Anda di halaman 1dari 2

Keindahan Senja di Balik Gerimis

Di sebuah kota kecil yang dihiasi oleh jalan-jalan di teras dan rumah-rumah beratap merah,
hiduplah seorang gadis muda Bernama Laras. Ia tumbuh di sebuah rumah kecil bersama
keluarganya yang penuh kasih. Suatu hari, ketika Maya berjalan pulang dari sekolah, langit
yang biru tiba-tiba diselimuti oleh awan gelap, dan gerimis mulai turun perlahan.

Maya menyukai hujan karena membawa keindahan dan ketenangan. Namun, hari itu, hujan
tampak lebih berat. Ia mempercepat langkahnya, berharap bisa tiba di rumah sebelum hujan
semakin deras. Tetapi, seiring langkahnya memasuki gang-gang sempit menuju rumahnya,
hujan semakin menjadi-jadi.

Ketika laras sampai di rumah, ia melihat ibunya sibuk menutup jendela dan pintu untuk
melindungi rumah dari air hujan yang makin deras. Ia berlari menuju ibunya dan membantu
menutup pintu-pintu kaca. Namun, meski berada di dalam rumah yang hangat, Laras merasa
ada ketidaknyamanan yang menghantuinya.

Seiring malam tiba, hujan semakin deras, dan petir yang bersahutan di langit. Laras duduk di
kursi di dekat jendela, memandangi titik-titik air hujan yang memperlihatkan kesepian jalan
yang sepi. Saat itulah, ia melihat sesosok bayangan di balik gerimis.

Bayangan itu tampak seperti seorang kakek tua dengan mantel panjang yang terlihat basah
oleh air hujan. Namun, ia berjalan dengan langkah pasti dan tersenyum lembut seperti
membawa kebahagiaan. Laras merasa tertarik dengan penampilan kakek itu dan bertanya-
tanya dari mana asalnya.

Tanpa ragu, Laras membuka pintu dan berlari keluar ke hujan yang semakin deras. Namun,
untuk kejutan Laras, ketika ia mencapai tempat bayangan kakek tadi, tak ada sosok manusia.
Yang ada hanya deretan lampu-lampu jalan yang menyala di tengah hujan malam.

Laras membulatkan matanya, mencari-cari keberadaan kakek itu, tetapi sia-sia. Ia melihat
sekeliling dan baru menyadari bahwa dirinya berada di tengah-tengah taman kota yang
indah. Rasa heran dan kebingungannya semakin bertambah.

Tiba-tiba, ada suara lembut dari balik semak-semak. "Hai, kecil."

Laras lalu menoleh dan melihat seekor kelinci kecil dengan bulu berwarna putih dan mata
yang bersinar-sinar. Kelinci itu duduk di antara bunga-bunga yang sedang tumbuh di tepi
perkarangan taman.

"Siapa kamu?" tanya Laras, masih tercengang dengan kejadian yang baru saja ia alami.

"Aku adalah Pelita, penjaga keindahan yang ada di setiap hujan," jawab kelinci kecil dengan
suara lembut.

Laras mendekat dan duduk di samping Pelita. Kelinci itu bercerita bahwa setiap tetes hujan
membawa keajaiban yang tidak terlihat oleh mata manusia. Hujan memberikan kehidupan
pada tanaman dan bunga, serta membawa pesan damai dan keindahan ke setiap sudut
dunia.

"Pada malam hujan, gerimis adalah cara alam memberi tahu kita bahwa setiap tetes air
memiliki cerita dan keunikan masing-masing," kata Pelita sambil melihat ke atas, menikmati
hujan yang semakin reda.

Laras yang mendengarkan dengan kagum mulai merasa hangat di hatinya. Ia menyadari
bahwa meskipun hujan membawa kelembutan dan ketenangan, itu juga mengandung pesan
kekuatan dan kehidupan yang tersembunyi.

Sejak malam itu, Laras tidak lagi melihat bayangan kakek tua di tengah gerimis, tetapi ia
selalu merasa kehadiran keajaiban yang tak terlihat setiap kali hujan turun. Ia belajar
menghargai hujan sebagai pembawa kehidupan dan menyadari bahwa meski hujan sering
dianggap sebagai hari yang suram, namun di balik setiap tetesnya, tersimpan cerita dan
keindahan yang tak ternilai.

Anda mungkin juga menyukai