitu peneliti
mengumpulkan data dan menganalisis data menggunakan kajian pustaka.
Dalam hal ini kajian teks novel Derap-Derap Tasbih karya Hadi S.Kuli.
Novel ini menjadi sumber data utama dalam penelitian ini. Teknis studi
pustaka dapat diterapkan dengan tiga langkah yaitu: (1) Membaca novel
Derap-Derap Tasbih karya Hadi S.Khuli secara keseluruhan dan berulang-
ulang. (2) Menginventarisasi data. (3) mengklasifikasikan data yang
berkenaan dengan hubungan manusia dengan tuhan, hubungan manusia
dengan manusia dan hubungan manusia dengan lingkungannya yang
terdapat di dalam novel Derap-Derap Tasbih karya Hadi S.Kuli.

10
Tabel 2.2. Inventarisasi Nilai Religius
No Kutipan Sumber Kode Nilai-nilai Religius
Novel Hubungan Hubungan Hubungan
manusia manusia manusia
dengan dengan alam dengan
Tuhan manusia
1
2
3

2.6 Teknik Analisis Data


Penulis melakukan analisis data dengan melakukan deskripsi bagian
demi bagian yang ditemukan dalam penelitian selanjutnya serta
merumuskan simpulan umum tentang hasil deskripsi data. Dalam
menganalisis data, penulis menggunakan teknis analisis. Berdasarkan hal
tersebut, penulis menganalisis data dengan langkah-langkah sebagai
berikut: (1) Membaca novel Derap-Derap Tasbih karya Hadi S.Khuli
secara keseluruhan dan berulang-ulang. (2) Menginventarisasi data. (3)
mengklasifikasikan data yang berkenaan dengan hubungan manusia
dengan tuhan, hubungan manusia dengan manusia dan hubungan manusia
dengan lingkungannya yang terdapat di dalam novel Derap-Derap Tasbih
karya Hadi S.Kuli. (4) Menganalisis data dengan mengidentifikasi bagian-
bagian yang berkenaan dengan nilai religius dalam novel Derap-Derap
Tasbih karya Hadi S.Khuli. (5) Menyimpulkan hasil penelitian tentang
nilai religius dalam novel Derap-Derap Tasbih karya Hadi S.Khuli.

11
Tabel 2.3. Pengklasifikasian Nilai Religius
No Kutipan Halaman Nilai-nilai Religius
Novel Hubungan Hubungan Hubungan
manusia dengan manusia manusia
Tuhan dengan alam dengan
manusia
1
2
3

2.7 Rencana Pengujian Keabsahan Data


Untuk menetapkan keabsahan (trustworthiness) data diperlukan teknik
pemeriksaan (Moleong, 2017: 324). Salah satu cara untuk mendapatkan
data yang lebih efisien dapat dilakukan uji data dengan cara melakukan
triangulasi. Teknik triangulasi, seperti dikemukakan oleh Sugiyono
(2013:273), yaitu pengujian kredibilitas ini diartikan sebagai pengecekan
data dari berbagai sumber dengan berbagai cara, dan berbagai waktu.

Tabel 2.4 Validasi Keabsahan Data


No Nilai-nilai Religius
Kutipa Hubungan Hubungan Hubungan
n Sumber manusia manusia manusia Ya Tidak
Novel dengan dengan dengan
Tuhan manusi alam
1
2
3

Menaming, Oktober 2022

Validator

(………………….)

