Anda di halaman 1dari 1

Di suatu desa kecil yang dikelilingi oleh hamparan sawah hijau, hiduplah seorang gadis bernama Maya.

Setiap kali hujan turun, Maya merasa seolah-olah alam memberikan hadiah khusus padanya. Suara riang
tetes-tetes hujan di atap genting rumahnya menjadi latar belakang melodi kehidupannya.

Pada suatu petang, ketika awan gelap menutup langit dan petir menyambar jauh di kejauhan, Maya
duduk di ambang pintu rumahnya. Rintik hujan mulai menyentuh wajahnya yang penuh kegembiraan.
Kebahagiaan Maya tidak hanya berasal dari sensasi segar tetesan hujan, tetapi juga dari ingatannya
tentang waktu kecilnya bersama sang ayah, yang selalu mengajaknya bermain di bawah guyuran air dari
langit.

Suatu hari, ketika hujan turun dengan lebatnya, Maya mengajak teman-temannya bermain di sawah yang
sudah tergenang air. Mereka berlarian di antara butiran-butiran hujan, tertawa, dan merasakan
kenikmatan bersama-sama. Di balik setiap tawa, ada kenangan manis yang mereka bangun bersama.

Namun, hujan tidak selalu membawa kebahagiaan. Suatu malam, hujan datang dengan derasnya, dan
sungai kecil di desa itu meluap. Air yang naik cepat membanjiri pemukiman mereka. Kecemasan
menyelinap di hati setiap penduduk desa. Maya bersama warga lainnya bergotong-royong membangun
tanggul darurat untuk menghentikan air yang terus merangsek.

Dalam keadaan genting itulah, kekuatan solidaritas dan kebersamaan muncul. Warga desa saling
membantu satu sama lain, menunjukkan bahwa hujan, selain sebagai penyegar bumi, juga membawa
pembelajaran tentang kebersamaan dan kekuatan bersatu.

Saat hujan reda, desa itu terlihat bersih dan segar. Matahari mulai muncul di balik awan, menyinari
kembali desa yang telah melewati ujian hujan. Dan Maya, dengan senyuman di wajahnya, menyadari
bahwa hujan bukan hanya air dari langit, tetapi juga kisah hidup yang tak terlupakan, kisah tentang
kebahagiaan, persahabatan, dan kebersamaan.

Anda mungkin juga menyukai