12
DAFTAR RUJUKAN

Ariyadih. (2013). Nilai Religius dalam Novel Opera Van Gontor Karya Amroeh
Adiwijaya dan Implikasinya Terhadap Pembelajaran Sastra di Sekolah.
Skripsi. UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Arti, D. D. (2015). Nilai Religius dalam Novel Hijrah Itu Cinta Karya Abai
Adhitya: Analisis Sosiologi Sastra. Skripsi. USU Medan (diterbitkan).
Dani, H., & Shandi. (2019). Pemanfaatan Hasil Analisis Novel Seruni Karya
Almas Sufeeya Sebagai Bahan Ajar Sastra di SMA. 12(April), 11–20.
Dasir, M. (2013). Implementasi Nilai-Nilai Religius dalam Materi Pendidikan
Agama Islam dan Budi Pekerti Tingkat SMA/SMK Kurikulum 2013.
Fatimah, N. (2017). Nilai-Nilai Religius dalam Novel “Bulan Terbelah di Langit
Amerika” Karya Hanum Salsabiela Rais, Hanum dan Rangga Almahendra.
1(2), 39–54.
Fuadi, A. (2018). Analisis Nilai Religius dalam Novel 5 Menara. 1(September),
839–846.
Herman, S. (2020). Nilai Moral Dalam Novel Selembar Itu Berarti Karya
suryaman Amipriono.
Linda Sari, N., Agustina, E., & Lubis, B. (2019). Nilai-Nilai Sosial dalam Novel
Tentang Kamu Karya Tere Liye Kajian Sosiologi Sastra. Jurnal Ilmiah
Korpus, 3, 55–65.
Mentari, D., Wildan, & Mukhlis. (2017). Nilai Budaya dalam Novel Tungku
Karya Salman Yoga S. Jurnal Ilmiah Mahasiswa Jurusan PBSI, 2(2), 38–51.
Pramestisari, P. (2017). Nilai-Nilai Religius dalam Novel Assalamualaikum
Beijing! dan Cinta di Ujung Sajadah Karya Asma Nadia. Skripsi. UIN
Raden Intan Lampung (diterbitkan).
Safitri, V. N., & Rahma, C. (2021). Nilai Religius Dalam Novel Titip Rindu Ke
Tanah Suci Karya Aguk Irawan: Kajian Sosiologi Sastra. Bahasa Sastra Dan
Pengajaran, 1–36.
Sari, N. (2017). Kekerasan Perempuan dalam Novel Bak Rambut Dibelah Tujuh
Kry Muhammad Makhdlori. 1, 41–48.
Susilawati, E. (2017). Nilai-Nilai Religius Dalam Novel Sandiwara Bumi Karya
Taufikurrahman Al-Azizy. 2(1), 35–53.
Umro, J. (2018). Penanaman Nilai Religius di Sekolah yang Berbasis
Multikultural. Jurnal Al-Makrifat, 3, 149–166.
Widiastuti, R. (2012). Analisis Nilai-Nilai Religius Dalam Novel Samudera Hati
Karya An’Amah Ana FM. Swerigading, 18(3), 447–456.
Amalia, Arisni Kholifatun & Icha Fadhilasari. 2022. Sastra Indonesia untuk
Pelajar
dan Umum. Bandung: PT. Indonesia Emas Group.
Anggito, Albi & Johan Setiawan. 2018. Metodologi Penelitian Kualitatif. Jawa
Barat: CV Jejak.
Hidayat, Yeni. 2021. Kajian Psikologi dalam Novel Negeri 5 Menara Karya
Ahmad Fuadi. Jawa Tengah: Yayasan Lembaga Gumun Indonesia.
Ikhwan, Afiful. 2021. Pendidikan Agama Islam Berbasis Islam Kontemporer

13
Perspektif Indonesia. Jawa Tengah: Tahta Media Group.
Moleong, Lexy J. 2017. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya.
Nurgiyantoro, Burhan. 2018. Teori Pengkajian Fiksi. Gadjah Mada University
Press.
Siregar, Raja Adill. 2022.22 Juni. Pekerja Tewas Dibunuh Anak Bos Perkebunan
di Rokan Hulu. Detiksumut (Online). Tersedia di:
https://www.detik.com/sumut/hukum-dan-kriminal/d-6136172/
pekerja-
tewas-dibunuh-anak-bos-perkebunan-di-rokan-hulu
Sugiyono. 2013. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung:
Alfabeta.
Siyoto, Sandu & Sodik. 2015. Dasar Metodilogi Penelitian. Yogyakarta: Literasi
Media Publishing.

14

Anda mungkin juga menyukai